Upload
melawidyaningrum
View
217
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
paper
Citation preview
EM-1
REDUKSI PENGGUNAAN AIR DENGAN SISTEM PENAMPUNGAN AIR HUJAN DAN DAUR
ULANG AIR BUANGAN DI KLUSTER HUNIAN DAN PERKULIAHAN ITB JATINANGOR
Richita Eti Andari Favor1 dan Suprihanto Notodarmodjo2
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganeca No. 10 Bandung 40132 [email protected] dan [email protected]
PENDAHULUAN
Sistem penampungan air hujan adalah
pengumpulan dan penyimpanan air hujan dengan
kapasitas tertentu untuk kemudian diolah menjadi air
baku yang siap digunakan (Frasier, Gary, and Lloyd
Myers, 1983). Sedangkan daur ulang air buangan
merupakan kegiatan pemakaian kembali air hasil
aktivitas rumah tangga seperti mandi dan mencuci
(Ludwig, 1994). Air hasil daur ulang dapat digunakan
untuk menyiram toilet (flushing) dan mengairi
tanaman karena kedua aktivitas tersebut tidak
membutuhkan air dengan kualitas I tetapi cukup
dengan air kualitas III (PP No. 82 th. 2001). Lokasi
studi yang diambil secara spesifik adalah sebagian
kawasan ITB Jatinangor. Air bersih yang dapat
digunakan di ITB Jatinangor tidak sebanding dengan
jumlah kebutuhan air. Untuk memenuhi kebutuhan air
tersebut diperlukan sumber air alternatif yang salah
satunya didapat dari sistem penampungan air hujan
dan daur ulang air buangan.
METODOLOGI
Untuk mengetahui kualitas air hujan dan unit
pengolahan yang dibutuhkan, dilakukan uji
laboratorium yang mengacu kepada Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 416/MEN.KES/ PER/
IX/1990 tentang Syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Parameter yang diuji antara lain adalah
zat padat terlarut, kekeruhan, pH, logam, dan kimia
organik. Untuk mengetahui kuantitas air hujan yang
akan ditampung, dilakukan analisis hidrologi
kemudian dibandingkan dengan kebutuhan air.
Melalui analisis hidrologi, didapatkan intensitas curah
hujan yang digunakan sebagai dasar perhitungan
volume tangki dan talang atap.
Untuk mengetahui unit pengolahan yang sesuai
untuk sistem daur ulang, dilakukan analisis terhadap
air buangan yang mengacu kepada Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MEN.KES/ PER/ IX/1990
tentang Syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan Peraturan Menteri No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air untuk baku mutu kelas III. Parameter
yang diuji antara lain TSS, BOD, COD, NTK, serta
minyak dan lemak. Unit pengolahan sistem daur
ulang air buangan direncanakan terdiri dari Anaerobic
Baffled Reactor (ABR) dan Subsurface Flow
Constructed Wetland (SFS-CW). ABR digunakan
sebagai pengolahan air buangan sebelum masuk ke
dalam SFS-CW yang berfungsi menurunkan kadar
pencemar awal agar tidak terjadi kelebihan beban
pengolahan pada SFS-CW. Debit influen ditentukan
dari jumlah kebutuhan air bersih dikalikan 80%.
Sedangkan debit keluar ditentukan dengan persamaan
water budget.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Penampungan Air Hujan
Volume tangki penampung didapatkan dari
persamaan Q = cIA. Daerah tangkapan air hujan
merupakan atap bangunan pada kluster hunian dan
perkuliahan dengan luas total 16.788 m2. Dilakukan
perhitungan neraca massa pada kondisi minimum,
maksimum, dan rata-rata untuk PUH 5 tahun dengan
kurva massa sebagai berikut. Debit keluaran (Qout)
merupakan jumlah kebutuhan air. Dalam perancangan
SPAH ini, direncanakan debit keluaran sebesar 30%
dari kebutuhan air total.
Gambar 1. Kurva Massa Untuk Keadaan Rata-rata
PUH 5 tahun
Pada Gambar 1, terdapat beberapa bulan
dimana kurva Qin (debit air hujan yang tertangkap)
melewati kurva Qout (kebutuhan air). Hal ini
menunjukkan pada kondisi hujan rata-rata, terdapat
beberapa bulan yang kebutuhan air bersihnya dapat
dipenuhi dengan air hujan yang tertangkap.
Volume tangki yang dipilih adalah volume
tangki berdasarkan nilai negatif pada kondisi hujan
rata-rata yaitu 8.481.423 L. Nilai ini adalah volume
tangki total untuk kluster hunian dan perkuliahan ITB
Jatinangor. Sedangkan standar volume tangki adalah :
Vstd = Vtank / Ac (1)
EM-2
Untuk luas daerah (Ac) 16.788 m2, volume
tangki standar (Vstd) adalah 505,21 L / m2. Volume
standar ini kemudian dikalikan dengan luas daerah
tangkapan masing-masing bangunan. Untuk hunian
dosen dengan daerah tangkapan 1.519 m2, volume
tangki yang harus disediakan adalah 767,41 m3:
Vtangki = Vstd x Ac (2)
Untuk volume sebesar 767,41 m3 tangki
direncanakan berbentuk balok dengan ukuran
panjang, lebar dan tinggi sebesar 3 m, 16 m dan 16 m.
Air yang didapatkan dari sistem penampungan air
hujan adalah 87,727 L/hari.
Anaerobic Baffled Reactor (ABR)
Menurut Sasse (1998), dalam membuat ABR,
perlu memperhatikan kriteria sebagai berikut :
Up flow velocity < 2m/ jam
Removal COD = 65 90 %
Removal BOD = 70 90 %
Removal TSS = 40 70 % (Purwanto, 2008)
Organic Loading < 3 kg COD/m3. Hari
Hydraulic Retention Time > 8 jam Direncanakan akan dbangun satu unit ABR pada
gedung hunian dosen, dengan dasar perencanaan ;
konsentrasi COD, BOD, dan TSS sebesar 445 mg/L,
154 mg/L, dan 892 mg/L. Debit influen untuk hunian
dosen 25,965 m3/ hari dan tinggi tangki 1,5 m. Tahap
perhitungan akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Perhitungan dimensi tangki
= . (3) Dari perhitungan tersebut didapatkan dimensi
tangki dengan panjang 6m, lebar 3m, dan tinggi
1,5 m.
2. Perhitungan volume lumpur.
= (4) = (5) = + Dari perhitungan tersebut, didapat jumlah lumpur
yang mengendap sebanyak 12,0731 /. Volume lumpur didapatkan dengan persamaan :
= 5 % (range 3 6 % ; Qasim 1989)
Jadi, volume lumpur dalam satu hari
1,179915 3 3. Periode pengambilan lumpur. Direncanakan
lumpur diambil setelah mencapai tinggi tangki.
29
Subsurface Flow Constracted Wetland (SFS-CW)
Dasar perhitungan wetland adalah sebagai
berikut.
1. Konsentrasi BOD telah mengalami reduksi sebanyak 90 % pada ABR sebelum masuk ke
wetland.
2. Konsentrasi BOD efluen yaitu 6 mg/L
3. Debit total Q = 195,072 3/. Direncanakan dibuat 4 unit wetland.
4. Tipe vegetasi = Cyperus papyrus dan Canna sp. 5. Temperatur air minimum = 16 0C 6. Media basin = Gravelly sand, Coarse sand,
Medium Sand
7. Slope basin = 0.01 Dari hasil perhitungan, constructed wetland
yang akan digunakan untuk mengolah air buangan
terdiri dari empat sel. Masing-masing sel memiliki
panjang 12 m dan lebar 10 m dengan kedalaman 1 m.
Persamaan neraca massa untuk Constructed Wetland
adalah sebagai berikut (Kadlec & Wallace. 2009).
Qo = Qi + Qc Qb Qgw + Qsm + PAw - ETAw (6) dimana :
Qo = debit outlet
Qi = debit inlet, 48.77 3/
Qc = debit run off, 0, sistem dilindungi atap Qb = bank loss rate 0, sistem dilapisi liner Qgw = debit infiltrasi 0, sistem dilapisi liner Qsm = snowmelt rate 0, tidak ada musim salju P = Laju presipitasi 0, sistem dilindungi atap
Aw = Luaspermukaan wetland, 10.45027 2
ET = Laju evapotranspirasi.
Debit outflow untuk 4 sel SFS-CW adalah 20% Qo
(ada kehilangan sistem) = 156,000 L/hari
SIMPULAN
Kebutuhan air total untuk kluster hunian dan
perkuliahan adalah 263,183 L/hari, termasuk 111,130
L/hari untuk flushing toilet. Dengan total air daur ulang
sebanyak 156,000 L/hari, tidak lagi dibutuhkan air
PDAM untuk flushing toilet. Air bersih yang
didapatkan dari sistem penampungan air hujan adalah
87,727 L/hari. Dengan total kebutuhan air bersih
263,183 L/hari, maka aiar PDAM yang dapat tereduksi
sebesar 263,183 L/hari 111,130 L/hari 87,727 L/hari= 64,326 L/hari atau 75% dari kebutuhan awal.
DAFTAR PUSTAKA Frasier, Gary, and Lloyd Myers. 1983. Handbook of water
harvesting. Virginia : U.S. Dept. of Agriculture
Kadlec, Robert H., Wallace, Scott. (2009) Constructed Wetlands.
CRC Press LL: Boca Raton, Florida
Laporan Akhir Kampus ITB Jatinangor Lampiran. 3. Tim Master
Plan ITB Jatinangor 2010.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MEN.KES/ PER/
IX/1990 Tentang Syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Peraturan Menteri No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Robert, Bronte Marie. 2011. Thesis : Development Of Portable
Recycled Vertical Flow Constructed Wetlands For The
Sustainable Treatment Of Domestic Greywater And Dairy
Wastewater. Colorado State University. Colorado.
digitool.library.colostate.edu
SASSE, L. ; BORDA (Editor) (1998): DEWATS. Decentralised
Wastewater Treatment in Developing Countries. Bremen:
Bremen Overseas Research and Development Association
(BORDA) www.sswm.info