154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    1/20

    1

    ANEMIA DALAM KEHAMILAN

    I. Pendahuluan

    Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila

    dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab utama kematian

    ibu langsung adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%, dan

    penyebab tidak langsung adalah anemia 51%. Anemia merupakan komplikasi

    dalam kehamilan yang paling sering ditemukan. Hal ini disebabkan karena dalam

    kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-

    perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan

    disebabkan oleh defisiensi gizi. Sering kali defisiensinya bersifat multipel dengan

    manifestasi yang disertai infeksi, gizi buruk atau kelainan herediter. Namun,

    penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup,

    absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang dan kebutuhan

    yang berlebihan. Faktor nutrisi utama yang mempengaruhi terjadinya anemia

    adalah zat besi, asam folat dan kumpulan vitamin B.(1,2,4,5,6)

    Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) darah kurang

    dari normal. Kadar Hb normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis

    kelamin : balita 11 g %, anak usia sekolah 12 g %, wanita dewasa 12 g %, laki-

    laki dewasa 13 g %, ibu hamil 11 g % dan ibu menyusui 12 g %. Komplikasi

    anemia dalam kehamilan dapat berdampak pada masa kehamilan, persalinan,

    nifas, maupun pada janin. Anemia pada ibu hamil diketahui berdampak buruk,

    baik bagi kesehatan ibu maupun bayinya. anemia merupakan penyebab penting

    yang melatarbelakangi kejadian morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu

    pada waktu hamil dan pada waktu melahirkan atau nifas sebagai akibat

    komplikasi kehamilan. Selain itu ibu hamil yang menderita anemia juga beresiko

    terjadinya perdarahan pada saat melahirkan. Di samping pengaruhnya kepada

    kematian dan perdarahan, anemia pada saat hamil akan mempengaruhi

    pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah dan peningkatan kematian perinatal.

    (1,3)

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    2/20

    2

    Anemia yang sering ditemukan dalam kehamilan adalah anemia defisiensi

    besi dan anemia megaloblastik. Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya

    zat besi dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu yang hamil,

    kebutuhan zat besi untuk janin dan plasenta, dan pendarahan post partum. Karena

    itu, cadangan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil minimal lebih dari 500 mg.

    Perubahan diet dengan konsumsi makanan yang kaya zat besi dan penambahan

    suplemen zat besi dianjurkan pada ibu hamil. Anemia megaloblastik terjadi

    karena kerusakan sintesis DNA yang disebabkan oleh defisiensi asam folat atau

    vitamin B12. Diet yang ekstrem atau malabsorpsi menyebabkan terjadinya anemia

    megaloblastik. Karena itu sebagian besar wanita menkonsumsi suplemen folat

    sebagai langkah pencegahan defek tuba neural pada janin dan kebanyakan

    suplemen merupakan kombinasi dari zat besi dan asam folat. Kedua anemia ini

    mengakibatkan berkurangya produksi heme. Jadi, pengobatan yang diberikan

    bertujuan untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Anemia makrositik

    terjadi karena defisiensi nutrisi yaitu asam folat atau vitamin B12 yang

    menyebabkan sintesis DNA terganggu. (8,9,10)

    II. Definisi

    Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin kurang dari

    normal, yang berbeda di tiap kelompok umur dan jenis kelamin. Secara klinis,

    definisi anemia berupa hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah persentil 10.

    (1,9)

    Berdasarkan WHO untuk ibu hamil batas normal hemoglobin adalah 11

    gr%.(1) Anemia adalah konsentrasi hemoglobin kurang dari 12 g/dL pada wanita

    yang tidak hamil dan kurang dari 10 g/dL pada wanita hamil dan nifas. (10)

    Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, tahun 1989 definisi

    anemia dalam kehamilan adalah seperti yang berikut :

    1. Hb kurang dari 11,0 gr/dL di trimester pertama dan ketiga

    2. Hb kurang dari 10,5 gr/dL di trimester kedua, atau

    3. Hematokrit kurang dari 32%.(4,10,11)

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    3/20

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    4/20

    4

    Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda dengan wanita

    yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi proses

    hemodilusi atau pengenceran darah, yaitu terjadi peningkatan volume plasma

    dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit.

    hematologi sehubungan dengan kehamilan, antara lain adalah oleh karena

    peningkatan oksigen, perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap

    plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai darah untuk pembesaran uterus,

    sehingga terjadi peningkatan volume darah yaitu peningkatan volume plasma dan

    sel darah merah. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang

    lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi

    penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. Hemodilusi berfungsi agar

    suplai darah untuk pembesaran uterus terpenuhi, melindungi ibu dan janin dari

    efek negatif penurunan venous return saat posisi terlentang, dan melindungi ibu

    dari efek negatif kehilangan darah saat proses melahirkan. (5,12,13)

    Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologi dalam

    kehamilan dan bermanfaat bagi wanita untuk meringankan beban jantung yang

    harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia

    cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah

    rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak meningkat.

    Secara fisiologis, hemodilusi ini membantu maternal mempertahankan sirkulasi

    normal dengan mengurangi beban jantung. (5,12,13)

    Ekspansi volume plasma di mulai pada minggu ke-6 kehamilan dan

    mencapai maksimum pada minggu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat

    sampai minggu ke-37. Volume plasma meningkat 45-65 % dimulai pada trimester

    II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 yaitu meningkat sekitar 1000

    ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal tiga bulan setelah

    partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta,

    yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron. (5,12)

    Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit, konsentrasi

    hemoglobin darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut

    Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin,

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    5/20

    5

    dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke-8 kehamilan,

    dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan

    tercapai. Sebab itu, apabila ekspansi volume plasma yang terus-menerus tidak

    diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin sehingga menurunkan kadar

    Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas normal, timbullah

    anemia. Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin di bawah

    11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33 % .(13)

    V. Etiologi

    Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu :

    1) Didapatkan (acquired)

    Anemia defisiensi besi

    Anemia karena kehilangan darah secara akut

    Anemia karena inflamasi atau keganasan

    Anemia megaloblastik

    Anemia hemolitik

    Anemia aplastik(10)

    2) Herediter

    Thalasemia

    Hemoglobinopati lain

    Hemoglobinopati sickle cell

    Anemia hemolitik herediter(10)

    Anemia disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu hemopoetik,

    peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), dan kehilangan darah yaitu

    hemoragik. Dalam kehamilan, anemia yang sering ditemukan adalah anemia

    hemopoetik karena kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi), asam folat

    (anemia megaloblastik), dan protein. (14)

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    6/20

    6

    VI. Gejala klinis

    Gambar 1: Grafik menunjukkan kekurangan asam folat, protein dan zat besi dapat menyebabkan

    kekurangan oksigen jaringan dan mengakibatkan terjadinya anemia. Dikutip dari kepustakaan(6)

    Gejala klinis dari anemia bervariasi, bergantung pada tingkat anemia yang

    diderita. Berdasarkan gejala klinis anemia dapat dibagi menjadi anemia ringan,

    sedang dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah :

    a) Anemia ringan : adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu dan sesak.

    b) Anemia sedang : adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak, edema kaki, dan

    tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis, ginggivitis, emesis

    atau diare.c) Anemia berat: adanya gejala klinis seperti anemia sedang dan ditambah dengan

    tanda seperti demam, luka memar, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis,

    thermogenesis yang terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan

    splenomegali bisa membawa seorang dokter untuk mempertimbangkan kasus

    anemia yang lebih berat. (4,7,8)

    Kekurangan Asam Folat Kekurangan Protein Kekurangan zat besi

    Berkurang pembentukan

    dan terjadinya kelainansel darah merah

    Berkurang pembentukan

    hemoglobin

    Berkurang pembentukan

    tissue respiratory

    enzymes

    Anemia Megaloblastik

    Anemia Defisiensi Besi

    Defisiensi penggunaan

    oksigen

    Defisiensi pengangkutan

    oksigen di dalam darah

    Gejala Klinis Anemia

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    7/20

    7

    VII. Diagnosis Anemia dalam Kehamilan

    Untuk menegakkan diagnosa anemia kehamilan dibuuhkan anamnesa yang

    akan diperoleh keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu, sesak,

    berdebar-debar, muntah-muntah, diare. Selain itu dari pemeriksaan fisis dapat

    ditemukan edema kaki, tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental,

    glossitis, ginggivitis, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis, thermogenesis yang

    terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan splenomegali sesuai dengan derajat

    anemia yang diderita.(1,4,7,8)

    Pemeriksaan penunjang dan pengawasan dapat dilakukan dengan alat

    sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

    a) Anemia ringan : Hb 1011 gr%

    b) Anemia sedang : Hb 710 gr%

    c) Anemia berat : Hb < 7 gr% (1)

    Pada permeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan darah lengkap,

    penting diketahui pada kehamilan normal, karena hemoglobin atau hematokrit

    cenderung rendah. Indeks sel darah merah membantu menentukan ada tidaknya

    kelainan abnormal seperti defisiensi zat besi (MCV yang rendah) atau

    makrositosis (MCV yang tinggi). Hemoglobin atau hematokrit harus diulang saat

    trimester ketiga (lebih kurang 28 sampai 32 minggu) dan lebih sering jika

    diindikasikan. Ras tertentu harus mempunyai tes skrining untuk kondisi tertentu

    seperti pada pasien kulit hitam harus menjalani tes Sickledex atau elektroforesis

    hemoglobin untuk melihat sickle cell trait disease dan menentukan defisiensi

    glucose 6-phosphate dehydrogenase.(1)

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    8/20

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    9/20

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    10/20

    10

    Prevalensi defisiensi besi, bagaimanapun, secara logis jauh lebih besar dari

    anemia, menunjukkan bahwa sebagian besar wanita yang memasuki kehamilan

    dengan asupan zat besi tidak memadai untuk memenuhi peningkatan kebutuhan

    zat besi yang diperlukan untuk ekspansi massa sel darah merah pada ibu serta

    untuk perkembangan janin dan plasenta. Sekitar 1000 mg zat besi yang diperlukan

    selama kehamilan, 500 mg digunakan untuk mendukung perluasan massa

    hemoglobin ibu dan 300 mg untuk perkembangan janin dan plasenta.(14)

    Hampir semua kebutuhan zat besi terjadi pada paruh kedua kehamilan,

    ketika pembentukan organ janin terjadi. Rata-rata, kebutuhan besi harian adalah

    antara 6 dan 7 mg dibandingkan dengan 1 mg / hari dalam kondisi fisiologis

    normal. Selama 6 sampai 8 minggu terakhir kehamilan, kebutuhan meningkat

    hingga 10 mg / hari. Meskipun penyerapan zat besi yang meningkat secara

    substansial selama kehamilan dan cukup pada pemenuhan zat besi wanita yang

    sehat, itu gagal untuk memenuhi kebutuhan pemakaian zat besi wanita hamil.

    Pada wanita yang memasuki kehamilan dengan cadangan zat besi rendah,

    suplemen zat besi sering gagal untuk mencegah kekurangan zat besi. Lebih jauh

    lagi, kondisi seperti implantasi plasenta yang abnormal dapat menyebabkan

    kehilangan darah kronis dan meningkatkan kebutuhan zat besi selama kehamilan.

    (2)

    Sehubungan dengan periode postpartum, peningkatan volume plasma

    selama kehamilan yang secara proporsional lebih tinggi dari peningkatan massa

    sel darah merah darah menghasilkan hemodilusi yang fisiologis. Akibatnya, ibu

    dilindungi dari hilangnya sel darah merah selama perdarahan yang berhubungan

    dengan persalinan. Namun, 5% dari persalinan disertai dengan kehilangan darah

    >1 L, dan gejala anemia, termasuk gejala jantung, bisa terjadi pada parturients,

    sehingga mengekspos mereka untuk transfusi darah.(2,3)

    Perdarahan menahun yang menyebabkan kehilangan besi atau kebutuhan

    besi yang meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga cadangan besi makin

    menurun (13)

    Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi

    yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state). Keadaan ini ditandai

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    11/20

    11

    oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta

    pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi berlanjut

    terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk

    eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit

    tetapi anemia secara klinis belum terjadi. Keadaan ini disebut sebagai iron

    deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah

    peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam

    eritrosit. Saturasi transferin menurun dan kapasitas ikat besi total (total iron

    binding capacity = TIBC) meningkat, serta peningkatan reseptor transferin dalam

    serum. Apabila penurunan jumlah besi terus terjadi maka eritropoesis semakin

    terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun. Akibatnya timbul anemia

    hipokromik mikrositik, disebut sebagai anemia defisiensi besi (iron deficiency

    anemia).(13)

    Gejala klinis anemia defisiensi besi adalah pucat, lemah, lesu, anoreksia,

    sesak, depresi mental, nyeri kepala, berdebar-debar, rambut halus dan rapuh,

    koilonikia, atropi papila lidah dan stomatitis. Pucat ditemukan di mukosa

    membran, konjugtiva, kuku, dan telapak tangan. Pada kasus yang berat,

    ditemukan takikardia dan takipnea.(8)

    Penegakan diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena

    ditandai ciri-ciri yang khas bagi defisiensi besi. Menggunakan pemeriksaan

    apusan darah tepi dapat ditemukan mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang

    ringan tidak selalu menunjukkan ciri-ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat

    normositer dan normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi dapat

    berdampingan dengan defisiensi asam folat. Sifat lain yang khas bagi defisiensi

    besi adalah kadar zat besi serum rendah, ferritin yang rendah, daya ikat zat besi

    serum tinggi, protoporfirin eritrosit tinggi, reseptor transferin yang meningkat, dan

    tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang. Apabila pada pemeriksaan

    kehamilan hanya hemoglobin yang diperiksa dan Hb kurang dari 10gr/dL, maka

    wanita dapat dianggap sebagai menderita anemia defisiensi besi, baik yang murni

    maupun yang dimorfis, karena tersering anemia dalam kehamilan adalah anemia

    defisiensi besi. Nilai Hb yang kurang dari 10g/dl dianggap sebagai anemia

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    12/20

    12

    defisiensi besi yang ringan, manakala Hb yang kurang dari 8g/dl adalah anemia

    defisiensi besi yang berat. (2,11,13)

    Gambar 3. Diagnosis anemia defisiensi besi. Dikutip dari kepustakaan(10)

    Terapi zat besi oral terbukti efektif dalam memperbaiki anemia defisiensi

    besi pada banyak kasus. Kemanjurannya mungkin, namun terbatas pada banyak

    pasien karena dosis bergantung pada efek samping, kurangnya kepatuhan dan

    penyerapan zat besi yang tidak cukup di duodenum. Juga harus dicatat bahwa

    meskipun ada bukti yang mendukung perbaikan parameter status hematologi dan

    besi dengan suplementasi besi oral, data pada peningkatan berat lahir dan

    berkurangnya kelahiran prematur masih kurang.(2,3)

    Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu

    ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb

    20 g/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir

    rendah.(5)

    Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai

    dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu:

    (15)

    Dosis pencegahan

    Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb. Dosisnya

    yaitu 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut

    selama minimal 90 hari masa kehamilan mulai pemberian pada waktu

    pertama kali ibu memeriksa kehamilannya.(15)

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    13/20

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    14/20

    14

    Protokol ir on dextran

    Indikasi :Pengobatan anemia defisiensi besi pada pasien yang tidak dapat mengabsorbsi zat

    besi secara oral.

    Kontraindikasi :

    Hipersensitif pada iron dextran complex

    Digunakan secara berhati-hati pada penderita dengan asma, gangguan

    hepar dan arthritis rheumatoid.

    Dosis :

    Tes Dosis :

    0,5 mL i.v/i.m untuk permulaan terapi

    Untuk i.v dosis, dilusi 25mg/0,5 mL dalam 50 mL isotonic saline solution

    dan infus sekitar 15 menit.

    Sediakan epinefrine di samping penderita. Observasi penderita selama 30

    menit untuk melihat ada tidaknya reaksi anafilaktik.

    Dosis (mL) :

    0,0476 x berat badan (kg) x (14,8observasi Hgb) + (1mL/5kg hingga

    maksimum 14mL untuk penyimpanan zat besi)

    Dosis maksimum i.v = 3000mg (60 mL)

    Dilusi jumlah dosis di dalam 250-1000mL isotonic saline solution.

    Volume yang sering digunakan 500mL

    Konsentrasi maksimum = 50 mg/mL

    Infus selama 1-6 jam (kecepatan tidak lebih dari 50mg/min). Batas waktu

    infus yang sering digunakan sekitar 2-3 jam. Observasi pasien untuk

    25mL yang pertama untuk mengobservasi ada tidaknya reaksi alergik.

    Jangan menambah iron dextran pada total nutrisi parenteral.

    Efek samping:

    Kardiovaskular : flushing, hipotensi, kolaps kardiovaskular (10%), menggigil

    (

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    15/20

    15

    Dermatologik : urtikaria, flebitis (10%).

    Catatan : diaphoresis, urtikaria, demam, menggigil dan pusing mungkin timbul

    24-48 jam pertama setelah diberikan i.v dan 3-4 hari setelah i.m. Reaksi

    anafilaktik terjadi dalam menit-menit pertama setelah disuntik.

    Observasi : Tekanan darah setiap 5 menit selama tes dosis. Lihat reaksi alergik

    dan efek samping 3-4 hari pertama. Cek hemoglobin dan retikulosit.

    Gambar 4 :Tabel di atas menunjukkan cara pemberian preparat besi pada wanita hamil beserta

    efek sampingnya. Dikutip dari kepustakaan(9)

    B. ANEMIA MEGALOBLASTIK

    Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi

    asam folat (pterolyglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12

    (cyanocobalamin). Asam folat merupakan vitamin larut air yang sumbernya dari

    daging, hati, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Penyimpanan asam folat pada

    tubuh adalah di hepar. Berbeda dari Eropa dan di Amerika Serikat frekuensi

    anemia megaloblastik dalam kehamilan cukup tinggi di Asia. Hal itu erat

    hubungannya dengan defisiensi gizi di negara yang berkembang. Anemia

    megaloblastik sering ditemukan pada multipara yang berusia lebih dari 30 tahun,

    atau individu dengan diet tidak adekuat (intake asam folat yang kurang). Faktor

    lain yang menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik adalah pasien yang

    mempunyai riwayat penyakit seperti preeklampsia, eklampsia, sickle cell anemia,

    dan pasien yang masih dalam pengobatan epilepsi (primidone atau fenitoin).(5,8,11)

    Asam folat diperlukan untuk sintesa DNA di dalam tubuh, karena itu

    diperlukan kebutuhan asam folat maksimum saat jaringan janin dibentuk.

    Defisiensi asam folat terjadi disebabkan:

    a) Intake yang kurang : diet yang kurang asam folat, muntah dalam kehamilan

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    16/20

    16

    b)Penggunaan asam folat meningkat : kebutuhan saat hamil bertambah,

    kecepatan pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan uterus.(14)

    Turunnya kadar hemoglobin tidak terjadi sampai habisnya simpanan folat,

    yaitu sekitar 90 hari. Gejala klinis termasuk lesu, anoreksia, depresi mental,

    glossitis, ginggivitis, emesis atau diare biasa terjadi.(8)

    Diagnosis anemia megaloblastik ditegakkan apabila ditemukan megaloblas

    atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas anemia

    megaloblastik dari apusan darah tepi adalah makrositer dan hiperkrom yang tidak

    selalu dijumpai, kecuali bila anemianya sudah berat. Perubahan-perubahan dalam

    leukopoesis, seperti hipersegmentasi granulosit dan polimorfonuklear yang

    merupakan petunjuk bagi defisiensi asam folat. Defisiensi asam folat sering

    berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan. Standar buku emas untuk

    penegakan diagnosis anemia megaloblastik adalah dengan pemeriksaan kadar

    serum folat absorption testdan clearance testasam folat.(5,9)

    Pada pengobatan anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya

    diberikan terapi oral asam folat bersama-sama dengan zat besi. Tablet asam folat

    diberikan dalam dosis 5-10 mg/hari. Anemia megaloblastik jarang disebabkan

    oleh defisiensi vitamin B12. Apabila anemia megaloblastik disebabkan oleh

    defisiensi vitamin B12, diberikan dosis terapi oral minimum 6-9 mg/hari. Karena

    anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat, maka transfusi

    darah kadang-kadang diperlukan apabila kehamilan masih preterm atau apabila

    pengobatan dengan berbagai obat penambah darah bisa tidak berhasil.(5,8,11)

    IX. Komplikasi

    Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik

    dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai

    penyulit dapat timbul akibat anemia seperti :

    1) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan

    a) Abortus (keguguran)

    b) Persalinan prematurus

    c) Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    17/20

    17

    d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)

    e) Mola hidati dosa

    f) Mudah terjadi infeksi

    g) Hyperemesis gravidarum

    h) Perdarahan sebelum persalinan

    i) Ketuban pecah dini

    2) Pengaruh Anemia terhadap Persalinan

    a) Gangguan his

    b) Kala II dapat berlangsung lama dan partus lama

    c) Kala uri dapat diikuti retensio placenta dan kelemahan his.

    3) Pengaruh Anemia pada Saat Nifas

    a) Terjadi sub involusi uteri menimbulkan pendarahan post partum

    b) Memudahkan infeksi puerpuerium

    c) Pengeluaran ASI berkurang

    d) Terjadinya dekompensasi kordis.

    4) Pengaruh Anemia terhadap Janin

    a) Kematian janin dalam kandungan

    b) Berat bayi lahir rendah

    c) Kelahiran dengan anemia

    d) Cacat bawaan

    e) Mudah terinfeksi sampai kematian perinatal

    f) Inteligensi rendah.(1)

    X. Prognosis

    Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu

    dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan banyak

    atau komplikasi lain. Anemia berat meningkatkan morbiditas dan mortalitas

    wanita hamil. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia

    defisiensi besi tidak menunjukkan hemoglobin (Hb) yang rendah, namun

    cadangan zat besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai

    anemia infantum.(5,11)

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    18/20

    18

    Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik

    tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan dengan

    asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan

    selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak

    akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak kebutuhan asam

    folat jauh berkurang. Anemia megaloblastik berat dalam kehamilan yang tidak

    diobati mempunyai prognosis buruk. Angka kematian bagi ibu mendekati 50%

    dan bagi janin 90%.(5,8)

    XI. KESIMPULAN

    Anemia dalam kehamilan memberi resiko pada ibu dan janin sehingga

    setiap wanita hamil perlu diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1

    tablet sehari. Selain itu, wanita dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang

    tinggi protein serta sayuran yang mengandung banyak mineral dan vitamin. Pada

    umumnya asam folat tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah dengan

    frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan

    zat besi tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka harus ditambah dengan

    asam folat. (11)

  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    19/20

    19

    DAFTAR PUSTAKA

    1) Nasution R. Hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan

    kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTDK Puskesmas Desa

    Baru tahun 2011. [cited on Februari 2013]. Available on

    http://rustonnasution.files.wordpress.com/2012/03/bab-i-v-final.pdf.

    2) Wijanti RE, Rahmaningtyas I, dan Widari D. Hubungan pola makan ibu

    hamil trimester III dengan kejadian anemia. Dalam : Tunas-tunas Riset

    Kesehatan Volume II Nomor 2 bulan Mei 2012. [cited on Februari 2013].

    Available on http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22128590_2089-

    4686.pdf

    3) Tristiyanti WF. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamilstatus di kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor, Jawa barat. Bogor : Prodi

    Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut

    Pertanian Bogor. [cited on Februari 2013]. Available on

    http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44643/A06wft.pdf

    4) Sutkin G, Isada N.B, Stewart M, Powell S. Hematologic complications. In:

    Evans A.T, Seigafuse S, Shaw R. et al, eds. Manual of obstetrics. 7 th

    edition. Texas : Lippincott Williams & Wilkins, 2007; 328, 330-1.

    5) Hudono S.T. Penyakit darah. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin A.B,

    Rachimhadhi T, eds. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina

    Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006; 448, 450-7.

    6) Hanretty K.P. Systemic diseases in pregnancy. In : Hanretty K.P, Ramsden

    I, Callander R, eds. Obstetrics illustrated. 6thedition. London : Churchill

    Livingstone, 2003; 137, 138, 141

    7) Szymanski L.M, Mumuney A.A. Hematologic disorders of pregnancy. In:

    Fortner K.B, Szymanski L.M, Fox H.E, Wallach E.E et al, eds. The Johns

    Hopkins manual of gynecology and obstetrics. 3rd edition. Maryland :

    Lippincott Williams & Wilkins, 2007; 216

    8) Pernoll M.L. Medical and surgical complications during pregnancy :

    Hematologic disorders. In : Benson & Pernolls handbook of obstetrics &

    gynecology. 10th edition. New York : McGraw-Hill Medical Publishing

    Division, 2001; 435-89) Weiner C.P, Oh C. Coagulation and hematological disorders of pregnancy.

    In : Reece E.A, Hobbins J.C, Gant N.F, eds. Clinical obstetrics, the fetus

    & mother. 3rd edition. Massachusetts : Blackwell Publishing, 2007; 849-51

    10) Cunningham F.G, Hauth J.C, Bloom S.L, Leveno K.J et al. Hematological

    disorders. In : William obstetrics. 22nd edition. New York : Mc-Graw Hill

    Medical Publishing Division, 2005; 1143, 1145, 1148

    11) Samuels P. Hematologic complications of pregnancy. In Gabbe S.G,

    Niebyl J.R, Simpson J.L et al, eds. Obstetrics normal and problem

    pregnancies. 5thedition. Tennessee : Mosby Elsevier, 2007; 1050, 1052

    http://rustonnasution.files.wordpress.com/2012/03/bab-i-v-final.pdfhttp://rustonnasution.files.wordpress.com/2012/03/bab-i-v-final.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22128590_2089-4686.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22128590_2089-4686.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22128590_2089-4686.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22128590_2089-4686.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22128590_2089-4686.pdfhttp://rustonnasution.files.wordpress.com/2012/03/bab-i-v-final.pdf
  • 8/13/2019 154042157-Anemia-Dalam-Kehamilan.pdf

    20/20

    20

    12) Pitkin J, Peattie A.B, Magowan B.A. Anemia in pregnancy. In : Obstetrics

    and gynaecology, an illustrated colour text. 1st edition. London : Churchill

    Livingstone, 2003; 32-313) Sinurat TS. Anemia dalam kehamilan. 2012. [cited 15 Agustus 2012].

    Available from: URL:

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21579/5/Chapter%20I.pdf

    14) Fairley D.H. Diseases in pregnancy. In : Lecture notes obstetrics and

    gynaecology. 2ndedition. Oxford : Blackwell Publishing, 2004; 140-2

    15) Anonim. 2011. Suplementasi Zat Besi. [cited on Februari 2013]. Available

    on http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34941/4/Chapter%20II.