174753136 Drosophila Melanogaster Sebagai Organisme Percobaan Genetika

Embed Size (px)

Citation preview

  • Drosophila melanogaster sebagai Organisme Percobaan Genetika

    Wahyu Noviarini (1511100075)

    Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Sepuluh

    Nopember

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

    PENDAHULUAN

    Lalat atau Drosophila baik disadari ataupun tidak telah hadir dalam setiap

    lingkungan kita. Dalam penelitian tentang lalat, orang pertama yang menggunakan

    lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai objek penelitian genetika adalah

    Thomas hunt morgan yang berhasil menemukan pautan seks dan gen

    rekombinan. Drosophila mudah ditemukan di sekitar buah-buahhan yang sudah

    matang atau makanan yang sudah basi atau mengalami fermentasi. Namun demikian

    untuk pemeliharaan dan pembiakan, Drosophila membutuhkan media yang tepat

    supaya dapat tetap hidup dan berkembangbiak dengan baik. Untuk pemeliharaan

    Drosophila dapat digunakan bermacam-macam medium mulai dari medium yang

    sederhana hingga medium yang lengkap.

    Tujuan dari praktikum Drosophila melanogaster sebagai organisme

    percobaan genetika ini antara lain mengetahui cara membuat medium kultur

    Drosophila melanogaster, mengetahui morfologi dan siklus hidup Drosophila

    melanogaster, mengetahui perbedaan seks lalat jantan dan lalat betina Drosophila

    melanogaster dan variasi fenotip dan genotip mata lalat yang terangkai kromosom

    kelamin X serta mengetahui hasil perkawinan hibrid pada Drosophila melanogaster

    dan rasio fenotip pada keturunan F1 dan F2.

    Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di

    buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian

    genetika dan perilaku hewan. Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila

    melanogaster (Borror, 1993):

    Kingdom Animalia

    Phyllum Arthropoda

    Classis Insecta

    Ordo Diptera

    Familia Drosophilidae

    Genus Drosophila

    Species Drosophila melanogaster

  • Drosophila melanogaster adalah serangga bersayap yang masuk ke dalam

    Ordo Diptera (bangsa lalat). Spesies ini umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam

    pustaka-pustaka biologi eksperimental (walaupun banuak jenis lalat buah lainnya)

    dan merupakan organisme model yang paling banyak digunakan dalam penelitian

    genetika, fisiologi dan evolusi kehidupan sejarah Drosophila melanogaster popular

    karena sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu dua minggu untuk

    menyelesaikan daur hidupnya), mudah pemeliharaannya, serta memilki benyak

    variasi fenotip yang relatif mudah diamati (Sucipto, 2008).

    METODOLOGI

    Pada praktikum pindah silang ini, bahan yang digunakan yaitu lalat

    Drosophila melanogaster tipe liar, medium kultur, antifungal, blender, autoclave,

    botol pembiusan, botol kultur, kertas saring, kompor, panci, pisau, oven, timbangan,

    sedotan plastik transparan, pinset , alumunium foil, mikroskop, busa steril, cotton

    bud, dan kuas kecil.

    Pembuatan Medium Kultur Drosophila melanogaster

    Langkah yang pertama dalm pembuatan medium kultur ini adalah

    menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan medium ini. Setelah

    itu kertas saring dilipat. Membuat sumbat gabus dari busa sesuai dengan besarnya

    mulut botol medium merupakan langkah selanjutnya. Kemudian kertas saring dan

    sumbat gabus disterilkan dengan oven selama 10 menit dengan suhu 80-900C. Setelah

    itu dicampurkan pisang raja masak, antifungal, fermipan, gula aren, agar, asam sorbat

    dan aquadest serta diaduk dengan menggunakan blender hingga homogen.

    Dimasukkan sebanyak 50 ml medium tersebut ke dalam botol kultur, kemudian

    ditutup dengan alumunium foil dan disterilkan dengan autoclave pada suhu 1210C

    selama 15 menit. Setelah itu dimasukkan lipatan kertas saring steril dalam posisi

    miring melekat pada slah satu dinding botol kultur. Kemudian ditutup dengan sumbat

    dan didiamkan hingga medium memadat dalam suhu kamar.

    Penangkapan Drosophila melanogaster

    Langkah-langkah yang dilakukan adalah menaruh irisan-irisan buah yang

    masak pada toples. Ddidiamkan 1 malam, dan keesokan harinya diambil dan ditutup

    toplesnya.

    Pengamatan Morfologi dan Perkawinan Drosophila melanogaster

    Dalam praktikum ini akan dilakukan perkawinan lalat buah Drosophila

    melanogaster dengan variasi sifat mata merah dan mata merah yang dikode oleh gen

    yang terpaut kromosom X. Sampel lalat yang telah didapat dibius dalam botol bius.

    Caranya dengan mencelupkan cotton bud dalam kloform, ditunggu sampai lalat

  • pingsan. Setelah pingsan, diamati jenis kelaminnya. Dimasukkan 3 pasang lalat

    jantan dan betina dalam medium kultur, kemudian ditutup dengan sumbat gabus.

    Dibiakkan selama 10-14 hari untuk mendapatkan keturunan F1. Dilakukan

    pengamatan daur hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa. Diamati dan dihitung

    rasio keturunan F1. Hasil dari F1 dikawinkan untuk menghasilkan keturunan F2 dan

    dihitung rasio keturunan F2. Kemudian dilakukan uji chi square untuk menentukan

    apakah hasil perkawinan pada percobaan ini sesuai dengan hukum mendel.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Banyak alasan yang dapat diberikan untuk dapat menerangkan mengapa lalat

    buah (Drosophila melanogaster) sering sekali dipakai dalam percobaan genetika,

    bahkan merupakan faktor penentu bagi perkembangan bidang genetika hingga kini.

    Penggunaan lalat Drosophila sebagai materi percobaan genetika yang sudah cukup

    lama ini mempunyai beberapa alasan, yaitu :

    1. Mudah didapat

    2. Pemeliharaan mudah dan murah

    3. Siklus hidup pendek

    4. Mudah dibedakan antara yang jantan dan betina

    5. Menghasilkan keturunan yang banyak dalam satu siklus hidup

    6. Memiliki banyak mutan

    7. Jumlah kromosom sedikit

    8. Memiliki kromosom raksasa

    9. Lalat Drosophila jantan tidak mengalami pindah silang

    (Anonim2, 2013).

    Ciri-ciri pembeda Jantan Betina

    Ukuran tubuh Ukuran tubuh lebih kecil

    dibanding betina

    Ukuran tubuh lebih besar

    dibanding jantan

    Warna tubuh Bagian belakang (ujung

    abdomen) lebih gelap

    dibanding betina

    Bagian belakang lebih

    terang dibanding jantan

    Panjang sayap Sayapnya lebih pendek

    dibandingkan betina

    Sayapnya lebih panjang

    dibandingkan jantan

    Sisir kelamin Ada sisir kelamin Tidak ada sisir kelamin

    Bentuk ujung abdomen Tumpul lancip

    (Didjosepoetro, 1974).

  • Pada percobaan Drosophila melanogaster sebagai organisme percobaan

    genetika ini, terlebih dahulu dibuat medium kultur sebagai tempat pembiakan lalat

    drosophila. Medium dibuat dari 600 gram pisang raja masak, ragi tape/ fermipan 20

    gram, gula aren 100 gram, agar-agar swallow 7 gram, antifungal 7 ml, asam sorbet 10

    ml, serta aquades 411 ml. Pisang raja berfungsi sebagai sumber nutrisi untuk lalat

    drosopila. Selain itu juga sebagai sumber karbon yang bisa menyerap hasil ekskresi

    metabolit lalat. Digunakan pisang raja, dikarenakan pisang raja mengandung zat gizi

    yang dibutuhkan oleh tubuh lalat. Dari buah pisang raja per 100 gram mengandung

    protein 1,2 g, karbohidrat 31,8g, kalsium 10mg, fosfor 22mg, besi 0,8mg, vitamin A

    950 SI, vitamin B 0,06 mg, vitamin C 10, dan air 65,8g (Anonim1, 2009). Ragi

    tape/fermipan berfungsi sebagai bibit jamur yang juga untuk nutrisi lalat, gula aren

    berfungsi untuk sumber glukosa dan sukrosa, agar-agar swallow berfungsi sebagai

    bahan pemadat medium. Antifungal berfungsi sebaai kontrol jamur yang tidak

    diinginkan. Asam sorbet sebagai pengawet medium kultur sedangkan aquades

    berfungsi sebagai pengencer medium kultur.

    Semua bahan dihomogenkan kemudian dimasukan ke medium kultur

    sebanyak 50 ml. Botol kultur kemudian dimasukkan ke dalam autoclave pada suhu

    121oC. Hal ini bertujuan untuk sterilisasi alat dan bahan medium kultur. Yaitu

    membebsakan medium dari mikroorganisme yang merugikan. Kemudia pada medium

    kultur dimasukkan kertas saring dengan posisi miring dan berdiri dengan tujuan

    untuk menyerap air pada medium serta sebagai tempat melekatnya larva. Botol

    medium lalu ditutup menggunakan sumbat dari busa, agar tetap ada sirkulasi udara

    antara daerah luar dan dalam medium.

    Setelah medium dibuat, kemudian lalat yang ditangkap diidentifikasi

    kelaminnya. Sebelum dilakukan pengidentifikasian kelamin pada lalat Drosophila,

    maka perlu dilakukan pembiusan terlebih dahulu dengan menggunakan khloroform.

    lalat yang berada di dalam botol penangkap, dipindahkan ke dalam kantong plastik

    putih. Ketika dipindahkan, botol penangkap ditutup dengan kain berwarna gelap. Hal

    ini supaya lalat lebih mudah keluar ke kantong plastik, karena lalat Drosophila lebih

    senang menuju ke arah cahaya. Setelah beberapa lalat berada di dalam kantong

    plastik, maka dilakukan pembiusan dengan cara memasukkan kapas yang telah

    ditetesi sedikit khloroform ke dalamnya selama beberapa saat hingga pingsan. Lalat

    yang pingsan diletakkan di atas petridish dan diidentifikasi jenis kelaminnya dengan

    kaca pembesar. Kemudian, lalat yang sudah teridentifikasi jenis kelaminnya,

    dimasukkan ke dalam medium. Kelompok 4A memasukan lalat pada botol medium I

    sebanyak tiga pasang. Lalat dibiakkan hingga mencapai F2. Parental dari lalat buah

    yang dibiakkan diasumsikan memiliki fenotip TT (homozigot dominan warna mata

    merah) >< Tt (heterozigot warna mata merah). Ketika disilangkan, maka akan

    mendapatkan ketutunan F1 seperti diagram panet dibawah ini:

  • P TT x Tt

    G T T,t

    F1:

    T T

    T TT Tt

    Perbandingan fenotip:

    = Tt ( mata merah)

    = TT

    = Tt

    Perbandingan genotip, mata merah : mata putih=1:0. Setelah dibiakkan

    sedemikian rupa, diperoleh anakan jantan dan betina sejumlah (F1) sejumlah 109.

    Dilakukan perhitungan sebagai berikut:

    Merah Putih Jumlah

    Diperoleh (o) 109 0 109

    Diharapkan (e) 1/1 x 109 = 109 1/1 x 109 = 109 109

    Deviasi (d)

    [d-1/2]

    (d-1/2)2

    X2

    = +

    =

    K n-1=2-1=1

    Kemudian, dilihat pada tabel nilai kritis distribusi X2

    Drosophyla yang dimasukan ke dalam medium sebagai objek penelitian

    terdiri dari beberapa lalat, yaitu 2 ekor lalat jantan dan 3 ekor lalat betina. Pada hari

    pertama setelah lalat dimasukan ke dalam medium (26 Maret 2013) tampak ada

    bintik-bintik putih kecil dan terlihat basah. Ternyata bintik-bintik tersebut adalah

    telur Drosophyla.

    Pada hari ketiga telur mulai ada yang menetas dan tampak larva yang

    bergerak-gerak seperti belatung (larva I=1, larva II=4). Larva I ini berwarna putih dan

    beruas-ruas dengan titik hitam di salah satu ujungnya dan diperkirakan titik hitam ini

    adalah cikal bakal mata. Perkembangan larva dilanjutkan pada hari berikutnya yang

    ditandai dengan adanya pertambahan ukuran memanjang dan membesar.

    Pada hari keenam, terdapat larva III sebanyak 2 dan ada larva yang tampak

    tidak bergerak sebanyak 2, ternyata larva-larva tersebut tengah mengalami perubahan

    untuk menjadi pupa. Ukuran pupa lebih pendek dari ukuran larva sebelumnya dan

    pupa yang masih muda warnanya tampak lebih muda daripada pupa yang sudah

    berusia 2 atau 3 hari. Pada pupa masih terlihat adanya ruas-ruas dan titik hitam yang

    2 (mata merah)

    1

  • terdapat di salah satu ujungnya pun masih jelas terlihat pada fase ini. Pada hari

    keenam, jumlah larva semakin banyak yaitu 21.

    Pada hari kedua belas, individu-individu baru Drosophyla muncul dari pupa-

    pupa yang sudah matang, banyak lalat yang keluar dari pupa yang disebut imago.

    Selanjutnya keluar lagi individu-individu lainnya dengan jenis kelamin jantan dan

    betina. Pada hari terakhir pengamatan ditemukan F1 berjumlah 106 lalat betina dan 3

    lalat jantan.

    Setelah itu dimasukkan 3 lalat jantan dan 3 lalat betina ke medium baru yang

    akan digunakan pada percobaan F2. Pada percobaan F2 hanya ditemukan telur dari

    lalat, hingga pada pengamatan yang terakhir tetap tidak ada perubahan. Ini

    dimungkinkan terjadinya kontaminasi pada medium yang mengakibatkan telur lalat

    tersebut tidak dapar berkembang seperti pada percobaan F1.

    KESIMPULAN

    Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah medium kultur

    Drosophila melanogaster dibuat dari beberapa jenis bahan dan zat untuk tempat

    perkembangbiakan lalat tersebut agar dapat berekembang dengan baik. Drosophila

    melanogaster memiliki siklus hidup dari telur, larva (I,II,III) pupa dan imago.

    Drosophila melanogaster jantan dan betina dapat dibedakan dari ukuran tubuh, ada

    tidaknya sex comb dan jumlah segmen pada abdomen. Selain itu hasil perkawinan F1

    diperoleh imago 109 dengan semuanya mata merah dan F2 hanya berupa telur akibat

    medium yang kontam. Dari hasil perhitungan chi square hasil ini tidak signifikan

    karena lebih dari 0,005 jadi tidak sesuai dengan hukum mendel.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim1. 2009. Manfaat Pisang Raja. Disadur dari www.devanjer.com pada tanggal

    16 April 2013 pukul 20.30 WIB

    Anonim2. 2010. Drosophila melanogaster. Disadur dari www.users.rcn.com pada

    tanggal 16 April 2013 pukul 21.17 WIB

    Borror, D.J., Triplehorn, C. A., dan Johnson, N.F. 1993. Pengenalan Pelajaran

    Serangga. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

    Didjosepoetro.1974. Pengantar Genetika. DepDikBud: Jakarta

    Sucipto, Adi. 2008 . Kromosom and Karyotipe . http://www.naksara.net. Diakses

    pada tanggal 16 April 2013 pukul 21.20 WIB