5
24 PENILAIAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDEKATAN AUDIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABANJAHE Gita Elisa Berlina Ginting*, Setiawan** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan ** Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Phone: 085762208713 Email: [email protected] Abstrak Penilaian kinerja perawat merupakan salah satu upaya manajemen rumah sakit yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Audit adalah sebuah proses yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui pemeriksaan dokumentasi pelayanan yang sistematis berdasarkan standar pelayanan keperawatan. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 58 orang yang diperoleh dengan menggunakan tehnik total sampling. Data dikumpulkan menggunakan form retrospective audit yang telah dimodifikasi yang terdiri dari 12 pernyataan yang berhubungan dengan lima proses standar pelayanan keperawatan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2012. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa lebih dari setengah (57.1%) perawat memiliki kinerja yang baik dan sisanya (42.9%) memerlukan peningkatan kinerja. Dari hasil penelitian ini direkomendasikan agar rumah sakit membuat sebuah kebijakan yang berhubungan dengan pendokumentasian pelayanan keperawatan dan melakukan penilaian terhadap pendokumentasian secara berkala dan sistematis untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Kata Kunci: Penilaian kinerja perawat, Audit keperawatan PENDAHULUAN Pelayanan yang berpusat pada pasien (patient centeredness) saat ini diterima secara luas sebagai inti utama pelayanan kesehatan (AF4Q, 2012). Hal ini menyebabkan rumah sakit secara terus menerus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan keperawatan. Keperawatan adalah kelompok profesi terbesar dan berperan vital dalam sistem tersebut yang menyebabkan perawat memiliki kontribusi kinerja yang penting dalam penentuan kualitas sebuah rumah sakit (Marquis & Huston, 2010). Kinerja perawat adalah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan uraian tugas seorang perawat yang berdasarkan pada lima proses standar asuhan keperawatan. Kualitas kinerja perawat didefinisikan sebagai sebuah tingkatan kemampuan individual maupun kelompok untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan pengetahuan profesionalnya (Potter & Perry, 2002). Penilaian kinerja perawat adalah sebuah proses di mana pencapaian kinerja individu atau kelompok diukur dan dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan (Ellis & Hartley, 2012). Selain mengacu pada lima standar asuhan pelayanan keperawatan, aspek penilaian kinerja perawat juga meliputi kualitas praktik keperawatan, pendidikan perawat, praktik profesional perawat, collegiality, kolaborasi, tindakan etik, penggunaan sumber daya dan penelitian (ANA, 2010). Tujuan dari penilaian kinerja perawat adalah untuk mendapatkan segala informasi mengenai kelebihan dan kekurangan perawat dalam melakukan tugasnya sesuai fungsi dan perannya yang kemudian akan dijadikan pertimbangan untuk memutuskan

182-578-2-PB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

good

Citation preview

Page 1: 182-578-2-PB

24

PENILAIAN KINERJA PERAWAT DALAM

PENDEKATAN AUDIT DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KABANJAHE

Gita Elisa Berlina Ginting*, Setiawan**

*Mahasiswa Fakultas Keperawatan

** Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Phone: 085762208713

Email: [email protected]

Abstrak

Penilaian kinerja perawat merupakan salah satu upaya manajemen rumah sakit yang bertujuan untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Audit adalah sebuah proses yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui pemeriksaan dokumentasi

pelayanan yang sistematis berdasarkan standar pelayanan keperawatan. Penelitian deskriptif ini

bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 58 orang yang diperoleh dengan menggunakan tehnik total

sampling. Data dikumpulkan menggunakan form retrospective audit yang telah dimodifikasi yang

terdiri dari 12 pernyataan yang berhubungan dengan lima proses standar pelayanan keperawatan.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2012. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Penelitian ini menemukan bahwa lebih dari setengah (57.1%) perawat memiliki kinerja yang baik dan

sisanya (42.9%) memerlukan peningkatan kinerja. Dari hasil penelitian ini direkomendasikan agar

rumah sakit membuat sebuah kebijakan yang berhubungan dengan pendokumentasian pelayanan

keperawatan dan melakukan penilaian terhadap pendokumentasian secara berkala dan sistematis untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

Kata Kunci: Penilaian kinerja perawat, Audit keperawatan

PENDAHULUAN

Pelayanan yang berpusat pada

pasien (patient centeredness) saat ini

diterima secara luas sebagai inti utama

pelayanan kesehatan (AF4Q, 2012). Hal

ini menyebabkan rumah sakit secara

terus menerus berusaha meningkatkan

kualitas pelayanan khususnya pelayanan

keperawatan. Keperawatan adalah

kelompok profesi terbesar dan berperan

vital dalam sistem tersebut yang

menyebabkan perawat memiliki

kontribusi kinerja yang penting dalam

penentuan kualitas sebuah rumah sakit

(Marquis & Huston, 2010). Kinerja

perawat adalah kemampuan dan

keterampilan yang berkaitan dengan

uraian tugas seorang perawat yang

berdasarkan pada lima proses standar

asuhan keperawatan. Kualitas kinerja

perawat didefinisikan sebagai sebuah

tingkatan kemampuan individual

maupun kelompok untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan sesuai dengan

pengetahuan profesionalnya (Potter &

Perry, 2002).

Penilaian kinerja perawat adalah

sebuah proses di mana pencapaian

kinerja individu atau kelompok diukur

dan dievaluasi dan dibandingkan dengan

standar yang telah ditentukan (Ellis &

Hartley, 2012). Selain mengacu pada

lima standar asuhan pelayanan

keperawatan, aspek penilaian kinerja

perawat juga meliputi kualitas praktik

keperawatan, pendidikan perawat,

praktik profesional perawat, collegiality,

kolaborasi, tindakan etik, penggunaan

sumber daya dan penelitian (ANA,

2010). Tujuan dari penilaian kinerja

perawat adalah untuk mendapatkan

segala informasi mengenai kelebihan

dan kekurangan perawat dalam

melakukan tugasnya sesuai fungsi dan

perannya yang kemudian akan dijadikan

pertimbangan untuk memutuskan

Page 2: 182-578-2-PB

25

beberapa kebijakan terkait pendidikan

dan pelatihan, promosi, pemindahan,

terminasi, kenaikan gaji dan sebagai

salah satu hal yang memotivasi perawat

dalam meningkatkan kinerjanya

(Kaluzy, 1982).

Audit memungkinkan tinjauan

teratur mengenai informasi pada catatan

klien yang memberikan dasar untuk

evaluasi tentang kualitas dan ketepatan

perawatan yang diberikan oleh perawat

(Potter&Perry, 2002). Aspek yang

diaudit terdiri dari struktur, proses dan

tujuan yang telah ditetapkan dan secara

sistematis dievaluasi berdasarkan

kriteria yang jelas (NICE, 2002). Secara

metodologi audit asuhan keperawatan

terbagi atas dua bagian, yakni

concurrent audit dan retrospective

audit. Concurrent audit adalah jenis

audit yang dilakukan apa adanya

sedangkan retrospective audit adalah

proses audit asuhan keperawatan yang

dilakukan setelah pasien pulang dari

rumah sakit (Gillies, 1994).

Audit merupakan salah satu

upaya untuk meningkatkan kualitas

pelayanan, audit pada penerapannya

mengevaluasi tiga kualitas pelayanan

yang meliputi kenyamanan dan

keamanan pasien (patient safety),

pengalaman pasien (patient experience)

dan keefektifan pemberian pelayanan

(effectiveness of care) (Patel, 2010).

Penelitian yang dilakukan Durkin (2006)

dan Wong (2009) menemukan bahwa

audit merupakan usaha yang efektif

untuk meningkatkan kinerja perawat

khususnya dalam melakukan

dokumentasi keperawatan.

METODE

Desain yang digunakan pada

penelitian ini adalah deskriptif yang

bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja

perawat di ruang rawat inap Rumah

Sakit Umum Daerah Kabanjahe.

Sampel berjumlah 58 perawat,

diperoleh dengan menggunakan tehnik

total sampling.

Pengumpulan data dilakukan

dengan mengaudit catatan keperawatan.

Catatan keperawatan yang diaudit

berjumlah 35 buah yang berasal dari 7

ruang rawat inap. Catatan diaudit

dengan menggunakan form retrospective

audit yang dimodifikasi dari Gillies

(1994), terdiri dari 12 pernyataan yang

berhubungan dengan lima proses standar

pelayanan keperawatan yakni

pengkajian, diagnosis, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

Analisis data dilakukan dengan

tehnik komputerisasi dan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel.1.Distribusi frekuensi dan

persentase karakteristik

demografi perawat di ruang

rawat inap Rumah Sakit

Umum Kabanjahe (n=58) Data Demografi Frekuensi Persentase

(%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 4 6.9

Wanita 54 93.1

Usia (tahun)

24-30 16 27.6

31-37 21 36.2

> 37 21 36.2

Masa Kerja

(tahun)

1-5 26 44.8

6-10 18 31.0

> 10 14 24.1

Tingkat

Pendidikan

Terakhir

Diploma 3 52 89.7

Strata 1 6 10.3

Tabel 1 adalah hasil penelitian

tentang karakteristik responden, dalam

penelitian ini ditemukan bahwa

mayoritas responden adalah wanita

sebanyak 54 orang (93.1 %) dan sisanya

adalah pria sebanyak 4 orang (6.9 %),

dengan rentang usia 24-30 tahun

Page 3: 182-578-2-PB

26

sebanyak 27.6%, 31-37 tahun sebanyak

36.2% dan di atas 37 tahun sebanyak

36.2%. Masa kerja responden mayoritas

berada di rentang 1-5 tahun sebanyak

44.8%, rentang 6-10 tahun 31.0% dan di

atas 10 tahun sebanyak 24.1%. Tingkat

pendidikan terakhir mayoritas adalah

diploma 3 sebanyak 52 orang (89.7 %)

dan selebihnya adalah strata 1

keperawatan sebanyak 6 orang (10.3 %).

Tabel 2. Distribusi persentase kinerja

perawat di ruang rawat inap

Rumah Sakit Umum Daerah

Kabanjahe

Kinerja Perawat Persentase (%)

Kurang 42.9

Baik 57.1

Tabel 2 memperlihatkan hasil

pengambilan data yang dilakukan

menggunakan pendekatan audit yang

dilakukan pada catatan keperawatan

yang berjumlah 35 buah, peneliti

memperoleh bahwa secara keseluruhan

lebih dari setengah (57.1%) perawat

memiliki kinerja yang baik dalam

melakukan pelayanan keperawatan dan

sisanya (42.9%) perawat masih memiliki

kinerja yang kurang. Kurang dari

setengah (42.9%) perawat memiliki

kinerja yang baik dalam melakukan

pengkajian. Kurang dari setengah

(28.6%) perawat memiliki kinerja yang

baik dalam melakukan diagnosis dan

pelaksanaan. Mayoritas perawat (85.7%)

memiliki kinerja yang baik dalam

melakukan perencanaan keperawatan

dan sebanyak 57.1% perawat memiliki

kinerja yang baik dalam melakukan

evaluasi.

Pembahasan

Retrospective audit dilakukan

oleh peneliti dengan cara mengaudit

dokumentasi yang telah selesai ditulis

oleh perawat (Gillies, 1994).

Dokumentasi tersebut berisi form baku

yang telah dibuat oleh rumah sakit

mengenai lima proses asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi

dan evaluasi (Potter & Perry, 2002).

Proses pendokumentasian asuhan

keperawatan ini dilakukan oleh seluruh

perawat baik kepala ruangan maupun

perawat pelaksana. Melalui audit yang

telah dilakukan ditemukan bahwa

kurang dari setengah (42.9%) perawat

memiliki kinerja yang baik dalam

pengkajian. Perawat melakukan

pengkajian yang terkait dengan data diri

pasien, riwayat penyakit sebelumnya,

kondisi sosial, spiritual dan psikologis

pasien dan semua data pengkajian ini

diikelompokkan sesuai dengan

kelompoknya masing-masing namun

pada dokumentasi tidak ditemukan

pengkajian kebutuhan yang

berhubungan dengan pendidikan

kesehatan bagi klien terkait kondisi

penyakit yang dihadapi.

Perawat yang memiliki kinerja

yang baik dalam diagnosis dan

implementasi keperawatan adalah 28.6%

dan sisanya (71.4%) tidak

mendokumentasikan diagnosis dan

implementasi dengan baik dan benar.

Peneliti menemukan pendokumentasian

diagnosis keperawatan tidak sesuai

dengan standar diagnosis keperawatan.

Lebih dari setengah (57.1%)

dokumentasi diagnosis keperawatan

mencerminkan diagnosis kedokteran dan

bahkan ada yang tidak melakukan

pendokumentasian diagnosis

keperawatan padahal di tiap ruang rawat

inap ada panduan dalam menegakkan

diagnosis keperawatan yang benar.

Pendokumentasian implementasi

keperawatan pun sangat minim, dari

dokumentasi keperawatan yang ditemui

hanya satu atau dua tindakan terkait

pelaksanaan tanpa penjelasan

keterangan waktu yang jelas dan tanpa

keterangan penanggung jawab tindakan

yang dilakukan.

Mayoritas perawat (85.7%)

memiliki kinerja yang baik pada

perencanaan. Pada penelitian ini

ditemukan bahwa mayoritas (71.4%)

Page 4: 182-578-2-PB

27

dokumentasi keperawatan tidak

mencerminkan adanya perencanaan

perawat dalam memberikan pendidikan

kesehatan pada pasien dan keluarganya

terkait penyakit yang dihadapi padahal

form perencanaan dilengkapi dengan

rencana pemberian pendidikan

kesehatan. Perawat yang memiliki

kinerja yang baik pada evaluasi adalah

57.1%. Kegiatan evaluasi yang

tercermin dalam dokumentasi

keperawatan terkait dengan hasil-hasil

yang diperoleh setelah melakukan

tindakan namun dalam evaluasi tidak

tercermin dengan jelas pengevaluasian

yang dilakukan dan tidak ada

pendokumentasian terkait diagnosa dan

pengevaluasian keefektifan pemberian

pendidikan kesehatan.

Secara keseluruhan peneliti

menemukan bahwa lebih dari setengah

(57.1%) perawat memiliki kinerja yang

baik dan sisanya (42.9%) memiliki

kinerja yang masih kurang Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan secara retrospective audit

dengan melihat catatan asuhan

keperawatan oleh Setz dan D’Innocenzo

(2009) dan Hector (2009) yang

menemukan bahwa kinerja perawat

sangat rendah saat diaudit dan

memerlukan perbaikan yang. Kinerja

yang kurang baik ini dipengaruhi oleh

kurangnya pengawasan yang dilakukan

oleh kepala ruangan dan tidak adanya

sanksi yang jelas agar perawat serius

dalam melakukan pendokumentasian

kinerja mereka. Selain itu perawat yang

dituntut untuk bertanggung jawab

terhadap benar tidaknya

pendokumentasian asuhan keperawatan

adalah kepala ruangan sehingga perawat

lain tidak memberi perhatian untuk

melakukan pendokumentasian asuhan

keperawatan yang benar. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan

Cheevakasemsook, et al. (2006) yang

menemukan bahwa pencatatan yang

dilakukan pada catatan asuhan

keperawatan tidak adekuat disebabkan

oleh kompetensi perawat yang terbatas

dalam melakukan pendokumentasian,

motivasi yang rendah, prosedur yang

tidak efektif dan audit keperawatan,

pengawasan dan pengembangan staf

yang tidak memadai.

SIMPULAN DAN SARAN

Penilaian kinerja pada penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan audit. Audit dilakukan pada

catatan keperawatan yang telah selesai

ditulis oleh perawat dan menemukan

bahwa 57.1% perawat memiliki kinerja

yang baik. Direkomendasikan agar

rumah sakit membuat standar penulisan

dokumentasi dan mengadakan audit

catatan keperawatan secara berkala

untuk mengevaluasi kekurangan dan

kelebihan secara spesifik untuk

meningkatkan kualitas kinerja perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Aligning Forces four Quality. (2012).

Measuring Patient Experience.

Canada: Robert Wood Jhonson

Foundation. Diakses dari

www.rwjf.org/files/research/74242.

measuring.pt.experience.0412.pdf

pada 2 Agustus 2012.

Assosiation Nurses Assosiation.

(2010). Nursing: Scope and

standard of practice. Diakses

dari nursesbook.org pada 15

Oktober 2011.

Cheevakasemsook, A., et, al. (2006).

The study of nursing

documentation complexities.

International Journal Nursing

Practice. Diakses dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub

me d/17176310 pada 7 Agustus

2012.

Durkin, N. (2006). Using record

review as a quality improvement

Page 5: 182-578-2-PB

28

process. Journal of the home

care and hospice professional.

Diakses dari

http://journals.lww.com/homehealth

carenurseonline/Abstract/2006/0900

Using_Record_Review_as_a_Qualit

y_ Improvement.6.aspx pada

2 Agustus 2012.

Ellis, J. R., & Hartley, C. L. (2012).

Nursing in today’s world: Trend,

issue and management. United

State: Lippincolt Williams &

Wilkins.

Gillies, D. N. (1994). Nursing

management: A system

approach. Philadelpia: W.B

Saunders.

Hector, D. S. (2009). A retrospective

analysis of nursing documentation

in the intensive care units of an

academic hospital in the western

cape. Tesis, Stellenbosch

University.

Kaluzny, A. D. (1982). Management

of health services. USA: Prentice

Hall.

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010).

Kepemimpinan dan manajemen

keperawatan, teori dan aplikasi.

Jakarta: EGC.

National Institute for Health and

Clinical Excellence. (2002).

Principles for Best Practice in

Clinical Audit. United Kingdom:

Radcliffe Medical.

Setz, V. G., & D’Innocenzo, M. (2009).

Evaluation of the quality of

nursing documentation though the

review of patient medical records.

Acta Paul Enferm,22(3). Diakses

dari

http://www.scielo.br/pdf/ape/v22n3/

en_a12v22n3.pdf pada

Patel, S. (2010). Achieving quality

assurance through clinical audit.

Nursing Management, 17 (3).

Diakses dari

nursingmanagement.rcnpublishing.c

o.uk pada 19 Mei 2012.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2002).

Fundamental keperawatan: Konsep,

proses dan praktik. Jakarta:

EGC.

Wong, F. W. (2009). Chart audit:

Stratrgies to improve quality of

nursing documentation. Journal

for nurses in staff development.

Diakses dari

http://journals.lww.com/jnsdonline/

Abstract/2009/03000/Chart_Audit__

Strategies_to_Improve_Quality_of.1

5.aspx pada 10 Juni 2012.