2. BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sains

Citation preview

5

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangPenyakit kardiovaskular adalah penyebab nomor satu kematian di dunia dibanding dengan penyebab lain. Sebagai gambaran, sekitar 17,3 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2008, memperlihatkan 30% dari total kematian di dunia. Diperkirakan 7,3 juta orang meninggal karena Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,2 juta orang meninggal karena terkena stroke. Diperkirakan pada tahun 2030 jumlah orang yang meninggal akibat penyakit kardiovaskular akan meningkat hingga 23,3 juta jiwa dan diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian (World Health Organization/WHO, 2013). Pada tahun 2009, kematian pada orang Asia dan Kepulauan Pasifik karena PJK ada 7.752 orang (Go, 2013). Di Indonesia, data epidemiologi untuk kematian akibat penyakit kardiovaskular terutama PJK sampai saat ini belum ada yang diperbaharui di Indonesia sendiri masih mengacu pada tahun 2007. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 1986, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor tiga dibanding penyakit lain dan pada tahun 2001 menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). Sedangkan menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 7,2% dan PJK menempati urutan ke-9 dengan 5,1% proporsi kematian pada pola penyebab kematian pada semua umur di Indonesia dan berada pada urutan ke-3 dengan 8,7% sebagai penyebab kematian di perkotaan (RISKESDAS, 2007). Berdasarkan hasil survei world life expectancy (2013) yang bersumber dari WHO mengenai perbandingan jumlah kematian di tiap negara di dunia berdasarkan usia harapan hidup seseorang dari total 192 negara yang terdaftar, Indonesia berada pada urutan 117 dengan usia harapan hidup sebesar 69,5 tahun dengan penyebab kematian nomor satu PJK yang berjumlah 243.048 orang. Faktor risiko PJK secara umum dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, dan genetik serta faktor risiko yang dapat diubah seperti dislipidemia (peningkatan Low Density Lipoprotein/LDL, penurunan High Density Lipoprotein/HDL), merokok, hipertensi, diabetes, dan kurangnya aktivitas fisik atau latihan (Lilly, 2011).Lavie et al. (2001) menyatakan bahwa latihan fisik secara umum dapat dibagi menjadi 4 kategori: dinamis (isotonik) atau statis (isometrik) dan berdasarkan penggunaan oksigen yaitu aerobik dan anaerobik. Latihan fisik isotonik sebagian besar melibatkan repetisi, frekuensi dan peningkatan ketahanan fisik dalam hal ini latihan fisik yang dilakukan seorang atlet.Menurut Blumenthal et al. (2011) berdasarkan pernyataan AHA, walaupun kebiasaan latihan fisik dapat mengurangi kejadian PJK, latihan fisik yang kuat secara akut dan singkat dapat meningkatkan risiko kematian jantung mendadak (Sudden Cardiac Death/SCD) dan infark miokard akut pada orang yang rentan. Menurut Halabchi et al. (2011) latihan fisik isotonik yang berat seperti sepak bola atau basket berperan sebagai pemicu kematian jantung mendadak pada orang yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular. Risiko kematian jantung mendadak pada atlet muda dengan penyakit kardiovaskular adalah 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan atlet. Lebih dari 90% kematian jantung mendadak ditemukan saat atau segera setelah sesi latihan atau kompetisi. Berdasarkan artikel Sudden Death in Young Competitive Athletes yang ditulis Maron et al. (2009) kelainan pada koroner jantung menempati urutan kedua setelah kardiomiopati dengan 199 kasus dari total 1.049 atlet dan 690 telah didiagnosa karena penyakit kardiovaskular. Jumlah kematian akibat kardivaskular meningkat seiring meningkatnya jumlah atlet dari tahun 1980 hingga tahun 2006. Latihan fisik berkaitan dengan usia yang panjang, terlepas dari faktor genetik. Aktivitas fisik maupun latihan fisik walau di usia yang lebih tua, secara signifikan dapat mengurangi risiko terkena PJK. Melakukan lebih dari 150 menit latihan fisik tingkat sedang atau 60 menit latihan fisik yang berat selama seminggu pada saat bekerja, di rumah atau di mana saja dapat mengurangi risiko terkena PJK hampir 30%. Meskipun banyak bukti maupun manfaat dari aktivitas fisik atau latihan fisik untuk mencegah atau mengobati PJK dan penyakit kronik lainnya, lebih dari seperempat juta orang meninggal tiap tahunnya di Amerika Serikat karena kurangnya latihan fisik yang teratur (WHO, 2013). Berdasarkan De Noronha et al. (2009) lebih dari 80% latihan yang berhubungan dengan kematian disebabkan oleh kelainan jantung. Penyebab utama dari kematian jantung mendadak atlet muda (