14
.2 ETIOLOGI MALOKLUSI Maloklusi merupakan kelainan perkembangan dimana kebanyakan disebabkan oleh proses patologis, yang penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun sulit mengetahui penyebab maloklusi tetapi beberapa peneliti telah meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya maloklusi. Peneliti telah membagi factor penyebab terjadinya maloklusi yaitu factor yang spesifik, pengaruh genetika, dan pengaruh lingkungan. 2,7 2.2.1 Faktor spesifik Terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan embriologi banyak mengakibatkan kecacatan maupun maupun kematian pada saat masih dalam kandungan. Gangguan-gangguan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan yaitu : a Gangguan pertumbuhan tulang Cedera pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding dan (2) trauma pada mandibula selama proses kelahiran berlangsung.hal ini dapat terjadi karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses kelahiran berlangsung. b Disfungsi otot Otot-otot wajah dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam dua cara. Pertama pembentukan tulang pada titik otot yang tergantung pada aktivitas otot. Kedua otot merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak yang pertumbuhannya biasanya mengakibatkan rahang bawah ke depan. c Gangguan perkembangan gigi Gangguan perkembangan gigi biasanya disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya gigi secara congenital yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal dengan nama anadontia dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery teeth yaitu kelainan pada ukuran gigi yang terjadi pada tahap morphodifferensiasi dan histodifferensiasi (tahap pengembangan). d Gigi sulung tanggal prematur Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin mudah umur pasien pada saat tanggal ,akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan bergeser ketempat diastema sehingga tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh diluar dari tempatnya. e persistensi gigi Persistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal. f Trauma Jika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini dapat mempengaruhi gigi permanen yang berada didekatnya sehingga erupsi di luar lengkung gigi. g Pengaruh jaringan lunak Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil tetapi berlangsung lebih lama akan tetap menghasilkan dampak. Misalnya lidah yang makroglosia akan mengakibatkan terjadinya maloklusi. h Kebiasaan buruk kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Contohnya kebiasaan mengisap jari atau benda- benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. 2.2.2 Pengaruh genetika Pengaruh genetika sangat kuat pada pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung, rahang, dan tampilan senyum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi maloklusi. a. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan crowded atau diastema. 7

2 ETIOLOGI MALOKLUSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

2 ETIOLOGI MALOKLUSI2 ETIOLOGI MALOKLUSI 2 ETIOLOGI MALOKLUSI 2 ETIOLOGI MALOKLUSI 2 ETIOLOGI MALOKLUSI 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

Citation preview

Page 1: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

.2 ETIOLOGI MALOKLUSIMaloklusi merupakan kelainan perkembangan dimana kebanyakan disebabkan oleh

proses patologis, yang penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun sulit mengetahui penyebab maloklusi tetapi beberapa peneliti telah meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya maloklusi. Peneliti telah membagi factor penyebab terjadinya maloklusi yaitu factor yang spesifik, pengaruh genetika, dan pengaruh lingkungan.2,7

2.2.1 Faktor spesifikTerjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan embriologi banyak

mengakibatkan kecacatan maupun maupun kematian pada saat masih dalam kandungan. Gangguan-gangguan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan yaitu :

a Gangguan pertumbuhan tulangCedera pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding dan (2) trauma pada mandibula selama proses kelahiran berlangsung.hal ini dapat terjadi karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses kelahiran berlangsung.

b Disfungsi ototOtot-otot wajah dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam dua cara. Pertama pembentukan tulang pada titik otot yang tergantung pada aktivitas otot. Kedua otot merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak yang pertumbuhannya biasanya mengakibatkan rahang bawah ke depan.

c Gangguan perkembangan gigiGangguan perkembangan gigi biasanya disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya gigi secara congenital yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal dengan nama anadontia dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery teeth yaitu kelainan pada ukuran gigi yang terjadi pada tahap morphodifferensiasi dan histodifferensiasi (tahap pengembangan).

d Gigi sulung tanggal prematurGigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin mudah umur pasien pada saat tanggal ,akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan bergeser ketempat diastema sehingga tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh diluar dari tempatnya.

e persistensi gigiPersistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal.

f TraumaJika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini dapat mempengaruhi gigi permanen yang berada didekatnya sehingga erupsi di luar lengkung gigi.

g Pengaruh jaringan lunak

Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil tetapi berlangsung lebih lama akan tetap menghasilkan dampak. Misalnya lidah yang makroglosia akan mengakibatkan terjadinya maloklusi.

h Kebiasaan buruk kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Contohnya kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi.

2.2.2 Pengaruh genetikaPengaruh genetika sangat kuat pada pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung,

rahang, dan tampilan senyum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi maloklusi.

a. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan crowded atau diastema.

b. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas dengan ukuran rahang bawah yang menyebabkan tidak adanya hubungan oklusi.Hal ini terjadi karena adanya persilangan genetic dari individu satu dengan yang lain

sehingga menghasilkan individu baru yang mewarisi sebagian dari individu induk.2.2.3 Pengaruh lingkungan

Pengaruh lingkungan selama pertumbuhan dan perkembangan pada wajah, rahang, dan gigi sebagian besar terdiri dari tekanan dan kekuatan terkait dengan aktivitas fisiologis. Fungsi harus beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, bagaimana Anda mengunyah dan menelan akan ditentukan oleh apa yang Anda harus makan, tekanan terhadap rahang dan gigi akan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan erupsi gigi.2.4.4 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada perawatan ortodontik adalah analisis sefalometri dan analisis model studi.

a) Analisis sefalometriPada awalnya analisis sefalometri l ebih banyak digunakan untuk

mempelajari pertumbuhkembangan kompleks kraniofasial kemudian berkembang sebagai sarana untuk mengevaluasi keadaan klinis misalnya membantu menentukan diagnosis, merencanakan perawatan, menilai hasil perawatan dalam bidang ortododntik. Analisis sefalometri meliputi analisis dental, skeletal, dan jaringan lunak. Analisis ini berguna untuk mengetahui pertumbuhan skeletal, diagnosis sefalometri, perencanaan perawatan dan hasil perawatan.2

b) Analisis model studi Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting

untuk menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan kelengkapan rencana perawatan. Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan perawatan.

Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan

7

Page 2: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.12

Untuk keperluan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisis tidak akurat. Model studi dengan basis segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik serta diproses hingga mengkilat, akan memudahkan pada saat analisis dan menyenangkan untuk dilihat pada saat menjelaskan kasus kepada pasien.12

Macam-macam analisis model studi :1. Analisis geligi tetap

a) Analisis Howes Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis

apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing. Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100. Howes percaya bahwa dalam keadaan normal perbandingan PMBAW dengan TM kira-kira sama dengan 44%, perbandingan ini menunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung semua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar. Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi premolar.4

Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3) ekspansi palatal.4

b) Indeks Pont Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung

ideal yang didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas. Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa sentral molar pertama. Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.4

c) Metode Kesling

Metode Kesling dalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan atau menyusun suatu lengkung gigi dari model aslinya dengan membelah atau memisahkan gigi- giginya, kemudian disusun kembali pada basal archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang dikehendaki sesuai posisi aksisnya.

Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk menentukan diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus secara individual.4,5

d) Indeks Bolton Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah

terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti kesalahan ada pada gigi rahang atas. Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya dan yang diharapkan menunjukkan kelebihan ukuran gigi. Rasio anterior diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula. Jika kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas.7,12

e) Analisis Arch Length Discrepancy (ALD) Analisis ALD merupakan salah satu cara penetapan kebutuhan ruang

untuk pengaturan gigi-gigi dalam perawatan ortodontik. Analisis ini juga merupakan penyederhanaan dari metode analisis Set up model yang dikemukakan oleh Kesling (1956). Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang lengkung gigi sehingga diketahui berapa selisihnya agar dapat ditentukan indikasi perawatannya.5

Metode ini mempunyai prinsip dasar yang sama dengan metode Kesling, yaitu menetapkan diskrepansi antara lengkung gigi yang direncanakan dengan besar gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut pada saat melakukan koreksi maloklusi. Perbedaannya adalah, pada metode Kesling dilakukan langsung pada model dengan memisahkan gigi - gigi yang akan dikoreksi dengan cara menggergaji masing - masing mahkota gigi dari bagian processus alveolarisnya setinggi 3 mm dari marginal gingiva, kemudian menyusun kembali pada posisi yang benar. Diskrepansi ruang dapat diketahui dari sisa

8

Page 3: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

ruang untuk penempatan gigi Premolar pertama dengan lebar mesiodistal gigi tersebut untuk masing - masing sisi rahang.5

Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastik transparan di atas plat gelas, kemudian membandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut. Dengan metode ini perencanaan perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak perlu membuat model khusus (Set up model), jadi langsung bisa dilakukan pada model studi.5

Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong. Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial gigi molar pertama permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan titik kontak gigi tetangganya. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Pengukuran dilakukan pada gigi molar pertama kiri sampai molar kedua kanan pada setiap rahang.7,12,13

Gambar 1. Cara pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan caliper menurut Nance. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model studi, sumber informasi penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 2009.

Selanjutnya panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan. Penilaian

dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negatif berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan.4,5

Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance menggunakan brass wire melibatkan gigi geligi di mesial molar pertama. A. Rahang atas, B. Rahang bawah. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model studi, sumber informasi penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 2009.

Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan oleh Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar pertama permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada keenam segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan ukuran mesial distal 12 gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga kanan. Selisih keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa. 4,5

9

Page 4: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

Gambar 3. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara segmental menurut Lundstrom. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model studi, sumber informasi penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 2009.

2. Analisis geligi campurana) Perkiraan ukuran gigi menggunakan gambaran radiografi

Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik. Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus, sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.

Dengan penggunaan berbagai tipe gambaran radiografi yang semakin umum, sangat penting untuk menghitung pembesaran yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur obyek yang dapat dilihat baik secara radiografi maupun pada model. Pada umumnya, gigi yang dijadikan tolak ukur adalah molar sulung. Perbandingan sederhana untuk mengetahui ukuran gigi sebenarnya yang belum erupsi adalah sebagai berikut : perbandingan ukuran lebar molar sulung sebenarnya dengan ukuran gigi tersebut pada gambaran radiografi sama dengan perbandingan lebar premolar tetap yang belum erupsi dengan ukuran lebar premolar pada gambaran radiografi. Ketepatan pengukuran bergantung pada kualitas radiografi dan kedudukan gigi di dalam lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi lain baik pada maksila maupun mandibula.

b) Perkiraan ukuran gigi menggunakan tabel probabilitasMoyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran

bahwa berdasarkan studi yang dilakukan beberapa ahli, terdapat hubungan antara ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu bagian dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat lain. Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang

bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi campuran, mudah diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali terlibat dalam masalah penanganan ruangan.

Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan sistematik yang minimal. Metoda ini juga dapat dilakukan dengan cepat, tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metoda ini juga dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung rahang.

c) Tanaka-JohnstonTanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan

keempat insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolar yang belum erupsi. Menurut mereka, metoda yang mereka temukan mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Metoda ini juga sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun.

Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 11,0 mm.

2.6 KOMPONEN- KOMPONEN ALAT CEKAT Alat cekat bekerja melalui attacment yang dipasang langsung pada gigi-gigi. Attacment ini bisa diwelding pada band baja tahan karat yang disemenkan pada gigi-gigi, atau dibonding ke gigi dengan salah satu sistem bonding etsa asam. Ada beberapa sistem bonding yang berbeda yang bisa digunakan disini, baik dengan menggunakan retensi mekanis ke rangka logam atau attacment keramik atau retensi kimia pada attacment palstik. Beberapa dari sistem ini sudah diperbandingkan dan di evaluasi, tetapi bonding attacment masih dalam tahap awal perkembangan dan kelihatannya masih mengalami perubahan dan perbaikan.3

Attacment secara garis besar terdiri atas tube, bracket, dan cantolan untuk tempat komponen tekanan. Tube, yang biasanya dipasang pada gigi molar terakhir dalam lengkung rahang, bisa mempunyai panampang bulat maupuan persegi. Tube yang lebih besar digunakan untuk arch ektraoral. Bracket biasanya dipasang pada semua gigi-gigi pejangkaran yang lain dan gigi-gigi yang akan digerakkan.3

Bracket memberikan titik perlekatan pada mahkota gigi-gigi, sehingga archwire dan asesorinya dapat mempengaruhi posisi gigi. Bracket harus ditempel dengan kuat pada gigi, baik dengan perekatan langsung atau dengan bantuan band baja antikarat yang dilas ke bracket. Ada banyak desain bracket yang berbeda-beda.

10

Page 5: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

Untuk mengenal prinsip cara berfungsinya alat-alat cekat, perlu dilakukan pembagian sebagai berikut.3

Bracket yang alur archwirenya lebar dalam jurusan mesiodistal – contohnya bracket edgewise.

Bracket yang alurnya archwirenya sempit dalam jurusan mesiodistal – contohnya bracket Begg.

2.6.1 Bracket edgewise

Bracket edgewise mempunyai alur archwire yang segi-empat dalam potongan melintang, dengan dimensi terbesarnya horizontal. Istilah ‘edgewise’ mengacu pada kemampuan bracket tersebut untuk menerima archwire berpenampang melintang segiempat dengan dimensi terbesar horizontal. Bracket edgewise juga dapat dipakai dengan archwire yang penampang melintangnya bulat.3

Ada sejumlah desain bracket edgewise yang berbeda-beda. Karakteristik utamanya adalah sebagai berikut.3

1. Dimensi okluso-gingival dari alur archwireUkuran yang umum dipakai adalah 0,018 dan 0,022 inci (dimensi labiolingual biasanya 0,028inci)

Gambar 4 Tampak lateral dari bracket edgewise standart: (a) dimensi okluso-gingival (0,018 atau 0,022 inci) : (b) dimensi labiolingual baisanya (0,028 inci)Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

2. Bracket dapat utuh seperti dalam gambar 5 (a) atau Siamese seperti dalam Gambar 5 bracket siamese mempunyai dua alur archwire yang terpisah.

Gambar 5 (a) Bracket edgewise dengan standart utuh dengan archwire segi-empat; (b) Bracket edgewise standart Siamase dengan archwire bulat.Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

3. Lebar mesiodistal dari alurLebar efektif terlebar tampak pada bracket siamese

4. Arah alur dan jaraknya dari dasar bracket Bracket edgewise standar mempunyai alur yang diatur segaris dengan dan pada jarak standar dari dasar bracketnya (gambar 6 (a)). Dengan bracket edgewise yang disesuaikan, arah alur archwire (gambar 6 (c) dan (d) dan jaraknya dari dasar (in/out), ditentukan secara individual menurut gigi tempat bracket dicekatkan (gambar

Gambar 6 (a) dan (b) bracket-bracket edgewise standart, torque (a) dan tip (b) harus ditekuk ke dalam archwirenya; (c) dan tip (d) dibuat didalam bracketnya.Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

11

Page 6: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

Gambar 7 Bracket edgewise standart dan yang disesuaikan. ‘in-out’ dan rotasi molar dan premolar atas dengan bracket (a) standar dan (b) yang disesuaikan; pengontrolan ‘in out’ segmen labial atas dengan bracket (c) standar dan (d) yang disesuaikan.

Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

Gigi molar ditempel dengan tub bukal segiempat edgewise horizontal, biasanya dengan tambahan tube horizontal bulat pada band molar pertama atas untuk traksi ekstraoral jika diperlukan (gambar 8). Molar tetap kedua dapat diberi attacment yang sama untuk dapat mengontrol posisi gigi-gigi ini dan mendapat efek penjangkaran dari gigi tersebut.3

Gambar 8 Attacment edgewise standar dan band molar: (a) molar pertama bawah kanan dengan tube archwire dan hook; (b) molar pertama atas kanan dengan tube archwire, tube archwire, tube EOT yang lebih ke oklusal dan hook.

Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

2.6.2 Bracket Begg

Bracket begg mempunyai alur yang semoit, yang sesuai dengan alur archwire dari bracket edgewise, ke dalam mana suatu archwire dipasang kendur dan ditahan di tempatnya dengan suaru pasak pengunci. Bracket begg hanya dipakai dengan archwire berpenampang melintang bulat (gambar 9).3

Gambar 9 Bracket Begg: (a) bracket insisivus, kaninus dan Premolar; (b) bracket Molar dengan tube bukal dan hook. Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

2.6 KOMPONEN- KOMPONEN ALAT CEKAT Alat cekat bekerja melalui attacment yang dipasang langsung pada gigi-gigi. Attacment ini bisa diwelding pada band baja tahan karat yang disemenkan pada gigi-gigi, atau dibonding ke gigi dengan salah satu sistem bonding etsa asam. Ada beberapa sistem bonding yang berbeda yang bisa digunakan disini, baik dengan menggunakan retensi mekanis ke rangka logam atau attacment keramik atau retensi kimia pada attacment palstik. Beberapa dari sistem ini sudah diperbandingkan dan di evaluasi,

7

Page 7: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

tetapi bonding attacment masih dalam tahap awal perkembangan dan kelihatannya masih mengalami perubahan dan perbaikan.3

Attacment secara garis besar terdiri atas tube, bracket, dan cantolan untuk tempat komponen tekanan. Tube, yang biasanya dipasang pada gigi molar terakhir dalam lengkung rahang, bisa mempunyai panampang bulat maupuan persegi. Tube yang lebih besar digunakan untuk arch ektraoral. Bracket biasanya dipasang pada semua gigi-gigi pejangkaran yang lain dan gigi-gigi yang akan digerakkan.3

Bracket memberikan titik perlekatan pada mahkota gigi-gigi, sehingga archwire dan asesorinya dapat mempengaruhi posisi gigi. Bracket harus ditempel dengan kuat pada gigi, baik dengan perekatan langsung atau dengan bantuan band baja antikarat yang dilas ke bracket. Ada banyak desain bracket yang berbeda-beda.Untuk mengenal prinsip cara berfungsinya alat-alat cekat, perlu dilakukan pembagian sebagai berikut.3

Bracket yang alur archwirenya lebar dalam jurusan mesiodistal – contohnya bracket edgewise.

Bracket yang alurnya archwirenya sempit dalam jurusan mesiodistal – contohnya bracket Begg.

2.6.1 Bracket edgewise

Bracket edgewise mempunyai alur archwire yang segi-empat dalam potongan melintang, dengan dimensi terbesarnya horizontal. Istilah ‘edgewise’ mengacu pada kemampuan bracket tersebut untuk menerima archwire berpenampang melintang segiempat dengan dimensi terbesar horizontal. Bracket edgewise juga dapat dipakai dengan archwire yang penampang melintangnya bulat.3

Ada sejumlah desain bracket edgewise yang berbeda-beda. Karakteristik utamanya adalah sebagai berikut.3

5. Dimensi okluso-gingival dari alur archwireUkuran yang umum dipakai adalah 0,018 dan 0,022 inci (dimensi labiolingual biasanya 0,028inci)

Gambar 4 Tampak lateral dari bracket edgewise standart: (a) dimensi okluso-gingival (0,018 atau

0,022 inci) : (b) dimensi labiolingual baisanya (0,028 inci)Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

6. Bracket dapat utuh seperti dalam gambar 5 (a) atau Siamese seperti dalam Gambar 5 bracket siamese mempunyai dua alur archwire yang terpisah.

Gambar 5 (a) Bracket edgewise dengan standart utuh dengan archwire segi-empat; (b) Bracket edgewise standart Siamase dengan archwire bulat.Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

7. Lebar mesiodistal dari alurLebar efektif terlebar tampak pada bracket siamese

8. Arah alur dan jaraknya dari dasar bracket Bracket edgewise standar mempunyai alur yang diatur segaris dengan dan pada jarak standar dari dasar bracketnya (gambar 6 (a)). Dengan bracket edgewise yang disesuaikan, arah alur archwire (gambar 6 (c) dan (d) dan jaraknya dari dasar (in/out), ditentukan secara individual menurut gigi tempat bracket dicekatkan (gambar

8

Page 8: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

Gambar 7 Bracket edgewise standart dan yang disesuaikan. ‘in-out’ dan rotasi molar dan premolar atas dengan bracket (a) standar dan (b) yang disesuaikan; pengontrolan ‘in out’ segmen labial atas dengan bracket (c) standar dan (d) yang disesuaikan.

Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

Gigi molar ditempel dengan tub bukal segiempat edgewise horizontal, biasanya dengan tambahan tube horizontal bulat pada band molar pertama atas untuk traksi ekstraoral jika diperlukan (gambar 8). Molar tetap kedua dapat diberi attacment yang sama untuk dapat mengontrol posisi gigi-gigi ini dan mendapat efek penjangkaran dari gigi tersebut.3

Gambar 8 Attacment edgewise standar dan band molar: (a) molar pertama bawah kanan dengan tube archwire dan hook; (b) molar pertama atas kanan dengan tube archwire, tube archwire, tube EOT yang lebih ke oklusal dan hook.

Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

2.6.2 Bracket Begg

Bracket begg mempunyai alur yang semoit, yang sesuai dengan alur archwire dari bracket edgewise, ke dalam mana suatu archwire dipasang kendur dan ditahan di tempatnya dengan suaru pasak pengunci. Bracket begg hanya dipakai dengan archwire berpenampang melintang bulat (gambar 9).3

Gambar 9 Bracket Begg: (a) bracket insisivus, kaninus dan Premolar; (b) bracket Molar dengan tube bukal dan hook. Sumber : Wilian JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Bracket. In: Lilian Yuwono, editor. Alat-alat orthodonsi cekat. Jakarta : EGC; 2000. Hal 18-23

2.1.1 Tingkatan Perawatan OrtodontikPerawatan ortodontik mempunyai tingkatan perawatan, di antaranya tergantung pada usia si penderita yang akan di rawat. Tahapan tersebut meliputi :1. Perawatan Pencegahan

Batasan :a. Ilmu ortodonti pencegahan adalah ilmu yang mempelajari

segala macam usaha untuk mencegah terjadinya kelainan oklusi (maloklusi)

b. Ilmu ortodonti pencegahan merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi pencegahan (preventif dentistry)

c. Berbeda dengan cabang ilmu kedokteran gigi yang lain yang memerlukan perawatan singkat, ortodonti pencegahan memerlukan perawatan yang lama, terus menerus mengikuti waktu pertumbuhan dan perkembangan dentofasial.

d. Ortodonti pencegahan berarti tindakan yang dinamis, terus menerus dan disiplin bagi dokter gigi dan pasiennya.

9

Page 9: 2 ETIOLOGI MALOKLUSI

Tujuan mempelajari ortodonti pencegahan adalah untuk mempertahankan oklusi normal.

2. Perawatan InterseptifPerawatan ortodonti interseptif adalah suatu prosedur ortodontik yang dilakukan pada maloklusi yang baru atau sedang dalam proses terjadi dengan tujuan memperbaiki ke arah oklusi normal. Beda antara ortodonti preventif dengan ortodonti interseptif adalah pada waktu tindakan dilakukan. Ortodonti preventif dilakukan apabila diperkirakan ada keadaan yang akan menyebabkan terjadinya suatu maloklusi sedang ortodonti Interseptif adalah suatu tindakan yang harus segera dilakukan karena terdapat suatu gejala atau proses terjadi maloklusi walau dalam tingkatan yang ringan sehingga maloklusi dapat dihindari atau tidak berkembang.Macam-macam perawatan ortodonti interseptif :a. Penyesuaian atau koreksi disharmoni oklusalb. Perawatan crossbite anterior pada mixed dentitionc. Perawatan diastema anteriord. Perawatan kebiasaan jelek (bad habbit)e. Latihan otot (myofunctional therapic)f. Pencabutan seri (serial ectraction)

3. Perawatan KuratifPerawatan ini merupakan tingkat perawatan ortodontik untuk menghilangkan kelainan gigi geligi yang telah berkembang yang telah menyebabkan keluhan secara estetik maupun fungsi yang melibatkan maloklusi klas I, klas II, dan klas III.7

2.1.2 Pertimbangan Waktu Perawatan Ortodonti1. Kelompok Umur

Umur kronologis dan atau umur psikologis dapat dikaitkan dengan proses tumbuh kembang, sehingga dapat di pakai sebagai bahan pertimbangan

2. Kematangan TulangFaktor kematangan tulang dentokraniofasial memiliki ciri bahwa pada keadaan ini terdapat kemampuan yang baik dalam interaksi secara biomekanis selama pemakaian alat ortodonti

3. Tingkat Keparahan KasusSudah jelas ada di temukan kelainan pertumbuhan dentokraniofasial (malposisi atau maloklusi) yang parah pada anak masa gigi decidui atau bercampur. Jika tidak segera dilakukan koreksi, maka akan semakin parah dan kelainan tersebut bahkan dapat membahayakan. Setiap kasus yang dirawat akan menghasilkan respon keberhasilan yang berbeda-beda. Semakin parah kasus yang dihadapi, hendaknya semakin dini perawatan harus dilakukan tetapi memerlukan waktu perawatan yang lama.

4. Akselerasi PertumbuhanPada masa akselerasi sering terjadi ketidakoperatifan dan kemunduran proses adaptasi tumbuh kembang terhadap kekuatan mekanis, maka perlu ada penundaan waktu perawatan. Tetapi ada

yang berpendapat bahwa perawatan ortodonti lebih baik dilakukan pada masa pubertas atau masa akselerasi sekitar umur 12-15 tahun, karena respon jaringan cukup baik.

5. Interaksi Dalam Rongga MulutSebelum melakukan intervensi (kekuatan ortodonti) perlu diketahui adanya interaksi kekuatan antara gigi geligi, tulang alveolus, tulang wajah dan muskuler dalam fungsinya. Perawatan ortodonti dalam masa tumbuh kembang, perlu dipertimbangkan adanya interaksi komponen-komponen dentokraniofasial secara substansial. Maloklusi gigi geligi akan menghasilkan hambatan atau gangguan terhadap proses tumbuh kembang rahang dan fungsi otot rongga mulut.

6. Jenis KelaminProses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh keadaan hormon pertumbuhan, fisik psikis dan lingkungan, keadaan ini menyebabkan adanya perbedaan interaksi pada anak laki-laki dan perempuan.

7. Erupsi Gigi GeligiErupsi gigi tetap (pengganti) sering mengalami gangguan karena adanya kerusakan atau kehilangan gigi molar desidui terlalu awal. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya malposisi (miringnya gigi tetangga atau elongasi gigi antagonis), maloklusi dan traumatic pada temporomandibularis joint (TMJ). Urutan erupsi yang tidak selaras dan seimbang akan berpengaruh terhadap derajat keparahan malposisi atau maloklusi.

8. Periode Gigi GeligiPeriode atau masa gigi geligi decidui, bercampur dan tetap sering menunjukkan adanya perbedaan tingkat keparahan maloklusi. Ada kemungkinan kelainan dentokraniofasial anak yang terjadi pada masa gigi decidui, bercampur atau tetap dapat bersifat sementara dan tidak diperlukan perawatan atau dapat bersifat tetap dan memerlukan perawatan secara dini. Dalam ketiga periode gigi geligi tersebut, dapat dilakukan tahap perawatan preventif, interseptif atau kuratif ortodonti dan kombinasi.8

10