28
I. PENDAHULUAN Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek dokter. Hemoroid sering disebut pula sebagai wasir dalam istilah masyarakat umum (Marcellus, 2009). Hemoroid merupakan pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis. Hemoroid biasanya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan istilah yang digunakan, hemoroid interna timbul di sebelah dalam atau di sebelah proksimal otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul karena adanya kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis (Price & Wilson, 2006). Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat sekitar 35% penduduk pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun hemoroid bukan merupakan kelainan yang mengancam jiwa, tetapi menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman (Price & Wilson, 2006). Beberapa faktor etiologi hemoroid diantaranya adalah konstipasi, diare, seringnya mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri dan tumor rektum. Penyakit hati

2. Isi (1).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. Isi (1).docx

I. PENDAHULUAN

Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan

pada praktek dokter. Hemoroid sering disebut pula sebagai wasir dalam istilah

masyarakat umum (Marcellus, 2009). Hemoroid merupakan pelebaran varises

satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis. Hemoroid biasanya dibagi

menjadi 2 jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna

merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid

eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan istilah yang

digunakan, hemoroid interna timbul di sebelah dalam atau di sebelah proksimal

otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani.

Hemoroid timbul karena adanya kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran

balik dari vena hemoroidalis (Price & Wilson, 2006).

Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat sekitar 35%

penduduk pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun

hemoroid bukan merupakan kelainan yang mengancam jiwa, tetapi menimbulkan

rasa yang sangat tidak nyaman (Price & Wilson, 2006). Beberapa faktor etiologi

hemoroid diantaranya adalah konstipasi, diare, seringnya mengejan, kongesti

pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri dan tumor rektum.

Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan

hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem

portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi

aliran balik (Price & Wilson, 2006).

Keluhan yang biasanya dirasakan oleh penderita hemoroid adalah nyeri,

terdapatnya benjolan pada anus dan perdarahan. Beberapa alternatif penanganan

hemoroid yaitu dengan hemoroidektomi dan secara medikamentosa. Insidensi

hemoroid pada masyarakat umum sekitar 5-35% dan terutama berusia lebih dari

25 tahun, dan jarang terjadi pada usia di bawah usia 20 tahun kecuali wanita

hamil. Sebuah studi tentang kejadian hemoroid di Semarang sejak tahun 2007

sampai dengan tahun 2011 menunjukan prevalensi hemoroid berubah-ubah

menurun dan meningkat (Probosuseno, 2009).

Page 2: 2. Isi (1).docx

Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita.

Insidensi penyakit ini secara teori akan meningkat sejalan dengan bertambahnya

usia dan akan mencapai puncaknya pada usia 45 – 65 tahun. Walaupun hemoroid

merupakan penyakit yang tidak membahayakan nyawa, namun menimbulkan

gejala-gejala yang sangat tidak nyaman.

Page 3: 2. Isi (1).docx

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di

daerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis. Pelebaran di bawah linea

dentata disebut hemoroid eksterna, sedangkan pelebaran di atas linea dentata

disebut hemoroid interna. Linea dentata adalah garis pertemuan antara

permukaan usus besar di sisi dalam dan permukaan kulit di sisi luar. Hemoroid

interna dibagi 4 derajat menurut gambaran klinisnya, yaitu :

1. Derajat I

Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya bisa

dilihat dengan anorektoskop.

2. Derajat II

Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke

dalam anus secara spontan.

3. Derajat III

Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke anus dengan

bantuan dorongan jari.

4. Derajat IV

Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan mengalami thrombosis dan

infark.

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronik.

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan

merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal. Bentuk kronik

merupakan sekuel dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih

lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah

(Varut, 2012).

Page 4: 2. Isi (1).docx

Gambar 2.1 Hemoroid Interna dan Hemoroid Eksterna

B. Etiologi

Hemoroid timbul akibat dilatasi abnormal dan distorsi pembuluh darah,

pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor risiko. Faktor

risiko yang mempengaruhi terjadinya hemoroid, yaitu (1) :

1. Anatomik

Vena daerah anorektal tidak memiliki katup dan pleksus hemoroidalis

kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia di sekitarnya.

2. Usia

Pada usia tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot

sfingter akan menjadi tipis dan atonis.

3. Keturunan

Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis menjadi faktor risiko

hemoroid secara genetis atau yang diturunkan.

4. Pekerjaan

Orang yang harus berdiri, duduk lama atau harus mengangkat barang berat

mempunyai predisposisi untuk hemoroid.

5. Mekanis

Semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen,

misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering

mengejan pada waktu defekasi.

Page 5: 2. Isi (1).docx

6. Endokrin

Pada wanita hamil terjadi dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena

adanya sekresi hormon relaksin.

7. Fisiologi

Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis

hepatis.

Faktor-faktor risiko hemoroid lainnya antara lain faktor mengejan saat

buang air besar, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai toilet

duduk), kehamilan, konstipasi, kurang minum air, kurang konsumsi makanan

berserat (Caroline, 2011).

C. Epidemiologi

Insiden penyakit hemoroid pada populasi umum sebagian besar tidak

diketahui, dan studi telah melaporkan berbagai prevalensi: 4,4-86%

(Abramowitz L, 2010). Namun,hanya sepertiga dari pasien dengan gejala wasir

mencari bantuan medis (Alonso et al, 2003).

Prevalensi penyakit hemoroid di Amerika Serikat adalah 4,4%.

Hemoroid bisa terjadi pada semua umur tetapi paling banyak terjadi pada umur

45 – 65 tahun. Penyakit hemoroid jarang terjadi ada usia di bawah 20 tahun.

Prevalensi meningkat pada ras Laulasian dan individu dengan status ekonomi

tinggi. Angka prevalensi hemoroid di akhir pertengahan abad ke 20 dilaporkan

menurun (Cintron & Herand, 2007).

D. Patogenesis dan Patofisiologi

Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena

hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor risiko atau pencetus. Faktor risiko

antara lain mengejan, konstipasi, usia tua, kehamilan, peningkatan tekanan

intraabdomen, kurang makanan berserat (Marcellus, 2009).

Pleksus hemoroidalis merupakan sistem arteriovenosus anastomosis

yang terletak di daerah submukosa kanalis analis. Terdapat dua buah

pleksus,yaitu pleksus hemoroidalis interna dan pleksus hemoroidalis eksterna

Page 6: 2. Isi (1).docx

yang terpisah satu dengan yang lainya dan dibatasi oleh linea dentata

(Syamsuhidajat, 2000).

Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena

mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis

superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena

hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga

merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena

hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga bila tekanan portal

meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan

mengakibatkan hemoroid (Sylvia, 2005).

Konstipasi juga merupakan salah satu faktor etiologi yang dapat

menyebabkan hemoroid. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan

pengosongan rectum saat terjadi peristaltik massa. Bila defekasi tidak

sempurna, rectum menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang

sementara air tetap terus diabsorpsi dari massa feses, sehingga menyebabkan

feses jadi keras dan susah dikeluarkan. Bila massa feses ini terkumpul di satu

tempat dan tidak bisa dikeluarkan, maka akan menyebabkan tekanan yang

berlebihan yang memicu timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan

eksterna yang dapat menyebabkan hemoroid (Sylvia, 2005).

Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering

mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan

darah ke dalam sistem portal. Sistem portal tidak memiliki katup, sehingga

mudah terjadi aliran balik. Aliran balik dan peningkatan tekanan vena yang

berulang-ulang akan menyebabkan vena prolaps dan hemoroid (Syamsuhidajat,

2000).

Perdarahan umumnya adalah tanda hemoroid interna akibat trauma

feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak

bercampur dengan feses. Perdarahan hemoroid yang berulang dapat

menyebabkan anemia. Hemoroid yang membesa secara perlahan akhirnya

dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Apabila hemoroid mengalami

prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol ke luar mengeluarkan

mucus yang dapat dilihat ketika pasien diminta mengejan (Sylvia, 2005).

Page 7: 2. Isi (1).docx

E. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesa

a. Hemoroid Interna (Cintron & Herand, 2007)

1) Perdarahan merupakan tanda pertama akibat dari trauma oleh feses

yang keras.

2) Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur feses.

Perdarahan dapat berupa garis pada feses atau kertas pembersih

sampai perdarahan yang terlihat menetes atau warna air toilet yang

menjadi merah karena darah.

3) Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat

menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan

hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul reduksi spontan setelah

defekasi. Dan pada stadium yang lebih lanjut, prolaps harus didorong

masuk kembali setelah defekasi. Pada akhirnya hemoroid akan

berlanjut menjadi prolaps menetap yang tidak bisa didorong masuk

kembali, hal ini ditandai dengan adanya mukus dan feses pada pakaian

dalam.

4) Adanya iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang

disebut dengan pruritus ani.

5) Dapat timbul nyeri akut jika mengalami inkarserata atau strangulasi.

Nyeri ini berhubungan dengan spasme kompleks dari sfingter.

Gambar 2.2 Derajat Hemoroid Interna

A. Derajat I, B. Derajat II, C. Derajat III & IV

Page 8: 2. Isi (1).docx

b. Hemoroid Eksterna (Cintron & Herand, 2007; Thornton, 2010; Acheson

& Scholefield, 2008)

1) Nyeri yang timbul karena trombosis akut dari vena hemoroidalis

eksternayang bisa terjadi pada keadaan tertentu, seperti saat

melakukan aktivitas fisik, mengedan saat konstipasi, diare, dan

perubahan diet.

2) Nyeri berlangsung selama 7 – 14 hari dan sembuh dengan resolusi

trombosis tersebut. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis

yang luas dengan udem dan radang.

3) Perdarahan timbul akibat trombosis eksternal yang mengerosi kulit.

Gambar 2.3 Hemoroid Eksterna

Dari anamnesis perlu digali keluhan-keluhan dari pasien yang

mengarah ke hemoroid. Selain itu perlu juga dicari faktor-faktor risiko,

misalnya riwayat pengobatan dan diet yang bisa menyebabkan konstipasi

atau diare, riwayat penyakit yang berhubungan dengan hemoroid, terutama

kelainan perdarahan dan penyakit liver dengan hipertensi portal

(Nivatvongs, 2007).

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik untuk hemoroid terdiri dari inspeksi rectum,

pemeriksaan colok dubur atau rectal toucher, dan anokopi atau

proktosigmoidoskopi. Posisi yang digunakan untuk memeriksa pasien

adalah left lateral decubitus. Letak dari semua kelainan di anal

dideskripsikan secara anatomis (anterior, posterior, dan sebagainya), bukan

dengan arah jarum jam agar bisa menentukan posisi kelainan tanpa

Page 9: 2. Isi (1).docx

memperhatikan posisi pasien saat diperiksa. Inspeksi dilakukan di seluruh

area perianal. Cari adanya kelainan kulit perianal, protrusi hemoroid

internal, fisura ani, pruritus ani, skin tag, dan adanya trombosis (Cintron &

Heran, 2007).

Saat melakukan pemeriksaan colok dubur atau rectal toucher,

ingatkan pasien bahwa kita akan memeriksa anus pasien dengan cara

memasukan jari ke dalam lubang anus. Hal ini penting aga apasien merasa

relaks. Pertama lihat dan buka pantat pasien untuk mendapatkan visualisasi

yang baik terhadap anoderm, ini meliputi bagian distal anal kanal. Fisura

pada anal dan pruritus ani mudah dilihat tanpa pemeriksaan bagian dalam.

Lalu perhatikan adanya skin tag dan thrombus, kemudian tentukan jumlah

dan lokasinya. Kemudian lakukan rectal toucher, nilai tonus sfingter ani

rasakan jika terdapat nyeri, adanya massa, abses, mucoid discharge, dan.

pastikan untuk memeriksa prostat pada semua pasien laki-laki. Hemoroid

internal biasanya tidak teraba karena merupakan struktur vaskular yang

lembut (Cintron & Heran, 2007; Thornton, 2010).

Anoskopi dilakukan untuk melihat hemoroid interna. Prolaps bisa

dilihat ketika pasien disuruh mengejan. Bantalan hemoroidal dapat dilihat

dengan anoskop di posisi lateral kiri, kanan depan, dan kanan belakang.

Ukuran hemoroid, keparahan inflamasi, dan perdarahannya harus dinilai

(Thornton, 2010). Proktoskopi atau flexible sigmidoscopy dilakukan pada

semua kasus untuk melihat rectum dan kolon bagian bawah untuk

mengeksklusi adanya karsinoma, adenoma, dan inflammatory bowel

disease. Keadaan yang disebutkan terakhir memiliki gejala yang mirip

dengan penyakit hemoroid (Nivatvongs, 2007).

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada hemoroid antara lain

(Caroline, 2011):

a. Pemeriksaan rontgen barium enema untuk memastikan adanya

kelainan di kolon.

Page 10: 2. Isi (1).docx

b. Enteroskopi untuk menyingkirkan apakah ada tumor atau colitis di

usus halus.

4. Gold Standard Diagnosis (Kriteria Diagnosis)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis

berdasarkan klasifikasi hemoroid dan pemeriksaan anoskopi. Pemeriksaan

enteroskopi dan rontgen barium enema dapat dilakukan untuk memastikan

adanya tumor di usus halus, karena hemoroid dapat disebabkan oleh adanya

tumor di dalam abdomen (Marcellus, 2009).

F. Diagnosis Banding

Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid

interna juga terjadi pada karsinoma kolorectum, penyakit divertikel, colitis

ulserosa, polip. Kondiloma perianal dan tumor anorektum biasanya tidak sulit

dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolaps. Adanya lipatan kulit

sentinel pada garis tengah dorsal yang disebut umbai kulit dapat menunjukan

adanya fisura anus (Syamsuhidajat, 2004).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan

penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis,

farmakologis, tindakan minimal invasive. Penatalaksanaan medis hemoroid

ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai dengan III atau semua

derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien menolak operasi.

Penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan

eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon terhadap pengobatan

medis (Sudoyo, 2009).

1. Farmakologis

Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas 4, yaitu pertama:

memperbaiki defekasi, kedua: meredakan keluhan subyektif, ketiga:

Page 11: 2. Isi (1).docx

menghentikan perdarahan, dan keempat: menekan atau mencegah timbulnya

keluhan dan gejala (Sudoyo, 2009).

a. Obat memperbaiki defekasi

Ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu suplemen serat

(fiber suplement) dan pelincir atau pelicin tinja (stool softener).

Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau

Isphagula Husk yang berasal dari kulit biji Plantago ovata yang

dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Dalam saluran cerna bubuk ini

agak menyerap air dan bersifat sebagai bulk laxative, yang bekerja

membesarkan volum tinja dan meningkatkan peristaltis. Efek samping

antara lain kentut, kembung dan konstipasi, alergi, sakit perut dan lain-

lain. Untuk mencegah konstipasi atau opstruksi saluran cerna dianjurkan

minum air yang banyak.

Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain natrium

dioktil sulfosuksinat. Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai

anionic surfactant, merangsang sekresi mukosa usus halus dan

meningkatkan penetrasi cairan ke dalam tinja. Dosis 300 mg/hari.

b. Obat Simtomatik

Pengobatan simtomatik bertujuan menghilangkan atau

mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di

daerah anus. Obat pengurang keluhan sering kali dicampur pelumas

(lubricant), fasokonstriktor, dan antiseptik lemah. Untuk menghilangkan

nyeri, tersedia sediaan yang mengandung anestesi lokal. Bukti yang

meyakinkan akan anestesi lokal tersebut belum ada. Pemberian anestesi

lokal tersebut dilakukan sesingkat mungkin untuk menghindarkan

sensitisasi atau iritasi kulit anus. Sediaan penenang keluhan yang ada

pasar dalam bentuk ointment atau suppositoria. Bila perlu dapat

digunakan sediaan yang mengandung kortikosteroid untuk mengurangi

radang daerah hemoroid atau anus. Sediaan berbentuk suppositoria

Page 12: 2. Isi (1).docx

digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan sediaan ointment atau

krem digunakan untuk hemoroid eksterna.

c. Obat menghentikan perdarahan.

Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau

pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Pemberian serat

komersial misal psyllium pada penelitian Perez-Miranda et al (1996)

setelah 2 minggu pemberian ternyata dapat mengurangi perdarahan

hemoroid yang terjadi dibandingkan plasebo. Szent-Gyorgy memberikan

citrus bioflavanoids yang berasal dari jeruk lemon dan paprika pada

pasien hemoroid berdarah, ternyata dapat memperbaiki permeabilitas

dinding pembuluh darah. Bioflavonoids yang berasal dari jeruk lemon

antara lain diosmin, heperidin, rutin, naringin, tangeretin, diosmetin,

neohesperidin, quercetin. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid

yaitu campuran diosmin (90%) dan dan hesperidin (10%), dalam bentuk

micronized. Bukti-bukti yang mendukung penggunaan bioflavonoid

untuk menghentikan perdarahan hemoroid antara lain penelitian Ho dkk

(1995) meneliti efek daflon 500 mg 3xper hari dalam mencegah

perdarahan sekunder setelah hemoroidektomi pada 228 pasien hemoroid

dengan prolaps menetap. Pada kelompok daflon perdarahan sekunder

lebih sedikit dibandingkan kelompok plasebo.

Ho et al (2000) melakukan penelitian daflon pada hemoroid yang

diobati dengan ligasi rubber band selama 3 bulan. Pada kelompok daflon

didapatkan perdarahan ulang yang lebih sedikit dibandingkan kontrol.

d. Obat Penyembuh dan pencegah serangan hemoroid

Caspite (1994) melakukan uji klinik pada 100 pasien hemoroid

akut yang membandingkan diosminthesperidin dan plasebo, dengan

rancangan tersamar ganda dan teracak. Diosminthesperidin dan plasebo

diberikan tiga kali 2 tablet selama 4 hari, lalu 2 kali 2 tablet selama 3

hari. Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala terjadi pada kedua

kelompok pengobatan. Tetapi perbaikan lebih nyata pada kelompok

diosminthesperidin (p<0,001). Diosminthesperidin memberi perbaikan

yang nyata terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema dan prolaps.

Page 13: 2. Isi (1).docx

Rani AA et al dalam penelitiannya melakukan studi pemberian

micronized flavonoid (Diosmin+Hesperidin) (R/Ardium) 2 tablet per

hari selama 8 minggu pada pasien hemoroid kronik. Dalam penelitian ini

didapatkan hasil penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan

dibanding sebelum pengobatan secarabermakna. Perdarahan juga makin

berkurang pada akhir pengobatan dibanding awal pengobatan.

2. Penatalaksanaan minimal invasive

Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non

farmakologis, farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain

tindakan skleroterapi hemoroid, ligasi hemoroid, pengobatan hemoroid

dengan terapi laser (Sudoyo, 2009).

Pada tahun 1993-1995 di RSCM dilakukan penelitian terapi

skleroterapi pada 18 pasien hemoroid menggunakan obat aethoxysclerol 11/2

% , anoskop logam dan jarum spinal no 26 dan spuit 1 cc. Tiap hemoroid

interna disuntik masing-masing 0,5-1ml aethoxysclerol. Dari penelitian ini

didapat bahwa dengan skleroterapi aethoxysclerol didapatkan pengecilan

derajat hemoroid pada minggu 4 sampai dengan 5 setelah skleroterapi 3-5

kali. Komplikasi yang didapatkan yaitu sakit pada anus waktu buang air

besar, dan ulkus (Sudoyo, 2009).

a. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang ,

misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke

submukosa didalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid

interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian

menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di

sebelah atas dari garis mukokutan denganjarum yang panjang melalui

anuskop. Penyuntikan yang dilakukan pada tempat yang tepat tidak akan

menimbulkan nyeri. Penyulit penyuntikan antara lain infeksi, misalnya

prostatitis akut (jika penyuntikan dilakukan melalui prostat) dan reaksi

hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan (Sjamsuhidajat, 2010).

Page 14: 2. Isi (1).docx

Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang

makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I

dan II (Sjamsuhidajat, 2010).

b. Ligasi dengan gelang karet

Hemoroid yang besar atau mengalami prolaps dapat ditangani

dengan ligasi gelang karet menurut barron. Dengan bantuan anuskop,

mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau diisap

ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligator dan

ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis

tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa

bersama karet kan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada

pangkal hemoroid tersebut. Pada stu kali terapi hanya diikat satu

komplekhemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jangka

waktu dua sampai empat minggu (Sjamsuhidajat, 2010).

Penyulit utama ligasi ialah timbulnya nyeri karena mengenai garis

mukokutan. Untuk menghindari ini, gelang ditempatkan cukup jauh dari

garis mukokutan. Nyeri hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi.

Perdarahan dapat terjadi sewaktu hemoroid mengalami nekrosis,

biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari (Sjamsuhidajat, 2010).

3. Penatalaksanaan bedah

a. Bedah beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu

yang rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidk dipakai secara

luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah

krio ini lebih cocok untuk terapi paliatif karsinoma rektum yang

inoperable (Sjamsuhidajat, 2010).

b. Hemoroidektomi

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan

menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah

Page 15: 2. Isi (1).docx

juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan

anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih

sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis

dan kesakitan hebat dapat di tolong segera dengan hemoroidektomi

(Sjamsuhidajat, 2010).

Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah

eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi

sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan

tidak mengganggu stingter anus (Sjamsuhidajat, 2010).

c. Hemoroidopeksi dengan stapler

Karena bantalan hemoroid merupakan jaringan normal yang

berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan,

pada hemoroid derajat III dan IV tidak usah dilakukan hemoroidektomi,

tetapi cukup menarik mukosa dan jaringan submukosa rectum distal

keatas (arah aboral) dengan menggunakan sejenis stapler, sehingga

hemoroid akan kembali ke posisi semula yang normal. Operasi hemoroid

jenis ini dinamakan hemoroidopeksi dengan stapler, dan nyeri pasca

bedah pada tindakan ini sangat minimal (Sjamsuhidajat, 2010).

d. Tindak bedah lain

Dilatasi anus yang dilakukan dengan anestesi dimaksudkan untuk

memutus jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar

anus atau spasme yang merupakan faktor penting dalam pembentukan

hemoroid. Metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai dengan

penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan (Sjamsuhidajat, 2010).

Terapi Hemoroid Eksterna yang Mengalami Trombosis

Keluhan dapat dikurang dengan rendam duduk menggunakan larutan

hangat, salep analgesic untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu

berjalan dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat

berkurangnya pembengkakan (Sjamsuhidajat, 2010).

Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat segera di tolong dan

menunjukkan hasil yang baik Terapi dilakukan dengan cara mengeluarkan

thrombus atau melakukan eksisi lengkap secara hemoroidektomi

Page 16: 2. Isi (1).docx

menggunakan anestesi local. Bila tormbus sudah dikeluarkan, kulit di eksisi

berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan terbentuknya

thrombus kembali di bawahnya. Nyeri segera hilang pada saat tindakan, dan

luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada di daerah kaya

akan darah (Sjamsuhidajat, 2010).

Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan;dalam hal

ini, terapi konservatif merupakan pilihan. Usaha reposisi hemoroid eksterna

yang mengalami thrombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi

pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi (Sjamsuhidajat, 2010).

4. Non Farmakologis

a. Perbaikan pola hidup

Perbaikan pola makan, pola minum dan defekasi. Pasien

diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, dengan banyak bergerak pola

defekasi menjadi lebih teratur. Pasien diharuskan minum 30-40

ml/kgbb/hari untuk melembekkan tinja. Pasien diharuskan banyak

mengkonsumsi sayur, buah, suplementasi serat.

b. Bowel Management Program

Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi

jongkok. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang jadi

lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk

mendorong tinja ke bawah. Mengejan dan konstipasi akan meningkatkan

tekanan vena hemoroidalis, sehingga dianjurkan untuk defekasi dengan

posisi jongkok agar tidak mengejan lebih banyak. Bersamaan dengan

program BMP, dapat dilakukan tindakan kebersihan local dengan cara

merendam anus dalam air selama 10-15 menit antara 2-4 kali sehari.

Dengan perendaman ini maka eksudat yang lengket dapat dibersihkan.

Page 17: 2. Isi (1).docx

Bagan 2.1 Alur Penanganan Hemoroid (7)

Penderita datang dgn gejala hemoroid

Anamnesa, dan px fisik, dan jika perlu lakukan anoskopi

Lakukan pemeriksaan tambahan jika :.Menemukan* yg tidak menjelaskan gejala.Risiko kanker kolon **.Pasien telah melakukan skrining kanker kolon

Hemoroid Eksterna

Hemoroid Interna

Grade I dan II

Grade III

Grade IV

Trombus

Non trombus

Medical Treatment*** dan Pain Killer

Medical

treatment

Medical

treatment

Pertimbangkan nonsurgikal terapi

Rujuk untuk HemoroidektomiPertimbangk

an eksisi jika terapi konservatif gagal, thrombus semakin nyeri dan tidak ada edema lokal

Apakah prolaps merupakan gejala utama?

Lakukan Rubber Band Ligation

Jika pendarahan merupakan keluhan utama, lakukan koagulasi infrared

Jika gejala relaps, pertimbangkan melakukan nonsurgikal, hemoroidektomi atau buat diagnosis diferensial

Tidak

YA

*Pendarahan yang muncul spontan dari kontakdengan anoskopi, klot diluar hemoroid**Pasien dengan riwayat keluarga kanker kolon/Gejala berat badan menurun dan lemah***Medical treatment meliputi serat tinggi, topikal jel

Page 18: 2. Isi (1).docx

III. KESIMPULAN

1. Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di

daerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis. Hemoroid

diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan letaknya yaitu hemoroid interna

dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna dibagi 4 derajat menurut

gambaran klinisnya Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk

akut dan kronik.

2. Hemoroid timbul akibat dilatasi abnormal dan distorsi pembuluh darah,

pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor risiko

yaitu anatomik, usia, keturunan, pekerjaan, mekanis, endokrin, dan

fisiologi. Selain itu faktor-faktor risiko hemoroid lainnya antara lain

faktor mengejan saat buang air besar, pola buang air besar yang salah

(lebih banyak memakai toilet duduk), kehamilan, konstipasi, kurang

minum air, kurang konsumsi makanan berserat.

3. Penegakan diagnosis dari anamnesis perlu digali keluhan-keluhan dari

pasien yang mengarah ke hemoroid. Selain itu perlu juga dicari faktor-

faktor risiko, misalnya riwayat pengobatan dan diet yang bisa

menyebabkan konstipasi atau diare, riwayat penyakit yang berhubungan

dengan hemoroid, terutama kelainan perdarahan dan penyakit liver

dengan hipertensi portal. Pemeriksaan fisik untuk hemoroid terdiri dari

inspeksi rectum, pemeriksaan colok dubur atau rectal toucher, dan

anokopi atau proktosigmoidoskopi. Pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan pada hemoroid antara lain pemeriksaan rontgen barium

enema dan enteroskopi.

4. Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan

penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis terdiri dari

nonfarmakologis, farmakologis, tindakan minimal invasive.

Page 19: 2. Isi (1).docx

IV. DAFTAR PUSTAKA

Acheson GA, Scholefield JH. Management of Haemorrhoids. BMJ. 2008. 336: 380-383.

Caroline Sanchez, Bertram Chinn. 2011. Hemorrhoids. Clin Colon Rectal Surg;24:5-13

Cintron Jose R, Herand Abcarian. Benign Anorectal: Hemorrhoids. The ASCRS Textbook of Colon and Rectal Surgery. Springer. New York. 2007. 11:156-172.

Marcellus, Sumadibrata. 2009. Hemoroid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Nivatvongs, Santhat. Hemorrhoids. Principle and Practice of Surgery for the Colon, Rectum, and Anus. Third Edition. Informa Health Care. New York. 2007. 8: 144-164.

Price, Silvia A. & Wilson, Lorraine M. 2005. Hemoroid Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 467.

Sjamsuhidajat, R., et al. 2010. Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Sudoyo, Aru W., et al. 2009. Hemoroid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Thornton SC. Hemorrhoids. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/195401-print. Last update: March 16, 2010. Accesed: 26 November 2013.

Varut Lohsiriwat. 2012. Hemorrhoids : From Basic Patophysiology to Clinical Management. World J Gastroenterol May 7;18(17): 2009-201. Available at : http://www.wjgnet.com/1007-9327 office