Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA
2.1. Tinjauan Tentang Petani Padi dan Permasalahan Pangan di Indonesia
2.1.1. Kondisi Pertanian di Indonesia
Negara Indonesia adalah negara agraris, tanahnya sangat subur, sehingga
wilayahnya cocok untuk bidang pertanian. Secara garis besar, lahan-lahan di
negara Indonesia banyak diolah oleh mereka yang ber-mata pencaharian petani.
Budaya bertani tersebut harus tetap ada, mengingat padi yang merupakan asal
mula beras adalah makanan utama rakyat Indonesia. Pemerintah dan masyarakat
Indonesia sendiri harus peka dan peduli dengan keberadaan petani sebagai
penghasil bahan pangan utama tersebut.
Budaya bertani dulunya tidak berasal dari negara Indonesia, tetapi dibawa
oleh pihak luar. Karena itulah, dengan didukung dengan keadaan tanah negara
Indonesia yang subur juga, budaya bertani padi di Indonesia bisa ada dan
berkembang sampai saat ini. Dan padi menjadi sangat penting keberadaannya
serta menjadi bangan pangan utama rakyat Indonesia.
Kondisi pertanian Indonesia yang berhadapan dengan pertanian negara lain
sangat merisaukan. Kegundahan terjadi terutama di seputar kebijakan ekonomi
makro baik fiskal, moneter, investasi maupun perdagangan yang kurang, bahkan
sama sekali tidak memihak dan mengorbankan kepentingan pembangunan sektor
pertanian. Kebijakan yang diterapkan terlalu tertuju pada perkotaan, jasa dan
industri, seperti otomotif, petrokimia, tekstil, baja, properti, dll dan terus
mendorong proses konglomerasi yang merapuhkan fondasi perekonomian
nasional.
Diskriminasi politik terhadap sektor pertanian tersebut sangat paradoksal,
padahal disadari atau tidak perekonomian nasional masih bertumpu kepada sektor
pertanian. Peran agribisnis pertanian yang sangat strategis, jelas dapat dilihat dari
sumbangannya pada tahun 2003 sebesar 12% kepada PDB nasional serta
menyediakan kesempatan kerja kurang lebih 60% dari total tenaga kerja
keseluruhan, juga sebagai penyedia pangan bagi 220 juta penduduk, bahan baku
industri, sumber devisa, sekaligus menjadi pasar potensial bagi produk-produk
13
Universitas Kristen Petra
sektor manufaktur. Lebih dari itu sektor pertanian khususnya petani pangan
memberikan kontribusi yang sangat siknifikan kepada stabilitas nasional melalui
penciptaan ketahanan pangan. Lambannya percepatan pembangunan pertanian
selama 60 tahun merdeka menyebabkan pertanian kita tertinggal 5 – 15 tahun dari
kemajuan beberapa negara berkembang lainnya, bahkan 30 – 40 tahun dari
negara-negara maju. Dan ke depan menjadi lebih tertinggal lagi jika percepatan
pembangunan pertanian di negeri ini tidak mampu melampaui bangsa-bangsa lain
(Napitululu, par. 2).
Kebijakan ekonomi makro selama ini kurang mendukung kepentingan
pembangunan sektor pertanian karena terlalu biasa ke sektor industri manufaktur,
jasa dan perkotaan. Ini jelas terlihat baik dalam konteks moneter, fiskal,
perdagangan maupun industri. Walaupun ekonomi Indonesia berbasis agraris akan
tetapi tidak mempunyai Bank Pertanian, tidak memiliki pabrik alat dan mesin
pertanian yang mampu mendorong mekanisasi pertanian, dukungan terhadap
temuan teknologi tinggi di bidang pertanian sangat lamban khususnya rekayasa
bioteknologi, upaya pengembangan industri hasil pengolahan sangat tidak
memadai. Setelah swasembada pangan (beras) dicapai pada tahun 1984, kebijakan
makro pembangunan ekonomi langsung melompat (jumping-up) dari pertanian
tradisional kepada “broad base and hi-tech industry” dan tahapan agro-based
industry diabaikan atau dilewati. Kebijakan ini merupakan suatu kekeliruan yang
mendasar karena tidak sesuai dengan teori keilmuan (Napitululu, par. 17).
Kesemuanya itu karena terbawa arus liberalisasi atau permainan politik
bisnis internasional sehingga Indonesia semakin tergantung kepada negara-negara
maju. Politik ekonomi pertanian seakan telah mati. Ini tercermin juga dengan
diturutinya desakan IMF menurunkan bea masuk beras hanya 30 – 35% bahkan
sempat 0% sementara Jepang sebagai negara industri menerapkan bea masuk
beras sebesar 480% untuk melindungi petaninya. Demikian pula subsidi pupuk
dan pestisida dicabut menyebabkan daya saing produk dalam negeri semakin
melemah. Padahal negara-negara maju sekalipun hingga saat ini masih mensubsidi
pertaniannya dan sangat protektif terhadap produk pertaniannya sebagai cerminan
nasionalisme yang tinggi (Napitululu, par. 20).
14Universitas Kristen Petra
Generasi muda sekarang semakin tidak berminat dengan dunia pertanian.
Pemerintah juga lebih mengutamakan pengembangan di bidang industri. Daripada
mengeluarkan dana untuk perluasan areal pertanian, pemerintah lebih mudah
mengucurkan dana untuk riset dan teknologi di bidang industri. Sehingga para
petani di Indonesia yang kebanyakan adalah orang-orang tua merasa tidak
terdukung dan hanya memiliki SDM seadanya saja. Hal itu mengakibatkan
kondisi pertanian di Indonesia tidak mengalami perkembangan yang baik. Padahal
sektor pertanian memegang peranan penting dalam ketahanan pangan nasional dan
harus dibutuhkan kesadaran masyarakat agar kondisi pertanian di Indonesia
mengalami perbaikan demi jangka panjang kehidupan pangan yang lebih stabil.
2.1.2. Peranan Petani Padi dalam Ketahanan Pangan Nasional
Padi yang merupakan asal dari beras adalah makanan pokok bangsa
Indonesia. Para penghasil padi biasa disebut petani. Jadi petani yang bekerja di
bidang pertanian dan di sini khususnya petani padi, mempunyai peranan penting
dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Walaupun selama ini masih
dianggap mata pencaharian yang tidak populer dan identik dengan kemiskinan,
tapi secara tidak disadari justru petani padi merupakan bagian penting dalam
ketahanan pangan nasional.
Bisa diketahui pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia
yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah
satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun
dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU
No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia,
pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu
bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat
menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat
juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi kritis ini bahkan dapat
membahayakan stabilisasi nasional yang dapat meruntuhkan Pemerintah yang
sedang berkuasa. Pengalaman telah membuktikan bahwa gangguan pada
ketahanan pangan seperti meroketnya kenaikan harga beras pada waktu krisis
ekonomi 1997/1998, yang berkembang menjadi krisis multidimensi, telah memicu
15
Universitas Kristen Petra
kerawanan sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional.
Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok paling
penting. Beras memiliki pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi (penyerapan
tenaga kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi pedesaan), lingkungan
(menjaga tata guna air dan udara bersih) dan sosial politik (perekat bangsa,
ketertiban dan keamanan). Beras juga merupakan sumber utama pemenuhan gizi
yang meliputi kalori, protein, lemak, dan vitamin (Abubakar, Par. 2).
Dengan pertimbangan pentingnya beras tersebut, Pemerintah selalu
berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangannya dari produksi dalam negeri.
Pertimbangan tersebut menjadi semakin penting bagi Indonesia karena jumlah
penduduknya semakin membesar dengan sebaran populasi yang luas dan cakupan
geografis yang luas dan tersebar. Indonesia memerlukan ketersediaan pangan
dalam jumlah mencukupi dan tersebar, yang memenuhi kriteria kecukupan
konsumsi maupun persyaratan operasional logistik. Kegiatan pengelolaan pangan
oleh Pemerintah seringkali mendapat kritik karena adanya ketidak-sempurnaan
kegiatan-kegiatan intervensi itu sendiri baik yang disebabkan oleh kelemahan
dalam proses penyusunan kebijakannya maupun karena akibatnya yang akan
menimbulkan distorsi pasar. Intervensi akan dianggap reasonable kalau dilakukan
dalam keadaan defisit pangan atau jika terjadi surplus produksi yang berlebihan,
dan jika infrastruktur pemasaran dan kelembagaan tidak cukup berkembang dan
kompetitif untuk melindungi kepentingan produsen dan konsumen. Kemudahan
mewujudkan ketersediaan pangan, stok pangan dunia yang tersedia dalam jumlah
besar serta kemungkinan alternatif baru bentuk program stabilisasi harga,
mendorong berbagai pihak untuk selalu mengevaluasi kembali kebijakan pangan
Pemerintah (Abubakar, Par. 4).
Indonesia, seperti negara berkembang yang lain, sejak lama telah
menetapkan bahwa ketahanan pangan sebagai salah satu tujuan pembangunan
nasional. Sampai sekarang pun, tujuan itu masih dilanjutkan seperti yang tertuang
dalam RPPK (Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 2005) dan RPJM
(Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional: 2004-09). Karakteristik
produksi pangan (beras) mempunyai ketimpangan antar tempat dan waktu serta
diproduksi oleh jutaan produsen yang sebagian besar adalah petani kecil, petani
16Universitas Kristen Petra
tanpa tanah atau buruh tani. Produksi padi dihasilkan oleh jutaan petani dengan
luas lahan sempit yang dikelola secara tradisional dan subsistem secara turun
menurun. Dari aspek tempat, sebagian besar produksi padi dihasilkan di pulau
Jawa. Sedangkan dari aspek antarwaktu, 60% produksi beras dihasilkan pada
periode Januari-Mei, 30% pada periode Juni-Agustus dan 10% pada periode
September-Desember (Abubakar, Par. 5).
Dari tahun ke tahun sudah ada peningkatan yang cukup signifikan atas
jumlah produksi padi yang ada. Namun peningkatan produktivitas tersebut tidak
seimbang dengan peningkatan konsumsi akibat peningkatan jumlah penduduk.
Upaya peningkatan produksi padi memperoleh kendala serius. Laju konversi lahan
sawah ke non-pertanian cukup besar, yaitu sekitar 110 ribu ha/tahun. Selama 10
tahun terakhir tidak terjadi peningkatan luas panen yang signifikan karena
pencetakan sawah baru hanya sekitar 30-52 ribu ha/tahun. Mengembangkan areal
sawah di luar Jawa juga tidak gampang. Sementara sebagian besar lahan sawah
yang sudah ada mengalami kejenuhan dan keletihan (soil fatique). Permintaan
pangan (beras) bersifat in-elastis, yang mengimplikasikan bahwa fluktuasi harga
tidak akan mengakibatkan perubahan yang besar pada permintaan. Permintaan
cenderung konstan antarwaktu. Dalam jangka panjang, permintaan meningkat,
terutama karena pertumbuhan populasi (Abubakar, Par. 7).
Sementara itu, ketersediaan pangan penuh dengan ketidakpastian. Hal ini
mendorong Pemerintah melakukan intervensi dengan mewujudkan kebijakan
ketahanan pangan. Penelitian usaha tani yang dilakukan menunjukkan bahwa
potensi kenaikan keuntungan usaha tani terutama berasal dari pengadopsian
teknologi baru (misalnya, benih unggul), perbaikan dan pengembangan sistem
irigasi, dan tersedianya pupuk dengan harga terjangkau. Kenaikan produktifitas
merupakan kunci utama untuk meningkatkan produksi. Dengan harga gabah dan
beras yang menarik dan stabil, petani padi harus mampu mengurangi biaya
produksi per kuintal gabah sehingga pendapatannya meningkat. Peningkatan
efisiensi dengan penggunaan input produksi yang lebih rasional dan pengurangan
susut pasca panen merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Selanjutnya, pengembangan lembaga ekonomi petani yang tangguh akan sangat
17
Universitas Kristen Petra
berarti dalam memperbaiki posisi tawar petani padi yang secara individual
biasanya sangat lemah (Abubakar, Par. 11).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan sektor
pertanian akan mampu menurunkan angka kemiskinan, namun tambahan
pendapatan petani dari luar sektor pertanian akan memberikan kemudahan bagi
petani untuk keluar dari kondisi miskinnya. Tantangan ke depan adalah perlu
terwujud pertumbuhan ekonomi yang lebih besar lagi berpihak kepada upaya
penanggulangan kemiskinan (pro-poor growth). Mengingat sebagian besar rumah
tangga miskin tergantung pada sektor pertanian dan tinggal di pedesaan maka
investasi pada berbagai infrastruktur pertanian, seperti perbaikan kualitas lahan,
perbaikan proses dan fasilitas pasca panen, penguatan kelembagaan ekonomi
petani dan sebagainya berdampak sangat nyata pada pertumbuhan ekonomi
dengan dampak pemerataan lebih besar (Abubakar, Par. 15).
Harus disadari bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan petani, tantangan
yang dihadapi tidaklah sederhana dan mudah. Tantangannya berat karena sebagian
besar petani padi Indonesia adalah petani berskala kecil, petani tanpa lahan dan
buruh tani. Hampir seluruhnya usaha tani padi mereka lakukan secara subsisten
dan turun menurun. Dengan keseluruhan areal panen padi kurang dari 12 juta
hektar, sumber daya yang tersedia untuk usaha tani padi tidak lagi sebesar dua
atau tiga dekade yang lalu. Tanah yang subur berkurang karena konversi lahan ke
penggunaan nonpertanian cukup besar. Dari aspek harga, jika harga gabah dan
beras cukup menarik dan stabil, maka akan membuat petani percaya diri untuk
melakukan investasi yang diperlukan dalam rangka meningkatkan produksi.
Petani akan membeli benih yang berkualitas dan pupuk berimbang. Mereka juga
akan merawat tanaman sebaik-baiknya dengan harapan akan dapat diperoleh hasil
yang menguntungkan (Abubakar, Par. 17).
Untuk konsumen berpendapatan rendah tersebut, beras merupakan
komoditi pangan paling penting. Dalam situasi tidak terjadi krisis ekonomi, rumah
tangga miskin mengeluarkan 20-25 persen dari pengeluaran rumah tangga untuk
membeli beras. Dengan demikian, harga beras sangat menentukan tinggi
rendahnya pendapatan riil mereka. Pengaruh harga beras terhadap kesejahteraan
rumah tangga petani secara individual akan tergantung pada statusnya, yaitu
18Universitas Kristen Petra
apakah rumah tangganya sebagai net consumer atau net producer beras. Rumah
tangga petani yang berstatus net consumer adalah petani dengan jumlah produksi
selama setahun lebih kecil daripada jumlah konsumsi per tahun. Sedangkan petani
net producer adalah petani dengan jumlah produksi yang lebih besar daripada
konsumsinya (Abubakar, Par. 22).
Harga beras yang tinggi akan berdampak positif bagi petani padi yang net
producer. Sebaliknya, bagi petani dengan status net consumer, harga beras yang
terlalu tinggi akan memberikan dampak negatif saat petani tersebut harus membeli
beras dari pasar. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa diperkirakan kurang
lebih 2/3 petani di Jawa adalah net consumer. Dengan demikian, diperkirakan
hanya 1/3 petani produsen skala besar yang memperoleh manfaat jika terjadi
kenaikan harga beras yang tinggi. Bagi 2/3 petani yang net consumer, harga yang
tinggi, khususnya selama periode di luar panen, akan membuat pendapatan riil
mereka berkurang dan membuka kemungkinan mereka menjadi lebih miskin.
Lebih jauh lagi, harga beras memainkan peranan yang sangat penting dalam
transformasi struktural, baik di dalam sektor pertanian maupun terhadap ekonomi.
Di dalam sektor pertanian, harga beras akan mempengaruhi keputusan petani
untuk menentukan jenis tanaman dan pola tanaman yang paling menguntungkan.
Dengan demikian, kebijakan harga harus ditetapkan dengan hati-hati (Abubakar,
Par. 25).
2.1.3. Peranan Petani Padi di Indonesia
Seperti yang dijelaskan di atas, petani padi berperan penting dalam
menjaga stabilitas ketahanan pangan negara Indonesia. Karena padi(beras) adalah
adalah makanan utama rakyat Indonesia. Dengan melihat jumlah penduduk yang
akan terus semakin bertambah, sektor pertanian juga harus ditingkatkan untuk
bisa mencukupi kebutuhan pangan yang ada. Namun dalam kenyataan yang ada,
seringkali masyarakat malah menganggap bahwa petani padi hanya memiliki
peranan kecil. Karena para petani dianggap masyarakat golongan lemah, apalagi
dalam sektor ekonomi yang selalu diagung-agungkan, misalnya sektor industri.
19
Universitas Kristen Petra
2.1.4. Tingkat Ekonomi Petani Padi di Indonesia
Petani padi masih identik dengan kemiskinan. Kurang maksimalnya peran
pemerintah dalam membantu atau memberikan subsidi pada petani semakin
membuat kehidupan petani padi di negara Indonesia semakin terpuruk.
Selanjutnya juga pemerintah dirasa kurang peka dengan masalah-masalah yang
dihadapai para petani. Pemerintah hanya jual bibir akan kondisi petani padi pada
saat diperlukan saja.
Pembangunan di sektor pertanian khususnya pada tanaman pangan di
Indonesia sebenarnya sudah sejak dulu dilaksanakan dengan melakukan
pengenalan sistem bimbingan massal (bimas) dan intensifikasi khusus (insus).
Sistem ini sebenarnya masih dilanjutkan dan disempurnakan melalui program-
program penyuluhan pertanian yang ditujukan pada kelompok-kelompok tani.
Petani kita, terutama petani padi, tetap miskin karena dua isu pokok, yaitu:
mereka tidak terorganisasi dengan baik dan sekaligus tidak punya data base
tentang padi. Ditambah lagi pemerintah tidak pernah mampu melihat
permasalahan pokok yang dihadapi para petani padi kita, sehingga solusi yang
diberikan pun juga selalu salah. Masalahnya tidak semua masyarakat petani
tergabung dalam kelompok tani. Oleh sebab itu masih banyak petani yang belum
tersentuh pada program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain
produktivitas petani masih rendah dan harga padi yang tidak kunjung membaik,
sementara harga sarana produksi yang terus mengalami kenaikan, sementara peran
dari Bulog juga tidak maksimal, hal ini akan semakin menambah beban pada
petani (Mangdeska, Par. 2).
Maka jika kita perhatikan tingkat kesejahteraan petani pada masyarakat
pedesaan dapat dikatakan rendah sekali. Bahkan banyak petani atau anak-anak
mereka enggan untuk bekerja pada sektor pertanian, mereka lebih senang bekerja
pada sektor industri dan di daerah perkotaan.
2.1.5. Masalah yang Dihadapi Petani Padi di Indonesia
Masalah-masalah yang dihadapi para petani padi Indonesia sangat banyak
dan kompleks, yang meliputi:
20Universitas Kristen Petra
- SDM yang rendah
Kehidupan petani yang susah membuat penghasilannya sebagian besar
digunakan untuk biaya kehidupan sehari-hari, sedangkan kebutuhan lain seperti
pendidikan sering diabaikan. Hal ini mengakibatkan SDM petani tidak mengalami
perkembangan. Kurangnya SDM tersebut juga berakibat kurangnya usaha petani
untuk mandapat informasi tentang pertanian yang ada, entah itu karena tidak
mengerti atau kurangnya komunikasi.
- Pendapatan yang tidak sebanding
SDM yang rendah membuat kinerja petani tidak maksimal. Sistem kerja
yang kurang terencana bisa mengakibatkan kerugian. Hal inilah yang membuat
petani merasa pendapatannya pas-pasan dan kadang malah hidup terus dalam
lingkaran kemiskinan. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk bertani juga semakin
meningkat, tidak diimbangi dengan pendapatan dari hasi hasil penjualan padi
yang ada.
- Kurangnya peran dari pemerintah dalam sektor pertanian
Kurangnya peran pemerintah dalam membantu petani bisa berupa kurang
tanggap dalam memberikan subsidi, baik itu subsidi untuk pupuk, pestisida,
maupun kebijakan dalam bidang logistik. Pemerintah lebih menganggap bahwa
sektor industri lebih penting daripada sektor pertanian.
- Modal yang rendah
Pekerjaan petani selama ini dianggap pekerjaan turun temurun dari
keluarganya. Areal sawah yang ada semakin terbagi-bagi seiring pembagian
warisan yang akan terus berlangsung selama ada pertambahan jumlah keluarga.
Hal tersebut bisa berakibat menurunnya jumlah modal yang ada. Kebanyakan para
petani bekerja dengan modal seadanya, malah kadang berusaha mencari hutangan.
- Petani padi dianggap pekerjaan yang tidak begitu penting bagi masyarakat umum
Dominasi kehidupan miskin para petani kecil tentunya membuat banyak
masyarakat memandang sebelah mata akan mata pencaharian tersebut. Karena
anggapan itu juga, masyarakat menganggap bekerja sebagai petani tidak memiliki
prospek yang cerah.
21
Universitas Kristen Petra
- Keturunan petani padi enggan melanjutkan pekerjaan orang tua mereka
Karena pekerjaan petani dianggap sebelah mata oleh masyarakat, maka
anak-anak petani tidak mau dan merasa malu utuk melanjutkan pekerjaan orang
tuanya. Sehingga jumlah petani padi di Indonesia semakin didominasi oleh
generasi tua yang semakin lemah yang mengakibatkan sektor pertanian juga
makin menurun dan tidak menentu.
- Kalahnya sektor pertanian dibandingkan sektor industri
Pemerintah lebih mengutamakan sektor industri karena dianggap lebih
banyak memberi keuntungan. Meski sektor pertanian mempunyai peran penting
dalam kebutuhan pangan nasional, tapi dalam hal ekonomi tentu sektor industri
lebih berperan banyak.
Di jaman sekarang, pertanian di Indonesia sudah cukup maju dan modern.
Pengolahannya juga menggunakan mesin-mesin canggih, tidak lagi memakai cara-
cara tradisional seperti dulu. Bisa diketahui bahwa banyak ditemukan bibit-bibit
unggul dengan berbagai jenis, di mana sangat membantu para petani. Karena
dengan bibit unggul, masa tanam menjadi singkat dan hasil panen lebih banyak.
Namun juga tidak melupakan SDM masing-masing petani dan kondisi tanah
pertanian yang dimiliki. Di jaman dahulu untuk mengupas kulit padi hingga bisa
menjadi beras masih harus ditumbuk, biasanya oleh para ibu-ibu. Akibatnya
pengolahan tersebut masih kurang maksimal karena masih kurang bersih dan
rendemen jelek. Tetapi sekarang sudah banyak mesin-mesin pengupas padi yang
canggih, hasilnya bersih dan limbah pengolahan padi seperti bekatul dan sekam
juga bisa digunakan secara maksimal. Pupuk dan pestisida juga semakin beragam
dan lebih ampuh.
Meskipun begitu, bertani masih dianggap mata pencaharian yang
dipandang sebelah mata oleh banyak masayarakat. Petani padi erat dengan
kehidupan yang miskin, kerja keras, dibayang-bayangi dengan kegagalan panen
dan takut tidak bisa balik modal. Singkatnya, meskipun petani padi adalah pihak
yang mempunyai peran penting dalam menghasilkan bahan pangan utama rakyat
Indonesia, tapi justru menjadi mata pencaharian yang tidak populer, tentunya hal
yang sangat berbahaya dalam kelangsungan negara Indonesia sendiri. Sudah
banyak penduduk desa yang ingin hidup lebih baik lagi untuk mencari
22Universitas Kristen Petra
peruntungan dengan melakukan urbanisasi ke kota-kota besar, meskipun masih
belum pasti. Tidak sedikit dari mereka adalah para petani yang merasa
penghasilannya tidak mencukupi bagi keluarganya. Hal tersebut mengakibatkan
jumlah petani di desa semakin berkurang.
2.2. Tinjauan Tentang Fotografi
2.2.1. Pengertian Fotografi
Istilah ‘fotografi’ berasal dari dua kata “foto” dan “grafi” yang dalam
bahasa Yunani, foto berarti cahaya dan grafi berarti menulis atau melukis,
sehingga “fotografi” dapat diartikan sebagai “melukis dengan cahaya”. Dalam
fotografi, kehadiran cahaya adalah mutlak perlu, karena mulai dari pemotretan
hingga pencetakan film menjadi foto, kedua-duanya membutuhkan cahaya.
Menurut catatan sejarah, asal muasal fotografi “ditemukan” secara kebetulan oleh
Ibn Al Haitam pada abad ke-10, bahwa pada salah satu dinding tendanya terlihat
suatu gambar, yang setelah diselidiki ternyata berasal dari sebuah lubang kecil
pada dinding tenda yang berhadapan di dalam tendanya itu. Ternyata pula bahwa
gambar tersebut sama dengan pemandangan yang berada di luar tenda, hanya
posisinya terjungkir balik, pohon-pohon kurma dengan daun-daunnya berada di
bawah, sedangkan badan/batang dan tanah berada di atas (hal ini kemudian
diketahui berdasarkan cahaya selalu melintas lurus, sesuai ilmu alam).
2.2.2. Jenis-Jenis Fotografi
a. Foto deskriptif
Foto-foto yang termasuk dalam kategori ini adalah foto identitas diri
(pasfoto), foto medis atau klinis (foto sinar-x), fotomikrografi (foto hasil
pengamatan suatu obyek dari mikroskop), foto eksplorasi kebumian dan angkasa
luar, foto pengintaian (kepolisian dan militer / penegak hukum), foto reproduksi
benda seni / lukisan, dsb. Foto-foto jenis ini secara akurat menggambarkan benda
(subject matter) yang direpresentasikannya (Amiboyz, Par. 3).
b. Foto yang menjelaskan sesuatu
Foto jenis ini memiliki sifat menjelaskan suatu fenomena, kejadian, yang
dapat menjadi bukti visual dari suatu teori ilmiah, baik ilmu fisik maupun ilmu
23
Universitas Kristen Petra
sosial (sosiologi visual dan antropologi visual). Foto-foto yang termasuk dalam
kategori ini biasanya menunjukkan tempat dan waktu spesifik yang dapat menjadi
bukti visual yang dapat dilacak kebenarannya, foto-foto bidang jurnalistik
contohnya. Foto-foto editorial yang direproduksi ke dalam majalah, buku, surat
kabar, dan media cetak lainnya juga masuk dalam kategori ini. Untuk dapat masuk
dalam kategori ini suatu foto harus menunjukkan penjelasan visual yang dapat
diverifikasi dalam disiplin ilmu tertentu oleh seorang pakar dalam ilmu tersebut
(Amiboyz, Par. 4).
c. Foto interpretasi
Tidak seperti foto ilmiah yang sangat obyektif, foto interpretasi lebih
bersifat simbolik, puitik, fiksi, dramatik dan diinterpretasi secara subyektif-
personal. Foto-foto dengan gaya surealis, foto montase dan kolase, foto dengan
pencahayaan ganda (multiple exposures). Foto-foto mixed-media (fotografi
dengan lukis/ ilustrasi) dan apa yang kita kenal dengan foto kotemporer umumnya
juga masuk dalam kategori ini. Foto interpretasi pada umumnya dibuat (making
photographs) bersifat hasil kreasi (expansive moments) dan bukan diambil (taking
photographs) seperti halnya foto candid atau menemukan momen seperti foto
dokumenter-jurnalistik (decisive moments). (Amiboyz, Par. 5).
d. Foto etik
Kategori ini memuat foto-foto yang memuat aspek-aspek sosial
kemasyarakatan yang harus dinilai secara etik. Foto-foto tentang perang dan
akibatnya (masalah pengungsi, imigran, dll.), penyakit menular yang mematikan
(AIDS, SARS, dll.), wabah dan kelaparan, kehidupan kelas bawah (pengemis,
anak jalanan, dll.), ketergantungan narkoba, isu-isu etnik-agama-ras seperti karya
Carrie Mae Weems, serta perusakan lingkungan, masuk dalam kategori ini. Iklan
politik dan propaganda pemerintah serta iklan komersial (baik produk maupun
jasa) juga masuk dalam kategori ini. Foto-foto etik ini umumnya juga membawa
misi meningkatkan hubungan kemasyarakatan yang dibangun dari kesadaran dan
kepedulian akan perbedaan (kelas) sosial. Selain menggambarkan kepincangan
sosial, foto-foto etik ini bisa saja menggambarkan sesuatu yang positif, misalnya
potret tokoh wanita yang inspirasional (seperti Indira Gandhi, Margaret Tatcher,
dll). Kategori ini juga mengakomodasi foto-foto yang menggambarkan kehidupan
24Universitas Kristen Petra
masyarakat dalam suatu sistem ekonomi-politik tertentu (kapitalis-liberal, sosialis-
marxis, dll.) (Amiboyz, Par. 6).
e. Foto estetik
Kategori ini mencakup karya foto yang biasa kita sebut foto seni, foto-foto
yang memerlukan tinjauan dan kontemplasi estetik. Foto-foto ini adalah tentang
benda sebagai obyek estetik yang difoto dengan cara estetik. Umumnya foto-foto
nude tentang studi bentuk tubuh manusia, foto-foto landscape (alam, kota, atau
gabungan bangunan dengan alam), foto still life, foto jalanan, foto mosaik, foto
eksperimental kamar gelap (alternative processes), masuk dalam kategori ini.
Dibandingkan dengan kategori lainnya, foto estetik lebih mengeksplorasi bentuk
(form) dan media (medium) daripada obyeknya (subject matter) sendiri (karya
Jock Struges dan karya John Coplans). Obyek foto boleh jadi tidak indah seperti
contoh foto Richard Misrach yang menggambarkan sapi-sapi yang mati di pinggir
jalan bersalju (Amiboyz, Par. 7).
f. Foto teori
Kategori ini mencakup foto tentang fotografi, foto tentang seni dan
pembuatan karya seni, politik seni, foto tentang film, model representasi, dan
teori-teori tentang fotografi. Foto teori ini dapat berupa kritik seni atau kritik
fotografi secara visual yang menggunakan media foto sebagai pengganti kata-
kata. Foto jenis ini biasanya menjadi semacam reproduksi dari suatu karya seni.
Apa yang kita kenal sebagai seni konseptual serta fotografi konseptual masuk
dalam kategori ini. Memang tidak mudah memasukkan suatu foto ke dalam
kategori-kategori tersebut di atas. Suatu foto bisa saja berada dalam interseksi dua
kategori. Dalam menginterpretasi awal diperlukan pemahaman tentang apa isi dan
maksud dari suatu foto sebagai argumen dasar pengkategorian. Bagaimanapun
juga hal ini membuka argumen balik dan memberi ruang untuk diskusi lebih
lanjut tentang interpretasi yang lebih kontekstual (Amiboyz, Par. 8).
2.2.3. Teknologi Fotografi
Sejak ditemukan istilah fotografi dan cara kerjanya secara kebetulan oleh
Ibn Al Haitan pada abad ke-10 tersebut baru pada abd ke-15, Leonardo da Vinci
menciptakan CAMERA OBSCURA (camera:kamar, obscura:gelap) yang sangat
25
Universitas Kristen Petra
terkenal dan merupakan cikal bakal kamera yang kita kenal sekarang (penyebutan
‘kamera’ berarti kamera-foto, kamera untuk membuat foto/memotret).
Perkembangan lain dari camera obscura yang diminiaturkan adalah kamera
lubang jarum (pinhole camera) dan daguerrotype. Kamera ini berupa sebuah
kotak dengan salah satu dindingnya dilubangi, dan pada dinding seberangnya
dipasangkan kaca buram untuk melihat gambar yang terbentu. Kemudian lubang
tersebut dipasangkan sebuah lensa untuk meningkatkan mutu gambar. Dengan
hanya berpegang pada fenomena alam, fotografi takkan mencapai tujuan (Fachrul,
Par. 1).
Kamera modern pertama di dunia, Kodak No.1, lahir pada tahun 1888.
kamera ini dapat diisi dengan film rol untuk 100 bidikan. Dalam praktek terdapat
suatu kendala, karena film harus diisi dan dikeluarkan di lab Kodak, yang berarti
kamera pemakai harus berulang kali masuk keluar lab Kodak bila hendak dipakai
memotret. Kamera Kodak No.1 itu walaupun masih besar bila dibandingkan
dengan kamera-kamera yang lahir kemudian, tetapi di saat itu sudah terbilang
ringkas dan bisa bebas dari keharusan menggunakan kakitiga, yang merupakan
pelengkap bawaan dan harus senantiasa menempel pada kamera.(Fachrul, Par. 4).
Keinginan untuk menciptakan kepraktisan dan keringkasan pada benda-
benda yang dipakai manusia, bukan baru terjadi pada zaman sekarang, seperti era
peringkasan yang gencar dengan istilah ‘compact’ bagi produk kamera-kamera
35mm. di zaman pra fotografi 35mm pun, hal serupa sudah terpikirkan, kendati
belum terbumbui dengan hal-hal yang bersifat ergonomik dan comfort. Oskar
Barnack, seorang karyawan pabrik kamera dan optik Leitz, ahli dalam bidang
mekanik dan kepala bagian produksi, juga seorang penggemar foto yang antusias,
yang merasakan betapa besar beban yang harus ditanggung oleh seorang
penggemar foto, setiap kali ia hendak melakukan perjalanan pemotretan, karena
yang namanya kamera waktu itu bukan hanya tak dapat digenggam oleh kedua
belah tangan atau digantungkan di pundak, melainkan untuk di bawa seorang diri
pun sudah sulit, karena kamera dan kakitiga menyatu, sehingga harus dipanggul
sedikitnya oleh dua orang, bila hendak berpindah tempat. Karena alasan tersebut,
timbullah suatu gagasan di benak Oskar muda pada tahun 1912 : “Negatif kecil-
foto besar” (Fachrul, Par. 6).
26Universitas Kristen Petra
Maka kemudian ia mematangkan gagasannya dan sekaligus menyiapkan
untuk membuat suatu kamera yang ringan, kecil, mudah dibawa,bebas dari
kakitiga dan beban-beban lainnya. Sebenarnya Oskar Barnack selain menjadi
penggemar foto, juga adalah seorang pembuat film cerita. Dalam bekerja, untuk
mendapatkan pencahayaan yang baik dan tepat, biasanya ia menjalankan kamera
terisi film, dan menghabiskan bermeter-meter film dengan bukaan diafragma
beragam, lalu cepat-cepat film diproses, sekedar untuk mengetahui bukaan
diafragma berapa yang paling tepat. Sebagai seorang pendesain, ia lalu berpikir,
alangkah baiknya bila ia dapat membuat sebuah kamera kecil yang dapat diisi film
yang sama seperti dipergunakan dalam kamera-cine besar. Maksudnya semula,
kamera kecil itu hanya akan dipergunakan dalam kamera-cine besar. Maksudnya
semula, kamera kecil itu hanya akan dipergunakan sebagai alat “pengukur
cahaya”, sebagai alat yang efektif juga ekonomis (Fachrul, Par. 10).
Akhirnya dengan persetujuan penuh majikannya, Dr. Ernst Leitz, ia boleh
mencurahkan segenap keahliannya untuk menciptakan kamera angan-angannya
itu. Menjelang akhir tahun 1913, terciptalah kamera tersebut tanpa nama. Baru di
awal tahun 1914, sebuah nama diberikan : Leca. Nama yang diambil dari Leitz
Camera. Film yang dipergunakan adalah format 35mm, sama dengan yang
dipakai pada kamera-cine. Walaupun semula kamera tersebut diciptakan sebagai
alat pengukur cahaya, tetapi setelah rampung ia merupakan suatu kamera yang
cukup lengkap fasilitasnya. Kebiasaan film berputar secara vertikal pada kamera-
sine, pada Leca yang kemudian dikukuhkan menjadi Leica diubah lintas geraknya
menjadi horisontal. Lalu format bingkai yang pada kamera-sine adalah 18x24mm,
pada Leica diperbesar dua kali lipat menjadi 36x24. Pada prototipe Leica ini
terdapat pelengkap-pelengkap serba baru, ialah pemutar film yang sekaligus
berfungsi sebagai pengokang rana, rana celah yang dapat membuka dalam
berbagai ukuran dan kaset sebagai pelindung, dan wadah film yang dapat
dikeluar-masukkan di tempat terang (Fachrul, Par. 12).
Ternyata kemudian, bahwa kepercayaan yang diberikan Ernst Leitz kepada
Oskar Barnack merupakan awal dari perkembangan fotografi modern, dan
gagasan ke perkembangan kamera yang lebih ringkas. Pada pemunculannya yang
pertama di Leipzig Fair, Leica model A buatan tahun 1925 walaupun banyak
27
Universitas Kristen Petra
menarik perhatian, namun tidak seorang pun menduga bahwa kelak akan meraih
sukses begitu besar, dan memacu perkembangan fotografi 35mm dengan agresif
sekali, dan meninggalkan rival-rival yang berformat besar jauh di belakangnya
(Fachrul, Par. 14).
Di jaman sekarang alat-alat fotografi semakin banyak dan canggih,
Konsumen dibanjiri teknologi fotografi dari berbagai merek dari berbagai
mancanegara. Dari kamera obscura yang merupakan sejarah teknologi fotografi
pertama kali, kemudian disusul kamera lubang jarum, kamera polaroid, kamera
compact untuk pertama kali dengan bentuk yang cukup besar untuk ukuran saat
ini, sampai kamera compact berukuran pocket sehingga banyak disebut kamera
pocket, kamera SLR yang lebih presisi dan bisa diganti lensanya, hingga
memasuki era digital. Piranti tambahan seperti lensa, flash, LCD, resolusi,dll juga
semakin ditingkatkan. Semuanya semakin memudahkan bagi manusia, karena
tidak bisa dipungkiri, fotografi menjadi bidang yang cukup dekat dengan sisi
keindahan manusia, yang hampir dimiliki oleh semua manusia. Mengesampingkan
nilai keindahan, fotografi di jaman sekarang juga sudah bukan menjadi hal yang
mewah, dari hanya foto ukuran 3X4 hitam putih untuk rapor,ijazah,dll, ukuran3X4
berwarna untuk SIM, KTP, sampai foto-foto keindahan alam dan objek di saat
sedang rekreasi.
2.3. Tinjauan Tentang Fotografi Human Interest
2.3.1. Pengertian Fotografi Human Interest
Human interest sendiri adalah semua yang berhubungan dengan manusia.
Bagaimana menunjukkan perasaan dari setiap manusia. Fotografi human interest
sendiri memuat fenomena tersebut dalam bentuk foto. Bagaimana foto tersebut
mewakili sisi kemanusiaan itu dan bisa ditambahkan interaksi sosial yang terjadi
dengan lingkungannya. Dengan fotografi human interest dapat mengabadikan
momen-momen berharga seputar kemanusiaan dan menggugah perasaan orang
yang melihatnya. Secara tidak langsung membuka mata dunia akan keadaan-
keadaan nyata yang dialami para manusia, yang kadang tidak terbayangkan
sebelumnya.
28Universitas Kristen Petra
2.3.2. Latar Belakang Fotografi Human Interest
Dunia fotografi mencakup banyak aspek. Manusia termasuk salah satu satu
objek yang menarik untuk diangkat dalam dunia fotografi. Manusia dengan segala
macam bentuk kehidupannya memang sangat dekat dengan sesamanya. Walaupun
hal tersebut bisa dengan mudah ditemukan, fotografi human interest harus bisa
memunculkan suatu perasaan yang menyentuh bagi orang lain yang melihatnya.
Momen-momen tersebut kebanyakan adalah aktivitas kehidupan manusia secara
normal, bisa itu aktivitas dalam suatu adat budaya suatu masyarakat tertentu
maupun aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, yang sering terasa biasa bagi mata
orang awam tetapi menarik bagi mata seorang pemotret. Bagi pemotret yang
terbiasa mengamati masalah-masalah sosial atau mungkin juga bila dia adalah
seorang wartawan foto yang selalu menempatkan diri sebagai pengamat, maka
aktivitas manusia baik itu dalam lingkup budaya maupun dalam lingkup
kehidupan sehari-hari tak akan terlalu sulit dilakukan.
2.3.3. Karakter Fotografi Human Interest
Karena berhubungan dengan hal-hal yang dialami oleh manusia dengan
segala aktivitasnya, maka karakter fotografi human interest dapat terbagi:
a. Selalu menampilkan orang, dengan kondisi apapun
b. Didominasi peristiwa-peristiwa dramatis
c. Menggugah perasaan bagi yang melihatnya
d. Mempunyai nilai-nilai kemanusiaan
e. Adanya interaksi sosial dan ekspresi emosional
2.3.4. Kriteria Fotografi Human Interest
a. Kemampuan foto untuk untuk menyentuh perasaan khalayak umum
Bagaimana menampilkan sisi manusia yang menggugah perasaan yang
melihatnya, baik itu dalam kehidupannya sehari-hari maupun saat momen-momen
tertentu yang dirasa pas bagi fotografer.
29
Universitas Kristen Petra
b. Kealamian foto
Foto human interest yang bagus tentunya harus diambil se-alami mungkin,
tidak ada kesan dibuat-buat. Karena dengan sifat alami tersebut akan semakin
memberi kekuatan dari foto tersebut dan kenyataan yang ada.
c. Warna yang dramatis
Karena berhubungan dengan sisi kemanusiaan dan bertujuan menyentuh
perasaan banyak orang, maka warna foto yang ada dibuat sederhana, soft, dan
cenderung ke arah kuning, coklat ataupun hitam putih.
2.3.5. Contoh Karya Fotografi Human Interest
Gambar 2.1 Contoh Fotografi Human InterestSumber : Rudy Lin Photography (2009, P.)
30Universitas Kristen Petra
Gambar 2.2 Contoh Fotografi Human InterestSumber : TNY Photography (2010, P.)
Gambar 2.3 Contoh Fotografi Human InterestSumber: Photoshare (2007, P.)
2.4. Tinjauan Tentang Buku
2.4.1. Analisis Keunggulan dan Kelemahan Buku
a. Keunggulan:
- Bisa dibawa ke mana-mana
ukuran buku yang standard memudahkan untuk dibawa kemanapun
31
Universitas Kristen Petra
- Tidak ribet, praktis
tidak membutuhkan pengoperasian atau tahap-tahap tertentu, cukup dibuka seperti
biasa saja. Jika belum selesai membaca, cukup diberi pembatas buku
b. Kelemahan:
- Harga
melihat ongkos cetak yang tidak murah karena dicetak tidak terlalu banyak,
tentunya pembaca harus mengeluarkan uang sedikit banyak, dibandingkan melihat
secara digital
- Nilai guna untuk jangka panjang
buku memuat info yang statis dan memerlukan tempat untuk penyimpanan,
sehingga untuk jangka panjang nilainya akan semakin menurun bagi pemiliknya,
kecuali bagi para pecinta buku
2.4.2. Analisis Prospek Ekonomis
Bidang fotografi saat ini sudah cukup populer. Buku-buku yang memuat
fotografi sudah banyak diterbitkan, karena semakin banyak masyarakat yang ingin
belajar dunia fotografi. Untuk fotografi di bidang human interest sendiri termasuk
agak langka jika dibandingkan dengan foto pemandangan, still life, ataupun
model. Momen-momen yang ada dalam aspek fotografi human interest lebih
menonjolkan sisi kemanusiaan yang alami dan bertujuan menggugah perasaan,
sehingga dianggap menjadi tantangan tersendiri untuk mendapatkannya bagi sang
fotografer. Dengan kata lain, fotografi human interest mempunyai nilai lebih,di
samping juga menampilkan keindahan dan kondisi yang dramatis dari suatu lokasi
yang bersangkutan. Fotografer pemula juga seringkali melihat referensi, terutama
dari buku-buku berisi kumpulan karya fotografi.
2.4.3. Analisis Potensi Pasar
Teknologi fotografi dari masa ke masa telah mengalami kemajuan yang
cukup pesat. Karena itu juga, sekarang sudah banyak ditemui kamera-kamera
canggih dengan berbagai jenis, dan disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Untuk fotografi profesional banyak menggunakan kamera DSLR, di mana
harganya masih cukup mahal di pasaran Meskipun begitu, kebutuhan konsumen
akan fotografi juga semakin meningkat. Tetapi tidak banyak yang menguasai
32Universitas Kristen Petra
teknik-teknik fotografi, teknik editan, dan finishing yang bagus. Karena itu, buku-
buku bertema fotografi semakin dibutuhkan oleh mereka yang ingin belajar dunia
fotografi maupun sekedar untuk referensi. Dari berbagai jenis fotografi, termasuk
fotografi human interest juga, banyak yang dapat dipelajari oleh para pembaca.
Misalnya, mengatur komposisi yang enak dilihat, warna-warna yang cocok
dengan suasana yang ada, sampai layout yang cocok untuk finishing.
2.4.4. Analisis Profil Pembaca
a. Para fotografer
Para fotografer juga masih harus belajar dalam segala hal untuk menjadi
profesional. Termasuk menambah pengetahuan dengan membaca literatur-
literatur, melihat referensi-referensi hasil fotografi, ataupun menerima kritik akan
karya fotografinya.
b. Para penikmat fotografi
Meski bukan seorang fotografer, ada sebagian masyarakat yang tertarik
dengan dunia fotografi. Jadi walaupun tidak mempunyai kemampuan fotografi,
tetapi mereka mempunyai kebutuhan akan sisi-sisi keindahan yang bisa
didapatkan lewat melihat hasil-hasil karya fotografi.
c. Para pecinta buku bertema kemanusiaan
Mereka ini menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kemanusiaan.
Apalagi jika buku dikemas dengan cara yang menarik, maka akan semakin
menimbulkan niat beli mereka. Mereka juga tipe-tipe yang ingin tahu akan
sesuatu hal, terutama realita masyarakat yang terjadi selama ini.
2.4.5. Analisis Profil Pesaing
Buku TA tentang fotografi berjudul “Menabur Benih Menuai Padi” karya
Fenny Limanto DKV Petra angkatan 2004. Memuat karya-karya fotografi yang
berisi proses pengolahan padi, mulai dari proses menanam sampai panen. Tujuan
pembuatan buku agar budaya bertani di Indonesia tidak hilang serta menunjukkan
keindahan sawah di Indonesia. Target market utama adalah para wisatawan
mancanegara.
33
Universitas Kristen Petra
Teknik fotografi lebih ditekankan pada menunjukkan proses bertani dan
keindahan pemandangan dunia pertanian. Menggunakan editan gaussian blur
untuk menghasilkan warna-warna yang soft. Buku memiliki ketebalan 72 halaman
dengan menggunakan kertas jenis gardapad.
2.4.6. Kesimpulan
Para petani memegang peranan penting dalam ketahanan pangan nasional,
tapi kurang mendapatkan tanggapan dari masyarakat maupun pemerintah. Seolah-
olah mata pencaharian sebagai petani tidaklah begitu berpengaruh. Padahal
masalah pangan bisa menjadi masalah yang cukup serius untuk jangka panjang
kelangsungan sebuah negara. Karena itu, pemerintah maupun masyarakat harus
disadarkan dengan mengetahui realita yang ada. Selain itu juga dibutuhkan usaha
untuk mempertahankan citra negara Indonesia sebagai negara agraris.
Sebagai orang desain, mempunyai pemecahan masalah yang berupa
desain juga. Untuk masalah tersebut, penulis menggunakan pendekatan fotografi,
khususnya fotografi human interest. Di mana dari foto-foto yang ada beserta
penambahan sekilas fakta mengenai masalah-masalah yang dihadapi petani padi
di Indonesia, dapat mengungkap kenyataan kehidupan para petani saat ini dan
menggugah perasaan yang melihatnya. Para pembaca yang bermacam-macam
tentunya akan menimbulkan reaksi yang berbeda juga, tetapi pada intinya sama,
yaitu lebih dekat dengan sosok petani padi Indonesia.
34Universitas Kristen Petra