Upload
dangliem
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
2 METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di workshop Balai Besar Pengembangan Penangkapan
Ikan (BBPPI) Kementrian Kelautan dan Perikanan yang bertempat di Semarang.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan September hingga bulan Desember 2012.
Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) 1 unit mesin diesel Dong Feng ZS1100;
Mesin Dong Feng ZS 1100 banyak digunakan karena harganya yang sangat
ekonomis, yaitu Rp 4.250.000,00. Mesin Dong Feng ZS1100 memiliki harga
yang berbeda jauh dengan marine diesel engine, marine gasoline engine,
bahkan dengan mesin multiguna Kubota. Gambar 4 menunjukkan bentuk
mesin Dong Feng ZS 1100, Tabel 2 menunjukkan perbandingan harga mesin
kapal, dan Tabel 3 menunjukkan spesifikasi dari mesin Dong Feng ZS 1100.
Gambar 4 Mesin Dong Feng ZS 1100
9
Tabel 2 Perbandingan harga mesin kapal
Engine Maker Tipe Mesin Daya Harga
Dong feng ZS1100 Diesel multiguna 16 HP Rp 4.250.000
Kubota RD 140 Diesel multiguna 14 HP Rp 21.500.000
Yanmar 2YM 15 Marine diesel
engine
14 HP Rp 60.880.000
Volvo Penta D1-13 Marine diesel
engine
12 HP Rp 108.000.000
Yamaha F15SM Marine engine 15 HP Rp 27.660.000
Tohatsu MFS Marine engine 15 HP Rp 23.499.000
Suzuki DF15 Marine engine 15 HP Rp 22.950.000
Mercury 15M Marine engine 15 HP Rp 23.950.000
Sumber: (www.boats.net/outboard motor)
Tabel 3 Spesifikasi mesin Dong Feng ZS 1100
Model S 1100 A2
Tipe Horisontal, 4 langkah
Sistem pembakaran Swirl combustion chamber
Jumlah silinder 1
Diameter x langkah 100 x 115
Volume total (L) 0.903
Rasio kompresi 19.5:1
1 hr rated output (kW/rpm) 12/2 200
12 hr rated output (kW/rpm) 11/2 200
SFOC (gr/kWh) 250
SLOC (gr/kWh) n/a
Sistem pendingin Hopper
Sistem pelumasan Combined pressure and splashing
Metode starter Hand cracking
Berat bersih (kg) 155
10
2) 1 unit dinamometer;
Dinamometer berfungsi untuk mengukur torsi dan daya sebagai fungsi
kecepatan putar mesin sekaligus. Gambar 5 menunjukkan impeller sebagai
bagian dari dinamometer yang digunakan.
Gambar 5 impeller pada Dinamometer tipe Magnetic Eddy Current Retarder
Dinamometer yang digunakan dalam percobaan memiliki spesifikasi
sebagai berikut :
Jenis : Magnetic Eddy Current Retarder;
Merk : Dyno Dynamics;
Maximum Power Steady Speed : 500 HP;
Maximum Torque Steady Speed : 1800 Nm;
Putaran maksimal mesin : 4500 RPM.
11
3) Gelas ukur;
Gelas ukur digunakan untuk menampung solar yang akan digunakan untuk
menguji mesin. Fungsi lain dari gelas ukur adalah untuk memberi takaran
bahan bakar sehingga memudahkan dalam menghitung konsumsi solar.
Gambar 6 menunjukkan bentuk gelas ukur yang digunakan.
Gambar 6 Gelas ukur
4) CNG kit;
CNG kit terdiri atas beberapa komponen, yaitu: tangki CNG, katup utama,
pipa gas tekanan tinggi, gas regulator, selang gas tekanan rendah, katup
tenaga, dan gas mixer. Tangki CNG berfungsi sebagai media penyimpanan
CNG. Tangki ini harus mampu menahan tekanan dari CNG yang dapat
mencapai 200 bar. Gambar 7 menunjukkan bentuk CNG kit, Tabel 4
memberikan informasi mengenai spesifikasi dari tangki CNG yang
digunakan, dan Tabel 5 memberikan informasi mengenai spesifikasi dari
katup utama.
12
Gambar 7 CNG kit
Tabel 4 Spesifikasi tabung CNG
Pembuat Beijing Tianhai Industry Co. Ltd
Lembaga pemberi sertifikasi Bureau veritas (BV)
Jangkauan temperatur gas -40 °C hingga 65 °C
Tekanan maksimal 200 bar
Usia pemakaian 15 tahun
Kapasitas (air) 55 L
Panjang tabung 935 mm±20
Berat kosong 48 kg±5 %
13
Tabel 5 Spesifikasi katup utama
Tekanan kerja maksimal 260 bar
Temperatur kerja -40 °C s.d 70 °C atau -40 °C s.d 85 °C
5) Stopwatch;
6) Kamera;
7) Timbangan digital;
8) Termometer digital; dan
9) Software desain kapal.
Bahan yang digunakan adalah bahan bakar jenis solar, dan Compressed
Natural Gas.
Metode Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental di workshop BBPPI
Semarang dan simulasi numerik dengan perangkat lunak terkait. Data hasil
percobaan pada penelitian merupakan data yang diperlukan untuk mengkaji
potensi operasional mesin menggunakan dual fuel. Simulasi numerik dilakukan
pada analisis stabilitas kapal untuk melihat pengaruh instalasi dual fuel pada
kualitas stabilitas statis kapal.
Data yang dikumpulkan terdiri atas data utama dan data pendukung. Data
utama terdiri dari output daya dan torsi, konsumsi solar, dan dimensi kapal ikan.
Hasil penelitian BBPPI (2010) digunakan untuk mengetahui output daya dan torsi
serta konsumsi bahan bakar. Hasil penelitian ini disampaikan dan dijabarkan pada
Bab Hasil dan Pembahasan. Data pendukung terdiri dari asumsi berat alat
tangkap, volume palka, berat dan dimensi instalasi CNG (termasuk tangki dalam
keadaan penuh), dan kebutuhan es. Berat alat tangkap (gillnet) didapatkan dari
simulasi perhitungan yang dikemukakan oleh BBPPI (2012). Volume ruang palka
dan kebutuhan es didapatkan berdasarkan rumus dari Shawyer dan Pizzali (2003),
yaitu:
FHV = L x B x D x 0,14 ± 10% ..........................................................................(1)
Mi = (Mf x Tfi) /100. ..........................................................................(2)
Dimana:
FHV = volume ruang palka
L = panjang kapal;
B = lebar kapal;
D = tinggi geladak;
Mi = massa dari es;
Mf = massa ikan yang akan didinginkan; dan
Tfi = temperatur tubuh ikan.
14
Merujuk pada Clarke dan Johnston (2002) dan Johnston et al. (1991), suhu tubuh
ikan di perairan tropis adalah sebesar 30° C.
Data dimensi kapal ikan dan lines plan diambil dari penelitian Nugraha
(2004) dan digambar ulang serta dimodifikasi hingga menjadi tiga Gambar desain
general arrangement. Gambar 8 menunjukkan lines plan kapal uji.
Gam
bar
8 L
ines
pla
n k
apal
uji
15
Berat alat tangkap, volume ruang palka, kebutuhan es, dimensi CNG kit,
jumlah nelayan, dan lines plan menjadi variabel pada ketiga desain general
arrangement hasil modifikasi. Setiap desain general arrangement diberi simulasi
untuk mengetahui kualitas stabilitas statisnya.
Hasil dari eksperimen pada potensi operasional mesin dan simulasi pada
potensi stabilitas akan menjadi dasar dalam menilai aspek teknis dan ekonomis.
Terdapat beberapa perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini. Pada potensi
operasional mesin, perlakuan yang diberikan adalah dengan menggunakan sistem
bahan bakar tunggal (single fuel) dan bahan bakar ganda (dual fuel).
Adapun perlakuan yang diberikan pada potensi stabilitas adalah dengan
membuat tiga desain penempatan sistem bahan bakar. Parameter yang digunakan
dalam menilai perlakuan yang diberikan adalah output daya, konsumsi solar,
harga total konsumsi bahan bakar, luas area kurva 0° sampai 30°, luas area kurva
0° sampai 40°, luas area 30° sampai °40, nilai GM, nilai maksimal GZ, sudut pada
nilai maksimal GZ. Tabel 6 dibawah ini menggambarkan ketentuan yang diatur
oleh International Maritime Organization (IMO) mengenai standar minimal
stabilitas yang harus dipenuhi oleh kapal, dan Tabel 7 menggambarkan perlakuan
yang diberikan pada penelitian ini.
Tabel 6 Standar stabilitas kapal oleh IMO
Sumber :Muckle, 1978.
Tabel 7 Perlakuan pada tiap potensi
Potensi Perlakuan Parameter keterangan
Operasional mesin Single fuel
Dual fuel
- Output daya
- Konsumsi solar
- Harga total
konsumsi bahan
bakar
Stabilitas Desain ke-1
Desain ke-2
Desain ke-3
- Luas area 0° sd 30°
- Luas area 0° sd 40°
- Luas area 30° sd
40°
- nilai GM
- nilai maksimal GZ
- sudut pada nilai
maksimal GZ
CNG kit diletakkan
dibawah geladak
Menggunakan single
fuel
CNG kit diletakkan
diatas geladak
Kriteria Standar Minimal
Luas area 0° sampai 30° 3,15 m.deg
Luas area 0° sampai 40° 5,16 m.deg
Luas area 30° sampai 40° 1,72 m.deg
Nilai maksimum GZ 0,2 m
Sudut pada nilai maksimum GZ 25°
Nilai GM untuk kapal ikan 0,35 m
16
Pada variabel output daya; konsumsi solar; harga total konsumsi bahan
bakar, pengukuran dilakukan pada putaran 1100 rpm, 1400 rpm, 1500 rpm, dan
1800 rpm. Pengukuran ini dilaksanakan di workshop BBPPI Semarang dengan
menggunakan mesin Dong Feng ZS 1100 yang dilengkapi dengan dinamometer
untuk mengukur daya dan gelas ukur serta timbangan digital untuk menghitung
konsumsi solar dan CNG. BBPPI pun melakukan pengukuran pembanding dengan
menggunakan kapal nelayan selama dua jam dengan kedua jenis bahan bakar
(single fuel dan dual fuel). Nilai yang dibandingkan adalah pada putaran 1500
rpm, karena putaran tersebut merupakan service continous rating yang digunakan
oleh nelayan saat operasi penangkapan ikan berlangsung.
Pada penilaian stabilitas, terdapat tiga desain general arrangement. Hal
yang membedakan antara ketiga desain ini terutama pada jenis dan peletakan
instalasi sistem bahan bakar. Pada desain ke-1, instalasi sistem bahan bakar
menggunakan dual fuel dengan peletakan CNG kit dibawah geladak. Pada Desain
ke-2, instalasi sistem bahan bakar menggunakan single fuel. Pada desain ke-3,
sistem instalasi bahan bakar menggunakan dual fuel dengan peletakan CNG kit
diatas geladak. Detail peletakan dan bobot dari komponen–komponen pada desain
ke-1 dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 9.
Tabel 8 Tata letak dan berat komponen pada desain ke-1
Komponen berat
(ton)
letak horizontal
(m)
letak vertikal
(m)
2 orang
Perbekalan
2 orang
Ikan
Es
Gillnet
CNG
0,15
0,03
0,15
0,52
0,22
0,15
0,08
0,22
0,22
2,69
6,53
1,03
9,30
5,02
1,02
0,90
1,02
0,41
0,40
0,80
0,23
17
Gam
bar
9 G
ener
al
Arr
an
gem
ent
pad
a d
esai
n k
e-1
18
Desain ke-1 menunjukkan bahwa terdapat empat orang nelayan yang
diasumsikan berada di belakang dan di bagian tengah dengan berat masing-
masing 75 kg. Dua orang berada pada posisi di 0,22 m dari titik afterpeak, dan
dua orang lainnya berada pada posisi 2,69 m dari titik afterpeak. Gillnet yang
digunakan untuk menangkap ikan akan disimpan di dalam net storage setelah
operasi penangkapan ikan selesai dilaksanakan. Net storage berada pada posisi
9,30 m dari titik afterpeak dengan berat diasumsikan sebesar 150 kg. Titik
afterpeak adalah titik di bagian buritan kapal yang dijadikan sebagai titik nol atau
titik awal perhitungan panjang kapal. Titik ini umumnya berada sejajar dengan
poros kemudi.
Ikan yang telah ditangkap akan diletakkan di dalam fish hold yang berada
pada posisi 6,53 m dari titik afterpeak dengan asumsi berat ikan sebesar 516 kg.
Asumsi berat ikan didapatkan dari volume ruang palka (fish hold) yang terdapat
pada General Arrangement setelah dikalikan dengan stowage factor ikan. CNG
kit diletakkan di bawah geladak dan berada pada posisi sejajar dengan mesin
utama. Berat CNG kit adalah 80 kg dan berada pada posisi 5,02 m dari titik
afterpeak. Es digunakan untuk mendinginkan ikan hasil tangkapan agar
kualitasnya tetap terjaga. Berat es yang terdapat di dalam kapal diasumsikan
sebesar 221 kg dan berada pada posisi 1,03 m dari titik afterpeak.
Detail peletakan dan bobot dari komponen – komponen pada desain ke-2
dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 10.
Tabel 9 Tata letak dan berat komponen pada desain ke-2
Komponen berat
(ton)
letak horizontal
(m)
letak vertikal
(m)
2 orang
Perbekalan
2 orang
Ikan
Es
Gillnet
Solar 1 (portable)
Solar 2 (portable)
Solar 3 (portable)
Solar 4 (portable)
0,15
0,03
0,15
0,72
0,31
0,15
0,01
0,01
0,01
0,01
0,22
0,22
2,69
5,85
1,03
9,30
2,11
2,53
2,11
2,53
1,02
0,90
1,02
0,41
0,42
0,80
1,07
1,07
1,07
1,07
19
Gam
bar
10
Gen
era
l Arr
an
gem
ent
pad
a d
esai
n k
e-2
20
Desain ke-2 menunjukkan bahwa terdapat empat orang nelayan yang
diasumsikan berada di belakang dan di bagian tengah dengan berat masing-
masing 75 kg. Dua orang berada pada posisi di 0,22 m dari titik afterpeak, dan
dua orang lainnya berada pada posisi 2,69 m dari titik afterpeak. Gillnet yang
digunakan untuk menangkap ikan akan disimpan di dalam net storage setelah
operasi penangkapan ikan selesai dilaksanakan. Net storage berada pada posisi
9,30 m dari titik afterpeak dengan berat diasumsikan sebesar 150 kg.
Ikan yang telah ditangkap akan diletakkan di dalam fish hold yang berada
pada posisi 5,85 m dari titik afterpeak dengan asumsi berat ikan sebesar 723 kg.
CNG kit diletakkan di bawah geladak dan berada pada posisi sejajar dengan mesin
utama. Desain ke-2 menggunakan bahan bakar single fuel, sehingga tidak terdapat
CNG kit didalam kapal. Berat bersih CNG adalah 17 kg, dan CNG akan habis
setelah mesin dinyalakan selama 21 jam pada service continous rating (1 500
rpm).
Nilai ini setara dengan penggunaan 57 liter solar, sehingga diperlukan
penambahan 57 liter solar cadangan di atas kapal yang terbagi dalam empat
jeriken. Jeriken ini akan diletakkan pada posisi 2,11 m dan 2,53 m dari titik
afterpeak. Es digunakan untuk mendinginkan ikan hasil tangkapan agar
kualitasnya tetap terjaga. Berat es yang terdapat di dalam kapal diasumsikan
sebesar 310 kg dan berada pada posisi 1,03 m dari titik afterpeak. Hal yang
membedakan antara Desain ke-2 dan desain ke-1 adalah penggunaan single fuel.
Penggunaan single fuel menjadikan ruang CNG kit dapat dikonversi menjadi fish
hold sehingga ikan yang ditangkap 200 kg lebih banyak dibandingkan desain ke-
1.
Detail peletakan dan bobot dari komponen – komponen pada desain ke-3
dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 11
Tabel 10 Tata letak dan berat komponen pada desain ke-3
Komponen Berat
(ton)
Lokasi horizontal
(m)
Lokasi vertikal
(m)
2 orang
Perbekalan
2 orang
Ikan
Es
Gillnet
CNG
0,15
0,03
0,15
0,72
0,31
0,15
0,08
0,22
0,22
2,69
5,85
1,03
9,30
2,79
1,02
0,90
1,02
0,41
0,42
0,80
1,08
21
Gam
bar
11
Gen
era
l Arr
an
gem
ent
pad
a d
esai
n k
e-3
22
Desain ke-3 menunjukkan bahwa terdapat empat orang nelayan yang
diasumsikan berada di belakang dan di bagian tengah dengan berat masing-
masing 75 kg. Dua orang berada pada posisi di 0,22 m dari titik afterpeak, dan
dua orang lainnya berada pada posisi 2,69 m dari titik afterpeak. Gillnet yang
digunakan untuk menangkap ikan akan disimpan di dalam net storage setelah
operasi penangkapan ikan selesai dilaksanakan. Net storage berada pada posisi
9,30 m dari titik afterpeak dengan berat diasumsikan sebesar 150 kg.
Ikan yang telah ditangkap akan diletakkan di dalam fish hold yang berada
pada posisi 5,85 m dari titik afterpeak dengan asumsi berat ikan sebesar 723 kg.
CNG kit diletakkan di atas geladak. Berat CNG kit adalah 80 kg dan berada pada
posisi 2,79 m dari titik afterpeak.
Es digunakan untuk mendinginkan ikan hasil tangkapan agar kualitasnya
tetap terjaga. Berat es yang terdapat di dalam kapal diasumsikan sebesar 310 kg
dan berada pada posisi 1,03 m dari titik afterpeak. Hal yang membedakan antara
desain ke-3 dan desain ke-1 adalah peletakan tabung CNG. Tabung CNG pada
desain ke-1 diletakkan di bawah geladak dan sejajar mesin utama, sedangkan pada
desain ke-3, tabung CNG diletakkan di atas geladak sehingga ruang muat yang
dimiliki oleh desain ke-3 mampu memuat ikan 200 kg lebih banyak jika
dibandingkan dengan desain ke-1.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan mentabulasikan data hasil percobaan
pada potensi penggunaan dual fuel dan hasil simulasi numerik dari perhitungan
stabilitas. Metode analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
rangkaian penelitian. Pemilihan metode analisis yang sesuai akan memberikan
penyelesaian yang tepat dalam menjawab sebuah permasalahan dan mencapai
tujuan penelitian. Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan melalui
eksperimen dan simulasi dianalisa dengan menggunakan metode multi criteria
analysis. Form Hasil analisis data disajikan dalam Tabel 11, 12, dan 13
Tabel 11 Form data penggunaan bahan bakar solar (single fuel)
Kriteria Tekno Ekonomi Solar Skor Bobot Jumlah
Daya saat menggunakan solar (HP)
Konsumsi solar (cm3/h)
Harga konsumsi solar (Rp)
Jumlah
23
Tabel 12 Form data penggunaan bahan bakar solar+CNG (dual fuel)
Kriteria tekno ekonomi Dual
Fuel
Skor Bobot Jumlah
Daya saat menggunakan solar+CNG (HP)
Konsumsi solar (cm3/h)
Harga konsumsi solar+CNG (Rp)
Jumlah
Tabel 13 Form data stabilitas
Kriteria
stabilitas
Load
case
1
Load
case
2
Load
case
3
Std Skr
1
Skr
2
Skr
3
Bobot Jml
1
Jml
2
Jml
3
Area 0 to 30
Area 0 to 40
Area 30 to 40
Max GZ at 30
Angle at max
GZ
Initial GMT for
fishing vessel
3,15 0,04
0,05
5,16
1,72 0,04
0,20 0,46
0,24
0,17
25
0,35
Keterangan : Std adalah standar minimal yang ditetapkan oleh IMO
Skr adalah nilai skor pada tiap-tiap loadcase/desain
Jml adalah nilai kualitas dari kriteria stabilitas
Metode multi criteria analysis adalah metode analisis yang menggunakan
sistem skoring dan standarisasi (bobot) untuk menemukan kombinasi perlakuan
yang terbaik dari semua perlakuan yang ada. Pada penelitian ini, perlakuan yang
digunakan adalah:
1) Single fuel, yaitu mesin kapal hanya menggunakan satu jenis bahan
bakar, yaitu solar;
2) Dual fuel, yaitu mesin kapal menggunakan dua jenis bahan bakar, yaitu
solar–CNG; dan
3) Posisi penempatan CNG kit.
Tabel 14 sampai 22 berisikan skoring pada berbagai variabel. Penetapan skoring
1 sampai 7 didasarkan pada perbedaan persentase kenaikan nilai pada setiap
variabel yang akan menunjukkan kualitas dari setiap variabel. Nilai skor yang
rendah menunjukkan kualitas suatu variabel kurang baik dan nilai skor yang
semakin tinggi skor menunjukkan kualitas suatu variabel semakin baik.
24
Tabel 14 Skoring untuk output daya
Skor Keterangan
7 daya meningkat > 100 % dibanding saat menggunakan solar
6 daya meningkat 75 % sampai 100 % dibanding saat menggunakan solar
5 daya meningkat 50 % sampai 75 % dibanding saat menggunakan solar
4 daya meningkat 25 % sampai 50 % dibanding saat menggunakan solar
3 daya meningkat 10 % sampai 25 % dibanding saat menggunakan solar
2 daya meningkat < 10 % dibanding saat menggunakan solar
1 daya lebih rendah dari daya mesin saat menggunakan solar
Tabel 15 Skoring untuk konsumsi bahan bakar
Skor Keterangan
7 konsumsi solar berkurang >100 % dibanding saat menggunakan single
fuel
6 konsumsi solar berkurang 75 % sampai 100 % dibanding saat
menggunakan single fuel
5 konsumsi solar berkurang 50 % sampai 75 % dibanding saat
menggunakan single fuel
4 konsumsi solar berkurang 25 % sampai 50 % dibanding saat
menggunakan single fuel
3 konsumsi solar berkurang 10 % sampai 25 % dibanding saat
menggunakan single fuel
2 konsumsi solar berkurang < 10 % dibanding saat menggunakan single
fuel
1 konsumsi solar lebih boros dibanding saat menggunakan single fuel
25
Tabel 16 Skoring untuk harga total konsumsi bahan bakar
Skor Keterangan
7 harga total konsumsi bahan bakar dapat dihemat >100 %
6 harga total konsumsi bahan bakar dapat dihemat 75 % sampai
100 %
5 harga total konsumsi bahan bakar dapat dihemat 50 % sampai
75 %
4 harga total konsumsi bahan bakar dapat dihemat 25 % sampai
50 %
3 harga total konsumsi bahan bakar dapat dihemat 10 % sampai
25 %
2 harga total konsumsi bahan bakar dapat dihemat < 10 %
1 harga total konsumsi bahan bakar lebih boros
Tabel 17 Skoring untuk luas area 0° sampai 30° pada kurva stabilitas
Skor Keterangan
7 luas area >100 % diatas 3,15 m.deg
6 luas area 75 % sampai 100 % diatas 3,15 m.deg,
5 luas area 50 % sampai 75 % diatas 3,15 m.deg
4 luas area 25 % sampai 50 % diatas 3,15 m.deg,
3 luas area 10 % sampai 25 % diatas 3,15 m.deg,
2 luas area < 10 % diatas 3,15 m.deg
1 luas area kurang dari 3,15 m.deg
26
Tabel 18 Skoring untuk luas area 0° sampai 40° pada kurva stabilitas
Skor Keterangan
7 luas area >100 % diatas 5,16 m.deg,
6 luas area 75 % sampai 100 % diatas 5,16 m.deg,
5 luas area 50 % sampai 75 % diatas 5,16 m.deg,
4 luas area 25 % sampai 50 % diatas 5,16 m.deg
3 luas area 10 % sampai 25 % diatas 5,16 m.deg,
2 luas area < 10 % diatas 5,16 m.deg,
1 luas area kurang dari 5,16 m.deg
Tabel 19 Skoring untuk luas area 30° sampai 40° pada kurva stabilitas
Skor Keterangan
7 luas area >100 % diatas 1,72 m.deg
6 luas area 75 % sampai 100 % diatas 1,72 m.deg
5 luas area 50 % sampai 75 % diatas 1,72 m.deg
4 luas area 25 % sampai 50 % diatas 1,72 m.deg
3 luas area 10 % sampai 25 % diatas 1,72 m.deg
2 luas area < 10 % diatas 1,72 m.deg
1 luas area kurang dari 1,72 m.deg
27
Tabel 20 Skoring untuk nilai maksimal GZ
Skor Keterangan
7 panjang GZ >100 % diatas 0,2 m
6 panjang GZ 75 % sampai 100 % diatas 0,2 m
5 panjang GZ 50 % sampai 75 % diatas 0,2 m
4 panjang GZ 25 % sampai 50 % diatas 0,2 m
3 panjang GZ 10 % sampai 25 % diatas 0,2 m
2 panjang GZ < 10 % diatas 0,2 m
1 panjang GZ kurang dari 0,2 m
Tabel 21 Skoring untuk sudut maksimum GZ
Skor Keterangan
7 besar sudut >100 % diatas 25°
6 besar sudut 75 % sampai 100 % diatas 25°
5 besar sudut 50 % sampai 75 % diatas 25°
4 besar sudut 25 % sampai 50 % diatas 25°
3 besar sudut 10 % sampai 25 % diatas 25°
2 besar sudut < 10 % diatas 25°
1 besar sudut kurang dari 25°
28
Tabel 22 Skoring untuk nilai GM pada kapal ikan
Skor Keterangan
6 panjang GMT 75 % sampai 100 % diatas 0,35 m
5 panjang GMT 50 % sampai 75 % diatas 0,35 m
4 panjang GMT 25 % sampai 50 % diatas 0,35 m
3 panjang GMT 10 % sampai 25 % diatas 0,35 m
2 panjang GMT < 10 % diatas 0,35 m
1 panjang GMT kurang dari 0,35 m
Langkah berikutnya adalah melakukan standarisasi (pembobotan) pada
setiap faktor dalam kriteria teknis dan stabilitas. Rumus yang digunakan untuk
menentukan bobot adalah dengan metode pertukaran nilai atau dengan fungsi nilai
sebagai berikut :
yi‟ = yi – (xn-xi) x (yn-y0) ......................................................................(3)
(xn-x0)
Dimana :
yi‟ = nilai yang telah ditukar pada kriteria y dengan penyamaan nilai pada
kriteria x
yi = nilai pada kriteria x yang akan ditukar
yn = nilai terbesar pada kriteria y
y0 = nilai terkecil pada kriteria y
xi = nilai yang akan disamakan pada kriteria x
xn = nilai terbesar pada kriteria x
x0 = nilai terkecil pada kriteria x
v(x) = x-x0 .............................................................................................(4)
x1-x0
i=n
v(a) = ∑ vi (xi) .........................................................................................(5) i=1
29
i = 1,2,...n
v(x) = fungsi nilai dari variabel x
x = variabel x
x0 = nilai terburuk pada kriteria x
xi = nilai terbaik pada kriteria x
v(a) = fungsi nilai dari alternatif a
vi(xi) = fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i
xi = kriteria ke-i
Sumber: Nurani TW (1988)
Standarisasi merupakan faktor penting dalam tahapan penelitian. Data yang
diambil pada penelitian ini memiliki satuan yang berbeda-beda. Standarisasi yang
dilakukan pada penelitian ini akan memudahkan proses penilaian kualitas
sehingga semua variabel berada dalam satu standar yang sama walaupun memiliki
satuan-satuan yang berbeda. Tabel 23 dan 24 menggambarkan form dari
standarisasi pada potensi operasional mesin dan potensi stabilitas. Dua istilah
yang umum digunakan dalam standarisasi adalah matriks dinormalisasi dan
Vektor peringkat (VP).
Matriks dinormalisasi adalah hasil akhir dari perbandingan skala prioritas
dari setiap variabel/elemen. Variabel–variabel yang ada pada awalnya dinilai
prioritasnya dengan menggunakan matriks sebanding secara berpasang. Matriks
ini dideskripsikan lebih lanjut dalam Tabel 25. Vektor peringkat adalah nilai rata–
rata matriks dari setiap variabel. Nilai yang didapat pada vektor peringkat ini akan
menjadi standarisasi dari sebuah variabel/elemen, sehingga semakin semakin
tinggi prioritas sebuah variabel akan mendapatkan nilai matriks normalisasi yang
semakin besar dan akan mendapatkan nilai standar yang besar.
Tabel 23 Standarisasi pada potensi operasional mesin
Variabel
Daya
Konsumsi
BB
Harga
Total
BB
Matriks Dinormalisasi
VP
Daya
Konsumsi
BB
Harga total
BB
Jumlah
30
Tabel 24 Standarisasi pada potensi stabilitas
Variabel
Area
0° to
30°
Area
0° to
40°
Area
30° to
40°
Maks
GZ pd
30°
Sudut
pd
Maks
GZ
nilai GMT
untuk kapal
ikan
Matrik Dinormalisasi VP
Area 0° to
30°
Area 0° to 40°
Area 30°
to 40°
Maks GZ pd 30°
Sudut pd
maks GZ
Nilai GMT
untuk
kapal ikan
Jumlah
Tabel 25 Matriks sebanding secara berpasang
Tingkat
Prioritas
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
proritasnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang
sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit
lebih prioritas dari yang
lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit
mendukung satu elemen dibanding
elemen yang lain
5 Elemen yang satu lebih
prioritas dari yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat
mendukung satu elemen dibanding
elemen lainnya
7 Elemen yang satu jauh lebih
prioritas dari elemen
lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu
terhadap elemen yang lain memiliki
tingkat penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan
2,4,6 Nilai–nilai yang lebih
mendekati antara 2 tingkat
prioritas
Nilai ini diberikan bila ada kompromi
antara dua pilihan
Nilai
kebalikan
Bila nilai elemen ke-d
mendapatkan nilai 3
terhadap elemen ke-b, maka
nilai elemen ke-b terhadap
elemen ke-d adalah 1/3
31
Nilai standar akan dikalikan dengan skoring untuk mendapatkan penilaian
akhir mengenai kualitas dari sebuah variabel. Skoring dan standarisasi menjadi
dasar penentuan penggunaan jenis bahan bakar apa yang memberikan keunggulan
teknis dan keuntungan ekonomis terbaik, desain sistem instalasi bahan bakar
seperti apa yang akan memberikan stabilitas terbaik, serta kombinasi pemakaian
bahan bakar dan desain sistem instalasi bahan bakar apakah yang terbaik secara
teknis dan ekonomis. Gambar 12 menggambarkan tahapan- tahapan dalam
melakukan penelitian.
ENGINE WITH
SOLAR FUEL
ENGINE WITH
DUAL FUEL
HORSE
POWER &
TORQUE
HORSE
POWER &
TORQUE
FUEL
CONSUMPTION
FUEL COST
USAGE
FUEL SYSTEM
INSTALLATION
EN
GIN
E O
PE
RA
TIO
NA
LS
TA
BIL
ITY
FUEL COST
USAGE
FUEL
CONSUMPTION
TECHNICAL AND
ECONOMICAL
ANALYSIS
FUEL SYSTEM
INSTALLATION
MODEL 1
FUEL SYSTEM
INSTALLATION
MODEL 2
Area 0
to 30
Area 0 to 40
Max GZ at
30 or
greater
Angle at
maximum
GZ
Initial GMT
at fishing
vessel
Area 0
to 30
Area 0 to 40
Max GZ at
30 or
greater
Angle at
maximum
GZ
Initial GMT
at fishing
vessel
Area 0
to 30
Area 0 to 40
Max GZ at
30 or
greater
Angle at
maximum
GZ
Initial GMT
at fishing
vessel
Area 30 to
40
Area 30 to
40
Area 30 to
40
Gambar 12 Tahapan Penelitian