18
[Teori – Teori Pemungutan Pajak & Pembagian Pajak ] Kelompok I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Ironisnya, hingga 2004 jumlah wajib pajak/ pembayar pajak hanya mencapai 3.670.060 jiwa dengan perincian 2.622.184 pembayar pajak orang pribadi dan 1.047.876 lainnya pembayar pajak badan. Hal ini menandakan bahwa kebijakan perpajakan tidak cukup kuat untuk melakukan ekstensifikasi 1 PERPAJAKAN I

2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran

serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban

perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah

undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi

merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran

serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan

kewajiban kenegaraan di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri

untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment

yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Self assessment system adalah sistem

pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak (WP) untuk

menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

Ironisnya, hingga 2004 jumlah wajib pajak/ pembayar pajak hanya mencapai

3.670.060 jiwa dengan perincian 2.622.184 pembayar pajak orang pribadi dan 1.047.876

lainnya pembayar pajak badan. Hal ini menandakan bahwa kebijakan perpajakan tidak

cukup kuat untuk melakukan ekstensifikasi pajak di samping proses pendataan wajib

pajak yang kurang gencar dilakukan.

Urgensi pajak bagi kelangsungan pembangunan tak lagi disangsikan. Karena itu

wajar jika pemerintah terus berupaya menggali berbagai potensi tax coverage

(lingkup/cakupan pajak) sekaligus menekankan tax compliance (kepatuhan pajak) dari

masyarakat. Namun demikian, kepatuhan pajak yang bersumber dari kesadaran

masyarakat terhadap penunaian kewajiban membayar pajak itu tentu bukan sesuatu yang

berdiri sendiri.

Berbagai persoalan perpajakan yang kerap muncul, baik yang bersumber dari

wajib pajak (masyarakat), aparatur pajak (fiscus), maupun yang bersumber dari sistem

perpajakan itu sendiri menunjukkan bahwa persoalan pajak merupakan hal yang

1

Page 2: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

kompleks. Oleh karena itu, penanganannya perlu diupayakan secara sinergis dan

komprehensif.

Dengan sendirinya, berbagai upaya untuk menciptakan masyarakat agar memiliki

apresiasi yang baik terhadap kewajiban membayar pajak tidak terpaku pada wajib pajak

belaka, tapi perlu mempertimbangkan aspek-aspek lainnya secara korelatif. Dengan

pertimbangan yang simultan, solusi alternatif yang signifikan akan lebih memungkinkan.

Dari begitu banyak dan keanekaragaman hak dan kewajiban wajib pajak, salah

satunya adalah wajib pajak orang pribadi yaitu orang yang memperoleh penghasilan baik

sebagai seorang direktur dari satu, beberapa, atau bahkan ratusan perusahaan atau

seorang pemegang saham atau komisaris atau pegawai menengah atau pegawai rendah

atau pekerja mandiri seperti dokter, notaris, pengacara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja asas – asas pemungutan pajak?

2. Apa saja teori – teori pembenaran pemungut pajak?

3. Jelaskan 3 macam stelsel pajak?

4. Bagaimanakah sistem – sistem pemungutan pajak?

5. Bagaimana cara pemungutan pajak?

6. Bagaimana jenis – jenis pembagian pajak?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pengasuh

mata kuliah perpajakan. Dan sebagai bahan untuk lebih memahami materi mata kuliah

perpajakan sesuai dengan batasan masalah yang telah kami buat yaitu tentang Teori –

Teori Pemungutan Pajak dan Pembagian Pajak.

2

Page 3: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Teori – Teori Pemungutan Pajak

1.1.1 Asas – Asas Pemungutan Pajak

Dalam buku An Inguiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations yang

ditulis oleh Adam Smith pada abad ke-18 mengajarkan tentang asas-asas pemungutan

pajak yang dikenal dengan nama The Four Cannons atau The Four Maxims dengan

uraian sebagai berikut:

1. Equility

Pembebanan pajak di antara subjek pajak hendaknya seimbang dengan

kemampuannya, yaitu seimbang dengn penghasilan yang dinikmatinya di bawah

perlindungan pemerintah.Dalam hal equility, tidak diperbolehkan suatu negara

mengadakan diskriminasi di antara sesama Wajib Pajak. Dalam keadaan yang sama

Wajib Pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda Wajib Pajak harus

diperlakukan berbeda.

2. Certainty

Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal

kompromi.Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai

subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.

3. Convenience of Payment

Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak, yaitu saat

yang paling dekat saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak.

4. Economic of Collections

Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien mungkin, jangan

sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri, karena

pemungutan pajak tidak akan ada artinya kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar

dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.

1.1.2 Teori – Teori Pembenaran Pemungut Pajak

3

Page 4: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

1. Teori Asuransi

Asuransi sebagai salah satu teori pemungutan pajak , suatu negara dalam

melaksanakan tugasnya, mencakup pula tugasnya untuk melindungi jiwa raga dan

harta benda perindividu. Oleh karena itu, negara diibaratkan dengan perusahaan

asuransi.Maka keselamatan dan keamanan jiwanya dilindungi oleh negara.Dalam

asuransi yang wajib dibayarkan adalah premi, sedangkan dalam suatu negara yang

wajib dibayarkan oleh masing – masing individu adalah pajak. Teori asuransi ini

sebagai teori pemungutan pajak sudah tidak lagi  digunakan, apabila premi diartikan

sama dengan pajak. kurang tepat, karena premi dalam teori ini seharusnya sama

dengan retribusi yang kontra-prestasinya dapat dirasakan secara langsung oleh

pemberi premi. Sedangkan pajak,konra-prestasinya tidak dapat dirasakan secara

langsung,sebagaimana pengertian dari pajak sendiri.

2. Teori Kepentingan

Menurut Teori ini, pajak mempunyai hubungan dengan kepentingan individu, yang

diperoleh dari pekerjaan negara. Semakin banyak individu mengeyam atau

menikmati jasa dari pekerjaan pemerintah , makin besar pula pajaknya. Walaupun

teori ini masih berlaku pada retribusi,akan tetapi sulit untuk dipertahankan,karena

seseorang yang miskin dan pengangguran yang banyak memperoleh bantuan dari

pemerintah dan menikmati banyak sekali jasa dari pekerjaan negara, justru mereka

malah enggan membayar pajak.

3. Teori Daya Pikul

Teori ini mengemukakan bahwa semua orang dalam pembebanan pajak harus sama

beratnya, artinya pajak harus dibayarkan sesuai dengan daya pikul masing – masing

individu. Definisi dari daya pikul berbeda – beda, akan tetapi substansinya

sama,menurut Prof.W.J de langen yaitubesarnya kekuatan seseorang untuk dapat

mencapai pemuasan kebutuhan setinggi- tingginya,setelah dikurangi dengan yang

mutlak kebutuhan primer ( biaya hidup yan sangat mendasar ). Menurut Mr.A.J.

Cohan Stuat adalah daya pikul itu diumpakan sebuah jembatan, yang pertama–tama

harus dapat memikul bobotnya sendiri sebelum dicoba untuk dibebani dengan beban

yang lain. Dalam hal ini, untuk mengukur daya pikul digunakan dua pendekatan

yaitu :

4

Page 5: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

Unsur obyektif, yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang

dimiliki oleh seseorang.

Unsur subyektif, yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang

harus dipenuhi.

4. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti

Teori ini didasari paham organisasi Negara ( organische staatsleer ) yang

mengajarkan bahwa Negara sebagai organisasi mempunyai tugas untuk 

menyelenggarakan kepentingan umum. Negara harus mengambil tindakan atau

keputusan yang diperlukan termasuk keputusan dibidang pajak.Menurut sifat ini

maka Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajakdan rakyat harus

membayar pajak sebagai tanda baktinya.

5. Teori Daya Beli

Teori ini menekankan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan kepada Negara.yang

dimaksudkan untuk memelihara masyarakat pada negara yang bersangkutan.Menurut

Wirawan B.Ilyas dan Richard Burton, teori ini memiliki sifat yang universal dan

berlaku diseluruh dunia.Karena memungut pajak berarti menarik daya beli rumah

tangga masyarakat untuk negara. Dengan kata lain, kemaslahatan suatu masyarakat

akan tetap terjamin dengan adanya pembayaran pajak berdasarkan teori gaya beli ini.

6. Teori Kedaulatan Negara

Teori ini juga sebagai reaksi dari kedaulatan rakyat, tetapi melangsungkan teori

kedaulatan raja dalam suasana kedaulatan rakyat. Menurut paham ini, negaralah

sumber dalam negara. Dari itu negara (dalam arti government=pemerintah) dianggap

mempunyai hak yang tidak terbatas terhadap life, liberty dan property dari warganya.

Warga negara bersama-sama hak miliknya tersebut, dapat dikerahkan untuk

kepentingan kebesaran negara. Mereka taat kepada hukum tidak karena suatu

perjanjian tapi karena itu adalah kehendak negara.

Hal ini terutama diajarkan oleh madzhab Deutsche Publizisten Schule, yang

memberikan konstruksi pada kekuasaan raja Jerman yang mutlak, pada suasana teori

kedaulatan rakyat. Kuatnya kedudukan raja karena mendapat dukungan yang besar

dari 3 golongan yaitu:

1. Armee (angkatan perang).

5

Page 6: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

2. Junkertum (golongan idustrialis).

3. Golongan Birokrasi ( staf pegawai negara).

Sehingga praktis rakyat tidak mempunyai kewenangan apa-apa dan tidak memiliki

kedaulatan.Oleh karena itu menurut sarjana-sarjana D.P.S kedaulatan bulat pada

rakyat.Tetapi wewenang tertinggi tersebut berada pada negara.Sebenarnya negara

hanyalah alat, bukan yang memiliki kedaulatan.Jadi ajaran kedaulatan negara ini

adalah penjelamaan baru dari kedaulatan raja.Karena pelaksanaan kedaulatan adalah

negara, dan negara adalah abstrak maka kedaulatan ada pada raja.

7. Teori Perjanjian

Perjanjian adalah peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana

dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Melalui perjanjian terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan

hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat perjanjian. Dengan

kata lain, para pihak terkait untuk mematuhi perjanjian yang telah mereka buat

tersebut. Dalam hal ini fungsi perjanjian sama dengan perundang-undangan, tetapi

hanya berlaku khusus untuk para pembuatnya saja. Secara hukum, perjanjian dapat

dipaksakan berlaku melalui pengadilan.Hukum memberikan sanksi pelaku

pelanggaran perjanjian atau ingkar janji (wanprestasi).

1.1.3 Stelsel Pemungutan Pajak

1. Stelsel Nyata

Dalam setelsel nyata pengenaan pajak didasarkan pada penghasilan yang sebenarnya

dari waijb pajak.Pemungutan pajak dengan sistem ini dilakukan pada akhir tahun

pajak setelah penghasilan sesungguhnya dari wajib pajak diketahui.Kelebihan dari

stelsel ini pajak yang dikenakan realistis, sesuai dengan yang seharusnya dibayarkan

oleh wajib pajak.Sedangkan kelemahan dari stelsel ini pajak baru dapat dibayarkan

pada akhir tahun pajak.

2. Stelsel Fiktif

Dalam stelsel ini besarrnya pajak yang harus ditetapkan didasarkan pada suatu

anggapan yang diatur oleh undang-undang. Penghasilan dalam satu tahun dianggap

sama dengan penghasilan pada tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak

6

Page 7: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.

Kelebihan dari sistem ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa

harus menunggu akhir tahun.Sedangkan kekurangan dari sistem ini terkadang

besarnya pajak yang dibayar tidak sesuai dengan besarnya pajak yang seharusnya

dibayarkan.

3. Stelsel Campuran

Dalam stelsel ini, besarnya pajak dihitung sesuai anggapan seperti pada stelsel

anggapan, besarnya penghasilan dalam tahun berjalan dianggap sama dengan tahun

sebelumnya, sehingga pajak dapat dibayarkan pada awal tahun pajak. Akan tetapi

pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan kenyataan yang harus

dibayarkan.Apabila ternyata pajak yang dibayarkan kurang, maka wajib pajak harus

menambahnya, dan apabila yang dibayarkan berlebih maka wajib pajak berhak untuk

mengambil kelebihan tersebut.

1.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

1. Self Assessment

Self Assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang wajib pajak menentukan

sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang

perpajakan. Dalam tata cara ini kegiatan pemungutan pajak diletakkan kepada

aktivitas masyarakat sendiri, yang wajib pajak diberi kepercayaan untuk:

a.    Menghitung sendiri pajak yang terutang.

b.    Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.

c.    Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar.

d.   Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

Tata cara ini berhasil dengan baik kalau masyarakat sendiri mempunyai pengetahuan

dan disiplin pajak yang tinggi.

Ciri-ciri sistem Self Assessment adalah:

a.    Adanya kepastian hukum.

b.    Sederhana penghitungannya.

c.    Mudah pelaksanaan

d.   Lebih adil dan merata.

7

Page 8: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

e.    Penghitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak.

2. Official Assessment

Official Assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, yang aparatur perpajakan

menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak yang terhutang. Dalam sistem

ini inisiatif dan kegiatan dalam menghitung dan pemungutan pajak sepenuhnya ada

pada aparatur perpajakan. Sistem ini akan berhasil dengan baik kalau aparatur

perpajakan baik kualitas maupun kuantitasnya telah memenuhi kubutuhan.

3. Witholding System

Witholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak, yang penghitungan

besarnya pajak yang terutang oleh seorang wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga.

1.1.5 Cara Pemungutan Pajak

Yuridiksi pemungutan pajak merupakan salah satu cara pemungutan pajak yang

didasarkan pada tempat tinggal sesorang atau berdasarkan kebangsaan seseorang atau

berdasarkan sumber dimana penghasilan diperoleh. Yuridiksi yang dimaksud adalah batas

kewenangan yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memungut pajak terhadap

warga negaranya, agar pemungutannya tidak menjadi berulang-ulang yang bias

memberatkan orang yang dikenakan pajak.

1. Asas Tempat Tinggal atau Asas Domisili

Merupakan suatu asas pemungutan pajak berdasarkan tempat tinggal atau domisili

seseorang.Suatu negara hanya dapat memungut pajak terhadap semua orang yang

bertempat tinggal atau berdomisili dinegara yang bersangkutan atas seluruh

penghasilan dimana pun diperoleh, tanpa memperhatikan apakah orang yang

bertempat tinggal tersebut warga negaranya atau warga negara asing.

2. Asas Kebangsaan

Merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada kebangsaan suatu

negara. Suatu negara akan memungut pajak kepada setiap orang yang mempunyai

kebangsaan atas negara yang bersangkutan sekalipun orang tersebut tidak bertempat

tinggal di negara yang bersangkutan.

3. Asas Sumber

8

Page 9: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

Merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada sumber atau tempat

penghasilan berada.Apabila suatu sumber penghasilan berada disuatu negara, maka

negara tersebut berhak memungut pajak kepada setiap orang yang memperoleh

penghasilan dari tempat atau sumber penghasilan tersebut berada.

1.2 Pembagian Pajak

1. Berdasarkan Golongan

Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh Wajib

Pajak (WP) dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara

berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu, misalnya PPh.

Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang

lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja,

misalnya Pajak Pertambahab Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

2. Berdasarkan Sifat

Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama

memperhatikan keadaan pribadi WP (subjeknya). Setelah diketahui keadaan

subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul, apakah dapat

dikenakan pajak atau tidak, misalnya PPh. Gaya Pikul adalah kemampuan Wajib

pajak memikul pajak setelah dikurangi biaya hidup minimum.

Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama

memperhatikan/melihat objeknya, baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa

yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.Setelah diketahui

objeknya, barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek

yang telah diketahui, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.

3. Berdasarkan Lembaga Pemungutannya

Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam

pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat Jendral Pajak.

Pajak pusay diatur dalam Undang – Undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Jenis pajak pusat yang dikelola oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat Jendral

Pajak adalah :

9

Page 10: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

1.      Pajak Penghasilan

2.      Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

3.      Pajak Bumi dan Bangunan

4.      Pajak/Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

5.      Bea Meterai

Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam

pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda).

Sesuai UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis

pajak yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah adalah:

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

10

Page 11: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

BAB III

PENUTUP

1.3 Kesimpulan

Teori – Teori Pemungutan Pajak meliputi Asas – Asas Pemungutan Pajak yang

dikenal dengan dengan four maxims yang terdiri dari Equality, Certainty, Convenience of

Payment dan Economic of Collections; Beberapa Teori yang mendasari dasar

pembenaran untuk negara dalam melakukan pemungutan pajak yaitu didasari adanya

teori asuransi, teori kepentingan, teori daya pikul, teori kewajiban mutlak dan teori daya

beli; serta adanya pembagian 3 macam stelsel pajak yang mendasari pemungutan pajak.

Pembagian pajak yang umum diketahui adalah berdasarkan 3 jenis, yaitu

Berdasarkan Golongan (Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung), Berdasarkan Sifat

(Pajak Subjektif dan Pajak Objektif), dan Berdasarkan Wewenang Pemungut (Pajak Pusat

dan Pajak Daerah).

1.4 Saran

1. Pemerintah melalui suatu cara untuk dapat meyakinkan masyarakat bahwa pajak

adalah apa yang mereka bayarkan untuk suatu masyarakat yang maju. dengan maksud

bahwa pajak adalah suatu harga yang mahal yang harus dibayar oleh suatu bangsa

yang berada. Untuk mencapai suatu kemajuan dalam segala bidang. Disini pula

pemerintah dapat memainkan peranan utama dalam menumbuhkan iklim perpajakan

yang sehat.

2. Masyarakat wajib diandaikan sebagai pembeli dan perlu dilayani sebaik mungkin,

dibantu dan diberi informasi supaya ia sadar akan kewajibannya. Masyarakat perlu

diberi tahu untuk apa dan manfaat apa yang diperoleh dari pajak-pajak yang mereka

bayar.

3. Tercapainya iklim perpajakan yang sehat dengan memanfaatkan hasilnya untuk

meninggikan atau memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat luas sehingga

pemungutan pajak itu tidak dirasakan sebagai pengisapan belaka.

11

Page 12: 2. Teori Teori Pemungutan Pajak Dan Pembagian Pajak

[ ] Kelompok I

DAFTAR PUSTAKA

http://fauzancharly.blogspot.com/2010/08/perpajakan.html

http://juraganmakalah.blogspot.com/2013/03/teori-teori-pemungutan-pajak.html

http://oggypratama.blogspot.com/2012/05/dasar-teori-pemungutan-pajak.html

http://rezwan-rizki.blogspot.com/2013/05/sistem-pemungutan-pajak-dan-teori-teori.html

Suandy, Erli.2008.Hukum Pajak.Salemba Empat: Jakarta

UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah

12