103

digilibadmin.unismuh.ac.id · 2018. 12. 3. · Model Problem Solving (pe mecahan Masalah) pada Murid Kelas IV SDN Tombolo Pao Kabupaten Gowa dengan jumlah Murid 34 orang. Murid perempuan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • vi

    ABSTRAK

    MUH. AL ICHZAN, 2014. “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan SosialMelaui Model Problem Solving (Pemecahan Masalah) pada Murid Kelas IV SDNTombolo Pao Kabupaten Gowa”. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh H. Nursalam dan H. Nurdin.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom ActionResearch) yang terdiri dari dua siklus. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas(PTK) ini dilaksanakan selama dua siklus, dan disetiap akhir siklus dilaksanakantes. Tiap siklus dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan. Prosedur penelitianmeliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian inibertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melaluiModel Problem Solving (pemecahan Masalah) pada Murid Kelas IV SDNTombolo Pao Kabupaten Gowa dengan jumlah Murid 34 orang. Murid perempuan19 orang dan 15 murid laki-laki.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secaraindividual dari 34 murid 6 murid atau 17,64% yang memenuhi KriteriaKetuntasan Minimal (KKM) atau berada ada kategori sangat rendah. Secaraklasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 43,94. Sedangkanpada siklus II dimana dari 34 murid terdapat 28 murid atau 82,35% telahmemenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yangdiperoleh sebesar 77,17 atau berada dalam kategori sangat tinggi.

    Kata kunci : Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Problem Solving(Pemecahan Masalah)

  • vii

    MOTO DAN PERSEMBAHAN

    Jika ingin dihargai

    Belajarlah menghargai orang lain

    Jika ingin menanam ilmu

    Belajarlah sepanjang masa

    Jika ingin mengabdi kepada nusa dan bangsa

    Tekunilah profesi sebagai pendidik

    Kuperuntukkan karya ini kepada kedua orang tuaku

    yang tercinta dan saudara-saudaraku yang tersayang

    yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa dan

    membantu baik material maupun moril demi

    keberhasilan penulis.

    Semoga Allah SWT Memberikan Rahmat danKarunianya Kepada Kita Semua.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Swt, sehingga

    skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

    Melalui Model Problem Solving (Pemecahan Masalah) Pada murid Kelas IV

    SDN Tombolo Pao Kabupaten Gowa” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu

    yang direncanakan.

    Ucapan terima kasih teristimewa penulis sampaikan kepada ayahanda,

    ibunda, dan keluarga atas segala usaha, pengorbanan serta doa restu yang telah

    diberikan demi kesuksesan penulis dalam menuntut ilmu dari sejak kecil hingga

    saat ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada kepada semua

    keluarga yang telah memberi motivasi, dukungan, dan doa yang diberikan untuk

    kesuksesan penulis. Apa yang mereka berikan menjadi modal berharga bagi

    penulis dalam meraih kesuksesan.

    Selanjutnya, penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima

    kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan dengan hormat kepada:

    1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    2. Bapak Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

  • ix

    3. Ibu Sulfasyah, MA., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

    Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    4. Ibu Fitriani Saleh, S.Pd., M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    5. Bapak Drs. H. Nursalam, M. Si, selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa

    memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

    6. Bapak Drs. H. Nurdin, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa

    memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

    7. Ibu Salwiah, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Tombolo Pao yang telah

    memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.

    8. Ibu Nurasia, S.Pd, selaku wali kelas IV SDN Tombolo Pao yang telah

    memberikan arahan dan masukan selama penulis melaksanakan penelitian.

    9. Bapak dan Ibu guru serta staf di SDN Tombolo Pao yang telah memberikan

    bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

    10. Bapak dan Ibu dosen di jurusan pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atas

    segala pengetahuan dan pengalaman yang diberikan kepada penulis selama

    proses perkuliahan.

    11. Semua teman seperjuangan kelas D angkatan 2009 terima kasih atas

    kerjasama dan kekompakan yang diberikan selama menjalani perkuliahan.

    12. Semua teman seperjuangan angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan

    namanya satu persatu, atas kerjasama dan dukungannya.

  • x

    13. Dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam rangka penyelesaian skripsi

    ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih

    terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik isi maupun format penyusunan

    skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang

    sifatnya membangun untuk dijadikan sebagai motivasi demi perbaikan di masa

    yang akan datang.

    Akhir kata, penulis berharap semoga keberadaan skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada khususnya bagi penulis

    sendiri. Amin.

    Makassar, 2014

    Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL........................................................................................ iPERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iiiSURAT PERNYATAAN ................................................................................ ivSURAT PERJANJIAN .................................................................................... vABSTRAK ...................................................................................................... viMOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... viiKATA PENGANTAR ..................................................................................... viiiDAFTAR ISI.................................................................................................... xDAFTAR TABEL............................................................................................ xiiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiiiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1A. Latar Belakang ............................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian………………………………………………. 7

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS....... 9

    A. Kajian Pustaka ............................................................................. 9

    1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ...................................... 14

    2. Hakikat Pembelajaran IPS ....................................................... 11

    3. Model Pemecahan Masalah (Problem solving) Sebagai

    Model Pembelajaran ................................................................. 22

    B. Kerangka Pikir.............................................................................. 30

    C. Hipotesis ....................................................................................... 32

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 33

    A. Jenis Penelitian ........................................................................... 33

    B. Tempat dan Subjek Penelitian..................................................... 33

    C. Fokus Penelitian ......................................................................... 33

    D. Prosedur Penelitian..................................................................... 35

    E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 40

    F. Teknik Analisis Data .................................................................. 41

  • xii

    G. Indikator Keberhasilan....................... ........................................ 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 43

    A. Hasil Penelitian ............................................................................ 43

    B. Pembahasan ................................................................................. 66

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 74

    A. Simpulan .................................................................................... 74

    B. Saran ............................................................................................ 74

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 32

    Gambar 3.1 Alur penelitian.............................................................................. 36

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan Materi............................................................. 31

    Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid Pada Siklus I .................. 51

    Tabel 4.2 Nilai Statistik Skor Hasil Belajar Pada Tes Akhir Siklus I............. 52

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Hasil Belajar Siklus I... 53

    Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I .................................. 53

    Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid Pada Siklus II................. 62

    Tabel 4.6 Nilai Statistik Skor Hasil Belajar Pada Tes Akhir Siklus II ........... 63

    Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Hasil Belajar Siklus II.. 64

    Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II.................................. 64

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. RPP dan LKS

    Lampiran 2. Evaluasi

    Lampiran 3. Daftar Hadir Murid

    Lampiran 4. Hasil Tes Murid

    Lampiran 5. Hasil Evaluasi Murid

    Lampiran 6. Daftar Hasil Ketuntasan Murid

    Lampiran 7. Hasil Observasi Murid

    Lampiran 8. Dokumentasi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat

    ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

    Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

    sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat

    mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran

    pembangunan nasional. Dalam pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional

    berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

    peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

    peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif,

    mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab

    (UU No.20 tahun 2003).

    Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat

    penting didalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan

    suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang

    mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya, jiwa, sosial dan moralitasnya, atau

    dengan perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam

    mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu dalam

    pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya dengan Tuhan.

    1

  • 2

    Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan-

    kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang

    akan datang.

    Mutu pendidikan sangat erat hubungannya dengan mutu murid, karena

    murid merupakan titik pusat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam

    meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti dengan peningkatan mutu murid.

    Peningkatan mutu murid dapat dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar

    murid, sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar murid dipengaruhi oleh

    besarnya minat belajar murid itu sendiri.

    Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum.

    Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang ke arah tujuan

    pendidikan. Tujuan pendidikan ini dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap

    tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam bidang studi dan akhirnya dalam

    tiap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.

    Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, pemerintah menggagas

    diberlakukannya kurikulum baru, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan

    (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan

    oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut memberikan

    keleluasaan kepada sekolah untuk merancang, mengembangkan, dan

    mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan

    potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.

    Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP ini merupakan pengembangan

    kurikulum dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi

  • 3

    (KBK). Dengan menggunakan KTSP diharapkan peserta didik bisa mencapai

    kompetensi-kompetensi tertentu yang sudah ditentukan sebagai kriteria

    keberhasilan.

    Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill

    menghafal dari pada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama

    ini, minat belajar murid terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

    masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap murid selama

    mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada

    sebagian murid yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting

    dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional

    (UN). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang

    digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti

    menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan

    komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan

    murid biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi

    pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan murid kurang aktif dan

    pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Disini guru dituntut untuk pandai

    menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi murid sehingga

    murid kembali berminat mengikuti kegiatan belajar.

    Pembelajaran IPS di sekolah, khususnya di kelas IV bahwa guru sering

    berhadapan dengan berbagai keluhan murid tentang pelajaran Ilmu Pengetahuan

    Sosial. Misalnya, membosankan, dan tidak menarik. Faktor yang menyebabkan

    hal itu disebabkan daya kreativitas guru yang sangat kurang. Menggunakan

  • 4

    metode, model dan model yang cenderung monoton yang menyebabkan murid

    tidak termotivasi dan tidak bergairah ketika dihadapkan dengan pembelajaran IPS.

    Penggunaan media yang sangat minim juga menyebabkan ketidak berhasilan

    dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa, sehingga

    pembelajaran IPS tidak menarik bagi murid. Kecendrungan guru menggunakan

    metode ceramah membuat murid tidak terlihat antusias dalam pembelajaran IPS.

    Keadaan ini ditandai dengan munculnya gejala murid yang suka berbicara dengan

    teman sebangkunya, sebagian murid mengantuk saat guru menjelaskan, dan ada

    juga yang lebih suka bermain- main.

    Berkaitan dengan itu perlu adanya suatu terobosan dalam mengidentifikasi

    faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas pembelajaran pada

    umumnya dan peningkatan hasil belajar murid pada khususnya dengan

    memanfaatkan semua sumber belajar di dalam proses pengajaran.

    Dari pengamatan awal peneliti yang dilakukan pada tahun ajaran 2013-

    2014 semester II di SDN Tombolo Pao Kab. Gowa hasil belajar IPS masih

    rendah. Hal ini dapat dilihat dari murid yang memperoleh nilai di bawah rata- rata

    sebanyak 68 orang, sedangkan murid yang memperoleh nilai di atas rata- rata

    sebanyak 34 orang. Nilai rata-rata murid adalah 54,8 sedangkan hasil belajar yang

    ingin dicapai sesuai dengan KKM adalah 65 ke atas. Hal ini disebabkan oleh

    kurangnya kreativitas guru dalam mengajarkan materi IPS. Motivasi dan hasil

    belajar siswa yang berbeda-beda khususnya pada pelajaran IPS, ada siswa yang

    mempunyai motivasi serta prestasi yang tinggi, ada pula yang mempunyai

    motivasi serta hasil belajar yang sedang bahkan kurang.

  • 5

    Oleh karena itu guru harus menggunakan berbagai model pembelajaran yang

    dapat merangsang murid untuk lebih aktif dalam penguasaan mata pelajaran IPS,

    diantaranya penerapan pendekatan pemecahan masalah (problem solving).

    Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur

    antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat

    merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi

    sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada

    tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting

    sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami

    oleh murid.

    Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan murid dalam

    pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari

    masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat perlu

    dilakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan

    yang harus dimiliki oleh murid. Model pembelajaran problem solving atau

    pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi

    masalah yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang

    menganggap sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di

    masyarakat.

    Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna

    menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang murid berperan aktif

    dalam proses pembelajaran. Melalui model problem solving diharapkan dapat

  • 6

    lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya

    dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat

    meningkatkan hasil belajar murid.

    Sekolah SDN Tombolo Pao Kab. Gowa adalah salah satu sekolah yang

    terletak Tombolo Pao Kab. Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan

    pembelajaran di Sekolah SDN Tombolo Pao Kab. Gowa ini masih termasuk

    tradisional karena kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam

    penyampaian materi, sehingga murid merasa bosan dalam megikuti proses

    pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil

    survei tersebut bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh murid. Dalam

    proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian murid, murid kurang

    berpartisipasi, sedangkan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam

    penyampaian materi.

    Diharapkan dengan menggunakan model problem solving dalam proses

    pembelajaran IPS akan menarik minat murid mengikuti kegiatan belajar sehingga

    akan meningkatkan hasil belajar murid.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model pemecahan

    masalah (problem solving) dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan

    Sosial (IPS) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa”?

  • 7

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu

    Pengetahuan Sosial ( IPS ) melalui penerapan model pemecahan masalah

    (problem solving) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

    1. Manfaat Teoritis

    Memberikan informasi yang lebih rinci dan akurat tentang hasil belajar

    murid dengan menggunakan penerapan model pemecahan masalah (problem

    solving) sehingga dapat dijadikan teori dan teknik yang efektif diterapkan dalam

    peningkatan hasil belajar.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Guru

    1) Mampu menganalisis terjadinya permasalahan-permasalahan

    pembelajaran dan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini

    guru menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirangcang untuk

    membantu murid menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru

    biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Dapat

    pula menyajikan pembelajaran menyenangkan melalui model

    pemecahan masalah (problem solving).

    2) Mampu menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif. Perang

    guru dalam mengembangkan pembelajaran ialah dengan memberikan

    dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal

  • 8

    belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau

    bantuan tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan masalah

    yang dihadapi. Dukungan itu dapat berupa isyarat-isyarat, peringatan-

    peringatan, memecahkan masalah dalam beberapa tahap, memberikan

    contoh. Guru memotivasi peserta didik selama mereka menyelesaikan

    soal-soal secara mandiri atau didalam kelompok.

    b. Bagi Peneliti

    Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang

    pendidikan. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

    dasarnya adalah hasil dari interaksi antara pesrta didik dengan

    lingkungannya. William mengemukakan bahwa A good learning situation

    consist of a rich and varied series of learning experiences unitefied

    around a vigorous purpuse and carried on in interaction with a rich

    varied and propocative environtment. Pada proses belajar ini murid

    diharapkan dapat belajar memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

    materi pembelajaran IPS.

    c. Bagi Sekolah

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

    menumbuhkan minat belajar murid sehingga prestasi belajar murid

    meningkat. Melalui perang kepala sekolah hendaknya menjadikan model

    pemecahan masalah sebagai salah satu model pembelajaran pilihan bagi

    guru-guru khususnya pada tingkat sekolah dasar.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

    A. Kajian Pustaka

    1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

    a. Pengertian Belajar

    Pada hakikatnya, manusia belajar karena mempunyai bakat untuk belajar

    yang dipacu oleh hasrat ingin tahu dan kadang oleh kemampuan untuk

    mengetahui. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu

    hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, melainkan meliputi

    kegiatan yang lebih luas, yakni mengalami perubahan tingkah laku.

    Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu situasi yang di dalamnya

    tidak dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan

    untuk menghadapi tantangan atau apabila ia harus mengatasi rintangan dalam

    aktivitasnya. Dengan demikian, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

    proses kegiatan yang menimbulkan kelakukan baru atau mengubah kelakuan

    lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan

    menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.

    Menurut Hamalik (2004: 27) bahwa: Belajar merupakan suatuproses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajarbukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaknimengalami,hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkanpengubahan kelakuan.Menurut Crobach, belajar adalah perubahanperilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadimelalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”.MenurutPiaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya.

    9

  • 10

    Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan

    tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu baik dari segi pengetahuan

    maupun sikapnya.

    1) Tujuan Belajar

    Tujuan berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam

    penyelenggaraan pendidikan di mana tujuan belajar dikaitkan dengan

    perubahan tingkah laku. Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan

    bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit mengusahakan untuk dicapai dengan

    tindakan intruksional, lazim dinamakan intructional effects, yang biasa

    berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai

    hasil yang menyertai tujuan belajar intruksional lazim disebut nurturant

    effects. Bentuknya berupa, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap

    terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini

    merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu

    sistem belajar tertentu. Di dalam tujuan belajar apabila dikatakan berhasil

    adalah mampu menciptakan suasana belajar menyenangkan dan mampu

    membuat murid bergairah dalam belajar serta mendapat hasil yang diinginkan.

    2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

    Menurut Slameto (2000:29) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

    proses dan kegiatan belajar. Fakto.r-faktor itu antara lain :

    (a) Faktor Kecerdasan

    Tingkat kecerdasan manusia tidak sama; ada yang lebih tinggi.

    Ada yang sedang, dan ada yang kurang. Orang yang tinggi

  • 11

    kecerdasannya dapat mengolah gagasan yang rumit, abstrak dan sulit,

    dan dilakukan dengan cepat dan tanpa melalui banyak kesulitan

    dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas. Di dalam proses

    pembelajaran guru harus betul-betul memperhatikan siswanya dengan

    baik mana siswa yang kurang dalam memahami pelajaran dan kita

    berikan bimbingan yang baik agar pembelajarannya juga dapat

    meningkat sepeti yang lain.

    (b) Faktor Belajar

    Yang dimaksud faktor belajar adalah semua segi kegiatan

    belajar misalnya kurang dapat memusatkan perhatian pada pelajaran

    yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkiatan

    dengan proses belajar sehingga tidak dapat memahami pelajaran. Pada

    proses pembelajaran biasanya minat belajar siswa sangat kurang

    memahami pelajaran karena guru dalam memberikan pelajaran masih

    kebanyakan mengunakan ceramah.

    (c) Faktor Sikap

    Banyak pengaruh sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan

    belajar. Sikap dapat menentukan apakah seseorang dapat belajar

    dengan lancar atau tidak, gigih atau tidak, seorang mempelajari

    pelajaran yang dihadapinya atau tidak dan masih banyak lagi yang

    lain. Seperti kia ketahui bahwa sikap adalah kemanpuan menerima

    atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

    Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-

    nilai. Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan

    efektif. Kegiatan belajar ini lebih tepat menggunakan istilah

    pendidikan dari pada pembelajaran maupun pengajaran. Sikap

    diartikan sebagai pola tindakan peserta didk dalam merespon

  • 12

    stiomulus tertentu. Sikap merupakan kecenderungan atau predisposisi

    perasaan dam perbuatan yang konsisten pada diri sendiri. Sikap

    berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat, dan

    prasanka. Dalam kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu

    peserta didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.

    (d) Faktor Fisik

    Yang dimaksud faktor fisik adalah faktor yang ada kaitannya

    dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan keadaan fisik seseorang

    sebagaimana telah diketahui, bahwa badan yang tidak sehat membuat

    kosentrasi terganggu, sehingga menghambat kegiatan belajar.

    Kebanyakan murid penglihatannya kurang baik apalagi kita tempatkan

    dibelakan maka guru disini harus ditempatkan didepan, mungkin juga

    karena pengaruh sejak lahir.

    (e) Faktor Emosi dan Sosial

    Faktor emosi seperti rasa tidak senang dan rasa suka dan faktor

    sosial seperti persaingan dan kerja sama yang sangat besar

    pengaruhnya terhadap proses belajar. Pada faktor ini guru lebih

    menekankan bagaimana murid bekerjasama dalam menyelesaikan soal

    yang telah diberikan oleh guru agar murid lain dapat aktif.

    (f) Faktor Lingkungan

    Yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah keadaan dan

    suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar

  • 13

    turut menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Lingkungan

    juga sangat menentukan faktor belajar, apabila lingkungan kita

    memiliki fasilitas yang bagus maka kita termotivasi untuk belajar dan

    akhirnya mencapai hasil yang baik.

    b. Pengertian Pembelajaran

    Istilah pembelajara dan pengajaran tentu sering anda dengar.

    Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan

    dari teaching. Perbedaan diantara keduanya tidak saja pada arti leksikal,

    namun juga pada implementasi kegiatan belajar mengajar. Tahukah anda, apa

    perbedaan diantara keduanya.

    Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan

    mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada

    tingkat ajar. Pada pengajaran guru mengajar, serta didik belajar, sementara

    pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir

    lingkungan terjadinya pengajaran. Guru mengajar dalam perspektif

    pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya

    untuk mempelajarinya. Jadi, subyek pembelajaran adalah peserta didik.

    Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog

    interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan

    mekanis seperti halnya pengajaran.

  • 14

    Kontruksi pengajaran banyak menuai kritik. Pengajaran hanya

    dipandang hanya melahirkan individu-individu berjiwa nekrofili. Implikasi

    lebih jauh adalah pada saatnya nanti, peserta didik akan benar-benar

    menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu. Paulo Freire

    menganalokkan pengajaran sebagai pendidikan gaya bank atau banking

    concept of education. Dalam proses ini guru diandaikan sebagai investor,

    pengetahuan guru adalah sumber investasi, dan peserta didik adalah rekening

    yang berisi catatan-catatan investasi yang dilakukan guru.

    2. Hakikat Pembelajaran IPS

    a. Pengertian IPS

    Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan

    konsep-konsep dasar dari berbagi ilmu sosial yang disusun melalui

    modelpendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaan bagi

    murid dan kehidupannya.

    (Kosasih,1994: 42).Pada hakikatnya IPS adalah telaah tentanghubungan manusia dan lingkungannya. Lingkungan masyarakatmerupakan tempat dimana anak didik tumbuh dan berkembangsebagai bagian dari masyarakat. Di dalam hidupnya dihadapkan padaberbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungansekitarnya, oleh karena itu dengan adanya mata pelajaran IPS, makaakan membantu anak didik dalam memecahkan permasalahan yangdihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti danmemahami lingkungan sosial masyarakat.

    Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu bidang yang mempelajari

    seluk beluk kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Konsep

  • 15

    inilah yang harus ditanamkan pada anak didik untuk dipahami dan dipetik

    nilai dan manfaatnya dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat.

    Hakikat dari IPS jika disorot dari anak didik adalah sebagai pengetahuan

    yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni

    mengadakan perubahan – perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh

    dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip – prinsip

    dasar dan sistem nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa

    depan mayarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak

    diwariskan kepada turunannya secara lebih baik.

    Menurut (Farris and Cooper, 1994: 46), pendidikan ilmupengetahuan sosial adalah salah satu upaya yang akan membawakesadaran terhadap ruang, waktu dan lingkungan sekitar bagi anak.

    Pembelajaran IPS tidak menginginkan melahirkan manusia percaya

    begitu saja terhadap sesuatu tetapi paling tidak meminta keterangan dam

    mengolah kebenaran berita tersebut dan lebih ideal dia harus meyakinkan,

    sehingga dia menjadi manusia kritis dan memanfaatkan potensinya serta

    percaya diri sendiri.

    Pelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia

    antara 6- 12 tahun, anak dalam kelompok usia 7- 11 tahun menurut Piaget

    berada dalam perkembangan kemampuan intektual / kognitifnya pada tingkat

    kongkrit. Mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa

    depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh

    dengan pesan- pesan yang bersifat abstrak. Berbagai cara dan teknik

  • 16

    pembelajaran untuk memungkinkan konsep- konsep abstrak itu dipahami

    anak.

    Bruner (1987: 48) memberikan pemecahan untuk mengkongkitkanyang abstrak melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar,bagan, peta, dan grafik.

    IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang

    mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan

    dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

    Kurikulum IPS sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan(1990: 14), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu.

    Martorella (1987:15) mengatakan bahwa pembelajaran lebihmenekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”karena dalam pembelajaran IPS murid diharapkan memperolehpemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan sertamelatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkankonsep yang telah dimilikinya.

    IPS merupakan perwujudan dari satu modelinterdisipliner dari pelajaran

    ilmu-ilmu sosial yang merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

    sosial antara lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial,

    Geografi, Ekonomi, Politik, dan Ekologi.

    Berdasarkan uraian di atas maka Pembelajaran IPS diharapkan mampu

    mengembangkan cara berfikir murid sehingga dapat membawa kesadaran

    terhadap ruang, waktu, dan lingkungan sekitar bagi anak.

    b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Para Ahli

    (1) Moeljono cokrodikardjo mengumukakan bahwa IPS adalah perwujudan

    dari suatu modelinterdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi

    dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya,

  • 17

    psikologi, sejarah, geograpi, ekonomi, ilmu politik, dan ekologi manusia,

    yang dipermulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan

    yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

    (2) Nu’man soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu

    sosial yang diserhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA.

    Penyerhaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu

    sosial yang biasanya dipelajari diuniversitas menjadi pelajaran yang sesuai

    deangan kematangan berfikir murid sekolah dasar dan lanjutan. b)

    mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan

    kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran mudah dicerna.

    (3) Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau

    paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan

    bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan perang manusia

    dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjak sejarah, ekonomi,

    geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

    (4) Tim IKIP surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi

    yang menghormati, mempelajari, mengolah dan membahas hal-hal yang

    harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sisoal yang

    terpilih, kemudian disederhanakan sesuai kepentingan sekolah.

    Dengan demikian, IPS bukan ilmu social dan pembelajaran IPS yang

    dilaksananakan baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi tidak

    menekankan Pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam

    mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial dimasyarakat,

  • 18

    yang bobot dalam keluasannya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-

    masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam

    lingkungan yang terbatas, yakni lingkungan sekitar sekolah atau murid dan

    lingkungan yang luas, yaitu Negara lain, baik yang ada dimasa sekarang

    maupun dimasa lampau.

    c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

    Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu sosial yang secara harfiah terbagi

    menjadi 3 sub bidang ilmu yaitu geografi, sejarah, dan kependudukan.

    Masing-masing bagian tersebut dapat lagi dibedakan berdasarkan bidang

    kajian masing-masing. Semakin tinggi kompleksitas ke dalam ilmu maka

    semakin sempit ruang lingkup yang dikaji. Sedangkan untuk sekolah dasar

    pokok-pokok materi mengacu kepada 3 bidang tersebut yang terkadang

    diberikan secara terintegrasi.

    Dalam pengenalan bidang geografi di SD lebih banyak menyajikan

    fenomena alam baik di Indonesia maupun di luar negeri yang akan

    membangkitkan rasa ingin tahu murid. Sehingga murid yang kreatif akan

    secara aktif mencari literatur-literatur tambahan selain buku yang

    direkomendasikan oleh sekolah. Bidang sejarah dikenalkan kepada anak SD

    lebih banyak menguraikan cerita-cerita kepahlawanan dengan batas

    pemahaman baik dan buruk. Dengan pengembangan aspek sesungguhnya

    diantara baik dan buruk tersebut terdapat daerah abu-abu yang memerlukan

    kesabaran guru untuk menjelaskannya berdasarkan fakta dan landasan

  • 19

    psikologis suatu peristiwa. Dimana murid akan terlibat langsung dengan

    aspek kejiwaan ketika memerangkan tokoh-tokoh sejarah. Bidang

    kependudukan lebih banyak mengulas tentang tingkah laku manusia dalam

    hubungannya dengan fungsi sosialnya dalam berhubungan dengan orang-

    orang sekitarnya, baik dalam ruang lingkup yang sempit sampai hubngan

    antar negara.

    Fajar (2009: 111) menyatakan bahwa “ruang lingkup mata pelajaran

    Ilmu Pengtahuan Sosial di SD yaitu: system sosial budaya; manusia, tempat,

    dan lingkungan; perilaku ekonomi dan kesejahtraan; watak, keberlanjutan,

    dan perubahan; dan system berbangsa dan bernegara”. Hal ini berarti ruang

    lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berkaitan dengan segala

    aspek kehidupan manusia, khususnya berkaitan dengan aspek sosial budaya,

    ekonomi, bahkan kewarganegaraan.

    Kompleksitas hubngan tersebut maka akan berdampak kepada dua hal

    yaitu positif dan negatif. Bentuk nyatanya adalah hungan tersebut akan

    membawa manfaat di satu sisi dan berpotensi komplik di sisi lain.

    Harapannya adalah anak SD dapat lebih memahami keberadaannya dalam

    hubungannya dengan lingkungan alam dan sosial. Baik dalam skala sempit

    maupun luas. Sehingga anak-anak kita mempunyai keterampilan dasar dalam

    upaya membangun hubungan sosial baik dalam skala regional maupun

    antarnegara.

  • 20

    d. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS

    (1) Tujuan Pembelajaran IPS

    Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial (Pendidikan IPS), para ahli

    sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari

    program pendidikan tersebut.

    Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalahuntuk mempersiapkan mahasiswa menjadi warganegara yang baikdalam kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “toprepare students to be well-functioning citizens in a democraticsociety” tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untukmengebangkan kemampuan mahasiswa menggunakan penalarandalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya .

    (Kosasih, 1994): Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalahuntuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepadamurid untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswauntuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS, nampaknyadibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjebatanitercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan gurudalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, danstrategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih,1994).

    (2) Fungsi Pembelajaran IPS

    IPS berfungsi untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak

    didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih

    anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis,

    serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.

    IPS berfungsi untuk mengembangkan keterampilan, terutama

    keterampilan sosial dan keterampilan intelektual:

  • 21

    (a) Keterampilan Sosial

    Keterampilan sosial yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang

    berhubungan dengan kepentingan kehidupan bermasyarakat, seperti

    bekerja sama bergotong-royong, menolong orang yang memerlukan, dan

    melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan di

    masyarakat. Apabila kita menemukan orang yang mengalami kesulitan

    maka kita harus membantunya dan tidak boleh melihatnya begitu saja.

    (b) Keterampilan Intelektual

    Keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan

    kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi

    permasalahan sosial di masyarakat. Di dalam menghadapi persoalan kita

    harus memikirkan bagaimana dapat dipecahkan masalah tersebut.

    Selain itu, tujuan IPS bersifat kemampuan dan keterampilan, yaitu

    kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam

    pengalaman seorang murid untuk menolongnya memecahkan masalah-

    masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.

    Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap,

    pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup

    demokratis dan menolong murid mengembangkan filsafat hidupnya dalam

    kehidupan sehari- hari, sehingga murid dapat beradaptasi dengan

    lingkungannya.

  • 22

    e. Hasil Belajar

    Setelah terjadi proses belajar mengajar maka diharapkan terjadi suatu

    perubahan pada diri murid, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap

    perubahan tingkah laku.

    Menurut Nana Sudjana (2000 : 54) mengemukakan bahwa “Hasilbelajar adalah terjadinya perubahan pada diri murid ditinjau daritiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor murid”.

    Menurut Bloom mengumukakan bahwa hasil belajar mencakup

    kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

    knowledge (pengetahuan ingatan). Comprehension (pemahaman, menjelaskan,

    meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

    menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

    membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain efiktif adalah

    receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valiung (nilai),

    organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain

    psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan ruontinized. Psikomotor juga

    mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menejerial, dan

    intelektual.

    3. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Sebagai Model

    Pembelajaran

    a. Pengertian Model Pembelajaran

    Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2005 : 740 )memberikan pengertian sebagai berikut “ Model adalah cara teraturyang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapaisesuai dengan yang dikehendaki. Atau dapat dikatakan sebagai cara

  • 23

    kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatanguna mencapai tujuan yang ditentukan ’’.

    Selanjutnya pengertian pembelajaran berdasarkan Undang-undang

    Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan

    Nasional menjelaskan, Salah satu peran pendidikan di tingkat sekolah

    dasar adalah memberikan pembelajaran kepada muridnya. Murid sekolah

    dasar harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di

    samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan

    pengetahuan kepada murid merupakan proses pembelajaran yang harus

    dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau

    metode tertentu. Cara –cara demikian yang dimaksud sebagai metode

    pembelajaran.

    Kemudian Sagala ( 2005 : 61 ) memberikan pengertian sebagai

    berikut :

    Pembelajaran adalah membelajarkan murid menggunakan asaspendidikan maupun teori belajar merupakan proseskomunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak gurusebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh pesertadidik atau murid.

    Pengertian pembelajaran, menurut sadiman ( Sutikno, 2005 :27 ) bahwa “pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencanadalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi prosesbelajar dalam diri peserta didik’’.

    Selanjutnya Dunkin dan Biddle ( Sagala, 2005 : 64 )menambahkan bahwa proses pembelajaran itu akanberlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai duakompetensi utama yaitu: “(1) kompetensi substansi materipembelajaran atau penguasaan materi pelajaran,dan (2)kompetensi metodologi pembelajaran’’.

  • 24

    Surakhmad (2003: 97) menegaskan “metode pembelajaran adalah

    cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana

    teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah’’.

    Sedangkan Suryosubroto (2002: 149) mengemukakan sebagai berikut :

    Metodologi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapanprinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagiperkembangan anak didik. Metodologi yang bersifat interaksiedukatif bermaksud mempertinggi kualitas hasil pendidikan danpengajaran di sekolah.

    Selanjutnya Joyce dan Weil (sagala, 2005:176) mengatakan :

    Metode pembelajaran adalah suatu deskripsi lingkungan belajar yangmenggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melaluiprogram komputer.

    Metode yang digunakan untuk memotivasi khususnya pada murid

    sekolah dasar agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk

    memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau menjawab suatu

    pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk mampu

    berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi

    segala persoalan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.

    Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu

    kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalahsuatu cara, berfungsi untuk

    mencapai tujuan pembelajaran. Makin tepat metodenya, diharapkan makin

    efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Penggunaan metode tercapai jika

    ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang

  • 25

    ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain

    adalah guru itu sendiri, murid, dan situasi belajar.

    b. Pengertian Model Pemecahan Masalah (Problem Solving)

    Model problem solving atau sering juga disebut dengan nama Model

    Pemecahan Masalah merupakan suatu cara mengajar yang merangsang

    seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur

    atau situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini

    menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi- relasi

    diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat menemukan kunci

    pembuka masalahnya. Kegiatan semacam ini merupakan ciri yang khas

    daripada suatu kegiatan intelegensi. Metode ini mengembangkan

    kemampuan berfikir yang dipupuk dengan adanya kesempatan untuk

    mengobservasi problema, mengumpulkan data, menganalisa data, menyusun

    suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari data yang telah

    terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil

    pemecahan masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu lazim disebut cara

    berfikir ilmiah. Cara berfikir yang menghasilkan suatu kesimpulan atau

    keputusan yang diyakini kebenarannya karena seluruh proses pemecahan

    masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari data yang pertama yang berhasil

    dikumpulkan dan dianalisa sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau

    ditetapkan.

    (Gulo, 2002: 116) Penyelesaian masalah dalam model problemsolving ini dilakukan melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitandengan pokok bahasan dalam pelajaran diberikan kepada muriduntuk diselesaikan secara kelompok. Masalah yang dipilih

  • 26

    hendaknya mempunyai sifat conflict issue atau kontroversial,masalahnya dianggap penting (important), urgen dan dapatdiselesaikan (solutionable) oleh murid.

    Tujuan utama dari penggunaan model Pemecahan Masalah adalah:

    (1) Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari sebab-

    akibat dan tujuan suatu masalah. Model ini melatih murid dalam cara-

    cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah apabila akan

    memecahkan suatu masalah.

    (2) Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang

    bernilai/bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Model ini

    memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana

    cara-cara memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi

    keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.

    (Omi Kartawidjaya, 1988: 42) Problem solving melatih muridterlatih mencari informasi dan mengecek silang validitasinformasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solvingmelatih murid berfikir kritis dan metode ini melatih muridmemecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan metodeproblem solving ini murid menjadi lebih dapat mengertibagaimana cara memecahkan masalah yang akan dihadapi padakehidupan nyata/ di luar lingkungan sekolah.

    Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan

    metode problem solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang

    memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku

    teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-sumber lingkungan seperti

    peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan

    sekolah (Gulo, 2002: 114). Tujuannya agar memudahkan murid dalam

    menghadapi dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan

  • 27

    sebenarnya dan murid memperoleh pengalaman tentang penyelesaian

    masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata.

    c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pemecahan Masalah (Problem

    Solving)

    Kelebihan model Problem Solving :

    (1) Mendidik murid untuk berpikir secara sistematis

    (2) Mendidik berpikir untuk mencari sebab akibat

    (3) Menjadi terbuka untuk berbagi pendapat dan mampu membuat

    pertimbangan untuk memilih satu ketetapan

    (4) Mampu mencari berbagai cara jalan keluar dari suatu kesulitan atau

    masalah

    (5) Mendidik suatu sikap hidup, bahwa setiap kesulitan ada jalan

    pemecahannya jika dihadapi dengan sungguh-sungguh.

    Sedangkan kelemahan model Problem Solving adalah:

    (1) Model ini memerlukan waktu yang cukup jika diharapkan suatu hasil

    keputusan yang tepat. Padahal kita ketahui bahwa jam-jam pelajaran selalu

    terbatas.

    (2) Dalam satu jam atau dua jam pelajaran mungkin hanya satu atau dua

    masalah saja yang dapat , sehingga mungkin sekali bahan pelajaran akan

    tertinggal.

    (3) Model ini baru akan berhasil bila dingunakan pada kurikulum yang

    berpusat pada anak dengan pembangunan semesta, dan bukan dari

  • 28

    kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran seperti pada kurikulum

    konvensional/tradisional.

    (4) Model ini tidak dapat digunakan dikelas-kelas rendahan karena

    memerlukan kecakapan bersoal jawab dan memikirkan sebab akibat

    sesuatu. (Jusuf djajadisastra, 1982:26-27),

    d. Pelaksanaan Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam

    Meningkatkan hasil Belajar.

    Pelaksanaan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam

    meningkatkan hasil belajar dapat diartiakn sebagai rangkaian aktivitas

    pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

    dihadapi secara ilmiah. Menurut Sanjaya ( 2006 : 212 ) terdapat 3 ciri utama

    model pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu :

    (1) Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalamimplementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukanmurid. SPBM tidak mengharapkan murid hanya sekedarmendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran,akan tetapi melalui SPBM murid aktif berfikir, berkomunikasi,mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.

    (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari prosespembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin adaproses pembelajaran.

    (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan modelberfikirsecara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalahproses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukansecara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiahdilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu ; sedangkan empirisartinya proses penyelesaian masalah didasarkan data dan fakta yangjelas.

  • 29

    Untuk mengimplementasiakn strategi proses pembelajaran berbasis

    masalah guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan

    yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks

    atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di

    lingkungan sekitar, denagn melihat media cetak ( koran dan majalah ) atau

    media elektronik (televisi radio).

    Strategi pembelajaran dengan menerapkan pemecahan masalah pada

    murid sekolah dasar dengan memperhatikan masalah yang berkaitan

    dengan kehidupan sehari-hari murid.

    Langkah- langkah model ini antara lain:

    (1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh

    dari murid sesuai dengan taraf kemampuannya. Guru disini mencari

    masalah yang dihadapi muridnya dan memecahkan masalah bersama-

    sama serta masalahnya juga jelas agar murid tidak mengalami kesulitan

    dalam pembelajaran.

    (2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

    masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku- buku,

    meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain- lain. Guru disini dapat

    menggunakan cara formal dan nonformal yang dapat dijadikan alat

    untuk memperoleh informasi. Cara tersebut seharysnya digunakan oleh

    guru sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

  • 30

    (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban

    ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah

    kedua diatas. Dalam langkah ini murid masih diharapkan mencari

    jawaban tambahan kemudian merangkum semua jawaban yang telah

    dicapai.

    (4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini

    murid harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin

    bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan

    jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji

    kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya

    seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

    (5) Menarik kesimpulan. Artinya murid harus sampai kepada kesimpulan

    terakhir tentang jawaban dari masalah yang ada (Nana Sudjana, 1989:

    85-86).

    B. Kerangka Pikir

    Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari permasalahan yang

    ada di masyarakat berkaitan denagn kehidupan sosial yang merupakan gabungan

    mata pelajaran sosial seperti sejarah, ekonomi, dan geografi yang bertujuan untuk

    mengembangkan diri, bakat, kemampuan dengan keadaan lingkungannya.

  • 31

    Tujuan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mendidik dan

    melatih memberi bekal kemampuan dasar kepada murid untuk mengembangkan

    diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai

    bekal bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    Untuk mencapai tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara efektif,

    maka salah satu pilihan yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan model

    pemecahan masalah (problem solving) dalam proses pembelajaran pada tingkat

    sekolah dasar.

    Model pemecahan masalah ( Problem Solving ) dalam kaitannya dengan

    murid sekolah dasar merupakan suatu cara, tehnik, model yang digunakan dalam

    proses pembelajaran dengan mengangkat suatu pokok permasalahan yang perlu

    dipecahkan, dan dalam pelaksanaan pembelajaran semua murid diharapkan turut

    berpikir untuk memecahkan persoalan dalam memecahkan permasalahan sehingga

    tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

    Tujuan akhir penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam

    proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pada murid sekolah dasar adalah

    peningkatan hasil belajar. Hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tingkat

    penguasaan bahan pelajaran setelah mendapatkan atau memperoleh pengalaman

    belajar dalam kurun waktu tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes

    atau penilaiaan tertentu melalaui proses pembelajaran.

    Adapun skema kerangka pikir sebagai berikut :

  • 32

    Skema kerangka pikir

    Kerangka Pikir Penerapan Pembelajaran Model Problem Solving

    C. Hipotesis Tindakan

    Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “ jika guru menggunakan

    model pemecahan masalah (problem solving) pada mata pelajaran Ilmu

    Pengetahuan Sosia (IPS), maka Hasil Belajar Murid Kelas IV SDN Tombolo Pao

    Kab. Gowa meningkat”.

    Hasil belajar IPS murid masih rendah

    PENERAPAN MODEL(Problem Solving)

    Hasil Belajar IPSMeningkat

    ASPEK GURU1. Metode yang digunakan

    adalah metode ceramah2. Kurang mengaktifkan

    murid dalam prosespembelajaran

    ASPEK MURID1. Minat murid pada

    mata pelajaran IPSmasih kurang.

    2. Nilai hasil belajar IPSdibawah 65

    PELAKSANAAN SIKLUS1 dan SIKLUS 2

  • 33

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

    yang akan dilaksanakan dalam dua siklus. Salah satu model PTK yang sering

    digunakan di dalam bidang pendidikan adalah model Kurt Lewin (Alimin Umar

    2005:20) mengemukakan bahwa konsep inti yang diperkenalkan dalam satu siklus

    terdiri dari empat langkah yaitu: perencancanaan (Planning), Tindakan (Acting),

    Pengamatan (Observasi), Refleksi (Reflection).

    B. Tempat dan Subjek Penelitian.

    Penelitan tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Tombolo Pao Kecamatan

    Tombolo Pao Kabupaten Gowa untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

    Sedangkan sebagai subjek dalam penelitian ini adalah Murid kelas IV tahun

    pelajaran 2013/2014 dengan Jumlah murid sebanyak 34 orang, terdiri dari 15

    murid laki-laki dan 19 murid perempuan serta 1 orang guru.

    C. Fokus Penelitian

    Karena input dari penelitian ini adalah murid maka peneliti akan meneliti

    peningkatan hasil belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

    (IPS) melalui penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving).

    Adapun fokus dari penelitian ini adalah

    33

  • 34

    1. Penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving)

    Merupakan model penyajian pelajaran dalam bentuk pemberian pertanyaan

    yang harus dijawab terutama dari guru kepada murid, tapi dapat pula dari murid

    kepada guru.

    Adapun indikator Penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving)

    yaitu: (a) bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, (b) mampu membuat

    soal sendiri dan menjawab sendiri dengan benar, (c) menguasai keterampilan yang

    diperlukan, (d) berani mencoba berbuat, (e) perhatian terhadap tugas besar, (f)

    senang belajar.

    Sedangkan indikator penerapan model pemecahan masalah untuk guru

    adalah: (a) memantau kegiatan belajar murid, (b) memberi umpan balik, (c)

    mengajukan pertanyaan menantang, (d) mengembangkan kegiatan bervariasi, (e)

    membuat alat bantu belajar sederhana, (f) memilih media yang sesui dengan

    materi ajar, (g) mencapai tujuan pembelajaran, (h) tidak membuat anak takut

    salah, ditertawakan dan dianggap sepele, (i) menumbuhkan motivasi belajar.

    2. Hasil Belajar Murid

    Hasil belajar murid adalah ukuran berhasil tidaknya seseorang setelah

    mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Indikator hasil belajar murid adalah bahwa

    setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Penerapan

    model pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan hasil belajar

    murid.

  • 35

    D. Prosedur Penelitian

    Dalam penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus empat kali

    pertemuan.dan setiap pertemuan diakhiri dengan tes untuk mengukur tingkat

    pemahaman siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan. Prosedur penelitian

    tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut :

    Skema penelitian tindakan kelas ( Arikunto,dkk.2007)

    Tahapan Siklus I

    1. Tahap Perencanaan

    a. Membuat skenario pembelajaran dan menentukan materi. Sebelum guru

    mengajar sebaiknya menentukan dulu materi apa yang akan diajarkan.

    Skenario pembelajaran dirancang dengan baik untuk penguasaan

    Perencanaan

    Refleksi

    Refleksi

    Siklus I

    Siklus II Pelaksanaan

    Pengamatan

    Pengamatan

    Perencanaan

    Pelaksanaan

  • 36

    pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual)

    serta berbagai keterampilan. Pembelajaran dimaksudkan untuk

    menuntaskan dua hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan yang

    distrukturklan dengan baik dan penguasaan keterampilan.

    b. Menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP). Guru dalam melaksanaan pembelajaran dituntut membuat Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran dan merancang dengan baik.

    c. Menyiapkan media pembelajaran dengan gambar. Media dalam

    pembelajaran dapat mempertingi proses belajar murid yang pada

    gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

    Ada beberapa jenis media yang baiasa yang digunakan dalam proses

    pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau

    diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga

    disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang

    dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yakni dalam bentuk model seperti

    model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja,

    mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film

    stips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan

    linkungan sebagai media pembelajaran.

    d. Membuat lembar observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui

    bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu berlangsungnya

    kegiatan pembelajaran, baik murid maupun guru.

  • 37

    e. Membuat alat evaluasi untuk melihat pemahaman murid terhadap materi

    yang telah dipelajari.

    2. Tahap Pelaksanaan

    Kegiatan yang dilakukan siklus 1 dilaksanakan sebanyak 4 kali

    pertemuan dan siklus II sebanyak 4 kali pertemuan, pada tahap ini adalah

    melaksanakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat.

    Kegiatan itu sebagai berikut:

    a. Pada awal tatap muka peneliti menyampaikan materi yang sesuai dengan

    rencana pembelajaran yang telah dibuat dan membagi murid dalam

    beberapa kelompok

    b. Peneliti atau guru menjelaskan materi pelajaran setelah itu murid diminta

    untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

    c. Peneliti atau Guru mencari data atau keterangan yang dapat digunakan

    untuk memecahakan tersebut.

    d. Peneliti atau Guru menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut

    dan Guru melakukan pemantauan selama kegiatan pembelajaran

    berlangsung berdasarkan pedoman observasi.

    e. Meminta murid untuk menguji jawaban sementara tersebut.

    f. Menarik kesimpulan.

    g. Memberikan tugas rumah yaitu membuat soal sendiri dan dijawab sendiri.

    h. Pada akhir siklus dilakukan pengukuran kemampuan.

  • 38

    3. Observasi

    a. Peneliti memperhatikan keseluruhan murid untuk mengetahui siapa yang

    hadir dan siapa yang tidak hadir.

    b. Pemantauan keaktifan murid pada saat pembelajaran berlangsung

    berdasarkan format yang telah disiapkan.

    c. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari hasil

    pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam

    situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh peneliti.

    4. Refleksi

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang

    diperoleh pada tahap observasi. Berdasarkan hasil analisis data dilakukan

    refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada saat

    pembelajaran. Kekurangan dan kelebihan dalam tahap ini dipergunakan

    sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

    Tahapan Siklus Il

    Langkah -langkah yang dilakukan pada siklus II ini relatif sama dengan

    perencanaan dan penelitian pelaksanaan dalam siklus I. Berdasarkan hasil refleksi

    tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, dilakukan perbaikan pelaksanaan

    pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan

    dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang dicapai pada siklus ini

    dikumpulkan serta dianalisis untuk menetapkan suatu kesimpulan.

    Berikut akan diuraikan gambaran kegiatan pada siklus II:

  • 39

    1. Tahap perencanaan

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan lanjut

    dari siklus I. Hal-hal yang di lakukan adalah:

    a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran

    b. Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktifitas murid selama

    berlangsungnya proses belajar mengajar.

    c. Melakukan perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus I dengan

    berdasarkan pada refleksi siklus II.

    2. Tahap Pelaksanaan

    (a) Mempersiapkan semua perangkat pembelajaran media dan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam kelas serta

    lembar kerja aktifitas murid dan memasang media yang akan digunakan

    pada saat proses pembelajaran

    (b) Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan Penerapan model pemecahan

    masalah (Problem Solving), waktunya sama dengan langkah- langkah

    siklus I dan siklus II

    3. Observasi

    Melakukan observasi aktifitas murid selama berlangsung proses

    belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi aktifitas murid

    untuk melihat adanya peningkatan aktifitas murid. Melakukan aktifitas

    dengan menggunakan tes berupa essay pada akhir tindakan siklus II

    dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar murid.

  • 40

    4. Refleksi

    Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi akan

    dianalisis dan merupakan hasil pelaksanaan tinadakan siklus II masih ada

    kekurangan untuk melakukan perbaikan.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka teknik

    pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Tes

    Tes dalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk

    yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan

    peteunjuk itu. ( Sudjana, 1989: 43)

    Jenis data yang diperoleh dari bentuk tes dalam penelitian ini adalah

    bentuk essay.

    2. Observasi

    Menurut Sudjana (2005 : 84) observasi adalah alat untuk mengukur

    atau menilai hasil dan proses belajar. Misalnya tingkah laku murid pada

    waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi

    murid, partisipasi murid dalam simulasi serta penggunaan alat peraga.

    Bentuk observasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi

    langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala dan proses yang

    terjadi dalam situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.

  • 41

    3. Wawancara

    Wawancara adalah cara menghimpun bahan- bahan keterangan yang

    dilaksanakan dengan melakukan Tanya- jawab lisan secara sepihak,

    berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

    (sudjana, 2003 : 82). Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara

    bebas.

    F. Teknik Analisis Data

    Data yang diperoleh dari hasil tes analisis dengan menggunakan statistic

    ragam persentase, sebelum nilai yang diperoleh murid dipersentasekan, terlebih

    dahulu diberikan skor terhadap hasil pekerjaan setiap murid dengan rumus

    sebagai berikut := 100(Depdikbud, 2004: 27)

    Rentang nilai yang diperoleh adalah 0-100. Adapun kriteria yang digunakan

    sebagai standar dengan menentukan mampu atau tidaknya memahami materi dan

    menjawab soal- soal , adalah nilai 65 ke atas dengan persentase 80 %.

    Adapun untuk keperluan analisis kuantitatif digunakan teknik kategori

    tingkat penguasaan materi. Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor

    mentah yang diperoleh murid menjadi skor standar ( nilai).

  • 42

    Tabel 3.1 : Tingkat Penguasaan Materi

    No. Interval Kategori Hasil Belajar

    1. 0-34 Sangat rendah

    2. 35- 54 Rendah

    3. 55- 64 Sedang

    4. 65- 84 Tinggi

    5. 85- 100 Sangat tinggi

    Diadaptasi dari laporan penilaian Dinas Pendidikan Nasional(Arikunto, dkk. 2007)

    G. Indikator Keberhasilan

    Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila hasil belajar murid

    selama proses pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke

    siklus II. Hal ini ditandai dengan daya serap individu minimal 60% dan

    ketuntasan klasikal 80% serta observasi murid dan pengelolaan pembelajaran

    berada dalam kategori baik dan sangat baik.

  • 43

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan

    hasil belajar IPS melalui penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving)

    pada Murid Kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa dalam bentuk penelitian

    tindakan kelas ( PTK).

    Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu perencanaan,

    pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pada pelaksanaan tindakan ini

    dilakukan dalam dua siklus yaitu kegiatan siklus I dan siklus II.

    A. Hasil Penelitian

    1. Deskripsi Hasil Siklus Pertama

    Tahapan penelitian tindakan kelas pada siklus I dalam pembelajaran IPS

    dengan menggunakan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam

    meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao, yaitu:

    a. Perencanaan

    Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:

    1) Peneliti bertindak sebagai pengamat dan pengarah pelaksanaan pembelajaran

    yang dilakukan oleh guru dengan penerapan model pemecahan masalah

    (Problem Solving). Guru menerapkan model pembelajaran kepada murid

    sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif,

    sedangkan peneliti mengamati secara totalitas.

    4343

  • 44

    2) Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan untuk melihat bagaimana

    situasi pembelajaran ketika pembelajaran berlangsung .

    3) Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan

    pembelajaran untuk membangkitkan minat murid, meliputi:

    a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPS di kelas IV

    dengan menggunakan model pemecahan masalah (Problem Solving),

    b. Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar- gambar yang sesuai

    dengan materi,

    c. Menyiapkan alat evaluasi yang akan dimanfaatkan murid untuk menjawab

    pertanyaan.

    b. Pelaksanaan

    Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dilakukan

    pada tanggal 7,10 dan 14 April 2014 merupakan tindakan atau kegiatan guru

    dalam upaya guru meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model

    pemecahan masalah (Problem Solving) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao

    Kab. gowa.

    Pertemuan I : Hari rabu 7 mei 2014

    Sebelum memulai pembelajaran, pengajar menjelaskan kepada murid

    tentang belajar, sesuai yang dikemukakan oleh Menurut Hamalik (2004: 27)

    mengemukakan “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan

    suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

    luas dari itu, yakni mengalami,hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan

    melainkan pengubahan kelakuan”. Menurut Crobach, belajar adalah

  • 45

    perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi

    melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya.

    Adapun pelaksanaan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, yaitu:

    mengecek kehadiran murid, berdoa, menyampaiakan tujuan pembelajaran.

    Mengarahkan murid menentukan masalah yang akan dipecahkan merupakan

    langkah-langkah guru untuk memberikan permasalahan-permasalahan yang

    terdapat pada meteri pokok bahasan kegiatan ekonomi melalui penerapan

    pemecahan masalah kepada murid.

    Guru mengarahkan murid meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut

    pandang. Setelah mengarahkan murid menentukan masalah yang akan dipecahkan

    kemudian meminta murid menyelesaikan masalah dalam bentuk individu atau

    kelompok melalui kegiatan kegiatan pembelajaran karena ada kelompok yang

    menguasai materi dan ada kelompok yang menanggapi, sehingga terjadi proses

    pembelajaran memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sama pada setiap

    kelompok.

    Guru merumuskan berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah sesuai

    dengan pengetahun yang dimilikinya merupakan langka antisipatif dari guru pada

    pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan arahan pada permasalahan yang

    dihadapi murid mengenai materi pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang

    dianggap susah. Dengan demikian tingkat pemahaman murid terhadap materi

    pembelajaran IPS dapat merata dan dialami oleh setiap murid yang ada di kelas.

    Guru menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan

    masalah. Setelah guru memberikan arahan kepada murid untuk merumuskan

  • 46

    berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah yang dimiliki murid selanjutnya

    guru menggambarkan informasi dan diperlukan untuk menyelesaikan masalah

    yang dihadapi murid pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

    Guru mengarahkan murid memberikan kesimpulan terhadap permasalahan

    yang dihadapi pada materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Hal ini

    dilakuakn untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman murid, sehingga

    murid memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama dan merata tentang

    pokok bahasan pentingnya koperasi dalam kehidupan masyarakat.

    Guru mampu membuat kesimpulan materi pembelajaran adalaah langkah-

    langkah yang dilakukan guru untuk memberikan kesimpulan tentang pokok

    bahasan koperasi yang dibahas dalam pembelajaran, sehingga setiap murid

    menguasai permasalahan yang terdapat dalam materi yang dibahas pada

    pembelajaran, sehingga hasil belajar murid dapat ditingkatan secara optimal.

    Guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

    dan pemahaman yang dimiliki murid terhadap materi pelajaran setelah diterapkan

    pendekatan model pemecahan masalah (Problem Solving) pada pokok bahasan

    pentingnya koperasi dalam kehidupan masyarakat.

    Pertemuan II: Hari sabtu 10 mei 2014

    Pada pertemuan kedua tidak jauh apa yang dikukan pada pertemuan pertama

    proses pembelajaran ini dilaksanakan selama 2x35 menit. Yang bertindak sebagai

    pengajar adalah peneliti sendiri dan yang bertindak sebagai observer adalah wali

    kelas IV SDN Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

  • 47

    Sebelum memulai pembelajaran, pengajar menyampaikan beberapa kutipan

    kepada murid seperti yang dikemukakan oleh Gross (1978) menyebutkan bahwa

    tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan murid menjadi warga Negara

    yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Ia juga menambahkan, tujuan IPS

    adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran

    dalam berbagai persoalan yang dihadapinya.

    Selanjutnya aktifitas mengajar dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran,

    yaitu pelaksanaan pembelajaran di mulai dari kegiatan awal, yaitu guru mengecek

    kehadiran murid, berdoa,menyampaiakan tujuan pembelajaran. Mengarahkan

    murid menentukan masalah yang akan dipecahkan merupakan langkah-langkah

    guru untuk memberikan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada meteri

    pokok bahasan kegiatan ekonomi melalui penerapan pemecahan masalah kepada

    murid.

    Guru mengarahkan murid meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut

    pandang. Setelah mengarahkan murid menentukan masalah yang akan dipecahkan

    kemudian meminta murid menyelesaikan masalah dalam bentuk individu atau

    kelompok melalui kegiatan kegiatan pembelajaran karena ada kelompok yang

    menguasai materi dan ada kelompok yang menanggapi, sehingga terjadi proses

    pembelajaran memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sama pada setiap

    kelompok.

    Guru merumuskan berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah sesuai

    dengan pengetahun yang dimilikinya merupakan langka antisipatif dari guru pada

    pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan arahan pada permasalahan yang

  • 48

    dihadapi murid mengenai materi pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang

    dianggap susah. Dengan demikian tingkat pemahaman murid terhadap materi

    pembelajaran IPS dapat merata dan dialami oleh setiap murid yang ada di kelas.

    Guru menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan

    masalah. Setelah guru memberiklan arahan kepada murid untuk merumuskan

    berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah yang dimiliki murid selanjutnya

    guru menggambarkan informasi dan diperlukan untuk menyelesaikan masalah

    yang dihadapi murid pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

    Guru mengarahkan murid memberikan kesimpulan terhadap permasalahan

    yang dihadapi pada materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Hal ini

    dilakuakn untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman murid, sehingga

    murid memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama dan merata tentang

    pokok bahasan tujuan dan manfaat koperasi.

    Guru mampu membuat kesimpulan materi pembelajaran adalah langkah-

    langkah yang dilakukan guru untuk memberikan kesimpulan tentang pokok

    bahasan kegiatan ekonomi yang dibahas dalam pembelajaran, sehingga setiap

    murid menguasai permasalahan yang terdapat dalam materi yang dibahas pada

    pembelajaran, sehingga hasil belajar murid dapat ditingkatan secara optimal.

    Guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

    dan pemahaman yang dimiliki murid terhadap materi pelajaran setelah diterapkan

    pendekatan model pemecahan masalah (Problem Solving) pada pokok bahasan

    tujuan dan manfaat koperasi.

  • 49

    Pertemuan III: Hari rabu 14 mei 2014

    Pertemuan III siklus I ini sama dengan pertemuan I dan pertemuan II.

    Sebelum memulai pebelajaran, pengajar menyampaikan beberapa kutipan kepada

    murid tentang factor yang mempengaruhi proses dan kegiatan belajar menurut

    Slameto (2000:29) yaitu:

    a. Faktor kecerdasan, tingkat kecerdasan manusia tidak sama, ada yang lebih

    tinggi, ada yang sedang, dan ada yang kurang. Orang yang tinggi kecerdasannya

    dapat mengolah gagasan yang rumit, abstrak dan sulit dilakukan dengan cepat dan

    tanpa melalui banyak kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas.

    b. Faktor belajar, yaitu semua segi kegiatan bealajar misalnya kurang dapat

    memusatkan perhatian pada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat

    menguasai kaidah yang berkaitan dengan proses belajar sehingga tidak dapat

    memahami pelajaran.

    Selanjutnya aktifitas mengajar dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran,

    yaitu pelaksanaan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, yaitu mengucapkan

    salam, berdoa, menyampaiakan tujuan pembelajaran. Mengarahkan murid

    menentukan masalah yang akan dipecahkan merupakan langkah-langkah guru

    untuk memberikan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada meteri pokok

    bahasan kegiatan ekonomi melalui penerapan pemecahan masalah kepada murid.

    Guru mengarahkan murid meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut

    pandang. Setelah mengarahkan murid menentukan masalah yang akan dipecahkan

    kemudian meminta murid menyelesaikan masalah dalam bentuk individu atau

    kelompok melalui kegiatan kegiatan pembelajaran karena ada kelompok yang

  • 50

    menguasai materi dan ada kelompok yang menanggapi, sehingga terjadi proses

    pembelajaran memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sama pada setiap

    kelompok.

    Guru merumuskan berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah sesuai

    dengan pengetahun yang dimilikinya merupakan langka antisipatif dari guru pada

    pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan arahan pada permasalahan yang

    dihadapi murid mengenai materi pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang

    dianggap susah. Dengan demikian tingkat pemahaman murid terhadap materi

    pembelajaran IPS dapat merata dan dialami oleh setiap murid yang ada di kelas.

    Guru menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan

    masalah. Setelah guru memberiklan arahan kepada murid untuk merumuskan

    berbagai kemungkinan cara pemecahan masalah yang dimiliki murid selanjutnya

    guru menggambarkan informasi dan diperlukan untuk menyelesaikan masalah

    yang dihadapi murid pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

    Guru mengarahkan murid memberikan kesimpulan terhadap permasalahan

    yang dihadapi pada materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Hal ini

    dilakuakn untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman murid, sehingga

    murid memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama dan merata tentang

    pokok bahasan perbedaan koperasi dengan badan usaha lain.

    Guru mampu membuat kesimpulan materi pembelajaran adalaah langkah-

    langkah yang dilakukan guru untuk memberikan kesimpulan tentang pokok

    bahasan kegiatan ekonomi yang dibahas dalam pembelajaran, sehingga setiap

  • 51

    murid menguasai permasalahan yang terdapat dalam materi yang dibahas pada

    pembelajaran, sehingga hasil belajar murid dapat ditingkatan secara optimal.

    Guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

    dan pemahaman yang dimiliki murid terhadap materi pelajaran setelah diterapkan

    pendekatan model pemecahan masalah (Problem Solving) pada pokok bahasan

    perbedaan koperasi dengan badan usaha lain.

    c. Observasi/ Pengamatan

    Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar setelah menyelesaikan

    pelaksanaan tindakan siklus I. Adapun analisis deskriptif skor gabungan hasil tes

    belajar untuk tiga pertemuan pada siklus I pelajaran IPS murid kelas IV SDN

    Tombolo Pao Kab. Gowa setelah penerapan model pemecahan masalah (Problem

    Solving) disajikan pada tabel berikut.

    Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktvitas Belajar Murid Kelas IV SDNTombolo Pao Pada Siklus I

    .No. Aspek yang diamati

    Pertemuan

    Jumlah PersentaseI II III IV

    1Murid yang memperhatikan

    penjelasan guru17 20 24

    T

    E

    S

    S

    I

    K

    L

    U

    6159,80

    2Murid yang mencatat materi dalam

    belajar18 24 27 69

    67,47

    3Murid yang aktif mengajukan

    pertanyaan25 21 20 66

    64,70

    4Murid yang aktif menjawab

    pertanyaan18 22 25 65

    63,72

  • 52

    5Murid yang melakukan kegiatan

    lain pada saat guru menjelaskan20 18 15

    S

    I53

    51,96

    Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 34 murid kelas V SDN Tombolo

    Pao Kab. Gowa yang diobservasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar murid pada

    siklus I selama proses pembelajaran berlangsung, murid yang memperhatikan

    pelajaran sekitar 59,80%, murid dalam mencatat materi dalam belajar PKn sekitar

    67,47%, murid yang aktif mengajukan pertanyaan sekitar 64,70%, murid yang

    aktif menjawab pertanyaan sekitar 63,72%, dan murid yang melakukan kegiatan

    lain pada saat guru menjelaskan sekitar 51,96%.

    Selanjutnya pada pertemuan keempat diadakan tes hasil siklus. Nilai tes

    dapat dilihat pada lampiran 3. Jika nilai hasil tes tersebut dikelompokkan

    berdasarkan skala deskriptif, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase

    nilai sebagaimana disajikan pada tabel 4.2 berikut:

    Tabel 4.2 Nilai Statistik skor hasil belajar IPS murid kelas IV SDNTombolo Pao pada tes akhir Siklus I.

    Statistik Nilai Statistik

    Subjek 34

    Skor Ideal 100

    Skor tertinggi 70

    Skor terendah 8

    Rentang skor 62

    Skor Rata-rata 43,94

  • 53

    Jika skor hasil belajar IPS murid pada siklus I dikelompokkan kedalam 5

    kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut:

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar IPS padaMurid kelas IV SDN Tombolo Pao pada Siklus I

    Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

    0 – 34 Sangat rendah 9 26,47%

    35 – 54 Rendah 15 44,11%

    55 – 64 Sedang 4 11,76%

    65 -84 Tinggi 6 17,64%

    85 – 100 Sangat tinggi - -

    Jumlah 34 100

    Tabel di atas menunjukkan bahwa 26,47% murid yang nilainya berada pada

    kategori sangat rendah, 44,11% berada pada kategori rendah, 11,76% berada pada

    kategori sedang, 17,64% berada pada kategori tinggi.

    Untuk melihat persentase ketuntasan belajar murid kelas IV SDN Tombol