Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Buku ini m e m b e r i
kesimpulan bahwa kedua motif, baik motif agama
maupun motif ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah di bank syariah. Motif agama dan motif ekonomi secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 72,3% terhadap loyalitas nasabah bank syariah. Jika dibandingkan dari kedua motif tersebut, motif agama memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan motif ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya lokal nasabah bank syariah yang kental akan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat afiliasi antara agama, budaya, dan pola pikir masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dalam menggunakan jasa layanan bank syariah. Tingkat loyalitas nasabah di bank syariah berada pada kategori tinggi sebesar 70,33%. Namun, tingkatan tiap-tiap dimensinya berbeda-beda. Dimensi loyalitas nasabah terdiri dari empat macam, yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction) berada dikategori sedang sebesar 65,67%, retensi pelanggan (customer retention) berada pada kategori sedang sebesar 68,33%, perpindahan pelanggan (migration barrier) berada pada kategori sedang sebesar 67,00%, dan antusias pelanggan (customer enthusiasm) berada pada kategori tinggi sebesar 71,00%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah bank syariah sudah cukup baik, karena rata-rata berada pada kategori sedang dan tinggi dengan nilai persentase di atas 50%.
MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah Penulis : Ummul Fadhilah Sari Editor : Imam Zaki Fuad Desain Sampul : Numay Layout : Zahrul Athriah
ISBN: 978-602-6902-75-7
Penerbit Cinta Buku Media Redaksi: Alamat : Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858 1413 1928 e_mail: [email protected] Cetakan: Ke-1 Februari 2017 All rights reserverd Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
iii
Kata Pengantar
lhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah
‘Azza wa Jalla atas segala limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menerbitkan buku ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan besar
kita Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa kebenaran, yang
telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang
terang benderang, dengan cahaya Addinul Islam.
Awalnya, tulisan ini merupakan karya ilmiah tesis yang
kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul “Motif
Agama dan Motif Ekonomi : Studi Loyalitas Nasabah Bank
Syariah”. Buku ini mengkaji tentang tujuan atau motif nasabah
menggunakan jasa dan layanan bank syariah. Temuan hasil
penelitian ini menyatakan bahwa ada dua motif nasabah dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah, yaitu motif agama dan
motif ekonomi. Kedua motif ini (motif agama dan motif ekonomi)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah bank
syariah. Namun, jika keduanya dibandingkan, pengaruh motif agama
lebih besar dari pada pengaruh motif ekonomi.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rasa keingintahuan penulis
terhadap perkembangan sebuah bank syariah di Kota Bengkulu,
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang
berkembang sangat pesat dalam jangka waktu 5 tahun saja, padahal
Kota Bengkulu merupakan kota kecil dengan jumlah penduduk
±300ribu jiwa dan berstatus ekonomi menengah ke bawah.
Perkembangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
yang cukup pesat ini menjadi tanda tanya bagi penulis. Bagaimana
bisa sebuah lembaga keuangan perbankan berkembang pesat di kota
kecil yang berekonomi lemah? Berdasarkan hasil penelitian penulis
A
iv
ditemukan fakta bahwa nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu cukup loyal dalam menggunakan jasa dan layanan
perbankan. Loyalitas nasabah ini dipengaruhi oleh tujuan atau motif
nasabah, ada yang bermotif agama dan ada pula yang bermotif
ekonomi. Berdasarkan hasil uji statistik dari kedua motif tersebut,
motif agama yang lebih dominan mempengaruhi loyalitas nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu. Hal ini
dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya lokal nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang kental
akan nilai-nilai religiusitas. Sehingga terdapat afiliasi antara agama,
budaya, dan pola pikir masyarakat yang berpengaruh terhadap
keputusan dalam menggunakan jasa layanan bank syariah.
Selama penulisan karya ini, penulis telah didukung oleh
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berjasa dalam penyelesaian karya ini :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, selaku
Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Didin Saepudin, MA, selaku ketua Program
Doktor, dan Dr. J.M. Muslimin, MA, selaku ketua Program
Magister.
2. Prof.
3. tua tercinta, Papanda Sutan Sarimatua Muslim, MM, M.Pd
Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku pembimbing dan promotor
penulis yang telah memberikan arahan dan kritikan dalam
perbaikan dan penyempurnaan penulisan buku ini.
4. Seluruh Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, staf akademik, administrasi, perpustakaan yang
dengan segenap hati melayani dan memfasilitasi penulis.
v
5. Kedua orang dan Mamanda Eviyenti Sari yang tidak pernah
lelah memberi motivasi dukungan, dan lantunan doa dalam
setiap sujud mereka. Kedua adikku tersayang, Mufidah
Almuthmainnah Sari dan Imamul Ihsan Muslim serta seluruh
keluarga besar yang telah menjadi penyemangat penulis.
6. Sahabat terbaik sepanjang masa, Sondang Asih Januarti, S.Pd,
yang jauh dimata dekat dihati. Thanks for everything.
7. Para sahabat, yang telah menghiasi hari-hari penulis di
kampus tercinta, Mitha, Iffa, Tya, Nisa, Zahra, Ayuk Her,
Kak Ita, Albab, Sarah. Teman-teman angkatan 2012 semester
ganjil Siti Suniah, Chairullah, Razes, Udin, Arif, Taqin, Bu
Yuni, Begundal’s serta teman-teman lain yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih, gelak tawa kalian
mengurangi beratnya perjalanan ini. Untuk Ayu, yang telah
berkenan berbagi ilmu, terima kasih sharing-nya.
Akhir kata, semoga karya kecil penulis ini dapat bermanfaat
dalam memperkaya wacana intelektual, khususnya bagi
perkembangan keuangan dan perbankan syariah.
Ciputat, 7 Februari 2017
Ummul Fadhilah Sari
vii
Abstrak
enelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara loyalitas nasabah bank syariah
dengan motif agama maupun motif ekonomi, yang berarti bahwa
semakin tinggi motif agama dan motif ekonomi, maka akan semakin
tinggi pula loyalitas nasabah bank syariah. Motif agama dan motif
ekonomi memberi kontribusi pada loyalitas nasabah bank syariah
sebesar 72,3%. Namun, jika kedua motif tersebut dibandingkan,
maka ditemukan bahwa pengaruh motif agama lebih besar
dibanding pengaruh motif ekonomi.
Penelitian ini diperkuat oleh beberapa penelitian terdahulu
yang juga menyatakan bahwa motif agama lebih berpengaruh
dibanding motif ekonomi seperti penelitian Metawa dan Almossawi
(1998), Nasser, Jamal, dan Al-Khatib (1999), Faisal Saleh (2006),
Amin Kuneifi Elfachmi (2012), serta Saduman Okumus dan Elif
Guneren Genc (2013), yang menyimpulkan bahwa faktor utama
nasabah mempertahankan hubungannya atau tetap loyal pada bank
syariah adalah karena ketaatan mereka terhadap prinsip-prinsip
syariah. Hal ini membuktikan bahwa motif agama merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap loyalitas nasabah bank syariah.
Ada pula beberapa penelitian terdahulu yang bertentangan
dengan hasil temuan penelitian ini. Peneliti berpendapat bahwa
pengaruh motif ekonomi lebih besar terhadap loyalitas nasabah bank
syariah dibanding motif agama, seperti penelitian Fa>ris Mahmu>d
Abu> Mu’ammar (2005), Kha>lid S}a>lih} ‘Abu>d (2012), Sa>m ‘Abdu Al-
Qa>dir (2012) yang menyimpulkan bahwa transaksi terus menerus
akan dilakukan nasabah dengan bank syariah jika kebutuhan dan
kepuasan nasabah terpenuhi. Kesetiaan (loyalitas) nasabah
P
viii
tergantung pada kualitas layanan dan feedback yang diberikan oleh
pihak perbankan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)
yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer.
Objek penelitian ini adalah nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu dengan jumlah sampel sebanyak 300 orang
responden. Untuk melengkapi data, peneliti juga melakukan
wawancara langsung dan observasi lapangan pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa literatur buku, jurnal, maupun artikel yang
berhubungan dengan pembahasan penulis.
ix
Pedoman Transliterasi
edoman transliterasi Arab - Latin yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ALA–LC ROMANIZATION
TABLES yaitu sebagai berikut :
A. Konsonan
Initial Romanization Initial Romanization Initial Romanization
f ف z ز B ب
q ق s س T ت
k ك sh ش Th ث
l ل {s ص J ج
m م }d ض }h ح
n ن {t ط Kh خ
h ة ,ه }z ظ D د
w و ‘ ع Dh ذ
y ى gh غ R ر
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fath}ah A a
Kasrah I i
P
x
D{ammah U u
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
...ى Fath}ah dan Ya ai a dan i
…و Fath}ah dan Wau au a dan w
Contoh : حسني : H{usain ح ول : H{aul
3. Vokal Panjang (Maddah)
Tanda Nama Gabungan
Huruf Nama
Fath}ah dan alif a> a dan garis di آى
atas
Kasrah dan ya i> i dan garis di ى ى
atas
D{ammah dan ى و
wau
u> u dan garis
diatas
C. Ta>’ Marbu>t}ah (ة) Transliterasi ta’ marbut}ah (ة) di akhir kata bila dimatikan
ditulis dengan huruf ‘h’.
Contoh : مرأة : mar’ah مدرسة : madrasah
Ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang
sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan
sebagainya kecuali dikehendaki lafadz aslinya.
xi
D. Shaddah
Shaddah/tasydi>d ditransliterasi ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah tersebut.
Contoh : ربنا : rabbana شوال : shawwa>l
E. Kata Sandang Alif + La>m
Apabila diikuti oleh huruf qamariyah, maka ditulis dengan
“al”.
Contoh : لمالق : al-Qalam
Apabila diikuti oleh huruf shamsiyah ditulis dengan
menggandeng huruf shamsiyah yang mengikutinya serta
menghilangkan huruf L-nya.
Contoh : الشمس : ash-Shams الناس : an-Na>s
F. Pengecualian Transliterasi
Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan
dalam bahasa Indonesia, seperti هللا, asma>’ al-husna> dan ibn, kecuali
menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan
konsistensi dalam penulisan.
xiii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................. vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................... 12
1. Identifikasi Masalah ......................................................... 12
2. Pembatasan Masalah ........................................................ 12
3. Perumusan Masalah ......................................................... 13
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................. 13
D. Tujuan Penelitian ............................................................. 20
E. Manfaat Penelitian ........................................................... 21
F. Metodologi Penelitian ...................................................... 21
1. Waktu dan Tempat ........................................................... 21
2. Jenis Penelitian ................................................................ 21
3. Metode Penelitian ............................................................ 22
4. Sumber Data .................................................................... 23
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 24
6. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ......................... 25
7. Variabel dan Skoring ....................................................... 27
8. Uji Coba Instrumen .......................................................... 29
9. Teknik Analisis Data ....................................................... 30
G. Sistematika Penulisan ...................................................... 30
xiv
BAB II DISKURSUS RELIGIUSITAS, PERILAKU
KONSUMEN DAN LOYALITAS
A. Pengaruh Agama dan Religiusitas terhadap Motif .......... 33
B. Hubungan Motif, Motivasi, Kebutuhan dan Konsumen .. 42
C. Konsep dan Pengukuran Loyalitas Nasabah .................... 56
BAB III MOTIF NASABAH BANK SYARIAH
A. Karakterisitik Nasabah Bank Muamalat Indonesia
cabang Bengkulu .............................................................. 71
B. Profil Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu ........ 81
C. Motif Nasabah Menggunakan Jasa dan Layanan Bank
Muamalat Indonesia cabang Bengkulu ............................ 90
BAB IV PERAN MOTIF TERHADAP LOYALITAS NASABAH
BANK SYARIAH
A. Pengukuran Tingkat Loyalitas Nasabah Bank Muamalat
Indonesia .......................................................................... 144
B. Pengaruh Motif Agama dan Motif Ekonomi terhadap
Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia ................ 158
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 169
B. Saran ................................................................................... 171
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 173
GLOSARIUM .............................................................................. 187
INDEKS ....................................................................................... 189
LAMPIRAN ................................................................................. 191
BIODATA PENULIS................................................................... 227
xv
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Variabel, Indikator dan Skoring ................................... 27 Tabel 1.2 Aturan Skoring ........................................................... 28
Tabel 2.1 Matriks Kesetiaan Pelanggan Dick dan Basu ............. 68
Tabel 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin . 72
Tabel 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .............. 74
Tabel 3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan .... 75
Tabel 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...... 76
Tabel 3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ............. 77
Tabel 3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang
Pendidikan ........................................................................ 78
Tabel 3.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa
Menabung ......................................................................... 79
Tabel 3.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Status ........... 80
Tabel 4.1 Hasil Uji Regresi untuk Kontribusi ........................... 162
Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ............................. 164
xvi
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Empat Tahap Pengukuran Loyalitas Nasabah ....... 65
Gambar 3.1 Nilai Motif Agama ................................................. 91
Gambar 3.2 Tingkat Motif Agama ............................................ 93
Gambar 3.3 Menghindari Praktek Riba ..................................... 99
Gambar 3.4 Menerapkan Prinsip Keadilan ................................ 107
Gambar 3.5 Penerapan Nilai-nilai Agama Islam ....................... 113
Gambar 3.6 Nilai Motif Ekonomi .............................................. 117
Gambar 3.7 Tingkat Motif Ekonomi ......................................... 118
Gambar 3.8 Produk yang Memenuhi Kebutuhan Nasabah ........ 112
Gambar 3.9 Bagi Hasil Lebih Menguntungkan dari Bunga Bank 133
Gambar 3.10 Menghindari Terjadinya Negative Spread ........... 137
Gambar 4.1 Nilai Loyalitas Nasabah ......................................... 146
Gambar 4.2 Tingkat Loyalitas Nasabah .................................... 146
Gambar 4.3 Tingkat Kepuasan Pelanggan ................................. 148
Gambar 4.4 Tingkat Retensi Pelanggan .................................... 151
Gambar 4.5 Tingkat Perpindahan Pelanggan ............................. 153
Gambar 4.6 Tingkat Antusias Pelanggan .................................. 157
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara mayoritas Muslim terbesar di
dunia, dengan jumlah penganut agama Islam sebanyak 207.176.162
orang dari jumlah penduduk 237.641.326 jiwa, dan jika
dipersentasekan sebesar 87,18%.1 Sebagai negara mayoritas Muslim
terbesar, kesadaran masyarakat untuk menjalankan dan mematuhi
syariah Islam semakin meningkat. Penerapan nilai-nilai kesyariahan
dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya pada aspek sosial
masyarakat saja, tapi juga dalam aspek ekonomi dan keuangan. Oleh
karena itu kehadiran lembaga keuangan Islam diperlukan untuk
mendukung kegiatan transaksi ekonomi ummat agar tetap sejalan
dengan syariah Islam.
Banyak macam lembaga keuangan Islam di Indonesia.
Keragaman lembaga keuangan ini berdasarkan kegunaan dan fungsi
masing-masing lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan transaksi ekonomi masyarakat, baik dalam sektor non-
perbankan seperti asuransi syariah dan pegadaian syariah maupun
sektor perbankan. Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga
keuangan Islam yang sangat urgen untuk mendukung kegiatan
ekonomi ummat, karena bank syariah merupakan media perantara
dalam transaksi keuangan. Kegiatan perekonomian suatu negara
selalu berkaitan dengan lalu lintas pembayaran uang, dimana
industri perbankan mempunyai peranan yang sangat strategis, yakni
sebagai urat nadi sistem perekonomian. Dengan kata lain, perbankan
1Badan Pusat Statistik (BPS), Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, lihat di
www.sp2010.bps.go.id diakses tanggal 14 Januari 2014.
2 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
syariah mempunyai fungsi sebagai intermediary service, dimana
peran tersebut hanya dilaksanakan jika perbankan beroperasi dalam
keadaan sehat dan dalam lingkungan bisnis yang kondusif. 2
Perkembangan bank syariah di Indonesia saat ini semakin
pesat, didasari oleh meningkatnya kesadaran ummat akan kebutuhan
transaksi yang halal dan terhidar dari praktik riba.3 Daya tarik
perkembangan perbankan syariah pasca dikeluarkannya UU No.10
tahun 1998 menjadi perhatian yang sangat besar bagi masyarakat
Indonesia, sehingga menjadikan Indonesia sebagai the biggest and
the fastest growing Islamic banking market in the world. Banyak
masyarakat Indonesia yang tertarik dan akhirnya menjadi nasabah
bank syariah yang dari tahun ke tahun semakin bertambah, sehingga
2Dita Pertiwi dan Haroni Doli H.Ritonga, “Analisis Minat Menabung
Masyarakat pada Bank Muamalat di Kota Kisaran”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.1 No.1 (Desember, 2012) : 61.
3Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan (az-ziyadah),
berkembang (an-numuw), meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-‘uluw). Dengan
kata lain, riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan, dan pembesaran
atas pinjaman pokok yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam sebagai
imbalan karena menangguhkan sebagian modalnya selama periode waktu tertentu.
Lihat Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 3, Terj.Soeroyo, (Jakarta :
Dana Bhakti Wakaf, 1996), 83. Menurut Imam Taqiyuddin Abubakar Al-Husaini
mengatakan riba menurut syara’ berarti tambahan pada emas, perak, dan beberapa
makanan. Lihat Al-Imam Taqiyuddin Abubakar Al-Husain, Kifayatul Akhyar ,
Bina Ilmu, Surabaya, 1997, 17. Sedangkan menurut Muhammad Ibnu Abdullah
Ibnu Al-Arabi Al-Maliki dalam kitab Ahkam Al-Quran mengatakan bahwa
tambahan yang termasuk riba adalah tambahan yang diambil tanpa ada suat ’iwad
(penyeimbang atau pengganti) yang dibenarkan syariah. Demikian juga Imam
Sarakhi dalam kitab Al-Mabsut menyebutkan bahwa tambahan yang termasuk riba
adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya ‘iwad yang
dibenarkan dalam syariat atas penambahan tersebut. Sementara Badr Ad-Dien Al-
Yani dalam kitab Umdatul Qari’ mengatakan bahwa tambahan yang termasuk riba
adalah tambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil, lihat Heri
Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta : Penerbit Ekonosia FE UII, 2003), 10. Menurut Sayyid Sabiq dalam
kitab Fikih Sunnah, yang dimaksud riba adalah tambahan atas modal baik
penambahan itu sedikit atau banyak. Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, 1998, 89.
Lihat QS.Al-Baqarah ayat : 275.
Pendahuluan 3
semakin mendukung perkembangan perbankan syariah itu sendiri,4
dan diharapkan akan terus berkembang dengan adanya pembaharuan
undang-undang khusus bank syariah yaitu UU No.21 tahun 2008
tentang perbankan syariah. Namun, untuk menjaga kestabilan
perkembangan bank syariah, diperlukan loyalitas yang tinggi dari
nasabah. Oleh karena itu loyalitas nasabah menjadi sebuah
permasalahan khusus yang memerlukan perhatian lebih.
Loyalitas nasabah bagi bank syariah merupakan salah satu
faktor pendukung yang berperan penting dalam pengembangan dan
keberlangsungan bank syariah. Dengan memiliki nasabah yang
loyal, berarti bank syariah dapat terus menjalankan kegiatan
operasional perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan, dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya
loyalitas nasabah, diharapkan juga bank syariah dapat menghadapi
persaingan pangsa pasar yang terus meningkat. Terjadinya era “the
borderless world” (dunia tanpa batas), mau tidak mau, siap tidak
siap, perbankan syariah dihadapkan pada situasi yang tanpa batas
pula, dan harus mampu berkompetisi secara fair dengan perbankan
global. Artinya bank syariah harus siap mendapatkan nasabah yang
loyal dan mempertahankan loyalitas nasabahnya.5
Konsep tentang loyalitas nasabah bukanlah suatu yang baru
dalam dunia bisnis perbankan. Para pelaku bisnis telah lama
menyadari bahwa tanpa adanya nasabah loyal di perusahaan dapat
4Achmad Tavip Junaedi,dkk, “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan,
Keadilan dan Kepuasan Nasabah terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah : Studi
pada Nasabanh Bank Syariah Provinsi Riau”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume
10 Nomor 1 (Maret, 2012) : 162 . 5Maryam Idawati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah
Bank : Studi Kasus pada Business Centre PT.Bank Bali,Tbk”, Tesis Universitas
Indonesia, (Depok : 2001), 8. Lihat juga Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank
Muamalat Indonesia : Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya : Studi Kasus
Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia Cabang Sudirman”, Tesis Universitas
Indonesia, (Depok, 2005), 5.
4 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
menurunkan daya saing di pasaran.6 Fakta tercatat di AS, bahwa
sebuah perusahaan bisa saja kehilangan separuh pelanggannya hanya
dalam waktu lima tahun.7 Padahal untuk membangun loyalitas
pelanggan bukan perkara mudah dan dapat dilakukan dengan cepat
bahkan dalam kurun waktu lima tahun. Mempertahankan pelanggan
terbukti lebih efisien dibanding mencari pelanggan baru, karena
untuk mendapatkan pelanggan baru, berarti perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan promosi.8
Keuntungan memiliki nasabah yang loyal juga mengakibatkan
berkurangnya pengaruh serangan dari pihak kompetitor (perusahaan
lain yang sejenis, bergerak dalam bidang yang sama), tidak hanya
kompetisi dalam hal produk saja, tapi juga dalam hal persepsi
(image). Dengan persepsi yang dimiliki nasabah loyal, dapat
menangkal negative word of mouth. Riset yang dilakukan Technical
Assistance Research Program (TARP) menunjukkan bahwa
ketidakpuasan pelanggan berdampak pada beralihnya pelanggan
kepemasok lain, baik untuk produk sejenis maupun produk subtitusi.
Perusahaan yang gagal memuaskan pelanggannya akan menghadapi
masalah yang lebih pelik lagi karena dampak negative word of
mouth. Pelanggan yang puas cenderung lebih loyal, tidak mudah
tergoda untuk beralih kepemasok yang menawarkan harga lebih
murah, dan berpotensi menyebarluaskan pengalaman positifnya
kepada orang lain,9 hal ini berarti terjadi proses promosi secara tidak
6Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia
Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 5. 7Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect (Boston, Massachusetts, USA :
Harvard Business School Press, Harvard University, 1996), 1. 8Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 349. 9Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 344. Lihat juga Philip Kotler dan Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1 (Jakarta : Erlangga, 2008), 8.
Pendahuluan 5
langsung dari bank syariah. Oleh sebab itu mempertahankan
nasabah yang loyal harus menjadi prioritas bagi bank syariah, karena
mempertahankan nasabah loyal adalah cara yang lebih efesien bagi
pengembangan dan keberlangsungan bank syariah dari pada harus
mencari nasabah baru, walaupun pada kenyataannya
mempertahankan nasabah jauh lebih sulit dari pada mendapatkan
nasabah baru.10
Fakta bahwa menarik pelanggan baru jauh lebih
mahal daripada memper- tahankan pelanggan saat ini (pelanggan
lama) juga menjadi salah satu pemicu meningkatnya perhatian pada
kepuasan pelanggan.11
Mempertahankan loyalitas pelanggan (nasabah) bank syariah
memang tidak mudah, namun untuk mempertahankannya ada
beberapa aspek yang harus diperhatikan, aspek-aspek tersebut antara
lain meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap produk dan jasa
(customer satisfaction), meningkatkan hubungan masa kerja sama
antara pihak bank dengan pelanggan (customer retention),
mencegah terjadinya perpindahan pelanggan keperusahaan pesaing
(migration barrier), dan meningkatkan rasa kepemilikan pelanggan
terhadap perusahaan perbankan (customer enthusiasm).12
Kepuasan pelanggan merupakan aspek penting dalam industri
perbankan syariah, karena dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa
manusia (dalam kasus ini konsumen bank syariah yaitu nasabah)
adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha untuk
10Maryam Idawati, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah
Bank : Studi Kasus pada Business Centre PT.Bank Bali,Tbk”, Tesis Universitas
Indonesia, (Depok, 2001), i. 11Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 349. 12Farid Subkhan, Empat Tahap Mengukur Indeks Loyalitas, ditulis tanggal
21 Februari 2012, pukul 11:18 WIB. Lihat www.infobanknews.com/2012/02
/empat-tahap-mengukur-indeks-loyalitas/. Diakses tanggal 3 April 2015 pukul
16.00 WIB. Lihat juga http://www.markplusinc.com/ibla/sample-page/. Diakses
tanggal 1 Juni 2015, pukul 12.00 WIB.
6 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
memaksimalkan kepuasannya dan selalu bertindak rasional.13
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam teori dan
praktik pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan essensial bagi
aktivitas bisnis. Kepuasan pelanggan berkontribusi pada sejumlah
aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas pelanggan dan
meningkatnya reputasi perusahaan.14
Perbankan syariah dapat
mengupayakan loyalitas nasabah melalui pembentukan kepuasan
nasabah. Pembentukan kepuasan nasabah dapat dilakukan dengan
cara meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Menambah
variasi produk dan atau memperbaiki sistem pelayanan, semata-
mata dilakukan agar bank selalu dapat memberikan solusi bagi
kebutuhan dan keinginan nasabahnya untuk mencapai kepuasan
pelanggan yang optimal.15
Perbankan syariah yang bergerak
dibidang jasa dan pelayanan, dituntut untuk terus melakukan
perbaikan dalam memberikan layanan terbaik bagi nasabah.
Perbankan syariah harus memberikan pelayanan yang personalized
dan profesional, sehingga kepuasan nasabah dapat dipenuhi, hal ini
diperlukan agar dapat bersaing dengan perbankan konvensional.
Kepuasan nasabah perlu diperhatikan agar perbankan syariah dapat
tetap eksis dan berkompetisi dalam dunia perbankan yang tingkat
persaingannya semakin tinggi. Meningkatkan kualitas layanan
kepada nasabah berarti bank syariah harus dapat memenuhi
keinginan dan harapan nasabah. Pelayanan yang tinggi akan
menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi pula. Nasabah yang
13Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 14Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 348-349. 15Shinta Mustikarini, “Analisis Proses Pembentukan dan Jenis Loyalitas
terhadap Merek Melalui Kepuasan Layanan Bank : Studi Kasus di Bank BJB”,
Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2012), 5.
Pendahuluan 7
kepuasannya terpenuhi akan menciptakan loyalitas yang tinggi.16
Komitmen loyalitas yang tinggi dapat diupayakan bila nasabah
merasa puas pada satu bank. Nasabah yang puas akan menjadi
nasabah yang loyal, sedangkan nasabah yang tidak puas akan
berpindah pada bank lain.17
Perpindahan pelanggan atau yang biasa disebut dengan istilah
migration barrier juga merupakan salah satu aspek yang harus
diperhatikan dalam loyalitas pelanggan. Tingkat perpindahan
pelanggan harus dapat dikurangi dengan cara menganalisa dan
menemukan penyebab pelanggan beralih ke perusahaan perbankan
lain, sehingga dengan demikian, tingkat perpindahan pelanggan
dapat diminimisasi pada masa yang akan datang.18
Dalam
penelitiannya pada beberapa industri yang dilakukan di Amerika
Serikat, Reichheld dan Sasser menemukan bahwa pengurangan
tingkat perpindahan pelanggan sebesar 50% dapat menaikkan dua
kali lipat pertumbuhan perusahaan. Selain itu, mengurangi
perpindahan pelanggan sebesar 5% bisa menaikkan laba antara 25%-
85% tergantung pada perusahaan masing-masing.19
Mengurangi tingkat perpindahan pelanggan juga dapat
meningkatkan hubungan kerja sama bank dengan pelanggan
(customer retention), sehingga penggunaan ulang produk dan jasa
perbankan syariah akan lebih sering terjadi. Mempertahankan
16Achmad Tavip Junaedi,dkk, “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan,
Keadilan dan Kepuasan Nasabah terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah : Studi
pada Nasabanh Bank Syariah Provinsi Riau”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume
10 Nomor 1(Maret, 2012) : 165. 17Shinta Mustikarini, “Analisis Proses Pembentukan dan Jenis Loyalitas
terhadap Merek Melalui Kepuasan Layanan Bank : Studi Kasus di Bank BJB”,
Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2012), 3. 18Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian
(Yogyakarta : Penerbit Andi, 2014), 388-389. 19Frederick G.Reichheld and Jr.W.Earl Sasser, Zero Defection : Quality
Comes to Services, Harvard Business Review, Vol.68, No.1(September-October,
1998) : 105-111.
8 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
hubungan kerja sama dengan pelanggan yang sudah ada lebih efektif
dari pada harus mencari pelanggan baru. Menurut penelitian Clancy
dan Shulman, mengutamakan perekrutan pelanggan baru dibanding
mempertahankan pelanggan lama, merupakan tindakan yang keliru
besar, dan berorientasi jangka pendek. Hasil riset mereka
menunjukkan bahwa biaya mempertahankan seorang pelanggan
lama hanya sebesar 25% dari biaya mendapatkan pelanggan baru.
Peluang untuk mempertahankan seorang pelanggan lama lebih dari
60%, sementara probabilitas untuk mendapatkan seorang pelanggan
baru kurang dari 30%.20
Aspek penting lainnya dalam loyalitas pelanggan adalah rasa
kepemilikan pelanggan terhadap perusahaan yang disebut dengan
istilah customer enthusiasm. Pelanggan yang memiliki rasa
kepemilikan yang tinggi, merupakan aset penting bagi perusahaan,
karena dengan rasa kepemilikannya, seorang pelanggan secara tidak
langsung akan menjadi seorang duta besar perusahaan yang
berpotensi menyebarluaskan pengalaman positifnya dan bersedia
mengajak orang lain untuk menjadi pelanggan baru perusahaan
(gethok tular positif atau positive word of mouth). Menurut Murray
dan Raphel pelanggan tipe ini juga berpotensi untuk membeli setiap
produk keluaran terbaru perusahaan tanpa mempertimbangkan
tinggi rendahnya harga produk, karena mereka sudah sepenuhnya
percaya terhadap kualitas produk dan jasa yang ditawarkan
perusahaan.21
Berdasarkan pembahasan diatas diketahui bahwa loyalitas
pelanggan merupakan faktor penting dalam keberlangsungan
20Clancy and Shulman, The Death Wish Paradox, 1994, 104 dalam Fandy
Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian (Yogyakarta :
Penerbit Andi, 2014), 380. 21Murray and Raphel, Word of Mouth, 1995, dalam Fandy Tjiptono,
Pemasaran Jasa, : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian (Yogyakarta : Penerbit Andi,
2014), 381.
Pendahuluan 9
kegiatan operasional sebuah perusahaan (dalam kasus ini perusahaan
perbankan syariah). Loyalitas pelanggan (nasabah) dapat
dipertahankan dengan memperhatikan empat aspek di atas, yaitu
customer satisfaction, customer retention, migration barrier, dan
customer enthusiasm. Namun, untuk menjadi seorang pelanggan
(nasabah) yang loyal tentu ada alasan atau tujuan yang
melatarbelakangi nasabah tersebut sehingga bisa menjadi loyal.
Alasan dan tujuan nasabah ini dapat disebut juga dengan istilah
“motif”. Motif seorang nasabah dalam mengambil keputusan dan
melakukan tindakan didasari oleh tuntutan kebutuhan hidup mereka,
karena memang manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.22
Motif seorang nasabah dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya termasuk dalam kategori perilaku konsumen. Perilaku
konsumen dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan
seseorang dalam mencari, mendapatkan, menggunakan,
mengevaluasi, serta menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan
dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan hidup mereka.23
Perilaku konsumen didasari oleh berbagai tujuan atau motif.
Menurut Loudon dan Bitta, motif seorang konsumen dibagi menjadi
motif fisiologik dan motif psikogenik.24
Motif fisiologik meliputi
pemenuhan kebutuhan biologis individu secara langsung seperti
makanan, air, udara, rumah, pakaian, kesehatan dan seks. Sedangkan
kebutuhan psikogenik menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan
22Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga,
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 23Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 4. 24Loudon and Della Bitta, Consumer Behaviour : Concept and Application
(New York : Mcc.Graw Hill, 1995), 123.
10 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
psikologis seperti prestasi, status sosial, kekuasaan, rasa aman, dan
lain-lain.25
Berdasarkan pembagian motif di atas, dapat disimpulkan
bahwa motif seorang nasabah tetap loyal menggunakan bank syariah
juga didasari oleh motif fisiologik dan motif psikogenik. Motif
fisiologik berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi nasabah
atau dapat disebut juga dengan istilah “motif ekonomi”. Sedangkan
motif psikogenik berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan psikologi
nasabah. Salah satu kebutuhan psikologi adalah rasa aman. Sebagai
seorang Muslim, kebutuhan akan rasa aman tidak hanya diartikan
sebagai kebutuhan perlindungan dari serangan atau gangguan orang
lain saja, tetapi juga rasa aman dari murka Allah,swt. Jika Allah,swt
telah murka dan tidak ridho dengan perilaku seseorang, tentunya
kebutuhan rasa aman tidak akan terpenuhi, karena sudah pasti tidak
akan ada ketenangan dan ketentraman jiwa. Untuk menghindari
murka dan mendapatkan ridho Allah, seorang Muslim harus
berperilaku sesuai dengan ajaran dan tuntunan Islam. Perilaku
seseorang dengan tujuan untuk menghindari murka dan
mendapatkan ridho Allah ini dapat disebut dengan istilah “motif
agama”.
Penerapan nilai-nilai Islam harus tercermin dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam kehidupan bermuamalah. Salah satu
contoh kegiatan muamalah adalah transaksi perbankan. Dalam
melakukan transaksi perbankan seorang nasabah Muslim harus
memilih sistem perbankan yang sesuai dengan syariah Islam, seperti
sistem bagi hasil yang diterapkan dibank syariah. Penerapan sistem
bagi hasil ini dimaksudkan untuk menghidari praktik riba yang
terdapat dalam sistem bunga di bank konvensional. Konsep bagi
25Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 31-32. Lihat juga Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2011), 26.
Pendahuluan 11
hasil yang digunakan sebagai landasan dasar kegiatan operasional
bank syariah sejalan dengan ajaran Islam yang mengharamkan
praktik riba, hal ini bertolak belakang dengan konsep bunga yang
digunakan bank konvensional yang sama saja dengan riba. Islam
melarang penerapan praktik riba karena jelas riba membawa
kemud}aratan bagi umat. Perbankan konvensional dengan sistem
bunganya terbukti gagal membawa perekonomian Indonesia kearah
yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya efek negatif
yang timbul akibat sistem bunga yang diterapkan pada bank
konvensional terhadap inflasi, investasi, produksi, pengangguran,
dan kemiskinan hingga memporak-porandakan hampir semua aspek
sendi kehidupan ekonomi dan sosial politik.26
Berdasarkan
pemikiran dan kepercayaan inilah nasabah bank syariah yang
mayoritas muslim diharapkan akan tetap loyal terhadap perbankan
syariah, karena membangun kepercayaan pelanggan (nasabah)
merupakan langkah penting dalam memperkuat pertahanan terhadap
pergeseran pelanggan (nasabah).27
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin menganalisis apakah
kedua motif (motif ekonomi dan motif agama) tersebut berpengaruh
terhadap loyalitas nasabah bank syariah dan ingin membandingkan
manakah di antara kedua motif tersebut yang paling dominan
mempengaruhi loyalitas nasabah bank syariah, apakah karena tujuan
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi (motif ekonomi) atau karena
tujuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis yaitu ketaatan
beragama (motif agama) yang menjadi alasan utama nasabah
menggunakan jasa bank syariah dan loyal terhadap suatu bank
syariah.
26Machmud dan Amir Rukmana, Bank Syariah : Teori, Kebijakan dan Studi
Empiris di Indonesia (Jakarta : Gramata Publishing, 2010), 6. 27Jill Griffin, Taming the Search and Switch Customer : Earning Customer
Loyalty in a Compulsion to Compare World, 1st edition (San Francisco, USA :
Jossey Bass Publishing, 2009), 153.
12 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka
permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana peran loyalitas nasabah dalam mempertahankan
keberlangsungan kegiatan operasional sebuah perusahaan?
b. Apakah kinerja perusahaan perbankan syariah juga
berpengaruh terhadap loyalitas nasabah?
c. Bagaimana strategi mempertahankan loyalitas nasabah?
d. Apa kendala bank syariah dalam mempertahankan loyalitas
nasabah?
e. Bagaimana cara menarik minat nasabah yang tidak loyal?
f. Apakah seorang nasabah yang menggunakan produk dan jasa
layanan bank syariah memiliki motif tertentu?
g. Apakah dalam diri setiap nasabah bank syariah memiliki
motif agama saja atau motif ekonomi saja, atau keduanya?
h. Apakah ada pengaruh antara motif agama dan motif ekonomi
dalam penggunaan jasa dan layanan terhadap loyalitas
nasabah di bank syariah?
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, maka
dibuat batasan-batasan masalah sebagai berikut:
a. Objek penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bengkulu yang beralamat di Jl.S.Parman, Padang Jati, Kota
Bengkulu.
b. Koresponden dalam penelitian ini adalah nasabah Bank
Muamalat Indonesia cabang Bengkulu.
c. Fokus permasalahan yang diteliti adalah loyalitas nasabah
Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu, dan motif apa
Pendahuluan 13
yang paling dominan mempengaruhi loyalitas nasabah antara
motif agama atau motif ekonomi.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi dan pembatasan masalah di
atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Apakah motif agama dan motif ekonomi seorang nasabah
dapat mempengaruhi loyalitasnya dalam menggunakan jasa
dan layanan perbankan di bank syariah?
b. Manakah di antara kedua motif tersebut (motif agama atau
motif ekonomi) yang lebih dominan mempengaruhi loyalitas
nasabah di bank syariah?
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dari paparan mengenai penelitian yang pernah di tulis dengan
tema yang senada maka dapat disimpulkan bahwa posisi penelitian
ini memiliki perbedaan yang signifikan dengan penelitian-penelitian
terdahulu. Penelitian ini merupakan studi perbandingan antara dua
motif yang dianggap dapat mempengaruhi loyalitas nasabah bank
syariah yaitu motif agama dan motif ekonomi.
Penelitian yang dilakukan Metawa dan Almossawi,
menyatakan bahwa faktor utama nasabah mempertahankan
hubungannya atau tetap loyal pada bank syariah adalah ketaatan
mereka terhadap prinsip syariah. Mereka melakukan studi yang
dirancang untuk menyelidiki perilaku nasabah bank syariah di
negara bagian Bahrain. Sampel penelitian terdiri dari 300 pelanggan.
Sebuah analisis profil yang komprehensif dan serangkaian tes chi-
square dilakukan untuk mengungkapkan karakteristik nasabah.
Responden yang diteliti mayoritas nasabah yang berpendidikan
sekitar 80%, berumur antara 25-50 tahun, lebih dari 50% dari
nasabah yang disurvei telah mempertahankan hubungan perbankan
mereka saat ini dengan bank syariah selama lebih dari enam tahun,
14 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
penggunaan produk yang cukup tinggi oleh nasabah untuk rekening
tabungan, giro, rekening investasi dan anjungan tunai mandiri.
Produk atau jasa perbankan yang paling memuaskan nasabah adalah
rekening investasi, mendapat skor kepuasan tertinggi. Sedangkan
untuk survei alasan nasabah dalam pemilihan bank adalah kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip Islam, diikuti dengan tingkat pengembalian
keuntungan (pendapatan).28
Penelitian Nasser, Jamal, dan Al-Khatib yang menilai tingkat
kesadaran dan kepuasan pelanggan terhadap bank Islam di Yordania.
Sampel 206 responden mengambil bagian dalam penelitian ini.
Tanggapan responden mengungkapkan bahwa mereka memilih bank
syariah karena mereka puas dengan banyaknya fasilitas dan produk
bank syariah, walaupun sebagian responden juga mengaku tidak
puas dengan pelayan bank syariah, tapi hal itu justru membuktikan
bahwa nasabah yang tidak puas tersebut tetap memilih bank syariah
karena kepatuhan mereka terhadap syariat Islam.29
Penelitian yang dilakukan oleh Faisal Saleh dalam Tesis yang
berjudul “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-
faktor yang mempengaruhinya” (Studi Kasus Bank Muamalat
Indonesia cabang Sudirman). Dari hasil penelitian Faisal Saleh
disimpulkan bahwa faktor yang paling signifikan mempengaruhi
loyalitas nasabah BMI cabang Sudirman adalah faktor syariah.
Faktor syariah merupakan variabel independen yang memiliki
kolerasi paling berpengaruh dibanding faktor lainnya. Faisal Saleh
membandingkan 10 variabel independen yang dianggap dapat
mempengaruhi loyalitas nasabah bank syariah, antara lain, faktor
28Saad.A.Metawa and Mohammed Almossawi, “Banking Behavior of
Islamic Bank Customers : Perspective and Implication”, International Journal of Bank Marketing Vol.16 No.7 (1998) : 299-313.
29Kamal Naser, Ahmad Jamal, Khalid Al-Khatib, “Islamic Banking : A
Study of Customer Satisfaction and Preference in Jordan”, International Journal of Bank Marketing Vol.17 No.2 & 3 (1999) : 135-151.
Pendahuluan 15
syariah yang merupakan landasan dasar prinsip operasional bank
syariah, konsep marketing mix 4P dan 7P (Product, Price, Place,
Promotion, People, Process, Physical Evidence), dan konsep loyalty
based cycle of growth yang mengungkapkan 2 faktor lain yang
mempengaruhi loyalitas nasabah yaitu loyalitas karyawan dan
loyalitas investor. Dari seluruh faktor yang dibandingkan yang
memiliki kolerasi signifikan pada level 0,01 secara berurutan adalah
faktor syariah sebesar (0,352), promosi (0,343), proses (0,317),
produk (0,308), SDM (0,268) dan harga (0,232). Sedangkan yang
signifikan pada level 0,05 adalah loyalitas karyawan (0,191), fisik
(0,189) dan lokasi (0,172). Semua variabel tersebut bertanda positif
yang menunjukkan bahwa semakin tinggi/meningkatnya variabel-
variabel tersebut, maka akan tinggi juga loyalitas nasabah.
Sedangkan variabel loyalitas investor menunjukkan kolerasi yang
tidak signifikan dengan loyalitas nasabah. 30
Hal ini berarti faktor
yang paling berpengaruh terhadap loyalitas nasabah BMI cabang
Sudirman adalah tingkat religiusitas (religious motive) yang
ditunjukkan dengan ketaatan mereka (nasabah) terhadap syariah
(hukum Islam).
Penelitian Faisal Saleh ini didukung oleh penelitian Amin
Kuneifi Elfachmi dalam Disertasi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Latar Belakang Religiusitas, Tingkat Sosial Ekonomi dan
Rasionalitas terhadap Kepuasan serta Loyalitas Nasabah BNI
Syariah Cabang Malang”, yang menyatakan bahwa faktor utama
nasabah mempertahankan hubungannya atau tetap loyal pada bank
syari'ah adalah ketaatan mereka terhadap prinsip-prinsip syari'ah.
Nasabah memutuskan untuk tetap mempertahankan bank syari'ah
berkaitan dengan masalah keimanan dan keyakinan terhadap
pengharaman riba bagi umat Islam. Hal ini didasari oleh faktor
30Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia
Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 119.
16 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
agamis yang ada pada diri nasabah yaitu adanya pemahaman
terhadap agama yang dianut; merasa yakin bahwa yang dilakukan
tidak bertentangan dengan agama atau sesuai dengan perintah
agama; memahami bahwa menabung diperbankan syari'ah
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kesenjangan
ekonomi dimasyarakat. Nasabah yang memilih bank syari'ah adalah
keuntungan emosional (emotional benefit). Hasil penelitian
menunjukkan religiusitas, tingkat sosial ekonomi dan rasionalitas
berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas nasabah. Temuan ini
menunjukkan bahwa secara empiris kepuasan dan loyalitas nasabah
menggunakan jasa Bank Syari'ah di Indonesia ditentukan oleh
variabel religiusitas, tingkat sosial ekonomi dan rasionalitas
nasabah.31
Selain itu, penelitian lain yang mendukung Faisal Saleh
adalah penelitian Saduman Okumus dan Elif Guneren Genc yang
berjudul “Interest Free Banking in Turkey : A Study of Costumer
Satisfaction and Bank Selection” membuktikan bahwa berdasarkan
hasil sampel dari 281 responden, sebagian besar responden
menyatakan keyakinan agama sebagai faktor utama yang paling
penting dalam memilih jasa perbankan yang digunakan. Penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui kesadaran nasabah terhadap
produk dan layanan bebas bunga dan menentukan kriteria dalam
memilih bank serta kepuasan nasabah terhadap produk dan jasa
keuangan. Berdasarkan temuan empiris penelitian ini juga
menyatakan bahwa rendahnya tingkat kepuasan nasabah
dikarenakan terbatasnya jumlah cabang, kurangnya ketersediaan
31Amin Kuneifi Elfachmi, “Analisis Pengaruh Latar Belakang Religiusitas,
Tingkat Sosial Ekonomi dan Rasionalitas terhadap Kepuasan serta Loyalitas
Nasabah BNI Syariah Cabang Malang”, Disertasi, Program Studi Pendidikan
Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, (Malang, 2012), i.
Pendahuluan 17
berbagai kredit dengan syarat yang menguntungkan dan komisi
layanan administrasi yang tinggi.32
Sedangkan dalam penelitian Samsudin yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah
untuk Menggunakan Jasa Bank Syariah Mandiri” (Studi Kasus pada
nasabah Bank Syariah Mandiri cabang Thamrin) mengungkapkan
bahwa, faktor dominan yang mempengaruhi nasabah untuk
menggunakan jasa Bank Syariah Mandiri adalah faktor fasilitas dan
pelayanan yang terdiri dari 5 atribut faktor, yaitu faktor fasilitas
banyaknya cabang BSM diberbagai daerah, faktor fasilitas
banyaknya jaringan ATM BSM, faktor fasilitas sarana pelayanan
transaksi perbankan yang lengkap, faktor pelayanan yang cepat dari
karyawan/karyawati BSM dan faktor pelayanan yang ramah dari
karyawan/karyawati BSM. Faktor syariah ternyata bukan
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi nasabah untuk
menggunakan jasa BSM sebagaimana dugaan awal (hipotesis)
Samsudin. Selain itu, Samsudin juga mengungkapkan adanya faktor
lain yang mempengaruhi keputusan nasabah menggunakan jasa
BSM yaitu karekteristik nasabah yang berhubungan dengan agama,
umur, pendidikan, pekerjaan, dan jenis kelamin.33
Hal ini berarti
menyatakan bahwa, kepuasan nasabah (motif ekonomi) lebih
dominan mempengaruhi loyalitas nasabah Bank Syariah Mandiri
cabang Thamrin dibandingkan ketaatan mereka akan nilai-nilai
kesyariahan yang terdapat pada bank syariah (motif agama).
Penelitian yang dilakukan Samsudin ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Fa>ris Mahmu>d Abu> Mu’ammar, yang
32Saduman Okumus dan Elif Guneren Genc, ”Interest Free Banking In
Turkey : A Study Of Customer Satisfaction and Bank Selection”, European Scientific Journal, Vol.9, No.16 (June 2013) : 144.
33Samsudin, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Nasabah untuk Menggunakan Jasa Bank Syariah Mandiri : Studi Kasus pada
nasabah Bank Syariah Mandiri cabang Thamrin”, Tesis Universitas Indonesia,
(Depok, 2004), 156.
18 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
mengatakan dalam karya tulisnya, yang berjudul Qiya>s al-Khidmah
al-Mas}rafi@yah fi@ al-Bunu>ki al-‘A@milah fi@ Qat}a>’I Ghazah,
menyatakan bahwa memahami harapan nasabah adalah sangat
penting untuk memberikan kualitas layanan perbankan yang lebih
baik untuk mencapai kepuasan nasabah. Pengukuran kualitas
layanan dan persepsi nasabah dari layanan ini dianggap sebagai
pendekatan utama untuk pengembangan dan peningkatan kualitas
layanan perbankan. Temuan ini juga menunjukkan hubungan yang
signifikan antara kepuasan nasabah dan kualitas layanan yang
disediakan. Selain itu, transaksi terus menerus akan dilakukan
nasabah dengan bank dan kesetiaan (loyalitas) mereka tergantung
pada kualitas layanan yang disediakan bank.34
Selain itu penelitian Samsudin juga didukung penelitian
Kha>lid S}a>lih} ‘Abu>d, yang berjudul Qiya>s Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an
Jawdah al-Khidma>t al-Mas}rafi@yah al-Isla>mi@yah (Dira>sah
Mayda>ni@yah ‘ala Bank Su>ri@yah al-Dawli@ al-Isla>mi), yang
menyatakan bahwa mempersempit kesenjangan antara harapan
nasabah dan tingkat kualitas layanan perbankan dapat memenuhi
kepuasan nasabah. Karena ketidakpuasan nasabah terhadap beberapa
layanan bank syariah akan berdampak terhadap loyalitas nasabah
yang mengakibatkan perpindahan nasabah ke bank lain.35
Hasil serupa diperoleh Sa>m ‘Abdu Al-Qa>dir, dalam penelitian
yang berjudul Al-‘Awa>mil Al-Mu’athirah fi@ Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an
Khidma>ti al-Mas}a>rif al-Isla>mi@yah fi@ Falist}i@n, yang menyatakan
bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari dimensi layanan
perbankan syariah yang berkualitas terhadap variabel kepuasan
34Fa>ris Mahmu>d Abu> Mu’ammar, “Qiya>s al-Khidmah al-Mas}rafi@yah fi@ al-
Bunu>ki al-‘A@milah fi@ Qat}a>’I Ghazah”, Majallah al-Ja>mi’ah al-Isla>mi@yah, silsilah al-Dira>sa>t al-Insa>ni@yah, al-Majallad 13, al-‘Adad 1, (Yu>niyu> 2005) : 77.
35Kha>lid S}a>lih} ‘Abu>d, “Qiya>s Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an Jawdah al-Khidma>t al-
Mas}rafi@yah al-Isla>mi@yah : Dira>sah Mayda>ni@yah ‘ala Bank Su>ri@yah al-Dawli@ al-
Isla>mi@”, Majallah Ja>mi’ah Damishqa lil’Ulu>m al-Iqtis}a>di@yah wal Qa>nu>ni>yah, al-
Mujallad 28, al-‘Adad 2, (2012)} : 551.
Pendahuluan 19
nasabah dibeberapa bank syariah di Palestina. Setelah meneliti
beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah (masing-
masing secara terpisah), hasilnya menunjukkan pengaruh yang
paling signifikan secara statistik adalah kuliatas layanan perbankan,
dibanding dari variabel independen lain yaitu kepercayaan dan citra
bank syariah.36
Lain halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maryam Idawati dalam Tesis yang berjudul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Loyalitas Nasabah Bank” (Studi Kasus pada
Business Centre PT.Bank Bali,Tbk) menyatakan bahwa faktor yang
paling mempengaruhi loyalitas nasabah bank adalah faktor loyalitas
karyawan dan loyalitas pemilik yang merupakan konsep “Loyalty
Based Cycle of Growth”, dan faktor promosi dalam konsep
Marketing Mix (Bauran Pemasaran). Maryam Idawati
membandingkan sembilan variabel bebas yang dianggap dapat
mempengaruhi loyalitas nasabah, antara lain 2 faktor dalam konsep
Loyalty Based Cycle of Growth yaitu loyalitas karyawan dan
loyalitas pemilik serta konsep Marketing Mix 4P dan 7P (Product,
Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence). Hasil
penelitian Maryam Idawati menyatakan hanya satu faktor saja
dalam konsep Marketing Mix yang berpengaruh secara kuat
(signifikan pada level 0,01) terhadap loyalitas nasabah yaitu faktor
promosi.37
Sedangkan dalam Tesis Shinta Mustikarini yang berjudul
“Analisis Proses Pembentukan dan Jenis Loyalitas terhadap Merek
Melalui Kepuasan Layanan Bank” (Studi Kasus di Bank BJB)
36Sa>m ‘Abdu Al-Qa>dir, “Al-‘Awa>mil Al-Mu’athirah fi@ Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an
Khidma>ti al-Mas}a>rif al-Isla>mi@yah fi@ Falist}i@n”, Majallah al-Urduni@yah fi@ al-‘A’ma>l, al-Mujallad 8, al-‘Adad 2, (2012)} : 236.
37Maryam Idawati, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah
Bank : Studi Kasus pada Business Centre PT.Bank Bali,Tbk”, Tesis Universitas
Indonesia, (Depok, 2001), 130.
20 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
membuktikan bahwa yang membentuk loyalitas terhadap bank
adalah kepuasan nasabah melalui beberapa atribut antara lain, 1)
atribut yang berhubungan dengan produk seperti ; tingkat suku
bunga, produk yang sesuai kebutuhan nasabah, hadiah langsung,
teknologi tinggi, 2) atribut yang berhubungan dengan pelayanan
seperti ; pelayanan yang cepat dan akurat, fasilitas pendukung
(ATM, lokasi bank, kebersihan), biaya administrasi yang murah,
persyaratan yang mudah 3) atribut yang berhubungan dengan
pembelian seperti ; rekomendasi dari orang yang dikenal, tingkat
suku bunga tinggi, tenaga pemasar (personal selling), kredibilitas
bank yang bersangkutan.38
Dari paparan beberapa penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya dengan tema yang serupa maka dapat disimpulkan
bahwa, posisi penelitian ini memiliki perbedaan yang signifikan
dengan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini
menitikberatkan pada analisa besar pengaruh motif seorang nasabah
terhadap loyalitasnya menggunakan bank syariah dan perbandingan
antara dua motif (motif agama dan motif ekonomi) yang dianggap
dapat mempengaruhi loyalitas nasabah bank syariah.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis motif agama dan motif ekonomi nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dalam
menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah.
b. Untuk mengukur besar pengaruh motif agama dan motif
ekonomi terhadap loyalitas nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu.
38Shinta Mustikarini, “Analisis Proses Pembentukan dan Jenis Loyalitas
terhadap Merek Melalui Kepuasan Layanan Bank : Studi Kasus di Bank BJB”,
Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2012), 97-104.
Pendahuluan 21
c. Untuk membandingkan kedua motif tersebut (motif agama
dan motif ekonomi) yang paling dominan mempengaruhi
loyalitas nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu.
E. Manfaat atau Signifikansi Penelitian
Penelitian ini memiliki signifikansi dan manfaat antara lain
sebagai berikut :
1. Secara teoritis penelitian ini sebagai kontribusi atau
sumbangsih untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang Ekonomi Islam khususnya keuangan dan perbankan
syariah.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
atau bahan pertimbangan bagi praktisi ekonomi syariah dan
para akedemisi dalam menyikapi permasalahan yang ada di
masyarakat terutama dalam perkara perbankan syariah.
F. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Bank Muamalat Indonesia cabang
Bengkulu yang beralamat di Jl.S.Parman, Padang Jati, Kota
Bengkulu. Penelitian ini penulis laksanakan pada bulan Juni sampai
dengan bulan Agustus tahun 2014, dilanjutkan pada bulan Januari
sampai dengan Maret tahun 2015.
2. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah Field
Reseach (Penelitian Lapangan) yaitu penelitian dengan cara
melakukan pengamatan langsung akan pengaruh motif agama dan
motif ekonomi terhadap loyalitas nasabah Bank Muamalat
Indonesia cabang Bengkulu yang akan diolah dengan metode
kuantitatif berdasarkan perolehan angket dari para responden.
22 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Penelitian ini termasuk jenis penelitian gabungan, dari kuantitatif
dan kualitatif. Penelitian kuantitatif memiliki variabel-variabel yang
telah ditetapkan kemudian diberikan penjelasan teoritis dan dibuat
rumusan hipotesis yang harus dibuktikan (empiris). Melalui proses
inilah kesimpulan dapat dihasilkan. Penelitian kuantitatif sangat
tinggi tingkat kepastian atau akurasinya.39
Sedangkan penelitian
kualitatif adalah penelitian secara natural atau alamiah, mendekati
objdek penelitian dengan pikiran yang murni (grounded) dan
interpretasinya dipengaruhi oleh peristiwa nyata. Penelitian ini
dapat mengungkapkan keunikan dari setiap individu, kelompok,
masyarakat, maupun organisasi tertentu dalam kehidupan sehari-
hari secara konprehensif dan terperinci.40
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu dengan cara
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan angket
sebagai instrumen pengumpul data primer.41
Tujuan dari metode
survei adalah untuk membedah dan menguliti masalah-masalah
sehingga menemukan pembenaran terhadap keadaan dan kegiatan
yang sedang berlangsung.42
Penelitian survei dilakukan dengan
menggunakan data sampel. Sampel yang diambil diharapakan dapat
mewakili maupun menggambarkan situasi dan keadaan dari
populasi. Oleh sebab itu, hendaknya sampel yang diambil
merupakan sampel yang representatif, sehingga hasil penelitian yang
39Nusa Putra, Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi (Jakarta : Penerbit
Indeks, 2011), 17. 40Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rineka
Cipta, 2008), 21-23. 41Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta
: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), h.3. 42Moh.Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), 56.
Pendahuluan 23
didapatkan akan lebih akurat.43
Penelitian survei dengan
menggunakan instrumen angket (questionnary) memiliki beberapa
keunggulan, seperti daftar pertanyaan responden dapat disusun
sesuai dengan kebutuhan penelitian, serta data yang terkumpul
dapat diperiksa kembali apakah sudah memenuhi syarat untuk
diolah atau belum layak.44
Selain menggunakan metode penelitian
survei, penelitian ini juga menggunakan Case method. Tujuan
penggunaan Case method adalah untuk memahami karakteristik
individu dan lembaga tertentu secara mendalam.45
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berbagai
atas dua macam, antara lain :
a. Data Primer
Data primer yang peneliti kelola merupakan hasil perolehan
data dari penyebaran angket atau kuesioner yang diisi
langsung oleh nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bengkulu yang menjadi responden penelitian. Selain itu,
perolehan data juga berasal dari hasil wawancara penulis
terhadap nasabah Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu
secara langsung dari lokasi penelitian.
b. Data Sekunder
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder berupa buku-
buku rujukan tentang perbankan syariah dan buku manajemen
pemasaran yang berkenaan dengan teori loyalitas pelanggan
43Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 15-16. 44Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam
(Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 80. 45Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rineka
Cipta, 2008), 52-54.
24 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
serta buku perilaku konsumen yang berkaitan dengan teori
motif dan motivasi. Data dalam penelitian ini juga ditunjang
dengan artikel dan karya ilmiah, jurnal lokal dan
internasional, data internet, maupun sumber-sumber data
lainnya yang berhubungan dan dapat menunjang penelitian
ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan (Observation)
Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung bagaimana
perilaku nasabah bank syariah pada lembaga perbankan
syariah terkait yaitu Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bengkulu, lokasi dilaksanakannya penelitian.
b. Angket (Questionnary)
Penelitian ini memperoleh data dari hasil pengisian angket
tentang motif agama, motif ekonomi dan loyalitas nasabah
yang dilakukan langsung oleh nasabah responden Bank
Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. Angket atau
kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan
menggunakan pernyataan atau pertanyaan tertulis untuk
memperoleh informasi dari responden.46
Pada penelitian
survei, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok
untuk pengumpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner
adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
46Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam
(Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 79.
Pendahuluan 25
tujuan survei dan memperoleh informasi dengan reliabilitas
dan validitas setinggi mungkin.47
c. Wawancara (Interview)
Sebagai pelengkap untuk memperoleh data maka penulis
melakukan wawancara tentang tujuan menggunakan produk
dan jasa layanan Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.
Wawancara adalah instrumen yang baik untuk meneliti
tentang bagaimana pendapat, keyakinan, motivasi, perasaan,
dan proyeksi seseorang terhadap masa yang akan datang.48
Wawancara juga merupakan salah satu bagian terpenting dari
setiap survei. Tanpa adanya wawancara, peneliti akan
kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan
bertanya langsung kepada responden. Data seperti ini
merupakan data pokok dalam suatu penelitian survei.49
d. Dokumentasi (Documentation)
Penulis juga mengumpulkan data-data statistik, arsip-arsip,
modul, artikel, dan buku-buku maupun karya ilmiah lainnya
yang berhubungan dengan penelitian ini.
6. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
a. Populasi
47Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta
: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 175. 48Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam
(Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 83.
49Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta
: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 192.
26 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Populasi merupakan sekelompok objek yang dijadikan sasaran
penelitian.50
Populasi juga dapat diartikan dengan sekelompok
orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu.51
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu
yang beralamat di Jl.S.Parman, Padang Jati, Kota Bengkulu.
Populasi diambil dari jumlah nasabah BMI Cabang Bengkulu
dari tahun 2003-2014 sebanyak 51.000 orang.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil berdasarkan suatu teknik tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya.52
Jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 300 responden nasabah
Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. Sampel diambil
berdasarkan teori Isaac dan Michael tergantung pada tingkat
kesalahannya 1%, 5%, atau 10%.53
Penelitian ini dilakukan
dengan tingkat kesalahan 10%.
c. Teknik Sampling
Sampling merupakan sebuah prosedur atau cara untuk
memilih sampel dari sebuah unit yang ada dalam populasi.54
50M.Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta : Kencana,
2008), 141. 51Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 63. 52Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam
(Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 113. 53Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung :
Alfabeta, 2006), 96-98. 54Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 63.
Pendahuluan 27
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.55
Persyaratan responden dalam penelitian ini yaitu, seorang
Muslim, berusia min.20 tahun, saldo tabungan min Rp
1.000.000,- masa menabung min.1 tahun.
7. Variabel dan Skoring
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Variabel
Variabel Indikator Butir Jumlah
(X1)
Motif
Agama
1. Menghindari riba
2. Berlandaskan prinsip
keadilan
3. Penerapan nilai-nilai
Islam
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8,
9, 10, 11,
12, 13,
14, 15
15
(X2)
Motif
Ekonomi
1. Produk dan jasa yang
dapat memenuhi
kebutuhan nasabah
2. Persentase nisbah bagi
hasil lebih besar dari pada
bunga bank
3. Lebih aman dari krisis
ekonomi global
16, 17, 18,
19, 20, 21,
22, 23, 24,
25, 26, 27,
28, 29, 30
15
55Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta
: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 169.
28 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
(Y)
Loyalitas
Nasabah
1. Kepuasan nasabah
2. Retensi nasabah
3. Perpindahan nasabah
4. Antusias nasabah
31, 32, 33, 34,
35, 36,
37, 38, 39, 40,
41, 42,
43, 44, 45, 46
16
T o t a l 46
Cara yang paling sering digunakan dalam menentukan skor
adalah dengan menggunakan skala Likert.56 Skala ini dikembangkan
oleh Rensis Likert, dengan meminta responden untuk menunjukkan
sikapnya terhadap pernyataan tentang suatu objek.57
Jarak responsi
yang lebih besar membuat skala Likert memberikan keterangan
yang lebih nyata dan jelas tentang sikap responden.58
Tabel 1.2 Aturan Skoring
Pernyataan Pilihan Jawaban
TP JR KK SR SL
Positif 1 2 3 4 5
Negatif 5 4 3 2 1
Keterangan :
TP = Tidak Pernah SR = Sering
JR = Jarang SL = Selalu
KK = Kadang-kadang
56Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta
: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 111. 57Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 78. 58Moh.Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), 340.
Pendahuluan 29
8. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat mengukur
suatu objek penelitian dengan seakurat mungkin.59
Untuk itu,
diperlukan dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum instrumen
tersebut digunakan.
a. Uji Validitas
Tujuan dari dilakukannya uji validitas adalah untuk
menunjukkan sejauh mana suatu instrumen/kuesioner dapat
mengukur apa yang ingin diukur.60
Jadi, uji validitas
menunjuk kepada ketepatan dan kecermatan instrumen dalam
menjalankan fungsi pengukurannya.61
b. Uji Reliabilitas
Tujuan dari dilakukannya uji reliabilitas adalah untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten
apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama
pula.62
Menurut Kaplan dan Saccuzzo (1993) koefisien
reliabilitas Alpha Cronbach yang besarnya antara 0,70 – 0,80
dianggap baik untuk digunakan.63
59Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 45. 60Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta
: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 124. 61Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 57. 62Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif : Dilengkapi dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS (Jakarta : Kencana, 2014), 55. 63Ety Rochaety,dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), 56.
30 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
9. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Interpretasi
dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan kesimpulan
peneliti lain dan menghubungkan kembali hasilnya dengan teori.89
a. Analisis Data Kuantitatif
1) Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah syarat uji statistik yang harus
dilakukan sebelum melakukan regresi linier berganda.
Dalam uji asumsi klasik, yang perlu dilakukan antara lain
uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokolerasi uji
heterokedasitas dan uji linieritas.
2) Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda dilakukan jika terdapat
beberapa variabel independen (variabel bebas) yang
mempengaruhi variabel dependen (variabel terikat). Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel independen, yaitu X1
Motif Agama dan X2 Motif Ekonomi.
b. Analisis Data Kualitatif
Data-data yang telah terkumpul dan diolah secara kuantitatif
selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan metode
kualitatif kemudian disimpulkan secara deduktif, yaitu
menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum ke
khusus. Sehingga pemahaman hasil penelitian dapat dengan
mudah dimengerti dan dipahami.
G. Sistematika Penulisan
Tesis ini dipaparkan dalam lima bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
Pendahuluan 31
BAB I: Merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, studi terdahulu yang relevan, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: Merupakan landasan teori tentang loyalitas,
religiusitas dan perilaku konsumen, yang membahas hubungan
antara religiusitas dan pengaruhnya terhadap motif seseorang,
membahas hubungan antara perilaku konsumen, kebutuhan dan
motif, serta pemaparan tentang konsep loyalitas.
BAB III: Merupakan hasil analisis data tentang motif nasabah
menggunakan produk dan jasa layanan Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu, yang terbagi dalam dua kategori yaitu motif
agama dan motif ekonomi. Pembahasan motif agama mencakup
tentang menghindari larangan riba, konsep keadilan, dan penerapan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
BAB IV: Merupakan hasil analisis data loyalitas nasabah
Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu, yang memaparkan
tentang tolak ukur seorang nasabah dapat dikategorikan loyal,
antara lain pengukuran kepuasan nasabah, retensi nasabah,
perpindahan nasabah, dan antusias nasabah.
BAB V : Merupakan bagian akhir atau penutup dari penelitian
ini yang meliputi kesimpulan dan saran.
33
BAB II
Diskursus Religiusitas,
Perilaku Konsumen dan Loyalitas
ada bab ini akan dipaparkan teori-teori, tolak ukur, dan
parameter tentang religiusitas, perilaku konsumen dan
konsep loyalitas. Pemaparan teori tentang religiusitas dalam
penelitian ini dimaksudkan sebagai landasan dasar munculnya motif
agama seseorang. Penulis melihat adanya indikasi hubungan antara
tingkat religiusitas dengan motif agama seseorang. Dengan tingkat
religiusitas yang tinggi, akan mempengaruhi pola pikir, keputusan
dan tindakan setiap individu. Seseorang yang religius akan memiliki
tujuan dan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan agama
yang dianutnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang erat antara tingkat religiusitas dengan motif agama seseorang.
Sedangkan teori perilaku konsumen dibahas dan dipaparkan pada
bab ini dikarenakan motif ekonomi seseorang didasari karena
perilakunya sebagai seorang konsumen atau pelaku kegiatan
ekonomi, yang dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa setiap
individu atau pelaku ekonomi akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam menjalankan kegiatan perekonomian.
Konsep tentang loyalitas juga dipaparkan dalam bab ini dikarenakan
sebagai landasan teori dan tolak ukur pengukuran loyalitas nasabah
pada lembaga perbankan syariah.
A. Pengaruh Agama dan Religiusitas terhadap Motif Individu
Kajian tentang religiusitas termasuk dalam bidang ilmu
psikologi, sehingga tujuan dari kajian ini adalah untuk menganalisis
hubungan antara manusia dan perilakunya. Dengan semakin
P
34 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
banyaknya kajian tentang religiusitas, pada akhirnya dibentuklah
cabang ilmu psikologi agama.1 Tujuan dari ilmu psikologi agama
adalah untuk membantu manusia memahami bagaimana cara
berperilaku, berpikir, dan mengedepankan nilai-nilai keagamaan
nya.2 Religiusitas (religiousity) berasal dari kata religius (religious),
religius merupakan kata sifat (adjective) dari religion.3
Beberapa hasil penelitian terdahulu pada bidang keilmuan
sosial menyatakan bahwa agama (religion) merupakan salah satu
variabel penting sebagai identitas diri dan karakteristik seseorang.4
Agama dan manusia adalah dua hal yang saling berhubungan erat,
oleh karena itu manusia dapat dikategorikan sebagai Homo
Religius.5 Agama mengajarkan kepada manusia tentang apa saja
1Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment
Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in
Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 131.
Lihat juga Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001),
3. 2Robert H.Thouless, Pengantar Psikologi Agama (Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada, 1995), 1. 3Religious menurut kamus oxford adalah 1) adjective of religion, 2) (of a
person) believing in and practicing a religion, yaitu keberagamaan seseorang dalam
menjalankan perintah agamanya. Sedangkan makna Religion menurut kamus
oxford memiliki dua definisi, 1) belief in worship or god or gods, yaitu sebuah
kepercayaan untuk memuja Tuhan atau dewa-dewa. 2) particular system of faith and worship based on such belief, yaitu bagian dari sistem kepercayaan dan
peribadatan yang berdasarkan keyakinan. Oxford Learner’s Pocket Dictionary, Fourth Edition, (Oxford : University Press, 2008), 372.
4Netdet Delener, “Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour
Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing, Vol.1 No.1 (1994) : 36. Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23. Lihat juga Herlina Yustati, Religiusitas dan
Konsumerisme Mahasiswa Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi
Islam, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta, 2014), 23. 5Mircea Eliade mendifinisikan tentang ‘homo religius’ dalam ‘The Scared
and The Profane’ yang dikutip oleh Sastrapratedja menyatakan bahwa, homo
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 35
yang menjadi kewajiban dan kepatuhan. Kepatuhan yang dimaksud
adalah patuh terhadap aturan, petunjuk, perintah, yang diberikan
Allah kepada manusia lewat utusan-utusanNya, dan oleh utusan-
utusanNya tersebut diajarkan kepada umat manusia berupa ilmu
pengetahuan dan contoh keteladanan.6 Agama juga berkaitan
dengan budaya, dan kedua bagian tersebut tidak bisa dipisahkan,
sehingga dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil
keputusan.7 Secara teoritis, tingkat religiusitas seseorang dapat
mempengaruhi sudut pandangan (perception), keputusan
(preference) dan perilakunya (behaviour).8 Religiusitas juga
mempengaruhi perilaku ekonomi seseorang, terutama dalam
mengambil keputusan ekonomi berkaitan dengan pelaksanaan
religius adalah makhluk yang hidup secara alami dalam suatu alam yang agamis,
penuh dengan nilai keagamisan dan cenderung pada keyakinan agamanya serta
ingin mengabdi pada zat yang maha tinggi, yaitu Tuhan pemilik alam semesta.
Pengalaman agamanya akan mempengaruhi, membentuk pola kehidupan sehari-
harinya. Sastrapratedja, Manusia Multidimensional : Sebuah Renungan Filsafah,
(Jakarta : Gramedia, 1987), 38. Lihat juga, Lukman Al-Hakim, Religiusitas dan
Etos Kerja dalam Peningkatan Ekonomi Umat : Studi pada Masyarakat Suku Sasak
di Lombok Nusa Tenggara Barat, Disertasi SPs UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta,
2008), 55. 6Makna ‘agama’ menurut Islam yang dikemukakan oleh Agus Salim dalam
bukunya yang berjudul Tauhid, dalam Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994), 4.
7Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic, Volume 1, Issue No.5
(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail
Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University
of Stirling Scotland, (United Kingdom, 2006), 15. 8Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare Ch.2
dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),
28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.
36 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
komitmen beragama.9 Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara tingkat religiusitas dengan tujuan seseorang dalam
melakukan tindakan (motif), tujuan atau motif yang didasari oleh
pertimbangan keagamaan dapat disebut juga dengan motif agama.
Max Weber10
dalam karyanya yang berjudul The Protestant
Ethic and The Spirit of Capitalism menjelaskan bahwa ada
hubungan antara agama dengan tingkah laku manusia (perilaku
ekonomi) yang melatarbelakangi beberapa sekte Protestan tertentu.
Teori ini didasari pada fenomena empiris dimana Weber
menemukan bahwa terdapat korelasi antara afiliasi agama protestan
pada kondisi pra kapitalis, yang melahirkan kapitalis modern yang
disebut dengan semangat kapitalis. Hal ini didasarkan pada
fenomena banyak dijumpainya agen penting (pemimpin
perusahaan), tenaga teknis, dan komersial terlatih yang cenderung
didominasi oleh orang-orang protestan mendorong seseorang untuk
bekerja sungguh-sungguh, karena menurut mereka bekerja bukanlah
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, tapi juga
merupakan suatu ‘panggilan’ atau ‘tugas suci’ dari doktrin
keagaman pemeluk Protestan. Bagi Weber hal inilah yang dianggap
berpengaruh besar pada peralihan dari ekonomi tradisional ke arah
ekonomi modern.
9Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United
Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119. 10Max Weber, “Die Protestantische Ethik und der Geist des Kapitalismus”,
Archivfur Sozialwissenchaft und Sozialpolitik,Volume XX-XXI, No.V (1904-
1905). Diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Charles Scribner’s Sons, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, (New York : McGraw-Hill, 1986).
Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yusup Priyasudiarja, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (Yogyakarta : Jejak Press, 2007), 48-49.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 37
Brian Jzinbauer11
mengutip beberapa definisi agama dari para
ilmuwan, diantaranya pendapat William James (1961)
mendefinisikan agama sebagai perasaan, tindakan, dan pengalaman
seseorang dalam kesendirian, sehingga mereka dapat memahami diri
mereka sendiri dan bertindak sesuai dengan ketentuan Tuhan.
Argyle dan Beit Hallahmi (1975) mengatakan bahwa agama adalah
suatu sistem kepercayaan terhadap kekuatan super, ritual ibadah
yang dilakukan bertujuan untuk memuja kekuasaan tersebut.
Batson, Schoenrade, dan Ventis (1993) menyatakan bahwa agama
sebagai sarana bagi individu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
dan untuk mengatasi masalah pribadi yang sedang dihadapi, karena
kita sadar bahwa kita dan orang lain seolah-olah akan hidup dalam
waktu yang lama padahal suatu saat nanti kita juga akan mati.
Lai Fatt Sian12
juga mengutip pendapat Andrew Lindridge
yang mengatakan bahwa semua agama mempengaruhi perilaku
konsumen dan keputusan pembelian masing-masing penganutnya,
baik secara langsung ataupun tidak, yang didasarkan pada kerangka
etika beragama yang mengatur cara hidup mereka. Monzer Kahf13
mengutip pendapat Michael Mayer yang mengatakan bahwa agama
merupakan keyakinan dan peraturan mutlak yang mengajarkan
seseorang tentang bagaimana cara berperilaku terhadap Tuhan,
orang lain, dan maupun dirinya sendiri. Religiusitas bagi seorang
Muslim merupakan keyakinan beragama yang berlandaskan nilai-
11Brian J.Zinnbauer, and others, “The Emerging Meanings of Religiousness
and Spirituality : Problems and Prospects”, Journal of Personality, Vol.1(1999) :
893. 12Lai Fatt Sian, “An Investigation in to the Impact of Income, Culture and
Religion on Consumption Behaviour : A Comparative Study of the Malay and the
Chinese Consumers in Malaysia”, Disertation Philosophy in Management Studies,
University of Exeter, (United Kingdom, 2009), 22. 13Mozer Kahf, The Islamic Economics : Analytical study of the Functioning
of the Islamic Economic System (Plainfield, Indiana : The Muslim Students
Association of the Uniterd and Canada, 1979), 3.
38 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nilai ketauhidan dan keyakinan tersebut diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.14
Mahesh Patel mengutip pendapat dari Johnson, Jang, Larson
dan Lee (2001) yang menyatakan bahwa makna dari religiusitas
adalah sebuah tolak ukur batas komitmen beragama seseorang yang
mengakui agamanya, melaksanakan setiap ajaran agamanya,
maupun menjauhi hal-hal yang dilarang agamanya, hingga tercermin
dalam sikap dan perilaku kehidupan orang tersebut.15
Fuad Nashori
dan Rachmy Diana Mucharam mengutip rumusan religiusitas yang
dinyatakan oleh Glock and Stark yaitu religiusitas sebagai
komitmen yang berhubungan dengan agama atau keimanan, dan
dapat tercermin melalui perilaku individu yang menganutnya. Hal
ini berarti, religiusitas dapat mengukur seberapa jauh pengetahuan,
seberapa kokoh keyakinan, seberapa banyak pelaksanaan ibadah,
seberapa besar pengamalan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan
seseorang terhadap agama yang dianutnya.16
Ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk melihat
tingkat religiusitas seseorang, meskipun belum ada tolak ukur
tunggal (uni-dimensional) yang pasti, namun para ilmuwan setuju
bahwa pengukuran religiusitas dapat dilakukan secara kuantitatif17
14Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment
Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in
Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 174.
15Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers An Exploratory Study” Journal of Economic, Volume 1 Issue No.5,
(2009) : 72. 16Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta : Menara Kudus, 2002),
71. 17Morton B.King and Richard A.Hunt, “Measuring the Religious Variable :
Replication“, Journal for the Scientific Study of Religion Vol.11 No.3 (Sep 1972) :
240. Lihat juga Morton King, “Measuring the Religious Variable : Nine Proposed
Dimensions”, Journal for the Scientific of Religion Vol.6 No.2 (1967) : 173.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 39
dengan menggunakan pendekatan multi-dimensional yang dalam
setiap komponennya harus dipelajari secara individual.18
Jumlah dan
jenis komponen dimensi religiusitas dapat bervariasi, disesuaikan
dengan tujuan, kegunaan, sifat dan konteks yang akan diteliti.19
Tolak ukur tingkat religiusitas menurut Glock dan Stark20
dibagi menjadi lima dimensi, antara lain :
1. Idiologi atau keyakinan, yang menunjukkan seberapa besar
tingkat keyakinan seseorang terhadap agama yang dianutnya
dan seberapa taat dalam menjalankan ajaran agamanya.
2. Praktik keagamaan, untuk melihat rutinitas pelaksanaan
ibadah yang diperintahkan ajaran agamanya.
3. Pengalaman keagamaan, yaitu pengalaman yang berkaitan
dengan kejadian, perasaan, persepsi, dan sensasi, yang
membuktikan bahwa Tuhan itu ada dan selalu mengawasi
kita.
4. Pengetahuan Agama, seberapa besar pengetahuan seseorang
terhadap agama yang dianutnya, seperti prinsip-prinsip dasar
agama, apa saja perintah dan larangan agama, macam-macam
ritual ibadah, pedoman kitab suci.
5. Konsekuensi, yaitu bagaimana pengamalan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dampak dari agama
tersebut tercermin pada dirinya.
18Brian J.O’Connell, “Dimensions of Religiosity among Catholics”, Review
of Religious Research Vol.16 No.3 (Spring, 1975) : 198. Lihat Juga Safiek Mokhlis,
“Relevancy and Measurement of Religiosity in Consumer Behavior Research”,
International Business Research Vol.2 No.3, (2009) : 8. 19Safiek Mokhlis, “Relevancy and Measurement of Religiosity in Consumer
Behavior Research” International Business Research Vol.2 No.3, (2009) : 77. 20Charles Y.Glock and Rodney Stark, Religion and Society in Tension,
(Chicago : Rand McNally, 1965), 19-21.
40 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Tiliouine dan Belgoumidi, membuat pengukuran religiusitas
Islam yang lebih komprehensif, antara lain dimensi idiologi atau
keyakinan beragama dan praktik keagamaan (sama seperti teori-
teori religiusitas umum) serta menambahkan dua dimensi lainnya
yaitu altruism dan enrichment, teori ini dinamakan CMIR
(Comprehensive Measure of Islamic Religiosity).21
Rincian dari
teori ini antara lain :22
1. Keyakinan beragama (believe) yang berkaitan dengan nilai-
nilai aqidah, keimanan, ketauhidan, hari kiamat, surga,
neraka, dll.
2. Praktik agama (practice), yang berhubungan dengan sholat,
zakat, puasa, menutup aurat, dan lainnya.
3. Altruism agama, yang berkaitan dengan aspek relasional,
seperti patuh kepada orang tua, kerabat, tetangga, maupun
orang lain.
4. Enrichment agama, yaitu memperkaya pengetahuan agama
seperti kegiatan yang pertemuaan keagamaan, pengajian
kitab-kitab, mempelajari buku-buku tentang agama, dll.
Hamdani23
membuat tolak ukur tingkat religiusitas
berdasarkan konsep al-Quran tentang kategorisasi manusia, yang
21Muhammad Syukri Salleh, “Religiosity in Development : Theoretical
Construct of an Islamic Based Development” International Journal of Humanities and Social Science Vol.2 No.14 (Special Issue-July 2012) : 269.
22Habib Tiliouine and Abbes Belgoumidi, “An Exploratory Study of
Religiosity : Meaning in Life and Subjective Wellbeing in Moeslem Students from
Algeria”, The International Society for Quality of Life Studies (ISQOLS) (Springer
2009) : 115. 23Syed Nizar Hussaini Hamdani, “Religious Orientation as a Factor in Time
Allocation : Evidence from Cross-Section Pakistani Data“, Ph.D.Disertation,
Quiad-i-Azzam University Islamabad, (Pakistan, 2000), 62. Lihat dalam Susy Y.R
Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 44.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 41
berkaitan dengan keimanan dan sifat-sifat manusia. Hamdani
mengelompokkan orang-orang beriman (Muslim) dalam tiga
tingkatan religiusitas sebagai berikut :
1. Muslim yang sangat religius, yaitu seorang muslim yang
memiliki sifat-sifat positif, seperti berperilaku santun
terhadap sesama manusia, rajin menjalankan ibadah, jujur
dalam bekerja, bertanggung jawab dan dapat dipercaya
(amanah). Muslim kategori ini dalam al-Quran disebut
sebagai orang-orang yang bertaqwa, mukmin, saleh.
2. Muslim yang religiusitasnya moderat, yaitu seseorang yang
menerima, mengakui, dan bertindak sesuai ajaran Islam,
mematuhi perintah-perintah agama dan menjauhi apa-apa
yang dilarang, namun juga terkadang tidak patuh pada
sebagian ajaran Islam lainnya dan tidak terlalu sensitif
terhadap aturan-aturan Islam. Seperti tidak terlalu
mempedulikan hal-hal yang wajib, sunnah, mubah, atau
syubhat. Muslim kategori ini cenderung mematuhi ajaran
Islam seperti kebanyakan orang menjalankannya, jadi hanya
meniru apa yang dianggapnya baik oleh lingkungan
sekitarnya, tanpa mencari tahu lebih dalam tentang kebenaran
yang sesungguhnya dari amal perbuatannya tersebut, dalam
al-Quran orang-orang Muslim kategori ini disebut sebagai
orang yang beriman dan orang-orang yang mengakui
kebenaran.
3. Muslim yang kurang religius, yaitu orang-orang yang
mengaku beragama Islam, kadang kala menjalankan ritual ke-
Islaman, tapi juga sering melanggar syariat Islam. Al-Quran
menyebut orang-orang ini sebagai orang yang fa>siq, fa>jr,
mufsidi>n dan z}a>lim.
Di luar pengkategorian tersebut di atas, masih ada dua
kategori lain, yaitu : 1) kelompok orang-orang yang munafik, dan 2)
42 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
orang-orang yang tidak beriman atau bukan muslim, kafir dan
musyrik. Orang-orang munafik digambarkan dalam Al-Quran adalah
orang yang mengaku Islam pada satu saat tetapi saat lain ia
memperolok-olok atau bahkan menentang ajaran Islam.24
B. Hubungan Motif, Motivasi, Kebutuhan dan Perilaku
Konsumen
Teori ilmu ekonomi mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk ekonomi yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya dan bertindak secara rasional.25
Memenuhi kebutuhan
hidup merupakan hakikat manusia dan wajib dilakukan.26
Dalam
ilmu ekonomi konvensional, kebutuhan didefinisikan sebagai
keinginan untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat
memfasilitasi, memenuhi, maupun memuaskan diri individu.27
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu.
Kebutuhan setiap individu berbeda-beda. Beberapa kebutuhan
bersifat fisiologis (physiological or biogenic needs), kebutuhan
tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, dan lelah.
Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis (psychogenic needs),
24QS.At-Taubah : (67) “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. satu
dengan yang lainnya adalah sama, mereka menyuruh (berbuat) yang munkar dan
melarang (perbuatan) yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir).
Mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka (pula).
Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik”. (68) “Allah
(mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir
dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi
mereka, dan Allah melaknati mereka, dan mereka mendapat azab yang kekal”.
Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 44-45.
25Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga,
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 26Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam,
(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39. 27Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1997), 5.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 43
kebutuhan ini muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan
akan rasa aman, kenyaman, pengakuan dan penghargaan.28
Kebutuhan akan menjadi motif jika mencapai level intensitas yang
memadai. Motif merupakan kebutuhan akan sesuatu hal yang dapat
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.29
Motif yang
dipilih oleh konsumen tergantung pengalaman pribadinya, kapasitas
fisik, norma-norma dan nilai-nilai budaya yang ada dan
kemampuannya untuk mencapai motif tersebut.30
Motif merupakan alasan yang terdapat dalam diri manusia
yang menyebabkan manusia melakukan tindakan. Semua keputusan
dan tindakan manusia pada hakikatnya didasari oleh motif.31
Motif
dalam diri manusia bisa bekerja secara sadar maupun tidak sadar.
Motif manusia merupakan suatu dorongan, hasrat, keinginan, dan
tenaga penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya, untuk
melakukan sesuatu tindakan.32
Dengan mempunyai motif tertentu,
dapat memberikan tujuan dan arahan bagi manusia dalam
melakukan tindakan atau berperilaku.
Perilaku merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam
usaha memenuhi kebutuhan. Perilaku dapat diamati dalam bentuk
28Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 32. Lihat juga Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2011), 24-26. 29Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th
Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,
2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12
Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 226. 30Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 29. 31Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :
CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 129. 32Harold J.Leavitt, Managerial Psychology, Fourth Edition, (USA :
University of Chicago, 1978). Diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasi, Psikologi Manajemen (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004), 12-13.
44 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
pengambilan keputusan, pemilihan merk dan penolakan terhadap
suatu produk.33
Perilaku pemenuhan kebutuhan ini timbul karena
adanya dorongan dari dalam diri setiap individu, dorongan ini
disebut dengan motivasi. Motivasi secara etimologi berasal dari
bahasa latin movore yang artinya menggerakkan. Seorang konsumen
yang tergerak untuk membeli suatu produk itulah yang disebut
motivasi. Sedangkan yang memotivasinya disebut motif.34
Definisi motivasi menurut para ahli antara lain,35
Schiffman
dan Kanuk36
, “Motivation can be described as driving force within
individuals that impels them to action. This driving force is
produced by state of tension, which exists as the result of an
unfulfilled need.” Motivasi dapat digambarkan sebagai kekuatan
pendorong dalam diri seseorang yang mendorong mereka untuk
bertindak. Kekuatan pendorong ini diproduksi oleh rasa tertekan,
yang terjadi akibat dari kebutuhan yang tak terpenuhi. Solomon37
mendifinisikan, “Motivation refers to the processes that cause
people to behave as they do. It occurs when a need is aroused that
the consumer wishes to satisfy. Once a need has been activated, a
state of tension exists that drives the consumer to attempt to reduce
or eliminate the need.” Motivasi mengacu pada proses yang
menyebabkan orang untuk berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Ini terjadi ketika kebutuhan merangsang konsumen untuk dapat
memuaskan keinginannya. Setelah kebutuhan terpenuhi, tekanan
33Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 28. 34Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27. 35Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 36L.G.Schiffman and L.L.Kanuk, Consumer Behavior 7th Edition, (New
Jersey : Prentice Hall, 2000), 7. 37M.R.Solomon, Customer Behavior : Buying, Having, and Being, 9th
Edition, (New York : McGraw-Hill, 2010), 56.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 45
akan mendorong konsumen untuk menurunkan dan mengurangi
tingkat kebutuhan. Mowen dan Minor38
, “Motivation refers to an
activated state within a person that leads to goal directed behaviour.
It consists of the drives, urges, wishes, or desires that initiate the
sequence of events leading to a behaviour.” Motivasi mengacu pada
keadaan diri seseorang yang mengarah pada tindakan yang memiliki
tujuan. Hal ini berasal dari dorongan, desakan, keinginan, atau
hasrat yang merupakan permulaan rangkaian kejadian yang
mengarah pada tindakan/perilaku seseorang.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen.
Kebutuhan itu sendiri merupakan suatu motif yang muncul karena
konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara
yang seharusnya dirasakan dengan yang sesungguhnya dirasakan.
Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan memenuhi kebutuhannya, inilah yang disebut
sebagai motivasi.39
Beberapa teori tentang motivasi dan
hubungannya dengan kebutuhan antara lain, menurut Sigmund
Freud menyatakan bahwa seseorang tidak bisa sepenuhnya
memahami motivasi apa saja yang dapat mendorong perilaku
dirinya secara pasti. Sebaliknya, Abraham Maslow menyatakan
bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhannya.
Sedangkan Frederick Herzberg menjelaskan bahwa, dalam perilaku
konsumen terdapat dua faktor motivasi yaitu faktor dissatisfiers
(faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan faktor
satisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan).40
38John.C Mowen dan Michael Minor. Consumer Behavior 5th Edition (New
Jersey : Prentice Hall, 1998), 160. 39Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Edisi Kedua, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 40Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management, 12th
Edition (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,
46 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Menurut Jeffrey, et al (1996), proses motivasi terjadi karena
adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak terpenuhi
yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu
ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong
individu melakukan suatu tindakan (perilaku) untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya tersebut. Di dalam melakukan perilaku
inilah sangat memungkinkan terjadi perbedaan antara konsumen
yang satu dengan konsumen yang lain, meskipun sebenarnya mereka
memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama. Setelah sebagian
atau seluruh kebutuhan terpenuhi, maka akan terjadilah penurunan
ketegangan. Menurunnya ketegangan ini bukan berarti sudah tidak
ada kebutuhan dan keinginan lagi. Kebutuhan dan keinginan yang
berbeda akan muncul dan menuntut untuk dipenuhi. Inilah dinamika
motif dan motivasi yang tidak pernah berhenti selama manusia
hidup.41
Motivasi konsumen akan berubah dan berkembang sejalan
dengan berkembangnya pengalaman dan proses pembelajaran yang
berlangsung. Kebutuhan akan mulai berkembang seiring dengan
perkembangan yang terjadi dilingkungan masyarakat. Konsumen
akan berinteraksi dengan konsumen lain dan dari interaksi itu
konsumen akan mendapatkan informasi-informasi penting berkaitan
dengan cara-cara untuk memenuhi kebutuhan. Konsumen juga
belajar dari media yang ada disekitarnya serta belajar dari
lingkungannya. Dari hal tersebut pengetahuannya akan meningkat
dan keinginan-keinginan pun akan berkembang.42
2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, Edisi Ke-12
Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 226-228. 41F.Digree Jeffrey, et al, “Observation : Translating Values in to Product
Wants”, Journal of Advertising Research, Vol.36 No.6 (1998) : 93-103. 42Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 47
Pada umumnya motif atau kebutuhan manusia memiliki sifat-
sifat sebagai berikut, antara lain :
1. Kebanyakan kebutuhan manusia tidak pernah terpuaskan
sepenuhnya. Misalnya seorang konsumen setelah kebutuhan
transportasinya terpenuhi dengan membeli mobil Avanza,
tahun depan timbul keinginannya untuk mengganti mobilnya
dengan mobil Innova, yang dinilainya lebih tepat untuk
menunjukkan gaya hidup dan kelas sosial ekonominya yang
akan datang.
2. Kebutuhan baru muncul setelah kebutuhan lama terpenuhi.
Setelah kebutuhan saran transportasi terpenuhi dengan mobil
Avanza, timbul keinginan untuk mengganti dengan mobil
yang lebih mahal, Innova. Hal ini memperlihatkan bahwa jika
suatu kebutuhan terpenuhi maka timbul kebutuhan baru yang
berbeda, yang lebih tinggi dan dinilai lebih cocok dengan
kondisi ekonominya.
3. Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan
mempengaruhi tujuan berikutnya. Apabila konsumen gagal
dalam mencapai tujuan sebelumnya, maka konsumen pada
umumnya akan menentukan tujuan yang mungkin lebih
rendah atau tujuan pengganti yang memungkinkan untuk
dapat dicapainya. Sebaliknya, konsumen yang telah berhasil
mencapai suatu tujuan yang diinginkan, akan meningkatkan
tujuan berikutnya yang lebih tinggi dari yang sebelumnya.
Contohnya, seseorang yang gagal membeli Android keluaran
terbaru, akan berusaha membeli Android keluaran lama yang
harganya lebih murah, namun fungsinya hampir sama.43
4. Motif bersifat majemuk. Sangat jarang tindakan seorang
konsumen hanya didasari pada satu motif, tetapi umumnya
43Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 30.
48 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
didorong oleh beberapa motif sekaligus. Contohnya,
seseorang yang mempunyai mobil BMW selain bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan, kenyamanan, dan keamanannya
dalam berkendara, juga untuk mendapatkan prestise dari
orang lain.44
Ada dua macam pembagian motif, yaitu motif primer dan
motif sekunder. Kedua motif ini menekankan faktor-faktor
psikologis dan faktor-faktor sosial, atau dengan istilah lain faktor-
faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal) dan faktor-
faktor yang berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor
environmental). Faktor personal berperan penting dalam
menentukan interaksi sosial yang membentuk perilaku individu.
Faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia.
Menurut Edward E.Sampson, terdapat perspektif yang berpusat
pada situasi.45
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia,
bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut
Watson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah
diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Telah diakui secara
luas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia dan
bukan pengaruh lingkungan atau situasi. Diakui pula adanya faktor-
faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim
disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif
44Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 31. Lihat juga Aaron Quin Sartain, Psychology : Understanding Human Behaviour, Third Edition, McGraw Hill Book Company,
(Tokyo : Kogakusho Company, 1961), 56. 45David C.Edward, General Psychology, (London : The McMillan
Company, Collier McMillan Ltd, 1968), 145. Lihat juga Nina W.Syam, Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2011), 42.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 49
biologis adalah kebutuhan makan, minum, istirahat, seksual,
berlindung dari bahaya.46
Berbagai klasifikasi motif sosiogenesis menurut para ahli,
dapat diuraikan sebagai berikut :47
1. W.I Thomas dan Florian Znaniecki :
a. Kebutuhan memperoleh pengalaman baru
b. Kebutuhan untuk mendapatkan respon
c. Kebutuhan akan pengakuan
d. Kebutuhan akan rasa aman
2. David McClelland : 48
a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement)
b. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)
c. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)
3. Abraham Maslow : 49
a. Kebutuhan biologis (physiological needs)
b. Kebutuhan rasa aman (safety / security needs)
c. Kebutuhan sosial (social / affilation needs)
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
4. Melvin H.Marx :
46J.B,Watson, Psychology Care of Infant and Child (New York : Norton
Company, 1993), 76. 47Nina W.Syam, Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi (Bandung :
Simbiosa Rekatama Media, 2011), 43. 48Erna Ferrinadewi, Merek dan Psikologi Konsumen (Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2008), 26-27. 49Abraham H.Maslow, Toward of Psychology of Being (New York : Van
Nostard Reinhold, 1986), 53.
50 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
a. Kebutuhan berorganisasi (organization needs)
b. Kebutuhan akan rasa ingin tahu (curiousity needs)
c. Kebutuhan berkompetensi (competence needs), setiap orang
ingin membuktikan bahwa dirinya berkompetensi dan
mampu mengatasi persoalan yang dihadapinya.
d. Kebutuhan berprestasi (achievement needs)
e. Kebutuhan bersosialisasi (socialization needs)
f. Kebutuhan akan kasih sayang (affiliation needs), mencintai
dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan
kepribadian.
g. Kebutuhan akan kekuasaan (power needs)
h. Kebutuhan kebebasan (independence needs)
Perbedaan motif dan motivasi menurut para ahli, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Motive is a need, aspiration, ambition, or purpose. Motive
initiate behaviour. Motivation is a term wich refered sets or
drive within the organism wich impel to action.50
2. Motive is a drive or force within the organism that activates
behaviour or directs it toward a goal. To be more specific,
motivation refers to the dynamics of behaviour, the process of
initiating, sustaining and directing activities of the
organism.51
3. Motive see drive. Drive is stimuli that arise from a need and
direct the organism toward a goal, the first state of the
motivation process also called motive. Motivation is general
50Henry E.Garret, General Psychology, Second Edition (New York :
American Book Company, 1961), 45. 51Dennis Coon, Introduction to Psychology : Exploration and Application,
(St.Paul, New York : West Publishing Company, 1977), 15.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 51
term that refer to driven behaviour that seek to fullfill a
need.52
Apa yang dikemukakan oleh para penulis di atas dapat kita
simpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan motif dan motivasi.
Motif adalah kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang yang
dapat mendorong orang untuk melakukan tindakan atau berbuat
sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Dalam diri kita motif dapat
berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita, hasrat atau keinginan
yang merupakan daya penggerak.53
Silverstone54
menganggap motif ini merupakan tahap awal
dari proses motivasi, karena itu W.S.Winkell mengatakan bahwa
motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi
(kesiapsiagaan) saja. Sebab motif-motif itu tidak selamanya aktif.
Motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila
kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasakan sangat mendesak.
Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi maka
daya penggerak menjadi aktif, inilah yang disebut motivasi.
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk bertingkah laku atau
melakukan tindakan tertentu untuk mencapai tujuan dan memenuhi
kebutuhannya.55
52Robert E.Silverman, Psychology (New York : Meredith Corporation,
1971), 34-36. 53Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :
CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 128. 54Robert E.Silverstone, Psychology (New York : Meredith Corporation,
1971), 27-29. 55Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :
CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 129.
52 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Woodworth dan Maquis menggolongkan motif-motif menjadi
tiga macam, antara lain :56
1. Kebutuhan-kebutuhan organis yaitu motif-motif yang
berkaitan dengan kebutuhan tubuh bagian dalam seperti:
makan, minium, bergerak, istirahat, seksual.
2. Kebutuhan-kebutuhan darurat (emergency motive) yang
mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan
untuk membalas, dorongan untuk berusaha/berikhtiar,
dorongan untuk mengejar, dan sebagainya. Motif-motif ini
timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat
dan kuat dari diri individu. Dalam hal ini motif timbul atas
keinginan kita tetapi karena perangsang dari luar.
3. Kebutuhan-kebutuhan objektif, yaitu motif yang diarahkan
atau ditujukan kepada suatu objek atau tujuan tertentu di
sekitar kita. Motif ini mencakup : kebutuhan untuk
eksplorasi, kebutuhan untuk melaksanakan manipulasi,
kebutuhan untuk menaruh minat. Motif-motif ini timbul
karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara
efektif.
Selain itu Woodworth juga mengklasifikasikan motif-motif
berdasarkan asal terbentuknya menjadi dua bagian, antara lain :57
1. Unlearned Motives, adalah motif-motif pokok yang tidak
perlu dipelajari atau bawaan sejak lahir, seperti : makan,
minum, bergerak, istirahat, seksual. Motif-motif ini juga
disebut dengan motif biologis, artinya sudah menjadi warisan
biologis manusia.
56R.Woodworth & G.D.Marquis, Psychology (New York : Henry Holt and
Coy Company, 1955), 53. 57R.Woodworth & G.D.Marquis, Psychology (New York : Henry Holt and
Coy Company, 1955), 67.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 53
2. Learned Motives, adalah motif-motif yang timbul karena
dipelajari terlebih dahulu, seperti dorongan untuk
mempelajari suatu cabang ilmu pengetahuan agar me njadi
seorang ilmuwan, dorongan untuk mengejar suatu posisi
jabatan, dan sebagainya. Motif ini juga dapat disebut dengan
istilah motif sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan
sosial, maka terbentuklah motif ini.
Berdasarkan jalarannya motif dibagi menjadi dua macam,
antara lain, yaitu :58
1. Motif Intrinsik, ialah motif yang berasal dari diri seseorang
tanpa perlu adanya rangsangan dari luar. Misalnya, seseorang
yang gemar berolahraga, tanpa harus disuruh akan
melakukannya dengan sendiri.
2. Motif Ekstrinsik, ialah motif berfungsi karena adanya
rangsangan dari luar, seperti : seorang Mahasiswa yang giat
belajar karena akan diadakan ujian.
Telah dijelaskan bahwa motif adalah langkah awal dari sebuat
motivasi. Seseorang yang termotivasi akan siap melakukan
tindakan. Tindakan orang yang termotivasi dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang
digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi dan
menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran
yang memiliki arti.59
Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai
58Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :
CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 131. 59Bernard Berelson and Gary A.Steiner, Human Behavior : An Inventory of
Scientific Findings (New York : Harcourt, Brace Jovanovich, 1964), 88. Lihat
dalam Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th Edition
(New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River, 2006).
Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, Edisi Ke-12 Jilid 1,
Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 228.
54 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
proses interpretasi seseorang terhadap lingkungannya.60
Persepsi
tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada
rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan
keadaan individu yang bersangkutan. Poin pentingnya adalah bahwa
persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan individu
lain. Menurut Webster sebagaimana dikutip oleh Sutisna yang
menyatakan persepsi adalah proses dipengaruhinya tanggapan oleh
stimulus-stimulus lalu diseleksi dan diinterpretasikan. Stimulus
adalah komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan
individu. Salah satu stimulus yang dapat mempengaruhi perilaku
konsumen adalah lingkungan (sosial dan budaya) oleh sebab itu
persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda, ini
dikarenakan persepsi mempunyai sifat subjektif.61
Dalam pemasaran, persepsi seseorang lebih penting dari pada
realitas yang ada, karena dengan adanya persepsi akan
mempengaruhi perilaku konsumen.62
Definisi perilaku konsumen
menurut Schiffman dan Kanuk, “The term consumer behavior refers
to the behavior that consumers display in searching for, purchasing,
using, evaluating, and disposing of products and services that they
expect will satisfy their needs”. 63
Istilah perilaku konsumen
diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan
produk dan jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan
60Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi (Jakarta :
Salemba Empat, 2005), 208. 61Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2001), 63. 62Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th
Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,
2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12
Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 228. 63L.G.Schiffman and L.L.Kanuk, Consumer Behavior, 10th Edition (New
Jersey : Prentice Hall, 2010), 7.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 55
mereka.64
Sedangkan menurut Engel, Blackwell, dan Miniard, “We
define consumer behavior as those activities directly involved in
obtaining, consuming, and disposing of products and services,
including the decision processes that precede and follow these
action”.65
Kami mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan ini.66
Sementara itu, Loudon
dan Bitta mengartikan perilaku konsumen sebagai suatu proses
pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang
dan jasa.67
Zaltman dan Wallendorf menjelaskan bahwa, “Consumer
behavior are acts, process, and social relationships exhibited by
individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and
consequent experience with products, services and other
resources”.68
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses,
dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan
organisasi, dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau
64Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 4. 65James F.Engel, Roger D.Blackwell, Paul W.Miniard, Consumer Behavior,
8th Edition, (Fort Worth, Texas : The Dryden Press, 1995), 4. 66Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 4. 67David L.Loudon and Albert J.Della Bitta, Consumer Behavior, 3th
Edition, (New York : Mc Graw Hill Book Company, 1998), 8. Lihat dalam, Bilson
Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama, 2008), 2. 68Gerald Zaltman and Melanie Wallendorf, Consumer Behavior : Basic
Findings and Management Implications (United States of America : John Willey &
Sons Inc, 1979), 6.
56 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
produk lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannnya dengan
produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya.69
Dari definisi perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan
bahwa, pada intinya konsumen (dalam penelitian ini nasabah bank
syariah) ingin memenuhi semua kebutuhannya baik dari segi produk
maupun jasa, sehingga pada akhirnya nasabah akan mencari jasa
pelayanan yang dapat memenuhi harapan mereka secara ekonomi.
C. Konsep dan Pengukuran Loyalitas Pelanggan atau Nasabah
Konsep tentang loyalitas pelanggan (dalam penelitian ini
disebut nasabah) bukanlah suatu yang baru dalam dunia bisnis
perbankan. Para pelaku bisnis telah lama menyadari bahwa tanpa
adanya nasabah loyal diperusahaan dapat menurunkan daya saing
dipasaran.70
Loyalitas nasabah merupakan suatu dorongan perilaku
untuk melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk atau jasa
yang ditawarkan oleh bank. Konsep loyalitas nasabah lebih
mengarah pada perilaku (behavior) dibandingkan dengan sikap
(attitude). Seorang nasabah loyal akan melakukan pembelian secara
teratur dalam jangka waktu yang lama. Karakteristik pelanggan
yang loyal menurut Griffin71
, antara lain : 1) Melakukan pembelian
secara teratur (make regular repeat purchases), 2) Membeli di luar
lini produk atau jasa (purchases across product and service lines), 3)
Merekomendasikan produk kepada orang lain (refers other), 4)
Menunjukkan kekebalan dari produk sejenis yang ditawarkan
pesaing (demonstrates immunity to the full of the competition).
69Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen, Edisi Revisi, (Bandung
: PT.Refika Aditama, 2005), 4. 70Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia
Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 5. 71Jill Griffin, Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It (New
York, USA : Lexington Book Press, 2002). Lihat juga Jill Griffin, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan (Jakarta : Erlangga, 2005), 31.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 57
Loyalitas pada dasarnya adalah kesetiaan terhadap produk
atau jasa, yang dalam bahasa pemasaran disebut sebagai “a certain
sign of solid value creation”72
, maka loyalitas tidak dapat dilepaskan
dari proses penciptaan nilai produk dan service yang diberikan
kepada pelanggan, yang pada akhirnya membentuk suatu rangkaian
rantai nilai yaitu, profit, pertumbuhan perusahaan, kepuasan
pelanggan, loyalitas pelanggan, nilai produk dan jasa, kemampuan
karyawan, kepuasan karyawan, loyalitas karyawan, dan
produktifitas karyawan.73
Salah satu cara yang harus dilakukan perusahaan agar dapat
sukses dalam persaingan yaitu dengan mempertahankan dan
meningkatkan pelanggan. Mempertahankan pelanggan terbukti lebih
efisien dibanding mencari pelanggan baru, karena untuk
mendapatkan pelanggan baru, berarti perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan promosi.74
Mempertahankan pelanggan berarti perusahaan harus mampu
memuaskan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan
melebihi yang diberikan oleh perusahaan pesaing, sedangkan
meningkatkan pelanggan berarti perusahaan harus dapat melihat
peluang yang ada, guna untuk mendapatkan pelanggan baru.
Memuaskan pelanggan tidaklah mudah, lain orang lain pula
keinginannya, oleh karena itu kuncinya, perusahaan harus
memahami perilaku konsumen.75
Kepuasan adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara
72Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect (Harvard Business School,
Harvard University, 1996), 1. 73James L.Haskett,dkk, The Service Profit Chain, How Leading Companies
Link Profit and Growth to Loyalty, Satisfaction and Value (Prentice Hall : Upper
Saddle River, New Jersey, 1997), 12. 74Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 349. 75Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 1-2.
58 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
apa yang diharapkan dengan hasil yang didapatkan. Jika tidak sesuai
dengan harapan, nasabah tidak puas atau kecewa. Jika memenuhi
harapan, nasabah akan puas. Dan jika melebihi harapan, nasabah
akan sangat puas dan senang.76
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam teori
dan praktik pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial
bagi aktivitas bisnis. Kepuasan pelanggan berkontribusi pada
sejumlah aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas pelanggan,
meningkatnya reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga,
berkurangnya biaya transaksi masa depan, serta meningkatnya
efisiensi dan produktivitas karyawan.77
Di samping itu, kepuasan
pelanggan juga dipandang sebagai salah satu indikator terbaik untuk
laba masa depan.78
Fakta bahwa menarik pelanggan baru jauh lebih
mahal dibanding mempertahankan pelanggan lama juga menjadi
salah satu pemicu meningkatnya perhatian pada kepuasan
pelanggan.79
Kata ‘kepuasan’ yang dalam bahasa Inggris disebut
‘satisfaction’ berasal dari bahasa Latin ‘satis’ yang berarti cukup
76Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th
Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,
2006), 156. Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, Edisi
Ke-12 Jilid 1, (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, Cetakan IV, 2009), 177.
Lihat juga Susan Fournier dan David Glenmick, “Rediscovering Satisfaction”.
Journal of Marketing, (Oktober 1999) : 5-23. 77E.W.Anderson, C.Fornell and R.R.Lehmann, “Customer Satisfaction,
Market Share and Profitability : Finding From Sweden”, Journal of Marketing,
Vol.58 No.1 (January 1994) : 53-66. Lihat juga Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian (Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 353.
78C.Fornell, “A National Customer Satisfaction Barometer : The Swedish
Experience”, Journal of Marketing Vo.55 No.1 (January 1992) : 6-21. Lihat juga
Philips Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 14th Edition, (Upper
Saddle River, New Jersey : Prentice Hall International,Inc, 2012), 45. 79C.Fornell and B.Wernerfelt, “Defensive Marketing Strategy by Customer
Complaint Management : A Theoretical Analysis”, Journal of Marketing Research,
Vo.24 (November 1987) : 337-346.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 59
baik dan memadai dan ‘facio’yang berarti melakukan atau
membuat.80
Secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai
‘upaya pemenuhan suatu hal’ atau ‘membuat sesuatu menjadi
memadai’. Namun, ditinjau dari perspektif perilaku konsumen
istilah kepuasan pelanggan menjadi sesuatu yang kompleks. Bahkan,
hingga saat ini belum dicapai kesepakatan atau konsensus mengenai
kepuasan pelanggan, apakah kepuasan merupakan respon emosional
ataukah evaluasi kognitif. Hal ini dapat dilihat dariberagam definisi
yang dikemukakan banyak pakar.81
Beberapa definisi kepuasan menurut para ahli, seperti Engel,
Blackwell, dan Miniard82
yang menyatakan bahwa “satisfaction is
defined here as a post-consumption evaluation that a chosen
alternative at least meets or exceeds expectations”. Kepuasan
didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi apakah alternatif
yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan Mowen
dan Minor83
mengatakan, “consumer satisfaction is defined as the
overall attitude consumers have toward a good or service after they
have acquired and used it. It is a post-choice evaluative judgement
resulting from a specific purchase selection and the experience of
using or consuming it”. Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai
sikap keseluruhan konsumen terhadap barang atau jasa yang telah
mereka peroleh dan pergunakan. Hal ini merupakan penilaian
evaluasi setelah melakukan pembelian tertentu dan pengalaman
konsumen dalam menggunakan atau mengkonsumsi”.
80Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian
(Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 353. 81M.Edwardson, “Measuring Consumer Emotions in Service Encounters :
An Explatory Analysis”, Australasian Journal of Market Research, Vol.6 No.2 (July
1998) : 34-48. 82James F.Engel, Roger D.Blackwell, Paul W.Miniard, Consumer Behavior
8th Edition (Fort Worth, Texas : The Dryden Press, 1995), 273. 83John.C Mowen dan Michael Minor. Consumer Behavior 5th Edition (New
Jersey : Prentice Hall, 1998), 419.
60 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Sheth mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah
situasi kognitif pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau
ketidaksepadanan antara hasil yang didapat pembeli dibandingkan
dengan pengorbanan yang dilakukan.84
Swan,dkk mendefinisikan
pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif
menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau
apakah produk bersangkutan cocok atau tidak dengan tujuan
pemakaiannya.85
Kepuasan nasabah memiliki bermacam level yang berbeda
dalam setiap penelitian. Tingkat kepuasan nasabah perlu diukur
guna untuk memberikan informasi bagi perusahaan perbankan agar
dapat melihat sejauh mana nasabah merasa puas terhadap pelayanan
yang diberikan pihak bank. Ada tiga aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran kepuasan nasabah, antara lain: 86
1)
kepuasan nasabah keseluruhan, 2) konfirmasi kesesuai antara
harapan nasabah dengan ekspektasi, 3) perbandingan antara produk
dan jasa perbankan yang ditawarkan dengan produk dan jasa
perbankan yang ideal menurut nasabah. Untuk mengukur kepuasan
nasabah, memang belum ditemukan alat ukur tunggal yang
disepakati para ilmuwan secara universal. Namun, terdapat enam
84J.N.Sheth, “A Factor Analytic Model of Brand Loyalty”, Jounal of
Marketing Research, Vol.5 No.2 (1987) : 398. Lihat dalam Fandy Tjiptono,
Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian (Yogyakarta : Penerbit Andi,
2014), 421-422. 85Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian
(Yogyakarta : Penerbit Andi, 2014), 54. 86C.Fornell, “A National Customer Satisfaction Barometer : The Swedish
Experience”, Journal of Marketing, Vol.55 No.1 (January, 1992) : 6-2. Lihat juga
C.Fornell, “The American Customer Satisfaction Index : Nature. Purpose, and
Findings”, Journal of Marketing, Vol.60 No.4, (October, 1996) : 7-18.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 61
konsep inti mengenai objek pengukuran kepuasan nasabah, antara
lain :87
1. Kepuasan pelanggan keseluruhan, yaitu dengan cara
menanyakan langsung kepada nasabah seberapa puas mereka
terhadap produk dan jasa perbankan yang ditawarkan, serta
menilai dan membandingkan dengan produk dan jasa bank
lain.
2. Dimensi kepuasan pelanggan, yang terdiri dari empat
tahapan, mengidentifikasi kunci-kunci kepuasan pelanggan,
menilai produk dan jasa perbankan yang digunakan, menilai
produk dan jasa perbankan pesaing, meminta nasabah
menentukan dimensi-dimensi terpenting dalam mengukur
kepuasan nasabah.
3. Konfirmasi harapan, mengkonfirmasi kesesuaian antara
harapan pelanggan dan kinerja perusahaan perbankan.
4. Minat pembelian ulang, menanyakan apakah nasabah bersedia
menggunakan jasa layanan perbankan lagi atau tidak,
5. Kesediaan untuk merekomendasikan, apakah nasabah
bersedia untuk merekomendasikan produk dan jasa perbankan
kepada kerabat, teman maupun relasi.
6. Ketidakpuasan pelanggan, dapat dilihat dari komplain
nasabah, retur atau pengembalian produk, biaya garansi,
produk yang ditarik kembali dari pasar, getok tular negatif,
jumlah nasabah yang beralih kepesaing.
Menurut Kotler,88
ada empat metode pengukuran kepuasan
pelanggan (nasabah), antara lain :
87Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 366. 88Philips Kotler, Marketing Management : The Millenium Edition. (Upper
Saddle River, N.J : Prentice Hall International.Inc, 2000), 67. Lihat dalam Fandy
62 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
1. Sistem keluhan dan saran, yaitu memberikan kesempatan bagi
para pelanggan untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat
dan keluhan mereka.
2. Ghost Shopping, yaitu dengan memperkerjakan beberapa
orang untuk berpura-pura menjadi pembeli, lalu mereka
diminta untuk melaporkan apa saja yang menjadi kekurangan
dan kelemahan perusahaan dibanding dengan pesaing.
3. Lost Customer Analysis, yaitu dengan menghubungi orang-
orang yang telah berhenti menjadi nasabah bank dan
menanyakan apa alasan mereka berhenti, sehingga pihak bank
dapat mengambil kebijakan untuk perbaikan maupun
penyempurnaan produk perbankannya.
4. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu untuk memperoleh
tanggapan nasabah terhadap produk dan jasa perbankan, serta
memberi kesan kepada pelanggan bahwa pihak bank peduli
dan menaruh perhatian terhadap nasabah.
Memuaskan keinginan nasabah memang tidak mudah, pihak
perusahaan (perbankan) harus berusaha semaksimal mungkin agar
harapan nasabah terhadap bank syariah sesuai dengan kenyataannya.
Salah satu cara untuk mewujudkan kepuasan nasabah dapat
dilakukan dengan meningkatkan kualitas layanan. Perbankan syariah
yang bergerak dibidang jasa dan pelayanan, dituntut untuk terus
melakukan perbaikan dalam memberikan pelayan terbaik pada
nasabah. Kualitas pelayanan adalah bagaimana cara karyawan
melayani nasabah sebaik mungkin sehingga nasabah mendapatkan
kepuasan. Salah satu cara perusahaan dapat tetap unggul bersaing
adalah memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi dari
pesaingnya secara konsisten. Lovelock dan Wright yang dikutip
Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Malang, Jawa Timur : Bayumedia Publishing, 2007),
366-367.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 63
oleh Yesi Elsandra dan Efriyuzal, menjelaskan bahwa konsumen
akan menilai kualitas jasa melalui lima dimensi pelayanan sebagai
tolak ukurnya. Kelima dimensi tersebut antara lain : 89
1. Keberwujudan (Tangible), adalah sesuatu yang tampak atau
nyata yaitu penampilan para pegawai dan fasilitas-fasilitas
fisik lainnya seperti peralatan dan perlengkapan yang
menunjang pelaksanaan pelayanan.
2. Keandalan (Reliability) merupakan kemampuan untuk
memberikan secara tepat dan benar jenis pelayanan yang telah
dijanjikan kepada konsumen.
3. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kesadaran atau
keinginan untuk cepat bertindak membantu konsumen dalam
memberikan pelayanan tepat waktu
4. Jaminan (Assurance), yaitu pengetahuan dan
kesopansantunan serta kepercayaan dari pegawai. Dimensi
jaminan memiliki ciri-ciri kompensasi untuk memberikan
pelayanan, sopan, dan memiliki sifat respek terhadap
konsumen.
5. Empati (Empathy), adalah memberikan perhatian individu
secara khusus. Dimensi empati ini memiliki ciri-ciri kemauan
untuk melakukan pendekatan, memberikan perlindungan dan
usaha untuk mengerti keinginan, kebutuhan, dan perasaan
konsumen.
Selain kepuasan pelanggan, ada faktor-faktor lain yang harus
diperhatikan pihak bank yaitu retensi pelanggan, perpindahan
pelanggan dan antusias pelanggan. Semua faktor-faktor tersebut
memiliki peranan penting dalam mempertahankan dan menciptakan
89Yesi Elsandra dan Efriyuzal, “Pengaruh Atribut Produk, Komitmen
Agama, Kualitas Pelayanan, dan Kepercayaan terhadap Loyalitas Nasabah dengan
Kepuasan sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukit Tinggi Vol.XIV No.2 (September 2013) : 143.
64 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
loyalitas pelanggan. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan acuan
dalam mengukur loyalitas pelanggan (nasabah bank syariah).
Survei tahuan yang dilakukan MarkPlus Insight bersama
dengan Majalah Infobank yang bertujan untuk mendorong kesadaran
bank agar meningkatkan kualitas relationship dan partnership antara
bank dan nasabah, maka dibuatlah standar pengukuran loyalitas
nasabah yang mengacu pada empat tahapan, yaitu kepuasan
pelanggan (customer satisfaction), retensi pelanggan (customer
retention), perpindahan pelanggan (migration barrier), dan antusias
pelanggan (customer enthusiasm), yang diukur berdasarkan
transaksi (transaction), hubungan/relasi (relationship), kemitraan
(partnership), dan rasa kepemilikan (ownership). Makin kuat
kualitas hubungan antara bank dan nasabah makin memberikan
mutual benefit baik bagi nasabah selaku pengguna layanan maupun
bagi bank yang mengharapkan peningkatan kontribusi profit dari
setiap nasabahnya.90
Pengukuran loyalitas dalam survei ini diukur dengan metode
Structural Equation Model (SEM), suatu teknik analisis yang
menggabungkan analisis faktor dan analisis regresi. Dalam hal ini,
loyalitas nasabah terhadap suatu produk bank ditentukan oleh faktor
transaction, relationship, partnership, dan ownership. Pada dimensi
transaction dilihat bagaimana perilaku nasabah dalam mengelola
produk perbankan yang dimiliki serta seberapa puas nasabah
terhadap produk tersebut. Pada dimensi relationship dilihat motivasi
nasabah dalam membuka produk, lama menggunakan, serta seberapa
besar keinginan nasabah untuk terus menggunakan kembali produk
yang sudah dimilikinya. Pada dimensi partnership, dilihat apakah
nasabah melakukan transaksi secara rutin, meningkatkan frekuensi
dan volume transaksi, menggunakan produk lain dari bank yang
90Http: //www.infobanknews.com /2012/02/ empat -tahap -mengukur -
indeks-loyalitas. Ditulis pada tanggal 21 February 2012 pukul 11:18 WIB oleh
Farid Subkhan. Diakses pada tanggal 4 Mei 2015 pukul 22:22 WIB.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 65
sama, serta tidak berkeinginan untuk pindah ke bank lain.
Sedangkan pada dimensi ownership, dilihat apakah nasabah bersedia
merekomendasikan produk yang sudah dimiliki kepada orang lain,
bersedia membela produknya jika ada yang berkomentar negatif,
serta selalu rutin mengikuti perkembangan layanan dan terlibat
dalam mempopulerkan tabungan.
Gambar 2.1
Empat Tahap Pengukuran Loyalitas Nasabah91
Sumber : Indonesian Bank Loyalty Indeks (IBLI)
Loyalitas atau kesetian pelanggan merupakan interaksi antara
sikap (attitude) dan perilaku (behaviour) yang bersifat satu dimensi.
Griffin menyimpulkan bahwa keterikatan konsumen terhadap
91Http://www.markplusinc.com/ibla/sample-page. Indonesian Bank Loyalty
Award (IBLA) tahun 2014. Diakses pada tanggal 4 Mei 2015pukul 22:22 WIB.
66 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
perusahaan dan produknya ditentukan oleh dua faktor, yaitu
preferensi (tingkat keyakinan konsumen terhadap produk atau jasa)
dan persepsi diferensiasi produk (sejauh mana konsumen melihat
peusahaan dan produk mereka berbeda dengan pilihan alternatif
dipasar.92
Jadi, keterkaitan konsumen terhadap suatu bank akan
menjadi kuat jika preferensi konsumen terhadap produk layanan
perbankan bank tersebut baik dan konsumen melihat layanan
tersebut berbeda dengan yang ada di pasar. Sedangkan Dick dan
Basu menyimpulkan bahwa kesetiaan pelanggan ditentukan oleh
kekuatan hubungan antara sikap relatif terhadap suatu produk atau
perusahaan dan tingkat pembelian ulang yang dilakukan konsumen.
Dengan melihat interaksi antara sikap dan perilaku, Dick dan Basu
menemukan empat segmen konsumen, antar lain true loyalty, latent
loyalty, spurious loyalty dan no loyalty.93
1. True Loyalty
Segmen ini ditandai dengan tingkat pembelian ulang yang
tinggi dan sikap keterikatan (preferensi) yang tinggi terhadap
perusahaan atau penyedia jasa. Bagi bank, konsumen jenis ini
merupakan kelompok konsumen yang paling ideal karena
mereka merupakan konsumen yang setia dengan tingkat
pembelian ulang yang tinggi. Konsumen yang masuk dalam
kategori ini akan sulit dipengaruhi oleh pesaing dan mereka
tidak tertarik dengan program potongan harga yang dilakukan
pesaing. Disamping itu, mereka juga cenderung untuk
melakukan promosi dari mulut ke mulut yang positif (WOM)
kepada rekan atau keluarga mereka.
92Jill Griffin, Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It (United
State Of America : Lexington Books, 1995), 1-3. 93Alan S.Dick dan K.Basu, “Customer Loyalty : Toward an Integrated
Conceptual Framework, Journal of The Academy of Marketing Science”, Vol.22
No.3 (1995) : 99-113. Lihat juga Lizar Alfansi, Pemasaran Jasa Finansial, Edisi 2
(Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2013), 257.
DISKURSUS RELIGIUSITAS, Perilaku Konsumen dan Loyalitas 67
2. Latent Loyalty
Konsumen dalam kelompok ini memperlihatkan tingkat
pembelian ulang yang rendah, tetapi mereka memiliki sikap
yang positif terhadap penyedia jasa perbankan dan produk
mereka. Ada dua kemungkinan konsumen yang masuk dalam
kategori ini. Pertama, mereka merupakan light user dengan
daya beli yang rendah seperti pelajar dan mahasiswa. Kedua,
tingkat pembelian yang rendah itu adalah karena faktor
situasi dan kondisi yang menyebabkan mereka lebih banyak
menggunakan produk pesaing.
3. Spurious Loyalty
Meskipun konsumen dalam kategori ini memiliki sikap
keterkaitan yang rendah terhadap penyedia jasa dan produk
mereka, nasabah jenis ini masih tetap mengunjungi bank dan
menggunakan produk mereka. Sepintas, konsumen yang
masuk dalam kategori ini memperlihatkan perilaku yang setia,
akan tetapi kesetiaan mereka bersifat semu karena
keengganan mereka untuk pindah ke bank lain disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti tingginya switching cost, adanya
persepsi bahwa bank menawarkan jasa finansial yang relatif
sama, keterkaitan nasabah dengan bank yang tertuang dalam
kontrak (untuk produk seperti pinjaman) dan bank lain belum
tentu menawarkan benefit yang lebih baik.
4. No Loyalty
Segmen ini memperlihatkan kombinasi antara tingkat
keterkaitan konsumen terhadap perusahaan dan produk
mereka yang rendah dan tingkat pembelian ulang yang rendah
juga. Segmen ini merupakan kelompok nasabah yang tidak
loyal terhadap suatu bank. Rendahnya sikap keterikatan
68 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
konsumen terhadap suatu bank dapat jadi karena bank
tersebut gagal mengkomonikasikan keunggulan produk
mereka kepada nasabah atau karena tingkat persaingan
industri perbankan yang sangat kompetitif.
Table 2.1
Matriks Kesetiaan Pelanggan Dick dan Basu
(Perilaku)
Pembelian Ulang Tinggi Pembelian Ulang Rendah
(Sikap)
True Loyalty Latent loyalty
Spurious Loyalty No Loyalty
Keterikatan
Tinggi
Keterikatan
Rendah
69
BAB III
Motif Nasabah Bank Syariah
ehadiran industri perbankan syariah di Indonesia
memberi peluang bagi umat untuk dapat kembali pada
sistem ekonomi (muamalah) yang berprinsip pada ajaran Islam dan
tidak mengandung unsur maysir, gharar, maupun riba. Bankir yang
masih mengimani Alquran sebagai pedoman hidup dan hadist
sebagai panduan aktivitasnya, memperkenalkan pada industri
keuangan dan perbankan bahwa Islam memiliki prinsip-prinsip
syariah seperti, syirkah, mudharabah, ba’i as-salam, ba’i al-isthisna,
murabahah, wakalah, ijarah, hiwalah, kafalah, qardh, dan rahn,
untuk membuktikan bahwa semuanya dapat diterapkan pada
lembaga keuangan modern pada saat ini. Ini semua dikarenakan
sistem keuangan Islam adalah suatu sistem yang tercakup dengan
baik.1
Industri perbankan syariah merupakan suatu sarana yang
dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang adil, transparan, dan
dapat menghilangkan wabah penyakit maghrib (maysir, gharar,
riba). Ditinjau dari sisi kepentingan nasabah atau masyarakat,
sistem perbankan syariah banyak memberikan manfaat, yaitu
dengan meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi
masyarakat Indonesia, sehingga akan semakin berkurang
kesenjangan sosial ekonomi, sebagai akibat dari praktek-praktek
kegiatan ekonomi yang tidak Islami. Tidak seperti bank-bank
konvensional yang telah beroperasi di Indonesia, dirasakan kurang
1Ummul Fadhilah Sari, “Analisis Dampak Basis Pedidikan Formal Sumber
Daya Insani (SDI) terhadap Pemahaman Akad Fiqh Muamalah di Perbankan
Syariah : Studi Kasus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu”, Skripsi
STAIN Bengkulu, (Bengkulu, 2011), 2-3.
K
70 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
berperan secara optimal dalam membantu memerangi kemiskinan
dan meratakan pendapatan masyarakat, khususnya yang berekonomi
lemah.2
Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan berbasis ke-
Islaman, perlu dijaga dan dipertahankan keberadaannya di tengah-
tengah masyarakat Muslim. Untuk menjaga dan mempertahankan
sebuah bank syariah, dibutuhkan dukungan dan kesetiaan dari para
nasabahnya, oleh karena itu penting bagi pihak bank syariah untuk
mengetahui hal apa saja yang dapat menjadikan seorang nasabah
setia atau loyal dalam menggunakan produk jasa dan layanan bank
syariah. Salah satu hal penting yang dapat menjadikan seorang
nasabah loyal adalah tujuan nasabah dalam menggunakan bank
syariah. Tujuan penggunaan bank syariah ini dapat disebut juga
dengan istilah ’motif’.
Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjabarkan apa
saja yang menjadi tujuan atau motif nasabah dalam menggunakan
bank syariah. Berdasarkan hasil penelitian lapangan penulis di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu, penulis menemukan dua
macam motif yang paling mendasari seorang nasabah menggunakan
jasa layanan bank syariah, yaitu motif agama dan motif ekonomi.
Motif agama nasabah terbagi menjadi tiga macam, antara lain : 1)
Menjauhi larangan riba, 2) Prinsip Keadilan, 3) Penerapan nilai-nilai
Islam dalam kehidupan. Sedangkan motif ekonomi nasabah juga
terbagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Produk perbankan yang
memenuhi kebutuhan nasabah, 2) Persentase nisbah bagi hasil lebih
besar dari pada bunga bank, 3) Menghidari terjadinya Negative
Spread. Sebelum membahas motif agama dan motif ekonomi, lebih
dahulu penulis akan membahas karakteristik nasabah-nasabah yang
menjadi responden dalam penelitian penulis.
2Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan dan Lembaga-lembaga Terkait
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996), 75-77.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 71
A. Karakteristik Nasabah BMI Cabang Bengkulu
Keberadaan dan keberlangsungan bank syariah di Indonesia
tidak akan dapat bertahan lama tanpa adanya dukungan dari nasabah
yang loyal. Untuk mempertahankan nasabah yang loyal, bank
syariah dituntut agar dapat memenuhi semua kebutuhan yang
diperlukan oleh setiap nasabahnya. Pelayanan yang diberikan oleh
bank syariah harus sesuai dengan persepsi nasabah, karena persepsi
seorang nasabah itu lebih penting dari pada realita yang ada,3 agar
apa yang diharapakan nasabah dapat terpenuhi, sehingga nasabah
menjadi puas. Kepuasan nasabah perlu diperhatikan agar bank
syariah dapat benar-benar mengetahui apa yang diharapkan
nasabah.4 Memenuhi kepuasan nasabah memang tidak mudah, setiap
nasabah mempunyai keinginan dan kebutuhan yang berbeda, intinya
bank syariah harus dapat memahami bagaimana perilaku dan
karakteristik nasabah.5
Karakteristik nasabah merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan oleh lembaga perbankan syariah, karena
nasabah adalah aset berharga bagi perkembangan dan kemajuan
bank syariah. Perbedaan karakteristik nasabah tentunya akan
menjadikan perbedaan motif yang mendasari nasabah menggunakan
layanan jasa perbankan syariah, baik itu motif agama maupun motif
ekonomi. Pada bab ini penulis akan menganalisis apa saja yang
menjadi motif agama dan motif ekonomi nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dengan instrumen berupa
kuesioner model likert yaitu kuesioner yang berisikan pernyataan-
3Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th Edition
(New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River, 2006).
Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12 Jilid 1,
Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 228. 4Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 38. 5Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 1-2.
72 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
pernyataan tentang berbagai motif nasabah dalam menggunakan
jasa layanan bank syariah yang berjumlah 46 item, 15 pertanyaan
berkaitan dengan motif agama, 15 pertanyaan berkaitan dengan
motif ekonomi dan 16 pertanyaan mengenai loyalitas dengan lima
alternatif jawaban, antara lain, Tidak Pernah (TP), Jarang (JR),
Kadang-kadang (KK), Sering (SR), Selalu (SL). Masing-masing
jawaban diberi skor berbeda karena disesuaikan dengan pertanyaan
yang favorable dan unfavorable. Pertanyaan favorable dengan
jawaban Selalu (SL) diberi skor 5, jawaban Sering (SR) diberi skor
4, jawaban Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, jawaban Jarang (JR)
diberi skor 2, dan jawaban Tidak Pernah (TP) diberi skor 1.
Pemberian skor akan menjadi sebaliknya untuk pertanyaan yang
unfavorable, jawaban Selalu (SL) diberi skor 1, jawaban Sering (SR)
diberi skor 2, jawaban Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, jawaban
Jarang (JR) diberi skor 4, dan jawaban Tidak Pernah (TP) diberi skor
5.
1. Jenis Kelamin
Tabel 3.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
Laki-laki 127 orang
Perempuan 173 orang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 300
orang responden yang penulis teliti sebanyak 127 orang (42,33%)
berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 173 orang (57,67%) berjenis
kelamin perempuan.6 Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling yaitu menentukan sampel
6Hasil data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014. Ditambah dengan
hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari - Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 73
dengan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan
penelitian.7 Persyaratan responden dalam penelitian ini yaitu, harus
seorang Muslim, berusia minimal 20 tahun, saldo tabungan minimal
berjumlah Rp 1.000.000,- dan minimal 1 tahun menabung atau
menggunakan jasa layanan perbankan di Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu.
Penulis sengaja mengambil secara acak nasabah responden
laki-laki maupun perempuan, karena menurut penulis tidak ada
kecenderungan menabung antara nasabah laki-laki dan perempuan.
Jenis kelamin seseorang tidak berpengaruh terhadap motif
penggunaan jasa perbankan.8 Penggunaan jasa perbankan seseorang
lebih dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing nasabah, bukan
jenis kelamin mereka. Dalam kondisi tertentu, transaksi perbankan
nasabah laki-laki dapat lebih dominan daripada nasabah perempuan.
Demikian pula sebaliknya, tidak menutup kemungkinan bahwa
penggunaan transaksi layanan perbankan nasabah perempuan
cenderung lebih banyak dari pada nasabah laki-laki.9 Oleh sebab itu,
penulis membagi sama rata jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin. Namun, pembagian jumlah responden tersebut tetap dipilih
dan diseleksi sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan penelitian
penulis.
7Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta :
Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), 169. Lihat Hendri Tanjung dan Abrista Devi,
Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta : Gramata Publishing, 2013), 117. 8Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh
Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 101. 9Hasil pengamatan dari wawancara penulis dilapangan dengan beberapa
orang nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada tanggal 18-
19 Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada tanggal 12 Januari – 20 Februari 2015.
74 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
2. Usia
Tabel 3.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase
20-29 tahun 69 orang 23%
30-39 tahun 102 orang 34%
40-49 tahun 75 orang 25%
50-59 tahun 42 orang 14%
60-69 tahun 12 orang 4%
Penelitian ini dilakukan pada nasabah Bank Muamalat
Indonesia cabang Bengkulu dengan rentang usia 20-69 tahun,
dengan rincian responden rentang usia 20-29 tahun sebanyak 23%,
responden dengan rentang usia 30-39 tahun sebanyak 34%,
responden dengan rentang usia 40-49 tahun sebanyak 25%,
responden dengan rentang usia 50-59 tahun sebanyak 14%, dan
responden dengan rentang usia 60-69 tahun sebanyak 4%.10
Dari
data di atas dapat diketahui bahwa nasabah responden dengan
rentang usia 30-39 tahun yang memperoleh persentase paling
banyak. Hal ini dikarenakan nasabah pada rentang usia 30-39 tahun
adalah nasabah dalam masa usia produktif, sehingga lebih dominan
melakukan transaksi ekonomi dan penggunaan jasa layananan
perbankan dibanding nasabah usia lainnya. Sedangkan persentase
nasabah yang paling sedikit adalah responden dengan rentang usia
60-69 tahun, sebanyak 4%. Hal ini dikarenakan nasabah dengan
rentang usia tersebut dapat dikategorikan tidak produktif lagi,
sehingga dalam melakukan kegiatan ekonomi (dalam penelitian ini
10Hasil pengolahan data kuesioner nasabah Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu yang penulis teliti pada bula Agustus 2014. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari -
Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 75
transaksi penggunaan jasa layanan bank syariah) intensitasnya
berkurang, bahkan dapat dikatakan jarang.11
3. Pendapatan
Tabel 3.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan/Gaji (Rupiah) Jumlah (Orang) Persentase
1.000.000 – 2.000.000 54 orang 18 %
2.000.001 – 4.000.000 100 orang 33,33 %
4.000.001 – 6.000.000 78 orang 26 %
6.000.001 – 8.000.000 42 orang 14 %
8.000.001 – 10.000.000 2 orang 0,67 %
Tidak diketahui 24 orang 8 %
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nasabah yang
mempunyai penghasilan 2.000.001 – 4.000.000 memperoleh
persentase hasil paling banyak yaitu sebesar 33,33%. Responden
berpenghasilan 4.000.001 – 6.000.000 memproleh persentase
terbanyak ke-2 yaitu 26%. Berikutnya responden berpenghasilan
1.000.000 – 2.000.000 berjumlah 18%. Responden berpenghasilan
6.000.001 – 8.000.000 sebesar 14% dan terakhir nasabah yang
berpenghasilan 8.000.001 – 10.000.000 hanya sebanyak 0,67%.12
Dari data yang penulis peroleh, responden yang berpenghasilan
11Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014. 12Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari -
Februari 2015.
76 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
2.000.001 s/d 4.000.000 mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta
maupun pegawai negeri. Sedangkan nasabah yang tidak diketahui
pendapatannya sebanyak 8%. Nasabah yang tidak diketahui
pendapatannya ini kebanyakan nasabah yang berstatus sebagai
mahasiswa yang memang belum memiliki pekerjaan atau ibu rumah
tangga yang tidak dapat dipastikan berapa pendapatan bulanan yang
diberikan oleh suaminya, atau mungkin nasabah juga yang tidak
mau diketahui berapa pendapatan bulanannya, karena beranggapan
bahwa pendapatan bulanan merupakan privasi seseorang yang tidak
seharusnya diketahui orang lain.13
4. Pekerjaan
Tabel 3.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Responden Jumlah (Orang) Persentase
Mahasiswa 18 orang 6 %
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 66 orang 22 %
Pedagang 39 orang 13 %
Pegawai Swasta 48 orang 16 %
Guru/Dosen 63 orang 21 %
Pengusaha/Wirausaha 30 orang 10 %
Pensiunan 12 orang 4 %
Ibu Rumah Tangga 21 orang 7 %
Pengacara 2 orang 0,67 %
Dokter 1 orang 0,33 %
13Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 77
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, nasabah BMI
cabang Bengkulu yang menjadi responden penelitian penulis
memiliki pekerjaan yang beragam. Responden yang bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memperoleh presentase terbesar yaitu
22%. Persentase terbanyak ke-2 diperoleh oleh nasabah responden
yang bekerja sebagai guru/dosen sebesar 21%. Persentase terbesar
ketiga ditempati responden yang bekerja sebagai pegawai swasta
sebanyak 16%. Kemudian responden yang bekerja sebagai pedagang
13%, wirausahawan sebanyak 10%, ibu rumah tangga 7%,
mahasiswa 6%, pensiunan 4%, serta profesi pengacara 0,67% dan
dokter 0,33%.14
Hasil data penelitian yang penulis peroleh di
lapangan menunjukkan bahwa mayoritas nasabah responden di BMI
cabang Bengkulu berprofesi sebagai PNS dan pengajar (guru dan
dosen).
5. Suku
Tabel 3.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
Asal Suku Jumlah (Orang) Persentase
Minang 96 orang 32 %
Batak 45 orang 15 %
Lembak 39 orang 13 %
Rejang 51 orang 17 %
Jawa 30 orang 10 %
Sunda 12 orang 4 %
Palembang 21 orang 7 %
Madura 6 orang 2 %
14Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015.
78 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Pada tabel data di atas, responden yang berasal dari suku
Minang paling dominan dibanding suku-suku lainnya yaitu sebanyak
32%. Responden terbanyak berikutnya berasal dari suku Rejang
(salah satu suku asli Bengkulu, Kabupaten Kepahiang) sebesar 17%.
Lalu suku Batak sebesar 15%. Suku Lembak (suku asli Kota
Bengkulu) sebesar 13%. Suku Jawa 10%, suku Palembang 7%, suku
Sunda sebesar 4%, dan responden yang paling sedikit berasal dari
suku Madura sebesar 2%.15
Dari hasil perolehan data penelitian
lapangan penulis, dapat diketahui pula bahwa keberadaan suku
Minang lebih dominan dari pada suku Lembak atau Rejang yang
merupakan suku asli provinsi Bengkulu, hal ini dikarenakan kota
Bengkulu merupakan daerah yang masyarakatnya majemuk. Banyak
suku-suku dari luar provinsi Bengkulu yang berdatangan dan
berdomisili di Bengkulu, bahkan menetap berpuluh-puluh tahun dan
memiliki keturunan (anak, cucu, cicit).16
6. Jenjang Pendidikan
Tabel 3.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pendidikan Responden Jumlah (Orang) Persentase
SMP 21 orang 7 %
SMA 60 orang 20 %
Diploma 57 orang 19 %
S1 108 orang 36 %
15Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015. 16Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 79
S2 48 orang 16 %
S3 6 orang 2 %
Dari data di atas dapat diketahui bahwa responden yang
paling banyak adalah nasabah yang berlatar belakang pendidikan S1
sebanyak 36%. Persentase terbanyak berikutnya responden
berpendidikan SMA sebesar 20%. Berikutnya nasabah berbasis
pendidikan Diploma sebesar 19%. Nasabah yang berjenjang
pendidikan S2 sebanyak 16%, berpendidikan SMP sebanyak 7%,
dan terakhir berlatar pendidikan S3 sebanyak 2%.17
Ini menunjukkan
bahwa nasabah Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu
mayoritas berpendidikan atau berasal dari kalangan terpelajar. Hal
tersebut juga diperkuat dengan banyaknya nasabah yang berbasis
Diploma, S2, bahkan jenjang pendidikan S3.
7. Lamanya Responden Menabung di BMI cabang Bengkulu
Tabel 3.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Menabung
Masa Menabung Jumlah (Orang) Persentase
1 – 2 tahun 75 orang 25 %
3 – 4 tahun 141 orang 47 %
5 – 6 tahun 42 orang 14 %
7 – 8 tahun 30 orang 10 %
9 – 10 tahun 12 orang 4 %
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa nasabah
yang paling banyak di BMI cabang Bengkulu adalah nasabah yang
17Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015.
80 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
masa menabungnya selama 3 – 4 tahun yaitu sebesar 47%. Nasabah
responden terbanyak kedua adalah nasabah dengan masa menabung
selama 1 – 2 tahun sebanyak 25%. Responden terbanyak ketiga
adalah Berikutnya nasabah dengan masa menabung selama 5 – 6
tahun sebanyak 14%. Lalu nasabah dengan masa menabung selama
7 – 8 tahun sebanyak 10% dan terakhir nasabah dengan masa
menabung 9 – 10 tahun sebanyak 4%.18
8. Status
Tabel 3.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Status Responden Jumlah (Orang) Persentase
Belum Menikah 96 orang 32 %
Menikah 141 orang 47 %
Janda/Duda 9 orang 3 %
Tidak diketahui 54 orang 18 %
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nasabah responden
BMI cabang Bengkulu yang paling banyak berstatus menikah
sebesar 49%. Nasabah yang belum menikah sebesar 32%, nasabah
yang berstatus janda/duda sebanyak 3%, dan sebesar 16% nasabah
responden BMI cabang Bengkulu tidak diketahui statusnya.19
Menurut penulis, hal ini kemungkinan dikarenakan sebagian
nasabah BMI cabang Bengkulu beranggapan bahwa status
18Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015. 19Hasil perolehan data kuesioner penelitian penulis pada nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2014. Ditambah dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis
pada bulan Januari - Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 81
merupakan hal privasi, sehingga sebagian dari mereka tidak ingin
diketahui statusnya.
B. Profil Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia, sebagai bank syariah
pertama yang murni syariah pada tanggal 24 Rabius Tsani 1412H
bertepatan pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi
pada tanggal 27 Syawal 1412H / 1 Mei 1992 merupakan hasil dari
kerja keras tim kelompok kerja pendirian perbankan syariah
Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah
Indonesia, dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim di Indonesia.20
Sejalan dengan otonomi daerah, lembaga perbankan
konvensional maupun syariah turut serta dalam melakukan upaya
pemberdayaan daerah. Salah satu daerah yang diprogramkan
PT.Bank Muamalat Indonesia adalah Bengkulu. PT Bank Muamalat
Indonesia juga turut berperan dalam hal pendanaan untuk kemajuan
potensial alam provinsi Bengkulu. Sehingga, pada tanggal 18
September 2003 dibukalah PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)
cabang Bengkulu yang berkantor di Jl.S.Parman No.62D Padang
Jati, Kota Bengkulu.21
Pada saat awal beroperasi diutuslah dua orang dari Bank
Muamalat Indonesia (BMI) pusat untuk menjalankan sistem
operasional di Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu. Kedua
orang tersebut diberi tugas dan wewenang yang berbeda. Orang
pertama berwenang sebagai pimpinan cabang (Branch Manager)
20Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta :
Ekonisia, 2004), 31. 21Hasil data penelitian lapangan penulis, berupa file-file dan dokumentasi
yang penulis peroleh dari officer operasional Bank Muamalat Indonesia (BMI)
cabang Bengkulu, Bapak Muhammad Herlan, pada tanggal 22 Agustus 2014.
82 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
sekaligus menjabat sebagai manajer operasional (Operational
Manager). Orang kedua berperan sebagai manajer keuangan
(Account Manager) dan merangkap sebagai kepala sistem
operasional perusahaan (Officer Operational).22
Bank Muamalat Indonesia cabang Bengkulu telah mengalami
empat kali pergantian kepala cabang. Kepala cabang yang pertama
dipimpin oleh Bapak Okki Sukardian yang menjabat pada tahun
2003 sampai tahun 2006. Pada tahun 2006 sampai tahun 2007
kepala cabang BMI cabang Bengkulu dijabat oleh Bapak Imrad
Amra. Kepala cabang berikutnya sekaligus merangkap sebagai
operational manager dijabat oleh Bapak Dendy Prasetya dengan
masa jabatan dari tahun 2007 sampai Juni 2011. Kepala cabang BMI
cabang Bengkulu berikutnya dijabat oleh Bapak Edi Santoso, yang
memulai masa jabatannya sejak Mei 2013 sampai dengan Januari
2015. Kepala cabang BMI cabang Bengkulu saat ini dijabat oleh
Bapak Gadjah Nonto yang memulai masa jabatannya dari Februari
20015.23
Berdasarkan Surat keputusan dewan direksi PT Bank
Muamalat Indonesia yang menenetapkan bahwa, PT Bank
Muamalat Indonesia cabang Bengkulu sebagai cabang tipe ”A”
(Aliansi). Kantor cabang aliansi atau diistilahkan dengan kantor
cabang ”A”, lebih menekankan kepada kerjasama antar lembaga
keuangan mikro syariah seperti koperasi, BPRS, dan lain-lain.
Adapun bentuk lainnya adalah kantor cabang tipe ”B” (Busnees)
yang lebih menekankan kepada kerjasama usaha menengah ke atas
dengan tujuan untuk menghasilkan laba (profit). Dan kantor cabang
22Hasil wawancara penulis dengan bagian HRD Bank Muamalat Indonesia
(BMI) cabang Bengkulu, Ibu Ida Noor Anggraeni, pada tanggal 18 Agustus 2014. 23Wawancara penulis dengan Kepala HDR Bank Muamalat Indonesia
(BMI) cabang Bengkulu, Ida Noor Anggraeni pada bulan Agustus 2014, dan hasil
wawancara penulis dengan Manager Front Office Ibu Fitria Asti pada tanggal 14
Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 83
tipe ”C” (Coorporate) yang lebih mengarah pada bentuk kerjasama
antara perusahaan-perusahaan besar dalam lingkup yang sangat luas
untuk memperoleh keuntungan yang besar pula.24
Setiap perusahaan mempunyai kebijakan visi dan misi
tertentu sebagai penunjang kegiatan operasional. Visi merupakan
sasaran tujuan opeerasional perusahaan dan misi merupakan cara
pencapaian tujuan tersebut. Visi Bank Muamalat Indonesia (BMI)
yaitu, menjadi bank syariah utama di Indonesia, yang dominan di
pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasional. Dan misi Bank
Muamalat Indonesia (BMI), yaitu menjadi Role Model lembaga
keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat
kewirausahaan, keunggulan manajemen, orientasi investasi yang
inovatif untuk memaksimumkan nilai stakeholder.25
Konsep manajemen yang diterapkan Bank Muamalat
Indonesia sangat unik dan memiliki ciri khas tersendiri, yang
dinamakan dengan sistem The Celestial Management. The Celestial
Management26 diterapkan bertujuan untuk menjadikan perusahaan
sebagai sebuah spririt dalam bermuamalah yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya insani. Paradigmanya adalah
bahwa hidup dan kehidupan merupakan bagian dari pengabdian
kepada Allah yang maha kuasa. Dalam The Celestial Management
terkandung nilai-nilai moral perusahaan yang dilihat dari beberapa
aspek, antara lain aspek spritual, sosial, dan ekonomi. Kandungan
24Hasil Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank Muamalat
Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. 25Jurnal Bank Muamalat Indonesia (BMI), tahun 2009. Lihat juga di
www.bankmuamalat.co.id/tentang/visi-misi. 26The Celestial Management merupakan sebuah konsep spiritual
management yang menjadi budaya organisasi Bank Muamalat Indonesia. Konsep
ini merupakan ssebuah upaya untuk mentransformasikan ajaran agam Islam yang
bersumber dari Alquran dan Assunnah berkenaan dengan bisnis ke dalam budaya
organisasi. Lihat A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah : Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba
Empat, 2010), 69.
84 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nilai-nilai tersebut diklasifikasikan dalam konsep sebagai berikut,
antara lain :
1. Sebagai tempat beribadah, Bank Muamalat Indonesia
menanamkan nilai-nilai ZIKR, yang merupakan cerminan
dari: 27
a. Zero Based, yaitu setiap sumber daya insani perusahaan harus
berani melihat perkembangan perusahaan dari sudut pandang
yang bersih dan jernih, serta terbebas dari bayang-bayang
pengalaman masa lalu. Tantangan perusahaan untuk maju dan
berkembang dimasa depan tidak akan sama, bahkan hampir
pasti berbeda setiap harinya.
b. Iman, yaitu setiap kebijakan dan keputusan telah diambil dan
disetujui oleh perusahaan, maka haruslah diyakini dengan
sepenuh hati. Agar apapun yang dikerjakan terasa ikhlas dan
mendapat nilai ibadah dimata Allah Swt. Karena tujuan
utama seorang Muslim dalam bekerja adalah untuk mencari
ridho Allah Swt semata.
c. Konsisten, yaitu sebuah komitmen yang dipegang teguh oleh
seluruh elemen, baik top manager, maupun karyawan biasa
terhadap ketetapan yang sudah diyakini agar tidak keluar dari
keputusan awal (istiqamah).
d. Result Oriented, yaitu tidak memaksakan dan mengutamakan
pendapat sendiri. Memberikan peluang dan kebebasan kepada
karyawan untuk berkarya, yang penting bagaimana usaha
pencapaian sasaran yang dituju.
2. Sebagai tempat untuk memperoleh kesejahteraan, Bank
Muamalat Indonesia menanamkan nilai-nilai PIKR, yang
tercermin dari : 28
27A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :
Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2010), 96-97.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 85
a. Power Sharing, yaitu kebebasan karyawan dalam
mengggunakan kekuatan dan potensi yang dimiliki untuk
berkarya dan membuat keputusan sesuai ruang lingkup
pekerjaannya tanpa menunggu arahan dari atasannya
(inisiatif).
b. Information Sharing, yaitu penyebaran informasi yang ada
haruslah transparan dan bersifat horizontal tanpa harus
dihambat sekat-sekat vertikal birokratis.
c. Knowledge Sharing, yaitu mutu pendidikan karyawan tentang
ilmu bisnis dan laporan keuangan harus mumpuni, sehingga
karyawan yang bersangkutan mengerti hubungan antara
peranan dirinya dengan perusahaan.
d. Reward Sharing, yaitu penghargaan bagi siapa saja yang
berprestasi dan memiliki kinerja baik, tidak hanya dikalangan
top manager, tapi juga karyawan biasa.
3. Sebagai kekuatan yang berupaya meraih kemakmuran melalui
prinsip Bank Muamalat mengutamakan nilai MIKR, yang
tercermin dari : 29
a. Militan, berorientasi pada misi pemberdayaan umat. Ikhlas
beribadah dan tidak mudah putus asa, mandiri dan berani
serta bisa berdikari dalam menempatkan potensi dirinya,
karena reward utama yang diharapkan adalah kemuliaan
akhirat.
b. Intelek, yaitu memiliki ide-ide terbaik yang mencakup semua
aspek ilmu pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill), dan
28A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :
Teori dan Praktik The Celestial Management, Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2010, h.147. 29A.Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah :
Teori dan Praktik The Celestial Management (Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2010), 213-214.
86 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
kepribadian (attitude) yang dibutuhkan untuk berprestasi,
namun tetap bersikap sportif dalam menghargai pendapat dan
keunggulan orang lain.
c. Kompetitif, yaitu kemampuan untuk berdaya saing di bursa
tenaga kerja, dengan persaingan yang sehat dan sportifitas
tinggi. Sehingga kinerja karyawan dapat terus meningkat
dalam menjalankan kegiatan sistem operasional perusahaan.
d. Regeneratif, yaitu semangat kompetitif yang terus tumbuh
dan berganti sehingga dapat bertahan lama di pasar
persaingan.
Produk-produk perbankan yang ada pada Bank Muamalat
Indonesia pusat tidak semuanya digunakan oleh Bank Muamalat
Indonesia Cabang Bengkulu, karena penggunaan produk pada kantor
cabang biasanya disesuaikan dengan permintaan nasabah daerah
sekitar akan produk-produk tertentu yang sesuai dengan kebutuhan
nasabah tersebut. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bengkulu banyak digunakan oleh nasabahnya, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Penghimpunan Dana (funding), antara lain dalam bentuk : 30
a. Giro Wadi’ah adalah titipan dana dari pihak ketiga kepada
bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, dan sarana
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Giro
pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu dibagi
30Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational
Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.
Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada tanggal 12 Januari –
20 Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 87
menjadi 3 macam, giro untuk perorangan, giro untuk
perusahaan, dan giro untuk yayasan/koperasi.
b. Tabungan Ummat adalah titipan dana pihak ketiga pada bank
yang penarikannya dapat dilakukan dengan syarat tertentu
sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Penarikan
tabungan menggunakan slip penarikan, buku tabungan, kartu
ATM, atau dengan cara pemindahbukuan.
c. Tabungan Haji atau Tabungan Arafah adalah titipan dana dari
pihak ketiga kepada bank dengan tujuan untuk
pemberangkatan haji ke tanah suci. Tabungan ini biasanya
berjangka waktu pendek. Sebelum tiba waktu keberangkatan,
dana ini dikelola oleh bank terlebih dahulu, jika mendapat
keuntungan, maka nasabah juga berhak mendapatkan bagi
hasil dari titipan dana tabungan tersebut.
d. Shar‘E yaitu merupakan sebuah produk kemasan kartu
perdana mirip box perdana cellular namun berisi kartu ATM.
Produk ini sejenis layanan tabungan dengan kartu ATM,
namun tidak dengan buku tabungan. Hanya dengan Rp
125.000, langsung dapat diperoleh satu kartu Shar‘E dengan
saldo awal tabungan Rp 100.000 dan Rp. 25.000 merupakan
biaya administrasi. Jika nasabah Shar‘E ingin membuat buku
tabungan, maka akan dikenakan biaya pembuatan buku
sebesar Rp 25.000. Shar‘E dapat dibeli melalui kantor pos dan
diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil
kompetitif.
e. Deposito Mudhorobah adalah titipan dana dari pihak ketiga
pada bank syariah dengan jangka waktu tertentu sesuai
kesepakatan antara bank dengan nasabah, yang penarikannya
tidak dapat dilakukan setiap saat. Penarikan biasanya dapat
dilakukan sekali dalam sebulan pada tanggal yang ditentukan,
88 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
apabila nasabah melakukan penarikan tidak sesuai dengan
ketentuan akan dikenai denda.
f. Deposito Fulinves merupakan produk investasi dari Bank
Muamalat Indonesia yang menggunakan akad Mudaharabah
Muthlaqah dan memperoleh fasilitas asuransi syariah dalam
jangka waktu 6 sampai 12 bulan, dan dapat diperpanjang
secara otomatis pada saat jatuh tempo.
2. Penyaluran dana (lending), antara lain dalam bentuk : 31
a. Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan
oleh pihak bank kepada nasabah untuk pembelian suatu
barang yang dibutuhkan sedangkan keuntungannya diperoleh
dari margin harga barang tersebut berdasarkan kesepakatan.
Biasanya Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu
memberikan pembiayaan murabahah dalam bentuk jual beli
rumah atau kendaraan.
b. Pembiayaan Musyarokah, adalah akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu
dengan penyertaan modal, keuntungan akan dibagi sesuai
nisbah bagi hasil yang disepakati di awal dan risiko akan
ditanggung bersama. Aplikasi pembiayaan ini terjadi pada
kerja sama antara Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bengkulu dengan Bank Safir Cabang Bengkulu.
c. Pembiayaan Mudharobah, yaitu dimana pihak bank berperan
sebagai penyokong dana (shohibul maal) dan nasabah
berperan sebagai pengelola dana (mudharib). Perolehan
31Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational
Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.
Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari -
Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 89
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan di awal. Aplikasi
ini sering terjadi pada kerja sama antara Bank Muamalat
Indonesia Cabang Bengkulu dengan Koperasi Pegawai Negeri
(KPN) yang ada di Kota Bengkulu.
d. Pembiayaan Al-Qard, adalah pinjaman yang diberikan pihak
bank kepada nasabah sebagai pinjaman murni tanpa
mengambil keuntungan untuk keperluan yang bersifat
darurat/mendesak. Meskipun tidak mengambil keuntungan,
namun pihak bank dibolehkan meminta pengganti biaya
administrasi yang telah dikeluarkan untuk melaksanakan akad
ini. Pembiayaan Al-Qord dibagi menjadi dua macam, yaitu
untuk talangan haji dan untuk keperluan mendesak karyawan
bank.
3. Pelayanan jasa (service), antara lain dalam bentuk : 32
a. Wakalah bil Ujroh, adalah akad pemberian kuasa oleh satu
pihak (nasabah) kepada pihak lain (bank) dalam hal-hal yang
diwakilkan. Atas jasanya, maka pihak yang menerima kuasa
dapat meminta imbalan tertentu sebagai balas jasa. Aplikasi
sistem ini terjadi dalam bentuk produk transfer dan kliring.
b. Ujroh, adalah imbalan (fee) yang dibayar oleh nasabah kepada
pihak bank atas jasa pelayanan bank seperti penggunaan ATM
dan Kartu Debit.
32Hasil data penelitian yang penulis peroleh dari bagian officer operational
Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Agustus 2014.
Didukung dengan data Laporan Magang Perbankan Syariah penulis di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu pada bulan Juni 2009. Ditambah
dengan hasil perolehan data penelitian lanjutan penulis pada tanggal 12 Januari –
20 Februari 2015.
90 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
C. Motif Nasabah Menggunakan Jasa Layanan BMI Cab.
Bengkulu
Menggunakan jasa dan layanan suatu bank syariah bagi
seorang nasabah, pastinya didasari oleh tujuan atau motif tertentu.
Dari hasil penelitian lapangan penulis yang bertempat di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, ditemukan dua
macam motif yang paling mendasari seorang nasabah menggunakan
produk, jasa dan layanan bank syariah, yaitu motif agama dan motif
ekonomi. Motif agama adalah tujuan atau motif nasabah dalam
menggunakan bank syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai
keagamaan. Sedangkan motif ekonomi adalah tujuan atau motif
nasabah menggunakan bank syariah yang dilandasi oleh kebutuhan
ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian penulis pula, motif agama
yang melandasi seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan
bank syariah terbagi menjadi tiga macam, antara lain : 1) Menjauhi
larangan riba, 2) Berpedoman pada prinsip keadilan, dan 3)
Penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Demikian pula dengan
motif ekonomi nasabah menggunakan jasa layanan bank syariah,
terbagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Produk perbankan yang
memenuhi kebutuhan nasabah, 2) Persentase nisbah bagi hasil lebih
besar dari pada bunga bank, serta 3) Menghidari terjadinya
Negative Spread.33
Selanjutnya, penulis akan mengukur seberapa besar motif
agama dan motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu dalam menggunakan jasa layanan bank syariah,
dengan instrumen model likert yang berisikan pernyataan-
pernyataan berjumlah 15 item untuk motif agama dan 15 item untuk
33Analisis penulis berdasarkan hasil penelitian lapangan di Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa wawancara dengan beberapa responden.
Analisis ini juga didasari dengan melihat fakta dan realita tujuan atau motif
nasabah dalam menggunakan produk, jasa dan layanan Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu, pada bulan Januari-Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 91
motif ekonomi, dengan lima alternatif jawaban, antara lain, Tidak
Pernah (TP), Jarang (JR), Kadang-kadang (KK), Sering (SR), Selalu
(SL). Masing-masing jawaban diberi skor berbeda karena
disesuaikan dengan pertanyaan yang favorable dan unfavorable.
Pertanyaan favorable dengan jawaban Selalu (SL) diberi skor 5,
jawaban Sering (SR) diberi skor 4, jawaban Kadang-kadang (KK)
diberi skor 3, jawaban Jarang (JR) diberi skor 2, dan jawaban Tidak
Pernah (TP) diberi skor 1. Pemberian skor akan menjadi sebaliknya
untuk pertanyaan yang unfavorable, jawaban Selalu (SL) diberi skor
1, jawaban Sering (SR) diberi skor 2, jawaban Kadang-kadang (KK)
diberi skor 3, jawaban Jarang (JR) diberi skor 4, dan jawaban Tidak
Pernah (TP) diberi skor 5. Deskripsi frekuensi nilai hasil
perhitungan skor kuesioner motif agama nasabah secara keseluruhan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :34
Gambar 3.1
34Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di
Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014
ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
7
4
6 5 5
2
7
9
3
8
6
9
7 7 6
13
15
11
7
9
12
8 9
13
7
9
12
9 8
10
15
10
8
13
11
0
2
4
6
8
10
12
14
16
27 29 32 36 38 40 43 46 49 51 53 57 60 62 65 67 69 71
Jum
lah
In
div
idu
Skor Kuesioner
Nilai Motif Agama
92 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Berdasarkan hasil perhitungan seluruh nilai skor kuesioner
motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini, diperoleh
nilai terendah dengan skor 27 sebanyak 7 orang dan nilai tertinggi
dengan skor 71 sebanyak 11 orang. Adapun nilai tertinggi dari
seluruh item pernyataan kuesioner yaitu dengan skor 75, sedangkan
untuk nilai terendah dengan skor 15. Hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa motif agama nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu cukup baik, karena hampir
mendekati nilai skor tertinggi. Skor nilai tertinggi dari nasabah yang
menjadi responden hanya kurang 4 poin dari skor tertinggi dengan
nilai 75. 35
Dari hasil perolehan skor motif agama pada gambar di atas,
penulis akan mengkategorikan tingkat motif agama menjadi tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pengkategorian ini
didasari oleh hasil pengolahan data SPSS terhadap nilai mean dan
standar deviasi, karena data berdistribusi normal. Berdasarkan
pengkategorian tersebut, maka tingkat motif agama nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai
berikut :
35Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 93
Gambar 3.2
Tingkat Motif Agama
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa motif agama yang
berada pada kategori tinggi sebanyak 62 orang dari jumlah
keseluruhan 300 individu, dengan persentase 20,67%. Motif agama
nasabah dengan kategori sedang memperoleh suara tertinggi
sebanyak 202 orang, dengan persentase 67,33%. Sedangkan motif
agama nasabah berkategori rendah sebanyak 36 orang dengan
persentase 12,00%. Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat
motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu sudah cukup baik, karena memiliki persentase di atas nilai
rata-rata yaitu pada kategori sedang sebesar 67,33%.36
Menurut penulis tingginya tingkat motif agama nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu ini disebabkan oleh
banyak faktor, salah satunya keinginan nasabah untuk kembali pada
sistem ekonomi (muamalah) yang berlandaskan nilai-nilai ke-
Islaman, oleh sebab itu nasabah lebih memilih menggunakan jasa
36 Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di
Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014
ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
0
100
200
300
TinggiSedang
Rendah
62
202
36
Kategori
94 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
layanan perbankan yang sesuai dengan syariah Islam. Tingginya
ketaatan nasabah terhadap nilai-nilai ke-Islaman, seperti perintah
larangan praktik maisyir, gharar, dan riba, menjadikan nasabah
memilih dan mempercayai Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu sebagai lembaga keuangan berbasis kesyariahan dalam
melakukan kegiatan transaksi ekonomi (muamalah) mereka.37
Agama merupakan unsur penting dalam setiap individu
karena menggambarkan karakteristik dan identitas diri seseorang.38
Agama mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil
keputusan,39
karena tingkat pemahaman agama seseorang dapat
mempengaruhi bagaimana pola pikir dan sudut pandang,40
termasuk
keputusan dalam transaksi ekonomi yang berkaitan dengan
komitmen beragama,41
seperti penggunaan layanan jasa perbankan
syariah. Lembaga keuangan seperti bank syariah, hadir
dimasyarakat untuk memberi peluang bagi umat agar dapat kembali
37Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015, serta wawancara penulis dengan beberapa orang nasabah
yang menjadi responden. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS
ver.20. 38Netdet Delener, “Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour
Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing Vol.1 No.4 (1994) : 36.
39Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5
(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail
Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University
of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 40Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare, Ch.2
dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),
28. 41Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United
Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 95
pada sistem ekonomi (muamalah) yang sesuai dengan tuntunan
Islam.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisa bagaimana motif
agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bengkulu.
Apakah nasabah BMI cabang Bengkulu menggunakan jasa layanan
bank syariah bertujuan untuk mematuhi perintah agama seperti
menjauhi larangan riba, keinginan akan sistem bagi hasil yang
berprinsip pada keadilan, dan implementasi atau penerapan nilai-
nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dari data kuesioner
yang penulis peroleh, menghasilkan beberapa temuan yang
menyatakan bahwa motif agama nasabah BMI cabang Bengkulu
dalam menggunakan jasa layanan perbankan syariah, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Menghindari Praktik Riba
Tujuan utama didirikannya lembaga keuangan syariah
didasari oleh upaya umat Muslim untuk kembali pada sistem
ekonomi (muamalah) yang berlandaskan ajaran Islam, yang
berpedoman pada Al-quran dan As-Sunnah.42
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya keinginan kaum Muslimin dalam memenuhi
kebutuhan komitmen beragama mereka. Berdirinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI) yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia
menjalankan kegiatan operasional perbankan dengan menggunakan
sistem bagi hasil, bukan dengan sistem bunga seperti yang
digunakan oleh bank konvensional, karena sistem bunga dalam bank
konvensional disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim
terindikasi praktik riba yang tidak sesuai syariah Islam dan
diharamkan, sebagaimana Allah swt melarang praktik riba dalam
Al-Quran :
42Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :
Gema Insani Press, 2001), 18.
96 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Artinya : ”Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan karena penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, disebabkan mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu ia berhenti (dari mengambil riba), maka apa yang telah diambilnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa yang kembali (mengambil riba), maka mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS.Al-Baqarah 275)
Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-
Quran, melainkan juga pada Al-Hadits/As-Sunnah. Posisi hadits
yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah
digariskan oleh Al-Quran, pelarangan riba dalam hadits dijelaskan
lebih terinci. Salah satu Hadits Riwayat Muslim yang berkenaan
dengan pelarangan riba, seperti :
وكاتبه ومؤكله ابلرا کلٲ: م.ص للها لسور لعن لقا جابر عن ) مسلم رواه ( اءسو هم لوقا وشاهديه
”Jabir berkata, bahwa Rasulullah saw mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, orang yang
MOTIF NASABAH Bank Syariah 97
mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda : Mereka semua itu sama (dosanya)”. (HR.Muslim)
Dalam Ushul Fiqh, ada kaidah yang menyatakan bahwa :
تيم ما واالي جباو فهو به الٳ جبال
”Sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan”.
43
Falsafah dasar perbankan syariah mengacu kepada ajaran
agama Islam yang bersumber pada Al-Quran, Al-Hadits/As-Sunnah,
Al-Ijtihad, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas.44
Umat Islam meyakini Al-
Quran sebagai firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi terakhir,
Nabi Muhammad,saw yang menjadi kitab suci dan berisikan
himpunan dari ajaran-ajaran wahyu yang terbaik, wajib dibaca
maupun dipelajari.45
Al-Hadits merupakan segala perkataan,
perbuatan, ketetapan atau tarir (pengakuan terhadap sesuatu dengan
cara tidak memberi komentar) yang dilakukan Nabi
Muhammad,saw. Pada umumnya, para ahli Hadits menyamakan
istilah Al-Hadits dengan istilah As-Sunnah.46
Al-Ijma’ ialah
kesepakatan pendapat atau hasil al-ijtihad (pemikiran) di antara para
ulama fiqh (mujtahid) tertentu mengenai suatu hukum syariat Islam
43Adiwarman A.Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta :
Rajawali Pers, 2011), 14. 44Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2005), 4. 45Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 794. Lihat dalam
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), 4.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 11.
46Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 13.
98 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
(syara’).47 Sedangkan Al-Qiyas adalah suatu metode untuk
menemukan hukum suatu peristiwa yang tidak ada kejelasan
hukumnya dalam sumber hukum utama, yaitu Al-Quran dan Al-
Hadits/As-Sunnah, dengan cara menghubungkan atau menyamakan
dengan hukum suatu peristiwa yang telah ditegaskan hukumnya
dalam sumber-sumber hukum tersebut karena adanya persamaan
’illat (motif hukum) antara kedua peristiwa tersebut.48
Ajaran agama Islam mengajarkan pada umat manusia untuk
berusaha mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun di
akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik dunia akhirat inilah yang
dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini
sesuai dengan firman Allah,swt yang berbunyi :
Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang berdoa : “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS.Al-
Baqarah : 201)
Ayat di atas adalah sebaik-baiknya doa bagi seorang Muslim.
Hal ini berarti, bahwa dalam mengejar kehidupan di dunia tidak
dapat dilakukan dengan menghalalkan segala cara, tetapi harus
dilakukan dengan gerakan amal saleh. Perbuatan amal saleh adalah
perbuatan baik yang mendatangkan pahala baginya dan
47Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 16.
48Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Jambatan, 1992), 271. Lihat dalam
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2005), 4.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 17
MOTIF NASABAH Bank Syariah 99
mendatangkan faedah bagi orang lain. Amal saleh dapat berupa
tingkah laku dan perbuatan yang termasuk ke dalam kategori ibadah
maupun yang termasuk dalam kategori muamalah.49
Berdasarkan falsafah inilah, para nasabah bank syariah
bersedia menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah dengan
tujuan untuk menghindari praktik riba yang terjadi dalam bank
konvensional yang menggunakan sistem bunga. Dari hasil
pengolahan data kuesioner penelitian lapangan penulis, diperoleh
persentase motif agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu dalam menggunakan jasa dan layanan bank
syariah untuk menghindari praktik riba, adalah sebagai berikut :
Gambar 3.3
Motif Agama : Menghindari Praktik Riba
Gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif agama
nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu untuk
menghindari riba berada pada kategori tinggi sebanyak 73%,
kategori sedang sebanyak 19% dan kategori rendah sebanyak 8%
dari jumlah keseluruhan responden 300 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa menjauhi larangan riba dalam Islam merupakan motif utama
49Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2005), 5.
73%
19%
8%
Tinggi
Sedang
Rendah
100 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nasabah menggunakan bank syariah.50
Selain itu, ada beberapa
alasan lainnya nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu dalam menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah
untuk menghindari praktik riba yang terindikasi dalam sistem bunga
yang terdapat di bank konvensional, antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka
suatu hasil usaha, seperti penetapan bunga simpanan atau
bunga pinjaman yang dilakukan pada bank konvensional.51
Mengapa nasabah bank syariah ingin menghindari sistem ini?
Karena manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa
yang akan diusahakannya/dilakukannya esok dan apa yang
akan diperolehnya, hanya Allah,swt saja yang mengetahui apa
yang akan terjadi esok. Seperti yang tertera dalam QS.Al-
Luqman (31) ayat 34 :
Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada
50Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 51Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu pada tanggal 20 Agustus 2014, jam 10.30 WIB. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia
(Jakarta : Kencana, 2005), 17.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 101
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.Al-Luqman : 34).
b. Menghindari penggunaan sistem presentasi biaya terhadap
hutang atau imbalan terhadap simpanan yang mengandung
unsur melipatgandakan secara otomatis utang atau simpanan
tersebut hanya karena berjalannya waktu.52
QS.Ali Imran (3) :
130.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
(QS.Ali Imran :130)
Istilah ‘berlipat ganda’ yang dimaksud disini adalah riba nasi'ah.
Menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasi'ah itu selamanya
haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba nasiah ialah
pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah
yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.53
52Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu pada tanggal 21 Agustus 2014, jam 13.15 WIB. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia
(Jakarta : Kencana, 2005), 17-18. 53Karnaen A.Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah : Teori,
Praktik dan Peranannya (Jakarta : Celestial Publishing, 2007), 12. Lihat juga
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta : Gema
Insani Press, 2009), 41. Lihat juga Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta : Kencana, 2014), 161-162.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 39. Lihat juga
102 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
c. Menghidari penggunaan sistem perdagangan / penyewaan
barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan
memperoleh kelebihan, baik kuantitas maupun kualitas.54
Periksa hadits Shahih Muslim Bab Riba No.1551 s/d 1567.
Intinya, memperdagangkan atau menyewakan barang ribawi
dengan imbalan barang yang sama dan sejenis dalam jumlah
atau kualitas yang lebih baik adalah hukumnya riba. Hal ini
sama seperti praktik riba fadhl yaitu penukaran suatu barang
dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya
karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, atau
pertukaran barang sejenis dengan tetapi kualitas barang
pengganti lebih baik, seperti penukaran emas dengan emas,
padi dengan padi, dan sebagainya.55
d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka
tambahan atas uang pinjaman, yang bukan atas dasar
pemberian sukarela orang yang mempunyai utang, seperti
penetapan bunga pada bank konvensional.56
Seharusnya,
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah : Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis (Jakarta : Paramadina, 2004), 39.
54Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu pada tanggal 19 Agustus 2014, jam 9.30 WIB. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia
(Jakarta : Kencana, 2005), 17-18. 55Karnaen A.Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah : Teori,
Praktik dan Peranannya (Jakarta : Celestial Publishing, 2007), 12. Lihat juga
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta : Gema
Insani Press, 2009), 41. Lihat juga Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta : Kencana, 2014), 161-162.
Lihat juga M.Ahmad Ad-Da’ur, Bantahan Atas Kebohongan-Kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bunga Bank (Bogor : Al-Azhar Press, 2004), 39. Lihat juga
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah : Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis (Jakarta : Paramadina, 2004), 42.
56Hasil wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Bengkulu pada tanggal 18 Agustus 2014, jam 11.25 WIB. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia
(Jakarta : Kencana, 2005), 17-18.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 103
penambahan uang pinjaman tidak boleh disyaratkan diawal
oleh si pemberi utang, hal ini sesuai dengan Hadits Shahih
Muslim oleh Ma’mur Daud Bab Riba No.1569 s/d 1572.
Intinya, membayar utang dengan lebih baik (yaitu dengan
memberikan tambahan) harus atas dasar sukarela dan
prakarsanya harus datang dari orang yang mempunyai utang.57
2. Menerapkan Prinsip Keadilan
Tujuan/motif agama lainnya yang tidak kalah penting dari
menghindari praktik riba dalam penggunaan jasa dan layanan
perbankan syariah bagi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
cabang Bengkulu adalah berpegang pada prinsip keadilan,
menerapkan nilai-nilai keadilan dalam melakukan setiap transaksi
ekonomi, seperti kegiatan transaksi dalam bank syariah yang
menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip keadilan.
Aplikasi prinsip keadilan dalam sistem bagi hasil ini tergambar
dengan adanya pembagian hasil pendapatan yang sama rata baik
keuntungan maupun kerugian. Sehingga tidak ada salah satu pihak
yang merasakan dirugikan.
Penerapan prinsip keadilan ini juga merupakan salah satu
sistem ekonomi (muamalah) yang sesuai dengan ajaran syariah
Islam, yang berpedoman pada Al-quran dan As-Sunnah, dan
merupakan pemikiran dasar didirikannya lembaga keuangan syariah,
seperti perbankan syariah oleh umat Muslim.58
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya keinginan kaum Muslimin dalam memenuhi
kebutuhan komitmen beragama mereka. Berdirinya Bank Muamalat
Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia,
menjalankan kegiatan operasional perbankannya dengan
57Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2005), 17-18. 58Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :
Gema Insani Press, 2001), 18.
104 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
menggunakan sistem bagi hasil, bukan dengan sistem bunga seperti
yang digunakan oleh bank konvensional, karena sistem bunga dalam
bank konvensional disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim
selain terindikasi praktik riba, juga tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip keadilan dalam berekonomi (muamalah).
Kebebasan dalam melakukan transaksi ekonomi (muamalah)
harus melalui keputusan dan kesepakatan bersama dari semua pihak
yang melakukan transaksi (kontrak). Kesepakatan atau persetujuan
yang sudah diputuskan oleh pihak-pihak yang bersangkutan
dianggap sebagai syarat terwujudnya keadilan dari sebuah transaksi.
Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk berlaku adil dan
perintah ini sangat jelas penegasannya dan tidak dapat diragukan.59
Hal ini sesuai dengan firman Allah,swt yang berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.An-Nisa’ : 29)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa, jika ingin melakukan
suatu transaksi haruslah berdasarkan suka sama suka, tidak ada
salah satu pihak yang merasa keberatan dengan transaksi atau
kontrak yang dijalankan. Jika transaksi yang dilakukan tersebut
59Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International
Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 95.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 105
tidak berdasarkan suka sama suka, maka itu sama saja dengan
memakan harta seseorang dengan cara yang batil atau cara yang
tidak benar.60
Dalam surat An-Nisa’ ayat 29-30 dapat disimpulkan
bahwasanya dalam melakukan sebuah transaksi harus memenuhi dua
syarat kesepakatan agar transaksi tersebut dapat menjadi legal atau
sah. Pertama, harus disepakati secara bersama-sama, suka sama suka
antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Kedua, hasil
pendapatan dari perputaran usaha (keuntungan atau laba) yang
diperoleh jangan sampai hanya menguntungkan satu pihak saja dan
merugikan pihak lainnya. Praktik-praktik riba, judi, lotre, balapan,
taruhan, dan semua permainan yang menggunakan uang maupun
sejenisnya sangat dilarang, karena mengandung unsur-unsur yang
akan merusak sahnya syarat pertama ataupun syarat kedua.61
Transaksi bisnis (dalam studi kasus penelitian ini bisnis
keuangan dan perbankan syariah) tidak bisa dikatakan telah
mencapai sebuah bentuk transaksi yang saling rela antar pelakunya
(tija>ratan ’an tara >dlin minkum) jika di dalamnya masih ada tekanan,
penipuan, penggelapan, atau mis-statement yang digunakan oleh
salah satu pihak yang melakukan transaksi. Kesepakatan bersama
(suka sama suka) bertujuan untuk menghindari semua bentuk
paksaan dalam transaksi dari pihak manapun. Agar kesepakatan
menjadi sah (legal), sudah menjadi syarat mutlak harus terlepas dari
paksaan apapun bentuknya. Dengan kata lain, hanya transaksi bisnis
60Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International
Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.
61Ali Musa Razi Muhajir, Islam in Practical Life (Lahore : Sh.Muhammad
Ashraf, 1974), 150. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan :
The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson
Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.
106 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
yang terlepas dari paksaan dan intimidasi, ketidakadilan, eksploitasi
inilah yang dianggap sebagai transaksi bisnis yang halal.62
Kesepakatan yang benar adalah sebuah tuntutan dan syarat
mutlak. Semua bentuk tindak paksaan hendaknya dihindari,
meskipun mungkin saja langkah ini diambil ketika mengalami
kondisi/situasi tertentu dalam prilaku bisnis. Hukum Islam memang
memberikan keringanan (rukhshah), jika seorang Muslim
menghadapi kesulitan dan keterpaksaan. Prinsip pemberian
keringanan ini bisa saja diaplikasikan pada prilaku bisnis dan juga
pada aspek kehidupan yang lainnya.63
Tidak adanya pengekangan
terhadap kebebasan yang dinikmati oleh seorang pelaku bisnis
Muslim dalam hal betransaksi (muamalah) merefleksikan prinsip-
prinsip keadilan. Oleh sebab itulah para nasabah masih tetap loyal
menggunakan jasa dan layanan perbankan syariah, karena dalam
sistem bagi hasil yang menjadi pedoman kegiatan operasional bank
syariah sesuai dengan prinsip keadilan.64
Berdasarkan hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan penulis, diperoleh persentase motif agama
nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
62Mahmud Muhammad Babilli, Al-Ma>l fi> Al-Isla>m (Beirut : Daar Al-Kitab
Al-Lubnani, 1975), 106. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam
(Pakistan : The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh
Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003),
96. 63Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Mu’asyiyat Islam, (Lahore : Islamic
Publication, 1969), 430-431. Lihat juga Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Ethical Viewpoint of Islam (Lahore : Islamic Publication, 1974). Lihat juga Sayyid Abu Al-
‘Ala Maududi, Capitalism, Sosialism and Islam, (Kuwait : Islamic Book Publishers,
1977). Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The
International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman,
Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 64Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap para
nasabah yang menjadi responden pada penelitian lapangan penulis di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014 dan penelitian
lanjutan pada bulan Januari-Februari 2015.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 107
menggunakan jasa dan layanan bank syariah untuk menerapkan
prinsip keadilan dalam melakukan transaksi ekonomi (muamalah),
adalah sebagai berikut :
Gambar 3.4
Motif Agama : Menerapkan Prinsip Keadilan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
dalam menerapkan prinsip keadilan berada pada kategori tinggi
sebanyak 61%, kategori sedang sebesar 26%, dan kategori rendah
sebanyak 13% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa menerapkan prinsip keadilan dalam melakukan
transaksi ekonomi (muamalah) terutama dalam lembaga keuangan
perbankan menjadi salah satu tujuan/motif seorang nasabah
menggunakan jasa dan layanan bank syariah.65
Sistem bagi hasil (profit and loss sharing) yang merupakan
karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam
secara keseluruhan dapat dikatakan sesuai dengan penerapan prinsip
keadilan. Secara syariah, sistem bagi hasil ini berdasarkan kaidah
mudharabah. Berdasarkan sistem bagi hasil ini, bank Islam akan
65Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
61%
26%
13%
Tinggi
Sedang
Rendah
108 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan
pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank akan
bertindak sebagai pengelola (mudharib), sedangkan penabung
bertindak sebagai penyedia dana (shohibul maal)66
Nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
beranggapan bahwa, menjalankan transaksi ekonomi keuangan
perbankan atas dasar bagi hasil (suka sama suka) merupakan
aplikasi dari penerapan prinsip-prinsip keadilan, yang mana nasabah
penabung berperan sebagai pihak pemilik dana (shohibul maal) dan
pihak bank berperan sebagai pengelola dana (mudharib) atau dapat
sebaliknya, nasabah peminjam berperan sebagai pengelola dana
(mudharib) dan pihak bank berperan sebagai pemilik dana (shohibul
maal), keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai kesepakatan nisbah
bagi hasil, begitu pula jika terjadi kerugian, tetap dibagi sama rata,
sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. Berbeda
dengan sistem yang terdapat dalam bank konvensional yang
menggunakan bunga. Pembagian keuntungan dan kerugian yang
didapat dari hasil pengelolaan dana pinjaman tidak ada kejelasan.
Ada kalanya salah satu pihak yang bertransaksi mendapat
keuntungan besar, dan pihak lainnya hanya diberi sebagian kecil dari
keuntungan. Ada pula kalanya salah satu pihak yang bertransaksi
mengalami kerugian dalam pengelolaan dana pinjaman, namun
pihak lainnya tetap menuntut pengembalian dana pinjaman berikut
dengan tambahannya (kelebihan/keuntungan dana), padahal
kenyataannya perputaran dana mengalami kerugian, sebagaimana
yang terjadi dalam praktik bunga yang terdapat di bank
konvensional. Jika hal tersebut tetap dilakukan, berarti ini termasuk
dalam kategori riba.67
66Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta :
Gema Insani Press, 2001), 137. 67Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
MOTIF NASABAH Bank Syariah 109
Penegasan pelarangan praktik riba mengacu pada QS.Al-
Baqarah (2) ayat 275 dan QS>.An-Nisa’ (4) ayat 29 yang intinya
Allah,swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba serta
suruhan untuk menempuh jalan periagaan dengan suka sama suka,
maka setiap transaksi kelembagaan ekonomi Islam harus selalu
dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau yang
transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara mata uang
dengan barang atau jasa. Sehingga dapat mendorong produksi
barang dan jasa, mendorong kelancaran arus barang dan jasa, dapat
menghindari penyalahgunaan kredit kredit, spekulasi dan inflasi.68
3. Penerapan Nilai-nilai Islam dalam Kehidupan
Transaksi ekonomi (muamalah) merupakan kebutuhan
manusia. Manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.69
Memenuhi kebutuhan
hidup dan bertindak secara rasional merupakan sifat manusiawi. Hal
ini merupakan hakikat manusia untuk menafkahi diri sendiri
maupun keluarganya, dan wajib dilakukan. Dalam menjalankan
kegiatan perekonomian, Islam memberi kebebasan manusia untuk
mencari keuntungan dalam setiap transaksi ekonomi (muamalah)
yang dijalankan demi tercapainya kebahagian hidup di dunia
maupun akhirat. Namun, dalam melakukan aktivitas perekonomian,
manusia tetap harus sesuai dengan batasan-batasan syariat dan
sejalan dengan tuntunan agama, karena manusia juga makhluk
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 68Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2005), 18-19. 69Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3.
110 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
mukallaf yang menanggung beban agama dalam menjalankan
hidupnya.70
Kegiatan perekonomian berbasis syariat yang dilakukan
manusia setiap harinya tidak terlepas dari peran lembaga keuangan
syariah, salah satunya lembaga perbankan syariah. Sebagaimana
diketahui, bank syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang
menjadi pusat perekonomian berbasis ke-Islaman.71
Banyak kegiatan
ekonomi yang dapat dilakukan di bank syariah, seperti penyimpanan
(tabungan) pembiayaan, maupun transaksi-transaksi lainya seperti
transfer uang, rekening koran, pembayaran tagihan listrik, dan
sebagainya yang akan lebih mudah dilakukan jika menggunakan
layanan jasa perbankan.72
Menggunakan jasa dan layanan bank syariah merupakan salah
satu jalan yang dapat menjadikan nasabah bank syariah terbiasa
untuk melakukan kegiatan transaksi ekonomi (muamalah) yang
sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai seorang Muslim, diharuskan
menjalani kehidupannya sejalan dengan tuntunan agama Islam,
karena agama merupakan salah satu variabel penting sebagai
identitas diri dan karakteristik seseorang.73
Agama dan manusia
70Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan“, Artikel Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada
tanggal 20 Desember 2014. Lihat http//www.fatmahazis.file.wordpress.com. 71Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan
Ilustrasi (Yogyakarta : Ekonisia, 2003), 15. 72Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta :
Kencana, 2009), 25. 73Netdet Delener, “Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour
Patternss : Their Dimensions and Marketing Implications”, European Journal of Marketing Vol.2 No.4 (1994) : 36. Lihat juga Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23. Lihat juga Herlina Yustati, Religiusitas dan
Konsumerisme Mahasiswa Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi
Islam, Tesis UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2014), 23.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 111
adalah dua hal yang saling berhubungan erat.74
Islam mengajarkan
kepada manusia tentang apa saja yang menjadi kewajiban dan
kepatuhan. Kepatuhan yang dimaksud adalah patuh terhadap aturan,
petunjuk, perintah, yang diberikan Allah kepada manusia lewat
utusan-utusanNya, dan oleh utusan-utusanNya tersebut diajarkan
kepada umat manusia berupa ilmu pengetahuan dan contoh
keteladanan.75
Islam sebagai agama yang komprehensif juga mengatur
perilaku ekonomi penganutnya. Islam mengatur perilaku ekonomi
umatnya dengan mengedepankan akhlak, dengan berakhlak yang
baik (akhlaqul karimah) manusia menjalani kehidupan sehari-
harinya sesuai dengan pedoman syariat, sehingga terjadi
kesinambungan antara praktik ekonomi (muamalah) individu
dengan tuntunan ajaran Islam. Etika ilmu ekonomi Islam berusaha
untuk mengarahkan umat agar senantiasa melakukan praktik
ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam.76
Bagi seorang Muslim
adanya agama sebagai sarana bagi individu untuk mendekatkan diri
74Mircea Eliade mendifinisikan tentang ‘homo religius’ dalam ‘The Scared
and The Profane’ yang dikutip oleh Sastrapratedja menyatakan bahwa, homo
religius adalah makhluk yang hidup secara alami dalam suatu alam yang agamis,
penuh dengan nilai keagamisan dan cenderung pada keyakinan agamanya serta
ingin mengabdi pada zat yang maha tinggi, yaitu Tuhan pemilik alam semesta.
Pengalaman agamanya akan mempengaruhi, membentuk pola kehidupan sehari-
harinya. Sastrapratedja, Manusia Multidimensional : Sebuah Renungan Filsafah,
(Jakarta : Gramedia, 1987), 38. Lihat juga, Lukman Al-Hakim, “Religiusitas dan
Etos Kerja dalam Peningkatan Ekonomi Umat : Studi pada Masyarakat Suku Sasak
di Lombok Nusa Tenggara Barat”, Disertasi SPs UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta,
2008), 55. 75Makna ‘agama’ menurut Islam yang dikemukakan oleh Agus Salim dalam
bukunya yang berjudul Tauhid, dalam Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994), 4.
76Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
112 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
kepada Tuhan.77
Semua agama mempengaruhi perilaku seseorang
dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan dalam melakukan
transaksi ekonomi (muamalah) baik secara langsung ataupun tidak,
yang didasarkan pada kerangka etika beragama yang mengatur cara
hidup mereka.78
Seseorang yang menjalankan kehidupan sehari-
harinya berdasarkan pedoman agama, dapat dikatakan seorang yang
religius. Religiusitas bagi seorang Muslim merupakan keyakinan
dalam beragama yang berlandaskan pada nilai-nilai ketauhidan dan
keyakinan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.79
Keberagamaan seorang yang religius akan tercermin dari sikap dan
perilaku kehidupannya. Religiusitas adalah sebuah tolak ukur batas
komitmen beragama seseorang yang mengakui agamanya,
melaksanakan setiap ajaran agamanya, maupun menjauhi hal-hal
yang dilarang agamanya, hingga tercermin dalam sikap dan perilaku
kehidupan orang tersebut.80
Hal ini berarti, religiusitas dapat
mengukur seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,
seberapa banyak pelaksanaan ibadah, seberapa besar pengamalan
77Brian J.Zinnbauer, and others, “The Emerging Meanings of Religiousness
and Spirituality : Problems and Prospects”, Journal of Personality, Vol.10 No.5
(1999) : 893-894. 78Lai Fatt Sian, “An Investigation in to the Impact of Income, Culture and
Religion on Consumption Behaviour : A Comparative Study of the Malay and the
Chinese Consumers in Malaysia”, Disertation Philosophy in Management Studies
University of Exeter (United Kingdom, 2009), 22. 79Steven Eric Krauss, “The Muslim Religiosity Personality Measurment
Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment Model : Toward Filling The Gaps in
Religiosity Research of Muslim”, Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2 (Serdang : University of Putra Malaysia Press, 2005) : 174.
80Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1 Issue No.5,
(2009) : 72.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 113
kaidah, dan seberapa dalam penghayatan seseorang terhadap agama
yang dianutnya.81
Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian
lapangan penulis, diperoleh persentase motif agama nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dalam menerapkan
nilai-nilai Islam dengan menggunakan jasa dan layanan bank
syariah, adalah sebagai berikut :
Gambar 3.5
Motif Agama : Penerapan Nilai-Nilai Agama Islam
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
dalam menerapkan nilai-nilai agama Islam berada pada kategori
tinggi sebanyak 68%, kategori sedang sebesar 21%, dan kategori
rendah sebanyak 11% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa menerapkan nilai-nilai agama Islam
81Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta : Menara Kudus, 2002),
71.
68%
21%
11%
Tinggi
Sedang
Rendah
114 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
menjadi salah satu tujuan/motif seorang nasabah menggunakan jasa
dan layanan bank syariah.82
Agama juga berkaitan dengan budaya, dan kedua bagian
tersebut tidak bisa dipisahkan, sehingga dapat mempengaruhi
perilaku seorang nasabah dalam mengambil keputusan.83
Secara
teoritis, tingkat religiusitas seseorang dapat mempengaruhi sudut
pandangan (perception), keputusan (preference) dan perilakunya
(behaviour).84 Religiusitas juga mempengaruhi perilaku ekonomi
seseorang, terutama dalam mengambil keputusan ekonomi berkaitan
dengan pelaksanaan komitmen beragama.85
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara tingkat religiusitas dengan tujuan
seseorang dalam melakukan tindakan, tujuan (motif) yang didasari
oleh pertimbangan keagamaan.
Dari perolehan data sebelumnya dapat dilihat bahwa nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berasal dari
suku-suku yang berbeda. Latar belakang perbedaan asal suku tentu
akan mempengaruhi motif agama setiap nasabah. Dari data di atas
dapat diketahui pula bahwa keberadaan suku Minang lebih dominan
82Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 83Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5
(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail
Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University
of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 84Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare, Ch.2
dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),
28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.
85Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United
Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 115
dari pada suku Lembak atau Rejang yang merupakan suku asli
provinsi Bengkulu. Hal ini dikarenakan kota Bengkulu merupakan
daerah yang masyarakatnya majemuk. Banyak suku-suku dari luar
provinsi Bengkulu yang berdatangan dan berdomisili di Bengkulu,
bahkan menetap berpuluh-puluh tahun dan memiliki keturunan.86
Orang-orang suku Minang sudah menyebar disetiap
kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu. Keberadaan suku Minang
yang mayoritas ini jika dilihat dari sejarah, Provinsi Bengkulu
termasuk dalam wilayah kerajaan Kesultanan Serawai, Sumatra
Barat.87
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Minang kental
dengan nilai-nilai Islam dalam menjalankan kegitan harian mereka.
Slogan suku minangkabau yang berbunyi “Adat besandi syara’,
syara’ besandi Kitabullah”, memiliki makna bahwa dalam
menjalankan adat, suku Minangkabau harus sesuai dengan syariat
Islam. Hal ini menunjukkan bahwa suku Minang sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai Ke-Islaman. Hal ini juga mendasari nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang bersuku Minang
memiliki motif agama yang tinggi dalam menggunakan jasa dan
layanan bank syariah. Mayoritas orang-orang suku Minang memiliki
religiusitas yang tinggi terhadap agama yang dianutnya yaitu Islam,
sehingga mereka ingin mengaplikasikan nilai-nilai syariah islam
dalam kehidupan mereka sehari-hari, salah satunya dengan loyal
menggunakan bank syariah.88
86Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
sudah manula pada tanggal 18-26 Agustus 2014. 87Http://go.bengkuluprov.go.id/ver3/index.php/profil-bengkulu. Diakses
pada tanggal 5 Desember 2014. 88Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
bersuku Minangkabau, pada tanggal 18-26 Agustus 2014.
116 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Selain nasabah yang bersuku Minang, nasabah yang bersuku
Jawa juga memperoleh nilai motif agama yang tinggi. Menurut
penulis, hal ini dikarenakan banyak ajaran tradisi Jawa yang berakar
dari Islam. Bahkan masuknya ajaran Islam ke Bengkulu berasal dari
tanah Jawa pada Abad ke XV.89
Sama halnya dengan masyarakat
suku Minangkabau yang memiliki slogan keagamaan, masyarakat
suku Jawa juga mempunyai beberapa slogan, diantaranya ”Kang
tumpareng tanah Jowo, agomo ageming aji”, yang maknanya bagi
orang Jawa agama merupakan pakaian yang mulia/agung atau juga
bisa diartikan bahwa agama itu adalah hukum/syariat yang harus
dijalankan. Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Jawa
menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Sehingga wajar saja jika
nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang
bersuku Jawa memiliki motif agama yang tinggi.90
Selain motif agama, ada motif lain yang mendasari seorang
nasabah menggunakan jasa layanan bank syariah, yaitu motif
ekonomi. Deskripsi frekuensi nilai hasil perhitungan skor kuesioner
motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:91
89Http://go.bengkuluprov.go.id/ver3/index.php/profil-bengkulu. Diakses
pada tanggal 5 Desember 2014. 90Hasil analisis dari pengamatan penulis terhadap nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini,
didukung juga oleh data hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah yang
bersuku Jawa, pada tanggal 18-26 Agustus 2014. 91Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di
Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014
ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 117
Gambar 3.6
Berdasarkan hasil perhitungan seluruh nilai skor kuesioner
motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian ini, diperoleh
nilai terendah dengan skor 29 sebanyak 6 orang dan nilai tertinggi
dengan skor 69 sebanyak 8 orang. Adapun nilai tertinggi dari
seluruh item pernyataan kuesioner yaitu dengan skor 75, sedangkan
untuk nilai terendah dengan skor 15. Hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa motif ekonomi nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu cukup baik, karena hampir
mendekati nilai skor tertinggi. Skor nilai tertinggi dari nasabah yang
menjadi responden hanya kurang 6 poin dari skor tertinggi dengan
nilai 75.92
Dari hasil perolehan skor motif ekonomi pada gambar di atas,
penulis akan mengkategorikan tingkat motif ekonomi menjadi tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pengkategorian ini
didasari oleh hasil pengolahan data SPSS terhadap nilai mean dan
standar deviasi, karena data berdistribusi normal. Berdasarkan
92Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
6 5 7 6
9
4
9 8 7
10
7
12
7
12
9 11
8 9 7
9 8 10 9 9
7
12
9 11
8 10
8
11 9 9 8
0
5
10
15
29 32 35 38 40 42 44 47 49 51 54 56 58 61 63 65 67 69
Jum
lah
In
div
idu
Skor Kuesioner
Nilai Motif Ekonomi
118 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
pengkategorian tersebut, maka tingkat motif ekonomi nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai
berikut :
Gambar 3.7
Tingkat Motif Ekonomi
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa motif ekonomi yang
berada pada kategori tinggi sebanyak 75 orang dari jumlah
keseluruhan 300 individu, dengan persentase 25,00%. Motif
ekonomi nasabah dengan kategori sedang memperoleh suara
tertinggi sebanyak 191 orang, dengan persentase 63,67%.
Sedangkan motif ekonomi nasabah berkategori rendah sebanyak 34
orang dengan persentase 11,33%. Gambar di atas menunjukkan
bahwa tingkat motif ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu sudah cukup baik, karena memiliki
persentase di atas nilai rata-rata yaitu pada kategori sedang sebesar
63,67%.93
93Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di
Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014
ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
0
50
100
150
200
TinggiSedang
Rendah
75
191
34
Kategori
MOTIF NASABAH Bank Syariah 119
Menurut penulis tingginya tingkat motif ekonomi nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu ini dipengaruhi
oleh banyak faktor, salah satunya adalah untuk pemenuhan
kebutuhan transaksi ekonomi harian nasabah. Tingginya tingkat
kebutuhan hidup nasabah juga mempengaruhi nasabah untuk tetap
loyal dan secara rutin menggunakan jasa layanan Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, karena pemenuhan kebutuhan
hidup merupakan sifat hakikat manusia, oleh sebab itulah para
nasabah mempercayai Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu sebagai lembaga keuangan berbasis kesyariahan untuk
membantu memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi (muamalah)
mereka.94
Manusia merupakan makhluk ekonomi yang selalu berusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya.95
Selain itu manusia juga makhluk
mukallaf yang menanggung beban agama dalam menjalankan hidup.
Islam memberi kebebasan kepada penganutnya untuk melakukan
kegiatan ekonomi. Islam tidak melarang manusia untuk mencari
keuntungan dalam setiap transaksi ekonomi (muamalah). Namun,
transaksi ekonomi yang dilakukan manusia harus tetap berada pada
batasan-batasan syariat dan sejalan dengan tuntunan Islam.96
Memenuhi kebutuhan hidup dan bertindak secara rasional
merupakan sifat manusiawi. Manusia adalah makhluk ekonomi yang
94Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015, serta wawancara penulis dengan beberapa orang nasabah
yang menjadi responden. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS
ver.20. 95Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 96Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada
tanggal 20 Desember 2014. Lihat http//www.fatmahazis.file.wordpress.com.
120 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini
merupakan hakikat manusia serta wajib dilakukan. Dalam kegiatan
perekonomian, Islam memberi kebebasan manusia untuk mencari
keuntungan ekonomi demi tercapainya kebahagian hidup di dunia
maupun akhirat. Namun, dalam melakukan aktivitas perekonomian,
manusia tetap harus sesuai dengan batasan-batasan syariat dan
tuntunan agama. Kegiatan perekonomian berbasis syariat yang
dilakukan manusia setiap harinya tidak terlepas dari peran lembaga
keuangan syariah, salah satunya lembaga perbankan syariah.
Sebagaimana diketahui, bank syariah adalah sebuah lembaga
keuangan yang menjadi pusat perekonomian berbasis ke-Islaman.97
Banyak kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan di bank syariah,
seperti penyimpanan, pembiayaan, maupun transaksi pembayaran
yang akan lebih mudah dilakukan jika menggunakan layanan jasa
perbankan.98
Karena manusia merupakan makhluk ekonomi yang
selalu berusaha memenuhi kebutuhan, mencari kepuasan, dan
menginginkan keuntungan, ada tujuan tertentu atau ’motif’ yang
ingin dicapai oleh manusia, termasuk dalam melakukan transaksi di
bank syariah.99
Dalam penelitian ini, penulis menganalisa bagaimana motif
ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang
Bengkulu. Apa saja yang menjadi motif nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) cabang Bengkulu dalam menggunakan jasa layanan
perbankan syariah. Berdasarkan hasil penelitian lapangan, melalui
wawancara penulis dengan para nasabah Bank Muamalat Indonesia
(BMI) cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam penelitian
97Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan
Ilustrasi (Yogyakarta : Ekonisia, 2003), 15. 98Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta :
Kencana, 2009), 25. 99Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 121
ini, ada beberapa tujuan atau motif ekonomi nasabah bersedia
menggunakan jasa dan layanan bank syariah, motif ekonomi
tersebut antara lain yaitu untuk memenuhi kebutuhan nasabah
melalui produk-produk yang ditawarkan bank syariah, persentase
bagi hasil lebih menguntungkan daripada bunga bank konvensional,
dan untuk menghidari terjadinya Negative Spread. Berikut penulis
jabarkan perolehan hasil penelitian lapangan penulis, adalah sebagai
berikut :
4. Produk Perbankan yang Memenuhi Kebutuhan Nasabah
Sudah dijelaskan diawal bahwa salah satu tujuan atau motif
ekonomi seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank
syariah adalah untuk memberi kepuasan dan memenuhi kebutuhan
nasabah akan transaksi ekonomi (muamalah). Tidak dipungkiri,
ketika seorang nasabah memilih untuk menggunakan sebuah bank
syariah ada tujuan atau motif tertentu yang mendasari nasabah
tersebut mengambil keputusan untuk menggunakan produk dan
layanan bank syariah. Salah satu tujuannnya bisa saja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika penawaran produk dan layanan
jasa yang ditawarkan bank syariah dapat memenuhi kebutuhannya,
maka nasabah akan mengambil keputusan untuk menggunakan
produk dan jasa layanan bank syariah tersebut.100
Memenuhi kebutuhan ekonomi dalam Islam wajib hukumnya.
Dan karena pada masa modern ini kegiatan perekonomian tidak
akan sempurna tanpa adanya lembaga keuangan, maka lembaga
keuangan seperti perbankan pun wajib diadakan, tentunya lembaga
perbankan yang sesuai dan berlandaskan syariah Islam. Beragam
produk perbankan syariah yang ditawarkan pihak bank kepada para
100Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
122 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nasabah. Mulai dari produk penghimpunan dana seperti giro,
tabungan dan deposito mudharabah, hingga produk-produk
pembiayaan seperti dana pembangunan rumah tinggal, kendaraan,
maupun haji dan umroh, maupun jasa-jasa (service) perbankan
seperti jasa transfer, rekening listrik, air, telepon, seluler dan lain
sebagainya. Semua produk-produk tersebut ditawarkan pihak bank
guna untuk memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi nasabahnya.101
Berdasarkan hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan penulis, diperoleh persentase motif ekonomi
nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah guna untuk memenuhi
kebutuhan transaksi ekonomi nasabah, adalah sebagai berikut :
Gambar 3.8
Motif Ekonomi : Produk yang Memenuhi Kebutuhan Nasabah
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu dalam memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi berada
101Hasil perolehan data penelitian lapangan, didukung oleh dokumen-
dokumen dan artikel-artikel dari pihak manajemen bank syariah yang penulis teliti
yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus
2014, ditambah dengan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari
2015.
59% 28%
13%
Tinggi
Sedang
Rendah
MOTIF NASABAH Bank Syariah 123
pada kategori tinggi sebanyak 59%, kategori sedang sebesar 28%,
dan kategori rendah sebanyak 13% dari jumlah keseluruhan
responden 300 orang. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi
kebutuhan transaksi ekonomi merupakan salah satu tujuan/motif
seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah.102
Sebagai makhluk ekonomi, manusia memang dituntut untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam ilmu ekonomi pun telah
dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan bertindak secara
rasional.103
Dalam Islam, sebagai seorang Muslim, sudah menjadi
kewajiban manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena
memang memenuhi kebutuhan hidup merupakan sifat dan hakikat
manusia dan wajib dilakukan.104
Dalam ilmu ekonomi konvensional,
kebutuhan didefinisikan sebagai keinginan untuk memperoleh suatu
barang maupun jasa yang dapat memfasilitasi, memenuhi, maupun
memuaskan diri individu.105
Sedangkan menurut ilmu ekonomi
Islam, kebutuhan bukan hanya keinginan untuk memperoleh barang
atau jasa saja yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lahiriyah
(tubuh), tetapi juga kebutuhan akan sesuatu yang tidak berwujud
nyata tapi ada, seperti ilmu pengetahuan, agama, akhlak, moral,
102Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 103Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 104Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam
(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39. 105Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1997), 5.
124 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
norma, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan ruhiyah (jiwa) setiap manusia.106
Islam sebagai agama yang rahmatan lil‘a>lamin, memberikan
kebebasan kepada penganutnya untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Namun Islam tetap mengatur umatnya dalam memenuhi kebutuhan
hidup dengan mengedepankan akhlak, sehingga terjadi
kesinambungan antara dunia dan akhirat. Dalam etika ekonomi
Islam diatur bagaimana usaha manusia untuk mengurangai
kebutuhannya yang berlebihan. Sebagai seorang Muslim tidak
seharusnya memenuhi kebutuhan secara berlebih-lebihan. Hal ini
sesuai dengan firman Allah yang berbunyi :
Artinya : “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makanlah dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.(QS.Al-A’raaf :
31)
Dapat dikatakan wajar jika seorang nasabah bank syariah
memiliki tujuan atau motif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Karena setiap individu memiliki banyak kebutuhan pada waktu-
waktu tertentu. Kebutuhan setiap individu berbeda-beda. Beberapa
kebutuhan bersifat fisiologis (physiological or biogenic needs),
kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus,
dan lelah. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis (psychogenic
106Yu>suf al-Qarad}a>wi, Daur al-Qiyam wa al-akhla>q fi>al-Iqtis{a>di al-Isla>mi,
(Kairo : Maktabah Wahbah, 1995), 201. Lihat juga Afzalur Rahman, Economis Doctrines of Islam Jilid 2, penerjemah Soeroyo,dkk dengan judul Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, (Jakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995), 8. Lihat juga Sarwono, Analisis Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam, Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian
Vol.8 No.1 (2009) : 45.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 125
needs), kebutuhan ini muncul dari tekanan psikologis seperti
kebutuhan akan rasa aman, kenyaman, pengakuan dan
penghargaan.107
Kebutuhan pada diri seseorang dapat menjadi motif
jika sudah mencapai level intensitas tertentu. Ketika seseorang
mempunyai suatu kebutuhan tertentu, maka kebutuhan tersebut
dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.108
Pemenuhan kebutuhan seorang nasabah tergantung dari pengalaman
pribadinya, kapasitas fisik, norma dan nilai-nilai budaya yang ada,
serta kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut,109
serta
harus sesuai dengan tuntunan syariah Islam yang memperhatikan
kehalalannya, sebagai firman Allah,swt :
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS.Al-
Baqarah : 168)
107Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 32. Lihat juga Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi Kedua, (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2011), 24-26. 108Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th
Edition, (New Jersey : Pearson Education, Inc, Prentice Hall, Upper Saddle River,
2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12
Jilid 1, Cetakan IV (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 226. 109Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 29.
126 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. (QS.Al-Baqarah : 172)
Memenuhi kebutuhan hidup merupakan alasan yang terdapat
dalam diri setiap manusia yang menyebabkan manusia melakukan
tindakan. Semua keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
individu pada hakikatnya didasari oleh tujuan atau motif tertentu.110
Ketika seseorang memiliki kebutuhan dan ingin memperolehnya,
maka ada suatu dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak
lainnya, yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu
tindakan.111
Dengan mempunyai motif tertentu, dapat memberikan
tujuan dan arahan bagi manusia dalam melakukan tindakan atau
berperilaku.
Perilaku merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam
usaha memenuhi kebutuhan. Perilaku dapat diamati dalam bentuk
pengambilan keputusan, pemilihan merek dan penolakan terhadap
suatu produk.112
Perilaku pemenuhan kebutuhan ini timbul karena
adanya dorongan dari dalam diri setiap individu atau perorangan.
Pemenuhan kebutuhan seseorang akan mengarah pada tindakan
yang memiliki tujuan. Hal ini berasal dari dorongan, desakan,
110Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :
CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 129. 111Harold J.Leavitt, Managerial Psychology, Fourth Edition, (USA :
University of Chicago, 1978) diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasi, Psikologi Manajemen, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004), 12-13.
112Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 28.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 127
keinginan, atau hasrat yang merupakan permulaan rangkaian
kejadian yang mengarah pada tindakan/perilaku seseorang.
Kebutuhan itu sendiri merupakan suatu motif yang muncul karena
seseorang merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara
yang seharusnya dirasakan dengan yang sesungguhnya dirasakan.
Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan memenuhi kebutuhannya.113
Di dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan, sangat
memungkinkan terjadi perbedaan antara nasabah yang satu dengan
nasabah yang lain, meskipun sebenarnya mereka memiliki
kebutuhan dan keinginan yang sama. Pada tingkatan tertentu
seorang nasabah akan mempunyai hasrat yang mendorong nasabah
tersebut melakukan suatu tindakan (perilaku) untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Setelah sebagian atau seluruh
kebutuhan terpenuhi, maka akan ada kebutuhan dan keinginan
lainnya lagi. Kebutuhan dan keinginan yang berbeda akan muncul
dan menuntut untuk dipenuhi. Inilah yang terjadi pada diri
seseorang dan tidak pernah berhenti selama manusia hidup.114
Kebutuhan akan berkembang seiring dengan perkembangan
yang terjadi dilingkungan masyarakat. Seorang nasabah akan
berinteraksi dengan nasabah lainnya dan dari interaksi itu nasabah
akan mendapatkan informasi-informasi penting berkaitan dengan
cara-cara untuk memenuhi kebutuhan. Nasabah juga belajar dari
media yang ada disekitarnya serta belajar dari lingkungannya. Dari
hal tersebut pengetahuannya akan meningkat dan keinginan-
keinginan pun akan berkembang.115
113Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Edisi Kedua (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 23. 114F.Digree Jeffrey, et al, “Observation : Translating Values in to Product
Wants”, Journal of Advertising Research, Vol.36 No.6 (1998) : 93-103. 115Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 27.
128 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Kebutuhan manusia memiliki beberapa sifat. Kebanyakan
kebutuhan manusia tidak terpuaskan sepenuhnya. Misalnya seorang
nasabah yang telah terpenuhi kebutuhan dengan diberikan
pembiayaan rumah tinggal, tahun depan timbul keinginannya untuk
melakukan transaksi pembiayaan mobil. Kebutuhan baru akan
muncul setelah kebutuhan lama terpenuhi. Keberhasilan dalam
memenuhi suatu kebutuhan akan mempengaruhi kebutuhan
berikutnya. Apabila nasabah gagal dalam memenuhi kebutuhan
sebelumnya, maka nasabah akan menentukan tingkat kebutuhan
yang mungkin lebih rendah atau kebutuhan pengganti yang
memungkinkan untuk dapat dicapainya. Sebaliknya, nasabah yang
telah berhasil mencapai suatu kebutuhan yang diinginkan, akan
meningkatkan kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi dari yang
sebelumnya. Contohnya, seseorang yang gagal membeli Android
keluaran terbaru, akan berusaha membeli Android keluaran lama
yang harganya lebih murah, namun fungsinya hampir sama.116
Kebutuhan juga bersifat majemuk. Sangat jarang tindakan
seorang nasabah hanya didasari pada satu motif, tetapi umumnya
didorong oleh beberapa motif sekaligus. Contohnya, seseorang yang
mempunyai mobil BMW selain bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan, kenyamanan, dan keamanannya dalam berkendara, juga
untuk mendapatkan prestise dari orang lain.117
Berdasarkan
penjabaran-penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa dapat
dikatakan wajar jika seorang nasabah bank syariah mempunyai
116Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
117Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 31. Lihat juga Aaron Quin Sartain, Psychology : Understanding Human Behaviour, Third Edition, McGraw Hill Book Company,
(Tokyo : Kogakusho Company, 1961), 56.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 129
tujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah, karena pada
hakikatnya memenuhi kebutuhan adalah sifat dasar manusia
(manusiawi), dan Islam mewajibkan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.118
5. Bagi Hasil Lebih Menguntungkan daripada Bunga Bank
Tujuan atau motif ekonomi lainnya yang mendasari seorang
nasabah menggunakan produk dan layanan bank syariah adalah
karena beranggapan bahwa nisbah bagi hasil lebih besar dari pada
bunga yang diberikan oleh bank konvensional. Sistem bagi hasil ini
tergambar dengan adanya pembagian hasil pendapatan yang sama
rata baik keuntungan maupun kerugian. Sehingga tidak ada salah
satu pihak yang merasakan dirugikan. Berbeda dengan sistem bunga
pada bank konvensional, yang mengharuskan bagi pihak yang
mendapat pinjaman dana untuk membayar tambahan dana pinjaman
setiap jangka waktu tertentu. Tentunya hal ini akan memberatkan
bagi pihak peminjam, karena belum tentu pinjaman dana tersebut
memperolah keuntungan dari perputarannya.119
Selain itu sistem
bagi hasil juga merupakan salah satu sistem ekonomi (muamalah)
yang sesuai dengan ajaran syariah Islam, yang berpedoman pada Al-
quran dan As-Sunnah, dan merupakan pemikiran dasar didirikannya
lembaga keuangan syariah, seperti perbankan syariah oleh umat
Muslim.120
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang merupakan
118Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 119Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis dengan nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014,
ditambah dengan data penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 120Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta
: Gema Insani Press, 2001), 18.
130 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
bank syariah pertama di Indonesia, menjalankan kegiatan
operasional perbankannya dengan menggunakan sistem bagi hasil,
bukan dengan sistem bunga seperti yang digunakan oleh bank
konvensional, karena sistem bunga dalam bank konvensional
disepakati para ulama dan cendikiawan Muslim mengandung unsur-
unsur ribawi yang tidak manusiawi.121
Selain itu, menurut para nasabah yang menggunakan jasa dan
layanan bank syariah, jika diperhitungkan sistem bagi hasil jauh
lebih menguntungkan dari pada bunga yang diberikan bank
konvensional. Pendapat ini didasari oleh pemikiran nasabah yang
beranggapan bahwa perhitungan keuntungan yang diperoleh
tidakhanya berdasarkan nisbah bagi hasil perusahaan perbankan
saja, tetapi juga keuntungan akan nilai barokah dan pahala yang
akan didapatkan dari Allah,swt. Jadi, hitungan-hitungan laba
ruginya, tidak hanya perhitungan laba rugi didunia saja tapi juga
laba rugi didunia.122
Dalam kajian fiqh muamalah, sistem bagi hasil (profit and
loss sharing) ini sesuai dan berlandaskan kaidah mudharabah.
Nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
beranggapan bahwa, menjalankan transaksi ekonomi keuangan
perbankan berdasarkan bagi hasil merupakan aplikasi transaksi
ekonomi atas dasar suka sama suka. Sistem ini tidak akan
menguntungkan satu pihak yang bertransaksi saja dan merugikan
pihak lainnya, sehingga nasabah mengganggap sistem bagi hasil ini
lebih menjamin dan memberi keuntungan dibanding persentase
121Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 122Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang menjadi responden dalam
penelitian lapangan penulis, pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data
penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015
MOTIF NASABAH Bank Syariah 131
bunga yang diiming-imingi bank konvensional. Berdasarkan sistem
bagi hasil ini, bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan
penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan
penabung, bank akan bertindak sebagai pengelola dana simpanan
nasabah (mudharib), sedangkan penabung bertindak sebagai pemilik
modal (shohibul maal)123 atau dapat sebaliknya, nasabah peminjam
berperan sebagai pengelola dana (mudharib) dan pihak bank
berperan sebagai pemilik dana (shohibul maal), keuntungan yang
diperoleh dibagi sesuai kesepakatan nisbah bagi hasil, begitu pula
jika terjadi kerugian, tetap dibagi sama rata, sehingga tidak ada
salah satu pihak yang merasa dirugikan. Berbeda dengan sistem
yang terdapat dalam bank konvensional yang menggunakan bunga.
Pembagian keuntungan dan kerugian yang didapat dari hasil
pengelolaan dana pinjaman tidak ada kejelasan. Ada kalanya salah
satu pihak yang bertransaksi mendapat keuntungan besar, dan pihak
lainnya hanya diberi sebagian kecil dari keuntungan. Ada pula
kalanya salah satu pihak yang bertransaksi mengalami kerugian
dalam pengelolaan dana pinjaman, namun pihak lainnya tetap
menuntut pengembalian dana pinjaman berikut dengan
tambahannya (kelebihan/keuntungan dana), padahal kenyataannya
perputaran dana mengalami kerugian, sebagaimana yang terjadi
dalam praktik bunga yang terdapat di bank konvensional. Jika hal
tersebut tetap dilakukan, berarti ini termasuk dalam kategori riba.124
Islam menegaskan bahwa setiap perniagaan atau jual beli
harus dengan dasar suka sama suka, maka setiap transaksi
kelembagaan ekonomi Islam harus selalu dilandasi atas dasar sistem
123Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta
: Gema Insani Press, 2001), 137. 124Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
132 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
bagi hasil dan perdagangan atau yang transaksinya didasari oleh
adanya pertukaran antara mata uang dengan barang atau jasa.
Sehingga dapat mendorong produksi barang dan jasa, mendorong
kelancaran arus barang dan jasa, dapat menghindari penyalahgunaan
kredit kredit, spekulasi dan inflasi.125
Transaksi ekonomi
(muamalah) haruslah disepakati secara bersama-sama, suka sama
suka antara pihak-pihak yang melakukan transaksi, serta hasil
perolehan pendapatan dari perputaran usaha (keuntungan atau laba)
jangan sampai hanya menguntungkan satu pihak saja dan merugikan
pihak lainnya. Praktik-praktik riba, judi, lotre, balapan, taruhan, dan
semua permainan yang menggunakan uang maupun sejenisnya
sangat dilarang, karena mengandung unsur-unsur yang akan merusak
sahnya kontrak sebuah transaksi (aqad).126
Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian
lapangan penulis, diperoleh persentase motif ekonomi nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu yang beranggapan
bahwa bagi hasil di bank syariah lebih menguntungkan dari pada
bunga bank konvensional, adalah sebagai berikut :
125Wirdyaningsih,dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta :
Kencana, 2005), 18-19. 126Ali Musa Razi Muhajir, Islam in Practical Life (Lahore : Sh.Muhammad
Ashraf, 1974), 150. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan :
The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson
Rahman, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 133
Gambar 3.9
Motif Ekonomi : Bagi Hasil Lebih Menguntungkan daripada Bunga
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
agama nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
dalam menerapkan nilai-nilai agama Islam berada pada kategori
tinggi sebanyak 53%, kategori sedang sebesar 31%, dan kategori
rendah sebanyak 16% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa salah satu tujuan/motif ekonomi
seorang nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah adalah
anggapan bahwa bagi hasil lebih menguntungkan dari pada bunga
bank konvensional.127
Melakukan transaksi ekonomi (muamalah) harus melalui
keputusan dan kesepakatan bersama dari semua pihak yang
melakukan transaksi (kontrak). Kesepakatan atau persetujuan yang
sudah diputuskan oleh pihak-pihak yang bersangkutan dianggap
sebagai syarat terwujudnya keadilan dari sebuah transaksi
ekonomi.128
Jika ingin melakukan suatu transaksi haruslah
berdasarkan suka sama suka, tidak ada salah satu pihak yang merasa
keberatan dengan transaksi atau kontrak yang dijalankan. Jika
127Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 128Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International
Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 95.
53% 31%
16%
Tinggi
Sedang
Rendah
134 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
transaksi yang dilakukan tersebut tidak berdasarkan suka sama suka,
maka hal itu sama saja dengan memakan harta seseorang secara
batil.129
Transaksi bisnis (dalam studi kasus penelitian ini bisnis
keuangan dan perbankan syariah) tidak bisa dikatakan telah
mencapai sebuah bentuk transaksi yang saling rela antar pelakunya
(tija>ratan ’an tara>dlin minkum) jika di dalamnya masih ada tekanan,
penipuan, penggelapan, atau mis-statement yang digunakan oleh
salah satu pihak yang melakukan transaksi. Kesepakatan bersama
(suka sama suka) bertujuan untuk menghindari semua bentuk
paksaan dalam transaksi dari pihak manapun. Agar kesepakatan
menjadi sah (legal), sudah menjadi syarat mutlak harus terlepas dari
paksaan apapun bentuknya. Dengan kata lain, hanya transaksi bisnis
yang terlepas dari paksaan dan intimidasi yang dapat dianggap
sebagai transaksi bisnis halal.130
Kesepakatan yang benar adalah sebuah tuntutan dan syarat
mutlak. Semua bentuk tindak paksaan hendaknya dihindari,
meskipun mungkin saja langkah ini diambil ketika mengalami
kondisi/situasi tertentu dalam prilaku bisnis. Hukum Islam memang
memberikan keringanan (rukhshah), jika seorang Muslim
menghadapi kesulitan dan keterpaksaan. Prinsip pemberian
keringanan ini bisa saja diaplikasikan pada prilaku bisnis dan juga
pada aspek kehidupan yang lainnya.131
Berdasarkan pendapat dan
129Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The International
Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96.
130Mahmud Muhammad Babilli, Al-Ma>l fi> Al-Isla>m, (Beirut : Daar Al-Kitab
Al-Lubnani, 1975), 106. Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam,
(Pakistan : The International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh
Samson Rahman, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 131Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Mu’asyiyat Islam (Lahore : Islamic
Publication, 1969), 430-431. Lihat juga Sayyid Abu Al-‘Ala Maududi, Ethical Viewpoint of Islam (Lahore : Islamic Publication, 1974). Lihat juga Sayyid Abu Al-
MOTIF NASABAH Bank Syariah 135
pemikiran inilah nasabah BMI cabang Bengkulu tetap menggunakan
jasa layanan bank syariah.132
6. Menghidari terjadinya Negative Spread
Salah satu tujuan atau motif ekonomi yang mendasari seorang
nasabah menggunakan produk dan layanan bank syariah selain untuk
memperoleh keuntungan laba bagi hasil adalah untuk menghindari
kemungkinan mengalami tekor atau keuntungan minus dari
perputaran Dana Pihak Ketiga (DPK), seperti yang dialami oleh
bank konvensional ketika terjadi krisis ekonomi global, fenomena
ini yang disebut dengan istilah negative spread.133
Negative spread
adalah kondisi dimana pengeluaran bank untuk biaya-biaya
simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih besar dari pada
pendapatan bunga hasil kredit yang disalurkan.134
Tingginya tingkat suku bunga pada masa krisis telah
berdampak buruk pada bank-bank konvensional berupa kesulitan
menemukan nasabah peminjam yang mampu membayar tingkat
suku bunga pinjaman yang tingginya di atas 30%. Daya beli
masyarakat yang rendah karena terjadinya inflasi tidak mampu
menanggung biaya produksi maupun kenaikan harga-harga barang
yang diakibatkan tingginya tingkat bunga. Langkanya nasabah
‘Ala Maududi, Capitalism, Sosialism and Islam (Kuwait : Islamic Book Publishers,
1977). Lihat juga Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam (Pakistan : The
International Institute of Islamic Thought), diterjemahkan oleh Samson Rahman,
Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), 96. 132Analisis penulis berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap para
nasabah yang menjadi responden pada penelitian lapangan penulis di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu. 133Analisis penulis berdasarkan hasil perolehan data penelitian lapangan,
berupa wawancara penulis dengan nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014, ditambah dengan data penelitian
lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015. 134Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : Ekonisia, FE
UII, 2004), 45.
136 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
peminjam yang mampu membayar tingkat suku bunga tinggi,
dihadapkan dengan kenyataan terus membengkaknya jumlah
nasabah penyimpan yang tergiur dengan tingginya tingkat bunga
simpanan diatas 36%. Akibatnya sekuat apapun modal yang dimiliki
bank tersebut, lambat laun tapi pasti pihak bank akan mengalami
devisit.135
Konsep keuangan barat yang berdasarkan bunga menjadi
penyebab timbulnya permasalahan kemanusiaan di semua
komunitas masyarakat dan banyak negara. Konsep keuangan yang
berbasis bunga telah menimbulkan ketidakadilan (inequity).
Ketidakadilan tersebut telah mengakibatkan banyak sekali
masyarakat terutama di negara-negara yang sedang berkembang
baik negara Islam maupun negara non-Islam dan bahkan juga
negara-negara maju dan negara-negara industri menghadapi nasib
yang sama. Sistem keuangan yang berbasis bunga merupakan
penghalang terbesar bagi tercapainya keadilan yang merata. Sitem
tersebut telah mengakibatkan banyak hutang yang tidak terbayar,
menciptakan sekelompok orang-orang kaya yang tidak peduli dan
mengabaikan orang-orang lain yang tertindas, kekurangan dari segi
ekonomi, sehingga semakin miskin. Para ahli keuangan dan ekonom
yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan juga merasakan dan
berpendapat hal yang sama. Benar bahwasanya banyak masyarakat
yang menderita karena sistem bunga tersebut, bukan hanya
masyarakat dari negara miskin dan berkembang saja, tetapi juga
masyarakat di negara-negara kaya seperti Amerika, Inggris maupun
Belanda. Terlebih-lebih masyarakat di negara miskin akan menjadi
semakin miskin dan kesusahan. Negara-negara tersebut akan
semakin tertimbun hutang yang makin lama makin besar jumlahnya
akibat pembebanan bunga. Sementara pinjaman dana (hutang) yang
135Karnaen A.Perwataatmadja dan Henri Tanjung, Bank Syariah : Teori,
Praktik, dan Peranannya (Jakarta : Celestial Publishing, 2007), 18-19.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 137
diterima negara tersebut tidak berhasil mencapai pengentasan
kemiskinan yang dialami oleh rakyatnya.136
Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian
lapangan penulis, diperoleh persentase motif ekonomi nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu menghindari
terjadinya negative spread dalam menggunakan jasa dan layanan
bank syariah, adalah sebagai berikut :
Gambar 3.10
Motif Ekonomi : Menghindari Terjadinya Negative Spread
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa, persentase motif
ekonomi nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu menghindari terjadinya negative spread dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah berada pada kategori
tinggi sebanyak 46%, kategori sedang sebesar 31%, dan kategori
rendah sebanyak 23% dari jumlah keseluruhan responden 300 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa menghindari kemungkinan terjadinya
negative spread menjadi salah satu tujuan/motif ekonomi seorang
nasabah menggunakan jasa dan layanan bank syariah.137
136Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-
aspek Hukumnya (Jakarta : PT.Kencana Prenadamedia Group, 20014), 155-157. 137Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan
penulis di Bank Muamalat indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-
46%
31%
23%
Tinggi
Sedang
Rendah
138 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Bank syariah tidak akan menghadapi resiko tingkat suku
bunga, karena menggunakan sistem bagi hasil.138
Keunggulan
perbankan syariah terutama dalam daya tahannya terhadap terpaan
krisis dan bukan lagi pada tataran teori, sudah terbukti. Salah satu
penelitian yang dibuat oleh International Monetary Fund (IMF),
yakni “The Effects of the Global Crisis on Islamic and Conventional
Banks: A Comparative Study” menunjukkan bahwa secara umum
bank syariah lebih kuat dibandingkan dengan keuangan
konvensional saat krisis global. Ada banyak sebab, mengapa
keuangan syariah lebih kuat dibandingkan dengan keuangan
konvensional. Salah satunya adalah perbankan syariah terbebas
dari negative spread. Sumber pendapatan lembaga perbankan
syariah berasal dari pendapatan yang diperoleh dari nasabah
peminjamnya (debitur). Pada sistem konvensional (riba) sumber
pendapatan berasal dari bunga atau jasa, sedangkan pada lembaga
keuangan yang menggunakan sistem syariah pendapatan tersebut
bisa berbentuk bagi hasil ataupun margin (bagi akad jual beli).
Pendapatan tersebut sebagian dialokasikan untuk membayar
nasabah penyimpannya baik yang menyimpan dalam bentuk
tabungan ataupun deposito.139
Hal ini terbukti pada Bank Muamalat Indonesia, bank syariah
pertama yang murni syariah di Indonesia, yang memakai sistem
perbankan muamalah Islam, tidak mengalami gejolak kesehatan
perbankannya sewaktu Indonesia menghadapi krisis moneter yang
cukup hebat. Tidak seperti bank konvensional yang kenyataannya
pada tahun 1997 sebanyak 63 bank sudah ditutup, 14 bank di take
Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-
Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS Ver.20. 138Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : Ekonisia, FE
UII, 2004), 130. 139 Iwan Rudi Saktiawan, Keuangan Syariah Tidak Negatif Spread, Jakarta,
10 Desember 2013. Http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=6230&catid=2& di
akses tanggal 6 Januari 2016.
MOTIF NASABAH Bank Syariah 139
over dan 9 bank lagi harus direkapitalisasikan dengan biaya ratusan
triliyun rupiah.140
Lembaga perbankan syariah dan lembaga perbankan
konvensional memiliki mekanisme pengalokasian pendapatan dari
debitur untuk biaya operasonal lembaga dan nasabah penyimpan
yang berbeda. Spread pada perbankan konvensional menggunakan
rumus pengurangan, sedangkan pada sistem perbankan syariah
menggunakan rumus perkalian. Sekecil apapun nilai pendapatan
(bagi hasil) yang diperoleh oleh bank syariah, namun spread pada
sistem syariah akan selalu positif, tidak mungkin negatif. Itulah
sebabnya, pada saat krisis moneter di Indonesia, bank yang spread-
nya positif hanyalah Bank Muamalat Indonesia, karena pada saat itu
hanya BMI satu-satunya bank yang menggunakan sistem syariah,
sedangkan bank lain berada pada posisi negatif, karena tidak
menggunakan sistem syariah.141
140Ummul Fadhilah Sari, “Analisis Dampak Basis Pedidikan Formal Sumber
Daya Insani (SDI) terhadap Pemahaman Akad Fiqh Muamalah di Perbankan
Syariah, : Studi Kasus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu”, Skripsi
STAIN Bengkulu, (Bengkulu 2011), 1. 141 Iwan Rudi Saktiawan, Keuangan Syariah Tidak Negatif Spread, Jakarta,
10 Desember 2013. Http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=6230&catid=2& di
akses tanggal 6 Januari 2016.
141
BAB IV Peran Motif Terhadap
Loyalitas Nasabah Bank Syariah
oyalitas merupakan istilah kuno yang secara tradisional
telah digunakan untuk melukiskan kesetiaan dan
pengabdian antusias kepada suatu hal. Dalam konteks bisnis, istilah
ini digunakan untuk melukiskan kesediaan pelanggan agar terus
berlangganan pada sebuah perusahaan dalam jangka panjang, dengan
membeli dan menggunakan barang maupun jasa secara berulang-
ulang, serta secara sukarela merekomendasikan produk maupun jasa
perusahaan tersebut kepada orang lain, baik keluarga, sanak saudara,
teman-teman, dan rekan-rekannya.1 Namun, pada kenyataannya
hanya sedikit pengusaha yang memandang pelanggannya sebagai
penunjang hidup perusahaan.2 Inilah arti penting yang dapat
diberikan pelanggan loyal bagi sebuah perusahaan, yaitu merupakan
sumber pendapatan terus-menerus dalam kurun waktu bertahun-
tahun bagi perusahaan.
Loyalitas pelanggan adalah hal penting yang memerlukan
perhatian khusus dalam dunia bisnis. Para pelaku bisnis telah lama
menyadari bahwa tanpa adanya pelanggan yang loyal diperusahaan
1Christopher H.Lovelock dan Lauren K.Wright, Principles of Service
Marketing and Management, (Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.Inc,
1999) diterjemahkan oleh Agus Widyantoro,dkk, Manajemen Pemasaran Jasa,
(Jakarta : PT.Indeks, 2007), 133. 2Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect, (Boston, Massachusetts, USA
: Harvard Business School Press, Harvard University, 1996), 1.
L
142 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
dapat menurunkan daya saing dipasaran.3 Loyalitas pelanggan atau
disebut dengan loyalitas ‘nasabah’ dalam istilah dunia perbankan,
merupakan suatu dorongan perilaku untuk melakukan pembelian
ulang terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh bank.
Konsep loyalitas nasabah lebih mengarah pada perilaku (behavior)
dibandingkan dengan sikap (attitude). Seorang nasabah loyal akan
melakukan pembelian secara teratur dalam jangka waktu yang lama.
Hal ini termasuk dalam karakteristik pelanggan loyal, seperti
melakukan pembelian secara teratur (make regular repeat
purchases), membeli produk atau jasa (purchases across product and
service lines), merekomendasikan produk kepada orang lain (refers
other), menunjukkan kekebalan dari produk sejenis yang ditawarkan
pesaing (demonstrates immunity to the full of the competition).4
Loyalitas nasabah merupakan hakikat dari sebuah kesetiaan
nasabah terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan
perbankan, yang dalam bahasa pemasaran disebut sebagai “a certain
sign of solid value creation”5, maka loyalitas tidak dapat dilepaskan
dari proses penciptaan nilai produk dan service yang diberikan
kepada nasabah, yang pada akhirnya membentuk suatu rangkaian
rantai nilai yaitu, profit, pertumbuhan perusahaan, kepuasan
nasabah, loyalitas nasabah, nilai produk dan jasa, kemampuan
karyawan, kepuasan karyawan, loyalitas karyawan, dan
3Faisal Saleh, “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia : Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya : Studi Kasus Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia
Cabang Sudirman”, Tesis Universitas Indonesia, (Depok, 2005), 5. 4Jill Griffin, Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It (New
York, USA : Lexington Book Press, 2002), 24. Lihat juga Jill Griffin,
Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan (Jakarta : Erlangga,
2005), 31. 5Frederick G.Reichheld, The Loyalty Effect (Harvard Business School,
Harvard University, 1996), 1.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 143
produktifitas karyawan.6 Loyalitas nasabah tidak dapat terjadi
dengan begitu saja, loyalitas akan berlanjut hanya sepanjang
nasabah merasakan bahwa ia menerima nilai yang lebih baik
(termasuk kualitas yang lebih tinggi sesuai dengan harga yang
dikeluarkan) dibandingkan dengan yang diperolehnya ketika beralih
ke perusahaan perbankan lain penyedia produk dan jasa yang sama.
Jika perusahaan perbankan pertama tersebut melakukan sesuatu
yang mengecewakan nasabah atau jika pesaing mulai menawarkan
nilai yang jauh lebih baik, maka risikonya nasabah akan berpaling
pada perusahan perbankan lainnya.
Mempertahankan loyalitas seorang nasabah bukan perkara
mudah. Mempertahankan nasabah terbukti lebih efisien dibanding
mencari nasabah baru, karena untuk mendapatkan nasabah baru,
berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk
melakukan promosi.7 Perusahaan perbankan harus dapat melakukan
suatu cara untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah
nasabah perusahaannya. Survei tahunan perlu dilakukan untuk
mendorong kesadaran bank agar meningkatkan kualitas relationship
dan partnership antara bank dan nasabah, maka dibuatlah standar
pengukuran loyalitas nasabah yang mengacu pada empat dimensi,
yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction), retensi pelanggan
(customer retention), perpindahan pelanggan (migration barrier),
dan antusias pelanggan (customer enthusiasm), yang diukur
berdasarkan transaksi (transaction), hubungan/relasi (relationship),
kemitraan (partnership), dan rasa kepemilikan (ownership). Makin
kuat kualitas hubungan antara bank dan nasabah makin memberikan
mutual benefit baik bagi nasabah selaku pengguna layanan maupun
6James L.Haskett,dkk, The Service Profit Chain, How Leading Companies
Link Profit and Growth to Loyalty, Satisfaction and Value (Upper Saddle River,
New Jersey : Prentice Hall.Inc, 1997), 12. 7Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 349.
144 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
bagi bank yang mengharapkan peningkatan kontribusi profit dari
setiap nasabahnya.8
Dalam hal ini, loyalitas nasabah terhadap suatu produk bank
ditentukan oleh faktor transaction, relationship, partnership, dan
ownership. Pada dimensi transaction dilihat bagaimana perilaku
nasabah dalam mengelola produk perbankan yang dimiliki serta
seberapa puas nasabah terhadap produk tersebut. Pada dimensi
relationship dilihat motivasi nasabah dalam membuka produk, lama
menggunakan, serta seberapa besar keinginan nasabah untuk terus
menggunakan kembali produk yang sudah dimilikinya. Pada dimensi
partnership, dilihat apakah nasabah melakukan transaksi secara
rutin, meningkatkan frekuensi dan volume transaksi, menggunakan
produk lain dari bank yang sama, serta tidak berkeinginan untuk
pindah ke bank lain. Sedangkan pada dimensi ownership, dilihat
apakah nasabah bersedia merekomendasikan produk yang sudah
dimiliki kepada orang lain, bersedia membela produknya jika ada
yang berkomentar negatif, serta selalu rutin mengikuti
perkembangan layanan dan terlibat dalam mempopulerkan
tabungan.
A. Pengukuran Tingkat Loyalitas Nasabah BMI Cab.Bengkulu
Penulis akan menganalisa tingkat loyalitas nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dengan instrumen
model likert yang berisikan pernyataan-pernyataan berjumlah 16
item dengan lima alternatif jawaban, antara lain, Tidak Pernah (TP),
Jarang (JR), Kadang-kadang (KK), Sering (SR), Selalu (SL).
Masing-masing jawaban diberi skor berbeda karena disesuaikan
dengan pertanyaan yang favorable dan unfavorable. Pertanyaan
8Farid Subkhan, Empat Tahap Mengukur Indeks Loyalitas, ditulis pada
tanggal 21 February 2012 pukul 11:18 WIB. Lihat http://www.infobanknews.com
/2012/02/ empat -tahap -mengukur -indeks-loyalitas. Diakses pada tanggal 4 Mei
2015 pukul 22:22 WIB.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 145
favorable dengan jawaban Selalu (SL) diberi skor 5, jawaban Sering
(SR) diberi skor 4, jawaban Kadang-kadang (KK) diberi skor 3,
jawaban Jarang (JR) diberi skor 2, dan jawaban Tidak Pernah (TP)
diberi skor 1. Pemberian skor akan menjadi sebaliknya untuk
pertanyaan yang unfavorable, jawaban Selalu (SL) diberi skor 1,
jawaban Sering (SR) diberi skor 2, jawaban Kadang-kadang (KK)
diberi skor 3, jawaban Jarang (JR) diberi skor 4, dan jawaban Tidak
Pernah (TP) diberi skor 5.
Berdasarkan hasil perhitungan seluruh nilai skor kuesioner
tingkat loyalitas nasabah maka diperoleh nilai terendah dengan skor
31 sebanyak 4 orang dan nilai tertinggi dengan skor 76 sebanyak 10
orang. Adapun nilai tertinggi dari seluruh item pernyataan kuesioner
dengan skor 80, sedangkan untuk nilai terendah dengan skor 16.
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu hampir
mendekati nilai skor tertinggi.9 Deskripsi frekuensi nilai hasil
perhitungan skor kuesioner loyalitas nasabah secara keseluruhan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :10
9Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 10Hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner penelitian lapangan di
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada bulan Juli-Agustus 2014
ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan Januari-Februari 2015.
Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
146 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Gambar 4.1
Dari hasil perolehan skor loyalitas nasabah pada gambar di
atas, penulis akan mengkategorikan tingkat loyalitas nasabah
menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Pengkategorian ini didasari oleh hasil pengolahan data SPSS
terhadap nilai mean dan standar deviasi, karena data berdistribusi
normal. Berdasarkan pengkategorian tersebut, maka tingkat
loyalitas nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu, adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2
Tingkat Loyalitas Nasabah
4 7
2 5
3
8 6
2 3
7 5
9 6
11 9
7 9 8
10
5
9 7
12 9 10
15
8 11 12
9
13
8 9 11
9 12
10
0
5
10
15
20
31 34 37 40 43 45 48 50 53 55 57 60 62 65 67 69 71 74 76
Jum
lah
In
div
idu
Skor Kuesioner
Nilai Loyalitas Nasabah
0
100
200
300
TinggiSedang
Rendah
211
62
27
Kategori
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 147
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa loyalitas nasabah
yang berada pada kategori tinggi sebanyak 211 orang dari jumlah
keseluruhan 300 individu, dengan persentase 70,33%. Loyalitas
nasabah dengan kategori sedang sebanyak 62 orang, dengan
persentase 20,67%. Sedangkan loyalitas nasabah kategori rendah
sebanyak 27 orang dengan persentase 9,00%. Gambar di atas
menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu cukup baik, karena memiliki
persentase yang tinggi yaitu sebesar 70,33%. Menurut penulis
tingginya tingkat loyalitas nasabah Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu ini disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya tujuan nasabah dalam menggunakan produk maupun jasa
layanan bank syariah, atau dapat disebut juga dengan istilah motif.
Motif nasabah dalam menggunakan produk dan jasa layanan bank
syariah terbagi menjadi dua macam, yaitu motif agama dan motif
ekonomi.11
Pengukuran tingkat loyalitas nasabah pada gambar di atas
merupakan gabungan dari seluruh dimensi loyalitas, antara lain
kepuasan pelanggan (customer satisfaction), retensi pelanggan
(customer retention), perpindahan pelanggan (migration barrier),
dan antusias pelanggan (customer enthusiasm). Untuk mengukur
setiap dimensi loyalitas, selanjutnya penulis akan menjelaskan dan
memaparkan satu per satu pengukuran dari dimensi-dimensi
loyalitas nasabah. Pengukuran dimensi-dimensi loyalitas ini juga
dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu tinggi, sedang, dan
rendah, yang didasari pada nilai mean dan standar deviasi, hal ini
dikarenakan data berdistribusi normal.
11Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20.
148 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Dimensi pertama dari loyalitas nasabah adalah kepuasan
pelanggan (customer satisfaction). Pada dimensi kepuasan
pelanggan (customer satisfaction), hal yang harus diperhatikan
adalah faktor transaksi (transaction), yaitu dengan melihat
bagaimana perilaku nasabah dalam mengelola produk perbankan
yang dimilikinya, serta seberapa puas nasabah terhadap produk
tersebut. Berdasarkan hasil pengkategorian, maka tingkat kepuasan
pelanggan (customer satisfaction) Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu, adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3
Tingkat Kepuasan Pelanggan
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa kepuasan pelanggan
atau nasabah berada pada kategori tinggi hanya sebanyak 41 orang
dari keseluruhan jumlah individu 300 orang, dengan persentase
13,67%. Kepuasan pelanggan/nasabah dengan kategori sedang
memperoleh nilai tertinggi sebanyak 197 orang, dengan persentase
65,67%. Sedangkan kepuasan nasabah kategori rendah sebanyak 62
orang dengan persentase 20,67%. Gambar di atas menunjukkan
bahwa tingkat kepuasan pelanggan/nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu sudah cukup baik, karena berada
pada kategori sedang sebesar 65,67%. Menurut penulis, tingkat
kepuasan pelanggan atau nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu seharusnya dapat lebih ditingkatkan lagi, agar
pelanggan atau nasabah merasa lebih puas dengan layanan jasa
0
100
200
TinggiSedang
Rendah
41
197
62
Kategori
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 149
maupun produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, sehingga nasabah dapat
mempertahankan loyalitasnya terhadap Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu.12
Kepuasan pelanggan atau nasabah merupakan situasi kognitif
pembeli yang berkenaan dengan sepadan atau ketidaksepadanan
antara hasil yang didapat nasabah dibandingkan dengan
pengorbanan yang telah dilakukan.13
Kepuasan pelanggan atau
nasabah juga dapat diartikan sebagai evaluasi secara sadar atau
penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus
atau jelek, serta apakah produk yang bersangkutan cocok atau tidak
cocok dengan tujuan pemakaiannya.14
Kepuasan pelanggan telah
menjadi konsep sentral dalam teori dan praktik pemasaran, serta
merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis. Kepuasan
pelanggan berkontribusi pada sejumlah aspek krusial, seperti
terciptanya loyalitas pelanggan, meningkatnya reputasi perusahaan,
berkurangnya elastisitas harga, berkurangnya biaya transaksi masa
depan, serta meningkatnya efisiensi dan produktivitas karyawan.15
Di samping itu, kepuasan pelanggan juga dipandang sebagai salah
12Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 13J.N.Sheth, “A Factor Analytic Model of Brand Loyalty”, Journal of
Marketing Research, Vol.5 No.1, (1968) : 398. 14J.E.Swan and M.R.Bowers, “Service Quality and Satisfaction : The
Process of People Doing ThingsTogether”, Journal of Service Marketing, Vol.12,
No.1, (1998) : 59-72. 15E.W.Anderson, C.Fornell and R.R.Lehmann, “Customer Satisfaction,
Market Share and Profitability : Finding From Sweden”, Journal of Marketing,
Vol.58 No.1 (January 1994) : 53-66. Lihat juga Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian (Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 353.
150 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
satu indikator terbaik untuk laba masa depan.16
Fakta bahwa
menarik pelanggan baru jauh lebih mahal dibanding
mempertahankan pelanggan lama juga menjadi salah satu pemicu
meningkatnya perhatian pada kepuasan pelanggan.17
Kepuasan
pelanggan atau nasabah adalah suatu respon emosional terhadap
pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan produk maupun jasa
tertentu yang dibeli atau pola perilaku belanja pelanggan serta
kondisi pasar secara keseluruhan. Respon emosional ini dapat dipicu
oleh proses evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi atau
keyakinan terhadap objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan
nilai-nilai individu seperti kebutuhan, keinginan, dan hasrat.18
Pelanggan mengalami berbagai tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan setelah mengalami masing-masing jasa sesuai dengan
sejauh mana harapan mereka terpenuhi atau terlampaui; karena
kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka,
yang dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan,
netralitas, kegembiraan atau kesenangan. Pelanggan yang marah
atau tidak puas akan menimbulkan masalah karena mereka dapat
berpindah ke perusahaan lain dan menyebarkan berita negatif dari
mulut ke mulut. Suatu perusahaan tidak selamanya dapat
memuaskan pelanggan, karena ada kalanya produk dan jasa yang
ditawarkan perusahaan ke pelanggan tidak selamanya sempurna, ada
16C.Fornell, “A National Customer Satisfaction Barometer : The Swedish
Experience”, Journal of Marketing Vo.55 No.1 (January 1992) : 6-21. Lihat juga
Philips Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 14th Edition, (Upper
Saddle River, New Jersey : Prentice Hall International,Inc, 2012), 172. 17C.Fornell and B.Wernerfelt, “Defensive Marketing Strategy by Customer
Complaint Management : A Theoretical Analysis”, Journal of Marketing Research,
Vol.24, No.6 (November 1987) : 337-346. 18R.A.Westbrook and M.D.Reilly, “Value Percept Disparity : An
Alternative to the Disconfirmation of Expectations Theory of Consumer
Satisfaction”, in R.P.Bagozzi and A.M.Taybout (Eds), Advances in Consumer
Research 10, Ann Arbour, MI : Association of Consumer Research, Vol.3 No.1
(1993) : 256-261.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 151
kalanya pula seorang pelanggan mempunyai karakteristik yang sulit
untuk disenangkan atau dipuaskan. Pihak perusahaan juga
menyadari bahwa memuaskan pelanggan saja tidak cukup untuk
membuat pelanggan bertahan, setia atau loyal menggunakan produk
dan jasa suatu perusahaan.19
Dimensi kedua dari loyalitas pelanggan atau nasabah adalah
retensi pelanggan (customer retention). Pada dimensi retensi
pelanggan (customer retention), faktor relationship merupakan hal
yang harus diperhatikan, yaitu dengan melihat motivasi nasabah
dalam membuka produk, lama menggunakan, serta seberapa besar
keinginan nasabah untuk terus menggunakan kembali produk yang
sudah dimilikinya. Berdasarkan hasil pengkategorian, maka tingkat
retensi pelanggan (customer retention) Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai berikut :
Gambar 4.4
Tingkat Retensi Pelanggan
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa retensi pelanggan
atau nasabah berada pada kategori tinggi hanya sebanyak 57 orang
dari keseluruhan jumlah individu 300 orang, dengan persentase
19,00%. Retensi pelanggan/nasabah dengan kategori sedang
19Thomas O.Jones dan W.Earl Sasser, “Why Satisfied Customers Defect?”,
(Boston, USA : Harvard Business Review, November-Desember 1995), 88-99.
0
100
200
300
TinggiSedang
Rendah
57
205
38
Kategori
152 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
memperoleh nilai tertinggi sebanyak 205 orang, dengan persentase
68,33%. Sedangkan retensi pelanggan/nasabah kategori rendah
sebanyak 38 orang dengan persentase 12,67%. Gambar di atas
menunjukkan bahwa tingkat retensi pelanggan/nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu sudah cukup baik,
karena berada pada kategori sedang sebesar 68,33%. Menurut
penulis, tingkat retensi pelanggan atau nasabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu seharusnya lebih ditingkatkan
lagi, agar pelanggan atau nasabah merasa lebih puas dengan layanan
jasa maupun produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, sehingga nasabah dapat
mempertahankan loyalitasnya terhadap Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu.20
Retensi pelanggan merupakan suatu kegiatan atau upaya yang
dilakukan oleh lembaga atau organisasi atau perusahaan agar
loyalitas pelanggan meningkat. Retensi pelanggan tidak dapat
dilepaskan hubungannya dengan perilaku konsumen, karena
keduanya saling mempengaruhi dan erat kaitannya. Perilaku
konsumen adalah perilaku yang diperagakan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang
atau tidak menggunakan lagi produk dan jasa yang mereka harapkan
dapat memuaskan kebutuhannya. Kegiatan retensi pelanggan dapat
diwujudkan dengan strategi atau program tertentu yang dibuat dan
dilakukan oleh sebuah perusahaan perbankan. Bisa berupa potongan
harga administrasi produk, kartu keanggotaan, dan program-
program istimewa lainnya.21
20Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 21Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian
(Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 380-383.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 153
Dimensi ketiga dari loyalitas pelanggan atau nasabah adalah
perpindahan pelanggan (migration barrier). Pada dimensi
perpindahan pelanggan (migration barrier), faktor kemitraan atau
partnership, memerlukan perhatian khusus.22
Hal yang perlu
diperhatikan ialah, apakah nasabah melakukan transaksi secara
rutin, meningkatkan frekuensi dan volume transaksi, menggunakan
produk lain dari bank yang sama, serta tidak berkeinginan untuk
pindah ke bank lain. Berdasarkan hasil pengkategorian, maka
tingkat perpindahan pelanggan (migration barrier) Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, adalah sebagai berikut :
Gambar 4.5
Tingkat Perpindahan Pelanggan
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa perpindahan
pelanggan atau nasabah berada pada kategori tinggi hanya sebanyak
53 orang dari keseluruhan jumlah individu 300 orang, dengan
persentase 17,67%. Perpindahan pelanggan/nasabah dengan kategori
sedang memperoleh nilai tertinggi sebanyak 201 orang, dengan
22Farid Subkhan, Empat Tahap Mengukur Indeks Loyalitas, ditulis pada
tanggal 21 February 2012 pukul 11:18 WIB. Lihat http://www.infobanknews.com
/2012/02/ empat -tahap -mengukur -indeks-loyalitas. Diakses pada tanggal 4 Mei
2015 pukul 22:22 WIB.
0
100
200
300
TinggiSedang
Rendah
53
201
46
Kategori
154 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
persentase 67,00%. Sedangkan perpindahan pelanggan atau nasabah
kategori rendah sebanyak 46 orang dengan persentase 15,33%.
Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat perpindahan
pelanggan/nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu sudah cukup baik, karena berada pada kategori sedang
sebesar 67,00%. Menurut penulis, tingkat perpindahan pelanggan
atau nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
seharusnya lebih ditingkatkan lagi, agar pelanggan atau nasabah
merasa lebih puas dengan layanan jasa maupun produk-produk yang
ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu, sehingga nasabah dapat mempertahankan loyalitasnya
terhadap Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dan
tidak tertarik untuk berpindah kepada bank syariah lainnya maupun
bank konvensional.23
Perpindahan pelanggan dapat disebut juga dengan istilah
penyeberangan pelanggan, hal ini dimaksudkan karena seorang
pelanggan berpindah atau menyeberang dari satu perusahaan
penyedia produk dan jasa ke perusahaan lain yang menyediakan
produk dan jasa yang sama. Pelanggan yang menyeberangan atau
penyeberang (defector), digunakan sebagai istilah seorang
pelanggan yang tidak loyal pada suatu produk dan jasa dari
perusahaan tertentu.24
Reichheld dan Sasser mempopulerkan istilah
zero defection (penyeberangan nol), yang mereka jelaskan sebagai
upaya dalam mempertahankan setiap pelanggan yang dapat dilayani
perusahaan dengan memberikan keuntungan atau feedback bagi
23Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 24Christopher H.Lovelock dan Lauren K.Wright, Principles of Service
Marketing and Management, (Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.Inc,
1999) diterjemahkan oleh Agus Widyantoro,dkk, Manajemen Pemasaran Jasa
(Jakarta : PT.Indeks, 2007), 134.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 155
perusahaan, meski demikian tidak semua pelanggan pantas untuk
dipertahankan perusahaan, ada beberapa pelanggan yang
kepergiannya tidak disesali perusahaan.25
Peningkatan jumlah
penyeberangan tidak hanya mengindikasikan bahwa pelanggan atau
nasabah tidak puas dengan pelayanan
Salah satu cara yang harus dilakukan perusahaan agar dapat
sukses dalam persaingan yaitu dengan mempertahankan dan
meningkatkan pelanggan. Mempertahankan pelanggan terbukti lebih
efisien dibanding mencari pelanggan baru, karena untuk
mendapatkan pelanggan baru, berarti perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan promosi.26
Mempertahankan pelanggan berarti perusahaan harus mampu
memuaskan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan
melebihi yang diberikan oleh perusahaan pesaing, sedangkan
meningkatkan pelanggan berarti perusahaan harus dapat melihat
peluang yang ada, guna untuk mendapatkan pelanggan baru.
Memuaskan pelanggan tidaklah mudah, lain orang lain pula
keinginannya, oleh karena itu kuncinya, perusahaan harus
memahami perilaku konsumen.27
Kepuasan adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara
apa yang diharapkan dengan hasil yang didapatkan. Jika tidak sesuai
dengan harapan, nasabah tidak puas atau kecewa. Jika memenuhi
harapan, nasabah akan puas. Dan jika melebihi harapan, nasabah
akan sangat puas dan senang.28
25Frederick F.Reichheld and W.Earl Sasser, Zero Defection : Quality Comes
to Services (Boston, USA : Harvard Business Review, October 1990), 1-3. 26Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing, 2007), 349. 27Tatik Suryani, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), 1-2. 28Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th
Edition, (Pearson Education, Inc, Prentice Hall : Upper Saddle River, New Jersey,
156 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Secara umum di dunia marketing, kita mengenal konsep yang
namanya get, keep and grow. Get adalah bagaimana mendapatkan
pelanggan baru dan ini berarti pelanggan baru tersebut bisa saja
merupakan pelanggan pesaing kita. Kalau memang kita
mendapatkan pelanggan baru dari perusahaan pesaing, itu berarti
kita telah melakukan proses perpindahan pelanggan (customer
migration or migration barrier) yang sebelumnya mereka
menggunakan produk dan jasa perusahaan pesaing dan kemudian
menggunakan produk dan jasa perusahaan kita. Keep and grow
adalah bagaimana mempertahankan pelanggan kita dan kemudian
membuat mereka membeli lebih banyak dan lebih sering lagi
sehingga terjadi proses retention alias membeli berulang-ulang dan
membeli lebih banyak lagi.29
Dimensi keempat dari loyalitas pelanggan atau nasabah
adalah antusias pelanggan (customer enthusiasm). Pada dimensi
antusias pelanggan (customer enthusiasm), rasa kepemilikan
nasabah terhadap perusahaan atau ownership harus diperhatikan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam ownership ialah, dilihat apakah
nasabah bersedia merekomendasikan produk yang sudah dimiliki
kepada orang lain, bersedia membela produknya jika ada yang
berkomentar negatif, serta selalu rutin mengikuti perkembangan
layanan dan terlibat dalam mempopulerkan tabungan. Berdasarkan
hasil pengkategorian, maka tingkat antusias pelanggan (customer
enthusiasm) Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu,
adalah sebagai berikut :
2006). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12 Jilid 1, (Indonesia : PT Macanan Jaya Cemerlang, Cetakan IV, 2009), h.177. Lihat
juga Susan Fournier dan David Glenmick, “Rediscovering Satisfaction”. Journal of Marketing, (Oktober 1999) : 5-23.
29Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian
(Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 388-389.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 157
Gambar 4.6
Tingkat Antusias Pelanggan
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa antusias pelanggan
atau nasabah yang berada pada kategori tinggi memperoleh nilai
terbesar yaitu sebanyak 213 orang dari keseluruhan jumlah individu
300 orang, dengan persentase 71,00%. Antusias pelanggan/nasabah
dengan kategori sedang sebanyak 56 orang, dengan persentase
18,67%. Sedangkan antusias pelanggan atau nasabah kategori
rendah sebanyak 31 orang dengan persentase 10,33%. Gambar di
atas menunjukkan bahwa tingkat antusias pelanggan/nasabah Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu baik, karena berada
pada kategori tinggi sebesar 71,00%. Menurut penulis, tingkat
antusias pelanggan atau nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bengkulu seharusnya lebih ditingkatkan lagi, agar
pelanggan atau nasabah merasa lebih puas dengan layanan jasa
maupun produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu, sehingga nasabah dapat
mempertahankan loyalitasnya terhadap Bank Muamalat Indonesia
(BMI) Cabang Bengkulu.30
30Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
0
100
200
300
TinggiSedang
Rendah
213
56
31
Kategori
158 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Antusias pelanggan dan calon pelanggan dapat menjadi alasan
suatu bisnis untuk berkembang, termasuk juga bisnis dalam
perusahaan perbankan syariah. Hal ini memang menjadi tugas dan
kewajiban pihak manajemen perusahaan untuk menciptakan produk
dan pelayanan yang membuat pelanggan mereka antusias hingga
menggunakan produk dan jasa layanan perusahan secara terus-
menerus. Menarik perhatian pelanggan dan calon pelanggan
potensial yang terpenting adalah menunjukkan keaslian dari apa
yang Anda tawarkan. Pelanggan juga akan mudah percaya dan
menjadi sangat antusias jika ditawarkan melalui ucapan. Menjaga
komunikasi dengan pelanggan merupakan hal penting. Setiap
pelanggan juga menyukai sebuah penawaran baru akan produk atau
layanan yang menarik dan tentu saja yang penting bagi kehidupan
mereka. Pihak manajemen perbankan syariah harus bisa melihat dan
mengamati apa yang masyarakat butuhkan. Manajemen perbankan
syariah bisa mulai menarik perhatian mereka dengan menciptakan
hal unik yang sebelumnya belum ada di pasaran.31
B. Pengaruh Motif Agama dan Motif Ekonomi terhadap
Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang
Bengkulu
Perkembangan peradaban mempengaruhi tingkat kebutuhan
masyarakat, baik kebutuhan secara ruhiyah (psikologis) maupun
kebutuhan secara lahiriyah (fisiologis).32
Salah satu dari kebutuhan
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 31Christopher H.Lovelock dan Lauren K.Wright, Principles of Service
Marketing and Management, (Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.Inc,
1999) diterjemahkan oleh Agus Widyantoro,dkk, Manajemen Pemasaran Jasa
(Jakarta : PT.Indeks, 2007), 87. Lihat juga Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa : Prinsip, Penerapan, Penelitian (Yogyakarta : Penerbit CV.Andi Offset, 2014), 429.
32Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam
(Yogyakarta : PT.Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), 45.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 159
ruhiyah seseorang adalah kebutuhan akan nilai-nilai keagamaan
seperti melakukan transaksi ekonomi (muamalah) yang berprinsip
pada ajaran Islam dan tidak mengandung unsur maysir, gharar,
maupun riba. Oleh sebab itulah kebutuhan akan lembaga-lembaga
keuangan yang berbasis kesyariahan diperlukan untuk menunjang
kegiatan transaksi ekonomi (muamalah) masyarakat agar tetap
sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan yang menjadi kebutuhan
lahiriyah seseorang atau individu yaitu kebutuhan akan suatu
produk maupun jasa yang dapat memfasilitasi, memenuhi, serta
memuaskan diri individu. Salah satu kebutuhan produk atau jasa
tersebut termasuk pula produk dan jasa layanan bank syariah.
Didasari oleh kebutuhan-kebutuhan psikologis dan fisiologis inilah
maka muncul istilah motif agama dan motif ekonomi.33
Telah dijelaskan di atas bahwa salah satu kebutuhan ruhiyah
seseorang atau individu adalah kebutuhan akan nilai-nilai
keagamaan, seperti kebutuhan akan hadirnya lembaga keuangan
perbankan yang berprinsip pada ajaran syariah Islam, sehingga
masyarakat dapat dengan tenang melakukan transaksi-transaksi
ekonomi keuangan perbankan (muamalah) tanpa adanya rasa
khawatir akan terjerumus dalam praktik maysir, gharar, maupun
riba. Dikarenakan kebutuhan akan nilai-nilai keagamaan inilah,
seseorang atau individu menjadikan nilai-nilai keagamaan tersebut
sebagai tujuan hidupnya. Tujuan dapat disebut juga dengan istilah
motif. Motif yang didasari oleh nilai-nilai keagamaan disebut
dengan motif agama. Motif agama seorang individu juga memiliki
keterkaitan dengan perbankan syariah, karena perbankan syariah
memberikan produk dan jasa layanan perbankan yang sesuai dengan
33Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015, serta didukung dengan wawancara penulis dengan beberapa
orang nasabah yang menjadi responden penelitian lapangan penulis.
160 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
tuntunan syariah. Dengan memiliki motif agama yang besar, berarti
semakin besar pulalah keterkaitan individu terhadap bank syariah.
Dengan demikian, seseorang yang memiliki motif agama tersebut
akan secara rutin menggunakan produk maupun jasa layanan bank
syariah dari pada bank konvensional, atau malah tidak sama sekali
menggunakan produk dan jasa layanan bank konvensional yang
sudah jelas mengandung unsur maysir, gharar, dan riba karena
menggunakan sistem bunga. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara motif agama seorang individu
dengan keloyalannya (loyalitas) terhadap bank syariah.34
Sama halnya dengan motif agama, motif ekonomi seseorang
juga memiliki hubungan dengan lembaga keuangan perbankan,
khususnya perbankan syariah. Dengan adanya lembaga keuangan
perbankan syariah memberikan kemudahan bagi setiap individu
untuk melakukan transaksi keuangan seperti penyimpanan dana,
peminjaman dana, atau jasa transfer.35
Karena dalam teori ilmu
ekonomi pun sudah dikatakan bahwa manusia adalah makhluk
ekonomi yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan
bertindak secara rasional.36
Memenuhi kebutuhan hidup merupakan
hakikat manusia dan wajib dilakukan.37
Dalam ilmu ekonomi
34Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015, serta didukung dengan wawancara penulis dengan beberapa
orang nasabah yang menjadi responden penelitian lapangan penulis. 35Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015, serta didukung dengan wawancara penulis dengan beberapa
orang nasabah yang menjadi responden penelitian lapangan penulis. 36Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), .3. 37Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam
(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 161
konvensional, kebutuhan didefinisikan sebagai keinginan untuk
memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat memfasilitasi,
memenuhi, maupun memuaskan diri individu.38
Pemenuhan akan kebutuhan hidup masyarakat baik barang
maupun jasa seharusnya dapat memberikan kemashlahatan
(mas}lah}ah). Menurut Syaitibi, mashlahah adalah fungsi atau
kegunaan yang terkandung dari barang maupun jasa yang dapat
memelihara prinsip dasar dan tujuan hidup manusia di dunia. Lima
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup
manusia di dunia antara lain kehidupan, kekayaan, keimanan,
keturunan, dan pendidikan. Setiap jenis kebutuhan tidak sama
pentingnya. Ada tiga tingkatan kebutuhan, pertama adalah
tingkatan dimana kelima elemen di atas sebagai pelindung. Kedua
tingkatan dimana kelima elemen tersebut sebagai pelengkap. Ketiga
dimana kelima elemen tersebut sebagai kesenangan. Seluruh barang
dan jasa yang berpotensi untuk memelihara kelima elemen tersebut
disebut mas}lah}ah.39
Berdasarkan hasil perhitungan data kuesioner penelitian
lapangan penulis, dapat dilihat pengaruh motif terhadap loyalitas :
38Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1997), 5. 39Euis Amalia, “Teori Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi
Islam”, Jauhar Jurnal Pemikiran Islam Kontekstual, Vol.4 No.1, (Juni 2003) : 11-12.
Mas}lah}ah secara bahasa berarti kebergunaan (utility) atau kesejahteraan (welfare),
yang oleh Abdul Hamid Al-Ghazali (505H/1111M) dan Abu Ishaq Al-Shatibi
(790H/ 1388M). Masalih} (plural of mas}lah}ah) dibagi menjadi tiga kategori yaitu,
esensial (essential/daruriyah), pelengkap (complementary/hajiyah), dan keinginan
(desirable /tahsiniyah). Merupakan tugas pemimpin negara (pemerintah atau
khalifah) untuk memastikan mas}lah}ah tingkat pertama memenuhi kebutuhan
umat/masyarakat. Lihat Muhammad Akram Khan, “The Role of Government in the
Economy”, The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol.14, No.2, (1997)
: 157.
162 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Table 4.1
Hasil Uji Regresi untuk Kontribusi
Variabel Independent Variabel Dependent Kontribusi
Loyalitas Nasabah Motif Agama dan
Motif Ekonomi 72,3 %
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 72,3% yang berarti motif agama dan motif
ekonomi 72,3 % dalam mempengaruhi loyalitas nasabah secara
bersama-sama dan sisanya 27,7% dipengaruhi oleh faktor lain.40
Banyak macam motif nasabah dalam menggunakan jasa layanan
bank syariah, diantaranya ada motif agama dan motif ekonomi.
Motif agama adalah motif dengan landasan nilai-nilai keagamaan,
sedangkan motif ekonomi adalah motif yang didasari oleh
pemenuhan kebutuhan ekonomi seseorang atau individu. Kedua
motif ini terbukti secara empiris mempengaruhi tingkat loyalitas
nasabah di bank syariah. Dengan motif agama yang dimiliki seorang
nasabah bank syariah dapat mempengaruhi perilaku nasabah dalam
mengambil keputusan,41
termasuk keputusan untuk tetap loyal
menggunakan jasa layanan perbankan yang sesuai dengan tuntunan
Islam, yaitu bank syariah,42
karena secara teoritis, tingkat motif
40Analisis penulis dari hasil perolehan dan pengolahan data kuesioner
penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu pada
bulan Juli-Agustus 2014 ditambah dengan penelitian lanjutan penulis pada bulan
Januari-Februari 2015. Data kuesioner diolah menggunakan program SPSS ver.20. 41Mahesh Patel, “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”, Journal of Economic Volume 1, Issue No.5
(2009) : 68. Lihat juga Safiek Mokhlis, “The Influence of Religion on Retail
Patronage Behaviour in Malaysia”, Disertation Faculty of Management University
of Stirling Scotland (United Kingdom, 2006), 15. 42Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 163
agama seseorang didasari oleh tingkat religiusitas, dan tingkat
religiusitas orang tersebut dapat mempengaruhi sudut pandangan
(perception), keputusan (preference) dan perilakunya (behaviour).43
Tingkat religiusitas juga mempengaruhi perilaku ekonomi
seseorang, terutama dalam mengambil keputusan ekonomi berkaitan
dengan pelaksanaan komitmen beragama.44
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara motif agama seorang nasabah
dengan keputusan untuk tetap loyal menggunakan jasa dan layanan
bank syariah.45
Begitu pula dengan motif ekonomi, secara empiris
mempengaruhi loyalitas nasabah dalam menggunakan jasa dan
layanan bank syariah, karena pada hakikatnya seorang nasabah juga
makhluk ekonomi yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan bertindak secara rasional.46
Memenuhi kebutuhan
hidup merupakan hakikat manusia dan wajib dilakukan.47
Dalam
ilmu ekonomi konvensional, kebutuhan didefinisikan sebagai
keinginan untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat
memfasilitasi, memenuhi, maupun memuaskan diri individu.48
Motif
43Anas Zarqa, Islamic Economics : an Approach to Human Welfare Ch.2
dalam Aidit Ghazali dan Syed Omar bin Syed Agil (eds), Readings in the Concept and Methodology of Islamic Economics : Translating Islamic Principles in to Socio-Economics Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication, 1996),
28. Lihat dalam Susy Y.R Sanie-Herman, Teori Ekonomi Mikro Agama : Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi (Banten : CV.Efko Grafika, 2012), 23.
44Umer Chapra, The Future of Economic An Islamic Walfare (United
Kingdom : The Islamic Foundation, 2000), 119. 45Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. 46Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 47Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam
(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39. 48Sadono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1997), 5.
164 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
(baik motif agama maupun motif ekonomi) merupakan alasan yang
terdapat dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan
tindakan. Semua keputusan dan tindakan manusia pada hakikatnya
didasari oleh motif.49
Motif manusia merupakan suatu dorongan,
hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam
dirinya, untuk melakukan sesuatu tindakan.50
Dengan mempunyai
motif tertentu, dapat memberikan tujuan dan arahan bagi manusia
dalam melakukan tindakan atau berperilaku, termasuk perilaku
untuk tetap loyal menggunakan jasa dan layanan bank syariah.51
Dari kedua motif tersebut (motif agama dan motif ekonomi),
terdapat perbedaan pengaruh terhadap loyalitas nasabah, seperti
pada tabel di bawah ini :
Table 4.2
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel
Independent Variabel Dependent t Hitung Sig.
Loyalitas
Nasabah
Motif Agama
Motif Ekonomi
19,145
14,439
0,000
0,000
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS dengan melihat tabel
coefficientsa, maka diperoleh nilai t hitung sebesar 19,145 untuk
motif agama (X1) dan sebesar 14,439 untuk motif ekonomi
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah (Y), yang
49Alisuf Basri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta :
CV.Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 129. 50Harold J.Leavitt, Managerial Psychology, Fourth Edition, (USA :
University of Chicago, 1978) diterjemahkan oleh Muslichah Zarkasi, Psikologi Manajemen (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2004), 12-13.
51Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 165
ditentukan oleh faktor kepuasan pelanggan, retensi pelanggan,
perpindahan pelanggan, dan antusias pelanggan. Dari tabel di atas
dapat dilihat bahwa t hitung bernilai positif, yang berarti jika terjadi
kenaikan skor motif agama dan motif ekonomi, maka tingkat
loyalitas nasabah bank syariah juga mengalami kenaikan.52
Motif agama dan motif ekonomi memiliki pengaruh dalam
mempertahankan loyalitas pelanggan atau nasabah bank syariah.
Cara terbaik dalam mempertahankan pelanggan dan memperoleh
kesetiaan dari mereka adalah dengan cara mengkonsentrasikan pada
kebutuhan dan keinginan mereka. Perusahaan harus mampu
melakukan diferensiasi dalam penawarannya, yang tidak ada pada
pesaing lain. Selain itu, program loyalitas pelanggan juga harus
tepat jika ingin memberikan pengaruh. Kemampuan pihak
manajemen perbankan dalam menjaga pertumbuhan perusahaan
tentunya tidak lepas dari kemampuannya dalam menjaga dan
meningkatkan loyalitas basis nasabah yang mereka miliki.53
Nasabah bank syariah merupakan makhluk ekonomi yang
akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
bertindak secara rasional,54
karena memang sudah menjadi hakikat
individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti keinginan
untuk memperoleh suatu barang maupun jasa yang dapat
memfasilitasi individu, dan hal itu wajib dilakukan.55
Namun,
52Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. Data diolah menggunakan
program SPSS Ver.20. 53Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden. 54Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga,
(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), 3. 55Ahmad M.Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam,
(Jakarta : Rajawali Press, 1987), 39.
166 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nasabah bank syariah juga merupakan makhluk yang bersifat
mukallaf (memikul beban keagamaan). Berdasarkan sifat ini maka
manusia dalam melakukan semua aktivitasnya harus sesuai dengan
tuntunan agama. Namun manusia juga diberi kebebasan melakukan
kegiatan ekonomi dalam batas-batas syariat.56
Kebutuhan ekonomi
manusia menurut Islam dibagi menjadi dua kategori, yaitu
kebutuhan yang harus dipenuhi untuk diri sendiri dan keluarga
(kebutuhan lahiriyah) maupun kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
beragama (kebutuhan ruhiyah) seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf,
dan lain sebagainya.57
Hal ini dimaksudkan untuk mendorong
manusia agar tercapainya kebahagiaan hidup di dunia maupun
akhirat.58
Perilaku nasabah bank syariah secara Islami merupakan
perilaku dimana nasabah bebas melakukan kegiatan ekonomi namun
dalam batas syar’i. Keyakinan bahwa menabung di bank syariah
merupakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim tetap
diimbangi dengan tujuan ekonomi. Jika pada awalnya nasabah
menabung di bank syariah karena kepatuhan mereka terhadap ajaran
Islam, namun pada akhirnya mereka juga akan mencari jasa
56Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada
tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com. 57Yu>suf al-Qarad{a>wi<, Daur al-Qiyam wa al-Akhla>q fi al-Iqtis}a>di al-Isla>mi,
(Kairo : Maktabah Wahbah, 1995), 201. Lihat juga Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam jilid 2, diterjemahkan oleh Soeroyo,dkk, Doktrin Ekonomi Islam, jilid 2 (Jakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995), 8. Lihat juga Sarwono, “Analisis
Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam”, Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian
Vol.8 No.1 (2009) : 45. 58Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 10. Diakses pada
tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com.
PERAN MOTIF Terhadap Loyalitas Nasabah Bank Syariah 167
pelayanan perbankan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka
secara ekonomi.59
Loyalitas nasabah pengguna jasa dan layanan bank syariah
berdasarkan pengelohan data hasil penelitian ini menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya. Pengaruh dimensi relationship dan
partnership terhadap loyalitas nasabah justru meningkat. Fenomena
ini mengindikasikan bahwa kesetiaan nasabah tabungan syariah
cenderung lebih dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional
ketimbang hal-hal yang sifatnya transaksional. Momentum
pertumbuhan DPK tabungan syariah yang relatif tinggi perlu dijaga
dengan upaya yang kuat.60
59Fatmah Azis, “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, (April 2012), 11. Diakses pada
tanggal 9 September 2014. Lihat www.fatmahazis.file.wordpress.com. 60Analisis penulis dari perolehan data penelitian lapangan di Bank
Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu berupa hasil wawancara penulis
dengan beberapa orang nasabah yang menjadi responden.
169
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, tesis ini
menyimpulkan bahwa kedua motif, baik motif agama maupun motif
ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah di
bank syariah. Motif agama dan motif ekonomi secara bersama-sama
memberikan kontribusi sebesar 72,3% terhadap loyalitas nasabah
bank syariah. Jika dibandingkan dari kedua motif tersebut, motif
agama memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan motif
ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya dorongan atau faktor budaya
lokal nasabah bank syariah yang kental akan nilai-nilai religiusitas.
Sehingga terdapat afiliasi antara agama, budaya, dan pola pikir
masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dalam
menggunakan jasa layanan bank syariah. Tingkat loyalitas nasabah
di bank syariah berada pada kategori tinggi sebesar 70,33%. Namun,
tingkatan tiap-tiap dimensinya berbeda-beda. Dimensi loyalitas
nasabah terdiri dari empat macam, yaitu kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) berada dikategori sedang sebesar 65,67%,
retensi pelanggan (customer retention) berada pada kategori sedang
sebesar 68,33%, perpindahan pelanggan (migration barrier) berada
pada kategori sedang sebesar 67,00%, dan antusias pelanggan
(customer enthusiasm) berada pada kategori tinggi sebesar 71,00%.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas nasabah bank syariah
sudah cukup baik, karena rata-rata berada pada kategori sedang dan
tinggi dengan nilai persentase di atas 50%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian para
akademisi di antaranya sebagaimana yang disimpulkan dalam
penelitian yang dilakukan Metawa dan Almossawi untuk
menyelidiki perilaku nasabah bank syariah di negara bagian Bahrain,
170 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
ditemukan bahwa faktor utama nasabah mempertahankan
hubungannya atau tetap loyal pada bank syariah adalah ketaatan
mereka terhadap prinsip syariah. Penelitian Nasser, Jamal, dan Al-
Khatib yang menilai tingkat kesadaran dan kepuasan pelanggan
terhadap bank Islam di Yordania. Responden mengungkapkan
bahwa mereka memilih bank syariah karena mereka puas dengan
banyaknya fasilitas dan produk bank syariah, walaupun sebagian
responden juga mengaku tidak puas dengan pelayan bank syariah,
tapi hal itu justru membuktikan bahwa nasabah yang tidak puas
tersebut tetap memilih bank syariah karena kepatuhan mereka
terhadap syariat Islam. Penelitian yang dilakukan oleh Faisal Saleh
disimpulkan bahwa faktor yang paling signifikan mempengaruhi
loyalitas nasabah BMI cabang Sudirman adalah faktor syariah.
Faktor syariah merupakan variabel independen yang memiliki
kolerasi paling berpengaruh dibanding faktor lainnya. Faisal Saleh
membandingkan 10 variabel independen yang dianggap dapat
mempengaruhi loyalitas nasabah bank syariah. Dari seluruh faktor
yang dibandingkan yang memiliki kolerasi signifikan pada level 0,01
faktor syariah memperoleh nilai terbesar dibanding faktor-faktor
lainnya. Penelitian Amin Kuneifi Elfachmi menyatakan bahwa
faktor utama nasabah mempertahankan hubungannya atau tetap
loyal pada bank syari'ah adalah ketaatan mereka terhadap prinsip-
prinsip syari'ah. Nasabah memutuskan untuk tetap mempertahankan
bank syari'ah berkaitan dengan masalah keimanan dan keyakinan
terhadap pengharaman riba bagi umat Islam. Hal ini didasari oleh
faktor agamis yang ada pada diri nasabah yaitu adanya pemahaman
terhadap agama yang dianut, merasa yakin bahwa yang dilakukan
tidak bertentangan dengan agama atau sesuai dengan perintah
agama serta memahami bahwa menabung diperbankan syari'ah
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kesenjangan
ekonomi dimasyarakat. Penelitian lain Saduman Okumus dan Elif
Guneren Genc membuktikan bahwa responden menyatakan
Penutup 171
keyakinan agama sebagai faktor utama yang paling penting dalam
memilih jasa perbankan yang digunakan. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui kesadaran nasabah terhadap produk dan
layanan bebas bunga dan menentukan kriteria dalam memilih bank
syariah.
Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan beberapa
penelitian lainnya, seperti penelitian Samsudin yang
mengungkapkan bahwa, faktor dominan yang mempengaruhi
nasabah untuk menggunakan jasa Bank Syariah Mandiri adalah
faktor fasilitas dan pelayanan Faktor syariah ternyata bukan
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi nasabah untuk
menggunakan jasa BSM sebagaimana dugaan awal (hipotesis)
Samsudin. Penelitian Fa>ris Mahmu>d Abu> Mu’ammar, menyatakan
bahwa nasabah memilih bank syariah didasari oleh kepuasan
nasabah terhadap kualitas layananan yang diberikan pihak
perbankan, bukan karena faktor nilai-nilai kesyariahan. Penelitian
Kha>lid S}a>lih} ‘Abu>d, menyatakan bahwa ketidakpuasan nasabah
terhadap beberapa layanan bank syariah akan berdampak terhadap
loyalitas nasabah yang mengakibatkan perpindahan nasabah ke bank
lain. Loyalitas nasabah terhadap bank syariah bukan didasari oleh
faktor syariah. Hasil serupa dalam penelitian Sa>m ‘Abdu Al-Qa>dir,
yang menyatakan bahwa pengaruh yang paling signifikan secara
statistik adalah kuliatas layanan perbankan, dibanding dari variabel
independen lain, seperti faktor syariah (motif agama).
B. Saran
Temuan dalam penelitian ini kiranya dapat menjadi
pertimbangan lebih lanjut bagi pemerhati kajian bidang ekonomi
Islam, khususnya perbankan syariah dengan berbagai pendekatan
dan objek penelitian yang berbeda-beda. Penulis harapkan pada
penelitian-penelitian selanjutnya dapat menjadi pembanding antara
pengaruh motif agama dan motif ekonomi terhadap loyalitas
172 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
nasabah, baik pada studi kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI)
cabang daerah lain, maupun bank-bank syariah lainnya.
Sebagai seorang Muslim sudah sepatutnya turut serta dalam
pensosialisasian dan pengembangan perbankan syariah. Oleh sebab
itulah diharapkan bagi masyarakat Muslim untuk lebih loyal dalam
menggunakan jasa dan layanan bank syariah, dengan cara
melakukan kegiatan transaksi perbankan secara rutin yang bertujuan
untuk memperlancar sistem operasional bank syariah.
Selain itu, hendaknya pihak internal Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu lebih banyak bersosialisasi
dengan masyarakat daerah tentang seputar dunia perbankan syariah,
sehingga wawasan dan minat masyarakat terhadap perbankan
syariah semakin besar, dengan demikian akan membuka peluang
bagi Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu untuk tetap
dapat mempertahankan keberadaannya di dunia perbankan syariah.
Hendaknya pula Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu
lebih terbuka dan transparan dalam setiap kegiatan operasionalnya,
sehingga dengan demikian masyarakat lebih dapat memberikan
kepercayaan kepada Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang
Bengkulu untuk mengelola dana yang mereka miliki tanpa rasa
khawatir untuk dicurangi. Penulis juga berharap dengan keberadaan
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Bengkulu dapat
menunjang dan meningkatkan perekonomian umat khususnya
masyarakat daerah Bengkulu, sehingga golongan masyarakat
menengah ke bawah yang berekonomi lemah semakin berkurang.
Pemerintah selaku pemegang kebijakan ekonomi, hendaknya
memberikan dukungan secara optimal terhadap pengembangan
perbankan syariah untuk meningkatkan kualitas bank-bank syariah
di Indonesia, agar masyarakat lebih tertarik dan berminat untuk
terus loyal menggunakan jasa dan layanan bank syariah, sehingga
keberadaan bank-bank syariah di Indonesia dapat terus bertahan di
masa yang akan datang.
173
Daftar Pustaka
BUKU
Alfansi, Lizar. Pemasaran Jasa Finansial (Financial Service Marketing) Edisi 2. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
2012.
Amin, Riawan. Menata Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta :
UIN Syarif Hidayatullah Press. 2009.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik.
Jakarta : PT.Gema Insani. 2001.
Assael, Henry. Consumer Behavior and Marketing Action 6th Edition. Cincinnati, Ohio : South Western College
Publishing. 1998.
Barnes, James.G. Secreat of Customer Relationship Management. Canada : Mc.Graw-Hill. 2001.
----------. Secreat of Customer Relationship. Diterjemahkan oleh
Andreas Winardi, Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan. Yogyakarta : Penerbit Andi. 2003.
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Rineka Cipta. 2008.
Berelson, Bernard and Gary A.Steiner. Human Behavior : An Inventory of Scientific Findings. New York : Harcourt,
Brace Jovanovich. 1964.
Bungin, M.Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana. 2008.
174 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Chapra, Umer. The Future of Economic An Islamic Walfare. United
Kingdom : The Islamic Foundation. 2000.
Costabile, Michele. A Dynamic Model of Customer Loyalty. Milan,
Italy : Della Calabria University Press. 1999.
Cross, Richard and Janet Smith. Customer Bonding : Pathway to Lasting Customer Loyalty. USA : Ntc, Business Book.
1995.
Engel, James.F, Roger D.Blackwell, Paul W.Miniard. Consumer Behavior 8th Edition. Fort Worth. Texas : The Dryden
Press. 1995.
Ghazali, Aidit and Syed Omar bin Syed Agil. Readings in the
Concept and Methodology of Islamic Economics :
Translating Islamic Principles in to Socio-Economics
Realities (Petaling Jaya-Selangor : Pelanduk Publication.
1996.
Glock, Charles.Y and Rodney Stark. American Piety : The Nature of
Religious Comitment. Barkeley : University of California
Press. 1968.
----------. Religion and Society in Tension. Chicago : Rand McNally.
1965.
Griffin, Jill. Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It. New York, USA : Lexington Books Press. 1996.
----------. Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan.
Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005.
----------. Taming the Search and Switch Customer : Earning Customer Loyalty in a Compulsion to Compare World
1st Edition. San Francisco, California, USA : Jossey Bass
Publishing. 2009.
Daftar Pustaka 175
Gronroos, Christian. Service Management and Marketing : Managing the Moment of Truth in Service Competition.
Lexington Books. 1990.
Herman, Susy Yunia.R Sanie. Teori Ekonomi Mikro Agama :
Pengaruh Religiusitas Terhadap Perilaku Ekonomi. Banten
: CV.Efko Grafika. 2012.
Heskett, James.L and Leonard A.Schlesinger. Out in Front : Building High Capability Service Organization. Boston,
Massachusetts, United State of America : Harvard
Business School Press, Harvard University. 1997.
Heskett, James.L, W.E.Sasser, Jr, and L.A.Schlesinger. The Service
Profit Chain, How Leading Companies Link Profit and
Growth to Loyalty, Satisfaction and Value. New York :
Free Press. 1997.
Al-Husain, Taqiyuddin Abubakar. Kifayatul Akhyar. Surabaya :
Penerbit Bina Ilmu. 1997.
Jalaludin, Psikologi Agama. Jakart : PT Raja Grafindo Persada.
2001.
Kahf, Mozer. The Islamic Economics : Analytical study of the Functioning of the Islamic Economic System. Plainfield,
Indiana : The Muslim Students Association of the Uniterd
and Canada. 1979.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan.
Jakarta : Rajawali Pers. 2011.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Rajawali
Pers. 2010.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. Marketing Management 12th Edition. Upper Saddle River, New Jersey : Pearson
Education, Inc, Prentice Hall. 2006. Diterjemahkan oleh
176 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Benyamin Molan. Manajemen Pemasaran Edisi Ke-12 Jilid 1. Indonesia : PT.Macanan Jaya Cemerlang. 2009.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. Principles of Marketing I and II Seventh Edition (Edisi Bahasa Indonesia). New Jersey :
Prentice Hall. 1996.
----------. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid I (Terjemahan
Bahasa Indonesia). Jakarta : Penerbit Erlangga. 2008.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2009.
Kotler, Philip. Marketing Management : The Millenium Edition.
Upper Saddle River, N.J : Prentice Hall International.Inc.
2000
-----------. Marketing Management I and II (Edisi Bahasa Indonesia).
New Jersey : Prentice Hall. 2002.
Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. Perilaku Organisasi. Jakarta :
Salemba Empat. 2005.
Loudon and Bitta, Della. Consumer Behaviour : Concept and Application. New York : Mc.Graw Hill. 1995.
Loudon, David L. and Albert J.Della Bitta. Consumer Behavior 3th Edition. New York : McGraw-Hill Book Company. 1998.
Manaf, Mudjahid Abdul. Sejarah Agama-agama. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. 1994.
Mangkunegara, Anwar Prabu. Perilaku Konsumen Edisi Revisi.
Bandung : PT.Refika Aditama. 2005.
Mowen, John.C dan Michael Minor. Consumer Behavior 5th Edition.
New Jersey : Prentice Hall. 1998.
----------. Perilaku Konsumen Jilid 2 Edisi kelima. Jakarta : Penerbit
Erlangga. 2002.
Daftar Pustaka 177
Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharam. Mengembangkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta :
Menara Kudus. 2002.
Nazir, Moh. Metodologi Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. 2005.
Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Fourth Edition. Oxford
University Press. 2008.
Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka
Cipta.1994.
Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta :
Indeks. 2011.
Al-Qarad{a>wi<, Yu>suf. Daur al-Qiyam wa al-Akhla>q fi al-Iqtis}a>di al-Isla>mi. Kairo : Maktabah Wahbah. 1995.
Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3. Yogyakarta :
Dana Bhakti Wakaf. 1996.
-----------. Economic Doctrines of Islam jilid 2, diterjemahkan oleh
Soeroyo,dkk. Jakarta : Dana Bhakti Wakaf. 1995.
Reichheld, Frederick G. Measuring Customer Satisfaction (Edisi
Bahasa Indonesia) diterjemahkan oleh Hesti
Widyaningrum Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta :
PPM. 2002.
----------. The Loyalty Effect. Boston, Massachusetts, United State
of America : Harvard Business School Press, Harvard
University. 1996.
Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS.
Jakarta : Mitra Wacana Media. 2009.
Rukmana, Amir dan Machmud. Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta : 2010.
178 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah Jilid 5 (Terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta : Cakrawala Publishing. 2009.
Saefudin, Ahmad M. Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif
Islam. Jakarta : Rajawali Press. 1987.
Sasser, Jr.W.Earl and Thomas O.Jones. Why Satisfied Customer Defect. Boston, Massachusetts, United State of America :
Harvard Business Review, Harvard University. 2001.
Sastrapratedja. Manusia Multidimensional : Sebuah Renungan Filsafah. Jakarta : Gramedia. 1987.
Schiffman, L.G and L.L.Kanuk. Consumer Behavior 7th Edition.
New Jersey : Prentice Hall. 2000.
------------. Consumer Behavior 10th Edition. New Jersey : Prentice
Hall. 2010.
Simamora, Bilson. Panduan Riset Perilaku Konsumen Cetakan
Ketiga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia. 2008.
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif : Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta :
Kencana. 2014.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta :
Kencana. 2009.
Solomon, M.R. Customer Behavior : Buying, Having, and Being, 9th
Edition. New York : McGraw-Hill. 2010.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta : Penerbit Ekonosia FE UII.
2003.
Daftar Pustaka 179
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta. 2006.
Sukirno, Sadono. Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada. 1997.
Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Edisi Kedua. Bogor : Ghalia Indonesia.
2011.
Sumitro, Warkum. 1996. Asas-asas Perbankan dan Lembaga-lembaga Terkait. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Suryani, Tatik. Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi
Pemasaran. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2008.
Sutisna. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya. 2001.
Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta : Gramata Publishing. 2013.
Thouless, Robert H. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada. 1995.
Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa, : Prinsip, Penerapan, dan Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Andi. 2014.
----------. Pemasaran Jasa. Malang, Jawa Timur : Bayumedia
Publishing. 2007.
Umar, Husein. Research Methods in Finance and Banking, Cetakan Kedua. Jakarta : Penerbit Gramedia. 2002.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Pengantar Statistika.
Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. 1995.
Vogel, Frank.E and Samuel L.Hayes. Islamic Law and Finance.
London : Kluwer Law International. 1998.
180 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Watsham, Terry.J and Keith Parramore. Quantitative Methods in Finance. London : Thompson Learning. 1997.
Weber, Max. The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism.
New York. 1986. Diterjemahkan oleh Yusup Priyasudiarja.
Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Yogyakarta :
Jejak Press. 2007.
Yusuf, Syamsu. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya. 2008.
Zaltman, Gerald and Wallendorf, Melanie. Consumer Behavior : Basic Findings and Management Implications. United
States of America : John Willey & Sons Inc. 1979.
JURNAL, ARTIKEL DAN HASIL PENELITIAN
‘Abu>d, Kha>lid S}a>lih}. “Qiya>s Rid}a> al-‘Umala>’ ‘an Jawdah al-Khidma>t al-Mas}rafi@yah al-Isla>mi@yah : Dira>sah Mayda>ni@yah
‘ala Bank Su >ri@yah al-Dawli@ al-Isla>mi@”. Majallah Ja>mi’ah Damishqa lil’Ulu>m al-Iqtis}a>di@yah wal Qa>nu>ni>yah, al-
Mujallad 28, al-‘Adad 2, (2012).
Amalia, Euis. “Teori Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi
Islam”. Jauhar Jurnal Pemikiran Islam Kontekstual Vol.4
No.1 (Juni, 2003).
Azis, Fatmah. “Perilaku Konsumen Muslim : Religious Motive dan
Economic Motif dalam Pengambilan Keputusan”, Artikel
Ilmiah, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Surabaya, 2012.
Beatus, Carren. “Important Issues in Growth of Islamic Banking
Services in East African Context : Study of Selected
Banks in Dar Es Salaam, Tanzania”. International Journal of Research in Business and Technology Volume 3 No. 2
(October 2013).
Chang, Chih Hon dan Chia Yu Tu. “Exploring Store Image
Customer Satisfaction and Customer Loyalty
Daftar Pustaka 181
Relationship”. Jounal of American Academy of Business
Vol.7 No.2 (2005).
Delener, Netdet. “Religious Contrasts in Consumer Decision
Behaviour Patternss : Their Dimensions and Marketing
Implications”. European Journal of Marketing. Vol.2 No.3
(1994) : 36-53.
Dick, Alan.S and K.Basu. ”Customer Loyalty : Toward and
Integrated Conceptual Framework”. Journal of The Academy of Marketing Science. Vol.22 (1994) : 98-112.
Elfachmi, Amin Kuneifi. “Analisis Pengaruh Latar Belakang
Religiusitas, Tingkat Sosial Ekonomi dan Rasionalitas
terhadap Kepuasan serta Loyalitas Nasabah BNI Syariah
Cabang Malang”. Disertasi Pendidikan Ekonomi, Program
Pascasarjana Universitas Negeri Malang, (2012).
Elsandra, Yesi dan Efriyuzal. “Pengaruh Atribut Produk, Komitmen
Agama, Kualitas Pelayanan, dan Kepercayaan terhadap
Loyalitas Nasabah dengan Kepuasan sebagai Variabel
Intervening”. Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukit Tinggi Vol.XIV No.2 (September 2013) : 140-157.
Fornell,C. “A National Customer Satisfaction Barometer : The
Swedish Experience”. Journal of Marketing, Vol.55 No.1,
(January, 1992)
Fornell,C. “The American Customer Satisfaction Index : Nature.
Purpose, and Findings”. Journal of Marketing, Vol.60
No.4, (October, 1996)
Al-Hakim, Lukman. “Religiusitas dan Etos Kerja dalam
Peningkatan Ekonomi Umat : Studi pada Masyarakat Suku
Sasak di Lombok Nusa Tenggara Barat”. Jakarta :
Disertasi UIN Syarif Hidayatullah. (2008).
Hamdani, Syed Nizar Hussaini. “Religious Orientation as a Factor
in Time Allocation : Evidence from Cross-Section
Pakistani Data”. Islamabad, Pakistan : Ph.D.Disertation
Quiad-i-Azzam University. (2000).
182 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Hassan, M. Taimoor. “Measuring Customers Loyalty of Islamic
Banking in Bahawalpur Region”. International Journal of Learning & Development Vol.2 No.2 (2012)
Idawati, Maryam. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
Nasabah Bank (Studi Kasus pada Business Centre
PT.Bank Bali,Tbk)”. Tesis Universitas Indonesia (UI).
2001.
Junaedi, Achmad Tavip. “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan,
Keadilan dan Kepuasan Nasabah terhadap Loyalitas
Nasabah Bank Syariah : Studi pada Nasabanh Bank
Syariah Provinsi Riau”, Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.10
No.1 (Maret 2012).
King, Morton.B and Richard A.Hunt. “Measuring the Religious
Variable : Replication”. Journal for the Scientific Study of Religion Vol.11 No.3 (Sep 1972) : 13-22.
King, Morton.B. “Measuring the Religious Variable : Nine Proposed
Dimensions”. Journal for the Scientific of Religion Vol.6,
No.2. (Autumn 1967) : 173-190.
Kishada, Zeyad M.EM and Norailis Ab.Wahab. “Factors Affecting
Customer Loyalty in Islamic Banking : Evidence from
Malaysian Banks”. International Journal of Business and Social Science Vol.4 No.7 (July 2013).
Krauss, Steven Eric. “The Muslim Religiosity Personality
Measurment Inventory (MRPI)’s Religiosity Measurment
Model : Toward Filling The Gaps in Religiosity Research
of Muslim”. Pertanika Journal of Social Science and Humanity, Vol.13 No.2. Serdang : University of Putra
Malaysia Press. (2005) : 173-190.
Metawa, Saad.A and Mohammed Almossawi. “Banking Behavior of
Islamic Bank Customers : Perspective and Implication”.
International Journal of Bank Marketing Vol.16 No.7
(1998) : 299-313.
Mokhlis, Safiek. “Relevancy and Measurement of Religiosity in
Consumer Behavior Research”. International Business Research Vol.2 No.3 (2009) : 75-84.
Daftar Pustaka 183
---------. “The Influence of Religion on Retail Patronage Behaviour
in Malaysia”. Disertation Faculty of Management
University of Stirling Scotland United Kingdom. 2006.
Mu’ammar, Fa>ris Mahmu>d Abu>. “Qiya>s al-Khidmah al-Mas}rafi@yah
fi@ al-Bunu>ki al-‘A@milah fi@ Qat}a>’I Ghazah”, Majallah al-Ja>mi’ah al-Isla>mi@yah, silsilah al-Dira>sa>t al-Insa>ni@yah, al-
Mujallad 13, al-‘Adad 1, (Yu>niyu> 2005).
Mustikarini, Shinta. “Analisis Proses Pembentukan dan Jenis
Loyalitas terhadap Merek Melalui Kepuasan Layanan
Bank (Studi Kasus di Bank BJB)”. Tesis Universitas
Indonesia (UI). 2012.
Naser, Kamal, Ahmad Jamal, and Khalid Al-Khatib. “Islamic
Banking : A Study of Customer Satisfaction and
Preference in Jordan”. International Journal of Bank Marketing Vol.17 No.2 & 3 (1999) : 135-151.
Nawi, Farah Amalina Md. “A Critical Literature Review for Islamic
Banks Selection Criteria in Malaysia”. International Business Research Vol.6 No.6 (2013).
O’Connell, Brian J. “Dimensions of Religiosity among Catholics”.
Review of Religious Research Vol.16 No.3 (Spring 1975) :
198-207.
Osman, ‘Ismah, Fuad Yusuf, and M.Syu’aib. “Customers
Satisfaction in Malaysian Islamic Banking”. International Journal of Economics and Finance Vol.1 No.1 (February
2009).
Patel, Mahesh. “Influence of Religion on Shopping Behaviour of
Consumers-An Exploratory Study”. Journal of Economics
Vol.1 No.5 (2009) : 68-78.
Pertiwi, Dita dan Haroni Doli H.Ritonga. “Analisis Minat
Menabung Masyarakat pada Bank Muamalat di Kota
Kisaran”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 1 No.1
(Desember 2012).
Al-Qa>dir, Sa>m ‘Abdu. “Al-‘Awa>mil Al-Mu’athirah fi@ Rid}a> al-
‘Umala>’ ‘an Khidma>ti al-Mas}a>rif al-Isla>mi@yah fi@ Falist}i@n”.
184 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Majallah al-Urduni@yah fi@ al-‘A’ma>l, al-Mujallad 8, al-
‘Adad 2, (2012).
Saduman Okumus dan Elif Guneren Genc, “Interest Free Banking In
Turkey : A Study Of Customer Satisfaction and Bank
Selection”, European Scientific Journal Vol.9 No.16 (June
2013).
Saleh, Faisal. “Loyalitas Nasabah Bank Muamalat Indonesia :
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus
Nasabah PT.Bank Mamalat Indonesia Cabang Sudirman)”.
Tesis Universitas Indonesia (UI). 2005.
Salleh, Muhammad Syukri. “Religiosity in Development :
Theoretical Construct of an Islamic Based Development”.
International Journal of Humanities and Social Science
Vol.2 No.14 (Special Issue-July 2012) : 266-274.
Samsudin, ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Nasabah untuk Menggunakan Jasa Bank Syariah Mandiri
(Studi Kasus pada nasabah Bank Syariah Mandiri cabang
Thamrin)”, Tesis Universitas Indonesia (UI), 2004.
Sarwono. “Analisis Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomi Islam”.
Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian Vol.8 No.1 (2009) :
41-53.
Sian, Lai Fatt. “An Investigation in to the Impact of Income,
Culture and Religion on Consumption Behaviour : A
Comparative Study of the Malay and the Chinese
Consumers in Malaysia”. Disertation Philosophy in
Management Studies University of Exeter United
Kingdom. 2009.
Solichun, M. Idrus Syafei, Munawwir, dan Ahmad Suryadi. “Islamic
Bank Analysis of Marketing Strategy with Perspective
Competitive Advantage Muamalat Bank of Indonesia in
Jakarta”. International Journal of Business and Management Invention Vol.2 Issue 8 (August 2013).
Tiliouine, Habib and Abbes Belgoumidi. “An Exploratory Study of
Religiosity, Meaning in Lifeand Subjective Wellbeing in
Moeslem Students from Algeria”. The International
Daftar Pustaka 185
Society for Quality of Life Studies (ISQOLS) Vol.4
(Springer 2009) : 109-127.
Worthington, Everett.L. “The Religious Commitment Inventory :
Development, Refinement and Validation of Brief Scale
for Research and Counselling”. Journal of Counselling Psychology Vol.50 No.1 (2003) : 84-96.
Yustati, Herlina. “Religiusitas dan Konsumerisme Mahasiswa
Muslim : Studi atas Konsumsi Perspektif Ekonomi Islam”.
Jakarta : Tesis UIN Syarif Hidayatullah. 2014.
Zinnbauer, Brian J. “The Emerging Meanings of Religiousness and
Spirituality : Problems and Prospects”. Journal of Personality. Vol.67 No.6 (1999).
WEBSITE DAN WEB PAGES
www.ccsenet.org/journal.html
www.fatmahazis.file.wordpress.com
www.ijbmi.org
www.sp2010.bps.go.id
www.bankmuamalat.co.id
187
Glosarium
Agama : Suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal-hal yang suci.
Altruisme : Paham (sifat atau sikap) lebih memperhatikan
dan mengutamakan kepentingan orang lain
(kebalikan dari egoisme).
Bank : Lembaga yang berfungsi sebagai tempat
transaksi ekonomi keuangan, bertugas sebagai
penghimpun dana dari pemilik modal, dan
menyalurkan kepada pengelola modal, serta
memberikan jasa layanan perbankan lainnya.
Ekonomi : Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan
hidup seperti pangan, sandang, maupun papan,
serta hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi.
Karakteristik : Mempunyai sifat khas yang menggambarkan
ciri orang tersebut yang sesuai dengan
perwatakannya.
Konsumen : Orang atau lembaga yang melakukan kegiatan
konsumsi, memakai barang hasil produksi
maupun menggunakan jasa layanan.
Kualitas : Tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat
atau taraf (kepandaian, kecakapan,
mutu). Segala hal yang bersifat mendasar.
Loyalitas : Kesetiaan dan kepatuhan seseorang terhadap
sesuatu hal yang dipercayanya.
188 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Motif : Pola/ corak/ sebab/ alasan/ latar belakang/
tujuan seseorang melakukan sesuatu tindakan.
Keperluan, kebutuhan atau keinginan seseorang
Motivasi : Dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Nasabah : Orang yang menjadi pelanggan bank,
melakukan transaksi yang berkaitan dengan
kegiatan perbankan seperti, penyimpanan uang,
pembiayaan, dan jasa layanan perbankan
lainnya.
Negative Spread : Kondisi dimana pengeluaran bank untuk biaya-
biaya simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih
besar dari pada pendapatan bunga hasil kredit
yang disalurkan.
Perilaku : Tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan sekitarnya.
Religiusitas : Seberapa jauh tingkat pengetahuan seseorang
tentang agama yang dianutnya, seberapa kokoh
keyakinannya, seberapa banyak pelaksanaan
ibadahnya, dan seberapa dalam penghaya
tannya.
Riba : Tambahan (az-ziyadah), berkembang (an-
numuw), meningkat (al-irtifa’), dan membesar
(al-‘uluw). Dengan kata lain, riba adalah
penambahan, perkembangan, peningkatan, dan
pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima
pemberi pinjaman dari peminjam sebagai
imbalan karena menangguhkan sebagian
modalnya selama periode waktu tertentu.
189
Indeks
A Abbes Belgoumidi, 40
Afzalur Rahman, 2, 124, 166
Agama, 27, 30, 33, 34, 35, 39, 40,
42, 63, 73, 93, 94, 99, 107, 110,
111, 113, 114, 158, 162, 163, 164
Al-Ghazali, 161
B Batson, 37
D Delener, 34, 94, 110
Dimensi, 61, 63, 148, 151, 153, 156,
169
E Ekonomi, 2, 15, 16, 21, 23, 24, 25,
26, 27, 30, 34, 35, 40, 42, 63, 73,
110, 111, 114, 118, 119, 122, 123,
124, 133, 137, 158, 160, 161, 162,
163, 164, 166, 167
Ekonomi Islam, 34, 110, 124, 166
Euis Amalia, 161
G Glock, 38, 39
H Habib Tiliouine, 40
Hamdani, 40
I Indonesia, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11,
12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 36,
43, 44, 45, 53, 54, 55, 56, 58, 69,
70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78,
79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87,
88, 89, 90, 92, 93, 94, 95, 97, 98,
99, 100, 101, 102, 103, 106, 107,
108, 109, 111, 113, 114, 115, 116,
117, 118, 119, 120, 121, 122, 125,
127, 128, 129, 130, 131, 132, 133,
135, 137, 138, 139, 142, 144, 145,
146, 147, 148, 149, 151, 152, 153,
154, 156, 157, 158, 159, 160, 162,
163, 164, 165, 167, 172
K Konsumerisme, 34, 110
Konsumsi, 34, 110
Kontribusi, 162
Kuantitatif, 26, 29, 30
L Lai Fatt Sian, 37, 112
M Mahasiswa, 34, 53, 76, 110
190 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Mahesh Patel, 35, 38, 94, 112, 114,
162
Media, 23, 26, 28, 29, 48, 49
Merek, 6, 7, 19, 20, 49
Monzer Kahf, 37
Muhammad Abdul Mannan, 158
Muslim, 1, 10, 27, 34, 37, 38, 41, 70,
73, 81, 84, 95, 96, 97, 98, 102,
103, 106, 110, 111, 112, 119, 123,
124, 129, 134, 166, 167, 172
P Produk, 14, 27, 63, 70, 86, 87, 90,
101, 102, 121, 122, 137
Protestan, 36
R Regresi, 30, 162, 164
Reliabilitas, 29
Religius, 34
Religiusitas, 15, 16, 33, 34, 35, 37,
40, 42, 73, 110, 111, 112, 114,
163
S Safiek Mokhlis, 35, 39, 94, 114, 162
Sosial, 15, 16, 26
Stark, 38, 39
suf al-Qarad}a>wi, 124
V Validitas, 29
Variabel, 27, 63, 162, 164
192 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
SEKOLAH PASCASARJANA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PERBANKAN DAN KEUANGAN SYARIAH
Kepada YTH Bapak / Ibu Responden Di- Tempat
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.
Saya adalah mahasiswa Manajemen Perbankan dan Keuangan Syariah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian di Bank Muamalat Indonesia Cabang Bengkulu dengan topik “Motif Agama dan Motif Ekonomi : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah”. Memohon bantuan Bapak/Ibu agar berkenan meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi lembar kuesioner ini. Jawaban dari kuesioner ini hanya akan dipergunakan dalam penelitian saya saja. Seluruh data yang Bapak/Ibu berikan akan terjaga kerahasiaannya. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb. Ummul Fadhilah Sari
Lampiran 1 : Lembar Kuesioner
Lampiran-Lampiran 193
I. Data Responden
1. No.responden :
2. Jenis kelamin : (a) laki-laki (b) perempuan
3. Status : (a) menikah (b) belum menikah
(c) janda/duda
4. Umur : _______________
5. Pekerjaan : _______________
6. Pendidikan : _______________
7. Pendapatan : _______________
8. Suku : _______________
9. No.Telpon/Hp : _______________
II. Daftar Pertanyaan
Petunjuk : Jawablah pernyataan berikut ini dengan memberikan
tanda silang ( X )
pada jawaban yang paling sesuai menurut
Bapak/Ibu.
Keterangan : TP : Tidak Pernah
JR : Jarang
KK : Kadang-kadang
SR : Sering
SL : Selalu
No. Pernyataan Penilaian
TP JR KK SR SL
A. Motif Agama
1 Saya menabung di bank syariah
karena menghindari praktik riba
yang dilarang oleh agama.
2 Saya hanya menggunakan bank
yang memakai sistem bagi hasil
saja.
194 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
3 1. Saya menggunakan produk dan
jasa bank syariah daripada bank
konvensional.
4 2. Saya memperoleh keuntungan
dari hasil bunga bank.
5 3. Saya hanya menabung di bank
konvensional yang memakai
sistem bunga.
6 4. Saya menjadi nasabah bank
syariah karena, bank syariah
menggunakan sistem bagi hasil
yang adil.
7 Jika memperoleh keuntungan dari
pembiayaan bank syariah untung
dan rugi saya bagi sama rata.
8 Saya hanya ingin memperoleh
keuntungan dengan sistem bagi
hasil saja.
9 Saya berusaha adil setiap
melakukan transaksi ekonomi.
10 Saya tidak menyembunyikan
perolehan keuntungan yang saya
dapat dari dana pembiayaan bank
syariah.
11 Saya menjadi nasabah bank
syariah untuk mengaplikasikan
nilai-nilai syariah dalam
kehidupan saya.
12 Sebagai Muslim, saya
berkewajiban menggunakan
layanan jasa perbankan yang
sesuai dengan agama saya.
13 Dengan menggunakan bank
syariah perilaku ekonomi saya
jadi lebih Islami.
14 Saya menggunakan layanan bank
syariah karena ingin mengetahui
Lampiran-Lampiran 195
bagaimana akad-akad dalam fiqh
muamalah.
15 Dengan menggunakan bank
syariah saya jadi terbiasa
melakukan transaksi yang halal.
No. Pernyataan Penilaian
TP JR KK SR SL
B. Motif Ekonomi
1 Saya menjadi nasabah bank
syariah karena produk yang
beraneka ragam.
2 5. Saya menabung di bank syariah
karena produk yang ditawarkan
bank syariah sesuai dengan
kebutuhan saya.
3 Saya menabung di bank syariah
karena lebih banyak hadiah dan
undian dibandingkan bank
konvensional.
4 Saya menggunakan produk-
produk bank syariah karena
biaya administrasi yang murah.
5 Saya menabung di bank syariah
karena keuntungan bagi hasil
lebih besar dari pada bunga bank
konvensional.
6 Saya melakukan pinjaman di
bank syariah karena sistem bagi
hasil tidak terlalu berisiko.
7 Saya menjadi nasabah bank
syariah karena bank syariah
menggunakan sistem bagi hasil
yang tidak berisiko.
196 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
8 Berinvestasi di bank syariah
lebih terjamin karena kondisi
keuangan bank syariah tetap
stabil meskipun sedang krisis.
9 Bank syariah dapat membantu
mengatasi masalah keuangan
saya.
10 Saya berinvestasi di bank
syariah karena selain
keuntungan yang didapat lebih
besar juga memiliki resiko yang
kecil.
11 Saya menabung di bank syariah
karena investasi dana tabungan
saya memiliki prospek yang
lebih baik.
12 Saya mendepositokan uang saya
di bank syariah karena
keuntungan dari nisbah bagi
hasil yang saya dapatkan lebih
besar dibanding deposito di
bank konvensional.
13 Saya menabung di bank syariah
karena potongan tabungan di
bank syariah lebih kecil
dibanding bank konvensional.
14 Saya mengajukan pembiayaan di
bank syariah karena lebih
menguntungkan dibanding
sistem perkreditan di bank
konvensional.
15 Saya menggunakan bank syariah
karena bank syariah sudah
terbukti dapat bertahan dari
krisis global.
Lampiran-Lampiran 197
No. Pernyataan Penilaian
TP JR KK SR SL
C. Loyalitas Nasabah
1 Saya menggunakan bank syariah
karena ATM bank syariah
mudah dijangkau dan
mempunyai banyak jaringan.
2 Kemampuan petugas customer service dalam menjawab
pertanyaan sudah dapat
memberikan saya penjelasan.
3 Petugas bank syariah cepat dan
tepat dalam memberikan
pelayanan nasabah yang
komplain.
4 Ketika saya dirugikan karena
kesalahan pelayanan bank
syariah, saya mendapatkan
kompensasi.
5 Karyawan bank syariah
memiliki kesabaran dan
kerendahan hati dalam melayani
nasabah.
6 Saya ingin lebih lama lagi
menjadi nasabah BMI, bahkan
ingin seumur hidup saya.
7 Saya puas dengan kualitas
layanan bank syariah dan akan
tetap menggunakan jasa layanan
BMI.
8 Saya mudah tergiur dengan
penawaran hadiah produk yang
diberikan oleh bank lainnya.
9 Saya bersedia menjadi nasabah
198 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
bank lain, jika bank tersebut
memberikan bagi hasil yang
lebih besar.
10 Saya tidak akan pindah ke bank
lain, walaupun produk yang
ditawarkan bank lain tersebut
menarik.
11 Saya khawatir jika pindah ke
bank lain, saya akan
mendapatkan pelayanan yang
lebih buruk.
12 Jika saya berpindah ke bank
lain, saya akan kerepotan
mengurus persyaratan dari awal.
13 Saya tidak terima jika ada yang
komentar negatif tentang
produk dan jasa layanan yang
saya gunakan.
14 Saya bersedia menggunakan
inovasi produk maupun produk
terbaru yang ditawarkan bank.
15 Saya melakukan transaksi dan
layanan jasa perbankan secara
teratur.
16 Saya suka menyarankan kepada
keluarga, sanak saudara, teman,
tetangga, dan rekan kerja untuk
menggunakan produk dan jasa
layanan bank syariah.
-------------------Terima Kasih atas Partisipasi Saudara/i------------------
Lampiran-Lampiran 199
Lampiran 2 : Uji Validitas dan Uji Reabilitas Loyalitas Nasabah
Responden
Identitas Responden Skor Angket Loyalitas Nasabah Jumlah
L/P Lama Usia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 5 56 3 5 5 3 3 5 3 5 5 3 4 3 4 5 5 5
66
2 2 2 20 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 2 4 5 5 5
71
3 1 3 30 2 3 5 3 3 5 2 5 5 5 2 2 3 5 5 5
60
4 2 6 44 5 5 4 1 5 5 2 5 5 3 5 2 4 3 4 5
63
5 1 5 43 4 4 4 4 4 5 3 5 5 4 3 3 5 4 4 5
66
6 1 2 24 5 4 3 4 5 5 3 5 5 5 4 3 4 5 3 5
68
7 2 1 20 3 3 4 4 3 5 3 5 5 4 3 3 3 4 4 5
61
8 1 4 36 3 5 5 4 3 5 4 5 5 3 3 4 4 5 5 3
66
9 1 5 45 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 5 5 5 5
74
10 2 2 21 3 4 4 4 3 5 3 5 5 1 4 3 4 4 4 3
59
11 2 3 22 5 5 5 4 3 5 3 5 5 5 4 3 4 5 5 5
71
12 2 2 29 3 5 2 5 4 5 2 5 5 4 4 2 4 4 2 5
61
13 1 4 29 5 5 5 4 4 5 2 5 5 5 2 2 5 5 5 5
69
14 1 3 24 3 3 4 4 2 4 3 5 5 3 3 3 4 4 4 4
58
15 2 5 50 3 3 1 1 3 4 3 5 5 2 2 3 4 4 1 3
47
16 2 6 33 2 2 3 3 3 4 2 4 4 4 3 2 4 4 3 2
49
200 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
17 2 3 52 4 5 4 4 4 5 3 5 5 1 3 3 4 4 4 2
60
18 1 5 45 3 3 3 3 3 5 2 5 5 3 3 2 3 3 3 4
53
19 2 5 40 4 4 5 3 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 4
70
20 2 6 33 4 4 4 4 4 5 3 5 5 2 4 3 4 5 4 5
65
21 1 2 23 3 3 4 4 4 5 3 5 5 4 4 3 4 4 4 3
62
22 2 4 36 4 4 4 4 3 5 3 5 5 3 3 3 4 5 4 5
64
23 1 5 47 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
47
24 1 7 49 4 5 4 3 4 5 3 5 5 5 4 3 4 5 4 5
68
25 2 4 61 3 3 4 3 3 4 3 5 5 2 3 3 4 2 4 3
54
26 1 4 37 2 5 4 3 3 5 3 5 5 5 4 3 4 5 4 5
65
27 1 3 42 5 3 5 5 5 4 2 5 5 4 4 2 4 4 5 5
67
28 2 4 44 3 4 4 4 3 5 3 5 5 3 4 3 4 4 4 3
61
29 2 7 60 4 2 3 3 3 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3
59
30 2 4 40 3 2 1 2 2 4 4 5 5 3 2 4 4 5 1 1
48
31 1 7 50 3 2 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 1
50
32 2 5 42 3 2 2 1 3 5 3 5 5 3 3 3 3 5 3 3
52
33 2 3 40 5 1 1 1 4 3 1 2 2 5 1 1 1 3 1 2
34
34 1 5 31 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 5 4 5 4 3
68
35 2 5 47 3 4 4 1 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2
49
Lampiran-Lampiran 201
36 1 3 31 2 3 3 1 2 5 2 4 4 5 1 2 3 4 2 3
46
37 2 4 45 2 2 3 1 4 4 1 3 3 4 1 1 3 3 2 3
40
38 1 5 35 1 5 1 1 1 4 1 3 3 1 1 1 5 5 3 1
37
39 2 6 48 2 1 1 1 2 5 2 5 5 2 1 2 5 5 3 1
43
40 1 2 24 1 1 3 1 3 4 1 4 4 4 2 1 4 3 3 2
41
41 1 3 53 1 3 3 1 2 4 1 4 4 5 2 1 4 4 2 1
42
42 1 6 54 1 2 1 1 2 3 2 4 4 3 1 2 3 4 1 1
35
43 2 1 24 1 2 1 1 3 4 1 2 2 4 1 1 3 4 2 1
33
44 2 5 33 5 2 1 5 3 3 5 3 3 3 1 5 3 2 3 2
49
45 2 3 30 3 2 1 1 1 3 2 2 2 3 1 2 2 4 2 2
33
46 1 2 28 3 1 2 2 4 4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3
45
47 1 6 35 1 3 3 1 2 3 1 3 3 3 1 1 3 3 3 1
35
48 2 6 38 4 2 1 4 2 3 1 3 3 3 4 1 3 3 3 1
41
49 2 4 45 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1
41
50 1 2 25 2 2 2 1 1 4 2 4 4 4 2 2 4 4 2 2
42
51 2 3 30 2 2 2 1 2 4 1 4 4 4 1 1 3 3 4 2
40
52 1 6 49 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3
54
53 1 1 20 2 3 2 1 3 3 1 3 3 3 2 1 2 2 2 3
36
54 1 2 27 5 4 2 1 2 5 1 4 4 5 1 1 3 4 1 5
48
202 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
55 2 6 44 2 3 2 2 3 4 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3
45
56 2 7 58 2 2 1 5 2 3 2 4 4 3 1 2 3 4 2 1
41
57 1 3 28 1 3 2 1 1 5 5 4 4 3 1 5 3 3 3 1
45
58 2 2 26 1 4 4 1 3 4 1 4 4 4 2 1 4 3 2 1
43
59 2 3 39 2 1 1 1 2 3 2 5 5 2 1 2 5 3 3 1
39
60 1 5 42 3 3 4 3 3 5 3 5 5 1 5 3 5 2 3 5
58
61 1 6 48 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 2 4 5
72
62 1 8 54 3 3 2 2 2 5 4 5 5 3 4 4 5 3 4 5
59
63 2 4 25 1 5 5 3 5 4 5 5 5 2 5 5 5 3 2 4
64
64 1 2 33 4 4 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 1 3 4 4
62
65 2 4 46 4 5 4 3 4 3 4 5 5 4 5 4 5 2 5 3
65
66 2 7 50 4 3 3 4 4 5 3 5 5 5 5 3 5 3 3 4
64
67 1 4 31 4 3 3 3 4 5 5 5 5 2 5 5 5 3 3 5
65
68 1 8 60 5 5 5 4 5 4 5 5 5 3 5 5 4 3 5 5
73
69 1 4 41 4 3 4 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4
68
70 2 5 37 4 3 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5
70
71 2 3 28 5 4 4 3 4 5 3 5 5 5 5 3 5 5 3 2
66
72 2 7 59 4 4 2 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 3 3 5
63
73 1 5 56 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4
56
Lampiran-Lampiran 203
74 2 4 53 1 3 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 1
45
75 2 9 63 3 3 3 2 2 4 3 5 5 4 4 3 3 4 2 3
53
76 1 5 53 4 4 3 3 3 3 4 5 5 3 4 4 5 3 3 4
60
77 2 4 49 3 3 3 3 3 5 3 5 5 5 5 3 5 2 3 3
59
78 1 8 68 3 4 3 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 2 3 5
67
79 2 7 43 4 4 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 5 3 3 4
66
80 1 3 30 4 4 4 1 4 4 4 5 5 5 5 4 5 3 3 4
64
81 2 8 55 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 5 4 4 3 3 4
57
82 1 4 29 2 3 3 3 3 4 4 5 5 5 2 4 5 3 3 3
57
83 2 3 35 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4
62
84 2 8 60 3 3 3 2 3 4 4 5 5 3 5 4 5 2 3 4
58
85 1 5 30 3 3 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 5 2 3 4
61
86 1 5 24 5 5 4 3 5 4 5 5 5 3 5 5 4 3 4 5
70
87 1 5 30 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4
61
88 2 6 28 3 3 4 3 5 5 2 4 4 5 4 2 5 2 4 3
58
89 2 8 40 3 4 3 5 3 3 5 4 4 5 3 5 3 5 3 5
63
90 1 4 35 3 2 4 5 3 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5
69
91 2 2 45 3 4 5 5 4 3 5 3 3 5 2 5 3 3 3 5
61
92 1 3 68 2 2 3 4 4 1 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4
60
204 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
93 1 3 53 4 2 3 3 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
61
94 2 5 40 2 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 5 4 5 2
56
95 1 3 24 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3
54
96 1 7 36 3 3 3 5 3 4 5 4 4 5 4 5 3 5 3 5
64
97 2 4 47 3 3 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
72
98 1 8 53 3 2 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 5
59
99 2 4 37 3 4 3 5 3 4 5 4 4 5 4 5 3 5 3 5
65
100 2 6 47 3 3 4 5 3 5 2 4 4 2 4 2 4 5 4 5
59
r Hitung 0.528 0.522 0.662 0.636 0.554 0.394 0.521 0.633 0.633 0.198 0.696 0.521 0.464 0.181 0.571 0.719
r Tabel 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 3 : Uji Validitas dan Uji Reabilitas Motif Agama
Lampiran-Lampiran 205
Responden Identitas Responden Skor Angket Motif Agama
Jumlah
L/P Lama Usia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 5 56 5 5 5 4 5 3 3 3 2 5 4 3 5 3 3 58
2 2 2 20 5 5 5 4 1 5 4 4 3 5 4 2 5 5 5 62
3 1 3 30 5 5 5 3 5 4 4 5 4 5 3 2 5 3 3 61
4 2 6 44 4 3 5 4 3 5 2 4 4 5 4 5 4 1 5 58
5 1 5 43 5 4 5 5 5 4 4 3 4 5 5 3 4 4 4 64
6 1 2 24 5 5 5 4 5 4 5 3 3 5 4 3 3 4 5 63
7 2 1 20 5 4 5 3 4 3 3 3 2 5 3 3 4 4 3 54
8 1 4 36 4 5 5 4 5 5 3 3 5 5 4 4 5 4 3 64
9 1 5 45 5 5 5 5 5 5 5 3 2 5 5 2 5 5 5 67
10 2 2 21 5 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 61
11 2 3 22 5 5 5 4 5 5 3 4 3 5 4 3 5 4 3 63
12 2 2 29 5 4 5 4 5 3 3 2 4 5 4 2 2 5 4 57
13 1 4 29 4 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 2 5 4 4 66
14 1 3 24 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 4 2 52
15 2 5 50 5 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 1 1 3 48
16 2 6 33 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 2 3 3 3 49
206 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
17 2 3 52 5 4 5 4 4 4 3 3 3 5 4 3 4 4 4 59
18 1 5 45 5 3 5 3 3 3 3 3 3 5 3 2 3 3 3 50
19 2 5 40 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 4 5 3 4 65
20 2 6 33 5 5 5 4 5 4 3 2 3 5 4 3 4 4 4 60
21 1 2 23 5 4 5 4 3 4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 59
22 2 4 36 5 5 5 4 5 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 61
23 1 5 47 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 47
24 1 7 49 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 63
25 2 4 61 5 2 4 4 3 4 3 2 3 4 4 3 4 3 3 51
26 1 4 37 5 5 5 4 3 4 3 4 2 5 4 3 4 3 3 57
27 1 3 42 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 2 5 5 5 63
28 2 4 44 5 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 61
29 2 7 60 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 1 51
30 2 4 40 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 3 5 67
31 1 7 50 4 3 4 3 4 5 3 5 4 5 5 3 4 4 5 61
32 2 5 42 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 1 67
33 2 3 40 2 5 3 1 3 2 2 3 3 2 5 2 3 4 5 45
34 1 5 31 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 68
35 2 5 47 3 5 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 66
Lampiran-Lampiran 207
36 1 3 31 4 5 5 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 65
37 2 4 45 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 5 3 3 4 4 49
38 1 5 35 3 4 4 5 5 5 3 5 4 5 3 3 4 5 5 63
39 2 6 48 5 5 5 5 5 2 5 5 5 2 5 5 5 5 5 69
40 1 2 24 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3 53
41 1 3 53 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 69
42 1 6 54 4 3 3 3 4 5 3 5 4 5 5 3 4 3 5 59
43 2 1 24 2 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 67
44 2 5 33 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 4 3 4 4 4 47
45 2 3 30 2 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 47
46 1 2 28 3 3 4 3 4 2 2 2 4 2 2 2 4 3 3 43
47 1 6 35 3 3 3 3 3 2 4 5 4 2 2 4 4 4 4 50
48 2 6 38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 47
49 2 4 45 3 3 3 3 3 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 61
50 1 2 25 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 64
51 2 3 30 4 4 4 3 3 5 3 3 4 5 3 3 4 5 3 56
52 1 6 49 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 62
53 1 1 20 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 41
54 1 2 27 4 5 5 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 65
208 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
55 2 6 44 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 50
56 2 7 58 4 3 3 3 4 5 2 5 4 5 5 2 4 4 3 56
57 1 3 28 4 5 5 3 3 5 5 3 4 5 5 5 4 5 5 66
58 2 2 26 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3 53
59 2 3 39 5 5 3 5 3 2 4 5 5 5 3 3 3 3 3 57
60 1 5 42 5 1 5 5 4 3 1 5 5 5 5 5 3 4 5 61
61 1 6 48 5 5 4 5 5 4 2 5 5 5 3 3 2 2 5 60
62 1 8 54 5 3 5 5 4 4 4 1 5 4 1 5 3 5 3 57
63 2 4 25 5 5 4 5 3 4 3 1 5 4 4 4 3 4 5 59
64 1 2 33 5 5 4 1 3 3 3 1 5 3 4 5 3 4 5 54
65 2 4 46 5 4 3 5 3 2 3 4 5 4 4 3 4 4 4 57
66 2 7 50 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 65
67 1 4 31 5 5 5 5 3 2 4 5 5 5 5 5 4 5 5 68
68 1 8 60 5 3 4 4 5 4 4 3 5 4 4 3 3 4 4 59
69 1 4 41 5 5 5 5 4 3 3 2 5 5 4 3 4 4 5 62
70 2 5 37 5 5 3 5 2 4 3 5 2 2 5 4 3 4 3 55
71 2 3 28 5 5 5 5 4 5 4 1 1 5 4 4 4 3 4 59
72 2 7 59 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 4 2 3 4 3 51
73 1 5 56 4 3 3 4 2 3 3 3 3 1 1 3 3 2 3 41
Lampiran-Lampiran 209
74 2 4 53 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 43
75 2 9 63 5 4 4 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 50
76 1 5 53 5 3 3 5 3 3 3 2 5 3 3 3 3 3 3 50
77 2 4 49 5 5 5 5 3 3 3 5 4 5 3 4 3 5 3 61
78 1 8 68 5 5 4 5 2 3 3 5 5 4 4 4 4 5 4 62
79 2 7 43 5 3 4 5 4 3 3 1 5 4 4 4 1 4 4 54
80 1 3 30 5 5 4 5 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 56
81 2 8 55 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46
82 1 4 29 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 5 65
83 2 3 35 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 50
84 2 8 60 5 3 4 5 4 2 3 2 5 4 3 3 3 3 3 52
85 1 5 30 4 5 5 5 4 3 3 1 4 5 5 5 3 5 5 62
86 1 5 24 5 3 4 4 5 4 4 3 5 4 4 3 3 4 4 59
87 1 5 30 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 3 3 3 45
88 2 6 28 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 3 5 3 2 3 62
89 2 8 40 4 5 3 3 3 3 4 3 3 4 4 5 5 4 5 58
90 1 4 35 4 5 5 5 3 4 5 3 4 4 5 1 5 5 5 63
91 2 2 45 3 5 3 3 2 2 3 1 4 3 4 5 5 3 2 48
92 1 3 68 4 4 1 5 3 5 5 4 4 4 5 3 5 5 5 62
210 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
93 1 3 53 5 4 4 4 3 4 4 3 4 5 5 5 5 4 5 64
94 2 5 40 4 3 4 5 3 4 5 3 4 4 4 5 1 4 4 57
95 1 3 24 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 3 2 54
96 1 7 36 4 5 4 3 3 4 4 5 3 4 5 5 5 5 5 64
97 2 4 47 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 2 69
98 1 8 53 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 54
99 2 4 37 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 64
100 2 6 47 4 2 5 4 3 4 3 3 4 4 3 5 5 4 5 58
r Hitung 0.294 0.406 0.468 0.287 0.436 0.502 0.516 0.301 0.411 0.572 0.467 0.305 0.386 0.415 0.277
r Tabel
0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164
Keterangan
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 4 : Uji Validitas dan Uji Reabilitas Motif Ekonomi
Responden Identitas Responden Skor Angket Motif Ekonomi
Jumlah
L/P Lama Usia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 5 56 5 3 2 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 5 5 54
2 2 2 20 5 5 4 2 2 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 65
3 1 3 30 5 2 2 2 2 5 3 3 2 2 5 3 4 2 5 47
Lampiran-Lampiran 211
4 2 6 44 5 4 3 2 3 4 1 5 5 3 3 5 4 5 5 57
5 1 5 43 5 5 3 3 3 4 4 4 3 3 5 4 4 5 5 60
6 1 2 24 5 3 1 3 3 3 4 5 4 3 5 5 4 4 5 57
7 2 1 20 5 4 2 3 2 4 4 3 3 4 4 4 4 2 5 53
8 1 4 36 5 3 3 4 3 5 4 3 3 3 4 4 3 5 3 55
9 1 5 45 5 3 3 2 3 5 5 5 5 4 5 5 3 2 5 60
10 2 2 21 5 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 55
11 2 3 22 5 4 3 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 5 62
12 2 2 29 2 2 2 2 5 2 5 4 4 3 3 3 4 5 5 51
13 1 4 29 1 4 2 2 5 5 4 4 2 4 4 4 5 5 5 56
14 1 3 24 2 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 2 4 44
15 2 5 50 3 4 3 3 4 1 1 3 2 3 3 3 4 3 3 43
16 2 6 33 3 2 2 2 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 41
17 2 3 52 2 5 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 2 49
18 1 5 45 5 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 47
19 2 5 40 4 3 3 4 2 5 3 4 3 3 3 3 4 5 4 53
20 2 6 33 5 4 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 58
21 1 2 23 5 4 3 3 3 4 4 4 4 1 4 4 4 5 3 55
22 2 4 36 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 54
212 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
23 1 5 47 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 42
24 1 7 49 5 4 2 3 3 4 3 4 4 4 5 5 5 4 5 60
25 2 4 61 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 46
26 1 4 37 5 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 5 5 53
27 1 3 42 4 2 2 2 2 5 5 5 4 3 5 5 4 5 5 58
28 2 4 44 5 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 55
29 2 7 60 5 5 4 5 4 3 2 5 4 5 4 4 4 5 3 62
30 2 4 40 1 1 2 4 3 1 5 3 2 3 2 1 1 3 1 33
31 1 7 50 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 1 44
32 2 5 42 2 4 1 3 4 3 1 3 3 4 2 3 4 3 3 43
33 2 3 40 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 20
34 1 5 31 4 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 3 4 4 3 59
35 2 5 47 3 1 2 3 1 4 2 1 3 4 1 2 1 2 2 32
36 1 3 31 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 35
37 2 4 45 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 27
38 1 5 35 4 4 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 1 3 1 29
39 2 6 48 4 3 1 2 2 3 3 3 1 2 1 2 3 2 1 33
40 1 2 24 1 2 1 1 4 3 1 1 2 2 1 3 2 1 2 27
41 1 3 53 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 26
Lampiran-Lampiran 213
42 1 6 54 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
43 2 1 24 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 18
44 2 5 33 2 3 4 5 4 3 2 2 1 3 1 3 3 4 2 42
45 2 3 30 3 3 2 2 3 2 2 2 1 4 2 3 1 3 2 35
46 1 2 28 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 43
47 1 6 35 4 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
48 2 6 38 1 4 1 1 1 3 1 1 4 3 2 2 1 1 1 27
49 2 4 45 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 1 32
50 1 2 25 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 31
51 2 3 30 3 2 2 1 2 4 2 3 1 1 1 2 2 2 2 30
52 1 6 49 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 3 45
53 1 1 20 3 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 33
54 1 2 27 1 2 1 1 2 1 1 2 1 5 1 3 1 5 5 32
55 2 6 44 3 2 2 2 2 4 2 2 2 4 1 2 2 3 3 36
56 2 7 58 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 1 1 1 2 1 29
57 1 3 28 2 4 2 5 3 3 1 4 1 1 1 2 2 2 1 34
58 2 2 26 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 21
59 2 3 39 4 3 1 2 2 3 3 3 1 2 1 2 3 2 1 33
60 1 5 42 5 4 5 3 5 3 3 2 5 4 5 3 2 3 5 57
214 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
61 1 6 48 5 4 1 5 5 4 4 3 5 1 5 5 4 2 5 58
62 1 8 54 5 3 5 4 5 4 5 4 4 2 5 2 2 2 5 57
63 2 4 25 5 4 3 5 5 2 4 4 5 4 5 4 3 3 4 60
64 1 2 33 5 5 5 4 5 4 3 4 5 3 5 5 3 3 4 63
65 2 4 46 5 4 5 4 1 5 3 3 5 3 5 3 1 3 3 53
66 2 7 50 5 3 4 3 5 3 3 2 5 3 5 4 2 2 4 53
67 1 4 31 5 4 5 5 5 3 3 5 5 4 5 3 3 3 5 63
68 1 8 60 5 5 5 5 5 5 3 2 5 4 5 3 3 3 5 63
69 1 4 41 5 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 61
70 2 5 37 5 4 5 5 5 3 4 3 5 3 5 4 3 4 5 63
71 2 3 28 5 4 5 3 5 3 2 4 5 3 2 2 2 5 2 52
72 2 7 59 5 5 5 5 5 3 4 5 5 4 1 4 2 5 5 63
73 1 5 56 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 2 2 4 3 4 50
74 2 4 53 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 1 48
75 2 9 63 4 4 3 3 2 2 2 4 4 3 3 2 2 4 3 45
76 1 5 53 5 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 5 3 4 4 54
77 2 4 49 5 3 3 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3 3 53
78 1 8 68 5 5 5 5 5 3 3 3 5 3 4 3 3 2 5 59
79 2 7 43 5 4 5 4 5 3 2 3 5 3 5 4 2 2 4 56
Lampiran-Lampiran 215
80 1 3 30 5 4 3 4 5 3 4 3 5 3 5 4 3 3 4 58
81 2 8 55 5 4 5 4 5 3 3 4 5 3 4 3 3 3 4 58
82 1 4 29 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46
83 2 3 35 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 2 3 4 62
84 2 8 60 4 4 3 4 4 3 2 3 5 3 4 3 2 3 4 51
85 1 5 30 5 4 3 4 5 3 4 2 5 3 5 3 4 2 4 56
86 1 5 24 4 4 5 5 5 4 4 3 5 3 4 2 2 2 5 57
87 1 5 30 5 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 61
88 2 6 28 4 5 3 2 5 4 5 3 4 4 4 4 3 2 3 55
89 2 8 40 5 2 3 5 3 3 4 3 3 3 3 3 5 5 5 55
90 1 4 35 5 4 2 5 5 5 5 3 4 5 3 4 3 3 5 61
91 2 2 45 5 2 2 5 3 3 2 2 2 5 1 4 5 5 5 51
92 1 3 68 5 3 3 4 1 5 5 3 5 3 4 4 4 4 4 57
93 1 3 53 2 3 3 4 4 4 3 3 4 5 3 4 4 3 4 53
94 2 5 40 5 1 3 3 4 5 4 3 4 5 3 4 3 3 2 52
95 1 3 24 1 2 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 49
96 1 7 36 5 3 3 5 4 3 3 3 4 4 5 3 4 3 5 57
97 2 4 47 1 3 3 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 64
98 1 8 53 5 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 58
216 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
99 2 4 37 5 3 4 5 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 5 63
100 2 6 47 1 2 5 2 5 4 4 3 4 3 3 4 5 4 5 54
r Hitung 0.567 0.490 0.600 0.644 0.545 0.511 0.595 0.664 0.765 0.530 0.690 0.691 0.627 0.500 0.715
r Tabel 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164 0.164
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran-Lampiran 217
Lampiran 5: Uji Reliabilitas Variabel Loyalitas Nasabah
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.842 .834 20
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 64.6600 107.055 .528 .830
VAR00002 64.5600 107.744 .522 .830
VAR00003 64.5900 103.780 .662 .823
VAR00004 64.8400 101.772 .636 .824
VAR00005 65.7300 120.947 -.028 .851
VAR00006 64.5700 108.793 .554 .830
VAR00007 63.6300 113.710 .394 .837
VAR00008 64.6700 105.920 .521 .830
VAR00009 63.4700 109.464 .633 .828
VAR00010 63.4700 109.464 .633 .828
VAR00011 65.8000 121.131 -.037 .851
VAR00012 64.1300 115.165 .198 .845
VAR00013 64.3500 122.715 -.112 .859
VAR00014 64.4300 99.763 .696 .820
VAR00015 64.6700 105.920 .521 .830
VAR00016 63.9200 111.064 .464 .834
218 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
VAR00017 64.0600 116.380 .181 .844
VAR00018 64.0100 118.313 .092 .848
VAR00019 64.4700 107.545 .571 .829
VAR00020 64.3600 98.576 .719 .818
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
67.8100 121.166 11.00752 20
Lampiran-Lampiran 219
Lampiran 6: Uji Reliabilitas Variabel Motif Agama
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.879 .866 20
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
65.53 116. 67 11.0041 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 64.6800 58.200 .294 .754
VAR00002 64.9000 56.232 .406 .747
220 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
VAR00003 64.8400 56.297 .468 .744
VAR00004 65.1300 57.629 .287 .755
VAR00005 67.1700 60.345 .137 .764
VAR00006 65.4000 55.455 .436 .744
VAR00007 65.2300 54.522 .502 .739
VAR00008 67.0800 61.064 .068 .768
VAR00009 65.5400 55.200 .516 .739
VAR00010 65.5600 55.784 .301 .756
VAR00011 65.2100 60.006 .117 .767
VAR00012 66.9400 62.380 -.037 .776
VAR00013 65.2700 55.674 .411 .746
VAR00014 64.8300 53.658 .572 .733
VAR00015 65.0800 55.307 .467 .742
VAR00016 65.6000 56.788 .305 .754
VAR00017 67.3000 60.798 .119 .764
VAR00018 65.2300 56.179 .386 .748
VAR00019 65.2200 55.729 .415 .746
VAR00020 65.1700 57.314 .277 .756
Lampiran-Lampiran 221
Lampiran 7: Uji Reliabilitas Variabel Motif Ekonomi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha
Based on
Standardize
d Items
N of
Items
.862 .853 20
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 56.1200 160.713 .048 .888
VAR00002 54.0800 142.256 .567 .871
VAR00003 54.5900 150.224 .490 .874
VAR00004 56.1600 161.873 .070 .883
VAR00005 55.0200 144.101 .600 .870
VAR00006 54.7200 142.406 .644 .868
VAR00007 54.5200 145.222 .545 .872
VAR00008 54.5200 149.282 .511 .873
VAR00009 54.7800 144.618 .595 .870
VAR00010 54.8400 145.590 .664 .868
VAR00011 54.4800 136.616 .765 .863
VAR00012 54.7800 148.739 .530 .872
VAR00013 55.8000 166.566 -.168 .890
VAR00014 54.5800 138.327 .690 .866
222 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
VAR00015 54.6500 144.533 .691 .867
VAR00016 55.7100 160.491 .091 .884
VAR00017 54.9300 144.631 .627 .869
VAR00018 55.9800 160.181 .131 .883
VAR00019 54.6700 147.516 .500 .873
VAR00020 54.4100 137.416 .715 .865
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 100 100.0
Excludeda 0 .0
Total 100 100.0
.
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
61.76 92.14 9.00237 20
Lampiran-Lampiran 223
Lampiran 8 : Uji Asumsi Klasik
Variables Entered/Removedb
Model Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X2, X1a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Y
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .851a .723 .722 3.65481 1.449
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
ANOVAb
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 10375.612 2 5187.806 388.377 .000a
Residual 3967.225 297 13.358
Total 14342.837 299
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
224 MOTIF AGAMA DAN MOTIF EKONOMI : Studi Loyalitas Nasabah Bank Syariah
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 12.955 1.867 6.940 .000
X1 .710 .037 .736 19.145 .000 .630 1.587
X2 .682 .041 .671 14.439 .000 .630 1.587
a. Dependent
Variable
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) X1 X2
1
1 2.985 1.000 .00 .00 .00
2 .009 18.025 .80 .52 .01
3 .006 22.335 .20 .48 .99
a. Dependent Variable: Y
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation N
Predicted Value 49.3621 76.4173 60.143
3 5.89076 300
Std. Predicted Value -1.830 2.763 .000 1.000 300
Lampiran-Lampiran 225
Standard Error of
Predicted Value .213 .663 .350 .107 300
Adjusted Predicted
Value 49.3679 76.4298
60.139
3 5.88805 300
Residual -1.45866E1 10.08044 .00000 3.64257 300
Std. Residual -3.991 2.758 .000 .997 300
Stud. Residual -4.005 2.805 .001 1.002 300
Deleted Residual -1.46898E1 10.42264 .00406 3.68079 300
Stud. Deleted Residual -4.111 2.838 .000 1.007 300
Mahal. Distance .023 8.845 1.993 1.944 300
Cook's Distance .000 .089 .004 .008 300
Centered Leverage
Value .000 .030 .007 .007 300
a. Dependent Variable: Y
227
Biodata Penulis
Ummul Fadhilah Sari, lahir di Bengkulu
pada tanggal 4 Mei 1988 yang bertepatan
pada hari Rabu, 17 Ramadhan 1408H.
Sulung dari tiga bersaudara ini adalah puteri
pasangan Bapak Sutan Sarimatua Muslim,
MM, MPd dan Ibu Evi Yenti Sari. Dilla,
begitu panggilannya, mengawali pendidikan pertama kalinya di TK
Aisyiah II Kota Bengkulu dari tahun 1992-1994, kemudian
melanjutkan pendidikan dasar di SDN No.1 Gedung Kolam,
Bengkulu dari tahun 1994-2000. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan Tsanawiyah di Pondok Pesantren Islam Al-
Mukmin yang terletak di desa Ngruki, Sukoharjo, Surakarta, Jawa
Tengah. Setelah menamatkan pendidikan Tsanawiyahnya pada
tahun 2003, penulis pulang ke kampung halaman dan melanjutkan
pendidikan Aliyah di MAN 1 Model, Bengkulu.
Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi ke perguruan
tinggi jenjang Diploma Tiga (D3) bidang studi Perbankan Syariah di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkulu (sekarang
IAIN Bengkulu) hingga tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan kejenjang Strata 1 (S1) bidang studi Ekonomi Islam di
kampus dan tahun yang sama, hingga tamat pada tahun 2011. Tahun
2012, penulis melanjutkan studi kejenjang Strata 2 (S2) di Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan konsentrasi
Manajemen Perbankan dan Keuangan Islam hingga tahun 2016.