90
i SKRIPSI ANALISIS DAMPAK PERALIHAN PENGELOLAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MAROS MIRNAWATI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 1. 24. · 9. Sahabat kecilku yang tersayang Karina Putri, S.pd dan Isma Amri, sahabat terbaik peneliti yang

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    SKRIPSI

    ANALISIS DAMPAK PERALIHAN PENGELOLAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

    TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MAROS

    MIRNAWATI

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2013

  • ii

    SKRIPSI

    ANALISIS DAMPAK PERALIHAN PENGELOLAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

    TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MAROS

    sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

    disusun dan diajukan oleh

    MIRNAWATI

    A31109110

    kepada

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2013

  • iii

    SKRIPSI

    ANALISIS DAMPAK PERALIHAN PENGELOLAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

    TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MAROS

    disusun dan diajukan oleh

    MIRNAWATI

    A31109110

    telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

    Makassar, Oktober 2013

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Yohanis Rura, S.E., M.SA, Ak. Drs. Muhammad Ashari, M.SA, Ak. NIP. 19611128 198811 1001 NIP. 19650219 199403 1002

    Ketua Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Hasanuddin

    Dr. Hj. Kartini, S.E., M.Si., Ak. NIP. 19650305 199203 2001

  • iv

    SKRIPSI

    ANALISIS DAMPAK PERALIHAN PENGELOLAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

    TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MAROS

    disusun dan diajukan oleh

    MIRNAWATI A31109110

    telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 2013 dan

    dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

    Menyetujui,

    Panitia Penguji

    No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

    1. Dr. Yohanis Rura, SE., M.SA., Ak. Ketua 1………………

    2. Drs. Muhammad Ashari, M.SA., Ak. Sekertaris 2……………...

    3. Dr. Syarifuddin, SE, M.Soc.Sc, Ak Anggota 3………………

    4. Drs. Deng Siraja, M.Si., Ak. . Anggota 4……………...

    5. Drs. Abd. Rahman, Ak. Anggota 5……………...

    Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Hasanuddin

    Dr. Hj. Kartini, S.E., M.Si., Ak. NIP. 19650305 199203 2001

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

    nama : MIRNAWATI

    NIM : A31109110

    jurusan/program studi : AKUNTANSI

    dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

    ANALISIS DAMPAK PERALIHAN PENGELOLAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

    KABUPATEN MAROS

    adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

    Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

    Makassar, Oktober 2013

    Yang membuat pernyataan,

    MIRNAWATI

  • vi

    PRAKATA

    Bismillahirrahmanirraim

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Segala puji serta rasa syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT,

    memohon pertolongan kepadaNya, dan memohon ampun kepadaNya. Peneliti

    bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam adalah hamba dan

    utusanNya. Alhamdulillah dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, peneliti

    akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Peralihan

    Pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Terhadap

    Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Maros’’ peneliti menyusun skripsi ini dalam

    rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada

    jenjang Strata Satu (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Hasanuddin.

    Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat campur

    tangan dari berbagai pihak. Walaupun diantaranya merupakan hasil pemikiran

    peneliti namun banyak pula yang peneliti ambil dari tulisan dan tuturan kata

    orang lain, baik untuk dikutip maupun sebagai bahan untuk peneliti olah lebih

    lanjut. Untuk itulah peneliti ingin mengucapkan rasa syukur serta berterima kasih

    dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang

    ikut serta dalam membantu pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti

    berikan kepada:

    1. Bapak H. Muhammad Amin dan mamaku tersayang Hj. Rahayu sebagai

    pembimbing hidup peneliti yang memberikan kasih sayang yang tulus,

  • vii

    semangat serta doa yang terbaik buat peneliti hingga peneliti dapat insya

    Allah membuat beliau bangga. Rasa terima kasih peneliti berikan kepada

    orang tua yang telah membesarkan peneliti dan menyekolahkan hingga

    kejenjang yang tinggi. Peneliti menyadari bahwa apa yang peneliti berikan

    kepada beliau tidak akan mampu membalas segala kebaikannya rasa

    terima kasih yang peneliti berikan tidak sebanding dengan semua

    pengorbanan beliau kepada peneliti. Bapak dan mamaku tersayang

    terima kasih buat semangat dan motivasi yang engkau berikan, air mata

    disetiap doa tulusmu semoga Allah memberikan kebahagian dan

    senantiasa menjagamu, amin ya Allah. Kakakku Rahmi dan Adikku Indah

    Ayu Lestari, Muh. Zulkifli Amin. Terima kasih buat doanya, semangat,

    dukungan serta bantuannya kepada peneliti selama hidup peneliti. Serta

    buat yang tersayang kemanakanku Aan dan Akhsan yang selalu

    menghibur peneliti setiap saat. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan

    kepada seluruh keluarga besar yang memberikan semangat serta terima

    kasih atas segala doanya.

    2. Bapak Dr. Yohanis Rura, S.E., M.SA, Ak dan Drs. Muhammad Ashari,

    M.SA, Ak, terima kasih atas waktu yang diberikan kepada peneliti, yang

    membimbing, memberikan arahan, motivasi dari awal penyusunan hingga

    penyelesaian skripsi ini.

    3. Bapak Drs. Rusman Thoeng, M.com.BAP.AK sebagai Penasehat

    Akademik peneliti, terima kasih telah membimbing peneliti mulai dari awal

    perkuliahan hingga peneliti menyelesaikan studi dikampus tercinta.

    4. IbuDR. Hj. Kartini, SE., M.Si., Akselaku KetuaJurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

  • viii

    5. Bapak-ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

    dan segenap tim penguji terima kasih atas kesediaannya menguji peneliti,

    pengajaran yang terbaik buat peneliti ilmu yang bermanfaat buat masa

    depan peneliti. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

    didikannya selama ini.

    6. Riswan Baharuddin, S.E yang insya Allah akan menjadi imam dalam

    kehidupan peneliti, terima kasih atas semangat, dukungan, doa serta

    kesediannya yang selalu setia mendampingi, membantu peneliti hingga

    peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

    7. Pemerintah Kabupaten Maros khususnya Dinas Pendapatan Daerah

    terima kasih buat kesediannya memberikan data yang peneliti butuhkan

    dalam membantu penyusunan skripsi ini.

    8. Para pegawai Jurusan Akuntansi, pegawai akademik, pegawai

    kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan seluruh staf lainnya

    yang telah membantu peneliti dalam kelancaran urusan akademik. Terima

    kasih atas bantuannya.

    9. Sahabat kecilku yang tersayang Karina Putri, S.pd dan Isma Amri,

    sahabat terbaik peneliti yang selalu ada saat susah maupun senang

    terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

    10. Seluruh teman-teman seangkatan K09nitif terima kasih atas bantuannya,

    segala kebaikan yang kalian berikan kepada peneliti, terima kasih yang

    sebesar-besarnya karena telah membantu banyak hal selama peneliti

    menjalani perkuliahan dikampus tercinta. Terima kasih buat kalian semua

    yang tidak sempat peneliti sebutkan namanya.

    11. Kepada seluruh teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan

    2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012 serta semua pihak yang

  • ix

    tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu-satu. Terima kasih atas semua

    bantuannya.

    Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang

    sebesar-besarnya bagi para penuntut ilmu, baik dalam bangku perkuliahan

    maupun bidang penelitian, agar dapat menciptakan pelajar-pelajar yang

    berkualitas. Peneliti memohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini terdapat

    kesalahan karena segala kesalahan seutuhnya jadi tanggup jawab peneliti,

    peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Akhirnya kepada

    Allah-lah peneliti memohon agar usaha ini dijadikan sebagai amal shaleh dan

    diberikan pahala olehnya.

    Makassar, Oktober 2013

    Mirnawati

  • x

    ABSTRAK

    ANALISIS DAMPAK PERALIHAN PENGELOLAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI

    DAERAH KABUPATEN MAROS

    Mirnawati Yohanis Rura

    Muhammad Ashari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak peralihan pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), mengetahui efektivitas pengelolaan BPHTB dan mengetahui prospek penerimaan BPHTB dalam meningkatkan PAD Kabupaten Maros. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang terdiri dari observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis proporsi, koefisien korelasi, elastisitas, efektifitas dan tren positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak peralihan pengelolaan BPHTB terhadap PAD Kabupaten Maros tidak berpengaruh terhadap kenaikan penerimaan PAD, pengelolaan BPHTB di Kabupaten Maros masih tidak efektif dan prospek penerimaan BPHTB pada tahun-tahun yang akan datang terus mengalami peningkatan. Peningkatan penerimaan BPHTB ini akan memberikan dampak pada peningkatanpenerimaan PAD Kabupaten Maros. Kata kunci: Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pendapatan Asli

    Daerah, Pemerintah Daerah.

    TRANSITION IMPACT ANALYSIS MANAGEMENT ACQUISITION OF LAND AND BUILDING OF REGIONAL REVENUE MAROS REGENCY

    This research aims to determine the impact of management transition Tax on Acquisition of Land and Building (BPHTB) on regional revenue (PAD), knowing the effectiveness of management and BPHTB prospects in increasing regional revenue of Maros Regency. This study uses data collection techniques such as library research and field research consisted of observation and documentation. Data analysis are the analysis of proportions, correlation coefficient, elasticity, effectiveness and a positive trend. The results showed that the impact of the management transition of BPHTB to Maros Regency not affect the increase in regional revenue, BPHTB management in Maros Regency still ineffectiveand BPHTB prospects in the years to come is constantly increasing. The increase of BPHTB will have an impact on the increase in regional revenue receipts of Maros Regency. Key words:Tax on Acquisition of Land and Building, Regional Revenue, Local

    Government

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ v PRAKATA ........................................................................................................ vi ABSTRAK ........................................................................................................ x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 1.4.Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6 1.5. Sistematika Penulisan ......................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9

    2.1. Pendapatan Asli Daerah ...................................................................... 9 2.1.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah ............................................ 9 2.1.2. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah .................................. 10

    2.2. Pajak .................................................................................................. 13 2.2.1. Pengertian Pajak ........................................................................ 13 2.2.2. Unsur-Unsur dan Ciri-Ciri Pajak .................................................. 13 2.2.3. Fungsi Pajak ............................................................................... 14 2.2.4. Syarat-Syarat Pemungutan Pajak ............................................... 15 2.2.5. Asas-Asas Pemungutan Pajak.................................................... 16 2.2.6. Sistem Pemungutan Pajak .......................................................... 17 2.2.7. Pengelompokan Pajak ................................................................ 18 2.2.8. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak ................................................. 20 2.2.9 Sanksi Perpajakan ....................................................................... 21

    2.3. Pajak Daerah ....................................................................................... 22 2.3.1. Pengertian Pajak Daerah ............................................................ 22 2.3.2. Dasar Hukum Pajak Daerah ....................................................... 23 2.3.3. Pengelompokan Pajak Daerah ................................................... 25 2.3.4. Fungsi Peraturan Daerah tentang Pajak ..................................... 26

    2.4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ................................... 27 2.4.1. Pengertian BPHTB ..................................................................... 27 2.4.2. Objek Pajak BPHTB dan Objek yang Tidak Dikenakan BPHTB . 28 2.4.3. Subjek Pajak dan Wajib Pajak BPHTB ....................................... 32 2.4.4. Dasar Pengenaan BPHTB .......................................................... 32 2.4.5. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak .......................... 33 2.4.6. Tarif dan Perhitungan BPHTB..................................................... 34 2.4.7. Saat Terutang BPHTB ................................................................ 34

  • xii

    2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 35

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 41

    3.1. Rancangan Penelitian.......................................................................... 41 3.2. Tempat dan Waktu .............................................................................. 41 3.3.Populasi dan Sampel ............................................................................ 42 3.4. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 42 3.5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43 3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 43 3.7. Instrumen Penelitian ............................................................................ 44 3.8. Analisis Data........................................................................................ 44

    BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 48

    4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 48 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Maros ........................................... 48 4.1.2.Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros 49 4.1.2.1 Visi, Misi, Tujuan dan SasaranDinas Pendapatan

    Daerah Kabupaten Maros ................................................ 49 4.1.2.2Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros ................................................ 53 4.1.2.3 Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros ................................................ 54

    4.2 Analisis Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah ........................................................ 61

    4.2.1 Analisis Proporsi .......................................................................... 61 4.2.2 Analisis Koefisien Korelasi ........................................................... 62 4.2.3 Analisis Elastisitas ....................................................................... 64

    4.3 Analisis Efektifitas Pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ............................................................................................ 65

    4.4 Analisis Prospek Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ............................................................................................ 66

    BAB V PENUTUP ............................................................................................. 71

    5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 71 5.2 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 72 5.3 Saran ................................................................................................... 73

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman 2.1.Penelitian-Penelitian Terdahulu .................................................................. 36 4.1.Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2010 ......................................... 49 4.2.Proporsi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Maros Tahun 2011-2013 ... 61 4.3.Koefisien Korelasi ....................................................................................... 62 4.4.Elastisitas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Maros Tahun 2011-2013 ......... 64 4.5.Efektivitas Pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kabupaten Maros Tahun 2011-2013 ............................................... 66 4.6.Dasar Perhitungan Prediksi Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kabupaten Maros ..................................................................... 67 4.7Prediksi Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kabupaten Maros Tahun 2013-2020 ............................................... 69

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    4.1.Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros ……………………………………………………………53

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Adanya keputusan pemerintah tentang suatu perubahan sistem

    pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi karena

    pemberian dana atau sumbangan kepada seluruh daerah yang ada di Indonesia

    untuk mendorong pertumbuhan daerah yang menjadi salah satu sumber

    dananya ternyata pada kenyataan belum cukup memberikan pengaruh pada

    pertumbuhan daerah. Hal tersebut mengharuskan pemerintah dapat lebih

    meningkatkan pendapatan daerah khususnya pada sumber Pendapatan Asli

    Daerah (PAD). Pada kondisi seperti ini, tentunya daerah tidak mengalami

    kemajuan karena Pendapatan Asli Daerah itu sendiri tidak cukup untuk

    memberikan peningkatan dari segi pertumbuhan pembangunan dan pembiayaan.

    Dulunya pemerintah pusat mengurusi seluruh daerah yang ada di Indonesia

    sehingga ada daerah yang tidak tersentuh perhatian pemerintah pusat, karena

    daerah yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak sedikit melainkan

    dalam jumlah yang sangat banyak dan luas.

    Sistem desentralisasi dilaksanakan sesuai dengan penetapan Undang-

    Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai pemerintah daerah sebagaimana yang

    telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa dalam

    mengurus rumah tangganya sendiri pemerintah daerah diberikan sumber-sumber

    pendapatan serta penerimaan keuangan daerah untuk membiayai seluruh

    1

  • 2

    aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintah dan pembangunan guna

    kesejahteraan masyarakat adil dan makmur.

    Upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber utama

    pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan

    pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan untuk

    memperbaiki ketergantungan dalam mendapatkan dana. Pendapatan Asli

    Daerah dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang

    dapat digunakan untuk segala keperluan pengeluaran yang telah ditentukan oleh

    daerah masing-masing khususnya keperluan rutin. Namun, upaya untuk

    meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tidak hanya dapat ditinjau dari segi

    daerah masing-masing tetapi dalam kaitannya dengan kesatuan Perekonomian

    Indonesia.

    Peningkatan Pendapatan Asli daerah bersumber dari hasil pajak daerah

    dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD yang terdiri dari,

    pajak daerah, retribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah, dan

    pendapatan asli daerah lainnya yang sah.

    Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), awalnya

    dikelola oleh pemerintah pusat karena BPHTB merupakan sumber pendapatan

    Negara yang menjadi kewenangan oleh pemerintah pusat. BPHTB dulunya

    merupakan salah satu penerimaan Negara yang menopang pembangunan

    nasional.

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Dana Bagi Hasil

    dari penerimaan BPHTB adalah sebagai berikut.

  • 3

    1. 20% (dua puluh persen) bagian pemerintah dari penerimaan BPHTB

    dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan

    kota.

    2. 80% dibagikan dengan rincian 16% (enam belas persen) untuk daerah

    provinsi yangbersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum

    Daerah provinsi dan64% (enam puluh empat persen) untuk daerah

    kabupaten dan kota penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum

    Daerah kabupaten/kota.Penyaluran Dana Bagi Hasil BPHTB

    sebagaimana dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan.

    Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 ditetapkan pada tanggal 15

    September 2009 dan berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2010. Khusus

    untuk BPHTB, mulai dapat dipungut oleh daerah pada tanggal 1 Januari 2011

    (Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dan Direktur Pajak Daerah

    danRetribusi Daerah, 2011:3).Lahirnya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009

    memberikan angin segar bagi daerah dalam meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi dan pengembangan daerah. Undang-Undang ini memberikan

    kewenangan kepada daerah untuk mengelolah pajak yang dulunya dikelolah

    oleh pemerintah pusat yaitu Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    (BPHTB). Pemberian kewenangan itu diharapkan mampu meningkatkan

    Pendapatan Asli Daerah karena pemerintah daerah akan menerima hasil

    pungutan BPHTB secara utuh tanpa harus dibagi ke pemerintah pusat.

    Secara konsepsional, terdapat beberapadasar pemikiran mengenai

    kebijakanpengalihan BPHTB yang semula sebagaipajak pusat menjadi pajak

    daerah, antaralain (Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dan Direktur Pajak

    Daerah danRetribusi Daerah, 2011:3) sebagai berikut.

  • 4

    1. BPHTB layak ditetapkan sebagai pajakdaerah.

    BPHTB memenuhi kriteria dan prinsip-prinsip pajak daerah yang baik,

    seperti:

    a. objek pajaknya terdapat di daerah (local-origin),

    b. objek pajak tidak berpindah-pindah (im-movable), dan

    c. terdapat hubungan yang erat antara pembayar pajak dan pihak yang

    menikmati hasil pajak tersebut (the benefit-tax link principle).

    2. Meningkatkan Pendapatan AsliDaerah.

    Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah akan meningkatkan pendapatan

    yang bersumber dari daerah itu sendiri (Pendapatan Asli Daerah) Hal ini

    berbeda dengan penerimaan BPHTB sebagai pajak pusat, meskipun

    pendapatan BPHTB kemudian diserahkan kepada daerah, penerimaan ini

    tidak dimasukkan ke dalamkelompok pendapatan asli daerah, melainkan

    sebagai dana perimbangan (Dana Bagi Hasil).

    3. Meningkatkan akuntabilitas daerah(local accountability).

    Penetapan BPHTB sebagaipajak daerah, menyebabkan kebijakan

    BPHTB(objek, subjek, tarif, dan dasarpengenaan pajak) ditetapkan

    olehdaerah dan disesuaikan dengan kondisidan tujuan pembangunan

    daerah.

    Terdapat begitu banyak potensi dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

    Bangunan khususnya pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun,

    realisasi dari potensi ini terhadap PAD akan terwujud apabila pengelolaan

    BPHTB dilakukan dengan baik serta adanya bantuan dari pihak-pihak terkait.

    Kabupaten Maros merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan

    yang terus mengalami perkembangan pembangunan, diharapkan memiliki angka

  • 5

    transaksi jual beli tanah yang besar sehingga menghasilkan pungutan dari Bea

    Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang besar pula.

    Pendapatan dari pungutan BPHTB ini diharapkan semakin meningkatkan

    perolehan pajak daerah dan menjadi salah satu kekuatan bagi Pendapatan Asli

    Daerah (PAD) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

    Kabupaten Maros sehingga pembangunan daerah dapat berjalan secara cepat

    sesuai dengan tujuan pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

    Letak Kabupaten Maros yang berbatasan langsung dengan Kota

    Makassar membuat Kabupaten Maros mengalami pembangunan yang cukup

    signifikan dibandingkan dengan kabupaten lain. Pembangunan di Kota Makassar

    yang saat ini tidak hanya di pusat kota tetapi kebagian kota yang berbatasan

    langsung dengan Kabupaten Maros, seperti halnya pembangunan jalan tol,

    pembangunan bandara internasional, dan pembangunan lainnya membuat

    Kabupaten Maros memperoleh manfaat yang besar. Harga tanah yang ada di

    Kabupaten Maros mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Diharapkan

    dengan naiknya harga tanah akibat adanya dampak dari pembangunan seperti

    yang telah dijelaskan di atas membuat potensi pendapatan daerah dari Bea

    Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan cukup besar dalam menopang

    Anggaran Pendapatan Belanda Daerah di Kabupaten Maros.

    Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian

    dengan judul “Analisis Dampak Peralihan Pengelolaan Bea Perolehan Hak

    atas Tanah dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

    Maros”.

  • 6

    1. 2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut.

    1. Bagaimana dampak peralihan pengelolaan BPHTB terhadap Pendapatan

    PAD Kabupaten Maros?

    2. Bagaimana efektivitas pengelolaan BPHTB di Kabupaten Maros?

    3. Bagaimana prospek penerimaan BPHTB dalam meningkatkan PAD

    Kabupaten Maros?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

    dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Mengetahui dampak peralihan pengelolaan BPHTB terhadap PAD

    Kabupaten Maros.

    2. Mengetahui efektivitas pengelolaan BPHTB di Kabupaten Maros.

    3. Mengetahui prospek penerimaan BPHTB dalam meningkatkan PAD

    Kabupaten Maros.

    1.4. Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun

    praktis.

    1. Manfaat teoretis

  • 7

    Manfaat teoretis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

    a. Penelitian ini mampu memberikan tambahan informasi atau

    pengetahuan demi pengembangan ilmu pengetahuaan khususnya di

    bidang perpajakan.

    b. Penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan atau acuan dalam

    pengembangan penelitian selanjutnya, khususnya di bidang

    perpajakan.

    2. Manfaat praktis

    Manfaat praktis pada penelitian ini adalah:

    a. Penelitian ini mampu memberikan informasi tambahan yang bisa

    dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam pengelolaan Bea

    Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan oleh Pemerintah

    Kabupaten Maros khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

    Maros sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

    Kabupaten Maros.

    b. Sebagai bahan informasi bagi aparatur pemerintah dan masyarakat

    Kabupaten Maros tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

    Bangunan.

    1.5. Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini menguraikan penjelasan mengenai latar belakang,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian

    dan sistematika penulisan.

  • 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisi penjelasan mengenai landasan teori yang

    membahas mengenai teori-teori dan konsep-konsep umum

    yang akan digunakan dalam penelitian.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini berisi penjelasan mengenai bagaimana penelitian

    ini dilakukan. Dimulai dari rancangan penelitian, tempat

    dan waktu, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

    teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan defenisi

    operasional, instrumen penelitian serta analisis data.

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    Bab ini berisi penjelasan mengenai analisis data dan

    informasi yang didapatkan dari hasil observasi dan

    penelitian kepustakaan. Dengan demikian, akan diperoleh

    suatu hasil analisis yang akan dijadikan dasar dalam

    pembuatan kesimpulan dan saran penelitian ini.

    BAB V PENUTUP

    Bab ini berisi penjelasan mengenai kesimpulan dan saran

    dari penelitian ini bagi Pemerintah Kabupaten Maros, dan

    pihak-pihak yang berkepentingan.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pendapatan Asli Daerah

    2.1.1. Pengetian Pendapatan Asli Daerah

    Pendapatan pemerintah daerah meliputi semua penerimaan uang melalui

    rekening kas umum daerah maupun bendahara penerimaan, yang menambah

    ekuitas dana merupakan hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan

    tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan pemerintah daerah

    dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, objek,

    dan rincian objek pendapatan. Pendapatan daerah dikelompokkan atas

    pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah

    yang sah (Ritonga, 2010:184-185).

    Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 2 paragraf 8

    menyatakan bahwa “pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum

    Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran

    bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh

    pemerintah”. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1 menyatakan bahwa,

    “pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai

    kekayaan bersih”.

    Pada pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 2 paragraf 22

    dijelaskan bahwa “pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum

    Negara/Daerah”. Artinya, sebelum pendapatan tersebut disetor oleh bendahara

    9

  • 10

    penerimaan kekas umum daerah, uang yang berasal dari pendapatan tersebut

    belum boleh dicatat sebagai pendapatan. Pencatatan pendapatan baru dapat

    dilaksanakan pada saat uang tersebut sudah disetor kekas umum daerah

    (Tanjung, 2009:64). Adapun pengertian pendapatan asli daerah adalah semua

    penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah (Ritonga,

    2010:185).

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, “pendapatan daerah

    adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

    dalam periode tahun bersangkutan”.Adapun “Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya

    disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan

    Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.PAD bertujuan

    memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerahuntuk mendanai

    pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan

    desentralisasi.

    2.1.2. Sumber Pendapatan Asli Daerah

    Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI

    No.32 Tahun 2004, yaitu sebagai berikut.

    1. PAD yang terdiri dari:

    a. Hasil pajak daerah yaitu pungutan daerah menurut peraturan yang

    ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya

    sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan

    yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan

  • 11

    untukpengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung

    diberikan sedang pelaksanaannya dapat dipaksakan.

    b. Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah

    menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau

    karena memeroleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah

    daerah bersangkutan. Retribusi daerah memunyai sifat-sifat yaitu

    pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau

    harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil,

    tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan

    pungutan yang sifat budgeternya tidak menonjol, dalam hal-hal

    tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah

    dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan

    anggota masyarakat.

    c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan

    daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah

    merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih

    perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan

    bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas

    daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai dengan

    motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah

    adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah

    pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan

    kemanfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian

    daerah.

    d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-

    pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah,

  • 12

    retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah

    yang sah mempunyai sifat yang terbuka bagi pemerintah daerah

    untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi

    dalam kegiatan tersebut bertujuan untuk menunjang,

    melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu

    bidang tertentu.

    2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari

    penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari perdesaan, perkotaan,

    pertambangan sumber daya alam, dan bea perolehan hak atas tanah dan

    bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi

    umum, dan dana alokasi khusus.

    3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari

    sumber lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang

    dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang

    berlaku.

    Dalam upaya meningkatkan PAD, Daerah dilarang (Undang-Undang

    Nomor 33 Tahun 2004):

    1. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang

    menyebabkanekonomi biaya tinggi; dan

    2. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang

    menghambatmobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah,

    dankegiatan impor/ekspor.

  • 13

    2.2. Pajak

    2.2.1. Pengertian Pajak

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

    tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

    Ketentuan Umum Perpajakan,“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara

    yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

    Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

    keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.Pajak adalah iuran

    wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat untuk menutupi

    pengeluaran rutin Negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat

    ditunjuk secara langsung.

    2.2.2. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Pajak

    Pajak memiliki unsur-unsur (Mardiasmo, 2011:1), yaitu sebagai berikut.

    1. Iuran dari rakyat kepada Negara.

    Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa

    uang (bukan barang).

    2. Berdasarkan undang-undang.

    Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

    aturan pelaksanaannya.

    3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

    dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

    kontraprestasi individual oleh pemerintah.

    4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

    pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

  • 14

    Adapun ciri-ciri pajak (Waluyo, 2009:3), yaitu sebagai berikut.

    1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan

    pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

    2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

    individual oleh pemerintah.

    3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

    daerah.

    4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

    dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

    membiayai public investment .

    5. Pajak dapat pula memunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

    2.2.3. Fungsi Pajak

    Fungsi pajak terbagi atas dua (Waluyo, 2009:6), yaitu sebagai berikut.

    1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

    Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

    pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh:

    dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

    2. Fungsi Mengatur (reguler)

    Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

    kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya

    pajak yang lebih tinggi terhadap minimum keras, dapat ditekan. Demikian

    pula terhadap barang mewah.

  • 15

    2.2.4. Syarat-syarat Pemungutan Pajak

    Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,

    maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut (Mardiasmo,

    2011:2).

    1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

    Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang

    dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-

    undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata,

    serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil

    dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak

    untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan

    mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

    2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

    Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

    memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi

    negara maupun warganya.

    3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

    Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi

    maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan

    perekonomian masyarakat.

    4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)

    Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

    sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

  • 16

    5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

    Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

    masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah

    dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

    Contoh:

    a. Bea Materai disederhanakan dari 167 macam menjadi 2 macam

    tarif.

    b. tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,

    yaitu 10%.

    c. pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk

    perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh)

    yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (orang pribadi)

    2.2.5. Asas-asas Pemungutan Pajak

    Asas pemungutan pajak dibagi dalam beberapa asas (Waluyo, 2009:15),

    yaitu sebagai berikut.

    1. Asas Menurut Falsafah Hukum

    Hukum pajak harus mendasarkan pada keadilan. Selanjutnya keadilan ini

    sebagai asas pemungutan pajak untuk menyatakan keadilan kepada hak

    negara untuk memungut pajak, muncul beberapa teori dasar, sebagai

    berikut.

    a. Teori Asuransi

    b. Teori Kepentingan

    c. Teori Gaya Pikul

    d. Teori Bakti

  • 17

    e. Teori Asas Daya Beli

    2. Asas Yuridis

    Untuk menyatakan suatu keadilan. Hukum pajak harus memberikan

    jaminan hukum kepada negara atau warganya. Oleh karena itu,

    pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang. Landasan

    hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah Pasal 23A Amandemen

    Undang-Undang Dasar 1945.

    3. Asas Ekonomis

    Seperti pada uraian sebelumnya pajak mempunyai fungsi regular dan

    fungsi budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran

    bahwa negara menghendaki agar kehidupan ekonomi masyarakat agar

    terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak

    menghambat kelancaran ekonomi sehingga kehidupan ekonomi tidak

    terganggu.

    4. Asas Pemungutan Pajak Lainnya

    Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam Pajak

    Penghasilan, yaitu:

    a. Asas Tempat Tinggal

    b. Asas Kebangsaan

    c. Asas Sumber

    2.2.6. Sistem Pemungutan Pajak

    Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi (Waluyo, 2009:17):

    1. Official Assesment System

  • 18

    Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

    wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak

    yang terutang.

    Ciri-ciri official Assessment System adalah sebagai berikut.

    a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada

    pada fiskus.

    b. Wajib Pajak bersifat pasif.

    c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

    fiskus.

    2. Self Assessment System

    Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,

    kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

    memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak

    yang harus dibayar.

    3. Withholding System

    Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan

    wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut

    besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

    2.2.7. Pengelompokan Pajak

    Mardiasmo (2011:5) menyatakan bahwa pajak dapat dikelompokkan

    menurut.

    1. Menurut golongannya

  • 19

    a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib

    Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

    lain. Contoh: Pajak Penghasilan.

    b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

    dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak

    Pertambahan Nilai.

    2. Menurut sifatnya

    a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

    pada subjeknya, dalam arti memerhatikan keadaan diri Wajib

    Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan

    b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

    memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak

    Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

    3. Menurut lembaga pemungutannya

    a. Pajak Pusat, yaitu pajak dipungut oleh Pemerintah Pusat dan

    digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak

    Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

    Barang Mewah, dan Bea Materai.

    b. Pajak Daerah, yaitu pajak yag dipungut oleh Pemerintah Daerah

    dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

    Pajak daerah terdiri atas.

    1) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak

    Bahan Bakar Kendaraan bermotor.

    2) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,

    dan Pajak Hiburan.

  • 20

    2.2.8. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

    Kewajiban yang dimiliki oleh Wajib Pajak (Mardiasmo, 2011:56), yaitu

    sebagai berikut.

    1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

    2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

    3. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

    4. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke

    Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

    5. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.

    6. Jika diperiksa wajib:

    a. memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

    yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan

    penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib

    Pajak, atau objek yang terutang pajak.

    b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang

    dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

    7. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau

    dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu

    kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu

    ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

    Hak yang dimiliki oleh Wajib Pajak (Mardiasmo, 2011:56-57), yaitu

    sebagai berikut.

    1. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

    2. Menerima tanda bukti pamasukan SPT.

  • 21

    3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.

    4. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

    5. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran

    pajak.

    6. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat

    ketetapan pajak.

    7. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

    8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta

    pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.

    9. Memberikan kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban

    pajaknya.

    10. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.

    11. Mengajukan keberatan dan banding.

    2.2.9. Sanksi Perpajakan

    Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/dipatuhi. Atau

    bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif)

    agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam undang-undang

    perpajakan dikenal dua macan sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi

    pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang

    diancam dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi

    administrasi dan sanksi pidana. Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi

    pidana adalah (Mardiasmo, 2011:59):

  • 22

    1. sanksi administrasi merupakan kerugian Negara, khususnya yang berupa

    bunga dan kenaikan.

    2. sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu

    alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma

    perpajakan dipatuhi.

    2.3. Pajak Daerah

    2.3.1. Pengertian Pajak Daerah

    Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah di

    samping Retribusi Daerah. Pajak daerah adalah pajak Negara yang diserahkan

    kepada Daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan

    yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran Daerah sebagai badan hukum

    publik (Kaho, 2010:143-145). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

    2009,

    Pajak daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalahkontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orangpribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanUndang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerahbagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    Adapun Fadli (2012) yang memberikan pengertian tambahan menyatakan bahwa

    “pajak daerah adalah pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan oleh

    pemerintah daerah untuk mengisi kas Negara”.

    Ciri-ciri yang menyertai pajak Daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut

    (Taho, 2010:145).

  • 23

    a. Pajak Daerah berasal dari pajak Negara yang diserahkan kepada Daerah

    sebagai pajak Daerah;

    b. Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang;

    c. Pajak daerah dipungut oleh Daerah berdasarkan kekuatan undang-

    undang dan/atau peraturan hukum lainnya;

    d. Hasil pungutan pajak Daerah dipergunakan untuk membiayai

    penyelenggaraan urusan rumah tangga Daerah atau membiayai

    pengeluaran Daerah sebagai badan hukum publik.

    2.3.2. Dasar Hukum Pajak Daerah

    Landasan hukum pemungutan pajak oleh pemeritah Daerah diatur dalam

    Pasal 58 Undang-undang No.5 Tahun 1974 yang lengkapnya berbunyi sebagai

    berikut.

    1. Dengan undang-undang ditetapkan ketentuan pokok tentang pajak dan

    retribusi Daerah;

    2. Dengan Peraturan Daerah ditetapkan pungutan pajak dan retribusi

    Daerah;

    3. Peraturan Daerah dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, berlaku sesudah

    ada pengesahan pejabat yang berwenang, menurut cara yang diatur

    dalam undang-undang dan tidak boleh berlaku surut;

    4. Pengembalian atau pembebasan pajak Daerah dan atau retribusi Daerah

    hanya dapat dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah.

    Dasar hukum pemungutan pajak daerah adalah Undang-Undang Nomor

    28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Beberapa istilah di

  • 24

    dalam undang-undang ini yang terkait dengan pajak daerah (Pasal 1 Undang-

    Undang Nomor 28 Tahun 2009), yaitu sebagai berikut.

    1. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan

    masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

    berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

    kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

    aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    2. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

    kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

    memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

    imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi

    sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

    kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

    usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,

    perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha

    milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,

    kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

    organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,

    lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif

    dan bentuk usaha tetap.

    4. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan

    Pajak.

    5. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak,

    pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

  • 25

    kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan perpajakan daerah.

    2.3.3. Pengelompokan Pajak Daerah

    Pajak daerah itu dibagi menjadi dua jenis dan beberapa objeknya (Pasal

    2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009), yaitu sebagai berikut.

    1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

    a. Pajak Kendaraan Bermotor;

    b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

    c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

    d. Pajak Air Permukaan; dan

    e. Pajak Rokok.

    2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:

    a. Pajak Hotel;

    b. Pajak Restoran;

    c. Pajak Hiburan;

    d. Pajak Reklame;

    e. Pajak Penerangan Jalan;

    f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

    g. Pajak Parkir;

    h. Pajak Air Tanah;

    i. Pajak Sarang Burung Walet;

    j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

    k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

  • 26

    2.3.4. Fungsi Peraturan Daerah tentang Pajak

    Terdapat tiga fungsi perda pajak dan retribusi (Bagijo, 2011:12-13), yaitu

    sebagai berikut.

    1. Fungsi pertama perda pajak dan retribusi adalah fungsi anggaran yang

    erat kaitannya dengan fungsi perencanaan. Fungsinya yang demikian,

    maka pajak dan retribusi mempunyai posisi yang strategis bagi kegiatan

    pembangunan yang diinginkan di daerah. Kegagalan memenuhi target

    penerimaan sesuai dengan anggaran, akan berpengaruh terhadap

    pelaksanaan perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan, yang

    akan memberikan dampak kegagalan bagi daerah dalam melaksanakan

    misinya mengembangkan dan meningkatkan pembangunan dalam

    rangka kesejahteraan rakyat di daerah.

    2. Fungsi kedua perda pajak dan retribusi sehubungan dengan anggaran

    adalah fungsi pengaturan. Dalam hal ini pemerintah daerah harus

    menetapkan pengaturan yang jelas tentang jenis maupun besarnya tarif

    pajak dan retribusi yang dibebankan kepada rakyat. Pengaturan yang

    dituangkan dalam perda harus dapat menjamin kepastian hukum bagi

    rakyat di daerah. Makna kepastian hukum dalam fungsi pengaturan

    adalah tidak boleh ada tumpang tindih antara sebuah jenis pajak atau

    retribusi lainnya yang diikuti dengan kejelasan wewenang pemerintah

    provinsi dan wewenang kabupaten atau kota.

    3. Fungsi ketiga perda pajak dan retribusi sebagai instrumen anggaran

    adalah fungsi distribusi. Pemda memainkan peran sebagai fasilitator yang

    baik dalam distribusi kenyamanan kepada rakyat dengan prinsip “saling

    dukung” (subsidi silang). Peranan ini tidak dapat lepas dari rasionalitas

  • 27

    “prinsip keadilan” dalam proses distribusi penikmatan fasilitas yang

    dibiayai dari pajak dan retribusi.

    2.4. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

    2.4.1. Pengertian BPHTB

    Dalam pembahasan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan,

    dijumpai pengertian yang sudah baku. Pengertian tersebut adalah (Mardiasmo,

    2011:340):

    1. BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan

    bangunan. Dalam pembahasan ini, BPHTB selanjutnya disebut pajak.

    2. perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, adalah perbuatan atau

    peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan

    atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

    3. hak atas tanah dan atau bangunan, adalah hak atas tanah, termaksud

    hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud

    dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

    Pokok-pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang

    Rumah Susun, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku lainnya.

  • 28

    2.4.2. Objek Pajak BPHTB dan Objek Pajak yang Tidak Dikenakan

    BPHTB

    Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah perolehan

    hak atas tanah dan/atau bangunan. Hak atas tanah dapat meliputi (Diana dan

    Setiawati, 2009:679-680).

    1. Hak milik. Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh

    yang dapat dipunyai orang pribadi atau badan-badan hukum tertentu

    yang ditetapkan oleh pemerintah.

    2. Hak guna usaha. Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan

    tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dalam jangka waktu

    sebagaimana yang ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku.

    3. Hak guna bangunan. Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan

    dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya

    sendiri dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam Undang-undang

    Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

    4. Hak pakai. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau

    memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau

    tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang

    ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang

    memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, segala

    sesuatu sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    5. Hak milik atas satuan rumah susun. Hak milik atas satuan rumah susun

    adalah hak milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan terpisah.

    Hak milik atas satuan rumah susun meliputi juga hak atas bagian

  • 29

    bersama, benda bersama, dan tanah bersama yang semuanya

    merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dengan satuan yang

    bersangkutan.

    6. Hak pengelolaan. Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara

    yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada

    pemegang haknya, antara lain, berupa perencanaan peruntukan dan

    penggunaan tanah, penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan

    tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak

    ketiga dan/atau bekerja sama dengan pihak ketiga.

    Adapun perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut meliputi

    (Diana dan Setiawati, 2009:680-682).

    1. Pemindahan hak karena:

    a. jual beli

    b. tukar menukar

    c. hibah

    d. hibah wasiat. Hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang

    khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan/atau bangunan

    kepada orang pribadi atau badan hukum tertentu, yang berlaku

    setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia.

    e. waris

    f. pemasukan dalam perseorangan atau badan hukum lainnya.

    Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah

    pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dari orang pribadi atau

    badan kepada Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya

  • 30

    sebagai penyertaan modal pada Perseroan Terbatas atau badan

    hukum lainnya tersebut.

    g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan. Pemisahan hak yang

    mengakibatkan peralihan adalah pemindahan sebagian hak bersama

    atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan kepala

    sesama pemegang hak bersama.

    h. penunjukan pembeli dalam lelang. Penunjukan pembeli dalam lelang

    adalah penetapan pemenang lelang oleh pejabat lelang sebagaimana

    yang tercantum dalam Risalah Lelang.

    i. pelaksanaan putusan hakim yang memunyai kekuatan hukum tetap.

    Sebagai pelaksanaan dari putusan hakim yang telah mempunyai

    kekuatan hukum yang tetap, terjadi peralihan hak dari orang pribadi

    atau badan hukum sebagai salah satu pihak kepada pihak yang

    ditentukan dalam putusan hakim tersebut.

    j. penggabungan usaha. Penggabungan usaha adalah penggabungan

    dari dua badan usaha atau lebih dengan cara tetap mempertahankan

    berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan usaha

    lainnya yang menggabung.

    k. peleburan usaha. Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua

    atau lebih badan usaha dengan cara mendirikan badan usaha baru

    dan melikuidasi badan-badan usaha yang bergabung tersebut.

    l. pemekaran usaha. Pemekaran usaha adalah pemisahan suatu badan

    usaha menjadi dua badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan

    badan usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan passiva

    kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melikuidasi

    badan usaha yang lama.

  • 31

    m. hadiah. Hadiah adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan

    hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi

    atau badan hukum kepada penerima hadiah.

    2. Pemindahan hak baru karena:

    a. kelanjutan pelepasan hak. Pemberian hak baru karena kelanjutan

    pelepasan hak adalah pemberian hak baru kepada orang pribadi atau

    badan hukum dari Negara atas tanah yang berasal dari pelepasan

    hak.

    b. diluar pelepasan hak. Pemberian hak baru diluar pelepasan hak

    adalah pemberian hak baru atas tanah kepada orang pribadi atau

    badan hukum dari Negara atau dari pemegang hak milik menurut

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

    Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh (Undang-undang Nomor 28 Tahun

    2009 Pasal 85):

    1. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal

    balik;

    2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintah dan/atau untuk pelaksanaan

    pembangunan guna kepentingan umum;

    3. badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan

    Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha

    atau melakukan kegiatan lain dengan tidak adanya perubahan nama;

    4. orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan

    hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;

    5. orang pribadi atau badan karena wakaf; dan

  • 32

    6. orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

    2.4.3. Subjek Pajak dan Wajib Pajak BPHTB

    Subjek pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah

    orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau

    Bangunan. Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunanadalah

    orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

    (Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 86).

    2.4.4. Dasar Pengenaan BPHTB

    Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah

    nilai perolehan objek pajak. Nilai perolehan objek pajak, dalam hal (Undang-

    undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 87):

    1. jual beli adalah harga transaksi;

    2. tukar menukar adalah nilai pasar;

    3. hibah adalah nilai pasar;

    4. waris adalah nilai pasar;

    5. pemasukan dalam peseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar;

    6. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;

    7. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai

    kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;

    8. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak

    adalah nilai pasar;

  • 33

    9. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;

    10. penggabungan usaha adalah nilai pasar;

    11. peleburan usaha adalah nilai pasar;

    12. pemekaran usaha adalah nilai pasar;

    13. hadiah adalah nilai pasar; dan/atau

    14. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum

    dalam risalah lelang.

    Jika nilai perolehan objek pajak sebagaimana yang dimaksud di atas tidak

    diketahui atau lebih rendah dari pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang

    digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya

    perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan

    Bangunan.

    2.4.5. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

    Besarnya nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak ditetapkan paling

    rendah sebesar Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib

    Pajak. Dalam hal perolehan hak karena warisan atau hibah wasiat yang diterima

    orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis

    keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi

    hibah wasiat, termasuk suami/istri, nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak

    ditetapkan paling rendah sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Nilai

    perolehan Objek Pajak tidak kena pajak ditetapkan dengan peraturan daerah

    (Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 87).

  • 34

    2.4.6. Tarif dan Perhitungan BPHTB

    Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling

    tinggi sebesar 5% (lima persen). Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

    Bangunan ditetapkan dengan peraturan daerah (Undang-undang Nomor 28

    Tahun 2009 Pasal 88).

    Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang

    terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak

    setelah dikurangi nilai perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak. Bea Perolehan

    Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dipungut diwilayah daerah tempat

    tanah dan/atau bangunan berada (Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal

    89).

    2.4.7. Saat Terutang BPHTB

    Saat terutangnya pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau

    Bangunan ditetapkan untuk (Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 90):

    1. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

    2. tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuatkan dan ditandatanganinya

    akta;

    3. hibah adalah sejak tanggal dibuat ditandatanganinya akta;

    4. hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;

    5. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutanmendaftarkan peralihan

    haknya ke kantor bidangpertanahan;

  • 35

    6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukumlainnya adalah sejak

    tanggal dibuat danditandatanganinya akta;

    7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalahsejak tanggal

    dibuat dan ditandatanganinya akta;

    8. putusan hakim adalah sejak tanggal putusanpangadilan yang mempunyai

    kekuatan hukum yangtetap;

    9. pemberian hak baru atas Tanah sebagai kelanjutandari pelepasan hak

    adalah sejak tanggalditerbitkannya surat keputusan pemberian hak;

    10. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalahsejak tanggal

    diterbitkannya surat keputusanpemberian hak;

    11. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya

    akta;

    12. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;

    13. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya

    akta;

    14. hadiah adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta; dan

    15. lelang adalah sejak tanggal penunjukkan pemenanglelang.

    2. 5. Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini menggunakan acuan yang berasal dari penelitian-penelitian

    sebelumnya, yang dijadikan perbandingan dalam melakukan penelitian.

    Penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2.1. Penelitian-penelitian Terdahulu

  • 36

    2.1. Penelitian-penelitian Terdahulu

    Peneliti (Tahun)

    Judul Penelitian

    Tujuan Penelitian Metode Penelitian

    Hasil Penelitian

    a. Ferry

    Afi Andi

    (2011)

    Analisa

    Dampak

    Pemindahan

    Kewenangan

    Pemungutan

    Bea

    Peralihan

    Hak atas

    Tanah

    dan/atau

    Bangunan

    kepada

    Pemerintah

    Daerah

    terhadap

    Kemandirian

    Keuangan

    Daerah.

    Untuk mengenali

    dampak yang

    akan timbul dari

    proses pengalihan

    kewenangan

    pemungutan

    BPHTB dari

    Pemerintah Pusat

    kepada

    Pemerintah

    Daerah dan

    manfaatan dari

    proses pengalihan

    kewenangan

    pemungutan

    BPHTB bagi

    Pemerintah

    Daerah.

    Metode

    studi

    literature.

    a. Perbedaan NPOPTKP akan menimbulkan penurunan penerimaan

    BPHTB bagi Pemerintah Daerah yang selama ini mempunyai

    NPOPTKP yang jauh dibawah Rp. 60 juta.

    b. Beberapa daerah lambat dalam menyiapkan perangkat peraturan

    dan sumber daya manusia karena tidak melihat keuntungan dari

    peralihan BPHTB dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

    Daerah.

    c. Adanya kemungkinan terganggunya penerimaan Pajak

    Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

    akibat lambatnya Peraturan Daerah mengenai BPHTB. Tetapi hal

    ini hanya sedikit pengaruhnya terhadap penerimaan pajak secara

    keseluruhan.

    d. Dengan beralihnya penerimaan BPHTB dari pemerintah pusat

    kepada kabupaten/kota, yang selama ini porsi 64% untuk daerah

    kabupaten/kota penghasil menjadi 100% akan menambah secara

    signifikan PAD kabupaten/kota. Namun demikian,

  • 37

    Lanjutan Tabel 2.1

    kabupaten/kota yang selama ini disamping

    kabupaten/kota menerima 64% bagi hasil BPHTB,

    pemerintah pusat dari bagiannya sendiri selama ini

    (20%) dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk

    seluruh kabupaten dan kota, sehingga dengan

    berlakunya undang-undang PDRD tidak mendapatkan

    porsi yang sama, yangselama ini diberikanoleh

    pemerintah pusat.

    e. Peralihan kewenangan BPHTB kepada Pemerintah

    Daerah di satu sisi akan meningkatkan kemandirian

    Pemerintah Daerah yangmempunyai potensi BPHTB

    yang tinggi. Tetapi disisi lain akansemakin mengurangi

    penerimaan daerah-daerah yang kurangdalam potensi

    BPHTB. Hal ini berpotensi mempertajamkesenjangan

    antara daerah-daerah yang maju dan yang tertinggal.

    f. Daerah yang menghadapi penurunan

    penerimaandikhawatirkan akanmerespon dengan

    membuat aturan-aturanyang dapat merugikan dunia

    usaha,masyarakat, danbahkan lingkungan.

  • 38

    Lanjutan Tabel 2.1

    b. Kosasi,

    Eva

    Maria

    S,

    Abdul

    Yusuf

    (2012)

    Analisis

    Sistem

    Pajak

    BPHTB dari

    Pajak Pusat

    Menjadi

    Pajak

    Daerah

    terhadap

    PAD

    Kabupaten

    Karawang.

    Untuk

    melakukan

    analisis Sistem

    Pajak BPHTB

    dari Pajak Pusat

    menjadi Pajak

    daerah terhadap

    Pendapatan Asli

    Daerah (PAD)

    Kab. Karawang.

    Penelitian ini

    dilakukan

    melalui

    pendekatan

    kualititatif

    dengan

    teknikpengu

    m-pulan data

    Triangulasi

    yang

    diperoleh

    dari

    wawancara

    dan studi

    dokumentasi.

    a. Sudah terdapat beberapa persiapan yang dilakukan dalam

    pelaksanaan BPHTB yang beralih sistem, seperti legalitas

    melalui Perda no.4 tahun 2011, alur penerimaan dan pelayanan

    untuk pelaksanaan pembayaran BPHTB, syarat syarat yang

    harus dipersiapkan wajib pajak, juga beberapa persiapan

    lainnya yang dilakukan di DPPKAD.

    b. Tercatat selama periode pengamatan dalam Laporan Anggaran

    danRealisasi Pendapatan Kabupaten KarawangTahun

    2012sampai dengan bulan Agustusmencapai peningkatan

    362,30% Dari yangdianggarkan 45.000.000.000,00dengan

    realisasi163.036.150.027,00. Dengan keseluruhan PAD yang

    menjadi target Pemerintah Daerah 273.225.186.007,00 dengan

    nilai realisasi 331.785.375.181,00. Dengan demikian PAD

    dengan adanya kontribusi BPHTB mencapai 121,43%, . BPHTB

    berhasil menyumbang hampir setengah dari total PAD yaitu

    49,13% karenakesiapan dari Dinas PPKAD yang terus menjadi

    fokus utama dalammemberikan pelayanan kepada masyarakat

    wajibpajak BPHTB.

  • 39

    Lanjutan Tabel 2.1

    c. Riswan

    Baha-

    ruddin

    (2013)

    Analisis

    Kesiapan

    Pemerintah

    Kota

    Makassar

    Menyambut

    Pengelolaan

    Pajak Bumi

    dan

    Bangunan

    Perdesaan

    dan

    Perkotaan

    Tahun 2013.

    Untuk mengetahui

    sudah sejauh

    mana

    kesiapanPemerinta

    h Kota Makassar

    dalam menyambut

    pengelolaan Pajak

    Bumi

    danBangunan

    Perdesaan dan

    Perkotaan (PBB

    P2) sebagai pajak

    daerah yang terkait

    dengan

    pemenuhan syarat-

    syarat peralihan

    antara lain,

    kesiapan

    peraturanpengelola

    an

    Penelitian ini

    menggu-nakan

    analisa data

    kualitatif,

    pendekat-an

    penelitian

    kualitatif

    merupakan

    metode

    penelitian yang

    sifatnya

    deskriktif.

    Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sejauh ini Pemerintah

    Kota Makassar sudah siap untuk mengelolah PBB P2 ini

    walaupunmasih memiliki banyak kendaladankekurangan yang

    akan terus dievaluasi dan diperbaiki ke depannya. Adapun

    kendala-kendala yang masih di hadapi oleh Pemerintah Kota

    Makassar yaitu masalah yang berkaitan dengan Sumber Daya

    Manusia (SDM), yaitu tentang penentuan jumlah pegawai yang

    nantinya menjadi pengelola Pajak Bumi dan Bangunan

    Perdesaan dan Perkotaan dan adanya proses pendataan ulang

    atau penilaian terhadap lima kecamatan.

  • 40

    Lanjutan Tabel 2.1

    PBB P2, kerjasama

    dengan pihak lain,

    sarana prasarana

    yang dibutuhkan

    dalam pengelolaan

    PBB P2, kesiapan

    organisasi dan

    Sumber Daya

    Manusia (SDM),

    proses sosialisasi

    yangdilakukan dan

    mengetahui kendala-

    kendala yang masih

    dihadapi Pemerintah

    Kota Makassar.

    Sumber: Diolah sendiri.

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif. Tujuan dalam

    penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui

    dan menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Jenis

    investigasi dalam penelitian ini adalah korelasional. Maksud peneliti mengadakan

    penelitian korelasional adalah agar mampu menyatakan bahwa variabel Bea

    Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan mempunyai hubungan sebab-akibat

    terhadap variable Pendapatan Asli Daerah.

    Tingkat intervensi peneliti dalam penelitian ini adalah intervensi minimal.

    Sama seperti penelitian korelasional pada umumnya, penelitian korelasional

    dilakukan dalam lingkungan alami organisasi dengan intervensi minimum oleh

    peneliti dan arus kerja normal. Adapun unit analisis yang digunakan pada

    penelitian ini yaitu unit analisis kelompok.

    3.2. Tempat dan Waktu

    Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah Dinas Pendapatan Daerah

    Kabupaten Maros. Adapun waktu penelitian ini kurang lebih 2 bulan yaitu mulai

    dari bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013.

  • 42

    3.3. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini yaitu data penerimaan Pendapatan Asli

    Daerah Kabupaten Maros beberapa tahun yang lalu. Adapun sampel dalam

    penelitian ini yaitu data penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

    Bangunan Kabupaten Maros beberapa tahun yang lalu.

    3.4. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

    kuantitatif. Data kuantitatif adalah hasil pengamatan yang diukur dalam skala

    numerik. Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data penerimaan Bea

    Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan setelah proses peralihan pengelolaan

    dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

    Penelitian ini juga menggunakan dua sumber data, yaitu sebagai berikut.

    1. Data primerpada penelitian ini diperoleh langsung dari Dinas Pendapatan

    Daerah Kabupaten Maros melalui observasi langsung yang dilakukan

    oleh peneliti.

    2. Data sekunder dalam penelitian ini berupa hasil dokumentasi yang

    dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros maupun dari

    pihak lain yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan.

  • 43

    3.5. Teknik Pengumpulan Data

    Data yang akan dikelolah dalam penelitian ini diperoleh dengan cara,

    yaitu sebagai berikut.

    1. Penelitian kepustakaan (library research)

    Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

    data sekunder yang diperoleh dengan mempelajari literatur-literatur yang

    berkaitan dengan topik yang dipilih.

    2. Penelitian lapangan (field research)

    Untuk memperoleh data, maka peneliti mengadakan penelitian ke Kantor

    Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros dengan melakukan hal-hal

    sebagai berikut.

    a. Observasi

    Metode ini dilakukan dengan peninjauan langsung ke Dinas

    Pendapatan DaerahKabupaten Maros untuk mengumpulkan data-

    data yang dibutuhkan.

    b. Dokumentasi

    Metode ini dilakukan dengan menggunakan dokumentasi dari Dinas

    Pendapatan DaerahKabupaten Maros.

    3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    1. Variabel dependen: Pendapatan Asli Daerah

  • 44

    Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

    dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    2. Variabel independen: Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), adalah pajak

    yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan

    hak atas tanah dan atau bangunan, adalah perbuatan atau peristiwa

    hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau

    bangunan oleh orang pribadi atau badan.

    3.7. Instrumen penelitian

    Jenis instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi.

    Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti mengumpulkan informasi

    dengan melakukan observasi langsung ke Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

    Maros.

    3.8. Analisis Data

    Analisis data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu

    sebagai berikut.

    1. Mengetahui dampak peralihan pengelolaan Bea Perolehan Hak atas

    Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Kabupaten Maros, dengan:

  • 45

    a. proporsi, yaitu untuk mengetahui besarnya sumbangan BPHTB

    terhadap PAD, digunakan metode angka perbandingan dengan

    rumus:

    b. koefisien korelasi, yaitu untuk mengetahui keeratan hubungan antara

    pajak BPHTB dengan PAD. Rumus yang digunakan (Hasan,

    2008:234):

    √( ( ) )( ( ) )

    Keterangan:

    r : Koefisien korelasi (%)

    n : Jumlah data

    X : Realisasi BPHTB

    Y : Realisasi PAD

    Koefisien korelasi (r) memiliki nilai antara -1 dan +1 (- 1 ≤ r ≤ + 1).

    a) Jika r bernilai positif maka variabel-variabel berkolerasi positif.

    Semakin dekat nilai r ke +1 semakin kuat korelasinya, demikian

    pula sebaliknya.

    b) Jika r bernilai negatif maka variabel-variabel berkorelasi negatif.

    Semakin dekat nilai r ke -1 semakin kuat korelasinya, demikian

    pula sebaliknya.

    c) Jika r bernilai 0 (nol) maka variabel-variabel tidak menunjukkan

    korelasinya.

    d) Jika r bernilai +1 atau -1 maka variabel–variabel menunjukkan

    korelasi positif atau negatif yang sempurna.

  • 46

    c. elastisitas dapat mengukur seberapa besar perubahan suatu variabel

    terhadap perubahan variabel lain (www.scribd.com, diakses 3 April

    2013). elastisitas PAD terhadap BPHTB mengukur berapa persen

    perubahan PAD karena perubahan BPHTB sebesar satu persen,

    dengan rumus:

    Keterangan:

    a) Inelastis Sempurna (E=0), terjadi ketika perubahan penerimaan

    BPHTB yang terjadi tidakberpengaruh terhadap jumlah

    penerimaan PAD.

    b) Inelastis (E1), terjadi jika perubahan penerimaan BPHTB lebih

    besar dari perubahan penerimaan PAD.

    2. Mengetahui efektivitas pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

    Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Maros. Efektivitas ditentukan oleh

    hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab

    dengan tujuannya (Anthony dan Govindarajan, 2011:174). Berdasarkan

    pernyataan tersebut, maka mengetahui efektivitas pengelolaan BPHTB

    dapat dilihat berdasarkan pada ukuran hubungan antara hasil realisasi

    pungutan BPHTB dengan target pungutan BPHTB.

    http://www.scribd.com/

  • 47

    Keterangan:

    Pungutan BPHTB dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai 100%

    keatas.

    3. Mengetahui prospek penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

    Bangunan (BPHTB) dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Kabupaten Maros, dengan menggunakan analisis tren positif. Tren positif

    mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) meningkat dengan

    meningkatnya waktu (X). Persamaan tren positif (Suharyadi dan

    Purwanto, 2008:176), yaitu:

    Y’ = a + bX

    Keterangan:

    a : konstanta

    b : tingkat kecenderungan

    Y’ : nilai tren BPHTB

    X : periode waktu (tahun)

  • 48

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    4. 1. 1. Gambaran Umum Kabupaten Maros

    Kabupaten Maros secara geografis terletak di bagian SelatanProvinsi

    Sulawesi Selatan yaitu pada 40°45’ hingga 50°07’ Lintang Selatan, dan 109°20’

    hingga 129°12’ Bujur Timur. Luas Kabupaten Maros adalah 1.619,12 km2 atau

    2,3 persen dari luas Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, dengan batas-batas

    sebagai berikut.

    a) Sebelah utara adalah Kabupaten Pangkep

    b) Sebelah Selatan adalah Kota Makassar

    c) Sebelah Timur adalah Kabupaten Bone

    d) Sebelah Barat adalah Selat Makassar

    Ibukota Kabupaten Maros terletak tiga puluh kilometer arah utara Kota

    Makassar yang merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Bandar Udara

    Internasional Sultan Hasanuddin terletak di Kabupaten Maros, yang merupakan

    bandar udara terbesar di kawasan timur Indonesia. Letak Kabupaten Maros yang

    berdekatan dengan Kota Makassar merupakan potensi bagi pengembangan

    berbagai kegiatan produksi dan ekonomi di Kabupaten Maros. Secara

    administratif, Kabupaten Maros terdiri atas 14 Kecamatan, 80 desa dan 23

  • 49

    kelurahan. Pembagian wilayah menurut kecamatan, ibukota kecamatan dan

    jumlah desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2010

    No. Kecamatan Ibukota Kecamatan

    Jumlah Desa/Kelurahan

    Luas (km²)

    Luas terhadap Kabupaten (%)

    1. Mandai Bontoa 6 49,11 3,03

    2. Moncongloe Moncongloe 5 46,87 2,89

    3. Maros Baru Baju Bodoa 7 53,76 3,32

    4. Lau Maccini Baji 6 53,73 3,32

    5. Turikale Turikale 7 29,93 1,85

    6. Marusu Temmapaduae 7 73,83 4,56

    7. Bontoa Bontoa 9 93,52 5,78

    8. Bantimurung Kalabbirang 8 173,70 10,73

    9. Simbang Jene Taesa 6 105,31 6,50

    10. Tanralili Borong 8 89,45 5,52

    11. Tompobulu Pucak 8 287,65 17,77

    12. Camba Cempaniaga 8 145,36 8,98

    13. Canrana Limampocoe 7 180,97 11,18

    14. Mallawa Sabila 11 235,92 14,47

    Total 103 1.619,11 100,00

    Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros

    4. 1. 2. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros

    4.1.2.1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

    Maros

    A. Visi

    Visi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros untuk lima tahun ke

    depan (2010-2015) sebagai berikut.

    “Profesional dalam Pengelolaan Pendapatan Prima dalam Pelayanan

    Masyarakat“

  • 50

    Rumusan visi ini mengandung makna sebagai berikut.

    a) Profesionalisme adalah suatu kondisi yang harus ada dan dimiliki dalam

    melaksanakan kewenangan tugas dan fungsi meliputi : kompetensi dalam

    arti mempunyai keterampilan dan pengetahuan serta sikap dan perilaku

    yang harus dimiliki oleh setiap aparatur agar dapat melaksanakan tugas

    pokok dan fungsinya secara berdayaguna dan berhasilguna serta

    memiliki komitmen, tanggung jawab, kritis dan cepat tanggap;

    b) Pengelolaan Pendapatan yaitu sesuai dengan UU Nomor 28 Tahun 2009

    (tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah). Menurut Undang-undang

    tersebut, jenis kabupaten/kota terdiri : (a) Pajak Hotel, (b) Pajak Restoran,

    (c) Pajak Hiburan, (d) Pajak Reklame, (e) Pajak Penerangan Jalan, (f)

    Pajak Pengambilan Air Bawah Tanah dan (g) Pajak Mineral bukan Logam

    dan Batuan.

    c) Prima dalam Pelayanan yaitu Pelayanan yang terbaik yang diberikan

    dalam bidang administrasi pemerintah, administrasi pembangunan dan

    administrasi umum kepada Perangkat Daerah secara akomodatif, efektif

    dan efisien. Akomodatif yaitu mampu memenuhi tuntutan pelaksanaan

    kewenangan tugas dan fungsi Perangkat Daerah;

    d) Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan

    golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang

    sama.

    B. Misi

    Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Maros dirumuskan sebagai

    berikut.

    a) Peningkatan penyelenggaraan koordinasi dalam lingkungan kerja;

  • 51

    b) Peningkatan dan pengembangan sumber-sumber penerimaan daerah

    dari pajak daerah dan retribusi daerah;

    c) Peningkatan dan pengembangan penerimaan yang bersumber dari dana

    perimbangan dan pendapatan lainnya yang sah;

    d) Peningkatan dan pengembanga