208013000002 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26960/1/IKA... · be1tumpu pada apresiasi dan tujuan dari sastra itu sendiri, ... dikenal

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LASKAR PELANGI

    KARY A ANDREA IDRATA SERT A IMPLIKASINYA DALAM

    PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-

    syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidika.'l Bahasa clan Sastra Indonesia

    (S. Pd.)

    Oleh

    Ika Wirna

    208013000002

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UINSYARIFHIDAYATULLAH

    JAKARTA

  • LEMBAR PENGESAHAN

    ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LASKAR PELANGI

    KARY A ANDREA HIRATA SERTA IMPLIKASINYA DALAM

    PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-

    syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    (S.Pd.)

    Oleh:

    Ilrn Wirna

    208013000002" ....... .

    . .~Jj,

    Di Bawah BiJtinga;;~~~-::--.. -~::-: '.. '""" ........ "'~~~

    Novi Diab Haryanti, M. Hum

    Dlt.@irhnst

    d

  • LEMBARPENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pela11gi Karya Andrea Hirata serta lmplikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA disusun oleh Ika Wirna Nomor lnduk Mahasiswa 208013000002 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyiih dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal I Oktober 2012 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapat gelar Sarjana SI (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

    Jakarta, I Oktober 2012

    Panitia Ujian Munaqasah

    Ketua Panitia Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP. 19640212 199703 2 001

    Sekretaris Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Dra.Hindun, M. Pd. NIP. 19701215 200912 2 001

    Penguji I

    Dona Aji Karunia Putra, M.A. NIP. 19840409 2011011 015

    Penguji II Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP. 19640212 199703 2 001

    engetahui,

    Tanggal Tanda Tangan

    '~"-"" 4- ID -.?-011.

    -4- 10 - .loll

    3-/0- Jlol:Z

    "lflr""~ l.mJV!All-b iyah dan Keguruan

    NIP.195205201981031001

  • SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama

    Tempat/ Tgl Lahir

    NIM

    Jurusan/Prodi

    Judul Skripsi

    Dasen Pembimbing

    Dengan ini menyatakan bahwa:

    : Ika Wima

    : Padang Sidempuan, 2 Februari 1990

    : 208013000002

    : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar

    Pelangi karya Andrea Hirata serta

    Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa

    dan Sastra Indonesia di SMA.

    : Novi Diah Haryanti, M. Hum.

    I. Skripsi ini merupakan basil karya saya dan diajukan untuk memperoleh

    gelar strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

    Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau

    merupakan jiplakan karya orang Iain, maka saya bersedia menerima sanksi

    berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri

    SyarifHidayatullah Jakarta.

    Jakarta, September 2012

    ''208013000002

  • ABSTRAK

    Ika Wirna; 208013000002 "Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA", 2012.

    Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan kepada siswa di sekolah. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi syarat wajib kelulusan Ujian Nasional (UN). Kebanyakan siswa beranggapan bahwa pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia itu mudah, faktanya pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi peringkat terendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kurang mendapat perhatian siswa karena strategi yang digunakan guru kurang tepat. Tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, dikhususkan pada sastra bertujuan untuk memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya lebih tanggap dengan alam sekitar. Untuk itu landasan pembelajaran harus be1tumpu pada apresiasi dan tujuan dari sastra itu sendiri, yaitu menyenangkan dan bermanfaat. Agar pembelajaran tidak membosankan, perlu keberanian guru untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih variatif.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur intrinsik dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Penelitian ini menggunkan metode analisis deskriptif yaitu data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dijabarkan dengan memberikan analisis-analisis kemudian diambil simpulan akhir. Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa analisis unsur intrinsik dapat memperkaya pengetahuan terhadap isi novel secara keseluruhan dan gaya bahasa yang paling dominan dipakai dalam novel Laskar Pelangi adalah persamaan/simile. Gaya bahasa persamaan/simile digunakan untuk membandingkan suatu ha! dengan ha! lainnya untuk memperjelas makna yang disampaikan.

    Kata Kunci : Gaya Bahasa, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

  • ABSTRACT

    Ika Wirna; 208013000002 Analysis of Language Style Laskar Pelangi Novel Andrea Hirata's work as well as the implication in the Leaming Indonesian Language and Literature in High School", 2012.

    Indonesian language is a compulsory subject taught to students in schools. Indonesian Language a mandatory graduation requirement of National Examination (UN). Most studertts think that it is easy to Indonesian Language, Indonesian Language in fact be the lowest rank compared to other subjects. Leaming Indonesian students received less attention because of the strategies teachers use less precise. The purpose of learning Indonesian in school, devoted to literature aims to enrich the student experience and make it more responsive to the environment. For it must rest on the foundation of learning and appreciation of the purpose of literature itself, that is fun and rewarding. So that learning is not boring, it takes courage teachers to develop learning strategies are more varied.

    The purpose of this study was to determine the intrinsic and stylistic elements found in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. This research use the methods of descriptive analysis data collected from the translated documentation providing analyzes and then the final conclusions drawn. From the data analysis, it can be concluded that intrinsic element analysis to enrich the knowledge of the content of the novel as a whole and the dominant style used in the novel Laskar Pelangi is the equation I simile. Siylistic similarities I simile is used to compare one thing with another thing to clarify the meaning is conveyed.

    Keywords: Language Style, Leaming Indonesian Language and Literature.

  • KATA PENGANTAR

    Bismillaalzirralzmaanirra/1iim

    Segala puji bagi Allah Swt, Dzat Yang Maha Penyayang di antara

    penyayang, yang menanamkan cinta dan kasih sayang kepada hamba-Nya,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik. Salawat

    serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw, teladan bagi seluruh

    umat hingga akhir zaman. Begitu pula kepada keluarga, sahabat serta umatnya,

    semoga kelak mendapatkan syafaat dihari pembalasan.

    Sungguh suatu karunia terbesar yang telah Allah titipkan kepada penulis,

    berupa kesehatan, kenikmatan, dan ilmu. Kendala, ujian, dan cobaan tidak

    menyurutkan penulis pada kehendak Tuhan. Penulis telah berusaha dan berdoa,

    Allah pasti akan memutuskan jalan yang terbaik.

    Doa dan dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan kontribusi dalam

    penulisan dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis

    menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Pro Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

    2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

    Sastra Indonesia UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

    3. Novi Diab Haryanti, M. Hum, dosen pembimbing skripsi yang telah

    meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan sabar.

    4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

    mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses

    perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala

    berganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas kepada kami semua.

    5. Ayahanda Ridwan dan Ibunda Maimunah yang penulis cintai dan sayangi,

    yang selalu memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materiil.

    6. Pamanda dan bibi yang penulis hormati, yang telah membiayai studi penulis.

  • 7. Kakanda Risna Juliana dan adinda Deliana, Riwanto yang penulis sayangi

    yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis untuk

    menyelesaikan slcripsi.

    8. Kelurga besar penulis, baik dari keluarga ayahanda dan Ibunda serta Pamanda

    dan bibi yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk meyelesaikan

    skripsi.

    9. Sahabat-sahabat penulis, Rini, Umi, Latifah, Tary, Hally, Kusur, Ndan, Eva,

    Linda, Meyta, Dwi, dan Ifah.

    10. Teman-temnan PPKT (Praktik profesi Keguruan Terpadu) MAN 19 Jakarta,

    kak Jawad, Zuhrah, Halimah, Lutpiah, Gofar, Rani, dan Kak Firman yang

    telah memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

    11. Selurnh sahabatku PBSI/2008 yang tiada hentinya memberikan motivasi,

    semoga Allah melindungi kalian semua.

    Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga

    budi baik dan bantuan-bantuan yang tidak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal

    kebaikan. Amin yaa Rabbal 'Alamin.

    Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,

    untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan

    penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak

    yang membacanya. Amin.

    Jakarta, 30 Juli 2012

    Penulis

    Ika Wirna

  • BAB IV ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN GAYA BAHASA NOVEL

    LASKAR PELANGIKAR.YA ANDREA HIRATA

    4.1 Analisis Unsur Intrinsik ...................... ......... ......... 40

    4.2 Analisis Gaya Bahasa . . .. . .. . . . . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . . 75

    4.3 Implikasi . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . .. . . . . . .. . .. ... . . 136

    BAB V PENUTUP

    5.1 Simpulan . . ............ ... ... ..... ............ ... .. ..... .. ... ..... 138

    5.2 Saran ..... ...... ........ ... ... ................ .. .......... ........ 138

    DAFT AR PUST AKA...................................................... 140

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • Lampiran

    I. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia kelas XI SMA.

    2. Cover novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

  • Tab el

    1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan Gaya Bahasa Novel Laskar

    Pelangi karya Andrea Hirata

  • BABI

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Sebuah karya sastra baik novel, puisi, maupun drama mutlak

    memiliki gaya bahasa, yang mencerminkan cara seorang pengarang dalam

    menulis sebuah karya sastra. Gaya bahasa diungkapkan dengan cara yang

    Id1as, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai dengan maksimal.

    Gaya bahasa juga bisa membantu pembaca untuk membedakan karya

    masing-masing pengarang, karena setiap pengarang memiliki cara

    tersendiri dalam menyampaikan karyanya.

    Majas termasuk ke dalam gaya bahasa, majas memegang peranan

    penting ketika menganalisis suatu karya sastra. Majas diterjemahkan dari

    kata trope (Yunani), figure of speech (Inggris), berarti persamaan atau

    kiasan. Jenis majas sangat banyak, seperti: hiperbola, ironi, metafora, dan

    personifikasi. Umumnya dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: majas

    penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Majas inilah

    yang paling banyak dikenal, baik dalam masyarakat pada umumnya

    maupun dalam bidang pendidikan, sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah

    Menengah Umwn dan Perguruan Tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pada

    dasarnya majas berfungsi sebagai penunjang gaya bahasa. 1

    Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Hal ini tercermin

    dalam cara pengarang menyusun dan memilih kata-kata, dalam memilih

    tema, memandang tema atau meninjau persoalan, simpularwya gaya

    mencerminkan pribadi pengarangnya. Ada pengarang yang membawakan

    cerita-ceritanya secara lembut, ada yang pemberontak, dan menggurui.

    Ga ya seorang pengarang baru tampak kalau ia telah menulis banyak karya.

    Permulaannya seorang pengarang masih mencari gayanya, kadang meniru

    1 Nyoman Kutha Ratna, Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya, F' .. T_ - _1 ...,. . ' ~

  • 2

    gaya pengarang lain. Pengarang yang sudah berpengalaman akan

    mempunyai gayanya sendiri.

    Novel merupakan bacaan yang banyak memberikan pengetahuan,

    wawasan, serta hal-hal baru yang belum pemah diketahui sebelumnya.

    Membaca novel akan memperoleh banyak informasi. Novel secara resmi

    dikenal setelah terbitnya buku Si Jamin dan Si Johan, pada tahun 1919

    oleh Merari Siregar. Kemudian pada tahun berikutnya terbit novel Azab

    dan Sengsara oleh pengarang yang sama. Sejak itulah mulai berkembang

    secara fiksi yang dinamakan novel dalam khazanah sastra Indonesia.2

    Awai kemunculan novel di Indonesia menjadi awal kebangkitan

    pengarang dalam menciptakan berbagai jenis novel. Novel hadir dalam

    cerita yang beraneka ragam, disajikan bervariasi yang disesuaikan dengan

    keahlian pengarang. Terna yang disajikan mulai dari tema pendidikan,

    persahabatan, dan percintaan. Berbagai jenis dan bentuk novel tersebar di

    pasaran, ha! ini bertujuan untuk memberikan kesenangan dan manfaat

    untulc para pecinta novel.

    Kurangnya pembelajaran sastra di sekolah menyebabkan kurangnya

    minat terhadap karya sastra, apalagi membaca karya sastra. Tidak aneh

    budaya membaca di kalangan siswa sekolah menengah di Indonesia sangat

    rendah dibandingkan siswa lainnya di luar negeri. Hal ini dibuktikan

    dengan jumlah buku yang dibacanya. Siswa di luar negeri setiap talmn bisa

    membaca enam sampai tujuh buku, bahkan dibeberapa negara mencapai

    puluhan buku. Siswa sekolah menengah di Indonesia, no! buku, artinya

    tidalc ada satupun bulrn yang dibaca. Apalagi yang dibahas secara

    bersama-sama sampai tuntas. Gejala tersebut oleh penyair Taufik Ismail

    disimpulkan bahwa "siswa sekolah menengah di Indonesia telah rabun

    membaca dan lumpuh menulis".3

    2 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 33. 3Taufik Ismail, "Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan Nilai-

    nilai Karakter Bangsa, "makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Svarif TT!-1- , " 1 T 1 -- -

  • 3

    Salah satu penulis yang karyanya paling banyak dibaca ialah Andrea

    Hirata. Hirata merupakan penulis novel best seller Laskar Pelangi, Hirata

    tidak berasal dari lingkungan sastra, namun ia telah menjadi penulis muda

    Indonesia yang menjanjikan. Sebelumnya Hirata tidak dikenal, ia tidak

    pemah menu!is sebuah cerpen tiba-tiba menulis sebuah tetralogi. Sapardi

    Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, menyatakan

    Laskar Pelangi sebagai novel yang memiliki gaya realis bertabur metafora

    yang berani, tidak biasa, tidak terduga, dan sang at memikat. 4

    Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata menciptakan fenomena

    di Indonesia. Munculnya Laskar Pelangi bagaikan suatu kejutan di tengah-

    tengah masyarakat sastra yang masih 'hanyut' oleh Ayat-ayat Cinta, dan

    ada semacam polemik yang panas tentang Ayu Utami. Novel ini

    merupakan buah tangan pertama Andrea Hirata. Laskar Pelangi

    sebenamya bertolak dari premis yang cukup mudah. Ia menggarap

    kenangan, atau secara jujnrnya sobekan-sobekan ingatan pengarang

    tentang kisah dan pengalaman masa kecilnya. Novel Laskar Pelangi terbit

    pada bulan September 2005, sudah dicetak sebanyak 17 kali. Laskar

    Pelangi merupakan novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan

    oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel yang bercerita tentang

    kehidupan I 0 anak dari keluarga miskin di Belitung itu sudah difilmkan

    oleh Riri Riza dan Mira Lesmana serta menjadi film terlaris dengan

    jumlah 4,6 juta penonton.

    Berbagai pendapat pembaca tentang novel Laskar Pelangi, di

    antaranya: Riri Riza (Sutradara) berpendapat bahwa Andrea Hirata

    memberi syair indah tentang keragaman dan kekayaan tanah air, sekaligus

    memberi sebuah pernyataan keras tentang realita politik, ekonomi, dan

    situasi pendidikan. Majalah Tempo berpendapat bahwa Andrea berhasil

    menyajikan kenangannya menjadi cerita yang menarik, apalagi dibalut

    sejumlah metafora dan deskripsi yang kuat. Harian Tribun Jawa Barat

    berpendapat bahwa metafora-metafora yang ditulis Andrea demikian kuat

  • 4

    karena unik dan orisinal. Dari tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan

    bahwa novel Laskar Pelangi memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan

    novel Iainnya. Gaya bahasa yang digunakan Andrea unik dan orisinal.

    Komentar tentang Laskar Pelangi yaitu untuk mengisi kegersangan

    pada dunia pendidikan. Sebuah karya Iangka ditengah krisis yang melanda

    Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan semangat realitas

    kehidupan sekolah mampu memberi semangat yang begitu kuat kepada

    para pembaca, khususnya bagi para guru dan siswa untuk tetap berjuang di

    tengah berbagai kesulitan yang dihadapi dalam menempnh pendidikan.

    Dibandingkan dengan novel yang Iain, sekali Iagi Laskar Pelangi adalal1

    novel yang wajib dibaca oleh semua kalangan. Kebanyakan novel

    menceritakan tentang kekayaan, keglamoran, dan gengsi, berbeda dengan

    Laskar Pelangi yang mampu membangunkan bangsa Indonesia dari tidur

    panjang karena banyak diselimuti angan-angan tanpa usaha untuk

    mewujudkan cita-cita mereka.

    Berdasarkan Iatar belakang di atas, penulis tertarik untuk

    menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dan

    untuk mengetahui gaya bahasa yang ditampilkan oleh Andrea Hirata.

    Adapun judul penelitian ini adalah: "ANALISIS GAY A BAHASA

    NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SERTA

    IMPLIKASINY A DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN

    SASTRA INDONESIA DI SMA".

  • 5

    1.2 Identifikasi Masalah

    Dengan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan

    seperti di bawah ini:

    1. Siswa sulit memahami gaya bahasa dalam novel.

    2. Pembelajaran sastra membosankan dan kurang mendapat perhatian

    siswa.

    3. Jam pembelajaran sastra di SMA sedikit dibandingkan dengan jam

    pembelajaran yang lain.

    4. Pembelajaran bahasa lebih diutamakan dari pada pembelajaran sastra.

    5. Guru pelajaran bahasa Indonesia kurang memiliki keterampilan dalam

    menyampaikan pembelajaran sastra.

    6. Metode dan strategi yang digunakan guru dalam mengajar kurang

    bervariasi.

    1.3 Rumusan Masalah

    Dari identifikasi masalah, penulis merumuskan masalah,

    diantaranya:

    1. Bagaimanakah gaya bahasa yang dominan dalam novel Laskar Pelangi

    karya Andrea Hirata?

    2. Bagaimanakah implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa dan

    sastra Indonesia di SMA?

    1.4 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah,

    sebagai berikut:

    I. Mendeskripsikan gaya bahasa yang ditampilkan Andrea Hirata dalam

    novel Laskar Pelangi.

    2. Mengetahui implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa dan

    sastra Indonesia di SMA.

  • 6

    1.5 Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    I. Menambah pengetahuan siswa tentang arti kehidupan.

    2. Menambah pengetahuan siswa melalui rangkaian peristiwa yang

    dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel Laskar Pelangi, sehingga

    akan menambah pengalaman batin yang mungkin tidak ditemui

    dalam kehidupan sehari-hari,

    3. Menambah pengetahuan siswa tentang analisis gaya bahasa yang

    terdapat di dalam novel Laskar Pelangi.

    2. Manfaat Praktis

    I. Menambah keinginan pembaca karya sastra, umumnya novel-novel

    Andrea Hirata khususnya novel Laskar Pelangi.

    2. Meningkatkan motivasi sastrawan dalam menemukan inovasi baru.

    3. Mendorong pembaca untuk menyadari betapa kompleksnya

    persoalan kehidupan masyarakat, sehingga dapat memanfaatkan

    lingkungan sebagai tempat untuk melatih diri.

    1.6 Metodelogi Penelitian

    I. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Februari 2012 sampai

    dengan Agustus 2012. Penelitian ini tidak terikat pada tempat tertentu,

    karena bersifat penelitian kepustakaan.

    2. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    deskripsi kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan desain analisis

    konten/isi. Penelitian deskripsi kualitatif adalah suatu pendekatan yang

    juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti

    mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan

    berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Penelitian

    kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai ienis nenelitian veno tiem1rnn-

  • 8

    Nyoman Kutha Ratna berpendapat bahwa metode analisis

    deskriptif dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta,

    kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan

    analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang

    berasal dari bahasa Yunani, analyein ('ana' = atas, 'lyein' = lepas,

    urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan

    melainkanjuga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.6

    Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    pendekatan objektif. Pendekatan objektif disebut juga analisis

    otonomi, analisis ergocentric, dan pembacaan mikroskopi.

    Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam

    dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan

    unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain. Pendekatan ini

    menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra yang terdiri

    atas: tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan

    amanat.

    6 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Me/ode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajor, 2007), cet. III, h. 53.

  • BAB II

    KAJIAN TEORETIS

    2.1 Pengertian Gaya Bahasa

    Sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta. Akar kata

    siis-, dalam kata kerja turunan berarti 'mengarahkan, mengajarkan, memberi

    petunjuk atau instruksi'. Akhiran -tra biasanya menunjukkan alat atau sarana.

    Sastra dapat berarti 'alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau

    pengajaran', misalnya: silpasiistra, buku arsitektur, kfimasiistra 'buku

    petunjuk mengenai seni cinta'. Awalan su- berarti 'baik, indah' sehingga

    susastra dapat dibandingkan dengan belleslettres. Kata susastra nampaknya

    tidak terdapat dalam bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, jadi susastra adalah

    ciptaan Jawa/Melayu yang kemudian timbul.1

    Dalam bahasa lnggris disebut literature, karya lisan atau tertulis yang

    memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keaiiistikan,

    keindahan dalam isi dan ungkapannya. Sastra berkaitan erat dengan

    perkembangan kebudayaan suatu bangsa, di dalam prakteknya dibedakan

    antara teks-teks sastra dan nonsastra. Teles nonsastra berfungsi dalam

    komunikasi praktis, siap dipakai dan dimanfaatkan, sedangkan teks sastra

    tidak. Teks-teks sastra merupakan sebuah kebudayaan dan ungkapan nilai-

    nilai dan norma-normanya. Kesastraan dalam bahasa Prancis "litteratire,

    poeticite", dalam bahasa Rusia "literaturnost. Sifat khas dalam komunikasi

    bahasa yang dapat dibedakan dari sifat-sifat lain (pemberitahuan, ajakan)

    tetapi berkembang di dalam dan bersama dengan aspek-aspek bahasa lainnya.

    Dalam kesastraan perlu dibedakan juga lapisan-lapisan dan taraf-taraf (bunyi

    dan arti).2

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sastra mengandung

    pengertian sebagai berikut:

    1 A. Tecu\v, Sastra clan I/mu Sastra Pengantar Teori sastra, (Bandung: Pustaka Jaya, 1984), h. 23

    2 Ferli Zulhendri, Karya Sastra dan Sastrawan Jndonesia, (Bandung: Mitra Utama, - 2008), h. 1-2.

  • 10

    1. Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa

    sehari-hari).

    2. Kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain

    memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan,

    keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan Jirik.

    3. Kitab suci (Hindu), (kitab) ilmu pengetahuan.

    4. Pustaka, kitab primbon (berisi) ramalan, dan hitungan.

    5. Tulisan, huruf.

    Sementara penulis sastra atau sastrawan didefinisikan sebagai ahli sastra,

    pujangga pengarang prosa dan puisi, dan (orang) pandai-pandai, cerdik

    cendekiawan. Bergulimya waktu dan perkembangan zaman yang

    menyebabkan terjadinya perubahan-peiubahan nilai, antara lain moral, sosial

    dan budaya.3

    Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari penggunaan bahasa, keberadaan

    bahasa dalam karya sastra dianggap sebagai gejala yang tidak siap pakai,

    tetapi harus diolah, dikembangkan, diakrabi, dibongkar, dan dihidupkan

    dengan pengalaman dan pengetahuan. Gaya (style) sangat diperlukan sebagai

    wahana pemilihan kata, perangkaian kata-kata, dan kalimat dalam satuan teks

    sebagai upaya memberi efek keindahan bentuk, memperjelas dan memperkaya

    isi, dan mengkhaskan ciri. Peranan gaya dalam karya sastra tidak dapat

    dipandang dengan sebelah mata. Keberadaannya perlu dipertimbangkan

    sebagai unsur pembangun keutuhan estetis dan makna karya sastra.4

    Gaya dibagi menjadi gaya konseptual dan gaya indrawi, gaya ringkas

    dan gaya bertele-tele, merendahkan atau melebih-lebihkan, jelas atau kabur,

    tenang atau menggebu-gebu, tinggi atau rendah, dan sederhana atau berbunga-

    bunga. Berdasarkan hubungan antarkata, gaya diklasifikasikan menjadi gaya

    tegang atau lepas, plastik atau musikal, halus atau kasar, dan tidak berwama

    atau berwama-wami. Berdasarkan kaitan kata dengan sistem total bahasa,

    3 Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. II, h. !.

    4 Sainul Hennawan, Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel, (Kalimantan: Thura Media, 2009), h. 22

  • 224.

    423

    l l

    gaya dibagi menjadi gaya lisan atau tulisan, klise atau unik, dan berdasarkan

    hubungan kata dengan pengarangnya, ada yang objektif dan subjektif.5

    Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh

    seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk

    memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok

    penulis sastra, dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam

    bentuk tulis atau lisan.6 Gaya adalah cara pengungkapan dalam prosa atau

    puisi. Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk

    kalimat, dan bentuk paragraf. Pendeknya, setiap aspek bahasa pemakaiannya

    oleh penulis, langgam. 7

    Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu.

    Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi

    menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun

    tulisan. Salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk menjadikan

    pesan yang disampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut

    karena gaya bahasa memiliki efek tertemu pada pendengar atau pembaca.

    Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

    merupakan cara pengungkapan yang khas dalam menyatakan pikiran dan

    perasaan yang meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, dan

    bentuk paragraf. Fungsi penggunaan gaya bahasa ialah agar pesan yang

    disampaikan lebih mengena kepada pembaca.

    Gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan tidak luar biasa tetapi unik

    karena selain dekat dengan watak danjiwa penyair juga membuat bahasa yang

    digunakannya berbeda dalam makna. Gaya bahasa seorang pengarang dapat

    mengekalkan pengalaman rohaninya dan penglihatan batinnya, serta

    menyentuh dan menggelitik hati pembacanya.

    Gaya bahasa berasal dari dalam batin seorang pengarang, maka gaya

    bahasa yang digunakan dalam karyanya secara tidak langsung

    5 Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h.

    6 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 422-

    7 Abdul Rozak Zaidan, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta; Balai Pustaka, 2007) h. 76,

  • 12

    menggambarkan sikap atau karakteristik pengarang. Pengarang yang

    melankolis memiliki gaya bahasa yang romantis dan beralun-alun, pengarang

    yang sinis memiliki gaya bahasa sinis dan ironis, sedangkan pengarang yang

    gesit dan Iincah memiliki gaya bahasa yang hidup dan Iincah.8

    Selain keindahan bahasa dan pesan yang mengandung pendidikan moral

    menjadi ciri khas karya sastra, terdapat ciri-ciri lain yang dapat diamati dalam

    sebuah karya sastra terutama dalam penggunaan bahasa, yaitu: Ragam bahasa

    yang digunakan dalam karya sastra tidak sepenuhnya bahasa baku. Hal ini

    disebabkan sastra sangat mementingkan pesan/ide dan keindahan. Ragam

    bahasa atau pilihan katanya sering bermakna konotatif atau ambiguitas.

    Kosakata yang digunakan dalam karya sastra disesuaikan dengan bahasa latar

    atau Iingkungan. Dalam karya sastra tergambar pengalaman hidup

    pengarangnya.

    Gaya adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan

    sehari-hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik Iisan maupun

    tulisan. Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan.

    Karya seni adalah keindahan itu sendiri, tidak ada karya seni tanpa keindahan.

    Proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh penulisnya. Dalam rangka

    memperoleh aspek keindahan secara maksimal, untuk menemukan satu kata

    atau kelompok kata yang dianggap tepat, penulis melakukannya secara

    berulang-ulang.

    Peranan bahasa yang membedakan antara gaya dan gaya bahasa dapat

    dilihat pada peristiwa dalam kegiatan sehari-hari yang tidak berulang,

    sehingga kehidupan sehari-hari tidak memilki plot. Sebaliknya dalam karya

    sastra, dengan medium bahasa peristiwa disusun kembali. Penyusunan

    kembali pada gilirannya menghasilkan alur yang berbeda, penyusunan

    tersebut akan menghasilkan keindahan. Gaya digunakan dalam pengertian

    umum, sedangkan gaya bahasa secara khusus menyangkut bidang pemakaian

    bahasa.

    8 Atar Semi, Anatomi Sas/ra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 49-50

  • 13

    Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan

    maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan.

    Pada umumnya majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: majas

    penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Secara tradisional

    majas-majas inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Menurut teori sastra

    kontemporer majas hanyalah sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas

    merupakan penunjang, unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya

    bahasa. Dapat disimpulkan, baik gaya maupun gaya bahasa jauh lebih luas

    dibandingkan dengan majas.

    Gaya bahasa juga meliputi cara-cara penyusunan struktur intrinsik secara

    keseluruhan, seperti: plot, tokoh, kejadian, dan sudut pandang. Dalam karya

    sastra jelas yang paling berperanan adalah gaya bahasa, cara-cara penggunaan

    medium bahasa secara khas sehingga tujuan dapat dicapai secara maksimal.

    Gaya lebih banyak berkaitan dengan karya seni nonsastra, sedangkan majas

    !ebih banyak berkaitan dengan aspek kebahasaan. Dalam hubungan ini tujuan

    yang dimaksudkan meliputi aspek estetis, etis, dan pragmatis. Sebagai

    pendukung gaya bahasa, jenis majas yang paling dominan adalah penegasan.

    Untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan, majas yang paling Iuas adalah

    majas repetisi. Karya sastra adalah representasi kemampuan manusia untuk

    meresepsi keseluruhan aspek kehidupan dengan cara membandingkan.

    Gaya berarti cara tampil atau cara menampilkan diri. Bahasa berfungsi

    sebagai media atau perantara, secara keseluruhan pengertian gaya bahasa

    adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Dari gaya bahasa akan terlihat

    keadaan pribadi seseorang, gaya bahasa yang baik akan baik pula penilaian

    seseorang terhadapnya. Tarigan mengemukakan bahwa gaya bahasa ialah cara

    mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan

    jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).9

    Gaya bahasa berkaitan era! dengan bahasa, dengan sendirinya segala

    unsur kebahasaan akan terkait di dalamnya. Unsur kebahasaan itu antara lain:

    pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Gaya bahasa dapat dikatakan baik

    9 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia Untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), him. 114

  • 15

    demikian adalah teks itu sendiri. Dapat disimpulkan sastra sebagai 'dunia

    dalam kata'. Karya sastra adalah seni bahasa sebab dalam membangun

    dunianya karya sastra menggunakan medium bahasa. Fungsi utama karya

    sastra adalah sebagai alat komunikasi, dalam ha! ini menghubungkan intens

    pengarang kepada masyarakat pembaca. Tidak ada karya sastra yang semata-

    mata ditulis untuk memenuhi kepuasaan batin penulis.11

    2.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa

    Menurut Nyoman Kutha Ratna gaya bahasa dibagi menjadi 4 (em pat)

    yaitu gaya bahasa penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran.

    1. Gaya Bahasa Penegasan

    Gaya bahasa penegasan adalah gaya bahasa yang menglang kata-

    katanya dalam satu baris kalimat. gaya bahasa penegasan meliputi:

    antiklimaks, klimaks, paralelisme, dan repetisi.

    a. Antildimaks

    Antiklimaks merupakan gaya bahasa yang gagasan-gagasannya

    diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang

    penting. 12 Antiklimaks merupakan kebalikan gaya bahasa klimaks

    yaitu su~tu pemyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun

    dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.13 Dari

    definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antiklimaks adalah gaya

    bahasa yang menyatakan beberapa ha! secara berturut-turut, makin

    lama makin menurun (lemah).

    b. Klimaks

    Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nrutan-

    urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya

    dari gagasan-gagasan sebelumnya.14 Klimaks adalah gaya bahasa yang

    11 Nyoman kutha Raina. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 14

    12 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Grarnedia Pustaka Utama, 2004), h. 125.

    13 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 123. 14 Keraf, op. cit . h. 124.

  • 17

    a. Alegori

    Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu

    dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.18 Alegori yaitu

    pemakaian beberapa kiasan secara beruntun, semua sifat yang ada pada

    benda itu dikiaskan.19 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

    alegori adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai lambang untuk

    mendidik dan menjelaskan sesuatu.

    b. Alusio

    Alusio adalah acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan

    antar orang, tempat, atau peristiwa.20 Alusio adalah gaya bahasa yang

    menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh yang

    telah umum dikenal/diketahui orang. Dengan menyebut suatu nama

    atau suatu peristiwa, orang akan tahu apa yang dimaksudkan. Badudu

    menjelaskan bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan

    pribahasa atau kiasan yang sudah diketahui umum. Dua pengertian itu

    mempunyai persamaan, yaitu menyebutkan sesuatu yang telah

    diketahui oleh umum. Dengan menyebut hal itu orang akan tahu apa

    yang dimaksudkannya.21 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan

    bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang

    berkaitan dengan peristiwa umum yang terjadi.

    c. Asosiasi/Perumpamaan

    Perumpamaan adalah padanan kata atau simile yang berarti

    seperti. Perumpamaan adalah perbandingan dua ha! yang pada

    hakikatnya berlainan akan tetapi sengaja dianggap sama. Jenis gaya

    bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, ibarat, bak, penaka,

    sebagai, umpama, laksana, dan serupa.22 Dari definisi tersebut dapat

    disimpulkan bahwa asosiasi/perumpamaan adalah gaya bahasa yang

    membandingakan antara satu . hal dengan hal yang lain dengan

    18 Keraf, op. cit., h. 140. 19 Semi, op.cit., h. 51. 20 Keraf, op. cit.., h. 141. 21 Suroto, op. cit., h. 126 22 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 115-116

  • 19

    statement, but by a sudden perception of an objective relation. The complex idea is translated into a simple concrete equivalent. 29

    Metafora adalah proses sebaliknya: itu adalah sintesis dari pengamatan beberapa unit, itu adalah ekspresi dari sebuah ide yang kompleks, tidak dengan analisis, atau dengan pemyataan abstrak, tetapi oleh persepsi tiba-tiba sebuah hubungan objektif. Ide kompleks diterjemabkan menjadi sederhana.

    A theory of metaphor should at least explain the difference between metaphors and tehir close kin, similes, what kind of linguistic act a metaphorical utterance is, and how it comes about that some metaphors, declining into dead metaphors, are eventually embalmed as additional senses of words. 30

    Sebuah teori metafora setidaknya harus menjelaskan perbedaan antara metafora dengan gaya bahasa yang lain, perumpamaan, tindakan linguistik, ucapan metaforis, dan beberapa metafora, menurun menjadi metafora, pada akhimya

    ". sebagai tambahan kata.

    Dari definisi tersebut dap(lt disimpulkan bahwa metafora adalah

    gaya bahasa yang membandingkan dua ha! secara implisit dalam

    bentuk yang singkat dan padat.

    g. Metonimia

    Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan

    sebuah kata untuk menyatakan suatu ha! lain karena mempunyai

    pertalian yang sangat dekat.31 Metonimia adalah gaya bahasa yang

    menggunakan nama barang, orang, ha! atau ciri sebagai pengganti

    barang itu sendiri.32 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

    metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang berkaitan

    dengan hal-hal pembuat atau merk dagang benda itu.

    h. Personifikasi

    Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang

    menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak

    29 Paul C. Wormuth, Modern Essays On Writing And Style, (New York: United States of America, 1966), h. 115.

    30 Christopher New, Philosophy of Literature, (New York: Routledge, 2007), h. 81. 31 Keraf, op. cit., h. 142 32 Suroto, foe. cit.

  • 138.

    20

    bemyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.33 Personifikasi atau

    penginsanan adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insan

    pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang

    abstrak.34 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa personifikasi

    adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda mati yang memiliki

    sifat seperti manusia.

    i. Simile

    Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau langsung

    menyatakan sesuatu sama dengan ha! yang lain.35

    Simile and metaphor differ only in degree of stylistic refinement. The simile, in which a comparison is made directly between two objects, belongs to an earlier stage of literary axpression: it is the deliberate elaboration of a correspondence, often persued for its own sake. But a metaphor is the swift illumination of an aquivalence. Two images, or an idea and an image, stand equal and opposite; clash together and respond significantly, surprising the reader with a sudden light.36

    Simile dan metafora hanya berbeda dalam derajat perbaikan gaya. Simile, di mana perbandingan yang dibuat langsung antara dua benda, termasuk tahap awal ekspresi sastra: itu adalah penjabaran sengaja korespondensi, sering digunakan untuk kepentingan diri sendiri. Metafora adalah suatu kesetaraan. Dua gambar, atau ide dan gambar, berdiri sama dan berlawanan, berbenturan bersama-sama dan menanggapi secara signifikan, mengejutkan pembaca secara tiba-tiba

    The theory that the simile is the metaphorical meaning is thus left unsupported even if, as I think we should not, we believe the metaphor does have a metaphorical meaning in the sense intended. 37

    Teori bahwa simile adalah makna metaforis tidak didukung karena metafora tersebut tidak memiliki makna kiasan dalam arti yang dimaksudkan

    Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa simile adalah

    gaya bahasa yang membandingkan dua ha! yang berbeda, tetapi

    33 Keraf, foe. cit. 34 Suroto, foe. cit. 35 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004) h.

    36 Wermuth, op. cit., h. 117. 37 New, op. cit., h. 85

  • 22

    yang berlawanan dalam frase a tau kalimat yang sama. 42 Dari definisi

    tersebut dapat disimpulkan bahwa oksimoronn adalah gaya bahasa

    yang mengungkapkan dua maksud yang berlawanan di dalam sebuah

    kalimat.

    d. Paradoks

    Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung

    pertentangan yang ada dengan fakta-fakta yang ada.43 Paradoks adalah

    gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-

    fakta yang ada. Maksudnya bahwa pertentangan yang ada dalam

    kalimat itu memang benar dan bisa terjadi dalam kenyataan.44 Dari

    definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa paradoks adalah gaya

    bahasa yang mengandung seolah-olah bertentangan, tetapi sebenarnya

    tidak bertentangan karena objek atau keadaan yang dipertentangkan

    memang berbeda.

    4. Gaya Bahasa Sindiran

    Gaya bahasa sindiran atau ironi adalah suatu acuan yang ingin

    mengatakan sesuatu dengan maknaatau maksud berlainan dari apa yang

    terkandung dari rangkaian kata-katanya. Gaya bahasa sindiran meliputi:

    ironi, sarkasme, dan sinisme.

    a. Ironi

    Ironi adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya

    bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Majas ini

    dikategorikan sebagai majas sindiran.45 Dari definisi tersebut dapat

    disimpulkan bahwa ironi adalah gaya bahasa yang bermakna tidak

    sebenarnya dengan tujuan untuk menyindir.

    42 Suroto, op. cit., h. 120 43 Keraf, op. cit., h. 136. 44 Suroto, op. cit., h. 123 45 Suroto, op. cit., h. 123

  • 23

    b. Sarkasme

    Sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang

    mengandung kepahitan dan celaan yang getir.46 Sarkasme adalah

    sejenis majas yang mengandung olok-olok atau sindiran yang pedas

    dan kasar. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang kasar dan

    tidak enak didengar. 47 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

    sarkasme adalah gaya bahasa penyindiran dengan menggunakan kata-

    kata yang kasar dan keras.

    c. Sinisme

    Sinisme adalah gaya bahasa sebagai suatu sindiran yang

    berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan

    dan ketulusan hati.48 Sinisme adalah gaya bahasa yang merupakan

    sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap

    keikhlasan atau ketulusan hati. Seolah-olah menyanjung/memuji

    seseorang, akan tetapi sebenamya pujian itu hanya menyindir atau

    menyangsikannya.49 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

    sinisme adalah gaya bahasa yang bertujuan menyindir, memiliki

    kesangsian di dalamnya.

    2.3 Pengertian Novel

    Karya sastra adalah hasil pemikiran tentang kehidupan. Sebuah

    karya sastra merupakan karya besar kalau ia berhasil menyajikan

    pemikiran besar mengenai manusia. Kesusastraan bertindak lain dalam

    mewujudkan hasil pemikirannya dibandingkan dengan ilmu. Novel

    menyajikan basil pemikirannya melalui wujud penggambaran

    pengalaman konkrit manusia dalam bentuk cerita yang cukup panjang.

    Novel adalah usaha menggambarkan, mewujudkan, mengkonkritkan

    pengalaman subjektif seseorang. Penting tidaknya sebuah karya novel

    46 Keraf ,op. cit h. 143 47 Suroto, foe. cit. 48 Keraf, op. cit. 49 Suroto, op. cit., h. 125

  • 23.

    24

    ditentukan oleh penggambaran pengalaman manusia di dalamnya.

    Dengan sendirinya novel harus tampil dalam bentuknya yang estetis,

    indah dan mempesona sehingga menyenangkan untuk diikuti.50

    Ada pengarang yang tidak suka menulis cerita yang panjang-

    panjang dan kesenangannya adalah menyusun suatu kejadian atau

    pengalaman dalam suatu kisah yang tidak menguraikan sifat-sifat dan

    perbuatan-perbuatan pelaku dalam roman yang panjang lebar. Kejadian

    itu berakhir dengan lancar karena yang dipentingkan hanya kejadian

    pokok saja. Bentuk kesusastraan semacam ini disebut novel. Novel

    berasal dari bahasa Italia novella yang berarti kabar, pemberitahuan.51

    Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung

    rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya

    dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.52 Novel termasuk

    jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang

    menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang

    dan menganduug nilai kehidupan, diolah dengan teknik lisahan dan

    ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Dalam perkembangan

    sastra Indonesia, istilah roman yang dulu diambil dari sastra Belanda

    mulai digantikan dengan istilah novel yang lazim dalam sastra Anglo

    Saxon. Sekarang kedua istilah itu tidak dibedakan.53

    Abrams berpendapat, kata novel berasal dari bahasa Itali novella

    yang secara harfiah berarti 'sebuah barang baru yang kecil', dan

    kemudian diartikan sebagai 'cerita pendek dalam bentuk prosa' .54

    Dalam bahasa Latin kata novel berasal novel/us yang diturunkan pula

    50 Jakob Sumarjo, Novel Populer Indonesia, (Yogyakarta: CV Nur Cahaya, 1982), h. 22-

    51 Simorangkir Simandjuntak, Kesusasteraan Indonesia, (Jakarta: PT Pembangunan, 195 I), cet. XI, h. 90-91.

    52 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 969. 53 Abdul Rozak Zaidan, dkk. Kamus lsti/ah Sastra. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 136-

    137 54 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

    Press, 2005), h. 9

  • 164.

    25

    dari kata navies yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan

    denganjenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian.55

    Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek

    kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.56 Novel

    yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih

    tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas

    mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa

    fragmen dan patut ditinjau kembali.

    Batos berpendapat, novel merupakan sebuah roman, pelaku-

    pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah

    adegan ke sebuah adegan yang lain, dari suatu tempat ke tempat yang

    lain.57 Novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung

    nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari

    sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk .nonfiksi atau dokumen-dokumen,

    sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis.58 Dari penjelasan

    tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam

    kedudukan yang berbeda. Jassin membatasi novel sebagai suatu cerita

    yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak

    mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang

    dan lebih mengenai sesuatu episode.59 Mencermati pemyataan tersebut,

    pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara

    mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.

    Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin

    menikmati cerita yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan

    mendapatkan kesan secara umum dan bagian cerita tertentu yang

    menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu panjang yang dapat

    diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap kali membaca

    55Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1984), h.

    56 M. Alar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 32 57 Tarigan./oc. Cit. 58 Nurgiyantoro, op. cit., h. 15. 59 lbid,h. 16.

  • 27

    ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan dan tata

    nilai yang dianut masyarakat.62 Pada pembahasan ini penulis hanya

    akan membahas unsur intrinsik, unsur intrinsik terdiri dari:

    1. Terna

    Kata terna sering disamakan dengan pengertian topik, padahal

    kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik

    berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalarn

    suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan terna

    merupakan tulisan atau karya fiksi.63 Terna adalah pokok pikiran atau

    pokok persoalan yang hendak disarnpaikan oleh pengarang kepada

    pernbaca rnelalui jalinan cerita. Terna suatu cerita dapat diketahui

    setelah rnernbaca cerita dan rnenganalisisnya.64 Terna adalah gagasan,

    ide, pikiran utarna, atau pokok pernbicaraan di dalarn karya sastra yang

    dapat dirurnuskan dalarn kalirnat pernyataan. Terna dibedakan dari

    subjek atau topik.65 Dari beberapa definisi tersebut dapat disirnpulkan

    bahwa tema adalah gagasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang

    rnenjadi dasar suatu cerita.

    2. Alur (Plot)

    Alur/plot adalah unsur struktur yang berwujud jalinan peristiwa di

    dalarn karya sastra yang rnernperlihatkan kepaduan (koherensi tertentu

    yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, terna,

    atau ketiganya.66 Plot rnerupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu

    sebagairnana yang terlihat dalarn pengurutan dan penyajian berbagai

    peristiwa tersebut untuk rnencapai efek emosional dan efek artistik

    tertentu.67 Alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha

    mernecahkan konflik yang terdapat di dalamnya.68 Dari definisi tersebut

    62 Ibid 63 Ibid, h. 42 64 Suroto, op. cit., h. 88 65 Zaidan, op. cit., h. 204 66 Zaidan, op. cit.) h. 26 67 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta, Gadjah Mada University

    Press, 2005), cet. 5, h. 113. 68 Semi, op. cit,. h. 43.

  • 28

    dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang

    membentuk cerita.

    Tasrif dalam Mochtar Lubis membedakan tahapan alur menjadi

    lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, yaitu tahap yang berisi pelukisan

    dan pengenalan situasi Iatar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap pemunculan

    konflik, yaitu masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang

    menyebabkan terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap peningkatan

    konflik, yaitu konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya

    semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap

    klimaks, yaitu konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi

    mencapai titik intensitas puncak. Tahap penyelesaian, yaitu konflik yang

    telah mencapai klimaks diberi penyelesaian danjalan keluar.69

    3. Tokoh dan Penokohan

    Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita

    rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara

    sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Tokoh cerita biasanya

    mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh

    pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran

    mengenai tindak-tanduk, ucapan, atau sejalan tidaknya antara apa yang

    dikatakan dengan apa yang dilakukan.70 Penokohan adalah bagaimana

    pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita dan bagaimana tokoh-

    tokoh tersebut. Pertama berhubungan dengan teknik penyampaian, dan

    yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang

    ditampilkan.71 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

    tokoh, watak, dan penokohan adalah unsur cerita yang dapat menentukan

    unsur-unsur plot, suasana, dan tema .

    69 Nurgiyantoro, op.cit., h. 149-150 70 Semi, op. cit., h. 37. 71 Suroto, op. cit., h. 92.

    . -PEFZPUSTM.~-"

    I UIN SY .. \! ---- ---- ____________ ______,

  • 118.

    29

    4. Latar Cerita (Setting)

    Latar adalah waktu, suasana, dan tempat terjadinya lakuan di

    dalam karya sastra atau drama, dekor pemandangan yang dipakai di

    dalam pementasa drama seperti pengaturan tempat kejadian,

    perlengkapan, dan pencahayaan: tataan. 72 Latar atau setting adalah

    penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya

    peristiwa. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan.73

    Latar cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk dalam

    latar tempat atau ruang yang diamati.74 Dari definisi tersebut dapat

    disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang

    terdapat dalam suatu cerita.

    5. Titik Pandang/Sudut Pandang

    Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang digunakan

    pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan

    berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi

    kepada pembaca.75 Sudut pandang adalah posisi dan penempatan diri

    pengarang dalam cerita, atau darimana ia melihat peristiwa-peristiwa

    terutama yang menyangkut diri tokoh. 76 Sudut pan dang adalah

    kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang

    menempatkan dirinya dalam cerita, ia terlibat di dalam cerita atau hanya

    mengamati dari luar. 77 Dari beberapa definisi terse but dapat disimpulkan

    bahwa titik pandang/sudut pandang adalah posisi pengarang dalam suatu

    karya sastra.

    6. Gaya Bahasa

    Gaya merupakan cara pengungkapan dalam prosa atau puisi.

    Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk

    72 Zaidan, Abdul Rozak, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.

    73 Suroto, op. cit., h. 94 74 Semi, op. cit., h. 46 75 Nurgiyantoro, op. cit., h. 248. 76 Semi, ibid, h. 57. 77 Suroto, op. cit., h. 96.

  • 30

    kalimat, bentuk paragraf, pendeknya setiap aspek bahasa pemakaiannya

    oleh penulis; langgam. 78 Ga ya bahasa adalah cara mengungkapkan

    pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan

    kepribadian penulis.79 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

    gaya bahasa adalah cara atau teknik yang digunakan pengarang untuk

    menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang

    indah dan harmonis, serta menciptakan nuansa makna.

    7. Amanat

    Amanat merupakan ajaran yang ingin disampaikan pengrang.

    Unsur ini dapat dikatakan sebagai unsur pendidikan moral. Penyampaian

    amanat tentunya tidak secara langsung sehingga baru dapat ditangkap

    pembaca setelah membaca seluruh cerita. 80 Amanat adalah pesan

    pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang

    disampaikan melalui karyanya. 81 Dari definisi terse but dapat

    disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang

    kepada pembaca baik secara tersurat maupun tersirat.

    2.5. Pembelajaran Sastra

    Pembelajaran sastra tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran

    bahasa, pembelajaran sastra tidaklah dapat disamakan dengan

    pembelajaran bahasa. Perbedaan hakiki antara keduanya terletak pada

    tujuan akhimya. Tujuan pembelajaran bahasa di sekolah adalah agar siswa

    terampil berbahasa, sedangkan tujuan pembelajaran sastra pada dasamya

    mengembangkan misi apektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan

    menjadikannya lebih tanggap terhadap alam sekitar dan lingkungannya. 82

    78 Zaidan, op. cit., h. 76 79 Suroto, op. cit., h. 114. 80 P. tukan, Mahir Berbahasa Indonesia 3, (Jakarta: Yudhistira, 2006), h. 73. 81 Zaidan, op. cit., h. 27 82 Ahmad Bahtiar, "Apresiasi Sastra di Seka/ah: Menyenangkan dan Memberikan

    Pengalaman Balin Siswa," makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 29 Oktober 2011.

  • 32

    intelektual dan imajinatif. Kaya sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati,

    dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan.

    Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu

    diekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat

    diproduksi dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat

    produktif-apresiatif. Konsekuensinya, pengembangan materi

    pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran harus menekankan

    pada kegiatan apresiatif.

    Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha

    untuk membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu

    menunjukkan hasil belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide

    baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru,

    membangun susunan baru, memecahkan masalah dengan cara-cara baru,

    dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-karya yang

    unik.

    Potensi individu seperti itu menurut para ahli pendidikan akan

    berkembang jika mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai

    percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada

    pengembangan ide-ide barn, bahkan melakukan ha! yang tidak dapat

    dilakukan orang sebelumnya. Semua potensi dikembangkan melalui

    pengulangan yang variatif sehingga terbentuk mutu keterampilan yang

    terasah. Mengembangkan potensi pribadi imajinatif, kreatif,

  • 33

    kompetisi. Individu secara terus menerus dikembangkan dalam kerja

    sema kelompok. Sejalan dengna itu, pembelajaran memerlukan berbagai

    pendekatan khusus, seperti menerapkan pendekatan intelektual,

    imajinatif, kreatif, produktif, kolaboratif, kompetitif dan menggunakan

    teknologi.

    2.6 Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang mengangkat ientang novel k:hususnya tentang gaya

    bahasa telah dilak:uk:an oleh beberapa peneliti. Ada beberapa penelitian

    yang mengangk:at tentang gaya bahasa, misalnya skripsi Puji Mawarti. A.

    310 050 104. Kajian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Laskar Pelangi

    karya Andrea Hirata. Skripsi. Surak:arta: Fak:ultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009. Skripsi saudari

    Puji Mawarti berbeda dengan skripsi penulis, jika yang dilakukan saudari

    Puji Mawarti adalah menganilis gaya bahasa Metafora, sedangkan penulis

    menganalisis jenis gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Laskar

    Pelangi, tidak hanya gaya bahasa metafora.

    Novita Rihi Amalia. K 1206005. Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-

    Nilai Pendidikan Novel Sang Peinimpi Karya Andrea Hirata.Skripsi.

    Surak:arta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidik:an. Universitas Sebelas

    Maret Surakarta, Agustus 2010. Skripsi saudari Novita Rihi Amalia

    berbeda dengan skripsi peneliti, jika yang dilakukan saudari Novita Rihi

    Amalia adalah mengangkat analisis gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan

    novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, sedangkan peneliti mengangkat

    analisis gaya bahasa novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

    Skripsi Sugeng Rianto (2011) yang berjudul Analisis Penggunaan

    Gaya Bahasa Cerpen "Terima Kasih, Bu Tuti!" Karya Darwis Khudori.

    Saudara Sugeng Rianto menaganalisis gaya bahasa cerpen yang berjudul

    Terima Kasih Bu Tuti, sedangkan penulis menganalisis gaya bahasa novel

    Laskar Pelangi, berbeda dari objek:yang dianalisis, yaitu antara novel dan

    cerpen. Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya masih memungkinkan

  • 34

    bagi peneliti untuk menulis skripsi dengan judul "Analisis Gaya Bahasa

    novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata serta Implikasinya dalam

    Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA".

  • BABIII

    PROFIL ANDREA HIRATA

    3.1 Profil Andrea Hirata

    Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitong 24 Oktober

    1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman

    Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang

    termasuk miskin dan letaknya terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah

    desa dengan segala keterbatasan cukup mempengaruhi pribadi Andrea sejak

    kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di

    sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Nama Andrea

    Hirata sebenamya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak

    Jahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tidak cocok dengan nama

    tersebut, Andrea menggantinya dengan Wadhud. Ia masih merasa terbebani

    dengan nama itu, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata

    Seman Said Harun sejak ia remaja.

    Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang

    sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia

    juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya. Seperti yang

    diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di

    sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir

    rubuh. Sekolah yang bemama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea

    cukuplah memperihatinkan. Ketiadaan biaya, membuatnya terpaksa

    bersekolah di sekolah yang bentuknya Jebih mirip sebagai kandang hewan

    temak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tidak nyaman, Andrea

    tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu

    pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan

    Laskar Pelangi. Di SD Muhamadiyah, Andrea bertemu dengan seorang guru

    yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah.

    Novel Laskar Pelangi dipersembahkan untuk Bu Muslimah.

    Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah

  • 36

    sebelas orang itu temyata sangat berarti bagi kehidupan Andrea. Perubahan

    dalam kehidupan Andrea diakuinya tidak lain karena motivasi dan hasil

    didikan Bu Muslimah. Sebenamya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang

    dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tidak berhak untuk bersekolah di

    sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai

    rendahan.

    Novel yang ditulis Andrea merupakan memoar tentang masa kecil

    yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang. Tentang sosok Bu

    Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat

    menginspirasi hidupnya. Perjuangan untuk mempertahankan sekolah yang

    hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidupnya. Berkat Bu

    Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu

    menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tidak

    heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu

    inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea

    karena sosok Bu Muslimah.

    Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi

    penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang

    guru. Sejak saat itu, Andrea tidak pernah berhenti mencoret-coret kertas

    untuk belajar menulis cerita. Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung

    halamannya, Andrea memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta. Saat itu,

    keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan

    melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke

    Jakarta.

    Saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari nahkoda

    untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai dibandingkan di

    pusat kota Jakarta. Berbekal saran tersebut, ia menumpang sebuah bus agar

    sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus mengantarkannya ke Bogor.

    Akhirnya Andrea memulai kehidupan baru di kota hujan tersebut. Beruntung

    bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat

  • 38

    Walaupun SD Muhammadiyah tidak dipedulikan oleh orang lain,

    namun di sana terdapat seorang siswa yang memiliki otak brilian. Lintang,

    anak laki-laki keturunan orang cerdas. Jarak yang jauh dari rumahnya ke

    sekolah, harus menunggu buaya pergi, dan sendalnya hangus karena

    mengayuh sepeda tidak membuat semangatnya patah untuk menuntut

    ilmu.

    Awalnya Las/car Pelangi memiliki sepuluh orang anggota, namun

    menjadi 11 orang ketika Flo datang. Flo dulunya bersekolah di sekolah PN

    (Perusahaan Negara) milik PN Timah. Mahar seorang anak laki-laki yang

    tampan seperti halnya Trapani dan pintar seperti halnya Lintang. Mahar

    seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang

    imajinatif, tidak logis, kreatif dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya,

    namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam

    karnaval 17 Agustus dengan menjadi koreografer dalam koreografi massal

    suku Masai dari Afrika, yang diciptakannya.

    A Kiong selalu berdebat dengan Sahara. Sahara adalah seorang gadis

    berjilbab dan keras kepala. Sahara sering mendengarkan cerita Harun,

    seorang anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa yang selalu

    menceritakan tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak

    tiga, semua anaknya berbelang tiga. Berbeda dengan Syahdan, ia selalu

    menerima perintah, !erasing, serta kambing hitam dalam setiap akar

    persoalan. Lalu ada Trapani, seorang anak yang hidup tanpa kehadiran

    seorang ayah, Trapani hanya hidup bersama ibunya. Ada pula Samson,

    seorang anak lakJ-laki bertubuh tinggi dan besar. Samson memiliki obsesi

    untuk memiliki tubuh yang macho dan gagah, hal itu diawali dengan

    pertemuannya dengan sebuah botol yang memiliki gambar lelaki berotot.

    Kucai selalu menjadi ketua kelas, walaupun Kucai sendiri pesimis

    terhadap tanggung jawab menjadi seorang ketua kelas.

    Konflikpun dimulai ketika hal tragis yang dialami Lintang. setelah

    putus sekolah Lintang menjadi seorang supir truk pasir di bedeng kuli.

    Walaupun begitu, Lintang telah berhasil mewujudkan impian ayahnya

  • 39

    yaitu agar Lintang tidak memiliki pekerjaan yang sama seperti ayahnya

    sebagai seorang nelayan. Ketragisan kisah antara anak dan ibu, Trapani

    dengan ibunya yang tinggal di rumah sakit jiwa Sungai Liat yang disebut

    Zaal Batu, dikarenakan perilaku mother complex yang sangat ekstrem.

    Namun akhirnya Trapani dan ibunya dapat keluar karena mengalami

    kemajuan.

    Kebahagian menyelimuti A Kiong yang telah menjadi seorang

    penganut agama Islam dan memiliki nama baru Nur Zaman. Nur Zaman

    menikah dengan Sahara musuh semasa kecilnya. Mereka memiliki 5 anak

    dan membuka toko kelontong dengan judul Sinar Perkasa. Mereka

    mempekerjakan sabahat mereka yaitu Samson. Jika waktu luang mereka

    bertiga mengunjungi Harun.

    Syahdan, pria liliput putra seorang nelayan, jebolan sekolah gudang

    kopra Muhammadiyah telah menduduki posisi sebagai Information

    Technology Manager di sebuah perusahaan multinasional terkemuka yang

    berkantor pusat di Tangerang. Dari sudut pandang material Syahdan

    adalah anggota Laskar Pelangi yang paling sukses. Namun Syahdan tidak

    pemah menyerah pada cita-citanya untuk menjadi aktor sungguhan. Kucai

    yang

  • BAB IV

    ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN GAYA BAHASA NOVEL LASKAR

    PELANGI KARY A ANDREA HIRATA

    4.1 Anilisis Unsur Intrinsik Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

    4.1.1 Terna

    Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah

    karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur

    semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-

    perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya

    yang bersangkutan menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik,

    dan situasi tertentu. 1 Sebuah tema akan menjadi makna cerita jika ada

    keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Unsur-unsur tokoh

    dan penokohan, plot, latar, dan cerita akan bermakna jika diikat oleh

    sebuah tema. Dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh (utama) cerita

    bertugas menyampaikan tema yang dimaksudkan oleh pengarang.

    Cara mengetalrni tema dalam sebual1 prosa fiksi yaitu dengan

    jalan menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Awai kisah Laskar

    Pelangi dimulai dengan perjuangan untuk mendapatkan sepuluh murid

    baru oleh dua orang guru di SD Mullammadiyah untuk

    mempertahankan kelangsungan eksistensi SD Muhammadiyah di

    Belitong.

    Hal ini dapat dilihat dari kutipan dalam novel Laskar Pelangi,

    sebagai berikut:

    Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena Pengawas Sekolal1 dari Depdikbud Sumsel telal1 memperingatkan bal1wa jika SD Mullammadiyah hanya mendapat murid barn kurang dari sepulull orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang Bu Mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka alcan tamat

    1Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University ,....,..,.. ~- ~ r~

  • 41

    riwayatnya, sedangkan para orang tua cemas karena biaya, dan kami, sembilan anak-anak kecil ini yang terperangkap di tengah cemas kalau-kalau kami takjadi sekolah.2

    Kutipan di atas menggambarkan suasana yang tidak

    menyenangkan yang dialami oleh Pak Harfan, Bu Muslimah, para

    orang tua, dan sembilan murid baru. Pak Harfan cemas karena 30

    tahun pengabdiannya sebagai kepala sekolah akan berakhir, apabila

    murid baru kurang dari sepuluh orang. Bu Mus sangat khawatir karena

    lima tahun pengabdiannya di sekolah yang ia cintai juga akan berakhir.

    Para orang tua resah memikirkan biaya sekolah, mereka beranggapan

    bahwa menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada biaya

    selama belasan tahun, lebih baik anak-anak mereka diserahkan kepada

    tauke pasar atau menjadi kuli kopra. Sembilan siswa baru kecewa

    karena semangatnya untuk bersekolah tidak akan terlaksana.

    Kemudian penggan1baran keadaan SD Muhammadiyah yang

    memprihatinkan. Pada bab 4, dilukiskan penggambaran perjuangan

    seorang guru dalam membangkitkan semangat pendidikan di SD

    Muhammadiyah Belitong. Pengarang juga menekankan pada

    pengkotak-kotakan di dalam meraih sesuatu yang lebih baik, baik itu

    pendidikan maupun pola hidup di Belitong dikarenakan adanya sebuah

    PN Timah. Untuk pendidikan Hirata menggambarkan perbedaan yang

    sangat menonjol dalam sarana maupun sarana belajar untuk meraih

    cita-cita, antara sekolah PN dengan SD Muhammadiyah.

    Hal yang menaltjubkan dalam novel ini bahwa dalam setiap bab

    menunjukkan peristiwa yang mengejutkan, contohnya pengarang

    menampilkan beberapa tokoh yang mempunyai semangat belajar yang

    tinggi dengan disertai bakat mereka yang sangat luar biasa. Salah

    satunya adalah Lintang.

    'Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2007), h. 4.

  • 43

    cita-citanya. Kemiskinan bukan halangan, para tokoh Laskar Pelangi

    adalah orang-orang yang mampu belajar membaca potensi dirinya.

    Selain itu masalah yang mendasar sekali adalah pendidikan agama

    dijadikan sebagai dasar kita untuk berjuang. Bukankah di dalam Islam

    dianjurkan untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukankah belajar itu

    ibadah, ikhtiar itu juga ibadah, dan keikhlasan perlu ditanamkan

    kepada para guru dan pelajar di dalam melaksanakan proses

    pendidikan.

    Dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel Laskar Pelangi

    adalah semangat perjuangan YZ!ng disertai dengan keikhlasan sebelas

    orang anggota Laskar Pelangi dalam menempuh pendidikan. Mereka

    dengan segala kekurangan, keterbatasan, dan pantang menyerah dalam

    menuntut ilmu, tema novel Laskar Pelangi secara umum adalah

    pendidikan.

    Hubungan antara tema dengan unsur-unsur lainnya dapat dilihat

    dengan jelas dalam novel Laskar Pelangi. Terna pendidikan mampu

    menghasilkan amanat yang selaras dengan tema tersebut. Terna

    tentang pendidikan dengan sendirinya melahirkan latar/setting berupa

    sekolah sebagai fasilitas untuk menjalani proses pendidikan. Terna

    juga menghasilkan tokoh seperti seorang guru dengan murid-

    muridnya. Selain itu, tema juga menciptakan karakter tokoh yang

    mempunyai dedikasi seperti Ibu Muslimah dan karakter Lintang yang

    mempunyai semangat yang luar biasa di dalam meraih cita-cita.

    Ketika karakter yang beragam itu telah pengarang ciptakan pada setiap

    tokoh tentu akan menyebabkan konflik. Konflik ini dengan sendirinya

    menciptakan alur. Terakhir semuanya itu akan jelas terlihat dengan

    menggunakan gaya bahasa yang digunakan pengarang. Terna

    menyebabkan pengarang banyak memakai istilah-istilah di dalam

    dunia pendidikan.

  • 44

    4.1.2 Alur

    Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap kejadian itu

    dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

    menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur sebagai peristiwa-

    peristiwa yang ditarnpilkan dalam cerita tidak bersifat sederhana,

    karena pengarang menyusun berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur

    merupakan cerminan perjalanan tingkah laku para tokoh dalam

    bertindak, berpikir berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai

    masalah kehidupan.

    Alur dibagi menjadi lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, tahap

    yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-

    tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian

    informasi awal yang berfungsi untuk melandastumpui cerita yang

    dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap pemunculan konflik yaitu

    masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya

    konflik mulai dimunculkan. Tahap ini merupakan tahap awal

    munculnya konflik dan konflik akan berkembang pada tahap

    berikutnya.

    Tahap peningkatan konflik yaitu konflik yang telah dimunculkan

    pada tahap sebelurnnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang

    menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-

    konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun kedua-duanya,

    pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antarkepentingan,

    masalah, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat

    dihindari.

    Tahap klimaks yaitu konflik atau pertentangan-pertentangan

    yang terjadi, ditimpakan kepada tokoh cerita mencapai titik intensitas

    puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama

    yang berperan sebgai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.

  • 45

    Tahap penyelesaian yaitu konflik yang telah mencapai klimaks diberi

    penyelesaian. Konflik-konflik diberi jalan keluar dan cerita diakhiri.3

    Alur Laskar Pelangi bisa dikatakan tersusun sangat rapi dan

    maju ke depan, dalam artian peristiwa-peristiwa disusun secara

    kronologis berdasarkan waktu kejadiannya, tidak jarang terjadi

    pengulangan kembali (Flashback) untuk memperjelas permasalahan

    pokoknya. Tiap-tiap peristiwa mempunyai makna dalam fungsinya

    untuk meajelaskan konflik-konflik antara pengarang dengan

    lingkungannya sehingga te1wujudnya tema yang mendasarinya. Dapat

    dikatakan adanya keterjalinan antara penokohan membentuk peristiwa-

    peristiwa yang akhirnya membentuk sebuah tema.

    Secara ringkas alur Laskar Pelangi dapat dikemukakan sebagai

    berikut: Cerita dibuka dengan Pengenalan Situasi, kecemasan seorang

    guru dan pe1juangan seorang anak untuk menggapai cita-cita, di dalam

    proses perjuangan itu terdapat keterbatasan fisik, baik tertuju kepada

    sekolah maupun kepada fisik tokoh, serta keadaan lingkungannya.

    Setelah itu, mulailah Pengungkapan Peristiwa awal yang

    menimbulkan banyak pertentangan maupun kesukaran-kesukaran bagi

    para tokohnya. Tokoh Lintang yang menemui kesukaran seperti

    menempuh sekolah yang jaraknya sangat jauh, serta harus bertemu

    dengan buaya pada hampir setiap harinya .. Penemuan siswa berbakat

    seperti Lintang dan Mahar.

    Menuju Pada Adanya Konjlik, ini hanya sebagai contoh kecil

    dari keseluruhan konflik yang ditimbulkan. Flo yang ingin menjadi

    seperti laki-laki hingga terbentuknya perkumpulan mistis yang terdapat

    pertentangan manusia dengan Tuhannya oleh Flo, Mahar, dan tokoh

    lainnya. Pengarang mampu melihat realitas yang terjadi di Belitong,

    perbedaan yang sangat dominan dari segi sarana dan prasarana.

    Terbukti berbagai prestasi yang dihasilkan oleh Lintang dan Mahar

    pada acara karnaval 17 agustus dan lomba cerdas cermat, inilah ha!

  • 46

    yang paling menegangkan sekaligus membanggakan para orang tua,

    guru, dan SD Muhammadiyah.

    Konjlik Memuncak ketika peristiwa yang tidak terduga dialami

    tokoh Lintang, akhirnya ia harus berhenti sekolah dikarenakan

    ayahnya meninggal dan Trapani yang sangat santun kepada orang tua

    terutama ibu, akhirnya mengalami sakit jiwa karena ia selalu

    ketergantungan kepada ibunya yang digambarkan secara jelas dan

    sederhana. Flo, Mahar dan anggotanya yang lain ketika pergi untuk

    menemui seorang dukun terkenal yang bemama Tuk Bayan Tula

    ternyata harus rela dikecewakan oleh berbagai ilmu mistis yang

    mereka pikirkan, ternyata pesan dari dukun itu adalah kalau ingin

    pintar harus belajar.

    Akhir Cerita, pada bagian ini berisi penjelasaan tentang nasib-

    nasib yang dialami para tokoh setelah mengalami peristiwa puncak,

    konflik atau pertentangan yang terjadi telah mengantarkan para tokoh

    mengalami perubahan nasib. Berawal dari pertentangan itulah, timbul

    kesadaran baru, Ikal yang berhasil melanjutkan cita-citanya sekolah ke

    luar negeri, menyedihkan untuk Lintang yang jenius temyata sekarang

    menjadi pekerja rodi. Mahar dan Flo yang insyaf, Flo menempuh

    perguruan tinggi di FKIP Universitas Sriwijaya. Setelah lulus ia

    menjadi guru TK di Tanjong Pandan.4

    Mahar sibuk mengajar dan mengorganisasikan berbagai kegiatan

    budaya, 5 A Kiong masuk agania Islam dan menjadi seorang muslim

    yang taat.6 Sahara dan A Kiong akhimya menikah.7 Syahdan yang

    menemukan keahliannya di bidang komputer. Ia mendapatkan

    beasiswa ke Kyoto University Jepang dan akhirnya menduduki posisi

    sebagai /reformation technology manager di sebuah perusahaan

    4 Hirata, Op. Cit., h. 473-474. 5 Ibid, h. 477. 6 Ibid, h. 464-465. 7 Ibid, h. 467.

  • 47

    multinasional terkemuka yang berpusat di Tangerang. 8 Kucai menjadi

    seorang politisi dengan gelar yang paling tinggi dibandingkan dengan

    tokoh yang Iain.

    Pemaparan alur dalam novel ini dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    3

    1 2 4 5

    Keterangan:

    I. Tahap penyituasian: Pada hari pertama penerimaan siswa baru di SD

    Muhammadiyah, kekurangan seorang siswa, dan sekolah hampir

    ditutup. Namun dengan kehadiran seorang siswa yang bernama Harun

    telah menyelamatkan SD Muhammadiyah.

    2. Tahap pemunculan konflik: Bu Mus dengan segala usahanya dan

    semangat kesepuluh Laskar Pelangi mampu berjuang dan melewati

    masa-masa sulit serta kebahagiaan bersama.

    3. Tahap peningkatan konflik: Mahar dan Lintang berusaha

    mengharumkan nama SD dan SMP Muhammadiyah lewat kemahiran

    dan kepintaran mereka dalam perlombaan cerdas cermat dan kamaval

    saat perayaan HUT RI, mereka mampu mengalahkan sekolah milik PN

    Timah.

    4. Tahap klimaks: Lintang murid paling jenius di antara yang lainnya

    meninggalkan bangku sekolah karena ia hams mengurus adik-adiknya

    setelah kematian Ayahnya. Di sanalah akhir dari cerita perjuangan para

    kesepuluh Laskar Pelangi.

    5. Tahap penyelesaian: Y aitu pada saat tembok PN Timah mampu

    dihancurkan dan kemiskinan dapat dilawan oleh rakyat Belitong.

    8 Ibid, h. 478-479.

  • 48

    Kebahagiaan yang akhimya mampu diraih oleh kesepuluh anggota

    Laskar Pelangi.

    4.1.3 Tokoh dan Penokohan

    Istilah "tokoh" menunjuk kepada pelaku cerita, sedangkan

    penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

    yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Abrams tokoh adalah

    orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama

    yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan

    kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan

    apa yang dilakukan dalam tindakan. Pembedaan antara tokoh yang satu

    dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat

    secara fisik.

    Istilah "penokohan" lebih luas pengertiai:mya daripada "tokoh"

    dan "perwatakan", karena mencakup masalah siapa tokoh cerita,

    bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya

    dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang

    jelas kepada pembaca.9

    Tokoh utama dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata

    adalah:

    a. Ikal

    Pengarang menggambarkan Ikal sebagai siswa yang

    berprestasi melebihi rata-rata kelas. Hal ini terlihat dalam kutipan

    sebagai berikut:

    Aku belajar keras sepanjang malam, tapi tak pernah sedikitpun, sedetikpun bisa melampaui Lintang. Nilaiku sedikit lebih baik dari rata-rata kelas namun jauh tertinggal dari nilainya. Alm berada di bawah bayang-bayangnya sekian lama, sudah terlalu lama malah. Rangking duaku abadi, tak berubah sejak caturwulan pertama kelas satu SD. Abadi seperti lukisan ibu

  • 49

    menggendong anak di bulan. Rival terberatku, musuh bebuyutanku adalah temanku sebangku, yang aku sayangi.10

    Di sekolah Ikal termasuk murid yang berprestasi, dapat dilihat

    dari nilai Ikal yang melebihi rata-rata kelas. Ikal berposisi sebagai

    bayang-bayang Lintang, peringkat kedua Ikal bertahan dari caturwulan

    pertama kelas satu SD. Saingan terberatnya adalah teman yang sangat

    ia sayangi dan kagumi. Ikal termasuk orang yang tidak mudah putus

    asa, selalu bersemangat melakukan ha! yang ia sukai, dan tegar.

    Ikal menyukai dunia sastra terutama puisi, ha! ini dapat dilihat

    pada kutipan berikut:

    Sungguh, malam ketiga di Pangkalan Punai aku mimpi melihat surga Ternyata surga tidak megah, hanya sebuah istana kecil di tengah hutan Tidak ada bidadari seperti disebut di kitab-kitab suci

    Aku meniti jembatan kecil Seorang wanita benvajahjernih menyambutku "inilah surga" katanya Ia tersenyum, kerling matanya mengajakku menengadah Seketika aku terkesiap oleh pantulan sinar matahari senja Menyirami kubah-kubah istana Mengapa sinar matahari benvarna perak,jingga, dan biru? Sebuah keindahan yang asing

    Di istana surga Dahan-dahan pohon ara menjalar ke dalam kamar-kamar Sunyi yang bertingkat-tingkat Gelas-gelas Kristal berdenting dialiri air zam-zam Menebarkan rasa kesejukan

    Bunga petunioa ditanam di dalam pot-potkayu Pot-pot itu digantungkan pada kosen-kosenjendela tua benvarna biru Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan di batik tilam, indah sekali Sinarnya memancarkan kedamaian Tembus membelah -perdu di halaman

    Surga begitu sepi Tapi aku ingin tetap di sini

    'Hirata, op. cit., h. 122.

  • Karena ku ingat janjimu Tuhan Kalau aku datang dengan berjalan ENGKA U akan menjemputku dengan berlari-lari. 11

    50

    Kutipan puisi di atas merupakan puisi buatan Ikal sendiri, ia

    mendapat inspirasi ketika sedang berlibur ke pantai Pangkalan Punai.

    Ikal dan teman-temannya tidak hanya berlibur karena Bu Mus

    memberi tugas kesenian yang dikumpulkan pada saat masuk sekolah.

    Untuk pertama kalinya Ikal mendapat nilai kesenian yang lebih baik

    dari nilai Mahar. Tetapi ha! itu hanya terjadi sekali saja, tidak ada yang

    bisa menandingi Mahar dalam bidang kesenian. Nilai Mahar dikurangi

    karena ia tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, padahal lukisannya

    bagus. Ia kecewa karena teman-temannya mengejek dan tidak percaya

    apa yang dilihatnya, yaitu burung perintang pulau yang dibuatnya

    sebagai lukisan.

    Dalam novel ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis

    keturunan Tionghoa bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan

    puisi tentang luapan perasaannya kepada A Ling. Puisi yang

    diberikannya kepada A Ling dapat dilihat pada kutipan berikut:

    Jault Tinggi A Ling, hari ini aku mendaki gunung Selumar Tinggi, tinggi sekali, sampai ke puncaknya Hanya untuk melihat atap rumahmu Hatiku damai rasanya12

    Kutipan puisi di atas menggambarkan suasana hati Ikal yang

    rindu kepada A Ling. Ketika berlibur bersama teman-temannnya,

    mendaki Gunung Selumar yang terpikir olehnya hanya A Ling.

    Dalam novel Laskar Pelangi, Ikal termasuk tokoh bulat, tokoh

    bulat merupakan tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai

    kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya. Ia

    dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun

    ia pun dapat pula menan1pilka11 watak dan tingkah laku bermacam-

    11/bid.,h. 181-182.

  • 51

    macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.13

    Tugas membeli kapur merupakan tugas yang paling dibenci oleh ikal,

    tetapi setelah bertemu dengan A Ling putri pemiliki toko kelontong

    yang menjual kapur tugas tersebut menjadi tugas yang menyenangkan

    bagi Ikal. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:

    Namun, tugas membeli kapur adalah pekerjaan yang jauh lebih horor. Toko Sinar Harapan, pemasok kapur satu-satunya di Belitong Timur, amat jauh letaknya. Sesampainya di sana di sebuah toko yang sesak di kawasan kumuh pasar ikan yang becek jika perut tidak kuat, s