If you can't read please download the document
Upload
dangphuc
View
234
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LASKAR PELANGI
KARY A ANDREA IDRATA SERT A IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-
syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidika.'l Bahasa clan Sastra Indonesia
(S. Pd.)
Oleh
Ika Wirna
208013000002
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UINSYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LASKAR PELANGI
KARY A ANDREA HIRATA SERTA IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-
syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(S.Pd.)
Oleh:
Ilrn Wirna
208013000002" ....... .
. .~Jj,
Di Bawah BiJtinga;;~~~-::--.. -~::-: '.. '""" ........ "'~~~
Novi Diab Haryanti, M. Hum
Dlt.@irhnst
d
LEMBARPENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pela11gi Karya Andrea Hirata serta lmplikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA disusun oleh Ika Wirna Nomor lnduk Mahasiswa 208013000002 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyiih dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal I Oktober 2012 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapat gelar Sarjana SI (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, I Oktober 2012
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP. 19640212 199703 2 001
Sekretaris Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dra.Hindun, M. Pd. NIP. 19701215 200912 2 001
Penguji I
Dona Aji Karunia Putra, M.A. NIP. 19840409 2011011 015
Penguji II Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP. 19640212 199703 2 001
engetahui,
Tanggal Tanda Tangan
'~"-"" 4- ID -.?-011.
-4- 10 - .loll
3-/0- Jlol:Z
"lflr""~ l.mJV!All-b iyah dan Keguruan
NIP.195205201981031001
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Tempat/ Tgl Lahir
NIM
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi
Dasen Pembimbing
Dengan ini menyatakan bahwa:
: Ika Wima
: Padang Sidempuan, 2 Februari 1990
: 208013000002
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata serta
Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMA.
: Novi Diah Haryanti, M. Hum.
I. Skripsi ini merupakan basil karya saya dan diajukan untuk memperoleh
gelar strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan karya orang Iain, maka saya bersedia menerima sanksi
berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri
SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2012
''208013000002
ABSTRAK
Ika Wirna; 208013000002 "Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA", 2012.
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan kepada siswa di sekolah. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi syarat wajib kelulusan Ujian Nasional (UN). Kebanyakan siswa beranggapan bahwa pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia itu mudah, faktanya pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi peringkat terendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kurang mendapat perhatian siswa karena strategi yang digunakan guru kurang tepat. Tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, dikhususkan pada sastra bertujuan untuk memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya lebih tanggap dengan alam sekitar. Untuk itu landasan pembelajaran harus be1tumpu pada apresiasi dan tujuan dari sastra itu sendiri, yaitu menyenangkan dan bermanfaat. Agar pembelajaran tidak membosankan, perlu keberanian guru untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih variatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur intrinsik dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Penelitian ini menggunkan metode analisis deskriptif yaitu data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dijabarkan dengan memberikan analisis-analisis kemudian diambil simpulan akhir. Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa analisis unsur intrinsik dapat memperkaya pengetahuan terhadap isi novel secara keseluruhan dan gaya bahasa yang paling dominan dipakai dalam novel Laskar Pelangi adalah persamaan/simile. Gaya bahasa persamaan/simile digunakan untuk membandingkan suatu ha! dengan ha! lainnya untuk memperjelas makna yang disampaikan.
Kata Kunci : Gaya Bahasa, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
ABSTRACT
Ika Wirna; 208013000002 Analysis of Language Style Laskar Pelangi Novel Andrea Hirata's work as well as the implication in the Leaming Indonesian Language and Literature in High School", 2012.
Indonesian language is a compulsory subject taught to students in schools. Indonesian Language a mandatory graduation requirement of National Examination (UN). Most studertts think that it is easy to Indonesian Language, Indonesian Language in fact be the lowest rank compared to other subjects. Leaming Indonesian students received less attention because of the strategies teachers use less precise. The purpose of learning Indonesian in school, devoted to literature aims to enrich the student experience and make it more responsive to the environment. For it must rest on the foundation of learning and appreciation of the purpose of literature itself, that is fun and rewarding. So that learning is not boring, it takes courage teachers to develop learning strategies are more varied.
The purpose of this study was to determine the intrinsic and stylistic elements found in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. This research use the methods of descriptive analysis data collected from the translated documentation providing analyzes and then the final conclusions drawn. From the data analysis, it can be concluded that intrinsic element analysis to enrich the knowledge of the content of the novel as a whole and the dominant style used in the novel Laskar Pelangi is the equation I simile. Siylistic similarities I simile is used to compare one thing with another thing to clarify the meaning is conveyed.
Keywords: Language Style, Leaming Indonesian Language and Literature.
KATA PENGANTAR
Bismillaalzirralzmaanirra/1iim
Segala puji bagi Allah Swt, Dzat Yang Maha Penyayang di antara
penyayang, yang menanamkan cinta dan kasih sayang kepada hamba-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik. Salawat
serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw, teladan bagi seluruh
umat hingga akhir zaman. Begitu pula kepada keluarga, sahabat serta umatnya,
semoga kelak mendapatkan syafaat dihari pembalasan.
Sungguh suatu karunia terbesar yang telah Allah titipkan kepada penulis,
berupa kesehatan, kenikmatan, dan ilmu. Kendala, ujian, dan cobaan tidak
menyurutkan penulis pada kehendak Tuhan. Penulis telah berusaha dan berdoa,
Allah pasti akan memutuskan jalan yang terbaik.
Doa dan dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan kontribusi dalam
penulisan dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Pro Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Novi Diab Haryanti, M. Hum, dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan sabar.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses
perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala
berganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas kepada kami semua.
5. Ayahanda Ridwan dan Ibunda Maimunah yang penulis cintai dan sayangi,
yang selalu memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materiil.
6. Pamanda dan bibi yang penulis hormati, yang telah membiayai studi penulis.
7. Kakanda Risna Juliana dan adinda Deliana, Riwanto yang penulis sayangi
yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan slcripsi.
8. Kelurga besar penulis, baik dari keluarga ayahanda dan Ibunda serta Pamanda
dan bibi yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk meyelesaikan
skripsi.
9. Sahabat-sahabat penulis, Rini, Umi, Latifah, Tary, Hally, Kusur, Ndan, Eva,
Linda, Meyta, Dwi, dan Ifah.
10. Teman-temnan PPKT (Praktik profesi Keguruan Terpadu) MAN 19 Jakarta,
kak Jawad, Zuhrah, Halimah, Lutpiah, Gofar, Rani, dan Kak Firman yang
telah memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
11. Selurnh sahabatku PBSI/2008 yang tiada hentinya memberikan motivasi,
semoga Allah melindungi kalian semua.
Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga
budi baik dan bantuan-bantuan yang tidak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal
kebaikan. Amin yaa Rabbal 'Alamin.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak
yang membacanya. Amin.
Jakarta, 30 Juli 2012
Penulis
Ika Wirna
BAB IV ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN GAYA BAHASA NOVEL
LASKAR PELANGIKAR.YA ANDREA HIRATA
4.1 Analisis Unsur Intrinsik ...................... ......... ......... 40
4.2 Analisis Gaya Bahasa . . .. . .. . . . . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . . 75
4.3 Implikasi . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . .. . . . . . .. . .. ... . . 136
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan . . ............ ... ... ..... ............ ... .. ..... .. ... ..... 138
5.2 Saran ..... ...... ........ ... ... ................ .. .......... ........ 138
DAFT AR PUST AKA...................................................... 140
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran
I. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia kelas XI SMA.
2. Cover novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Tab el
1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan Gaya Bahasa Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebuah karya sastra baik novel, puisi, maupun drama mutlak
memiliki gaya bahasa, yang mencerminkan cara seorang pengarang dalam
menulis sebuah karya sastra. Gaya bahasa diungkapkan dengan cara yang
Id1as, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai dengan maksimal.
Gaya bahasa juga bisa membantu pembaca untuk membedakan karya
masing-masing pengarang, karena setiap pengarang memiliki cara
tersendiri dalam menyampaikan karyanya.
Majas termasuk ke dalam gaya bahasa, majas memegang peranan
penting ketika menganalisis suatu karya sastra. Majas diterjemahkan dari
kata trope (Yunani), figure of speech (Inggris), berarti persamaan atau
kiasan. Jenis majas sangat banyak, seperti: hiperbola, ironi, metafora, dan
personifikasi. Umumnya dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: majas
penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Majas inilah
yang paling banyak dikenal, baik dalam masyarakat pada umumnya
maupun dalam bidang pendidikan, sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Umwn dan Perguruan Tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya majas berfungsi sebagai penunjang gaya bahasa. 1
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Hal ini tercermin
dalam cara pengarang menyusun dan memilih kata-kata, dalam memilih
tema, memandang tema atau meninjau persoalan, simpularwya gaya
mencerminkan pribadi pengarangnya. Ada pengarang yang membawakan
cerita-ceritanya secara lembut, ada yang pemberontak, dan menggurui.
Ga ya seorang pengarang baru tampak kalau ia telah menulis banyak karya.
Permulaannya seorang pengarang masih mencari gayanya, kadang meniru
1 Nyoman Kutha Ratna, Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya, F' .. T_ - _1 ...,. . ' ~
2
gaya pengarang lain. Pengarang yang sudah berpengalaman akan
mempunyai gayanya sendiri.
Novel merupakan bacaan yang banyak memberikan pengetahuan,
wawasan, serta hal-hal baru yang belum pemah diketahui sebelumnya.
Membaca novel akan memperoleh banyak informasi. Novel secara resmi
dikenal setelah terbitnya buku Si Jamin dan Si Johan, pada tahun 1919
oleh Merari Siregar. Kemudian pada tahun berikutnya terbit novel Azab
dan Sengsara oleh pengarang yang sama. Sejak itulah mulai berkembang
secara fiksi yang dinamakan novel dalam khazanah sastra Indonesia.2
Awai kemunculan novel di Indonesia menjadi awal kebangkitan
pengarang dalam menciptakan berbagai jenis novel. Novel hadir dalam
cerita yang beraneka ragam, disajikan bervariasi yang disesuaikan dengan
keahlian pengarang. Terna yang disajikan mulai dari tema pendidikan,
persahabatan, dan percintaan. Berbagai jenis dan bentuk novel tersebar di
pasaran, ha! ini bertujuan untuk memberikan kesenangan dan manfaat
untulc para pecinta novel.
Kurangnya pembelajaran sastra di sekolah menyebabkan kurangnya
minat terhadap karya sastra, apalagi membaca karya sastra. Tidak aneh
budaya membaca di kalangan siswa sekolah menengah di Indonesia sangat
rendah dibandingkan siswa lainnya di luar negeri. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah buku yang dibacanya. Siswa di luar negeri setiap talmn bisa
membaca enam sampai tujuh buku, bahkan dibeberapa negara mencapai
puluhan buku. Siswa sekolah menengah di Indonesia, no! buku, artinya
tidalc ada satupun bulrn yang dibaca. Apalagi yang dibahas secara
bersama-sama sampai tuntas. Gejala tersebut oleh penyair Taufik Ismail
disimpulkan bahwa "siswa sekolah menengah di Indonesia telah rabun
membaca dan lumpuh menulis".3
2 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 33. 3Taufik Ismail, "Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan Nilai-
nilai Karakter Bangsa, "makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Svarif TT!-1- , " 1 T 1 -- -
3
Salah satu penulis yang karyanya paling banyak dibaca ialah Andrea
Hirata. Hirata merupakan penulis novel best seller Laskar Pelangi, Hirata
tidak berasal dari lingkungan sastra, namun ia telah menjadi penulis muda
Indonesia yang menjanjikan. Sebelumnya Hirata tidak dikenal, ia tidak
pemah menu!is sebuah cerpen tiba-tiba menulis sebuah tetralogi. Sapardi
Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, menyatakan
Laskar Pelangi sebagai novel yang memiliki gaya realis bertabur metafora
yang berani, tidak biasa, tidak terduga, dan sang at memikat. 4
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata menciptakan fenomena
di Indonesia. Munculnya Laskar Pelangi bagaikan suatu kejutan di tengah-
tengah masyarakat sastra yang masih 'hanyut' oleh Ayat-ayat Cinta, dan
ada semacam polemik yang panas tentang Ayu Utami. Novel ini
merupakan buah tangan pertama Andrea Hirata. Laskar Pelangi
sebenamya bertolak dari premis yang cukup mudah. Ia menggarap
kenangan, atau secara jujnrnya sobekan-sobekan ingatan pengarang
tentang kisah dan pengalaman masa kecilnya. Novel Laskar Pelangi terbit
pada bulan September 2005, sudah dicetak sebanyak 17 kali. Laskar
Pelangi merupakan novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan
oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel yang bercerita tentang
kehidupan I 0 anak dari keluarga miskin di Belitung itu sudah difilmkan
oleh Riri Riza dan Mira Lesmana serta menjadi film terlaris dengan
jumlah 4,6 juta penonton.
Berbagai pendapat pembaca tentang novel Laskar Pelangi, di
antaranya: Riri Riza (Sutradara) berpendapat bahwa Andrea Hirata
memberi syair indah tentang keragaman dan kekayaan tanah air, sekaligus
memberi sebuah pernyataan keras tentang realita politik, ekonomi, dan
situasi pendidikan. Majalah Tempo berpendapat bahwa Andrea berhasil
menyajikan kenangannya menjadi cerita yang menarik, apalagi dibalut
sejumlah metafora dan deskripsi yang kuat. Harian Tribun Jawa Barat
berpendapat bahwa metafora-metafora yang ditulis Andrea demikian kuat
4
karena unik dan orisinal. Dari tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa novel Laskar Pelangi memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan
novel Iainnya. Gaya bahasa yang digunakan Andrea unik dan orisinal.
Komentar tentang Laskar Pelangi yaitu untuk mengisi kegersangan
pada dunia pendidikan. Sebuah karya Iangka ditengah krisis yang melanda
Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan semangat realitas
kehidupan sekolah mampu memberi semangat yang begitu kuat kepada
para pembaca, khususnya bagi para guru dan siswa untuk tetap berjuang di
tengah berbagai kesulitan yang dihadapi dalam menempnh pendidikan.
Dibandingkan dengan novel yang Iain, sekali Iagi Laskar Pelangi adalal1
novel yang wajib dibaca oleh semua kalangan. Kebanyakan novel
menceritakan tentang kekayaan, keglamoran, dan gengsi, berbeda dengan
Laskar Pelangi yang mampu membangunkan bangsa Indonesia dari tidur
panjang karena banyak diselimuti angan-angan tanpa usaha untuk
mewujudkan cita-cita mereka.
Berdasarkan Iatar belakang di atas, penulis tertarik untuk
menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dan
untuk mengetahui gaya bahasa yang ditampilkan oleh Andrea Hirata.
Adapun judul penelitian ini adalah: "ANALISIS GAY A BAHASA
NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SERTA
IMPLIKASINY A DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA DI SMA".
5
1.2 Identifikasi Masalah
Dengan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan
seperti di bawah ini:
1. Siswa sulit memahami gaya bahasa dalam novel.
2. Pembelajaran sastra membosankan dan kurang mendapat perhatian
siswa.
3. Jam pembelajaran sastra di SMA sedikit dibandingkan dengan jam
pembelajaran yang lain.
4. Pembelajaran bahasa lebih diutamakan dari pada pembelajaran sastra.
5. Guru pelajaran bahasa Indonesia kurang memiliki keterampilan dalam
menyampaikan pembelajaran sastra.
6. Metode dan strategi yang digunakan guru dalam mengajar kurang
bervariasi.
1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah, penulis merumuskan masalah,
diantaranya:
1. Bagaimanakah gaya bahasa yang dominan dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata?
2. Bagaimanakah implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SMA?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah,
sebagai berikut:
I. Mendeskripsikan gaya bahasa yang ditampilkan Andrea Hirata dalam
novel Laskar Pelangi.
2. Mengetahui implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SMA.
6
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
I. Menambah pengetahuan siswa tentang arti kehidupan.
2. Menambah pengetahuan siswa melalui rangkaian peristiwa yang
dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel Laskar Pelangi, sehingga
akan menambah pengalaman batin yang mungkin tidak ditemui
dalam kehidupan sehari-hari,
3. Menambah pengetahuan siswa tentang analisis gaya bahasa yang
terdapat di dalam novel Laskar Pelangi.
2. Manfaat Praktis
I. Menambah keinginan pembaca karya sastra, umumnya novel-novel
Andrea Hirata khususnya novel Laskar Pelangi.
2. Meningkatkan motivasi sastrawan dalam menemukan inovasi baru.
3. Mendorong pembaca untuk menyadari betapa kompleksnya
persoalan kehidupan masyarakat, sehingga dapat memanfaatkan
lingkungan sebagai tempat untuk melatih diri.
1.6 Metodelogi Penelitian
I. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Februari 2012 sampai
dengan Agustus 2012. Penelitian ini tidak terikat pada tempat tertentu,
karena bersifat penelitian kepustakaan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskripsi kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan desain analisis
konten/isi. Penelitian deskripsi kualitatif adalah suatu pendekatan yang
juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti
mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan
berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Penelitian
kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai ienis nenelitian veno tiem1rnn-
8
Nyoman Kutha Ratna berpendapat bahwa metode analisis
deskriptif dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta,
kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan
analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang
berasal dari bahasa Yunani, analyein ('ana' = atas, 'lyein' = lepas,
urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan
melainkanjuga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.6
Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan objektif. Pendekatan objektif disebut juga analisis
otonomi, analisis ergocentric, dan pembacaan mikroskopi.
Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam
dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan
unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain. Pendekatan ini
menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra yang terdiri
atas: tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan
amanat.
6 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Me/ode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajor, 2007), cet. III, h. 53.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1 Pengertian Gaya Bahasa
Sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta. Akar kata
siis-, dalam kata kerja turunan berarti 'mengarahkan, mengajarkan, memberi
petunjuk atau instruksi'. Akhiran -tra biasanya menunjukkan alat atau sarana.
Sastra dapat berarti 'alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau
pengajaran', misalnya: silpasiistra, buku arsitektur, kfimasiistra 'buku
petunjuk mengenai seni cinta'. Awalan su- berarti 'baik, indah' sehingga
susastra dapat dibandingkan dengan belleslettres. Kata susastra nampaknya
tidak terdapat dalam bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, jadi susastra adalah
ciptaan Jawa/Melayu yang kemudian timbul.1
Dalam bahasa lnggris disebut literature, karya lisan atau tertulis yang
memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keaiiistikan,
keindahan dalam isi dan ungkapannya. Sastra berkaitan erat dengan
perkembangan kebudayaan suatu bangsa, di dalam prakteknya dibedakan
antara teks-teks sastra dan nonsastra. Teles nonsastra berfungsi dalam
komunikasi praktis, siap dipakai dan dimanfaatkan, sedangkan teks sastra
tidak. Teks-teks sastra merupakan sebuah kebudayaan dan ungkapan nilai-
nilai dan norma-normanya. Kesastraan dalam bahasa Prancis "litteratire,
poeticite", dalam bahasa Rusia "literaturnost. Sifat khas dalam komunikasi
bahasa yang dapat dibedakan dari sifat-sifat lain (pemberitahuan, ajakan)
tetapi berkembang di dalam dan bersama dengan aspek-aspek bahasa lainnya.
Dalam kesastraan perlu dibedakan juga lapisan-lapisan dan taraf-taraf (bunyi
dan arti).2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sastra mengandung
pengertian sebagai berikut:
1 A. Tecu\v, Sastra clan I/mu Sastra Pengantar Teori sastra, (Bandung: Pustaka Jaya, 1984), h. 23
2 Ferli Zulhendri, Karya Sastra dan Sastrawan Jndonesia, (Bandung: Mitra Utama, - 2008), h. 1-2.
10
1. Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa
sehari-hari).
2. Kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain
memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan,
keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan Jirik.
3. Kitab suci (Hindu), (kitab) ilmu pengetahuan.
4. Pustaka, kitab primbon (berisi) ramalan, dan hitungan.
5. Tulisan, huruf.
Sementara penulis sastra atau sastrawan didefinisikan sebagai ahli sastra,
pujangga pengarang prosa dan puisi, dan (orang) pandai-pandai, cerdik
cendekiawan. Bergulimya waktu dan perkembangan zaman yang
menyebabkan terjadinya perubahan-peiubahan nilai, antara lain moral, sosial
dan budaya.3
Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari penggunaan bahasa, keberadaan
bahasa dalam karya sastra dianggap sebagai gejala yang tidak siap pakai,
tetapi harus diolah, dikembangkan, diakrabi, dibongkar, dan dihidupkan
dengan pengalaman dan pengetahuan. Gaya (style) sangat diperlukan sebagai
wahana pemilihan kata, perangkaian kata-kata, dan kalimat dalam satuan teks
sebagai upaya memberi efek keindahan bentuk, memperjelas dan memperkaya
isi, dan mengkhaskan ciri. Peranan gaya dalam karya sastra tidak dapat
dipandang dengan sebelah mata. Keberadaannya perlu dipertimbangkan
sebagai unsur pembangun keutuhan estetis dan makna karya sastra.4
Gaya dibagi menjadi gaya konseptual dan gaya indrawi, gaya ringkas
dan gaya bertele-tele, merendahkan atau melebih-lebihkan, jelas atau kabur,
tenang atau menggebu-gebu, tinggi atau rendah, dan sederhana atau berbunga-
bunga. Berdasarkan hubungan antarkata, gaya diklasifikasikan menjadi gaya
tegang atau lepas, plastik atau musikal, halus atau kasar, dan tidak berwama
atau berwama-wami. Berdasarkan kaitan kata dengan sistem total bahasa,
3 Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. II, h. !.
4 Sainul Hennawan, Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel, (Kalimantan: Thura Media, 2009), h. 22
224.
423
l l
gaya dibagi menjadi gaya lisan atau tulisan, klise atau unik, dan berdasarkan
hubungan kata dengan pengarangnya, ada yang objektif dan subjektif.5
Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh
seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok
penulis sastra, dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulis atau lisan.6 Gaya adalah cara pengungkapan dalam prosa atau
puisi. Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk
kalimat, dan bentuk paragraf. Pendeknya, setiap aspek bahasa pemakaiannya
oleh penulis, langgam. 7
Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu.
Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi
menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan. Salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk menjadikan
pesan yang disampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut
karena gaya bahasa memiliki efek tertemu pada pendengar atau pembaca.
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
merupakan cara pengungkapan yang khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan yang meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, dan
bentuk paragraf. Fungsi penggunaan gaya bahasa ialah agar pesan yang
disampaikan lebih mengena kepada pembaca.
Gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan tidak luar biasa tetapi unik
karena selain dekat dengan watak danjiwa penyair juga membuat bahasa yang
digunakannya berbeda dalam makna. Gaya bahasa seorang pengarang dapat
mengekalkan pengalaman rohaninya dan penglihatan batinnya, serta
menyentuh dan menggelitik hati pembacanya.
Gaya bahasa berasal dari dalam batin seorang pengarang, maka gaya
bahasa yang digunakan dalam karyanya secara tidak langsung
5 Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h.
6 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 422-
7 Abdul Rozak Zaidan, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta; Balai Pustaka, 2007) h. 76,
12
menggambarkan sikap atau karakteristik pengarang. Pengarang yang
melankolis memiliki gaya bahasa yang romantis dan beralun-alun, pengarang
yang sinis memiliki gaya bahasa sinis dan ironis, sedangkan pengarang yang
gesit dan Iincah memiliki gaya bahasa yang hidup dan Iincah.8
Selain keindahan bahasa dan pesan yang mengandung pendidikan moral
menjadi ciri khas karya sastra, terdapat ciri-ciri lain yang dapat diamati dalam
sebuah karya sastra terutama dalam penggunaan bahasa, yaitu: Ragam bahasa
yang digunakan dalam karya sastra tidak sepenuhnya bahasa baku. Hal ini
disebabkan sastra sangat mementingkan pesan/ide dan keindahan. Ragam
bahasa atau pilihan katanya sering bermakna konotatif atau ambiguitas.
Kosakata yang digunakan dalam karya sastra disesuaikan dengan bahasa latar
atau Iingkungan. Dalam karya sastra tergambar pengalaman hidup
pengarangnya.
Gaya adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik Iisan maupun
tulisan. Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan.
Karya seni adalah keindahan itu sendiri, tidak ada karya seni tanpa keindahan.
Proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh penulisnya. Dalam rangka
memperoleh aspek keindahan secara maksimal, untuk menemukan satu kata
atau kelompok kata yang dianggap tepat, penulis melakukannya secara
berulang-ulang.
Peranan bahasa yang membedakan antara gaya dan gaya bahasa dapat
dilihat pada peristiwa dalam kegiatan sehari-hari yang tidak berulang,
sehingga kehidupan sehari-hari tidak memilki plot. Sebaliknya dalam karya
sastra, dengan medium bahasa peristiwa disusun kembali. Penyusunan
kembali pada gilirannya menghasilkan alur yang berbeda, penyusunan
tersebut akan menghasilkan keindahan. Gaya digunakan dalam pengertian
umum, sedangkan gaya bahasa secara khusus menyangkut bidang pemakaian
bahasa.
8 Atar Semi, Anatomi Sas/ra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 49-50
13
Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan
maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan.
Pada umumnya majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: majas
penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Secara tradisional
majas-majas inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Menurut teori sastra
kontemporer majas hanyalah sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas
merupakan penunjang, unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya
bahasa. Dapat disimpulkan, baik gaya maupun gaya bahasa jauh lebih luas
dibandingkan dengan majas.
Gaya bahasa juga meliputi cara-cara penyusunan struktur intrinsik secara
keseluruhan, seperti: plot, tokoh, kejadian, dan sudut pandang. Dalam karya
sastra jelas yang paling berperanan adalah gaya bahasa, cara-cara penggunaan
medium bahasa secara khas sehingga tujuan dapat dicapai secara maksimal.
Gaya lebih banyak berkaitan dengan karya seni nonsastra, sedangkan majas
!ebih banyak berkaitan dengan aspek kebahasaan. Dalam hubungan ini tujuan
yang dimaksudkan meliputi aspek estetis, etis, dan pragmatis. Sebagai
pendukung gaya bahasa, jenis majas yang paling dominan adalah penegasan.
Untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan, majas yang paling Iuas adalah
majas repetisi. Karya sastra adalah representasi kemampuan manusia untuk
meresepsi keseluruhan aspek kehidupan dengan cara membandingkan.
Gaya berarti cara tampil atau cara menampilkan diri. Bahasa berfungsi
sebagai media atau perantara, secara keseluruhan pengertian gaya bahasa
adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Dari gaya bahasa akan terlihat
keadaan pribadi seseorang, gaya bahasa yang baik akan baik pula penilaian
seseorang terhadapnya. Tarigan mengemukakan bahwa gaya bahasa ialah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).9
Gaya bahasa berkaitan era! dengan bahasa, dengan sendirinya segala
unsur kebahasaan akan terkait di dalamnya. Unsur kebahasaan itu antara lain:
pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Gaya bahasa dapat dikatakan baik
9 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia Untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), him. 114
15
demikian adalah teks itu sendiri. Dapat disimpulkan sastra sebagai 'dunia
dalam kata'. Karya sastra adalah seni bahasa sebab dalam membangun
dunianya karya sastra menggunakan medium bahasa. Fungsi utama karya
sastra adalah sebagai alat komunikasi, dalam ha! ini menghubungkan intens
pengarang kepada masyarakat pembaca. Tidak ada karya sastra yang semata-
mata ditulis untuk memenuhi kepuasaan batin penulis.11
2.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa
Menurut Nyoman Kutha Ratna gaya bahasa dibagi menjadi 4 (em pat)
yaitu gaya bahasa penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran.
1. Gaya Bahasa Penegasan
Gaya bahasa penegasan adalah gaya bahasa yang menglang kata-
katanya dalam satu baris kalimat. gaya bahasa penegasan meliputi:
antiklimaks, klimaks, paralelisme, dan repetisi.
a. Antildimaks
Antiklimaks merupakan gaya bahasa yang gagasan-gagasannya
diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang
penting. 12 Antiklimaks merupakan kebalikan gaya bahasa klimaks
yaitu su~tu pemyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun
dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.13 Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antiklimaks adalah gaya
bahasa yang menyatakan beberapa ha! secara berturut-turut, makin
lama makin menurun (lemah).
b. Klimaks
Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nrutan-
urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya
dari gagasan-gagasan sebelumnya.14 Klimaks adalah gaya bahasa yang
11 Nyoman kutha Raina. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 14
12 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Grarnedia Pustaka Utama, 2004), h. 125.
13 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 123. 14 Keraf, op. cit . h. 124.
17
a. Alegori
Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu
dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.18 Alegori yaitu
pemakaian beberapa kiasan secara beruntun, semua sifat yang ada pada
benda itu dikiaskan.19 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
alegori adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai lambang untuk
mendidik dan menjelaskan sesuatu.
b. Alusio
Alusio adalah acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan
antar orang, tempat, atau peristiwa.20 Alusio adalah gaya bahasa yang
menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh yang
telah umum dikenal/diketahui orang. Dengan menyebut suatu nama
atau suatu peristiwa, orang akan tahu apa yang dimaksudkan. Badudu
menjelaskan bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan
pribahasa atau kiasan yang sudah diketahui umum. Dua pengertian itu
mempunyai persamaan, yaitu menyebutkan sesuatu yang telah
diketahui oleh umum. Dengan menyebut hal itu orang akan tahu apa
yang dimaksudkannya.21 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang
berkaitan dengan peristiwa umum yang terjadi.
c. Asosiasi/Perumpamaan
Perumpamaan adalah padanan kata atau simile yang berarti
seperti. Perumpamaan adalah perbandingan dua ha! yang pada
hakikatnya berlainan akan tetapi sengaja dianggap sama. Jenis gaya
bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, ibarat, bak, penaka,
sebagai, umpama, laksana, dan serupa.22 Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa asosiasi/perumpamaan adalah gaya bahasa yang
membandingakan antara satu . hal dengan hal yang lain dengan
18 Keraf, op. cit., h. 140. 19 Semi, op.cit., h. 51. 20 Keraf, op. cit.., h. 141. 21 Suroto, op. cit., h. 126 22 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 115-116
19
statement, but by a sudden perception of an objective relation. The complex idea is translated into a simple concrete equivalent. 29
Metafora adalah proses sebaliknya: itu adalah sintesis dari pengamatan beberapa unit, itu adalah ekspresi dari sebuah ide yang kompleks, tidak dengan analisis, atau dengan pemyataan abstrak, tetapi oleh persepsi tiba-tiba sebuah hubungan objektif. Ide kompleks diterjemabkan menjadi sederhana.
A theory of metaphor should at least explain the difference between metaphors and tehir close kin, similes, what kind of linguistic act a metaphorical utterance is, and how it comes about that some metaphors, declining into dead metaphors, are eventually embalmed as additional senses of words. 30
Sebuah teori metafora setidaknya harus menjelaskan perbedaan antara metafora dengan gaya bahasa yang lain, perumpamaan, tindakan linguistik, ucapan metaforis, dan beberapa metafora, menurun menjadi metafora, pada akhimya
". sebagai tambahan kata.
Dari definisi tersebut dap(lt disimpulkan bahwa metafora adalah
gaya bahasa yang membandingkan dua ha! secara implisit dalam
bentuk yang singkat dan padat.
g. Metonimia
Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan
sebuah kata untuk menyatakan suatu ha! lain karena mempunyai
pertalian yang sangat dekat.31 Metonimia adalah gaya bahasa yang
menggunakan nama barang, orang, ha! atau ciri sebagai pengganti
barang itu sendiri.32 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang berkaitan
dengan hal-hal pembuat atau merk dagang benda itu.
h. Personifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak
29 Paul C. Wormuth, Modern Essays On Writing And Style, (New York: United States of America, 1966), h. 115.
30 Christopher New, Philosophy of Literature, (New York: Routledge, 2007), h. 81. 31 Keraf, op. cit., h. 142 32 Suroto, foe. cit.
138.
20
bemyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.33 Personifikasi atau
penginsanan adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insan
pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang
abstrak.34 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa personifikasi
adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda mati yang memiliki
sifat seperti manusia.
i. Simile
Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau langsung
menyatakan sesuatu sama dengan ha! yang lain.35
Simile and metaphor differ only in degree of stylistic refinement. The simile, in which a comparison is made directly between two objects, belongs to an earlier stage of literary axpression: it is the deliberate elaboration of a correspondence, often persued for its own sake. But a metaphor is the swift illumination of an aquivalence. Two images, or an idea and an image, stand equal and opposite; clash together and respond significantly, surprising the reader with a sudden light.36
Simile dan metafora hanya berbeda dalam derajat perbaikan gaya. Simile, di mana perbandingan yang dibuat langsung antara dua benda, termasuk tahap awal ekspresi sastra: itu adalah penjabaran sengaja korespondensi, sering digunakan untuk kepentingan diri sendiri. Metafora adalah suatu kesetaraan. Dua gambar, atau ide dan gambar, berdiri sama dan berlawanan, berbenturan bersama-sama dan menanggapi secara signifikan, mengejutkan pembaca secara tiba-tiba
The theory that the simile is the metaphorical meaning is thus left unsupported even if, as I think we should not, we believe the metaphor does have a metaphorical meaning in the sense intended. 37
Teori bahwa simile adalah makna metaforis tidak didukung karena metafora tersebut tidak memiliki makna kiasan dalam arti yang dimaksudkan
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa simile adalah
gaya bahasa yang membandingkan dua ha! yang berbeda, tetapi
33 Keraf, foe. cit. 34 Suroto, foe. cit. 35 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004) h.
36 Wermuth, op. cit., h. 117. 37 New, op. cit., h. 85
22
yang berlawanan dalam frase a tau kalimat yang sama. 42 Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa oksimoronn adalah gaya bahasa
yang mengungkapkan dua maksud yang berlawanan di dalam sebuah
kalimat.
d. Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang ada dengan fakta-fakta yang ada.43 Paradoks adalah
gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-
fakta yang ada. Maksudnya bahwa pertentangan yang ada dalam
kalimat itu memang benar dan bisa terjadi dalam kenyataan.44 Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa paradoks adalah gaya
bahasa yang mengandung seolah-olah bertentangan, tetapi sebenarnya
tidak bertentangan karena objek atau keadaan yang dipertentangkan
memang berbeda.
4. Gaya Bahasa Sindiran
Gaya bahasa sindiran atau ironi adalah suatu acuan yang ingin
mengatakan sesuatu dengan maknaatau maksud berlainan dari apa yang
terkandung dari rangkaian kata-katanya. Gaya bahasa sindiran meliputi:
ironi, sarkasme, dan sinisme.
a. Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya
bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Majas ini
dikategorikan sebagai majas sindiran.45 Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa ironi adalah gaya bahasa yang bermakna tidak
sebenarnya dengan tujuan untuk menyindir.
42 Suroto, op. cit., h. 120 43 Keraf, op. cit., h. 136. 44 Suroto, op. cit., h. 123 45 Suroto, op. cit., h. 123
23
b. Sarkasme
Sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang
mengandung kepahitan dan celaan yang getir.46 Sarkasme adalah
sejenis majas yang mengandung olok-olok atau sindiran yang pedas
dan kasar. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang kasar dan
tidak enak didengar. 47 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
sarkasme adalah gaya bahasa penyindiran dengan menggunakan kata-
kata yang kasar dan keras.
c. Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa sebagai suatu sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan
dan ketulusan hati.48 Sinisme adalah gaya bahasa yang merupakan
sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap
keikhlasan atau ketulusan hati. Seolah-olah menyanjung/memuji
seseorang, akan tetapi sebenamya pujian itu hanya menyindir atau
menyangsikannya.49 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
sinisme adalah gaya bahasa yang bertujuan menyindir, memiliki
kesangsian di dalamnya.
2.3 Pengertian Novel
Karya sastra adalah hasil pemikiran tentang kehidupan. Sebuah
karya sastra merupakan karya besar kalau ia berhasil menyajikan
pemikiran besar mengenai manusia. Kesusastraan bertindak lain dalam
mewujudkan hasil pemikirannya dibandingkan dengan ilmu. Novel
menyajikan basil pemikirannya melalui wujud penggambaran
pengalaman konkrit manusia dalam bentuk cerita yang cukup panjang.
Novel adalah usaha menggambarkan, mewujudkan, mengkonkritkan
pengalaman subjektif seseorang. Penting tidaknya sebuah karya novel
46 Keraf ,op. cit h. 143 47 Suroto, foe. cit. 48 Keraf, op. cit. 49 Suroto, op. cit., h. 125
23.
24
ditentukan oleh penggambaran pengalaman manusia di dalamnya.
Dengan sendirinya novel harus tampil dalam bentuknya yang estetis,
indah dan mempesona sehingga menyenangkan untuk diikuti.50
Ada pengarang yang tidak suka menulis cerita yang panjang-
panjang dan kesenangannya adalah menyusun suatu kejadian atau
pengalaman dalam suatu kisah yang tidak menguraikan sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan pelaku dalam roman yang panjang lebar. Kejadian
itu berakhir dengan lancar karena yang dipentingkan hanya kejadian
pokok saja. Bentuk kesusastraan semacam ini disebut novel. Novel
berasal dari bahasa Italia novella yang berarti kabar, pemberitahuan.51
Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.52 Novel termasuk
jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang
menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang
dan menganduug nilai kehidupan, diolah dengan teknik lisahan dan
ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Dalam perkembangan
sastra Indonesia, istilah roman yang dulu diambil dari sastra Belanda
mulai digantikan dengan istilah novel yang lazim dalam sastra Anglo
Saxon. Sekarang kedua istilah itu tidak dibedakan.53
Abrams berpendapat, kata novel berasal dari bahasa Itali novella
yang secara harfiah berarti 'sebuah barang baru yang kecil', dan
kemudian diartikan sebagai 'cerita pendek dalam bentuk prosa' .54
Dalam bahasa Latin kata novel berasal novel/us yang diturunkan pula
50 Jakob Sumarjo, Novel Populer Indonesia, (Yogyakarta: CV Nur Cahaya, 1982), h. 22-
51 Simorangkir Simandjuntak, Kesusasteraan Indonesia, (Jakarta: PT Pembangunan, 195 I), cet. XI, h. 90-91.
52 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 969. 53 Abdul Rozak Zaidan, dkk. Kamus lsti/ah Sastra. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 136-
137 54 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h. 9
164.
25
dari kata navies yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan
denganjenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian.55
Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.56 Novel
yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih
tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas
mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa
fragmen dan patut ditinjau kembali.
Batos berpendapat, novel merupakan sebuah roman, pelaku-
pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah
adegan ke sebuah adegan yang lain, dari suatu tempat ke tempat yang
lain.57 Novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung
nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari
sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk .nonfiksi atau dokumen-dokumen,
sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis.58 Dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam
kedudukan yang berbeda. Jassin membatasi novel sebagai suatu cerita
yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak
mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang
dan lebih mengenai sesuatu episode.59 Mencermati pemyataan tersebut,
pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara
mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.
Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin
menikmati cerita yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan
mendapatkan kesan secara umum dan bagian cerita tertentu yang
menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu panjang yang dapat
diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap kali membaca
55Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1984), h.
56 M. Alar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 32 57 Tarigan./oc. Cit. 58 Nurgiyantoro, op. cit., h. 15. 59 lbid,h. 16.
27
ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan dan tata
nilai yang dianut masyarakat.62 Pada pembahasan ini penulis hanya
akan membahas unsur intrinsik, unsur intrinsik terdiri dari:
1. Terna
Kata terna sering disamakan dengan pengertian topik, padahal
kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik
berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalarn
suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan terna
merupakan tulisan atau karya fiksi.63 Terna adalah pokok pikiran atau
pokok persoalan yang hendak disarnpaikan oleh pengarang kepada
pernbaca rnelalui jalinan cerita. Terna suatu cerita dapat diketahui
setelah rnernbaca cerita dan rnenganalisisnya.64 Terna adalah gagasan,
ide, pikiran utarna, atau pokok pernbicaraan di dalarn karya sastra yang
dapat dirurnuskan dalarn kalirnat pernyataan. Terna dibedakan dari
subjek atau topik.65 Dari beberapa definisi tersebut dapat disirnpulkan
bahwa tema adalah gagasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang
rnenjadi dasar suatu cerita.
2. Alur (Plot)
Alur/plot adalah unsur struktur yang berwujud jalinan peristiwa di
dalarn karya sastra yang rnernperlihatkan kepaduan (koherensi tertentu
yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, terna,
atau ketiganya.66 Plot rnerupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu
sebagairnana yang terlihat dalarn pengurutan dan penyajian berbagai
peristiwa tersebut untuk rnencapai efek emosional dan efek artistik
tertentu.67 Alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha
mernecahkan konflik yang terdapat di dalamnya.68 Dari definisi tersebut
62 Ibid 63 Ibid, h. 42 64 Suroto, op. cit., h. 88 65 Zaidan, op. cit., h. 204 66 Zaidan, op. cit.) h. 26 67 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 2005), cet. 5, h. 113. 68 Semi, op. cit,. h. 43.
28
dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang
membentuk cerita.
Tasrif dalam Mochtar Lubis membedakan tahapan alur menjadi
lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, yaitu tahap yang berisi pelukisan
dan pengenalan situasi Iatar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap pemunculan
konflik, yaitu masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap peningkatan
konflik, yaitu konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya
semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap
klimaks, yaitu konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi
mencapai titik intensitas puncak. Tahap penyelesaian, yaitu konflik yang
telah mencapai klimaks diberi penyelesaian danjalan keluar.69
3. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita
rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara
sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Tokoh cerita biasanya
mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh
pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran
mengenai tindak-tanduk, ucapan, atau sejalan tidaknya antara apa yang
dikatakan dengan apa yang dilakukan.70 Penokohan adalah bagaimana
pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita dan bagaimana tokoh-
tokoh tersebut. Pertama berhubungan dengan teknik penyampaian, dan
yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang
ditampilkan.71 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
tokoh, watak, dan penokohan adalah unsur cerita yang dapat menentukan
unsur-unsur plot, suasana, dan tema .
69 Nurgiyantoro, op.cit., h. 149-150 70 Semi, op. cit., h. 37. 71 Suroto, op. cit., h. 92.
. -PEFZPUSTM.~-"
I UIN SY .. \! ---- ---- ____________ ______,
118.
29
4. Latar Cerita (Setting)
Latar adalah waktu, suasana, dan tempat terjadinya lakuan di
dalam karya sastra atau drama, dekor pemandangan yang dipakai di
dalam pementasa drama seperti pengaturan tempat kejadian,
perlengkapan, dan pencahayaan: tataan. 72 Latar atau setting adalah
penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya
peristiwa. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan.73
Latar cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk dalam
latar tempat atau ruang yang diamati.74 Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang
terdapat dalam suatu cerita.
5. Titik Pandang/Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang digunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca.75 Sudut pandang adalah posisi dan penempatan diri
pengarang dalam cerita, atau darimana ia melihat peristiwa-peristiwa
terutama yang menyangkut diri tokoh. 76 Sudut pan dang adalah
kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang
menempatkan dirinya dalam cerita, ia terlibat di dalam cerita atau hanya
mengamati dari luar. 77 Dari beberapa definisi terse but dapat disimpulkan
bahwa titik pandang/sudut pandang adalah posisi pengarang dalam suatu
karya sastra.
6. Gaya Bahasa
Gaya merupakan cara pengungkapan dalam prosa atau puisi.
Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk
72 Zaidan, Abdul Rozak, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.
73 Suroto, op. cit., h. 94 74 Semi, op. cit., h. 46 75 Nurgiyantoro, op. cit., h. 248. 76 Semi, ibid, h. 57. 77 Suroto, op. cit., h. 96.
30
kalimat, bentuk paragraf, pendeknya setiap aspek bahasa pemakaiannya
oleh penulis; langgam. 78 Ga ya bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis.79 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
gaya bahasa adalah cara atau teknik yang digunakan pengarang untuk
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang
indah dan harmonis, serta menciptakan nuansa makna.
7. Amanat
Amanat merupakan ajaran yang ingin disampaikan pengrang.
Unsur ini dapat dikatakan sebagai unsur pendidikan moral. Penyampaian
amanat tentunya tidak secara langsung sehingga baru dapat ditangkap
pembaca setelah membaca seluruh cerita. 80 Amanat adalah pesan
pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang
disampaikan melalui karyanya. 81 Dari definisi terse but dapat
disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang
kepada pembaca baik secara tersurat maupun tersirat.
2.5. Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran
bahasa, pembelajaran sastra tidaklah dapat disamakan dengan
pembelajaran bahasa. Perbedaan hakiki antara keduanya terletak pada
tujuan akhimya. Tujuan pembelajaran bahasa di sekolah adalah agar siswa
terampil berbahasa, sedangkan tujuan pembelajaran sastra pada dasamya
mengembangkan misi apektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan
menjadikannya lebih tanggap terhadap alam sekitar dan lingkungannya. 82
78 Zaidan, op. cit., h. 76 79 Suroto, op. cit., h. 114. 80 P. tukan, Mahir Berbahasa Indonesia 3, (Jakarta: Yudhistira, 2006), h. 73. 81 Zaidan, op. cit., h. 27 82 Ahmad Bahtiar, "Apresiasi Sastra di Seka/ah: Menyenangkan dan Memberikan
Pengalaman Balin Siswa," makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 29 Oktober 2011.
32
intelektual dan imajinatif. Kaya sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati,
dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan.
Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu
diekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat
diproduksi dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat
produktif-apresiatif. Konsekuensinya, pengembangan materi
pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran harus menekankan
pada kegiatan apresiatif.
Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha
untuk membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu
menunjukkan hasil belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide
baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru,
membangun susunan baru, memecahkan masalah dengan cara-cara baru,
dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-karya yang
unik.
Potensi individu seperti itu menurut para ahli pendidikan akan
berkembang jika mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai
percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada
pengembangan ide-ide barn, bahkan melakukan ha! yang tidak dapat
dilakukan orang sebelumnya. Semua potensi dikembangkan melalui
pengulangan yang variatif sehingga terbentuk mutu keterampilan yang
terasah. Mengembangkan potensi pribadi imajinatif, kreatif,
33
kompetisi. Individu secara terus menerus dikembangkan dalam kerja
sema kelompok. Sejalan dengna itu, pembelajaran memerlukan berbagai
pendekatan khusus, seperti menerapkan pendekatan intelektual,
imajinatif, kreatif, produktif, kolaboratif, kompetitif dan menggunakan
teknologi.
2.6 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang mengangkat ientang novel k:hususnya tentang gaya
bahasa telah dilak:uk:an oleh beberapa peneliti. Ada beberapa penelitian
yang mengangk:at tentang gaya bahasa, misalnya skripsi Puji Mawarti. A.
310 050 104. Kajian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Skripsi. Surak:arta: Fak:ultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009. Skripsi saudari
Puji Mawarti berbeda dengan skripsi penulis, jika yang dilakukan saudari
Puji Mawarti adalah menganilis gaya bahasa Metafora, sedangkan penulis
menganalisis jenis gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Laskar
Pelangi, tidak hanya gaya bahasa metafora.
Novita Rihi Amalia. K 1206005. Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-
Nilai Pendidikan Novel Sang Peinimpi Karya Andrea Hirata.Skripsi.
Surak:arta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidik:an. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Agustus 2010. Skripsi saudari Novita Rihi Amalia
berbeda dengan skripsi peneliti, jika yang dilakukan saudari Novita Rihi
Amalia adalah mengangkat analisis gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, sedangkan peneliti mengangkat
analisis gaya bahasa novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Skripsi Sugeng Rianto (2011) yang berjudul Analisis Penggunaan
Gaya Bahasa Cerpen "Terima Kasih, Bu Tuti!" Karya Darwis Khudori.
Saudara Sugeng Rianto menaganalisis gaya bahasa cerpen yang berjudul
Terima Kasih Bu Tuti, sedangkan penulis menganalisis gaya bahasa novel
Laskar Pelangi, berbeda dari objek:yang dianalisis, yaitu antara novel dan
cerpen. Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya masih memungkinkan
34
bagi peneliti untuk menulis skripsi dengan judul "Analisis Gaya Bahasa
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata serta Implikasinya dalam
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA".
BABIII
PROFIL ANDREA HIRATA
3.1 Profil Andrea Hirata
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitong 24 Oktober
1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman
Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang
termasuk miskin dan letaknya terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah
desa dengan segala keterbatasan cukup mempengaruhi pribadi Andrea sejak
kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di
sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Nama Andrea
Hirata sebenamya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak
Jahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tidak cocok dengan nama
tersebut, Andrea menggantinya dengan Wadhud. Ia masih merasa terbebani
dengan nama itu, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata
Seman Said Harun sejak ia remaja.
Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang
sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia
juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya. Seperti yang
diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di
sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir
rubuh. Sekolah yang bemama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea
cukuplah memperihatinkan. Ketiadaan biaya, membuatnya terpaksa
bersekolah di sekolah yang bentuknya Jebih mirip sebagai kandang hewan
temak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tidak nyaman, Andrea
tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu
pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan
Laskar Pelangi. Di SD Muhamadiyah, Andrea bertemu dengan seorang guru
yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah.
Novel Laskar Pelangi dipersembahkan untuk Bu Muslimah.
Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah
36
sebelas orang itu temyata sangat berarti bagi kehidupan Andrea. Perubahan
dalam kehidupan Andrea diakuinya tidak lain karena motivasi dan hasil
didikan Bu Muslimah. Sebenamya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang
dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tidak berhak untuk bersekolah di
sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai
rendahan.
Novel yang ditulis Andrea merupakan memoar tentang masa kecil
yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang. Tentang sosok Bu
Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat
menginspirasi hidupnya. Perjuangan untuk mempertahankan sekolah yang
hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidupnya. Berkat Bu
Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu
menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tidak
heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu
inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea
karena sosok Bu Muslimah.
Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi
penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang
guru. Sejak saat itu, Andrea tidak pernah berhenti mencoret-coret kertas
untuk belajar menulis cerita. Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung
halamannya, Andrea memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta. Saat itu,
keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan
melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke
Jakarta.
Saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari nahkoda
untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai dibandingkan di
pusat kota Jakarta. Berbekal saran tersebut, ia menumpang sebuah bus agar
sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus mengantarkannya ke Bogor.
Akhirnya Andrea memulai kehidupan baru di kota hujan tersebut. Beruntung
bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat
38
Walaupun SD Muhammadiyah tidak dipedulikan oleh orang lain,
namun di sana terdapat seorang siswa yang memiliki otak brilian. Lintang,
anak laki-laki keturunan orang cerdas. Jarak yang jauh dari rumahnya ke
sekolah, harus menunggu buaya pergi, dan sendalnya hangus karena
mengayuh sepeda tidak membuat semangatnya patah untuk menuntut
ilmu.
Awalnya Las/car Pelangi memiliki sepuluh orang anggota, namun
menjadi 11 orang ketika Flo datang. Flo dulunya bersekolah di sekolah PN
(Perusahaan Negara) milik PN Timah. Mahar seorang anak laki-laki yang
tampan seperti halnya Trapani dan pintar seperti halnya Lintang. Mahar
seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang
imajinatif, tidak logis, kreatif dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya,
namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam
karnaval 17 Agustus dengan menjadi koreografer dalam koreografi massal
suku Masai dari Afrika, yang diciptakannya.
A Kiong selalu berdebat dengan Sahara. Sahara adalah seorang gadis
berjilbab dan keras kepala. Sahara sering mendengarkan cerita Harun,
seorang anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa yang selalu
menceritakan tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak
tiga, semua anaknya berbelang tiga. Berbeda dengan Syahdan, ia selalu
menerima perintah, !erasing, serta kambing hitam dalam setiap akar
persoalan. Lalu ada Trapani, seorang anak yang hidup tanpa kehadiran
seorang ayah, Trapani hanya hidup bersama ibunya. Ada pula Samson,
seorang anak lakJ-laki bertubuh tinggi dan besar. Samson memiliki obsesi
untuk memiliki tubuh yang macho dan gagah, hal itu diawali dengan
pertemuannya dengan sebuah botol yang memiliki gambar lelaki berotot.
Kucai selalu menjadi ketua kelas, walaupun Kucai sendiri pesimis
terhadap tanggung jawab menjadi seorang ketua kelas.
Konflikpun dimulai ketika hal tragis yang dialami Lintang. setelah
putus sekolah Lintang menjadi seorang supir truk pasir di bedeng kuli.
Walaupun begitu, Lintang telah berhasil mewujudkan impian ayahnya
39
yaitu agar Lintang tidak memiliki pekerjaan yang sama seperti ayahnya
sebagai seorang nelayan. Ketragisan kisah antara anak dan ibu, Trapani
dengan ibunya yang tinggal di rumah sakit jiwa Sungai Liat yang disebut
Zaal Batu, dikarenakan perilaku mother complex yang sangat ekstrem.
Namun akhirnya Trapani dan ibunya dapat keluar karena mengalami
kemajuan.
Kebahagian menyelimuti A Kiong yang telah menjadi seorang
penganut agama Islam dan memiliki nama baru Nur Zaman. Nur Zaman
menikah dengan Sahara musuh semasa kecilnya. Mereka memiliki 5 anak
dan membuka toko kelontong dengan judul Sinar Perkasa. Mereka
mempekerjakan sabahat mereka yaitu Samson. Jika waktu luang mereka
bertiga mengunjungi Harun.
Syahdan, pria liliput putra seorang nelayan, jebolan sekolah gudang
kopra Muhammadiyah telah menduduki posisi sebagai Information
Technology Manager di sebuah perusahaan multinasional terkemuka yang
berkantor pusat di Tangerang. Dari sudut pandang material Syahdan
adalah anggota Laskar Pelangi yang paling sukses. Namun Syahdan tidak
pemah menyerah pada cita-citanya untuk menjadi aktor sungguhan. Kucai
yang
BAB IV
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN GAYA BAHASA NOVEL LASKAR
PELANGI KARY A ANDREA HIRATA
4.1 Anilisis Unsur Intrinsik Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
4.1.1 Terna
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah
karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur
semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-
perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya
yang bersangkutan menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik,
dan situasi tertentu. 1 Sebuah tema akan menjadi makna cerita jika ada
keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Unsur-unsur tokoh
dan penokohan, plot, latar, dan cerita akan bermakna jika diikat oleh
sebuah tema. Dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh (utama) cerita
bertugas menyampaikan tema yang dimaksudkan oleh pengarang.
Cara mengetalrni tema dalam sebual1 prosa fiksi yaitu dengan
jalan menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Awai kisah Laskar
Pelangi dimulai dengan perjuangan untuk mendapatkan sepuluh murid
baru oleh dua orang guru di SD Mullammadiyah untuk
mempertahankan kelangsungan eksistensi SD Muhammadiyah di
Belitong.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan dalam novel Laskar Pelangi,
sebagai berikut:
Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena Pengawas Sekolal1 dari Depdikbud Sumsel telal1 memperingatkan bal1wa jika SD Mullammadiyah hanya mendapat murid barn kurang dari sepulull orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang Bu Mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka alcan tamat
1Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University ,....,..,.. ~- ~ r~
41
riwayatnya, sedangkan para orang tua cemas karena biaya, dan kami, sembilan anak-anak kecil ini yang terperangkap di tengah cemas kalau-kalau kami takjadi sekolah.2
Kutipan di atas menggambarkan suasana yang tidak
menyenangkan yang dialami oleh Pak Harfan, Bu Muslimah, para
orang tua, dan sembilan murid baru. Pak Harfan cemas karena 30
tahun pengabdiannya sebagai kepala sekolah akan berakhir, apabila
murid baru kurang dari sepuluh orang. Bu Mus sangat khawatir karena
lima tahun pengabdiannya di sekolah yang ia cintai juga akan berakhir.
Para orang tua resah memikirkan biaya sekolah, mereka beranggapan
bahwa menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada biaya
selama belasan tahun, lebih baik anak-anak mereka diserahkan kepada
tauke pasar atau menjadi kuli kopra. Sembilan siswa baru kecewa
karena semangatnya untuk bersekolah tidak akan terlaksana.
Kemudian penggan1baran keadaan SD Muhammadiyah yang
memprihatinkan. Pada bab 4, dilukiskan penggambaran perjuangan
seorang guru dalam membangkitkan semangat pendidikan di SD
Muhammadiyah Belitong. Pengarang juga menekankan pada
pengkotak-kotakan di dalam meraih sesuatu yang lebih baik, baik itu
pendidikan maupun pola hidup di Belitong dikarenakan adanya sebuah
PN Timah. Untuk pendidikan Hirata menggambarkan perbedaan yang
sangat menonjol dalam sarana maupun sarana belajar untuk meraih
cita-cita, antara sekolah PN dengan SD Muhammadiyah.
Hal yang menaltjubkan dalam novel ini bahwa dalam setiap bab
menunjukkan peristiwa yang mengejutkan, contohnya pengarang
menampilkan beberapa tokoh yang mempunyai semangat belajar yang
tinggi dengan disertai bakat mereka yang sangat luar biasa. Salah
satunya adalah Lintang.
'Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2007), h. 4.
43
cita-citanya. Kemiskinan bukan halangan, para tokoh Laskar Pelangi
adalah orang-orang yang mampu belajar membaca potensi dirinya.
Selain itu masalah yang mendasar sekali adalah pendidikan agama
dijadikan sebagai dasar kita untuk berjuang. Bukankah di dalam Islam
dianjurkan untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukankah belajar itu
ibadah, ikhtiar itu juga ibadah, dan keikhlasan perlu ditanamkan
kepada para guru dan pelajar di dalam melaksanakan proses
pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel Laskar Pelangi
adalah semangat perjuangan YZ!ng disertai dengan keikhlasan sebelas
orang anggota Laskar Pelangi dalam menempuh pendidikan. Mereka
dengan segala kekurangan, keterbatasan, dan pantang menyerah dalam
menuntut ilmu, tema novel Laskar Pelangi secara umum adalah
pendidikan.
Hubungan antara tema dengan unsur-unsur lainnya dapat dilihat
dengan jelas dalam novel Laskar Pelangi. Terna pendidikan mampu
menghasilkan amanat yang selaras dengan tema tersebut. Terna
tentang pendidikan dengan sendirinya melahirkan latar/setting berupa
sekolah sebagai fasilitas untuk menjalani proses pendidikan. Terna
juga menghasilkan tokoh seperti seorang guru dengan murid-
muridnya. Selain itu, tema juga menciptakan karakter tokoh yang
mempunyai dedikasi seperti Ibu Muslimah dan karakter Lintang yang
mempunyai semangat yang luar biasa di dalam meraih cita-cita.
Ketika karakter yang beragam itu telah pengarang ciptakan pada setiap
tokoh tentu akan menyebabkan konflik. Konflik ini dengan sendirinya
menciptakan alur. Terakhir semuanya itu akan jelas terlihat dengan
menggunakan gaya bahasa yang digunakan pengarang. Terna
menyebabkan pengarang banyak memakai istilah-istilah di dalam
dunia pendidikan.
44
4.1.2 Alur
Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap kejadian itu
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur sebagai peristiwa-
peristiwa yang ditarnpilkan dalam cerita tidak bersifat sederhana,
karena pengarang menyusun berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur
merupakan cerminan perjalanan tingkah laku para tokoh dalam
bertindak, berpikir berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai
masalah kehidupan.
Alur dibagi menjadi lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, tahap
yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-
tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian
informasi awal yang berfungsi untuk melandastumpui cerita yang
dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap pemunculan konflik yaitu
masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya
konflik mulai dimunculkan. Tahap ini merupakan tahap awal
munculnya konflik dan konflik akan berkembang pada tahap
berikutnya.
Tahap peningkatan konflik yaitu konflik yang telah dimunculkan
pada tahap sebelurnnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang
menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-
konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun kedua-duanya,
pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antarkepentingan,
masalah, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat
dihindari.
Tahap klimaks yaitu konflik atau pertentangan-pertentangan
yang terjadi, ditimpakan kepada tokoh cerita mencapai titik intensitas
puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama
yang berperan sebgai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
45
Tahap penyelesaian yaitu konflik yang telah mencapai klimaks diberi
penyelesaian. Konflik-konflik diberi jalan keluar dan cerita diakhiri.3
Alur Laskar Pelangi bisa dikatakan tersusun sangat rapi dan
maju ke depan, dalam artian peristiwa-peristiwa disusun secara
kronologis berdasarkan waktu kejadiannya, tidak jarang terjadi
pengulangan kembali (Flashback) untuk memperjelas permasalahan
pokoknya. Tiap-tiap peristiwa mempunyai makna dalam fungsinya
untuk meajelaskan konflik-konflik antara pengarang dengan
lingkungannya sehingga te1wujudnya tema yang mendasarinya. Dapat
dikatakan adanya keterjalinan antara penokohan membentuk peristiwa-
peristiwa yang akhirnya membentuk sebuah tema.
Secara ringkas alur Laskar Pelangi dapat dikemukakan sebagai
berikut: Cerita dibuka dengan Pengenalan Situasi, kecemasan seorang
guru dan pe1juangan seorang anak untuk menggapai cita-cita, di dalam
proses perjuangan itu terdapat keterbatasan fisik, baik tertuju kepada
sekolah maupun kepada fisik tokoh, serta keadaan lingkungannya.
Setelah itu, mulailah Pengungkapan Peristiwa awal yang
menimbulkan banyak pertentangan maupun kesukaran-kesukaran bagi
para tokohnya. Tokoh Lintang yang menemui kesukaran seperti
menempuh sekolah yang jaraknya sangat jauh, serta harus bertemu
dengan buaya pada hampir setiap harinya .. Penemuan siswa berbakat
seperti Lintang dan Mahar.
Menuju Pada Adanya Konjlik, ini hanya sebagai contoh kecil
dari keseluruhan konflik yang ditimbulkan. Flo yang ingin menjadi
seperti laki-laki hingga terbentuknya perkumpulan mistis yang terdapat
pertentangan manusia dengan Tuhannya oleh Flo, Mahar, dan tokoh
lainnya. Pengarang mampu melihat realitas yang terjadi di Belitong,
perbedaan yang sangat dominan dari segi sarana dan prasarana.
Terbukti berbagai prestasi yang dihasilkan oleh Lintang dan Mahar
pada acara karnaval 17 agustus dan lomba cerdas cermat, inilah ha!
46
yang paling menegangkan sekaligus membanggakan para orang tua,
guru, dan SD Muhammadiyah.
Konjlik Memuncak ketika peristiwa yang tidak terduga dialami
tokoh Lintang, akhirnya ia harus berhenti sekolah dikarenakan
ayahnya meninggal dan Trapani yang sangat santun kepada orang tua
terutama ibu, akhirnya mengalami sakit jiwa karena ia selalu
ketergantungan kepada ibunya yang digambarkan secara jelas dan
sederhana. Flo, Mahar dan anggotanya yang lain ketika pergi untuk
menemui seorang dukun terkenal yang bemama Tuk Bayan Tula
ternyata harus rela dikecewakan oleh berbagai ilmu mistis yang
mereka pikirkan, ternyata pesan dari dukun itu adalah kalau ingin
pintar harus belajar.
Akhir Cerita, pada bagian ini berisi penjelasaan tentang nasib-
nasib yang dialami para tokoh setelah mengalami peristiwa puncak,
konflik atau pertentangan yang terjadi telah mengantarkan para tokoh
mengalami perubahan nasib. Berawal dari pertentangan itulah, timbul
kesadaran baru, Ikal yang berhasil melanjutkan cita-citanya sekolah ke
luar negeri, menyedihkan untuk Lintang yang jenius temyata sekarang
menjadi pekerja rodi. Mahar dan Flo yang insyaf, Flo menempuh
perguruan tinggi di FKIP Universitas Sriwijaya. Setelah lulus ia
menjadi guru TK di Tanjong Pandan.4
Mahar sibuk mengajar dan mengorganisasikan berbagai kegiatan
budaya, 5 A Kiong masuk agania Islam dan menjadi seorang muslim
yang taat.6 Sahara dan A Kiong akhimya menikah.7 Syahdan yang
menemukan keahliannya di bidang komputer. Ia mendapatkan
beasiswa ke Kyoto University Jepang dan akhirnya menduduki posisi
sebagai /reformation technology manager di sebuah perusahaan
4 Hirata, Op. Cit., h. 473-474. 5 Ibid, h. 477. 6 Ibid, h. 464-465. 7 Ibid, h. 467.
47
multinasional terkemuka yang berpusat di Tangerang. 8 Kucai menjadi
seorang politisi dengan gelar yang paling tinggi dibandingkan dengan
tokoh yang Iain.
Pemaparan alur dalam novel ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
3
1 2 4 5
Keterangan:
I. Tahap penyituasian: Pada hari pertama penerimaan siswa baru di SD
Muhammadiyah, kekurangan seorang siswa, dan sekolah hampir
ditutup. Namun dengan kehadiran seorang siswa yang bernama Harun
telah menyelamatkan SD Muhammadiyah.
2. Tahap pemunculan konflik: Bu Mus dengan segala usahanya dan
semangat kesepuluh Laskar Pelangi mampu berjuang dan melewati
masa-masa sulit serta kebahagiaan bersama.
3. Tahap peningkatan konflik: Mahar dan Lintang berusaha
mengharumkan nama SD dan SMP Muhammadiyah lewat kemahiran
dan kepintaran mereka dalam perlombaan cerdas cermat dan kamaval
saat perayaan HUT RI, mereka mampu mengalahkan sekolah milik PN
Timah.
4. Tahap klimaks: Lintang murid paling jenius di antara yang lainnya
meninggalkan bangku sekolah karena ia hams mengurus adik-adiknya
setelah kematian Ayahnya. Di sanalah akhir dari cerita perjuangan para
kesepuluh Laskar Pelangi.
5. Tahap penyelesaian: Y aitu pada saat tembok PN Timah mampu
dihancurkan dan kemiskinan dapat dilawan oleh rakyat Belitong.
8 Ibid, h. 478-479.
48
Kebahagiaan yang akhimya mampu diraih oleh kesepuluh anggota
Laskar Pelangi.
4.1.3 Tokoh dan Penokohan
Istilah "tokoh" menunjuk kepada pelaku cerita, sedangkan
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Abrams tokoh adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama
yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan. Pembedaan antara tokoh yang satu
dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat
secara fisik.
Istilah "penokohan" lebih luas pengertiai:mya daripada "tokoh"
dan "perwatakan", karena mencakup masalah siapa tokoh cerita,
bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca.9
Tokoh utama dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
adalah:
a. Ikal
Pengarang menggambarkan Ikal sebagai siswa yang
berprestasi melebihi rata-rata kelas. Hal ini terlihat dalam kutipan
sebagai berikut:
Aku belajar keras sepanjang malam, tapi tak pernah sedikitpun, sedetikpun bisa melampaui Lintang. Nilaiku sedikit lebih baik dari rata-rata kelas namun jauh tertinggal dari nilainya. Alm berada di bawah bayang-bayangnya sekian lama, sudah terlalu lama malah. Rangking duaku abadi, tak berubah sejak caturwulan pertama kelas satu SD. Abadi seperti lukisan ibu
49
menggendong anak di bulan. Rival terberatku, musuh bebuyutanku adalah temanku sebangku, yang aku sayangi.10
Di sekolah Ikal termasuk murid yang berprestasi, dapat dilihat
dari nilai Ikal yang melebihi rata-rata kelas. Ikal berposisi sebagai
bayang-bayang Lintang, peringkat kedua Ikal bertahan dari caturwulan
pertama kelas satu SD. Saingan terberatnya adalah teman yang sangat
ia sayangi dan kagumi. Ikal termasuk orang yang tidak mudah putus
asa, selalu bersemangat melakukan ha! yang ia sukai, dan tegar.
Ikal menyukai dunia sastra terutama puisi, ha! ini dapat dilihat
pada kutipan berikut:
Sungguh, malam ketiga di Pangkalan Punai aku mimpi melihat surga Ternyata surga tidak megah, hanya sebuah istana kecil di tengah hutan Tidak ada bidadari seperti disebut di kitab-kitab suci
Aku meniti jembatan kecil Seorang wanita benvajahjernih menyambutku "inilah surga" katanya Ia tersenyum, kerling matanya mengajakku menengadah Seketika aku terkesiap oleh pantulan sinar matahari senja Menyirami kubah-kubah istana Mengapa sinar matahari benvarna perak,jingga, dan biru? Sebuah keindahan yang asing
Di istana surga Dahan-dahan pohon ara menjalar ke dalam kamar-kamar Sunyi yang bertingkat-tingkat Gelas-gelas Kristal berdenting dialiri air zam-zam Menebarkan rasa kesejukan
Bunga petunioa ditanam di dalam pot-potkayu Pot-pot itu digantungkan pada kosen-kosenjendela tua benvarna biru Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan di batik tilam, indah sekali Sinarnya memancarkan kedamaian Tembus membelah -perdu di halaman
Surga begitu sepi Tapi aku ingin tetap di sini
'Hirata, op. cit., h. 122.
Karena ku ingat janjimu Tuhan Kalau aku datang dengan berjalan ENGKA U akan menjemputku dengan berlari-lari. 11
50
Kutipan puisi di atas merupakan puisi buatan Ikal sendiri, ia
mendapat inspirasi ketika sedang berlibur ke pantai Pangkalan Punai.
Ikal dan teman-temannya tidak hanya berlibur karena Bu Mus
memberi tugas kesenian yang dikumpulkan pada saat masuk sekolah.
Untuk pertama kalinya Ikal mendapat nilai kesenian yang lebih baik
dari nilai Mahar. Tetapi ha! itu hanya terjadi sekali saja, tidak ada yang
bisa menandingi Mahar dalam bidang kesenian. Nilai Mahar dikurangi
karena ia tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, padahal lukisannya
bagus. Ia kecewa karena teman-temannya mengejek dan tidak percaya
apa yang dilihatnya, yaitu burung perintang pulau yang dibuatnya
sebagai lukisan.
Dalam novel ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis
keturunan Tionghoa bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan
puisi tentang luapan perasaannya kepada A Ling. Puisi yang
diberikannya kepada A Ling dapat dilihat pada kutipan berikut:
Jault Tinggi A Ling, hari ini aku mendaki gunung Selumar Tinggi, tinggi sekali, sampai ke puncaknya Hanya untuk melihat atap rumahmu Hatiku damai rasanya12
Kutipan puisi di atas menggambarkan suasana hati Ikal yang
rindu kepada A Ling. Ketika berlibur bersama teman-temannnya,
mendaki Gunung Selumar yang terpikir olehnya hanya A Ling.
Dalam novel Laskar Pelangi, Ikal termasuk tokoh bulat, tokoh
bulat merupakan tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya. Ia
dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun
ia pun dapat pula menan1pilka11 watak dan tingkah laku bermacam-
11/bid.,h. 181-182.
51
macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.13
Tugas membeli kapur merupakan tugas yang paling dibenci oleh ikal,
tetapi setelah bertemu dengan A Ling putri pemiliki toko kelontong
yang menjual kapur tugas tersebut menjadi tugas yang menyenangkan
bagi Ikal. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
Namun, tugas membeli kapur adalah pekerjaan yang jauh lebih horor. Toko Sinar Harapan, pemasok kapur satu-satunya di Belitong Timur, amat jauh letaknya. Sesampainya di sana di sebuah toko yang sesak di kawasan kumuh pasar ikan yang becek jika perut tidak kuat, s