18

225 – 232

  • Upload
    vothien

  • View
    236

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 225 – 232
Page 2: 225 – 232

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Ketua

Prof. Dr. Ibnu Maryanto Anggota

Prof. Dr. I Made Sudiana Dr. Deby Arifiani

Dr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UI

Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB

Prof. Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP

Dr. Didik Widiyatmoko, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI

Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED

Dr. Gatot Ciptadi F. Peternakan Universitas Brawijaya

Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD

Dr. Faisal Anwari Khan, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia

Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia

Dr. Srihadi Agungpriyono, PAVet(K), F. Kedokteran Hewan IPB

Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD

Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Sekretariat Eko Sulistyadi M.Si, Dewi Citra Murniati M.Si, Hetty Irawati PU, S.Kom

Alamat d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] Website : http://biologi.or.id

Jurnal Biologi Indonesia : Akreditasi: No. 657/AU3/P2MI-LIPI/07/2015.

Page 3: 225 – 232

JURNAL BIOLOGI INDONESIA

Diterbitkan Oleh:

Perhimpunan Biologi Indonesia

Bekerja sama dengan

PUSLIT BIOLOGI-LIPI

Page 4: 225 – 232

OBITUARI

Redaksi Jurnal Biologi Indonesia telah kehilangan seorang editor penelaah Dr. Ir Sri Sulandari, M.Sc.

yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 Jam 16.10 di RSCM,

Jakarta. Jabatan terakhir almarhumah sebagai Peneliti Madya/IVc di Pusat Penelitian Biologi-LIPI

sebagai ahli DNA Molekuler yang menekuni kajian DNA pada ayam lokal Indonesia dan berbagai

hidupan liar khususnya pada burung. Tiga tahun terakhir sangat aktif berusaha menyelamatkan

populasi kambing Gembrong di Kabupaten Karanganyar, Bali. Almarhumah meninggalkan seorang

suami Prof. Dr. Muladno, MSA yang bekerja sebagai guru besar di Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian bogor dan saat ini juga sebagai Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Kementerian Pertanian, serta dua anak laki-laki Aussie Andry Vermarchnanto M. dan Endyea

Mendelian.

Page 5: 225 – 232

Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA bekerjasama

dengan PUSLIT BIOLOGI-LIPI. Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 artikel lengkap dan

satu artikel tulisan pendek. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Balai Besar Penelitian

Veteriner-Deptan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian, Bogor, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung, Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan-IPB, Dept. Biokimia FMIPA-IPB, Institut

Sains dan Teknologi Nasional Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pesisir &

Laut, Balitbang Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan, Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan-Universitas Maritim Raja Ali Haji-

Tual, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI, Puslit Biologi-LIPI, Puslit Bioteknologi-LIPI.

Page 6: 225 – 232

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah

turut sebagai penelaah dalam Volume 11 No 2, Desember 2015:

Dr. Niken Tunjung Murti Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Dr. Agus Prijono Kartono, Fakultas Kehutanan IPB

Ir. Drs. Eko Harsono MSi, Puslit Limnologi-LIPI

Dra. Donowati Tjokrokusumo M.Phil, Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT

Ir. M. Syamsul Arifin Zein MSi, Puslit Biologi LIPI

Drh. Anang S. Achmadi MSc, Puslit Biologi LIPI

Dr. Yuyu S. Poerba, Puslit Biologi LIPI

Ir. Dwi Agustiyani MSc, Puslit Biologi LIPI

Dr. Apon Zaenal Mustopa, Puslit Bioteknologi LIPI

Dr. Yopi Puslit Bioteknologi LIPI

Dr. Joeni S. Rahajoe, Puslit Biologi LIPI

Dr. Wartka Rosa Farida, Puslit Biologi LIPI

BIOLOGI

Page 7: 225 – 232

Halaman

Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1 (Clade 2.1.3. dan Clade

2.3.2) di Indonesia

169

NLP. Indi Dharmayanti & Risa Indriani

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap Penyakit

Hawar Daun Phytophthora infestans Tanpa Penyemprotan Fungisida di Empat Lapangan

Uji Terbatas

177

Alberta Dinar Ambarwati, Kusmana, & Edy Listanto

Penambahan Inokulan Mikroba Selulolitik pada Pengomposan Jerami Padi untuk Media 187

Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Iwan Saskiawan

Identifikasi Molekular dan Karakterisasi Morfo-Fisiologi Actinomycetes Penghasil Senyawa

Antimikroba

195

Arif Nurkanto & Andria Agusta

Populasi dan Kesesuaian Habitat Langkap (Arenga obtusifolia Mart.) 205

di Cagar Alam Leuweung Sancang, Jawa Barat

Didi Usmadi, Agus Hikmat, Joko Ridho Witono, & Lilik Budi Prasetyo

Optimasi Produksi Enzim Amilase dari Bakteri Laut Jakarta (Arthrobacter arilaitensis )   215

Awan Purnawan, Y. Capriyanti, PA. Kurniatin, N. Rahmani, & Yopi

Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Galur Bakteri Asam Laktat pada Sel

Darah Domba Terinduksi tert-Butil Hidroperoksida (t-BHP)

225

Fifi Afiati, Nina Ainul Widad, & Kusmiati

Ekosistem Lamun sebagai Bioindikator Lingkungan di P. Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara 233

Agustin Rustam, Terry L. Kepel, Mariska A. Kusumaningtyas, Restu Nur Afi

Ati, August Daulat, Devi D. Suryono, Nasir Sudirman, Yusmiana P. Rahayu,

Peter Mangindaan, Aida Heriati, & Andreas A. Hutahaean

Identification of Bioactive Compound from Microalga BTM 11 as Hepatitis C Virus RNA 243

Helicase Inhibitor

Apon Zaenal Mustopa, Rifqiyah Nur Umami, Prabawati Hyunita Putri, Dwi

susilaningsih, & Hilda Farida

Kemampuan Cerna Protein dan Energi Metabolisme Perkici Pelangi (Trichoglossus

haematodus )

253

Rini Rachmatika & Andri Permata Sari

Optimasi Enzim α-Amilase dari Bacillus amyloliquefaciens O1 yang Diinduksi Substrat

Dedak Padi dan Karboksimetilselulosa

259

Yati Sudaryati Soeka, Maman Rahmansyah, & Sulistiani

Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala 267

Niken T.M. Pratiwi, Sigid Hariyadi, Inna Puspa Ayu, Aliati Iswantari,

Novita MZ, & Tri Apriadi

Page 8: 225 – 232

Halaman

Penanda Genetik Tarsius (Tarsius spp.) dengan Menggunakan Gen Cytochrome Oxidase I

(COI) DNA Mitokondria (mtDNA) Melalui Metode Sekuensing

275

 Wirdateti, Sri Wijayanti Wulandari, & Paramita Cahyaningrum Kuswandi

Carboxymethyl Cellulose Hydrolyzing Yeast Isolated from South East Sulawesi, Indonesia 285

Atit Kanti

Uji Bakteri Simbiotik dan Nonsimbiotik Pelarutan Ca vs. P dan Efek Inokulasi Bakteri pada

Anakan Turi (Sesbania grandiflora L. Pers.)

295

Sri Widawati

TULISAN PENDEK 309

Mating behavior of Slow Loris (Nycticebus coucang ) at Captivity

Wartika Rosa Farida & Andri Permata Sari

Page 9: 225 – 232

Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Galur Bakteri Asam Laktat pada

Sel Darah Domba Terinduksi tert-Butil Hidroperoksida (t-BHP)

(Antioxidant Effect of Exopolysaccharide From Three Strains of Lactic Acid Bacteria

on Blood Cell of Sheep Induced tert-Butyl Hydroperoxide (t-BHP)

Fifi Afiati1, Nina Ainul Widad2, & Kusmiati1

1)Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Jl Raya Bogor Km 46, Cibinong Bogor 16911 2) Institut Sains dan Teknologi Nasional - Jl. Moh. Kahfi II, Jagakarsa, Jak-Sel 12640

Email:[email protected]

Memasukkan: Januari 2015, Diterima: April 2015

ABSTRACT Exopolysaccharides (EPS) are water soluble polymers synthesized by three strains of lactic acid bacteria (LAB) namely EPS-S1, EPS-S2 and EPS-S7. Some exopolysaccharides (EPSs) produced by lactic acid bacteria (LAB) present potential health-beneficial properties, such as immune stimulation and antioxidative activities. Antioxidants function in several ways including preventing the formation of radicals, scavenging free radicals, formation of hydrogen peroxide and lipid peroxides. The Objectives of this research were to evaluate the antioxidant activities of exopolysaccharides (EPS) extracts from lactic acid bacteria (LAB). The extracts were investigated by using in vitro assays induced tersier-Butilhidroperoksida (t-BHP) 6 µg.ml-1 red blood cell (RBC) for their effects on lipid peroxidation malondealdehyde (MDA) level and activities of some antioxidant enzymes which includes catalase (CAT) and superoxide dismutase (SOD). Six groups consisted of 3 replicated per group; (I) normal control, RBC (II) negative control, RBC+ t-BHP (III) positive control, RBC+t-BHP+vitamin-C, and (IV-VI) samples, RBC+t-BHP+EPS (S1, S2 and S7) extracts. The results showed that exopolysaccharides (EPS) of three strains of lactic acid bacteria (LAB) increased catalase (CAT) and superoxide dismutase (SOD) enzyme activity and decreased malondealdehyde (MDA) content, exopolysaccharides (EPS)-S2 most potential to increase the activity of catalase (CAT; 77.46%) and superoxide dismutase (SOD; 33.87%) enzyme and inhibit the increase malondealdehyde (MDA; 32.19%) levels. Keywords: exopolysaccharide, lactic acid bacteria, malondealdehyde (MDA), superoxide dismutase (SOD),

catalase (CAT)

ABSTRAK Eksopolisakarida (EPS) adalah polimer yang larut dalam air, disintesis oleh tiga strain bakteri asam laktat (BAL) yaitu EPS-S1, EPS-S2 dan EPS-S7. Beberapa EPS diproduksi oleh BAL dan berpotensi meningkatkan kesehatan, seperti menstimulasi kekebalan tubuh dan meningkatkan aktivitas antioksidan. Antioksidan juga dapat berfungsi mencegah pembentukan radikal bebas, pembentukan kontrol peroksida dan lipid peroksida. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan eksopolisakarida (EPS) yang dihasilkan dari ekstrak BAL. Ekstrak diuji secara in vitro dengan menginduksi tersier-Butilhidroperoksida (t-BHP) 6 μg.ml-1 menggunakan sel darah merah (SDM) untuk melihat pengaruh peroksidasi lipid tingkat malondialdehid (MDA) dan kegiatan dari beberapa enzim antioksidan yang meliputi katalase (CAT) dan superoksida dismutase (SOD). Terdapat enam kelompok, yaitu: (I) kontrol normal, sel darah merah (SDM) (II) kontrol negatif, sel darah merah (SDM)+t-BHP (III) kontrol positif, sel darah merah (SDM) + t-BHP + vitamin-C, dan (IV-VI) sel darah merah (SDM) +t-BHP+ekstrak EPS (S1, S2 dan S7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksopolisakarida (EPS) dari tiga galur bakteri asam laktat (BAL) dapat meningkatkan aktivitas enzim katalase (CAT) dan enzim superoksida dismutase (SOD) serta dapat menurunkan kadar malondaldehid (MDA) khususnya eksopolisakarida (EPS)-S2 yang paling berpotensi untuk meningkatkan aktifitas enzim katalase (CAT; 77.46%) dan superoksida dismutase (SOD; 33.87%) dan menghambat peningkatan kadar malondealdehid (MDA; 32,19%). Kata Kunci: eksopolisakarida, bakteri asam laktat, malondealdehid (MDA), superoksida dismutase dismutase

(SOD), katalase (CAT)

PENDAHULUAN

Antioksidan merupakan senyawa pemberi

elektron (electron donor) yang memiliki berat

molekul kecil tetapi mampu menginaktivasi

berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara

mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan

Jurnal Biologi Indonesia 11 (2): 225-232(2015)

menjadi parameter penting dalam tubuh, jika spesies

oksigen reaktif melebihi jumlah antioksidan di dalam

tubuh, maka akan mengakibatkan kerusakan-

kerusakan pada komponen lipid, protein, maupun

DNA, kondisi ini disebut sebagai stress

oksidatif. Senyawa oksigen reaktif (ROS,

Reactive Oxygen Species) merupakan senyawa

Page 10: 225 – 232

226

Afiati dkk.

Asam laktat pada yogurt mengandung α-

hidroxyacids (AHA) yang berfungsi sebagai

antioksidan dan sering dimanfaatkan untuk

pembuatan kosmetik. Peningkatan aktivitas

antioksidan selain oleh asam laktat dapat disebabkan

oleh metabolit sekunder hasil metabolisme bakteri.

Bakteri probiotik menghasilkan senyawa antioksidan

dalam bentuk vitamin C dan vitamin E

Penelitian ini dilakukan untuk menguji

potensi antioksidan eksopolisakarida (EPS)

bakteri asam laktat (BAL) secara in vitro pada

darah domba yang diinduksi oleh tersier-

Butilhidroperoksida (t-BHP), senyawa ini

merupakan oksidator kuat atau peroksida

organik yang mudah terurai membentuk radikal

bebas tertier butoksi (t-BuO•). Parameter yang diukur

adalah kemampuan eksopolisakarida (EPS) dalam

meningkatkan aktivitas enzim katalase (CAT) dan

enzim superoksida dismutase (SOD) serta menurunkan

kadar malondialdehid (MDA).

BAHAN DAN CARA KERJA

Sampel yang digunakan sebagai sumber

isolat adalah produk fermentasi susu komersial

skala industri, yaitu yogurt (EPS-1, EPS-2) dan

keju (EPS-7). Sampel diencerkan secara seri

pada tabung reaksi berisi larutan garam

fisiologis, media selektif MRS (de Mann

Rogossa Sharpe, Merck) padat dan diinkubasi

selama 48 jam pada suhu 37°C. Isolat bakteri

asam laktat (BAL) dikarakterisasi dengan

pewarnaan Gram dan divisualisasi di bawah

mikroskop (Leica) perbesaran 1000x.

Produksi dan ekstraksi eksopolisakarida

(EPS) dilakukan menggunakan metode Savadogo

et al. (2004) dan biomassa yang dihasilkan

dikeringkan menggunakan oven vakum pada

suhu 50oC selama ± 2 jam. Karakterisasi

senyawa eksopolisakarida (EPS) dilakukan

dengan kromatografi lapis tipis (KLT) pada

lempeng silica gel GF254 dengan fase gerak

campuran larutan kloroform:metanol:air (7:3:1),

kemudian divisualisasi menggunakan sinar UV.

Analisis jenis karbohidrat eksopolisakarida

(EPS) dilakukan dengan kromatografi cair

kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom

Aminex® HPX-87H, (300 mm x 7.8 mm),

sedangkan pengujian potensi antioksidan

yang sangat reaktif dalam menghasilkan radikal

bebas, pada kondisi tertentu sangat dibutuhkan

oleh tubuh misalnya untuk membunuh bakteri

yang masuk ke dalam tubuh. Oleh sebab itu,

keberadaanya harus dikendalikan oleh sistem

antioksidan dalam tubuh (Winarsi 2007).

Banyak faktor yang dapat menurunkan aktivitas

antioksidan enzimatis dalam tubuh sehingga

diperlukan asupan tambahan zat antioksidan

dari luar tubuh salah satunya yaitu senyawa

eksopolisakarida (EPS) dari bakteri asam laktat

(BAL) yang diisolasi dari keju dan yogurt. Keju

dan yogurt merupakan produk hasil fermentasi

susu oleh bakteri asam laktat. Keju merupakan

produk olahan susu yang diperoleh dengan cara

menggumpalkan susu penuh (whole milk), susu

skim atau campurannya menggunakan enzim

yang terdapat dalam perut hewan ruminansia

muda (rennet). Yogurt merupakan fermentasi

susu oleh bakteri asam laktat yang mempunyai

rasa yang khas, tekstur semi padat dan halus,

kompak serta rasa asam yang segar (Legowo

2005; Usmiati & Abubakar 2009).

Bakteri asam laktat (BAL) merupakan

kelompok bakteri Gram positif, tidak

membentuk spora, berbentuk kokus atau batang

serta menghasilkan asam laktat sebagai produk

akhir utamanya dalam fermentasi karbohidrat

(Axelsson 2004). Beberapa bakteri asam laktat

(BAL) menghasilkan eksopolisakarida (EPS)

yang berperan membentuk tekstur alami pada

industri yogurt, keju dan makanan penutup

berbasis susu (Tsuda 2013). Eksopolisakarida

(EPS) adalah polisakarida yang disekresikan

dari sel, atau diproduksi pada sel terluar oleh

enzim ekstraseluler. Eksopolisakarida (EPS)

dari bakteri asam laktat (BAL) dapat memberi

efek fungsional pada makanan, meningkatkan

reologi produk susu fermentasi, dan memiliki

efek kesehatan yang menguntungkan. Secara

khusus, eksopolisakarida (EPS) bakteri asam

laktat (BAL) memiliki aktivitas imunostimulan

dan mampu meningkatkan kolonisasi saluran

pencernaan oleh bakteri probiotik dan bertindak

sebagai antioksidan (Polak et al. 2013).

Bisson (2001) menyatakan bahwa bakteri

asam laktat (BAL) dapat memproduksi asam

organik dan senyawa fenol. Kadar asam laktat

yang terus meningkat pada proses fermentasi

mampu meningkatkan aktivitas antioksidan.

Page 11: 225 – 232

227

Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Strain Bakteri Asam Laktat

dilakukan menggunakan plasma darah domba

dengan mengukur kadar malondialdehid (MDA)

melalui proses sentrifugasi pada kecepatan 3000

rpm, suhu 5oC selama 10 menit, selanjutnya sel

darah (SDM) domba digunakan untuk analisis

aktivitas enzim katalase (CAT) dan enzim

superoksida dismutase (SOD).

Percobaan uji potensi antioksidan ketiga ekstrak

eksopolisakarida (EPS)-S1, eksopolisakarida (EPS)-

S2 dan eksopolisakarida (EPS)-S7 dibagi dalam enam

kelompok sebagai berikut: Kelompok I: kontrol

normal, tanpa penambahan larutan t-BHP dan bahan

uji, Kelompok II: kontrol negatif, tanpa penambahan

bahan uji, Kelompok III : kontrol positif dengan

penambahan bahan uji (sel darah merah (SDM) + t-

BHP 6µg/ml + vitamin C 4 bpj), Kelompok IV:

kelompok uji dengan penambahan bahan uji (sel

darah merah (SDM) + t-BHP 6µg/ml +

eksopolisakarida S1 50 bpj, Kelompok V: kelompok

uji dengan penambahan bahan uji (sel darah

merah (SDM) + t-BHP 6µg/ml + eksopolisakarida

S2 50 bpj, Kelompok VI: kelompok uji dengan

penambahan bahan uji (sel darah merah (SDM) +

t-BHP 6µg/ml + eksopolisakarida S7 50 bpj

Pengukuran Aktivitas enzim katalase (Aebi

1974). sel darah merah (SDM) domba yang

telah ditambah larutan uji dan tersier-

Butilhidroperoksida (t-BHP) diinkubasi pada

suhu ruang selama 15 menit, kemudian

disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan

3000 rpm. Penurunan serapan dicatat pada l

240nm. Aktivitas katalase pada suhu 25oC

didefinisikan sebagai makromol peroksida H2O2

yang dikonsumsi per menit per mL sampel

dengan perhitungan sebagai berikut:

Supernatan diekstraksi dengan campuran

kloroform-etanol 96 % (3:5), kemudian disentrifus

dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit. Fase

air dicampur dengan dapar (buffer) karbonat pH 10.2

dan epineprin 0.02 M . Serapan larutan diukur pada l

480nm suhu 30oC.

Aktivitas SOD dihitung sebagai berikut:

Plasma darah yang telah ditambah larutan

uji dan tersier-Butilhidroperoksida (t-BHP),

diinkubasi pada suhu 25-30oC selama 15 menit

kemudian disentrifus pada kecepatan 3000 rpm

Aktivitas katalase (unit/mL) =

[Abs/menit x 1000] x fp

43,6 x mL Sampel

mL Total

selama 5 menit. Selanjutnya supernatan ditambah

trichloroacetic acid (TCA) 20% dan tiobarbiturat

(TBA) 0,67%, dipanaskan selama 30 menit pada

suhu 95-100oC dan segera didinginkan. Larutan

diukur pada l 532nm (Satoh 1978; Yagi 1984).

Data hasil pengujian dianalisis menggunakan

ANOVA, dilanjutkan dengan uji Duncan’s

Multiple Range Test (DMRT).

HASIL

Morfologi sel bakteri asam laktat (BAL)

yogurt (S1, S2) dan keju (S7) dapat dilihat pada

Gambar 1 yang menunjukkan bahwa bakteri

asam laktat (BAL) S1 berbentuk batang rantai,

sedangkan bakteri asam laktat (BAL) S2 dan S7

berbentuk kokus.

Bobot kering eksopolisakarida (EPS)

bakteri asam laktat (BAL) tercantum pada

Tabel 1. Karakterisasi eksopolisakarida (EPS)

diuji menggunakan kromatografi lapis tipis

(KLT) untuk memisahkan senyawa secara cepat

menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus

yang dilapiskan pada lempeng kaca atau

aluminium. Lempeng kromatografi lapis tipis

(KLT) GF254 mengandung pengikat gipsum dan

indikator fluoresensi timah kadmium sulfida/

mangan timah silikat aktif yang berfluoresensi

pada 254 nm.

Bercak pada kromatografi lapis tipis (KLT)

yang dihasilkan dari senyawa eksopolisakarida

(EPS) ketiga sampel dikerok dan dilakukan

analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT) untuk melihat komponen gula dalam

eksopolisakarida (EPS) bakteri asam laktat

(BAL). Pada analisis kromatografi cair kinerja

tinggi (KCKT), waktu retensi suatu kromatogram

zat uji dibandingkan terhadap waktu retensi

kromatogram larutan baku. Puncak kromatogram

yang mempunyai luas dan waktu retensi yang

sama terhadap baku pembanding pada kondisi

percobaan yang sama menjadi indikator tingginya

hasil identifikasi (Triyati 1985). Hasil analisis

% Hambatan =

ΔAbs / menit (blanko) - ΔAbs / menit (sampel) x 100%

ΔAbs / menit (blanko)

Aktivitas SOD (unit / mL) = % Hambatan x fp

50%

Page 12: 225 – 232

228

Afiati dkk.

menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT) dari masing-masing eksopolisakarida

(EPS) S1, S2 dan S7 dapat dilihat pada Tabel 1.

Pengujian potensi antioksidan eksopolisakarida

(EPS) dari bakteri asam laktat (BAL) dapat diamati

melalui peningkatan aktivitas enzim katalase

dan enzim superoksida dismutase (SOD) serta

penurunan kadar malondialdehid (MDA). Hal

ini dilakukan pada sel darah yang mengalami

stres oksidatif oleh tersier-Butilhidroperoksida

(t-BHP).

Aktivitas Enzim Katalase

Enzim katalase (CAT) adalah antioksidan

endogen yang dapat menangkap dan menguraikan

radikal bebas di dalam sel menjadi zat yang kurang

reaktif. Enzim katalase (CAT) memiliki peranan

penting dalam mengkatalisis hidrogen peroksida

(H2O2) menjadi H2O dan O2 serta mencegah

pembentukan gelembung CO2 dalam darah

(Zainuri & Wanandi 2012). Hasil pengukuran

aktivitas enzim katalase (CAT) dari masing-

masing kelompok percobaan dapat dilihat pada

Gambar 2.

Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase

(SOD)

Superoksida dismutase (SOD) merupakan

enzim yang bekerja dengan cara mengkatalisis

reaksi dismutase radikal anion superoksida

menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Enzim

ini memiliki kemampuan dalam menghambat

autooksidasi epineprin membentuk adenokrom

dalam suasana basa. Aktivitas superoksida

dismutase (SOD) dihambat oleh H2O2 maka

dalam kerjanya superoksida dismutase (SOD)

sangat membutuhkan katalase (Winarsi 2007).

Hasil pengukuran aktivitas enzim superoksida

dismutase (SOD) dari masing-masing kelompok

percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Kadar Malondialdehid (MDA)

Malondialdehid (MDA) merupakan metabolit

hasil peroksidasi lipid oleh radikal bebas dan

merupakan senyawa yang dapat menggambarkan

aktivitas radikal bebas di dalam sel sehingga

dijadikan sebagai salah satu petunjuk terjadinya

stress oksidatif akibat radikal bebas. Stres

oksidatif menyebabkan kerusakan oksidatif lipid

yang dapat dideteksi dengan peningkatan kadar

malondialdehid (MDA) dalam sel (Nielsen et al.

1997; Zainuri & Wanandi 2012). Pengukuran kadar

malondialdehid (MDA) menggunakan baku

pembanding raetoksipropane (TEP) dapat

menggambarkan aktivitas radikal bebas di dalam sel.

Kurva kalibrasi larutan baku pembanding

tetraetoksipropane (TEP) memberikan persamaan

garis regresi y = 0,095 + 0,470x dan koefisien

korelasi (r) 0,986 yang berarti ada hubungan

linier yang baik antara serapan dengan

konsentrasi tetraetoksipropane (TEP). Data hubungan

serapan dan konsentrasi baku pembanding

tetraetoksipropane (TEP) dapat dilihat pada

Gambar 4. Sedangkan hasil analisis kadar

malondialdehid (MDA) dari masing-masing

kelompok percobaan dapat dilihat pada Gambar

5.

PEMBAHASAN

Karakter morfologi sel bakteri asam laktat

(BAL) di bawah mikroskop menunjukkan

perbedaan yaitu S1 (batang), S2 dan S7 (bulat).

Karakterisasi senyawa eksopolisakarida (EPS)

dengan kromatografi lapis tipis dari ketiga

sampel menghasilkan satu bercak dengan

masing-masing nilai Rf sebesar 0,925(S1); 0,875

(S2); dan 0,8875(S7). Hasil kromatografi cair

kinerja tinggi (KCKT) pada Tabel 1 memperlihatkan

bahwa kromatogram yang muncul dari ketiga sampel

eksopolisakarida (EPS) jika dibandingkan dengan

a b c

Gambar 1. Morfologi bakteri asam laktat di bawah mikroskop perbesaran 10 x100 (a) BAL-S1 (b) BAL-S2 (c) BAL-S7

Tabel 1. Bobot Kering dan Jenis Karbohidrat Ek-sopolisakarida (EPS) Bakteri Asam Laktat (BAL)

Page 13: 225 – 232

229

Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Strain Bakteri Asam Laktat

kromatogram baku pembanding, hasilnya

menunjukkan bahwa ketiga sampel S1, S2 dan

S7 memiliki kecocokan mengandung senyawa

maltoheptaosa. Pada sampel S2 selain maltoheptaosa

teridentifikasi juga senyawa glukosa. Hal ini

menunjukkan bahwa perbedaan jenis bakteri

asam laktat (BAL), menghasilkan eksopolisakarida

(EPS) yang berbeda. Bakteri asam laktat S2

berbeda dari bakteri asam laktat S1 dan S7. Jenis

mikroba yang digunakan dalam proses

fermentasi dapat mempengaruhi produk akhir

yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan

metabolisme mikroba selama proses fermentasi

bersifat spesifik, maka setiap produk yang

dihasilkan akan lebih spesifik. Demikian pula

dalam pembuatan suatu jenis produk fermentasi,

perbedaan metode dan kondisi proses akan

menghasilkan produk dengan karakteristik yang

berbeda (Legowo 2005).

Pengujian antioksidan dilakukan secara in

vitro menggunakan sel darah merah (SDM)

domba, model ini dipilih karena menghilangkan

pengaruh metabolisme xenobiotik oleh hati,

karena dilakukan di luar tubuh. Pada sel darah

merah (SDM) domba hanya memiliki perangkat

metabolisme yang terbatas, sehingga dimungkinakan

tidak mampu melakukan metabolisme xenobiotik.

Percobaan menggunakan oksidan tersier-

Butilhidroperoksida (t-BHP) yaitu merupakan

oksidator kuat, pada sel darah merah (SDM)

dapat menyebabkan penurunan hemoglobin dan

membentuk radikal bebas tertier butoksi (t-

BuO•) yang cepat bereaksi dengan asam lemak

tak jenuh dalam sel darah sehingga terjadi

peroksidasi lipid yang menyebabkan perubahan

struktur membran sel darah merah (SDM)

sehingga fluiditas membran yang ditentukaan

oleh asam lemak tak jenuh menurun.

Aktivitas Enzim Katalase

Hasil analisis menunjukkan perbedaan

yang nyata (P<0,05) antara masing-masing

kelompok perlakuan, aktivitas enzim katalase

(CAT) dari eksopolisakarida (EPS) BAL

kelompok perlakuan II berbeda terhadap

kelompok perlakuan I, III, IV, V, VI. Histogram

pada Gambar 2 menunjukkan bahwa aktivitas

enzim katalase (CAT) pada kelompok II lebih

rendah jika dibandingkan terhadap kelompok I,

hal ini terjadi karena sel darah merah (SDM)

domba pada kelompok II telah diinduksi terlebih

dahulu oleh oksidan tersier-Butilhidroperoksida (t-

BHP) sehingga katalase yang terkandung dalam

sel darah merah (SDM) domba sebagian telah

Gambar 2. Aktivitas enzim katalase menggunakan spektrofotometer λ 240 nm

Gambar 3. Aktivitas enzim SOD menggunakan

Spektrofotometer λ 480 nm

Gambar 4. Kurva Kalibrasi Baku TEP menggunakan spektrofotometer λ 532 nm

Gambar 5. Kadar MDA menggunakan Spektro-fotometer pada λ 532 nm

Page 14: 225 – 232

230

Afiati dkk.

digunakan untuk menetralkan radikal dari tersier-

Butilhidroperoksida (t-BHP) tersebut. Hal ini

menyebabkan jumlah katalase (CAT) yang

terkandung dalam sel darah merah (SDM) domba

menjadi berkurang, sehingga kemampuan untuk

menetralkan peroksida H2O2 menurun. Pada

kelompok III sebelum diinduksi oleh tersier-

Butilhidroperoksida (t-BHP), terlebih dahulu

ditambahkan larutan Vitamin C dan pada kelompok

IV, V dan VI telah ditambahkan masing-masing

larutan uji eksopolisakarida (EPS) S1, S2 dan S7 yang

diduga sebagai antioksidan. Senyawa

eksopolisakarida (EPS) dan vitamin C tersebut

bereaksi lebih dahulu dengan oksidan tersier-

Butilhidroperoksida (t-BHP). Kedua senyawa

tersebut, yaitu vitamin C dan sampel uji (S1, S2,

dan S7) bekerja sama dengan katalase (CAT)

untuk melawan radikal peroksida H2O2 sehingga

aktivitas enzim katalase terukur lebih tinggi dari

kelompok I dan II.

Pada kelompok III (kontrol positif) peningkatan

aktivitas enzim katalase (CAT) terhadap kelompok I

(kontrol normal) yaitu sebesar 99,06%, sedangkan

pada masing-masing kelompok IV, V dan VI

peningkatan aktivitas enzim katalase (CAT)

terhadap kelompok I adalah 11,26%; 77,46%; dan

61,50%. Pada kelompok II jika dibandingkan

terhadap kelompok I aktivitas enzim katalase

(CAT) mengalami penurunan sebesar 47.41%.

Penelitian sejenis mengenai proteksi antioksidan

terhadap hati dan ginjal tikus yang mengalami

stres oksidatif oleh karbon tetra klorida (CCL4)

sudah dilakukan oleh Balahoroğlu et al. (2008).

Kedua organ ini sangat rentan terpapar oleh

oksidan yang bersifat endogen maupun eksogen.

Antioksidan yang digunakan yaitu vitamin C,

melatonin (MLT) dan N-acetylcystein (NAC).

Vitamin C dikenal sebagai antioksidan alami

yang melindungi sel. Melatonin, merupakan

antioksidan yang efektif dan mampu menangkap

radikal bebas, melatonin (MLT) berukuran kecil

bersifat lifofilik sehingga mudah masuk ke

membran biologi dan semua bagian sel.

Melatonin mampu melindungi DNA, lipid dan

protein terhadap kerusakan oksidatif. N-

acetylcystein (NAC) merupakan molekul kecil

mengandung golongan thiol bersifat antioksidan

untuk menangkap radikal bebas oksigen. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi

dengan vitamin C dan terapi secara kombinasi

efektif mencegah stres oksidatif pada hati dan

ginjal, sedangkan melatonin (MLT) lebih efektif

meningkatkan aktivitas enzim, selanjutnya N-

acetylcystein (NAC) lebih efektif mencegah

stres oksidatif dan meningkatkan aktivitas

enzim antioksidan. Induksi karbon tetra klorida

(CCL4) menyebabkan penurunan aktivitas enzim

katalase hingga 33,77%, perlakuan antioksidan

melatonin (MLT) dapat meningkatkan aktivitas

enzim pada hewan coba yang diinduksi karbon tetra

klorida (CCL4) hingga 36,21% (Balahoroğlu et al.

2008).

Aktivitas Enzim Superoksida dismutase

(SOD)

Enzim superoksida dismutase (SOD) diketahui

memiliki kemampuan untuk menghambat

autooksidasi spontan dari epineprin menjadi

adenokrom. Larutan epineprin akan stabil dalam

keadaan suasana asam, tetapi spontan akan

teroksidasi dengan adanya kenaikan pH.

Autooksidasi terjadi paling cepat disertai dengan

terbentuknya adenokrom dengan kecepatan linier

yaitu pada pH 10,2 dan suhu 30°C. Di dalam

tubuh, dengan adanya penambahan dapar

karbonat dalam analisis enzim superoksida

dismutase (SOD) dapat menaikkan pH dan

menyebabkan suasana menjadi basa, sehingga

dapat mempercepat terbentuknya adenokrom.

Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan

yang nyata (P<0,05) antara masing-masing

kelompok perlakuan, dimana aktivitas enzim

superoksida dismutase (SOD) yang dihasilkan

eksopolisakarida (EPS) bakteri asam laktat

(BAL) kelompok perlakuan II berbeda terhadap

kelompok perlakuan I, III, IV, V, VI. Gambar 3

menunjukkan bahwa pada kelompok II (kontrol

negatif) terhadap kelompok I (kontrol normal)

mengalami penurunan aktivitas enzim superoksida

dismutase (SOD) sebesar 33.16%. Hal ini

disebabkan karena adanya penambahan oksidan

tersier-Butilhidroperoksida (t-BHP) pada sel darah

merah (SDM) domba yang dapat mengkatalisasi

autooksidasi epineprin menjadi adenokrom,

sehingga aktivitas enzim superoksida dismutase

(SOD) dalam menghambat autooksidasi epineprin

tersebut menjadi berkurang. Pada kelompok III

(kontrol positif) dengan penambahan vitamin C dan

kelompok V (kelompok uji), dan VI (kelompok

uji) dengan adanya penambahan eksopolisakarida

Page 15: 225 – 232

231

Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Strain Bakteri Asam Laktat

(EPS) yang diduga sebagai antioksidan pada sel

darah merah (SDM) domba sebelum penambahan

tersier-Butilhidroperoksida (t-BHP) dapat

menghambat katalisasi autooksidasi epineprin

menjadi adenokrom, sehingga aktivitas enzim

superoksida dismutase (SOD) terukur lebih

tinggi dari kelompok II. Hasil penelitian

Balahoroğlu et al. (2008), stress oksidatif

karbon tetra klorida (CCL4) pada hewan coba

menyebabkan penurunan aktivitas enzim

superoksida dismutase (SOD) hingga 32,42%,

pemberian melatonin (MLT) mampu meningkatkan

aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

hingga 93,19% pada hewan coba yang mengalami

stress oksidatif.

Analisis Kadar Malondialdehid (MDA)

Adanya radikal bebas dalam tubuh ditandai

dengan adanya lipid peroksidasi yang dapat

menghasilkan produk sekunder berupa

malondialdehid (MDA). Malondialdehid (MDA)

dapat menggambarkan aktivitas radikal bebas di

dalam sel sehingga dijadikan sebagai salah satu

petunjuk terjadinya stres oksidatif akibat radikal

bebas. Pengukuran malondialdehid (MDA)

dilakukan dengan menggunakan modifikasi metode

uji asam tiobarbiturat (TBA) secara spektrofotometri

pada l 532 nm. Larutan tetraetoksipropane

digunakan sebagai larutan baku pembanding

diperoleh persamaan garis Y= 0,095 + 0,470x

dengan nilai r2 = 0,986 (Gambar 4).

Hasil menunjukkan terdapat perbedaan

yang nyata (P<0,05) antara masing-masing

kelompok perlakuan (Gambar 4), dimana

analisis kadar malondialdehid (MDA) yang

dihasilkan eksopolisakarida (EPS) bakteri asam

laktat (BAL) kelompok perlakuan 3 (III)

berbeda terhadap kelompok I, II, IV, V, VI.

Pada kelompok II kandungan peroksidasi lipid

dalam tubuh cukup tinggi, hal tersebut

dikarenakan meningkatnya jumlah radikal bebas

dengan penambahan tersier-Butilhidroperoksida

(t-BHP) pada sel darah merah (SDM) domba

yang dapat menambah terjadinya peroksidasi

lipid, sehingga menyebabkan produk kadar

malondialdehid (MDA) meningkat. Pada kondisi

normal kandungan peroksidasi lipid dalam tubuh

cukup rendah yang ditunjukkan pada kelompok

I, sedangkan dengan adanya penambahan

antioksidan berupa eksopolisakarida (EPS) pada

kelompok IV, V dan VI serta vitamin C pada

kelompok III dapat menghambat terjadinya

peroksidasi lipid, sehingga mengalami penurunan

dalam produksi kadar malondialdehid (MDA).

Kadar malondialdehid (MDA) pada kelompok

III, IV, V, dan VI masing-masing mengalami

penurunan terhadap kelompok II (kontrol

negatif) sebesar 66,77%; 15,37%; 32,19%;

20,90%. Pada penelitian menggunakan karbon

tetra klorida (CCL4) sebagai oksidan mampu

meningkatkan kadar malondialdehid (MDA)

hingga 95,02%. Hal ini menunjukkan karbon

tetra klorida (CCL4) sangat reaktif membentuk

radikal bebas yang dapat menyebabkan peroksidasi

lipid. Stres oksidatif dapat mengganggu sistem

metabolisme seluler, perubahan struktur protein dan

asam nukleat, kerusakan membran transport ion

dan permeabilitas, dan kerusakan sel melalui

peroksidasi lipid yang berkaitan dengan proses

fisiologi yang abnormal (Szymonic-Lesiuk et al.

2003; Cabre et al. 2000). Perlakuan Vitamin C

sebagai antioksidan terhadap hewan coba yang

mengalami stress oksidatif karbon tetra klorida

(CCL4) mampu menekan kadar malondialdehid

(MDA) hingga 44,32%, N-acetylcystein (NAC)

menekan hingga 29.39% dan melatonin (MLT)

sebesar 12.2% (Balahoroğlu et al. 2008).

KESIMPULAN

Bakteri asam laktat (BAL) yang diisolasi dari

sampel yogurt (S-1, S-2) dan keju (S-7) mampu

menghasilkan senyawa eksopolisakarida (EPS).

Hasil analisis eksopolisakarida (EPS) dari bakteri

asam laktat (BAL) menggunakan kromatografi

cair kinerja tinggi (KCKT) menunjukkan bahwa

eksopolisakarida (EPS) dari bakteri asam laktat

(BAL) S-1 dan S-7 mengandung komponen

maltoheptaosa, sedangkan eksopolisakarida (EPS)

dari bakteri asam laktat (BAL) S-2 mengandung

glukosa dan maltoheptoasa.

Eksopolisakarida (EPS) bakteri asam laktat

(BAL) mampu meningkatkan aktivitas enzim

katalase (CAT) dan superoksidismutase (SOD),

serta menekan peningkatan kadar malondealdehid

(MDA) pada sel darah merah (SDM) domba yang

diinduksi oleh oksidan tersier-Butilhidroperoksida (t-

BHP). Peningkatan aktivitas enzim katalase (CAT),

enzim superoksida dismutase (SOD) dan

penurunan kadar malondealdehid (MDA) yang

Page 16: 225 – 232

232

Afiati dkk.

paling tinggi ditunjukkan oleh eksopolisakarida

(EPS) S2 berturut-turut sebesar 77,46%; 33,87%; dan

32,19%.

DAFTAR PUSTAKA

Aebi, H. 1974. Catalase in methods in

enzymatic analysis: Bergmeyar Ed, New

York: Academic Press: 674-684.

Axelsson, L. 2004. Lactic acid bacteria:

classification and physiology. 3rd Edition,

Revisied and Expanded. Marcel Dekker,

Inc., New York.

Balahoroğlu, RHD., H. Özbek, İ. Bayram &

MR. Şekeroğlu. 2008. Protective effects

Of antioxidants on the experimental liver

and kidney. Toxicity In Mice. European

Journal of Genetic and Medical 5(3):157-

164.

Bisson, L. 2001. The alcoholic fermentation

section 3. University of California at

Davis. University Extention: 91- 92.

Cabre, M., J. Comps, JL. Paternain, N. Ferre &

J. Joven. 2000. Time course of changes in

hepatic lipid peroxidation and glutathione

metabolism in rats with carbon tetrachloride-

induced cirrhosis. Clinical and Expperimental

Pharmacology and Physiolology 27(9): 694-

699.

Legowo, AM. 2005. Diversifikasi produk

olahan dengan bahan baku susu.

Universitas Diponegoro Semarang. 6-11.

Polak, M., A. Berecka, D. Wasko, Szwajgier & A.

Choma. 2013. Bifidogenic and antioxidant

activity of exopolysaccharides produced by

Lactobacillus rhamnosus E/N cultivated on

different carbon sources. Journal of

Microbiology. 62(2): 181–189.

Satoh, K. 1978. Serum lipid peroxide in

cerebrovascular disorders determined by a

new colorimetric method. Clinica Chimica

Acta 90: 37-43.

Savadogo, A., A. Cheik, T. Ouattara, WS. Paul,

B. Nicolas, SO. Aboubacar & ST. Alfred.

2004. Identification of exopolysaccharides

producing lactic acid bacteria from Burkina

Faso fermented milk samples. African Journal

of Biotechnology 3(3): 189-194.

Szymonic-Lesiuk S., G. Chechowska & M.

Stryjecka. 2003. Catalase, superoxide

dismutase, and glutathione peroxidase

activities in various rat after carbon

tetrachloride intoxication. Journal of

Hepatobiliary Pancreatic Surggery 10

(4):309-15

Tsuda, H. 2013. Exopolysaccharides of lactic

acid bacteria for food and colon health

applications. Tokyo: Licensee in Tech.

Chapter II.

Usmiati, S. & Abubakar. 2009. Teknologi

pengolahan susu. Bogor: Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian. 21-23.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan alami dan radikal

bebas. Kanisius. Yogyakarta.12 -211

Yagi, K. 1984. Assay for blood plasma or

serum. Methods enzymology. 105: 328-

331.

Page 17: 225 – 232

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, dan Indonesia maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Penulisan Tabel dan Gambar ditulis di lembar terpisah dari teks.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halaman terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol a, b, c, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis).

Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.

Pustaka didalam teks ditulis secara abjad.

Contoh penulisan Daftar Pustaka sebagai berikut :

Jurnal : Achmadi, AS., JA. Esselstyn, KC. Rowe, I. Maryanto & MT. Abdullah. 2013. Phylogeny, divesity , and

biogeography of Southeast Asian Spiny rats (Maxomys). Journal of mammalogy 94 (6):1412-123. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R.

Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan

Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari

bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.

Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi].

Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/

Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/lorCp.1.html.

Page 18: 225 – 232