36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban mempunyai wewenang dalam melakukan pemeriksaan seperti yang tercantum pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Oleh karena itu dokter yang memeriksa perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya 1 . Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan 1

237224669-Makalah-Luka-Tembak.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api

sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka

dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban

mempunyai wewenang dalam melakukan pemeriksaan seperti yang tercantum pada

pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan bahwa

penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau

dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum,

dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka,

keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Oleh karena itu dokter

yang memeriksa perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang

didapatnya1.

           

Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter

harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka

tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak

tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali

korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi

yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan

informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi,

tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan batasan pengertian luka tembak

Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh

senjata api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil

peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi

melalui larasnya.2

2.2 Arti Klinis Luka Tembak

            Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari

elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir

peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis.

Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru,

sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai

kelim memar (contusio ring).3

Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung

pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya

akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih

lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit. Peluru juga

mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan memberi gambaran pada

luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak

selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan.

2.3 Mekanisme Luka Tembak

Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada

semua trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena

adanya transfer energi dari luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak.

Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya,

yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya4,5.

Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari massa dan

kecepatan. Industri militer modern telah mengambil banyak manfaat untuk

2

pengembangan senjata dengan dasar masa yang rendah dengan kecepatan yang tinggi

sehingga menghasilkan energi kinetic yang maksimum untuk kerusakan jaringan.

Rata-rata kecepatan peluru berkisar 340m/s, dimana banyak digunakan pada panah,

senapan angin, serta revolver. Dari system mekanik ini akan mengakibatkan daya

dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi

kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang

sedikit lebih besar dari diameter peluru. Jika kecepatan melebihi kecepatan udara,

lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang

mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan

mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.

Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk

rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan

diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil

sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan

konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang berongga. Efek

luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan

adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi4,5.

Gambar 1. Mekanisme luka tembak5

2.4 Deskripsi Luka Tembak

3

Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api

bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih

hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung jawab

yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka,

membuka dan mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian membalut

adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara

detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan.

Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal,

seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka

secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari2 :

1. Lokasi

a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis

pertengahan tubuh

b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh

2. Deskripsi luka luar

a. ukuran dan bentuk

b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya

c. luka bakar

d. lipatan kulit, utuh atau tidak

e. tekanan ujung senjata

3. Residu tembakan yang terlihat

a.    grains powder

a. deposit bubuk hitam, termasuk korona

b. tattoo

c. metal stippling

4. Perubahan

a. oleh tenaga medis

b. oleh bagian pemakaman

5. Track

4

a. penetrasi organ

b. arah

- depan ke belakang (belakang ke depan)

- kanan ke kiri(kiri ke kanan)

- atas ke bawah

c. kerusakan sekunder

- perdarahan

- daerah sekitar luka

d. kerusakan organ individu

6. Penyembuhan luka tembakan

a. titik penyembuhan

b. tipe misil

c. tanda identifikasi

d. susunan

7. Luka keluar

a. lokasi

b. karakteristik

8. Penyembuhan fragmen luka tembak

9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu

Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun

demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat

darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan

orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang

bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah

dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan

lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah

dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.

 

5

2.5 Identifikasi Luka Tembak

1. Luka Tembak Masuk

            Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan

dengan menembak seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari

serangan yang bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari luka

keluar.  Dalam hukum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut,

berarti dapat membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan

kemungkinan hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak ada

tuntutan. Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan

memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar.

Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi

yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi tersebut

berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan

masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika

ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan

menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin

dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap

kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut,

maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang

lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris

mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi,

semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit.

Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki

sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru

kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam

perjalananya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung ketika menabrak kulit

sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada luka. Luka masuk yang tidak

khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh karena

amunisi yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau

peluru yang mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak

6

otomatis, sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena media

perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak khas pada

luka tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang

tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami kontak langsung dengan kulit di

atas permukaan tulang, seperti pada tulang tengkorak atau sternum. Ketika senjata

ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata

ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan

subkutan, dimana gas tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka

tembak masuk menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari

bagian tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti

bintang. Luka tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :

a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh

komponen anak peluru.

b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh

komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang  tidak habis terbakar.

c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit. Dibentuk

oleh komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api.

Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran

yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut

akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen

yang keluar dari laras senjata api tersebut .

2. Luka Tembak Keluar

Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar.

Ketika senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya

tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah

untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.4

Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka

tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk.

Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti

7

bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di

prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut:

a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk

b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga

memberi bentuk iregular saat keluar.

c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan

melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket

dapat terpisah komplit atau sebagian.

d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat

fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.

e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi

apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan

dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.

Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur,

tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya

bergerigi,laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan

fraktur komunitf. Luka tembak pada dada dan perut selalu sulit keluar karena adanya

hambatan yang cukup besar. Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan

anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit

memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati

sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.

Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka

tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila

pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat

pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber

22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.

Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian

pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian

ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju,

dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar

8

anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang

keras. Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan

jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat

dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum

atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan

menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang paling

menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak

biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat

sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan

rektum.

Gambar 2. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah

kanan

 

2.6 Klasifikasi Luka Tembak

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka

tembak masuk dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan

karakteristiknya masing-masing, yaitu:

1. Luka Tembak Masuk  

a. Luka tembak tempel (kontak)

            Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat

tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak

peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras.

9

Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas

pada malam hari atau ruangan yang gelap.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi

antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk

mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya

tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang 

diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan

melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan

melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas

yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap

anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara

kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal

ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat

ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam

jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap

penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam6.

Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan

tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke permukaan

kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit. Gambaran akan

tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan kulit. Pada jaringan

lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan tampak kecil dan

sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding luka,. Jika antara

moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit bahkan tidak ada nyala

api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam luka, pada jaringan akan

ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau partikel-partikel amunisi.

Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan peluru senjata api

sehingga jelaga bisa tidak ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat disebelah luar

cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida akan diserap oleh

Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas yang lebih dalam.

Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak

10

simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang masuk memaksa kulit lebih

keras melawan ujung laras, dan jejak moncong senjata mungkin akan terbentuk. Jika

luka tempel di atas tulang terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama

dengan luka senjata api. Tampak gambaran linier atau seperti bintang7.

 Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan

bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan:

1) Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik

senjata.

2) Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan

tidak miring.

Sasarannya, yaitu :

- Daerah temporal

- Dahi sampai occiput

- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.

Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan

cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang

disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk

kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini

menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata

api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari

dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.

Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat

dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala

dengan selaput otak keras (tabula interna).2,3,8

                                                         

 Gambar 3. Luka tembak tempel

11

b. Luka tembak jarak dekat

 Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci adalah

adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga

tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar,

jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak

dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan

disepanjang saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak

tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh jelaga6.

Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit

secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya

rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat

rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak

ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan

pada luka yang disebabkan senjata apapun8.

Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa

pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot

hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka

tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini

tergantung:

- Jenis senjata, laras panjang atau pendek

- Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless

Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu

yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat

zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat

menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan

kecil.Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan.

Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung

bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya.

Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-

12

bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan

sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan lebih halus.

Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin

besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai

adalah dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk

kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis

yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis

dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.2,3,8

 

Gambar 4. Luka Tembak Jarak Dekat

c. Luka tembak jarak jauh

Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh.

Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang

ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang

dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular. Tepi luka

compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka

tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini

berguna untuk menentukan arah anak peluru1,8.

Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap

pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan

penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian,

yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri

oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka

tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena

13

adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4)

Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada

pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan6.

Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak

peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak jauh

ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan tegak

lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar.

Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval.  

Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan

outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk mencari

adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian yang ikut

masuk kedalam luka.

Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong senjata

dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir

mesiu.

a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar

jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar

sebagian.

b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.

c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat

pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.

Gambar 5. Luka Tembak Jarak Jauh

14

2. Luka Tembak Keluar (Luka Tembus)

Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak

masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari

sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui,

maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi,

dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.1

Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan

mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah.

Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau kadang-kadang

remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak

keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-

pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-

tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah

yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan

bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari

pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta

contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam.

Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:

a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka

biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan

dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru

baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.

b.     Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal

ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya

tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

15

 

Gambar 5. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar

Adapun faktor–faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka

tembak masuk adalah:1

Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada

dalam tubuh dan membentur tulang.

Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena

terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung

(end to end), keadaan ini disebut “tumbling”.

Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.

Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka

tembak keluar menjadi lebih besar.

Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar,

maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan

memperbesar luka tembak keluarnya.

Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal

ini disebabkan:1

- Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,

sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu

diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan

berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity.

16

- Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan

keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan

lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.

Beberapa variasi luka tembak keluar9

Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh

karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan

pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya

berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah

tersebut.

Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan, ini

dimungkinkan karena :

- Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.

- Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong

keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.

Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem bullet

injury”), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalui

tempat yang berbeda.

2.7 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak

 Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering

dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat

dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.

Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur

sebagai berikut: Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by

volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa

yang  terjadi dan membersihkan darah. Dengan pemberian hidrogen perokside tadi,

luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat

dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik, yaitu dengan  karakteristik pada

luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan

secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak

17

selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun

pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan

kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.

1. Pemeriksaan Mikroskopik

Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu akibat

trauma mekanis dan termis1,3.

Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat1,3 :

a. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang

mengalami kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta

elongasi dari inti sel,

b. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-

butir mesiu.

c. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,

d. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih

banyak mengambil warna biru (basofilik staining)

e. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling

dominan), dan adanyabutir-butir mesiu

f. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik

g. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau

hitam kecoklatan

1) Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka

tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir

mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang

tepi saluran luka

2) Pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada

kulit dan jaringan dibawah kulit.

3) Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada

permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit

18

2. Pemeriksaan Kimiawi

Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis,

sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada “smokeles gun powder” dapat

ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang

dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang

berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah,

antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur

tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku

penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam

senjata1.

3. Pemeriksaan dengan Sinar-X

Pemeriksaan foto rontgen pada luka tembak kurang bermanfaat. Ada beberapa

alasan penggunaan fotot rontgen yakni:

a. Untuk mengetahui lokasi peluru.

b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru. Meskipun luka tembaknya

merupakan luka tembak terbuka, peluru mungkin pecah dan berada dalam

tubuh.

c. Untuk mengetahui saluran peluru.

d. Untuk mengetahui defek pada tulang.

e. Untuk mengetahui adanya emboli udara berkaitan dengan adanya bahaya pada

pembuluh darah yang besar akibat peluru.

f. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya luka

akibat peluru.

g. Untuk menyingkirkan adanya peluru dalam tubuh.

Radiografi dapat juga digunakan pada pasien hidup untuk menentukan

beberapa karakteristik adanya peluru dalam tubuh. Terdapat masalah yang tidak

diharapkan saat radiografi digunakan sebagai pemeriksaan rutin untuk memeriksa

luka tembak.

19

Foto rontgen dapat menyatakan ada peluru yang mungkin tidak berhubungan

dengan penembakan yang sedang diselidiki. Yang kedua, kaliber dari peluru tidak

dapat ditentukan dengan tepat  dengan menggunakan foto rontgen. Adanya distorsi

dengan menggunakan foto rontgen besar dan tergantung jarak peluru dari film X ray.

Sangat sulit memperkirakan kaliber yang tepat dari peluru berdasarkan penampilan

peluru di foto rontgen. Pemeriksaan radiografi yang lain kadang-kadang digunakan

pada pemeriksaan luka tembak. Ini terdiri dari soft X-rays  yang terkadang dinamakan

grenz rays.

Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk

memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila

ada partikel-partikel yang tertinggal. Pada “tandem bullet injury” dapat ditemukan

dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya satu. Bila pada tubuh korban

tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan

senjata jenis “shoot gun” , yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari

berpuluh pellet. Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak

oleh senjata jenis rifled.

Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak

sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini

akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru

pada foto rongent (Idris, 1997). Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk

dilukis dalam keadaan asli atau dibuat foto. Pada luka tembak jarak dekat dibuat

percobaan parafin, yang kegunaannya untuk menentukan sisa mesiu pada tangan

penembak atau sisa-sisa mesiu sekitar luka tembak untuk jarak dekat1.

                   

4. Pemeriksaan baju pada korban luka tembak

Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju

yang dibuat oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaannya2 :

a. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut.

b. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang-barang yang ada di

saku.

20

c. Baju harus dilepaskan dari korban, tapi jika hal ini dapat merusak maka

dilakukan manipulasi sehingga luka dapat dilihat.

d. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi

kardiopulmonologi dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal ini,

baju koraban harus dipotong atau dirobek.

Pemeriksaan baju pada korban dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik yang

berbeda. Ini meliputi :

a. Dengan mata telanjang

b. Dengan menggunakan gelas

c. Dengan mikroskop binokular

d. Dengan fotografi inframerah

21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh senjata

api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan

mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui

larasnya. Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini dikelompokan menjadi senjata

api laras pendak dan senjata api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada laras,

senjata api dikelompokan menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa alur.

Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan

daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan menjadi

luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini yang tidak

kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel, luka tembus

masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh. Penentuan jarak ini juga

dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini diakibatkan oleh

komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru, mesiu, asap jelaga, api dan

partikel logam

Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.

Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran abrasi,

lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), dan bagian

tubuh yang ditembus. Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan jarak

tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat dari adanya

jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan khusus pada luka

tembak masuk seperti pemeriksaa nmikroskopik, kimiawi, sinar x mungkin

diperlukan.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara; p.131-168.

2. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice and Resource.

3. Anonim. 2007. Arti Klinis Luka Tembak. (online). (http://medlinux.blogspot.com/ 2007/11/arti-klinis-luka-tembak.html, diakses pada 19 Agustus 2014).

4. Pounder D.J. 2008. Department of Forensic Medicine, University of Dundee, Lecture Note, Gunshot Wounds. (online). (http://www.dundee.ac.uk/ forensicmedicine/notes/gunshot.pdf, diakses pada 19 Agustus 2014).

5. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press. page. 72-140.

6. Windi, dkk. 2006. Traumatologi Forensik. (online). (http://www.freewebs.com/ traumatologie2/traumatologi.htm, diakses tanggal 19 Agustus 2014).

7. Anonim. 2011. Forensic Pathology. (online). (http://library.med.utah.edu/ WebPath/FORHTsML/FOR039.html , diakses tanggal 19 Agustus 2014).

8. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online). (http://www.freewebs.com/ gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm ,, diakses tanggal 19 Agustus 2014).

9. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/ Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses tanggal 19 Agustus 2014).

23