16
LAPORAN PENDAHULUAN POST TERM DI RUANG POLI HAMIL RSD dr. SOEBANDI JEMBER Disusun Oleh: SITHO RESMI AMANATULLAH NIM 1501032020 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015

252330201 Laporan Pendahuluan Post Term

Embed Size (px)

DESCRIPTION

maternitas

Citation preview

  • LAPORAN PENDAHULUAN POST TERM

    DI RUANG POLI HAMIL RSD

    dr. SOEBANDI JEMBER

    Disusun Oleh:

    SITHO RESMI AMANATULLAH

    NIM 1501032020

    PROGRAM STUDI NERS

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

    2015

  • LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

    POST TERM

    A. Definisi

    Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu

    yaitu kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan posterm dan

    pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan merupakan suatu kondisi antepartum

    yang dibedakan dengan sindrom pasca maturitas dan merupakan kondisi

    neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi

    standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama

    menstruasi terakhir atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate)

    digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai

    lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney H., 2007).

    Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan

    fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan

    makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak

    dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber energy. Sehingga laju

    pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak dapat menyediakan

    oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga

    janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ lainnya. Cedera

    tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur dan untuk

    mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan induksi

    persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.

    B. Etiologi

    Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal

    yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup

    bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,

    Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah

    janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga

    berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak

    pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42

  • minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta.

    Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi

    gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin

    intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban

    juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan

    kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi

    postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.

    Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008)

    faktor penyebab kehamilan postterm adalah:

    1. Pengaruh Progesteron

    Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan

    kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses

    biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus

    terhadap oksitosin , sehingga terjadinya kehamilan dan persalinan

    postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.

    2. Teori Oksitosin

    Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm

    memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis

    memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan

    oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan

    lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebabnya.

    3. Teori Kortisol/ACTH Janin

    Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk

    dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba

    kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta

    sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi

    estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi

    prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus, hipoplasia

    adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan

    menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga

    kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

    4. Saraf Uterus

  • Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan

    membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan

    pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian

    bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebabnya.

    5. Heriditer

    Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami

    kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat

    bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip

    Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seseorang ibu mengalami

    kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar

    kemungkinan anak perempuannya mengalami kehamilan postterm.

    C. Manifestasi Klinis

    Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain:

    1. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml.

    2. Berkurangnya berat badan Ibu (lebih dari 1,4 kg/minggu).

    3. Berkurangnya ukuran lingkar perut (akibat berkurangnya cairan amnion)

    4. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko terjadi aspirasi

    mekonium.

    5. O2 supply kepada janin mengalami penurunan: Resiko asfiksi.

    6. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa.

    Pada janin:

    1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak

    telah tua 1-3 minggu.

    2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula

    terjadi peningkatan berat janin

    3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi

    4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah

    5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium

    6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin

    7. Tali pusat layu dan berwarna kuning

    8. Palpasi kepala janin mengeras.

  • D. Komplikasi

    1. Terhadap Ibu

    Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak

    terkoordinir, janin besar, Air ketuban berkurang dan makin kental,

    moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai partus lama,

    kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum.

    Hal ini akan menaikkan angka mordibitas dan mortalitas.

    2. Terhadap Janin

    Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih

    besar dari kehamilan 40 minggu karena post maturitas akan menambah

    bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi yaitu

    berat badan janin dapat bertambah besar serhingga memerlukan tindakan

    persalinan, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu,

    Pertumbuhan janin makin lambat, Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin

    yang menimbulkan asfiksia akibat makrosomia, aspirasi mekonium,

    hipoksia dan hipoglikemia dan setiap saat dapat meninggal di rahim,

    terjadi perubahan metabolisme janin, Ada pula yang bisa terjadi kematian

    janin dalam kandungan (IUFD).

    3. Suhu yang tidak stabil.

    4. Hipoglikemi.

    5. Polisitemia.

    6. Kelainan neurogenik.

    E. Pemeriksaan Penunjang

    1. Usia kehamilan ditentukan dengan menghitung HPHT (Hari Pertama

    Haid Terakhir) di kurangi dengan hari pemeriksaan ibu. Usia kehamilan

    diatas 42 minggu menandakan terjadinya Bayi Lahir Postmatur.

    2. Pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya

    fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis Bayi Lahir Postmatur.

    3. Pemeriksaan rontgenologi pada janin dapat dijumpai telah terjadi

    penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang

    kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.

    4. USG: ukuran diameter biparietal, gerakan janin yang mengalami

    perubahan semakin aktif maupun semakin lemah dan jumlah air ketuban

  • mengalami penurunan.

    5. Pemeriksaan sitologik air ketuban : biru Nil, maka sel sel yang

    mengandung lemak akan berwarna jingga.

    a. Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu

    b. Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu

    6. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, tampak kekeruhan

    karena bercampur mekonium

    7. Kardiotografi: mengidentifikasi denyut jantung janin, penurunan DJJ

    terjadi karena insufiensi plasenta

    8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi

    reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang

    baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan dan dapat

    segera dilakukan SC

    9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin ibu

    10. Pemeriksaan pH darah janin : menentukan derjat hipoksia, mupun

    intrepretasi asidosis/alkalosis pada janin.

    F. Penatalaksanaan

    1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu

    monitoring janin secara intensif

    2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat

    kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk

    melakukan pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di

    induksi atau secara sectio caesaria.

    3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan

    dapat ditunggu dengan pengawasan ketat

    4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau

    sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan

    atau tanpa amniotomi. Bila :

    a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.

    b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.

    c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.

    d. Pada kehamilan > 40-42 minggu.

    e. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama

  • akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan

    kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu

    dipertimbangkan (Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998).

    5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :

    a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

    b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi

    gawat janin, atau

    c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-

    eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan

    kesalahan letak janin.

    6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan :

    a. Induksi persalinan

    Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah servik

    matang dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama

    oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang

    mematangkan servik dibanding oksitosin.

    b. Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan (misalnya

    minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis),

    memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit

    penelitian untuk menguatkan rekomendasinya.

    c. Metode hormon untuk induksi persalinan :

    1) Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan

    servik sudah matang.

    2) Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan

    servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun

    kombinasi keduanya menunjukkan hal yang positif.

    3) Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang

    diberikan intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus

    peptikum, bukan untuk induksi)

    4) Dinoproston Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia

    dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA

    untuk induksi persalinan pada tahun 1995).

    5) Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam

    bentuk jel 0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk

  • induksi persalinan pada tahun 1993).

    d. Metode non hormon Induksi persalinan

    1) Pemisahan ketuban

    Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban

    mengacu pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian

    servik yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah.

    Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin

    ke dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan

    dilakukan jika terdapat ruptur membran yang tidak disengaja

    dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi janin.

    Pemisahan memban serviks tidak dilakukan pada kasus kasus

    servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi

    yang tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak

    diketahui.

    2) Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja

    3) Pompa Payudara dan stimulasi puting.

    Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan

    metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan.

    Penanganannya dengan menstimulasi putting selama 15 menit

    diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam

    sebanyak 3 kali perhari.

    4) Minyak jarak

    Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel

    maupun jus jeruk dapat meningkatkan angka kejadian

    persalinan spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan.

    5) Kateter foley atau Kateter balon.

    Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian balon

    di isi udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada

    tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini

    sangat efektif

    G. Prognosis

    Beberapa ahli menyatakan kehamilan lewat bulan jika lebih dari 41 minggu

    karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40

  • minggu. Namun sekitar 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu

    hingga 7% akan menjadi 42 minggu tergantung populasi dan kriteria yang

    digunakan.

    Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi

    sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia

    kehamilan. Jika TP telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan

    data yang tidak dapat diandalkan, maka data yang terkumpul sering

    menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia

    kehamilan lebih dari 40 minggu.

    Penyebab bayi lahir mati tidak mudah dipahami dan juga tidak ada

    kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian

    tersebut. (Varney H., 2007). Apabila diambil batas waktu 42 minggu

    frekuensinya adalah 10,4 12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu

    frekuensinya adalah 3,4 -4% ( Mochtar, R., 1998).

    H. Patofisiologi

    Penyebab dari pada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal,

    yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup

    bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,

    Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin.

    Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga

    berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak

    pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu,

    terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga

    spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai

    oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin.

    Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Sehingga janin dapat

    mengalamo pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi. Volume air

    ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal dan

    usus dari janin. Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin

    mengakibatkan sindrom aspirasi mekonium yang dapat mengakibatkan

    atelektasis. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik

    untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi :

    30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.

  • I. WOC

    hormonal

    Kadar progesterone

    Kepekaan uterus terhadap oksitosin

    Risiko kematian perinatal

    Kadar kortisol pada darah bayi yang

    rendah

    Kerentanan stress

    Insudiensi plasenta

    Spasme arteri spialis

    plasenta

    Sirkulasi O2 ke janjin

    Kelemahan pada janin

    Riwayat hamil dg

    postmatur sebelumnya Resti Hipoksia

    Sirkulasi nutrisi ke

    janin

    Gangguan suplai

    nutrisi

    BBLR

    Nutrisi kurang dari

    kebutuhan Tidak terjadi his

    Dampak pada ibu BBL post matur Dampak pada bayi

    Kurang

    pengetahuan

    Koping individu

    inefektif

    ansietas

    Ketuban tercampur

    dengan meconium

    Absorbs kembali air

    ketuban oleh janin

    Gg ventilasi bayi

    ketika lahir

    asfiksia IUFD

    Gg pemenuhan

    keb O2

  • ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

    1. Anamnesa

    Tujuan anamnesa adalah untuk mengumpulkan informasi tentang riwayat

    kesehatan dan kehamilan. Informasi ini digunakan dalam proses

    menentukan diagnosa keperawatan dan mengembangkan rencana asuhan

    keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tanyakan pada ibu:

    a Nama, umur, alamat dll.

    b Keluhan Utama

    c Riwayat penyakit sekarang

    d Riwayat penyakit masa lalu

    e Riwayat penyakit keluarga

    f Tanyakan HPHT

    g Status obstetrik : G, P, A, P, I, A, H.

    h Apa aktivitas Ibu di rumah

    i Apakah janin aktif bergerak

    j Riwayat kehamilan sekarang dan dahulu

    1) Apakah ibu secara rutin memeriksakan kehamilannya, kemana dan

    dengan siapa ibu memeriksakan kehamilannya.

    2) Apakah ada masalah selama ibu hamil dan apakah ibu pernah

    menderita suatu penyakit (asma, hipertensi, DM, dll).

    3) Apakah ibu mempunyai masalah selama persalinan terdahulu/

    sebelumnya.

    4) Berat badan ibu sebelum hamil dan sewaktu hamil, berapa

    penambahan berat badan ibu.

    B. Diagnosa Keperawatan

    1. Resiko tinggi cedera pada janin ybd distress janin

    2. Ansietas pada Ibu ybd ancaman pada status kesehatan

    3. Nyeri ybd penurunan kepala janin/his

    4. Kurang pengetahuan ybd keterbatasan kognitif.

  • C. Intervensi Keperawatan

    1. Dx. 1: Resiko tinggi cedera pada janin b.d distress janin

    Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan klien mampu

    mempertahankan kehamilan sampai janin benar-benar viable

    untuk hidup

    Kriteria hasil: Tidak ada cedera yang terjadi pada pasien.

    Intervensi :

    a. Kaji tanda-tanda vital

    R: untuk mengetahui kondisi pasien

    b. Lakukan pemeriksaan dalam (VT)

    R: untuk mengetahui kematangan servik

    c. Auskultasi dan laporkan irama jantung janin, perhatikan kekuatan ,

    regularitas, dan frekuensi.

    R: untuk mengetahui kondisi janin didalam rahim

    d. Kaji kondisi ibu dan adanya kontraksi uterus atau tanda-tanda lain

    dari ancaman kelahiran.

    R: meminimalkan resiko kematian janin yang akan dilahirkan

    e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi yang tepat.

    R: membantu megurangi resiko yang akan terjadi

    2. Dx. 2: Ansietas pada Ibu b.d ancaman pada status kesehatan

    Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan klien tidak

    cemas

    Kriteria hasil :

    a. Cemas berkurang

    b. Tidak menunjukan perilaku agresif

    Intervensi:

    a. Kaji keadaan umum klien.

    R: untuk mengetahui kondisi pasien

    b. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya.

    R: ventilasi perasaan mengurangi rasa cemas yang muncul

    c. Berikan informasi tentang penyakit klien.

    R: klien paham dan dapat mengambil keputusan dengan tenang

    d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi yang tepat

  • R: mempermudah dalam proses pengobatan sesuai dengan kondisi

    klien.

    3. Dx 3 : Nyeri ybd penurunan kepala janin/his

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1x24jam diharapkan pasien nyerinya

    berkurang.

    KH : klien mengatakan tidak nyeri, skala nyeri 1-3, tanda vital normal

    Intervensi :

    a. Jelaskan tentang nyeri pada kehamilan fisiologis

    b. Anjurkan klien untuk teknik relaksasi( nafas dalam)

    c. Kaji ulang frekuensi nyeri dalam sehari

    d. Kolaborasi dengan team medis tindakan selanjutnya untuk persalinan

    post term

    4. Dx. 4: Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24 jam diharapkan

    pasien memahami tentang kehamilan post term

    Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan

    pengobatan. Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan

    menjelaskan alasan untuk tindakan. Menunjukkan/melakukan

    perubahan pola hidup yang perlu. Berpartisipasi dalam program

    pengobatan.

    Intervensi :

    a. Berikan penjelasan tentang kehamilan post term beserta resiko yang

    akan terjadi.

    R: klien mengerti tentang kehamilan post term

    b. Berikan penjelasan tentang nutrisi untuk kehamilan post term.

    R: klien menjaga pola nutrisi untuk kebutuhan kehamilan post term

    c. Berikan penjelasan tidakan apa saja yang akan dilakukan untuk

    kehamilan post term

    R: klien mampu memilih tindakan yang sesuai yang diinginkan

    d. Kolaborasi dengan tim medis tentang tindakan

    selanjutnya(Lab,anastesi)

    R: memantau kondisi vital persiapan operasi sc

  • DAFTAR PUSTAKA

    Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC Mochtar,

    Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC

    Jaffe, Marrie, etc.1989. Maternal Infant Health Care Plans. Spring House

    Corporation, Pennsylvania.

    Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi

    Wanita.Jakarta : Arcan

    Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC

    Pranoto. 2007. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo

    Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

    Sarwono Prawiroharjo.

    Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

    Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

    Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo

    Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC