260110130097_Pewarnaan Sederhana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pewarnaan sederhana bakteri

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PEWARNAAN SEDERHANA

Rabu, 4 Maret 2015Kelompok IRabu, Pukul 13.30 16.30 WIB

NamaNPMFemmi Anwar260110130097

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PADJADJARAN2015

NilaiTTD

(Shintya) (Benedictus)

Pewarnaan Sederhana

I. TujuanMengamati ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari bakteri, dengan menggunakan satu macam zat pewarna.

II. Prinsip1. Teknik AseptisTeknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan.2. Pewarnaan Sederhana Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan zat warna tunggal yang bertujuan untuk mengindentifikasi morfologi sel bakteri.3. Ikatan IonAdanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.

III. Teori DasarMikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat. (Entjang,2003).Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromotofiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (Dwidjoeseputro, 1994).Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadiutomo. 1990). Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( stafilococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay.1994).Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis atau olesan yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul. (Waluyo,2010).Pewarnaan sederhana kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromotofiknya bermuatan positif) (Chan,2014).Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri (Lestari,2013).

IV. Alat dan Bahan1. Alat a. Bak pewarna. b. Botol Semprotc. Cawan petrid. Kaca obyek, e. kapas f. kertas saring g. Mikroskop majemuk h. Ose i. Pembakar spirtus.2. Bahana. Alkohol 70 %b. air suling dalam botol semprot. c. Sampel air liur d. Zat warna karbol fuksin, biru metilen dan karbol gentian violet.3. Gambar AlatBak warnaCawan petriKaca obyekKapasKertas saringMikroskop MajemukOsePembakar spiritus

V. ProsedurDibuat olesan bakteri dari air liur di atas kaca obyek yang bersih serta bebas lemak. Setelah dingin, preparat tersebut diletakkan di atas bak warna, Olesan digenangi tersebut dengan biru metilen, dibiarkan olesan terwarnai selama 1-2 menit, Zat warna yang berlebih dituangkan dari preparat lalu dibilas dengan air sampai air bilasan berwarna pucat. Preparat dikeringkan dengan kertas saring. Sedikit minyak emersi diteteskn pada preparat, lalu diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100X dan 400X. Diamati dan digambarkan hasilnya.

VI. Hasil Pengamatan

Bakteri bentuk cocciBakteri bentuk bacilGambar Pewarnaan Sederhana Perbesaran 100X

Bakteri bentuk cocciBakteri bentuk bacilGambar Pewarnaan Sederhana Perbesaran 400X

VII. PembahasanPada praktikum ini, dilakukan pewarnaan sederhana terhadap bakteri yang ada dalam sampel air liur. Pewarnaan dilakukan untuk memudahkan dalam pengamatan bakteri karena bakteri sulit dilihat dengan cahaya. Hal ini disebabkan bakteri tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan dan dapat mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri.Dalam pewarnaan sederhana ini harus dilakukan secara aseptis dimana alat-alat yang digunakan dan cara kerja yang dilakukan harus steril. Hal tersebut berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang tak diinginkan agar mendapatkan pengukuran yang akurat.Sebelum melakukan pekerjaan, tangan harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun cuci, dibilas air kran dan disemprot dengan alkohol 70%. Alat-alat yang digunakan, disterilkan dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada bahan dan bentuk. Cawan petri yang digunakan sebagai wadah sampel air liur dapat disterilkan dengan cara menggunakan autoklaf yaitu suatu alat sterilisasi dengan prinsip kerja udara di dalam bejana sterilisasi diganti dengan uap jenuh, dengan alat pembuka atau penutup khusus. Sebelum disterilisasi, cawan petri harus terlebih dahulu dibungkus dengan koran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terbentuknya uap air didinding dan di bagian dalam cawan petri sehingga tidak terkontaminasi bakteri yang berasal dari luar.Kaca obyek yang digunakan disterilkan terlebih dahulu dengan cara direndam dalam alcohol 70%, kemudian dikeringkan menggunakan kapas sampai bebas lemak. Setelah itu kaca obyek dipegang bagian sisinya menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk menghindari kontaminan yang menempel pada tangan. Pada bagian bawah kaca obyek dibuat sebuah lingkaran. Lingkaran ini berfungsi sebagai penanda daerah pengamatan. Ose disterilkan dengan cara dipijarkan pada pembakar spirtus kemudian dibiarkan mendingin. Setelah dingin, buka cawan petri yang berisi sampel air liur di dekat pembakar spirtus yang masih menyala agar kontaminan tidak mudah masuk. Ambil sampel air liur menggunakan ose yang sudah difiksasi dan mendingin, kemudian dioleskan pada bagian atas ose di daerah yang sudah ditandai oleh lingkaran pada bagian bawah kaca obyek. Sebelum dioleskan, fiksasi mulut cawan petri dengan mendekatkannya pada api, lalu mulut cawan petri ditutup.Setelah dioleskan, fiksasi ose kemudian lewatkan preparat di atas lidah api untuk merekatkan sampel/bakteri tanpa merusak struktur selnya, lalu api dimatikan. Diamkan preparat beberapa saat. Setelah dingin, preparat diletakkan di atas bak warna. Kemudian, olesan sampel ditetesi zat warna. Zat warna yang digunakan pada praktikum kali ini adalah biru metilen yang merupakan zat warna basa. Zat warna yang diteteskan harus menggenangi seluruh bagian dari sampel yang dioleskan agar seluruh bakteri dalam sampel dalam mengabsorpsi zat warna. Setelah ditetesi, biarkan selama 1-2 menit. Biru metilen yang diteteskan didiamkan selama1 menitbertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel bakteri.Kemudian dibilas dengan menggunakan air secara perlahan agar bakteri tetap menempel. Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Preparat dikeringkan dengan menggunakan kertas saring dengan cara ditepuk-tepuk secara perlahan. Pengeringan ini berguna agar aquades yang tersisa tidak tercampur dengan zat warna yang menempel pada bakteri. Setelah kering, pretparat ditetesi minyak emersi. Minyak emersi berfungsi sebagai medium untuk mentransmisikan cahaya dan mencegah pembiasan pada saat pengamaatan menggunakan mikroskop.Minyak imersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air atau udara sehingga objek yang diamati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak imersi. Selain itu minya emersi memiliki indeks bias yang sama dengan kaca yaitu 1,56.Preparat yang sudah ditetesi minyak emersi ditempatkan dibawah lensa objek pada mikroskop. Kemudian putar atau pasang lensa objektif 100x dan turunkan lensa tersebut sampai menyentuh minyak imersi. Minyak imersi akan menaikan indeks bias cahaya sehingga objek dapat terlihat dengan lebih jelas. Agar terlihat lebih jelas lagi, maka dilakukan perbesaran 400X, sehingga bakteri yang diamati dapat terlihat lebih jelas. Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa pada sampel air liur terdapat bakteri yang berbentuk cocci dan bacil. Bakteri-bakteri tersebut berwarna biru karena efek dari penggunaan zat warna biru metilen. Bakteri yang ada sampel air liur dapat diwarnai karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa). Biru metilen merupakan zat warna yang bersifat alkalin (komponen kromotofiknya bermuatan positif). Pewarnaan ini terjadi karena adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Pewarna basa yang memiliki senyawa yang bersifat positif diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi berwarna dan terlihat.

VIII. KesimpulanUkuran, bentuk dan struktur-struktur dari bakteri yang terdapat pada sampel air liur dapat diamati dengan menggunakan pewarnaan sederhana. Bentuk dari bakteri yang terdapat dari sampel air liur yaitu berbentuk coccid dan bacil.

Daftar Pustaka

Chan,Fauziah. 2014. Pewarnaan Sederhana. Tersedia online dihttp://www.academia.edu/7461429/Edit_makalah (Diakses pada tanggal 8 Maret 2015)Dwidjoseputro, D,1989.Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: DjambatanEntjang, T. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT Citra aditya Bakti.Lay, Bibiana.W.1994. Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : RajawaliLestari, 2013. Pewarnaan Bakteri. https://www.academia.edu/10414811/Pewarnaan_Bakteri_1_MAKALAH_PEWARNAAN_SEDERHANA_NEGATIF_KAPSUL_dan_GRAM ( Diakses pada tanggal 9 Maret 2015Waluyo, Iud. 2010.Buku Petunjuk Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press