Upload
ayu-apriliani
View
21
Download
30
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pemeriksaan ekstrak
Citation preview
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN V dan VI
PEMERIKSAAN MUTU DAN KADAR FLAVANOID TOTAL EKSTRAK
DIHITUNG SEBAGAI KUERSETIN
NAMA : AYU APRILIANI
NPM : 260110140078
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 13 dan 20 OKTOBER 2015
ASISTEN :1. HASYA AQDAN
2. HESTI JUWITA SARI
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
Abstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan.
Pada percobaan ini digunakan ektrak dari simplisia daun salam (Syzygium
polyanthum). Proses ekstraksi daun salam menggunakan pelarut etanol dengan
metode maserasi. Parameter ekstrak dibagi dua, yaitu non spesifik dan spesifik.
Untuk parameter non spesifik pengujian yang dilakukan adalah penentuan kadar
abu , kadar abu tidak larut asam dan bobot jenis. Kadar abu yang diukur adalah
kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam untuk menentukan kadar pengotor
pada ekstrak. Bobot jenis ekstrak adalah perbandingan antara massa dan volume
ekstrak yang diukur dengan menggunakan piknometer. Dilakukan uji kadar
kandungan flavonoid pada ekstrak. Kadar golongan kandungan kimia yang
ditentukan adalah flavonoid dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Kadar abu total yang didapatkan pada percobaan ini sebesar 20 %, kadar abu yang
tidak larut asam sebesar 15 %, bobot jenis ekstrak sebesar 0,125.g/ml dan kadar
golongan flavonoid yang dihitung sebagai kuersetin sebesar 1000 ppm adalah
dan dalam 500 ppm adalah .
Kata Kunci: Ekstrak, Syzygium polyanthum, Flavonoid, Kadar Abu, Bobot
jenis
Abstract
Extract is a viscous preparation obtained by extracting the active compounds of
simplisia vegetable or animal crude drugs using a suitable solvent, then all or
almost all the solvent is evaporated and remaining powder mass or treated so as to
satisfy a predetermined standard. , In this experiment used extracts of botanicals
bay leaf (Syzygium polyanthum). The extraction process leaves using ethanol by
maceration method. Parameter extract is divided into two, namely non-specific
and specific. For non-specific parameter tests performed is the determination of
ash, acid insoluble ash content and density. Ash content measured was total ash
and acid insoluble ash content to determine the levels of impurities in the extract.
Density is the ratio between the mass and volume of the extracts was measured
using a pycnometer. Flavonoid assay performed on extracts. Class levels of
chemical constituents are flavonoids determined using UV-Vis
spectrophotometry. The ash content obtained in this experiment by 20%, ash
content insoluble acid by 15%, density is of extract 0,125.g / ml and content of
the flavonoid quercetin calculated as of 1000 ppm is 0.1712750% and in 500 ppm
is 0.0724775%.
Keywords: Extract, Syzygium polyanthum, Flavonoids, The ash content,
density
I. Pendahuluan
Dalam menentukan suatu
ekstrak terstandar atau tidak ada
beberapa parameter yang harus
diujikan. Salah satu uji parameternya
yaitu uji kadar abu total dan uji kadar
abu tidak larut asam. Penetapan
kadar abu merupakan cara untuk
mengetahui sisa yang tidak menguap
dari suatu simplisia pada
pembakaran. Pada penetapan kadar
abu total, abu dapat berasal dari
bagian jaringan tanaman sendiri atau
dari pengotoran lain misalnya pasir
atau tanah. Penetapan kadar abu
tidak larut asam ditujukan untuk
mengetahui jumlah pengotoran yang
berasal dari pasir atau tanah silikat
(Tim Dosen, 2011).
Mutu simplisia dan ekstrak
berkaitan dengan kandungan
metabolit sekunder dalam tanaman.
Metabolit sekunder adalah senyawa
kimia hasil biogenesis dari metabolit
primer yang bukan merupakan
senyawa penentu kelangsungan
hidup secara langsung tetapi lebih
sebagai hasil mekanisme pertahanan
diri organisma, umumnya dihasilkan
tumbuhan tingkat tinggi.8 Jenis dan
"Puslitbang Biomedis dan Fannasi,
Badan Litbangkes Media Litbang
Kesehatan Volume XVIII Nomor 4
Tahun 2008 213 kadar metabolit
sekimder memegang peran penting
karena perbedaan kandungan
senyawa secara teoritis akan
memberikan aktivitas farmakologi
berbeda untuk setiap ekstrak.
Aktivitas ini dapat secara sinergis
dan dapat pula antagonis bila terjadi
interaksi.9 Berdasarkan hal tersebut
di atas maka penetapan karakterisasi
simplisia dan ekstrak dari ramuan
lokal daun miana, buah sirih dan
madu secara fisiko kimia perlu
dilakukan guna menjamin
standardisasi mutu sediaan. Daun
miana adalah daun (Lisdawati
dkk,2008)
Standarisasi jamu yang telah
dilakukan meliputi parameter
spesifik dan parameter non spesifik.
Parameter spesifik yang dilakukan
terdiri dari pemeriksaan makroskopik
dan mikroskopik, serta penetapan
kadar sari larut air dan kadar sari
larut etanol. Sedangkan parameter
non spesifik terdiri dari penetapan
susut pengeringan, penetapan kadar
air dengan metode destilasi, kadar
abu total, abu larut air, abu tidak
larut asam, uji cemaran mikroba
dengan metode ALT( Angka empeng
Total) (Riyanti dkk,2013)
Flavonoid adalah senyawa
fenol alam yang terdapat dalam
hampir semua tumbuhan. Sejumlah
tanaman obat yang mengandung
flavonoid telah dilaporkan memiliki
aktivitas antioksidan, antibakteri,
antivirus, antiradang, antialergi, dan
antikanker. Efek antioksidan
senyawa ini disebabkan oleh
penangkapan radikal bebas melalui
donor atom hidrogen dari gugus
hidroksil flavonoid. Beberapa
penyakit seperti arterosklerosis,
kanker, diabetes, parkinson,
alzheimer, dan penurunan kekebalan
tubuh telah diketahui dipengaruhi
oleh radikal bebas dalam tubuh
manusia. Flavonoid menjadi
perhatian karena peranannya bersifat
obat dalam pencegahan kanker dan
penyakit
kardiovaskular.(Hamka,2013).
Tujuan dari praktikum kali ini
adalah untuk menentukan kadar abu
total dalam ekstrak, menentukan
kadar abu tidak larut asam dari
ekstrak, dan untuk menentukan bobot
jenis dari ekstrak, menentukan kadar
flavonoid dari ekstrak tumbuhan dan
ekstrak etanol dengan metode
spektrofotometri UV-Vis dan
menguji kandungan kuersetin dalam
ekstrak dengan metode kromatografi
lapis tipis.
Prinsip yang digunakan dalam
praktikum ini adalah ekstrak,
ekstraksi, penetapan kadar abu,
flavonoid, kalorimetri,
spekrofotometri UV-Vis, dan kurva
kalibrasi serta kromatografi lapis
tipis.
Ekstraksi adalah kegiatan
penarikan kangdungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari
bahan yang tertarik dengan pelarut
air ( Dirjen POM, 2000).
Ekstrak adalah sediaan kental
yang diperoleh dengan mengekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati
atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan
dan masa yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku
yang telah ditentukan (Depkes RI,
1995).
Abu merupakan zat anorganik
yang berupa logam berat atau
mineral yang berada di ekstrak dan
dianggap sebagai kotoran dalam
ekstrak.
a. Perhitungan kadar abu total
% Kadar abu total = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑎𝑏𝑢 /𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑎 ×100%
b. Perhitungan kadar abu
tidak larut asam
% Kadar abu tidak larut sama
= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 /𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑎 ×100%
(Agusman,2010)
Senyawa flavonoid adalah suatu
kelompok senyawa fenol yang
tersebar yang ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat
warna merah, ungu, biru, dan sebagai
zat warna kuning yang ditemukan
dalam tumbuhan. Flavonoid
merupakan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada tanaman
hijau, kecuali alga (Markham, 1988).
Kolorimetri adalah salah satu
metode analisa kimia yang
didasarkan pada perbandingan
intensitas warna suatu larutan dengan
warna larutan standar. Metode
analisa ini adalah bagian dari analisa
fotometri. Perbedaan analisa
kolorimetri dengan analisa fotometri
lain terutama terletak pada macam
larutan yang dianalisis. Apabila
larutan yang dianalisis merupakan
larutan yang homogen (bukan
koloid), maka metode analisanya
disebut sebagai kolorimetri (Basset,
1994).
Spektrofotometri cahaya
tampak atau UV-Vis adalah
pengukuran energy cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang
gelombang tertentu. Sinar ultraviolet:
(UV) mempunyai panjang
gelombang antara 200-400 nm dan
sinar tampak (visible) mempunyai
panjang gelombang 400-750nm
(Day, 2002).
Kurva kalibrasi merupakan
grafik yang membentuk garis lurus
atau linear yang menyatakan
hubungan antara kadar larutan kerja
termasuk blanko dengan respon yang
proporsional dengan instrument
(Hadi, 2015).
Kromatografi lapis tipis
merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu sampel yang
ingin dideteksi dengan menggunakan
komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran
(Skoog, 1995).
II. Metode
Alat
Chamber, corong, cawan porselen,
desikator, gelas kimia, labu ukur,
kertas saring, krus, plat silica,
piknometer, pipet tetes, sinar UV,
spektrofotometer UV-Vis dan
tungku.
Bahan
Amonium klorida, asam asetat, asam
klorida encer, akuades, ekstrak daun
jati belanda, etanol, kalium asetat, n-
butanol.
Penetapan Kadar Abu
Ditimbang 2 gram ekstrak ke dalam
cawan. Kemudian dipijarkan
perlahan dengan menaikkan suhu
secara bertahap hingga 600 ±25OC
sampai bebas karbon. Kemudian
didinginkan dan meninmbang berat
abu. Kadar abu dihitung dengan
perbandingan berat abu dengan berat
sampel.
Kadar Abu Yang Tidak Larut
Dalam Asam
Abu yang diperoleh dari kadar abu
total didihkan dengan 25 mL HCl
encer selama 5 menit. Abu yang
tidak larut asam dikumpulkan dan
disaring. Kemudian dicuci dengan air
panas dan ditimbang. Abu
dipanaskan lagi sampai bebas
karbon. Abu ditimbang kembali
setelah didinginkan. Hitung kadar
abu tidak larut asam dengan
dibandingkan dengan berat sampel.
Penentuan Bobot Jenis
Bobot jenis ekstrak dihitung setelah
diencerkan sebesar 5% dalam etanol.
Piknometer kosong ditimbang
terlebih dahulu. Kemudian ditimbang
piknometer dengan isi ekstrak encer.
Dihitung bobot jenis yaitu
perbandingan antara selisih massa
pikno kosong dengan pikno + ekstrak
dengan volume piknometer.
Penentuan Jumlah Flavonoid
Metode Alumunium Klorida
Ekstrak kental ditambah dengan
etanol 95% sampai 25 mL. Kurva
kalibrasi kuersetin pembanding
dengan konsentrasi 40, 60, 80, 100,
dan 120 μg/mL. Kemudian masing-
masing konsentrasi diambil 0.5 mL
dan ditambah 1.5 mL etanol 95%, 0.1
mL alumunium klorida 10%, 0.1 mL
kalium asetat 1 M dan 2.8 mL
aquades. Inkubasi selama 30 menit
dan diukur serapannya dengan
spektrofotometer uv-vis pada
panjang gelombang 438 nm.
Pengujian jumlah flavonoid dari
ekstrak dengan prosedur yang sama.
Pengujian Kualitatif
KandunganKuersetin Dalam
Ekstrak
Larutan ekstrak dan baku kuersetin
ditotolkan diatas plat KLT. Eluen
dijenuhkan terlebih dahulu di dalam
chamber yang mengandung n-
butanol, asam asetat, dan air (4:1:5).
Setelah jenuh plat KLT
dikembangkan kemudian
dikeringkan dan dilihat di bawah
sinar UV. Rf dihitung dan
dibandingkan dengan Rf standard.
III. Hasil
Pemeriksaan mutu ekstrak (kadar abu total, kadar abu tidak larut asam)
a. kadar abu total
No. Perlakuan Hasil
1. ditimbang 2 gram ekstrak,
dipijarkan
Massa kurs kosong = 22,4 gram
Massa kurs + ekstrak = 24,4 gram
Massa ekstrak 2 gram
2. suhu dinaikkan hingga 600 c,
didinginkan dan ditimbang berat
abu kadar abu dihitung terhadap
ekstrak menjadi abu
berat abu 22,8 gram - 22,4 gram=
0,4 gr
berat sampel awal kadar abu yang didapat sebesar 20%
b. kadar abu yang tak larut asam
No. perlakuan Hasil
1. Didihkan abu dengan 25 ml HCl
encer p.
Bagian abu yang tak larut asam
terpisah
2. Kumpulkan bagian yang tak larut
asam, disaring, dicuci dengan air
panas timbang hasilnya.
0,3 gram
3. Hitung kadar abu yang tak larut
asam terhadap berat sampel awal
15%
c. penentuan bobot jenis
No. perlakuan Hasil
1. Timbang piknometer kosong Massa 21 gram
2. Piknometr + alkohol Massa 21 gram
3. Piknometer + ekstrak 5% Massa 21,9 gram
4. Piknometer + ekstrak 10% Massa 21,9 gram
5. Bobot jenis 0,1 gram/ml
Perhitungan :
a. Kadar abu total
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
𝑟𝑎𝑚
𝑟𝑎𝑚
b. Kadar abu yang tak larut asam
𝑎 𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑎
𝑟𝑎𝑚
𝑟𝑎𝑚
c. Penentuan bobot jenis
Bobot piknometer = 21 gram
Bobot pikno + alkohol = 21,8 gram
Bobot pikno + alkohol + ekstrak 5% = 21,9 gram
Bobot pikno + alkohol + ekstrak 10% = 21,9 gram
Bobot ekstrak 5%
Bobot ekstrak 5% = –
= –
Bobot ekstrak 10%
Bobot ekstrak 5% = –
= –
Pemeriksaan mutu ekstrak (kadar total gol. Kand. Kimia, kadar kandungan
kimia kuersetin)
1. Pembuatan kurva kalibrasi dengan kuersetin sebagai pembanding
NO PERLAKUAN HASIL
1. Dibuat
serangkaian
larutan kuersetin
dalam etanol
dengan
konsentrasi 40,
60, 80, 100, 120
ppm
larutan kuersetin tersedia
2. Dicampurkan 0,5
ml dari masing-
masing larutan
dengan 1,5 ml
etanol 95%, 0,1
ml alumunium
klorida 10 %, 0,1
ml kalium asetat
1 ml, dan 2,8 ml
aquadest. Lalu
diinkubasi selama
30 menit
tidak terjadi perubahan warna
3. Ukur serapannya
dengan alat
spektrofotometri
uv-vis pada
panjang
gelombang
sampel absorbansi
40
ppm
60
ppm
80
ppm
100
ppm
120
ppm
I 0,1947 0,
3648
0,4250 0,6251 0,7791
max.438 nm II 0,1958 0,3647 0,4250 0,6248 0,7791
III 0,
1964
0,3674 0,4250 0,6251 0,7789
Rata-
rata
0,1956 0,3656 0,4250 0,625 0,7790
2. penentuan jumlah flavonoid dan larutan uji ekstrak etanol
No. Peerlakuan Hasil
1. 0,5 ml ekstrak etanol sampel
dicampurkan dengan 1,5 ml
etanol 95%, 0,1 ml
alumunium klorida 10 %, 0,1
ml kalium asetat 1 ml, dan 2,8
ml aquadest. Lalu diinkubasi
selama 30 menit pada suhu
kamar
Larutn ekstrak tersedia dan tidak terjadi
perubahan warna
2. Diukur serapannya dengan
mengguakan alat
spektrofotometer uv-vis pada
panajng gelombang max.438
nm
ppm I II III Rata-
rata
1000 0,4013 0,4014 0,4018
500
3. Menentukan jumlah flavonoid
dengan metode kolorimetri.
Rumus:
𝑚
3. pengujian kualitatif kandungan kuersetin dalam ekstrak
No. perlakuan Hasil
1. Ditotolkan larutan ekstrak dan
baku kuersetin masing-masing 1
cm di atas plat tetes
Ekstrak ada pada plat KLT
2. Plat dikembangkan dalam
chamber yang mengandung 200
ml campuran n-butanol, asam
asetat dan air dengan
perbandingan (4:1:5)
Fase diam pada plat mengembang
akibat proses kapilaritas dari eluen
yang naik sampai batas atas dari plat
KLT
3. Plat yang telah mengembang
dikeringkan dan dilihat dibawah
sinar uv
-
4. Dihitung nilai Rf dari sampel dan
bandingkan dengan nilai Rf
standar
-
5. Untuk pengujian warna pada spot
plat:
Plat dikebangkan dalam chamber
jenuh yang mengandung uap
amonia. Hasil positif terjadi
perubahan warna menjadi kuning
pekat yang menandakan adanya
kuersetin
-
1. pembuatan larutan baku
Perhitungan ppm:
V1 x N1 = V2 x N2
6 x 1000 = X x 120
X= 50 mL (44 mL aq + 6 mL kuersetin)
PENGENCERAN :
- 100 ppm
5 x 120 = X x 100
X= 6 mL (1 mL aq + 5 mL kuersetin)
- 80 ppm
4 x 100 = X x 80
X= 5 mL (1 mL aq + 4 mL kuersetin)
- 60 ppm
3 x 80 = X x 60
X= 4 mL (1 mL aq + 3 mL kuersetin)
- 40 ppm
2 x 60 = X x 40
X= 3 mL (1 mL aq + 2 mL kuersetin)
Kurva baku
sampel Absorbansi
40 ppm 60 ppm 80 ppm 100 ppm 120 ppm
I 0,1947 0, 3648 0,4250 0,6251 0,7791
II 0,1958 0,3647 0,4250 0,6248 0,7791
III 0, 1964 0,3674 0,4250 0,6251 0,7789
Rata-rata 0,1956 0,3656 0,4250 0,625 0,7790
500 ppm absorbansi 0,2077
Y = ax + b
0,2077 = 0,007131x – 0,08704
0,29474 = 0,007131x
X= 41,33 ppm
2. larutan sampel ekstrak daun salam
- pengenceran ekstrak (1000 ppm)
0,05 g / 50 ml = 50 mg / 0,05 L = 1000 ppm
- larutan ekstrak 500 ppm
1000 x X = 500 x 10
X = 50 / 10 = 5 ml ( 5 ml larutan ekstrak + 5 ml aq)
2. Penentuan jumlah flavonoid dari larutan uji ekstra etanol
a. Membuat 1000 ppm dalam 50 ml
1000 ppm = x μgram / 50 ml
X = 50 mg ekstrak
b. Membuat 500 ppm dalam 10 ml
V . N = V . N
V . 1000 = 10 . 500
V = 5 ml
Data absorbansi larutan ekstrak salam 1000 ppm dan 500 ppm
No. Absorbansi
1. 0,4013
2. 0,4014
3. 0,4018
y 0,4015
Data absorbansi larutan ekstrak 500 ppm
No. Absorbansi
1. 0,3263
2. 0,3265
3. 0,3265
y 0,32643
Persamaan
1000 ppm
0,4015 = 0,07131 x -
X= 0,48854 / 0,07131
X= 6,851 ppm atau gr/L
500 ppm
0,32643 = 0,07131 x -
X= 5,7982 ppm atau gr/L
Menghitung jumlah flavonoid
𝑚
Diketahui:
C = 1000 ppm 6,851 x 10-3
gr/ml
500 ppm 5,7982 x 10-3
gr/ml
V = etanol awal pembuatan = 50 ml
F = 500 ppm 125
1000 ppm 250
m = 0,05 gram
1. 1000 ppm
2. 500 ppm
IV. Pembahasan
Dalam praktikum
pemeriksaan mutu dan kadar
flavonoid total ekstrak dihitung
sebagai kuersertin bertujuan
menentukan kadar abu total dalam
ekstrak, menentukan kadar abu tidak
larut asam dari ekstrak, dan untuk
menentukan bobot jenis dari ekstrak,
menentukan kadar flavonoid dari
ekstrak tumbuhan dan ekstrak etanol
dengan metode spektrofotometri UV-
Vis dan menguji kandungan
kuersetin dalam ekstrak dengan
metode kromatografi lapis tipis.
Daun salam biasa digunakan
sebagai bumbu dapur, pewarna jala,
atau anyaman bambu. Namun,
beberapa referensi menyebutkan
bahwa daun salam dapat digunakan
sebagai terapi kesehatan, seperti obat
diare, hipertensi, maag, diabetes
melitus, sakit gigi, penurun kadar
kolesterol, dan penurun kadar asam
urat. Flavonoid dalam daun salam
berfungsi sebagai antioksidan yang
mampu mencegah terjadinya
oksidasi sel tubuh. Semakin tinggi
oksidasi sel dalam tubuh, maka
semakin tinggi kemungkinan
seseorang untuk menderita penyakit
degeneratif. Kandungan flavonoid
pada daun salam dapat digunakan
untuk mencegah terjadinya
hipertensi, menurunkan kadar
kolesterol tubuh, menurunkan kadar
gula darah, dan menuertrunkan kadar
asam urat.
Percobaan pertama yang
dilakukan adalah penentuan kadar
abu dari ekstrak daun salam.
Penentuan kadar abu berhubungan
erat dengan kandungan mineral yang
terdapat dalam suatu bahan,
kemurnian serta kebersihan suatu
bahan yang dihasilkan. Penentuan
kadar abu adalah mengoksidasikan
senyawa organik pada suhu yang
tinggi, dan melakukan penimbangan
zat yang tinggal setelah proses
pembakaran tersebut. Lama
pengabuan tiap bahan berbeda.
Pengabuan dilakukan pada alat
pengabuan yaitu tanur yang dapat
diatur suhunya. Pengabuan diangap
selesai apa bila diperoleh sisa
pembakaran yang umumnya bewarna
putih abu-abu. Berdasarkan literature
kadar abu total pada ekstrak daun
salam adalah antara 3-5%
(Voigh,1994). Sedangkan pada hasil
percobaan didapatkan kadar abu total
ekstrak daun salam sebesar 20%, bisa
diakibatkan dari proses pembuatan
yang masih meninggalkan kotoran.
Kadar abu yang tidak dapat
larut dalam asam dapat ditetapkan
melalui metode yang resmi. Dalam
hal ini terjadi pemijaran dan
penimbangan, total abu kemudian
dididihkan dengan asam klorida,
disaring, dipijarkan dan ditimbang
abu yang tidak larut dalam asam
dimaksudkan untuk melarutkan
kalsium karbonat, alkali klorida
sedangkan yang tidak larut dalam
asam biasanya mengandung silikat
yang berasal dari tanah atau pasir.
Jumlah kotoran, tanah, tanah liat dan
lain-lain yang terdapat dalam sample
uji disebut sebagai zat anorganik
asing yang terbentuk dalam bahan
obat atau melekat pada bahan obat
pada saat pencampuran. Pada
ketentuan Depkes RI disebutkan
bahwa kadar abu yang tidak larut
asam yang diperbolehkan kurang dari
0.9%. Pada percobaan didapatkan
kadar abu yang tidak larut asam
sebesar 15%. Maka pada bahan
pembuatan ekstrak yang dibuat
masih banyak pasir yang terbawa.
Hal ini dapat disebabkan
penyimpanan simplisia yang tidak
tepat sehingga dapat terkontaminasi.
Pengujian selanjutnya adalah
penetuan bobot jenis dari ekstrak
daun salam. Bobot jenis ekstrak
ditentukan untuk menentukan
kemurnian ekstrak. Bobot jenis
dihitung dengan cara menimbang
pikonmeter yang kosong terlebih
dahulu kemudian ditambahkan
ekstrak yang telah diencerkan dengan
etanol hingga konsentrasi sebesar 5%
dan 10%. Bobot jenis dapat diperoleh
dengan membagi selisih berat antara
piknometer kosong dengan
piknometer yang telah terisi dengan
ekstrak dengan volume piknometer.
Pada percobaan ini didapatkan bobot
jenis ekstrak sebesar .
Selanjutnya menentukan
kadar flavonoid dalam ekstrak daun
salam. Pemeriksaan kadar flavonoid
termasuk ke dalam standardisasi
ekstrak parameter spesifik, yaitu
kadar golongan kandungan kimia
total. Flavonoid berasal dari bahasa
latin yaitu “flavus” yang berarti
kuning, sesuai dengan warna
alaminya. Flavonoid merupakan
metabolit sekunder tanaman yang
memiliki kandungan antioksidan dan
kelat yang signifikan. Secara kimia
flavonoid terdiri atas 15 rangka
karbon yang terdiri atas dua cincin
fenil dan sebuah cincin heterosiklik.
Flavonoid memilki 6 subkelas
berdasarkan perbedaan struktur
kimianya yang secara umum dapat
kita temukan dalam buah-buahan,
sayuran, kacang-kacangan, teh dan
kakao.
Salah satu contoh golongan
flavonoid adalah kuersetin yang
bersifat sebagai anti tumor. Kuersetin
adalah senyawa golongan flavonol
(bagian dari flavonoid) yang banyak
terkandung dalam buah-buahan dan
sayuran, misalnya apel, anggur, teh,
bawang merah, dan kopi. Kuersetin
memiliki 5 gugus -OH bebas yang
dapat disubstitusi oleh gugus asil
melalui reaksi esterifikasi. Tiga
gugus dari struktur kuersetin yang
membantu dalam menjagakestabilan
dan bertindak sebagai antioksidan
ketika bereaksi dengan radikal bebas
antara lain: a)Gugus O-dihidroksil
pada cincin B b)Gugus 4-oxo dalam
konjugasi dengan alkena 2,3 c)Gugus
3- dan 5- hidroksil Gugus fungi
tersebut dapat mendonorkan elektron
kepada cincin yang akan
meningkatkan jumlah resonansi dari
struktur resonansi senyawa benzena.
Pada percobaan ini kadar flavonoid
dihitung dengan menggunakan
spektrofotometri Uv-vis. Kadar
flavonoid dihitung sebagai kuersetin,
kuersetin merupakan senyawa aktif
dari golongan flavonoid. Sehingga
perhitungan kuersetin sama dengan
menghitung kadar flavonoid. . Kurva
baku pada percobaan ini digunakan
menggunakan larutan baku kuersetin
dengan konsentrasi 40, 60, 80, 100,
dan 120 ppm. Metode yang
digunakan adalah metode
kolorimetri. Metode kolorimetri
adalah suatu metoda analisis kimia
yang didasarkan pada tercapainya
kesamaan warna antara larutan
sampel dan larutan standar, dengan
menggunakan sumber cahaya
polikromatis dengan detektor mata.
Dihasilkan persamaan kurva
bakunya adalah y = 0,007131x –
0,08704 dan nilai regresinya adalah
1. Kadar sampel dibuat dalam 1000
ppm dan 500 ppm. Perlakuan sama
seperti yang dilakukan untuk kurva
baku, yaitu dengan metode
kolorimetri alumunium klorida.
Dihasilkan kadar kuersetin untuk
konsentrasi 1000 ppm adalah
dan untuk 500 ppm
adalah .Kadar ini
mengindikasikan bahwa kadar
senyawa golongan flavonoid dalam
ekstrak tidak memenuhi syarat, yaitu
>0,4%. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan proses pengolahan
ekstrak yang benar. Kandungan
kimia dalam ekstrak tidak memenuhi
syarat bisa disebabkan pemanasan
yang berlebihan, reaksi oksidasi,
pengotor yang berlebih yang dapat
mengurangi kadar kandungan kimia.
Kemudian pada saat proses
penentuan kadar, reagen yang
digunakan sudah terkontaminasi
dengan zat yang lain, dan penentuan
kurva baku yang dilakukan kurang
presisi dan kurang akurat
V. Kesimpulan
1. Kadar abu total pada
sampel sebesar 20 %,
sedangkan syarat yang
menandakan ekstrak itu baik
kadar abu tidak lebih dari 3- 5
%.
2. Kadar abu tidak larut asam
pada sample dihasilkan
sebesar 15 %, sedangkan
syarat dalam parametaer non
spesifik kadar abu tidak larut
asam tidak boleh lebih dari
0,9 %.
3. Bobot dalam satu mili
ekstrak sampel yang didapat
adalah 0,125.g/ml.
4. Kadar flavonoid yang
dihasilkan dalam 1000 ppm
adalah dan
dalam 500 ppm adalah
.
Daftar Pustaka
Agusman. 2010. Penentuan Kadar
Air & Kadar Abu dari Gliserin.
Tersedia online di
http://respository.usu.ac.id/bitst
ream/123456789/09E00321.pd
f (Diakses online pada 9
Oktober 2015).
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel:
Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Day, R.A. 2002. Analisis Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Depkes RI.1995.Farmakope
Indonesia ed IV.Jakarta:Depkes RI
Depkes RI.Farmakope Herbal
Indonesia ed 1.Jakarta:Depkes RI
Ditjen POM.2000.Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat.Jakarta:Agromedia
Pustaka.
Hadi, A. 2015. Lineritas Kurva
Kalibrasi Parameter
Lingkungan. Tersedia online di
http://www.infolabling.com/20
14/03/linearitas-kurva-
kalibrasi-parameter.html
(Diakses online pada 9 Oktober
2015).
Hamka.2013. Analisis Nilai
Absorbansi dalam Penentuan
Kadar Flavonoid untuk
Berbagai Jenis Daun Tanaman
Obat.Pillar Of Physic.vol 2:72-
83
Lisdawati,V.,D.Mutiatikum.,S.Alega
ntina.,dan Y.Astuti.2008.
KARAKTERISASIDAUN
MIANA (Plectranthus
scutellarioides (L.) Bth.) DAN
BUAH SIRIH (Piper betle L.)
SECARA FISIKO KIMIA
DARI RAMUAN LOKAL
ANTIMALARIA DAERAH
SULAWESI UTARA.Media
Litbang Kesehatan.vol
18(4):213-225.
Markham, K.R. 1988. Cara
Mengidentifikasi Flavonoid.
Bandung: Penerbit ITB.
Riyanti,S.,O.Irnawati.,dan
J,Ratnawati.2013.Pemantauan
Kualitas Jamu yang Beredar di
Kota Cimahi.Kartika Jurnal
Ilmiah Farmasi.Vol 1(1):45-48
Skoog, D.A. 1996. Fundamental of
Analytical Chemistry 7th
Edition. Newyork: Saundess
College Publishing.
Penuntun Praktikum Fitokiomia I
.Laboratorium Farmakognosi
Fitokimia, Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Voigh, 1994. Ekstrak Daun Salam.
Tersedia online di
http://repository.wima.ac.id/21
1/2/BAB%201.pdf (Diakses
pada tanggal 1 November
2015)
Lampiran
Preparasi Sampel
Hasil Absorbansi