25
LAPORAN AKHIR PERCOBAAN V dan VI PEMERIKSAAN MUTU DAN KADAR FLAVANOID TOTAL EKSTRAK DIHITUNG SEBAGAI KUERSETIN NAMA : AYU APRILIANI NPM : 260110140078 HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 13 dan 20 OKTOBER 2015 ASISTEN :1. HASYA AQDAN 2. HESTI JUWITA SARI LABORATORIUM ANALISIS FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015

260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemeriksaan ekstrak

Citation preview

Page 1: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

LAPORAN AKHIR PERCOBAAN V dan VI

PEMERIKSAAN MUTU DAN KADAR FLAVANOID TOTAL EKSTRAK

DIHITUNG SEBAGAI KUERSETIN

NAMA : AYU APRILIANI

NPM : 260110140078

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 13 dan 20 OKTOBER 2015

ASISTEN :1. HASYA AQDAN

2. HESTI JUWITA SARI

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Page 2: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Abstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan.

Pada percobaan ini digunakan ektrak dari simplisia daun salam (Syzygium

polyanthum). Proses ekstraksi daun salam menggunakan pelarut etanol dengan

metode maserasi. Parameter ekstrak dibagi dua, yaitu non spesifik dan spesifik.

Untuk parameter non spesifik pengujian yang dilakukan adalah penentuan kadar

abu , kadar abu tidak larut asam dan bobot jenis. Kadar abu yang diukur adalah

kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam untuk menentukan kadar pengotor

pada ekstrak. Bobot jenis ekstrak adalah perbandingan antara massa dan volume

ekstrak yang diukur dengan menggunakan piknometer. Dilakukan uji kadar

kandungan flavonoid pada ekstrak. Kadar golongan kandungan kimia yang

ditentukan adalah flavonoid dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Kadar abu total yang didapatkan pada percobaan ini sebesar 20 %, kadar abu yang

tidak larut asam sebesar 15 %, bobot jenis ekstrak sebesar 0,125.g/ml dan kadar

golongan flavonoid yang dihitung sebagai kuersetin sebesar 1000 ppm adalah

dan dalam 500 ppm adalah .

Kata Kunci: Ekstrak, Syzygium polyanthum, Flavonoid, Kadar Abu, Bobot

jenis

Page 3: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Abstract

Extract is a viscous preparation obtained by extracting the active compounds of

simplisia vegetable or animal crude drugs using a suitable solvent, then all or

almost all the solvent is evaporated and remaining powder mass or treated so as to

satisfy a predetermined standard. , In this experiment used extracts of botanicals

bay leaf (Syzygium polyanthum). The extraction process leaves using ethanol by

maceration method. Parameter extract is divided into two, namely non-specific

and specific. For non-specific parameter tests performed is the determination of

ash, acid insoluble ash content and density. Ash content measured was total ash

and acid insoluble ash content to determine the levels of impurities in the extract.

Density is the ratio between the mass and volume of the extracts was measured

using a pycnometer. Flavonoid assay performed on extracts. Class levels of

chemical constituents are flavonoids determined using UV-Vis

spectrophotometry. The ash content obtained in this experiment by 20%, ash

content insoluble acid by 15%, density is of extract 0,125.g / ml and content of

the flavonoid quercetin calculated as of 1000 ppm is 0.1712750% and in 500 ppm

is 0.0724775%.

Keywords: Extract, Syzygium polyanthum, Flavonoids, The ash content,

density

Page 4: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

I. Pendahuluan

Dalam menentukan suatu

ekstrak terstandar atau tidak ada

beberapa parameter yang harus

diujikan. Salah satu uji parameternya

yaitu uji kadar abu total dan uji kadar

abu tidak larut asam. Penetapan

kadar abu merupakan cara untuk

mengetahui sisa yang tidak menguap

dari suatu simplisia pada

pembakaran. Pada penetapan kadar

abu total, abu dapat berasal dari

bagian jaringan tanaman sendiri atau

dari pengotoran lain misalnya pasir

atau tanah. Penetapan kadar abu

tidak larut asam ditujukan untuk

mengetahui jumlah pengotoran yang

berasal dari pasir atau tanah silikat

(Tim Dosen, 2011).

Mutu simplisia dan ekstrak

berkaitan dengan kandungan

metabolit sekunder dalam tanaman.

Metabolit sekunder adalah senyawa

kimia hasil biogenesis dari metabolit

primer yang bukan merupakan

senyawa penentu kelangsungan

hidup secara langsung tetapi lebih

sebagai hasil mekanisme pertahanan

diri organisma, umumnya dihasilkan

tumbuhan tingkat tinggi.8 Jenis dan

"Puslitbang Biomedis dan Fannasi,

Badan Litbangkes Media Litbang

Kesehatan Volume XVIII Nomor 4

Tahun 2008 213 kadar metabolit

sekimder memegang peran penting

karena perbedaan kandungan

senyawa secara teoritis akan

memberikan aktivitas farmakologi

berbeda untuk setiap ekstrak.

Aktivitas ini dapat secara sinergis

dan dapat pula antagonis bila terjadi

interaksi.9 Berdasarkan hal tersebut

di atas maka penetapan karakterisasi

simplisia dan ekstrak dari ramuan

lokal daun miana, buah sirih dan

madu secara fisiko kimia perlu

dilakukan guna menjamin

standardisasi mutu sediaan. Daun

miana adalah daun (Lisdawati

dkk,2008)

Standarisasi jamu yang telah

dilakukan meliputi parameter

spesifik dan parameter non spesifik.

Parameter spesifik yang dilakukan

terdiri dari pemeriksaan makroskopik

dan mikroskopik, serta penetapan

kadar sari larut air dan kadar sari

larut etanol. Sedangkan parameter

non spesifik terdiri dari penetapan

Page 5: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

susut pengeringan, penetapan kadar

air dengan metode destilasi, kadar

abu total, abu larut air, abu tidak

larut asam, uji cemaran mikroba

dengan metode ALT( Angka empeng

Total) (Riyanti dkk,2013)

Flavonoid adalah senyawa

fenol alam yang terdapat dalam

hampir semua tumbuhan. Sejumlah

tanaman obat yang mengandung

flavonoid telah dilaporkan memiliki

aktivitas antioksidan, antibakteri,

antivirus, antiradang, antialergi, dan

antikanker. Efek antioksidan

senyawa ini disebabkan oleh

penangkapan radikal bebas melalui

donor atom hidrogen dari gugus

hidroksil flavonoid. Beberapa

penyakit seperti arterosklerosis,

kanker, diabetes, parkinson,

alzheimer, dan penurunan kekebalan

tubuh telah diketahui dipengaruhi

oleh radikal bebas dalam tubuh

manusia. Flavonoid menjadi

perhatian karena peranannya bersifat

obat dalam pencegahan kanker dan

penyakit

kardiovaskular.(Hamka,2013).

Tujuan dari praktikum kali ini

adalah untuk menentukan kadar abu

total dalam ekstrak, menentukan

kadar abu tidak larut asam dari

ekstrak, dan untuk menentukan bobot

jenis dari ekstrak, menentukan kadar

flavonoid dari ekstrak tumbuhan dan

ekstrak etanol dengan metode

spektrofotometri UV-Vis dan

menguji kandungan kuersetin dalam

ekstrak dengan metode kromatografi

lapis tipis.

Prinsip yang digunakan dalam

praktikum ini adalah ekstrak,

ekstraksi, penetapan kadar abu,

flavonoid, kalorimetri,

spekrofotometri UV-Vis, dan kurva

kalibrasi serta kromatografi lapis

tipis.

Ekstraksi adalah kegiatan

penarikan kangdungan kimia yang

dapat larut sehingga terpisah dari

bahan yang tertarik dengan pelarut

air ( Dirjen POM, 2000).

Ekstrak adalah sediaan kental

yang diperoleh dengan mengekstrak

senyawa aktif dari simplisia nabati

atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan

dan masa yang tersisa diperlakukan

Page 6: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

sedemikian sehingga memenuhi baku

yang telah ditentukan (Depkes RI,

1995).

Abu merupakan zat anorganik

yang berupa logam berat atau

mineral yang berada di ekstrak dan

dianggap sebagai kotoran dalam

ekstrak.

a. Perhitungan kadar abu total

% Kadar abu total = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡

𝑎𝑏𝑢 /𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑎 ×100%

b. Perhitungan kadar abu

tidak larut asam

% Kadar abu tidak larut sama

= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 /𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡

𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑎 ×100%

(Agusman,2010)

Senyawa flavonoid adalah suatu

kelompok senyawa fenol yang

tersebar yang ditemukan di alam.

Senyawa-senyawa ini merupakan zat

warna merah, ungu, biru, dan sebagai

zat warna kuning yang ditemukan

dalam tumbuhan. Flavonoid

merupakan senyawa metabolit

sekunder yang terdapat pada tanaman

hijau, kecuali alga (Markham, 1988).

Kolorimetri adalah salah satu

metode analisa kimia yang

didasarkan pada perbandingan

intensitas warna suatu larutan dengan

warna larutan standar. Metode

analisa ini adalah bagian dari analisa

fotometri. Perbedaan analisa

kolorimetri dengan analisa fotometri

lain terutama terletak pada macam

larutan yang dianalisis. Apabila

larutan yang dianalisis merupakan

larutan yang homogen (bukan

koloid), maka metode analisanya

disebut sebagai kolorimetri (Basset,

1994).

Spektrofotometri cahaya

tampak atau UV-Vis adalah

pengukuran energy cahaya oleh suatu

sistem kimia pada panjang

gelombang tertentu. Sinar ultraviolet:

(UV) mempunyai panjang

gelombang antara 200-400 nm dan

sinar tampak (visible) mempunyai

panjang gelombang 400-750nm

(Day, 2002).

Kurva kalibrasi merupakan

grafik yang membentuk garis lurus

atau linear yang menyatakan

hubungan antara kadar larutan kerja

termasuk blanko dengan respon yang

proporsional dengan instrument

(Hadi, 2015).

Page 7: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Kromatografi lapis tipis

merupakan salah satu analisis

kualitatif dari suatu sampel yang

ingin dideteksi dengan menggunakan

komponen-komponen sampel

berdasarkan perbedaan kepolaran

(Skoog, 1995).

II. Metode

Alat

Chamber, corong, cawan porselen,

desikator, gelas kimia, labu ukur,

kertas saring, krus, plat silica,

piknometer, pipet tetes, sinar UV,

spektrofotometer UV-Vis dan

tungku.

Bahan

Amonium klorida, asam asetat, asam

klorida encer, akuades, ekstrak daun

jati belanda, etanol, kalium asetat, n-

butanol.

Penetapan Kadar Abu

Ditimbang 2 gram ekstrak ke dalam

cawan. Kemudian dipijarkan

perlahan dengan menaikkan suhu

secara bertahap hingga 600 ±25OC

sampai bebas karbon. Kemudian

didinginkan dan meninmbang berat

abu. Kadar abu dihitung dengan

perbandingan berat abu dengan berat

sampel.

Kadar Abu Yang Tidak Larut

Dalam Asam

Abu yang diperoleh dari kadar abu

total didihkan dengan 25 mL HCl

encer selama 5 menit. Abu yang

tidak larut asam dikumpulkan dan

disaring. Kemudian dicuci dengan air

panas dan ditimbang. Abu

dipanaskan lagi sampai bebas

karbon. Abu ditimbang kembali

setelah didinginkan. Hitung kadar

abu tidak larut asam dengan

dibandingkan dengan berat sampel.

Penentuan Bobot Jenis

Bobot jenis ekstrak dihitung setelah

diencerkan sebesar 5% dalam etanol.

Piknometer kosong ditimbang

terlebih dahulu. Kemudian ditimbang

piknometer dengan isi ekstrak encer.

Dihitung bobot jenis yaitu

perbandingan antara selisih massa

Page 8: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

pikno kosong dengan pikno + ekstrak

dengan volume piknometer.

Penentuan Jumlah Flavonoid

Metode Alumunium Klorida

Ekstrak kental ditambah dengan

etanol 95% sampai 25 mL. Kurva

kalibrasi kuersetin pembanding

dengan konsentrasi 40, 60, 80, 100,

dan 120 μg/mL. Kemudian masing-

masing konsentrasi diambil 0.5 mL

dan ditambah 1.5 mL etanol 95%, 0.1

mL alumunium klorida 10%, 0.1 mL

kalium asetat 1 M dan 2.8 mL

aquades. Inkubasi selama 30 menit

dan diukur serapannya dengan

spektrofotometer uv-vis pada

panjang gelombang 438 nm.

Pengujian jumlah flavonoid dari

ekstrak dengan prosedur yang sama.

Pengujian Kualitatif

KandunganKuersetin Dalam

Ekstrak

Larutan ekstrak dan baku kuersetin

ditotolkan diatas plat KLT. Eluen

dijenuhkan terlebih dahulu di dalam

chamber yang mengandung n-

butanol, asam asetat, dan air (4:1:5).

Setelah jenuh plat KLT

dikembangkan kemudian

dikeringkan dan dilihat di bawah

sinar UV. Rf dihitung dan

dibandingkan dengan Rf standard.

III. Hasil

Pemeriksaan mutu ekstrak (kadar abu total, kadar abu tidak larut asam)

a. kadar abu total

No. Perlakuan Hasil

1. ditimbang 2 gram ekstrak,

dipijarkan

Massa kurs kosong = 22,4 gram

Massa kurs + ekstrak = 24,4 gram

Massa ekstrak 2 gram

2. suhu dinaikkan hingga 600 c,

didinginkan dan ditimbang berat

abu kadar abu dihitung terhadap

ekstrak menjadi abu

berat abu 22,8 gram - 22,4 gram=

0,4 gr

Page 9: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

berat sampel awal kadar abu yang didapat sebesar 20%

b. kadar abu yang tak larut asam

No. perlakuan Hasil

1. Didihkan abu dengan 25 ml HCl

encer p.

Bagian abu yang tak larut asam

terpisah

2. Kumpulkan bagian yang tak larut

asam, disaring, dicuci dengan air

panas timbang hasilnya.

0,3 gram

3. Hitung kadar abu yang tak larut

asam terhadap berat sampel awal

15%

c. penentuan bobot jenis

No. perlakuan Hasil

1. Timbang piknometer kosong Massa 21 gram

2. Piknometr + alkohol Massa 21 gram

3. Piknometer + ekstrak 5% Massa 21,9 gram

4. Piknometer + ekstrak 10% Massa 21,9 gram

5. Bobot jenis 0,1 gram/ml

Perhitungan :

a. Kadar abu total

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎

𝑟𝑎𝑚

𝑟𝑎𝑚

Page 10: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

b. Kadar abu yang tak larut asam

𝑎 𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑎

𝑟𝑎𝑚

𝑟𝑎𝑚

c. Penentuan bobot jenis

Bobot piknometer = 21 gram

Bobot pikno + alkohol = 21,8 gram

Bobot pikno + alkohol + ekstrak 5% = 21,9 gram

Bobot pikno + alkohol + ekstrak 10% = 21,9 gram

Bobot ekstrak 5%

Bobot ekstrak 5% = –

= –

Bobot ekstrak 10%

Bobot ekstrak 5% = –

= –

Page 11: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Pemeriksaan mutu ekstrak (kadar total gol. Kand. Kimia, kadar kandungan

kimia kuersetin)

1. Pembuatan kurva kalibrasi dengan kuersetin sebagai pembanding

NO PERLAKUAN HASIL

1. Dibuat

serangkaian

larutan kuersetin

dalam etanol

dengan

konsentrasi 40,

60, 80, 100, 120

ppm

larutan kuersetin tersedia

2. Dicampurkan 0,5

ml dari masing-

masing larutan

dengan 1,5 ml

etanol 95%, 0,1

ml alumunium

klorida 10 %, 0,1

ml kalium asetat

1 ml, dan 2,8 ml

aquadest. Lalu

diinkubasi selama

30 menit

tidak terjadi perubahan warna

3. Ukur serapannya

dengan alat

spektrofotometri

uv-vis pada

panjang

gelombang

sampel absorbansi

40

ppm

60

ppm

80

ppm

100

ppm

120

ppm

I 0,1947 0,

3648

0,4250 0,6251 0,7791

Page 12: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

max.438 nm II 0,1958 0,3647 0,4250 0,6248 0,7791

III 0,

1964

0,3674 0,4250 0,6251 0,7789

Rata-

rata

0,1956 0,3656 0,4250 0,625 0,7790

2. penentuan jumlah flavonoid dan larutan uji ekstrak etanol

No. Peerlakuan Hasil

1. 0,5 ml ekstrak etanol sampel

dicampurkan dengan 1,5 ml

etanol 95%, 0,1 ml

alumunium klorida 10 %, 0,1

ml kalium asetat 1 ml, dan 2,8

ml aquadest. Lalu diinkubasi

selama 30 menit pada suhu

kamar

Larutn ekstrak tersedia dan tidak terjadi

perubahan warna

2. Diukur serapannya dengan

mengguakan alat

spektrofotometer uv-vis pada

panajng gelombang max.438

nm

ppm I II III Rata-

rata

1000 0,4013 0,4014 0,4018

500

3. Menentukan jumlah flavonoid

dengan metode kolorimetri.

Rumus:

𝑚

Page 13: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

3. pengujian kualitatif kandungan kuersetin dalam ekstrak

No. perlakuan Hasil

1. Ditotolkan larutan ekstrak dan

baku kuersetin masing-masing 1

cm di atas plat tetes

Ekstrak ada pada plat KLT

2. Plat dikembangkan dalam

chamber yang mengandung 200

ml campuran n-butanol, asam

asetat dan air dengan

perbandingan (4:1:5)

Fase diam pada plat mengembang

akibat proses kapilaritas dari eluen

yang naik sampai batas atas dari plat

KLT

3. Plat yang telah mengembang

dikeringkan dan dilihat dibawah

sinar uv

-

4. Dihitung nilai Rf dari sampel dan

bandingkan dengan nilai Rf

standar

-

5. Untuk pengujian warna pada spot

plat:

Plat dikebangkan dalam chamber

jenuh yang mengandung uap

amonia. Hasil positif terjadi

perubahan warna menjadi kuning

pekat yang menandakan adanya

kuersetin

-

1. pembuatan larutan baku

Perhitungan ppm:

V1 x N1 = V2 x N2

Page 14: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

6 x 1000 = X x 120

X= 50 mL (44 mL aq + 6 mL kuersetin)

PENGENCERAN :

- 100 ppm

5 x 120 = X x 100

X= 6 mL (1 mL aq + 5 mL kuersetin)

- 80 ppm

4 x 100 = X x 80

X= 5 mL (1 mL aq + 4 mL kuersetin)

- 60 ppm

3 x 80 = X x 60

X= 4 mL (1 mL aq + 3 mL kuersetin)

- 40 ppm

2 x 60 = X x 40

X= 3 mL (1 mL aq + 2 mL kuersetin)

Kurva baku

sampel Absorbansi

40 ppm 60 ppm 80 ppm 100 ppm 120 ppm

I 0,1947 0, 3648 0,4250 0,6251 0,7791

II 0,1958 0,3647 0,4250 0,6248 0,7791

III 0, 1964 0,3674 0,4250 0,6251 0,7789

Page 15: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Rata-rata 0,1956 0,3656 0,4250 0,625 0,7790

500 ppm absorbansi 0,2077

Y = ax + b

0,2077 = 0,007131x – 0,08704

0,29474 = 0,007131x

X= 41,33 ppm

2. larutan sampel ekstrak daun salam

- pengenceran ekstrak (1000 ppm)

0,05 g / 50 ml = 50 mg / 0,05 L = 1000 ppm

- larutan ekstrak 500 ppm

1000 x X = 500 x 10

X = 50 / 10 = 5 ml ( 5 ml larutan ekstrak + 5 ml aq)

Page 16: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

2. Penentuan jumlah flavonoid dari larutan uji ekstra etanol

a. Membuat 1000 ppm dalam 50 ml

1000 ppm = x μgram / 50 ml

X = 50 mg ekstrak

b. Membuat 500 ppm dalam 10 ml

V . N = V . N

V . 1000 = 10 . 500

V = 5 ml

Data absorbansi larutan ekstrak salam 1000 ppm dan 500 ppm

No. Absorbansi

1. 0,4013

2. 0,4014

3. 0,4018

y 0,4015

Data absorbansi larutan ekstrak 500 ppm

No. Absorbansi

1. 0,3263

2. 0,3265

3. 0,3265

y 0,32643

Persamaan

Page 17: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

1000 ppm

0,4015 = 0,07131 x -

X= 0,48854 / 0,07131

X= 6,851 ppm atau gr/L

500 ppm

0,32643 = 0,07131 x -

X= 5,7982 ppm atau gr/L

Menghitung jumlah flavonoid

𝑚

Diketahui:

C = 1000 ppm 6,851 x 10-3

gr/ml

500 ppm 5,7982 x 10-3

gr/ml

V = etanol awal pembuatan = 50 ml

F = 500 ppm 125

1000 ppm 250

Page 18: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

m = 0,05 gram

1. 1000 ppm

2. 500 ppm

IV. Pembahasan

Dalam praktikum

pemeriksaan mutu dan kadar

flavonoid total ekstrak dihitung

sebagai kuersertin bertujuan

menentukan kadar abu total dalam

ekstrak, menentukan kadar abu tidak

larut asam dari ekstrak, dan untuk

menentukan bobot jenis dari ekstrak,

menentukan kadar flavonoid dari

ekstrak tumbuhan dan ekstrak etanol

dengan metode spektrofotometri UV-

Vis dan menguji kandungan

kuersetin dalam ekstrak dengan

metode kromatografi lapis tipis.

Page 19: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Daun salam biasa digunakan

sebagai bumbu dapur, pewarna jala,

atau anyaman bambu. Namun,

beberapa referensi menyebutkan

bahwa daun salam dapat digunakan

sebagai terapi kesehatan, seperti obat

diare, hipertensi, maag, diabetes

melitus, sakit gigi, penurun kadar

kolesterol, dan penurun kadar asam

urat. Flavonoid dalam daun salam

berfungsi sebagai antioksidan yang

mampu mencegah terjadinya

oksidasi sel tubuh. Semakin tinggi

oksidasi sel dalam tubuh, maka

semakin tinggi kemungkinan

seseorang untuk menderita penyakit

degeneratif. Kandungan flavonoid

pada daun salam dapat digunakan

untuk mencegah terjadinya

hipertensi, menurunkan kadar

kolesterol tubuh, menurunkan kadar

gula darah, dan menuertrunkan kadar

asam urat.

Percobaan pertama yang

dilakukan adalah penentuan kadar

abu dari ekstrak daun salam.

Penentuan kadar abu berhubungan

erat dengan kandungan mineral yang

terdapat dalam suatu bahan,

kemurnian serta kebersihan suatu

bahan yang dihasilkan. Penentuan

kadar abu adalah mengoksidasikan

senyawa organik pada suhu yang

tinggi, dan melakukan penimbangan

zat yang tinggal setelah proses

pembakaran tersebut. Lama

pengabuan tiap bahan berbeda.

Pengabuan dilakukan pada alat

pengabuan yaitu tanur yang dapat

diatur suhunya. Pengabuan diangap

selesai apa bila diperoleh sisa

pembakaran yang umumnya bewarna

putih abu-abu. Berdasarkan literature

kadar abu total pada ekstrak daun

salam adalah antara 3-5%

(Voigh,1994). Sedangkan pada hasil

percobaan didapatkan kadar abu total

ekstrak daun salam sebesar 20%, bisa

diakibatkan dari proses pembuatan

yang masih meninggalkan kotoran.

Kadar abu yang tidak dapat

larut dalam asam dapat ditetapkan

melalui metode yang resmi. Dalam

hal ini terjadi pemijaran dan

penimbangan, total abu kemudian

dididihkan dengan asam klorida,

disaring, dipijarkan dan ditimbang

abu yang tidak larut dalam asam

dimaksudkan untuk melarutkan

kalsium karbonat, alkali klorida

Page 20: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

sedangkan yang tidak larut dalam

asam biasanya mengandung silikat

yang berasal dari tanah atau pasir.

Jumlah kotoran, tanah, tanah liat dan

lain-lain yang terdapat dalam sample

uji disebut sebagai zat anorganik

asing yang terbentuk dalam bahan

obat atau melekat pada bahan obat

pada saat pencampuran. Pada

ketentuan Depkes RI disebutkan

bahwa kadar abu yang tidak larut

asam yang diperbolehkan kurang dari

0.9%. Pada percobaan didapatkan

kadar abu yang tidak larut asam

sebesar 15%. Maka pada bahan

pembuatan ekstrak yang dibuat

masih banyak pasir yang terbawa.

Hal ini dapat disebabkan

penyimpanan simplisia yang tidak

tepat sehingga dapat terkontaminasi.

Pengujian selanjutnya adalah

penetuan bobot jenis dari ekstrak

daun salam. Bobot jenis ekstrak

ditentukan untuk menentukan

kemurnian ekstrak. Bobot jenis

dihitung dengan cara menimbang

pikonmeter yang kosong terlebih

dahulu kemudian ditambahkan

ekstrak yang telah diencerkan dengan

etanol hingga konsentrasi sebesar 5%

dan 10%. Bobot jenis dapat diperoleh

dengan membagi selisih berat antara

piknometer kosong dengan

piknometer yang telah terisi dengan

ekstrak dengan volume piknometer.

Pada percobaan ini didapatkan bobot

jenis ekstrak sebesar .

Selanjutnya menentukan

kadar flavonoid dalam ekstrak daun

salam. Pemeriksaan kadar flavonoid

termasuk ke dalam standardisasi

ekstrak parameter spesifik, yaitu

kadar golongan kandungan kimia

total. Flavonoid berasal dari bahasa

latin yaitu “flavus” yang berarti

kuning, sesuai dengan warna

alaminya. Flavonoid merupakan

metabolit sekunder tanaman yang

memiliki kandungan antioksidan dan

kelat yang signifikan. Secara kimia

flavonoid terdiri atas 15 rangka

karbon yang terdiri atas dua cincin

fenil dan sebuah cincin heterosiklik.

Flavonoid memilki 6 subkelas

berdasarkan perbedaan struktur

kimianya yang secara umum dapat

kita temukan dalam buah-buahan,

sayuran, kacang-kacangan, teh dan

kakao.

Page 21: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Salah satu contoh golongan

flavonoid adalah kuersetin yang

bersifat sebagai anti tumor. Kuersetin

adalah senyawa golongan flavonol

(bagian dari flavonoid) yang banyak

terkandung dalam buah-buahan dan

sayuran, misalnya apel, anggur, teh,

bawang merah, dan kopi. Kuersetin

memiliki 5 gugus -OH bebas yang

dapat disubstitusi oleh gugus asil

melalui reaksi esterifikasi. Tiga

gugus dari struktur kuersetin yang

membantu dalam menjagakestabilan

dan bertindak sebagai antioksidan

ketika bereaksi dengan radikal bebas

antara lain: a)Gugus O-dihidroksil

pada cincin B b)Gugus 4-oxo dalam

konjugasi dengan alkena 2,3 c)Gugus

3- dan 5- hidroksil Gugus fungi

tersebut dapat mendonorkan elektron

kepada cincin yang akan

meningkatkan jumlah resonansi dari

struktur resonansi senyawa benzena.

Pada percobaan ini kadar flavonoid

dihitung dengan menggunakan

spektrofotometri Uv-vis. Kadar

flavonoid dihitung sebagai kuersetin,

kuersetin merupakan senyawa aktif

dari golongan flavonoid. Sehingga

perhitungan kuersetin sama dengan

menghitung kadar flavonoid. . Kurva

baku pada percobaan ini digunakan

menggunakan larutan baku kuersetin

dengan konsentrasi 40, 60, 80, 100,

dan 120 ppm. Metode yang

digunakan adalah metode

kolorimetri. Metode kolorimetri

adalah suatu metoda analisis kimia

yang didasarkan pada tercapainya

kesamaan warna antara larutan

sampel dan larutan standar, dengan

menggunakan sumber cahaya

polikromatis dengan detektor mata.

Dihasilkan persamaan kurva

bakunya adalah y = 0,007131x –

0,08704 dan nilai regresinya adalah

1. Kadar sampel dibuat dalam 1000

ppm dan 500 ppm. Perlakuan sama

seperti yang dilakukan untuk kurva

baku, yaitu dengan metode

kolorimetri alumunium klorida.

Dihasilkan kadar kuersetin untuk

konsentrasi 1000 ppm adalah

dan untuk 500 ppm

adalah .Kadar ini

mengindikasikan bahwa kadar

senyawa golongan flavonoid dalam

ekstrak tidak memenuhi syarat, yaitu

>0,4%. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan proses pengolahan

ekstrak yang benar. Kandungan

Page 22: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

kimia dalam ekstrak tidak memenuhi

syarat bisa disebabkan pemanasan

yang berlebihan, reaksi oksidasi,

pengotor yang berlebih yang dapat

mengurangi kadar kandungan kimia.

Kemudian pada saat proses

penentuan kadar, reagen yang

digunakan sudah terkontaminasi

dengan zat yang lain, dan penentuan

kurva baku yang dilakukan kurang

presisi dan kurang akurat

V. Kesimpulan

1. Kadar abu total pada

sampel sebesar 20 %,

sedangkan syarat yang

menandakan ekstrak itu baik

kadar abu tidak lebih dari 3- 5

%.

2. Kadar abu tidak larut asam

pada sample dihasilkan

sebesar 15 %, sedangkan

syarat dalam parametaer non

spesifik kadar abu tidak larut

asam tidak boleh lebih dari

0,9 %.

3. Bobot dalam satu mili

ekstrak sampel yang didapat

adalah 0,125.g/ml.

4. Kadar flavonoid yang

dihasilkan dalam 1000 ppm

adalah dan

dalam 500 ppm adalah

.

Daftar Pustaka

Agusman. 2010. Penentuan Kadar

Air & Kadar Abu dari Gliserin.

Tersedia online di

http://respository.usu.ac.id/bitst

ream/123456789/09E00321.pd

f (Diakses online pada 9

Oktober 2015).

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel:

Kimia Analisis Kuantitatif

Anorganik. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Day, R.A. 2002. Analisis Kimia

Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Depkes RI.1995.Farmakope

Indonesia ed IV.Jakarta:Depkes RI

Page 23: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Depkes RI.Farmakope Herbal

Indonesia ed 1.Jakarta:Depkes RI

Ditjen POM.2000.Parameter Standar

Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat.Jakarta:Agromedia

Pustaka.

Hadi, A. 2015. Lineritas Kurva

Kalibrasi Parameter

Lingkungan. Tersedia online di

http://www.infolabling.com/20

14/03/linearitas-kurva-

kalibrasi-parameter.html

(Diakses online pada 9 Oktober

2015).

Hamka.2013. Analisis Nilai

Absorbansi dalam Penentuan

Kadar Flavonoid untuk

Berbagai Jenis Daun Tanaman

Obat.Pillar Of Physic.vol 2:72-

83

Lisdawati,V.,D.Mutiatikum.,S.Alega

ntina.,dan Y.Astuti.2008.

KARAKTERISASIDAUN

MIANA (Plectranthus

scutellarioides (L.) Bth.) DAN

BUAH SIRIH (Piper betle L.)

SECARA FISIKO KIMIA

DARI RAMUAN LOKAL

ANTIMALARIA DAERAH

SULAWESI UTARA.Media

Litbang Kesehatan.vol

18(4):213-225.

Markham, K.R. 1988. Cara

Mengidentifikasi Flavonoid.

Bandung: Penerbit ITB.

Riyanti,S.,O.Irnawati.,dan

J,Ratnawati.2013.Pemantauan

Kualitas Jamu yang Beredar di

Kota Cimahi.Kartika Jurnal

Ilmiah Farmasi.Vol 1(1):45-48

Skoog, D.A. 1996. Fundamental of

Analytical Chemistry 7th

Edition. Newyork: Saundess

College Publishing.

Penuntun Praktikum Fitokiomia I

.Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia, Farmasi, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Voigh, 1994. Ekstrak Daun Salam.

Tersedia online di

http://repository.wima.ac.id/21

1/2/BAB%201.pdf (Diakses

pada tanggal 1 November

2015)

Page 24: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6

Lampiran

Preparasi Sampel

Hasil Absorbansi

Page 25: 260110140078_Ayu Apriliani_Modul 5&6