45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia namun dapat hadir, tumbuh, dan berkembang dengan baik di wilayah Indonesia. Kelapa sawit mempunyai produk olahan (out put) berupa minyak sawit yang menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. Minyak sawit mempunyai pangsa pasar yang besar baik di dalam maupun luar negeri. Minyak sawit atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati berwarna jingga kemerah- merahan yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah tanaman Elaeis guinneensis (kelapa sawit). Pada umumnya, varietas yang digunakan adalah varietas tenera yang mempunyai cangkang yang tipis dan daging buah yang tebal. Proses tahapan ekstraksi minyak sawit ini meliputi tahapan perebusan, perontokan buah dari tandan, pengolahan minyak dari daging buah, dan pemurnian. Dalam perkembangannya, CPO yang dihasilkan dapat diolah kembali menjadi produk-produk turunan yang 1

26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia namun dapat hadir, tumbuh,

dan berkembang dengan baik di wilayah Indonesia. Kelapa sawit mempunyai

produk olahan (out put) berupa minyak sawit yang menjadi salah satu komoditas

perkebunan yang handal. Minyak sawit mempunyai pangsa pasar yang besar baik

di dalam maupun luar negeri.

Minyak sawit atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) merupakan

minyak nabati berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses

ekstraksi daging buah tanaman Elaeis guinneensis (kelapa sawit). Pada umumnya,

varietas yang digunakan adalah varietas tenera yang mempunyai cangkang yang

tipis dan daging buah yang tebal. Proses tahapan ekstraksi minyak sawit ini

meliputi tahapan perebusan, perontokan buah dari tandan, pengolahan minyak dari

daging buah, dan pemurnian.

Dalam perkembangannya, CPO yang dihasilkan dapat diolah kembali

menjadi produk-produk turunan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Produk-produk yang dapat dihasilkan yaitu minyak goreng, sabun, biodiesel,

margarin, gliserol dan produk-produk lainnya. Produk yang menjadi pembahasan

adalah sabun yang merupakan hasil dari reaksi saponifikasi yang terjadi akibat

pencampuran minyak sawit dengan larutan basa.

Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang populer

yang berfungsi sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda

asing. Reaksi yang terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit

disebut saponifikasi.

Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit

(triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga

1

Page 2: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat

dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan

sabun dan air. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang

karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah

meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu

permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah

dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah

menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci. Sabun yang telah berkembang

sejak zaman Mesir kuno berfungsi sebagai alat pembersih. Keberadaan sabun

yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa kurang, mengingat pemasaran

dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari sabun mandi.

1.2 Rumusan Praktikum

Pada dasarnya, yang menjadi pokok permasalahan adalah

1. Bagaimanakah proses pembuatan sabun dari minyak sawit atau CPO ?

2. Katalis apa yang harus digunakan dan berapakah kadarnya ?

3. Bagaimanakah hasil dari proses yang dilakukan ?

1.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum yang dilakukan, antara lain:

1. Mempelajari proses pembuatan sabun dari CPO.

2. Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada proses pembuatan sabun dari

CPO.

1.4 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat praktikum yang dilakukan, antara lain:

1. Dengan adanya praktikum ini mahasiswa mampu melakukan proses

pembuatan sabun minyak kelapa sawit (CPO).

2. Mahasiswa mengetahui hal-hal yang dibutuhkan pada pembuatan sabun.

2

Page 3: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Saponifikasi

Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang

berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali

yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun

merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang.

Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty

Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol),

karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.

Gambar 2.2 Reaksi saponifikasi Asam lemak

3

Page 4: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun

dipergunakan bahan-bahan tambahan sebagai berikut:

a. Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain.

b. Zat pewarna

c. Parfum, agar baunya wangi.

d. Zat pemutih, misal natrium sulfat

2.2 Sabun

2.2.1 Sejarah Sabun

Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara

berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan

berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil

campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah

dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang

tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis

dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi

sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat

pembasah (wetting agent).

2.2.2 Pengertian Sabun

Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi

penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang

memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang

digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya

berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari

reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya

basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol.

Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.

4

Page 5: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Gambar 2.3 Struktur Asam Laurat

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air.

Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk

mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh.

Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak

jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam

palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak

goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak

lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih

dari 6).

Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia

H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and

temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena

air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh

dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya

intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

Bahan baku pembuatan sabun, antara lain:

a. Minyak kelapa sawit

Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat.

b. Minyak Zaitun

Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.

c. Minyak Kelapa

Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.

5

Page 6: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Mengapa minyak dapat larut dengan bantuan sabun dalam media

air?

Dari penjelasan di atas, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan mudah.

Fenomena tersebut tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul. Gaya tarik antara

dua molekul polar ( gaya tarik dipol-dipol) menyebabkan larutan polar larut dalam

larutan polar. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga

menginduksi awan elektron non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka

larutan nonpolar dapat larut dalam non polar. Hal tersebut dapat menjelaskan

proses yang terjadi saat kita mencuci tangan. Saat pencucian tangan, air yang

merupakan senyawa polar menginduksi awan elektron sabun sehingga dapat

membantu larutnya asam lemak yang juga merupakan senyawa non polar. Maka

dari itu, bila kita mencuci tangan dengan menggunkan sabun, lemak yang

menempel pada tangan akan melarut bersama sabun dengan bantuan air.

2.3 Minyak

Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi

kehidupan makhluk hidup.

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk

golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah

daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform) atau

sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.

Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan

struktur kimia tertentu.

a. Kelompok Trigliserida ( lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ).

b. Kelomok turunan asam lemak ( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ).

c. Fosfolipida dan serebrosida ( termasuk glikolipida ).

d. Sterol-sterol dan steroida.

e. Karotenoida.

f. Kelompok lipida lain.

6

Page 7: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan

hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya

tergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa

kilogram.

Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan

dan tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuh

manusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida

seluruhnya.

Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya

dalam seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan

tanaman, karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.

Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat

larut dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar.

Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan

bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil

kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

Gambar 2.4 Reaksi kimia asam lemak dengan gliserol

Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu

ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang

dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas

untuk membedakan minyak dan lemak.

7

Page 8: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:

1. Esterifikasi

Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari

trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan

melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang

didasarkan pada prinsip trans-esterifikasi Fiedel-Craft.

2. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-

asam lemak bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap

air, panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis

mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak yaitu “hydrolytic rancidity”

yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi

karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

Gambar 2.5 Reaksi Hidrolisa pada trigliserida

3. Penyabunan

Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada

trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung

gliserol dipisahkan dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.

4. Enzimatis

Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan

menyebabkan minyak tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut

“Enzimatic rancidity” Lipase yang bekerja memecah lemak menjadi

gliserol dan asam lemak serta menyebabkan minyak berwarna gelap.

8

Page 9: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Enzim peroksida membantu proses oksidasi minyak sehingga

menghasilkan keton.

Gambar 2.6 Reaksi Enzimatis

5. Oksidasi

Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen

dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan

mengakibatkan bau tengik kepada minyak atau lemak “Oxidative

rancidity”.

6. Hidrogenasi

Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari

karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi

selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan

penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras,

tergantung pada derajat kejenuhan.

Sifat fisika lemak dan minyak :

1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin

dari lecitin

2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur

kamar

3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia

dan untuk pengujian kemurnian minyak.

9

Page 10: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil),

sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon

disulfide dan pelarut halogen.

5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang

rantai karbon.

6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi

karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian

pada kerusakan minyak atau lemak

7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak

atau minyak dengan pelarut lemak

8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan

minyak atau lemak

9. Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama

dari minyak/lemak.

10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta

pengaruh kehadiran komponen-komponennya.

Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat

dipelajari secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan

senyawa makro nutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:

1. molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan

karbohidrat atau protein.

2. molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.

Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam

tiga kelompok tujuan berikut:

1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam

bahan makanan atau pertanian.

2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan

dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian

lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan

sebagainya.

10

Page 11: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat

minyak tertentu.

Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam

suatu bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya

tidak larut air tatapi dalam pelarut organik.

Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida,

sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya

disebut lemak kasar (crude fat).

Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan

1. Bahan Kering

Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan terputus-putus atau

berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet.

Sedangkan secara berkesinambungan dengan alat goldfish.

2. Bahan Cair

Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock

atau dengan Mojoinner.

Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifat-

sifatnya. Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah penentuan

angka penyabunan dan penentuan angka asam.

Angka penyabunan dapat diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang

dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram asam lemak atau minyak. Angka

penyabunan sendiri dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak

secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti

mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang

besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka

penyabunan relatif kecil.

Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH atau NaOH yang

diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram

minyak atau lemak.

11

Page 12: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal

dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin

tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.

2.4 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak

masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya

menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama

dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak

kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah

Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar

serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga

terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun

berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak

mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan

tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah

umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan

menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon

(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat

jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan

panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga

sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul

digunakan sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari

hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol

dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah.

Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase

12

Page 13: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan

buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

Mesoskarp, serabut buah

Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan

embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang

pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)

dan bakal akar (radikula). Gambar kelapa sawit dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 2.7 Kelapa sawit

2.4.1 Syarat Hidup

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan

baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit

membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu

daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.

13

Page 14: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi

buah sawit.

2.4.2 Tipe Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E.

oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang.

E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman

sumber daya genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan

cangkang, yang terdiri dari

Dura,

Pisifera, dan

Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga

dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya

besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya

tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang

menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan

Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-

masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap

fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai

90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk

pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

2.5 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis

guinensis JACQ}. Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah

(pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu

lapisan luar atau kulit buah yang diseb but pericarp, lapisan sebelah dalam disebut

mesocarp atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit

14

Page 15: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

terdiri dari lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp

mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung

minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak (6).

Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah

merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen

penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida (7). Minyak

kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian

dari vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K

dan magnesium. Napalm namanya berasal dari naphthenic acid, palmitic acid dan

pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian nafta dan minyak kelapa sawit.

2.5.1 Trigliserida dalam Minyak Sawit

Seperti halnya lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas

trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak

menurut reaksi sebagai berikut ( Gambar 2.4 ). Bila R, = RZ = R3 atau ketiga

asam lemak penyusunnya Sama maka trigliserida ini disebut trigliserida

sederhana, dan apabila salah satu atau lebih asam lemak penyusunnya tidak sama

maka disebut trigliserida campuran.

Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon; yang setiap atom karbonnya

mengikat satu atau dua atom hidrogen ; kecuali atom karbon terminal mengikat

tiga atom hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus

karboksil. Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap

disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada

rantai hidrokarbonnya karbonnya disebut dengan asam lemak jenuh. Secara umum

struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.8 Struktur kimia 2 jenis asam lemak

15

Page 16: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Makin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida, makin tinggi titik

beku atau titik cair minyak tersebut .Sehingga pada suhu kamar biasanya berada

pada fase padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh asam lemak dalam molekul

trigliserida maka makin rendah titik helm atau titik.cair minyak tersebut sehingga

pada suhu kamar berada pada fase cair. Minyak kelapa Sawit adalah lemak semi

padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Berikut ini adalah tabel dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi asam

lemak dari minyak kelapa sawit.

tabel. 2.1 Komposisi Trigliserida dalam minyak kelapa sawit

Tabel 2.2 komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit.

Tabel 2.3 komposisi asam lemak dan rumus kimia-nya

16

Page 17: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

2.5.2 Senyawa Non Trigliserida Pada Minyak Kelapa Sawit.

Selain trigliserida masih terdapat senyawa non trigliserida dalam jumlah

kecil (7). Yang termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain : motibgliserida,

diglisrida, fosfatida, karbohidrat, turunan karbonidrat., protein, beberapa mesin

dan bahan-bahan berlendir atau getah (gum) serta zat-zat berwarna yang

memberikan warna serta rasa dan bau yang tidak diinginkan (5,6,9,10).

Dalam proses pemurnian dengan penambahan alkali (biasanya disebut

dengan proses penyabunan) beberapa senyawa non trigliserida ini dapat

dihilangkan, kecuali beberapa senyawa yang disebut dengan senyawa yang tak

tersabunkan seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.4 Komposisi senyawa yang tak tersabunkan dalam minyak sawit

2.5.3 Warna dalam Minyak

Warna pada minyak kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang

mendapat perhatian khusus, karena minyak kelapa sawit mengandung warna-

17

Page 18: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

warna yang tidak disukai oleh konsumen. Menurut Ketaren. S, zat warna dalam

minyak kelapa sawit terdiri dari dua golongan yaitu :

1. Zat warna alamiah.

2. Zat warna dari hasil degradasi zat warna almiah.

2.5.3.1 Zat Warna Alamiah

Yang termasuk golongan zat warna alamiah, ini adalah zat warna yang

terdapat secara alamiah didalam kelapa Sawit, dan ikut terekstraksi bersama

minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α-ka-

roten, β-karoten, xanthopil, kloropil dan antosianin. Zat- zat warna tersebut

menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan

kemerah - merahan. Pigmen berwarna kuning disebabkan oleh karoten yang larut

didalam minyak. Karoten merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh, dan

jika minyak dihidrogenasi, maka karoten tersebut juga berikut terhidrogenasi

sehingga intensitas warna kuning berkurang (6).

Karetonoid bersifat tidak stabil pada asam (5,9), dan suhu tinggi dan jika

minyak dialiri uap panas, maka Warna kuning akan hilang, dan karetonoid juga

bersifat asseptor proton (5).

2.5.3.2 Zat Warna Dari Hasil Degradasi Zat Warna Alamiah

Zat warna dari hasil degradasi ini berupa:

2.5.3.2.1 Warna Gelap

Warna gelap ini disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin

E). Jika minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat kloroifil yang berwarna

hijau turut terekstraksi bersama minyak, dan klorofil tersebut sulit dipisahkan dari

minyak.

Warna gelap ini dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan,

yang disebabkan beberapa faktor yaitu :

1. Suhu pemanasan Yang terlalu tinggi pada waktu pengesan dengan cara

hidrolik atau ekspeller, sehingga sebahagian minyak teroksidasi. Disamping

18

Page 19: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

itu minyak yang terdapat dalam suatu bahan dalam keadaan panas akan

mengekstraksi zat warna yang terdapat dalam bahan tersebut..

2. Pengapresan bahan yang mengandung minyak dengan tenan dan suhu yang

tinggi akan menghasilkan minyak dengan warna yang lebih gelap.

3. Ekstraksi minyak dengan menggunakan pelarut organik tertentu , misalnya

campuran pelarut petroleum - ben, zen akan menghasilkan minyak dengan.

warna lebih merah dibandingkan dengan minyak yang diekstraksi dengan

pelarut triklor etilen , benzol dan heksan.

4. Logam seperti Fe , Cu dan Mn akan menimbulkan warna- yang tidak

diingini dalam minyak.

5. Oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan dalam minyak, terutama oksidasi

tokoperol dan ,chroman 5,6 qoinon menghasilkan warna kecoklat - coklatan.

2.5.3.2.2 Warna Coklat

Pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak yang berasal dari bahan

yang telah busuk atau memar. Hal ini dapat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat

dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amin dari molekul protein dan

yang disebabkan oleh karena aktivitas enzim-enzim seperti phenol oxidase,

poliphenol oxidase dan sebagainya (6).

2.5.3.2.3 Warna Kuning

Warna kuning selain disebabkan oleh adanya karoten yaitu zat warna

alamiah juga dapat terjadi akibat proes absorbsi dalam minyak tidak jenuh. Warna

ini timbul selama penyimpanan dan intensitas warna bervariasi dari kuning

sampai ungu kemerah merahan.

Umumnya warna yang timbul akibat degradasi zat warna alamiah amat sulit

dihilangkan, timbulnya warna ini dapat diindentifikasikan bahwa telah terjadi

kerusakan pada minyak (6,9). Maka untuk mencegah hal ini, pada proses

umumnya ditambahkan zat anti oksidan sedangkan minyak kelapa sawit itu

sendiri telah mengandung zat anti oksidan walaupun dalam jumlah sedikit.

Berikut ini adalah gambar minyak kelapa sawit (CPO) yang telah mengalami

proses pemurnian.

19

Page 20: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Gambar 2.9 Minyak Kelapa Sawit (CPO) yang telah dimurnikan menjadi RBDPO

2.5.4 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit Yang Siap

Dipasarkan

Analisa mutu minyak kelapa sawit mentah (CPO) diperlukan untuk

menyamakan standar mutu minyak kelapa sawit yang diproduksi di Indonesia

dengan standar mutu CPO internasional. Crude Palm Oil yang tidak memenuhi

standar mutu internasional akan sulit bersaing di pasaran dunia.

Tabel 2.5 Standar Mutu yang harus dipenuhi

No Kriteria uji Satuan Persyaratan Mutu

1

2

3

4

Warna

Kadar air dan kotoran

Asam lemak bebas

(sebagai asam palmitat)

Bilangan yodium

-

% fraksi massa

% fraksi massa

g Iod/100 g

Jingga kemerah-merahan

0,5 maks

0,5 maks

50 – 55

Untuk menentukan apakah mutu minyak itu termasuk baik atau tidak

diperlukan standar mutu. Ada beberapa faktor yang menentukan standard mutu

yaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak kandungan Asam lemak bebas

(ALB), warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar

mutu adalah titik cair kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan

supreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

20

Page 21: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Standar mutu Special Prime Bleach (SPB ) dibandingkan dengan mutu ordinari

dapat dilihat dalam table di bawah ini.

Tabel 2.6 Standar Mutu SPB dan Ordinary

Akan tetapi secara umum, mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan

menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni dan tidak bercampur dengan minyak

nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai

sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan

bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal

ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang

meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan

ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai

bahan baku industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena

itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih

diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh

banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya,

penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.

Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit

tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :

a) Crude Palm Oil

b) Crude Palm Stearin

c) RBD Palm Oil

d) RBD Olein

e) RBD Stearin

f) Palm Kernel Oil

21

Page 22: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

g) Palm Kernel Fatty Acid

h) Palm Kernel

i) Palm Kernel Expeller (PKE)

j) Palm Cooking Oil

k) Refined Palm Oil (RPO)

l) Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)

m) Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)

n) Palm Kernel Pellet

o) Palm Kernel Shell Charcoal

Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:

a) Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975

b) Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975

c) Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975

d) Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975

22

Page 23: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat dan Fungsi

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sabun, yaitu:

1. Wadah kaca, merupakan wadah yang terbuat dari dengan diameter 3 – 5 cm

dan ketinggian 5 – 10 cm. Wadah ini berfungsi dalam pengamatan sampel

secara visual sehingga kita dapat mengetahui kadar warna sampel.

2. Beaker Glass, berfungsi dalam menampung sampel dan melakukan

penelitian sampel secara visual.

3. Gelas ukur 50 ml, merupakan tabung panjang yang terbuat dari kaca

maupun plastik (polimer) dan dilengkapi dengan indikator ukuran volume

pada dindingnya. Gelas ukur berfungsi sebagai wadah untuk mengukur

volume larutan dengan akurat.

4. Termometer, merupakan alat yang digunakan sebagai pengukur suhu pada

saat pemanasan maupun pendinginan sampel.

5. Neraca Analitik dengan ketelitian 0,1 mg, Merupakan timbangan ukuran

kecil yang berfungsi untuk mengukur massa sampel maupun bahan

percobaan yang akan digunakan.

6. Bunsen, merupakan Alat pemanas dengan bahan bakar spiritus yang

berfungsi untuk membakar atau mamanaskan wadah yang telah berisi

dengan sampel.

7. Kaki tiga (tripod), merupakan penyangga yang memiliki tiga kaki dan

berfungsi untuk menyangga wadah di atasnya serta sebagai tempat

meletakkan bunsen dalam proses pemanasan.

8. Pipet tetes, merupakan pipet yang terbuat dari kaca dan berfungsi untuk

meneteskan larutan maupun zat indikator pada sampel.

23

Page 24: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

3.2 Bahan dan Fungsi

Bahan yang digunakan dalam pengujian penentuan kadar asam lemak bebas pada

CPO yaitu:

1. Sampel CPO atau RBDPO 10 ml atau 10 gram

2. Bahan kimia, berupa:

a. 5 ml Larutan Natrium hidroksida / sodium hidroksida (NaOH) 0,4 M.

Untuk menghasilkan larutan ini dapat dilakukan dengan cara melarutkan

16 gram NaOH dalam 1 liter air suling ataumenggunakan rumus

molaritas.

b. 5 ml Larutan Kalium hidroksida / potasium hidroksida (KOH) 1 M

Untuk menghasilkan larutan ini dapat dilakukan dengan cara melarutkan

56 gram KOH dalam 1 liter air suling

c. Beberapa ml larutan HCl 0,37 M

Untuk mempercepat reaksi saponifikasi (katalis)

3. Akuades / air (H2O), berfungsi sebagai pelarut NaOH dalam membuat 5 ml

larutan NaOH 1 M.

24

Page 25: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan

mereaksikan asam lemak khusunya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan

gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium)

yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Saponifikasi dilakukan dengan

mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya

menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali

Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam lemak

dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.

4.1.1 Prosedur Kerja

Tata cara atau prosedur kerja dalam pembuatan sabun dari bahan CPO, yaitu:

1. Larutkan 16 gram NaOH dalam 1 liter air suling (akuades) dalam beaker

glass untuk membuat larutan NaOH 0,4 M (larutan NaOH 40 %) atau

dengan menggunakan rumus massa molar dan molaritas pada stoikiometri

II.

2. Masukkan 10 minyak kelapa sawit ke dalam wadah kaca, cawan porselin

atau beaker glass dan kemudian panaskan minyak tersebut menggunakan

bunsen hingga pada suhu 70 oC sambil diaduk. Ingat, untuk hasil yang biak

gunakan RBDPO yang jernih seperti pada gambar 2.9.

3. Ke dalam minyak tambahkan 5 ml NaOH 0,4 M. Teruskan pengadukan

hingga terbentuk “trace”. Trace merupakan suatu kondisi pada saat cairan

yang diaduk (minyak sawit) mulai mengental. Pada saat ini biasanya

ditambahkan pengharum, peawarna dan zat-zat aditif lainnya.

4. Diamkan campuran hingga dingin (sesuai dengan suhu kamar). Hal ini

dilakukan agar campuran sabun dapat mengeras.

25

Page 26: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

5. Agar dapat mempercepat proses trace (mengurangi lamanya pengadukan),

dapat kita tambahkan beberapa tetes HCL 0,37 M.

Gambar 4.1 campuran sabun yang telah didinginkan

4.1.2 Hasil Pengamatan

Setelah dilakukan proses pembuatan sabun, maka hasil percobaan yang

diperoleh yaitu terbentuk campuran berwarna coklat tua dan berbusa. Hal ini

berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali (sabun) dengan gliserol.

Lamanya pengadukan yang dilakukan adalah 40 menit. Pada dasarnya gliserol

tetap digunakan dalam campuran sabun (tidak dipisahkan) agar kandungan

gliserol dapat membantu sabun dalam mengangkat benda asing yang akan

dibersihkan.

4.2 Pembahasan

Ketika kita memasukkan NaOH/KOH ke dalam air untuk dilarutkan, pada

awalnya air akan menjadi keruh. Namun, setelah kita aduk berkali-kali hingga

larut, air yang semula keruh menjadi bening kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

NaOH/KOH telah larut dalam air.

26

Page 27: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

Pada saat kita mencampurkan larutan NaOH/KOH ke dalam minyak,

pastikan minyak tersebut sudah mendidih karena proses saponifikasi pada sabun

membutuhkan suhu sekitar 80–100 °C untuk menghasilkan gliserol dan sabun

mentah. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa,

menghasilkan gliserol dan sabun mentah.

Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut

alkali - basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat

melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah

senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri

keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang

bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki

anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki

kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau

pakaian ke dalam air.

Cara kerja sabun adalah mengikat minyak kedalam air, sehingga akhirnya

minyak dan kotoran dapat dibilas dengan lebih mudah.

Molekul-molekul sabun berbentuk panjang dan tipis. Pada hampir seluruh

panjangnya (atau "ekornya") strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul

minyak, karena itu memiliki afinitas atau keakraban dengan molekul-molekul

minyak. Tapi, pada salah satu ujungnya yang lain (atau "kepalanya") ada sepasang

atom yang muatan listriknya sedemikian hingga hanya senang bergabung dengan

molekul-molekul air, dan kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun

menyatu dengan air yang membuatnya dapat larut.

27

Page 28: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari pengolahan data diatas, kita dapat menyimpulkan:

1. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan

yang disebut alkali --basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam).

Karena dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak)

dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan

beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang

senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah

kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun

memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari

tubuh atau pakaian ke dalam air.

2. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan

gliserol dan sabun mentah.

3. Titik akhir proses saponifikasi adalah trace. Trace merupakan suatu kondisi

pada saat cairan yang diaduk (minyak sawit) mulai mengental. Pada saat ini

biasanya ditambahkan pengharum, peawarna dan zat-zat aditif lainnya.

4. Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa senyawa tripalmitin, asam oksalat,

maupun asam stearat.

5. Hasil percobaan yang diperoleh yaitu terbentuk campuran berwarna coklat tua

dan berbusa. Hal ini berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali

(sabun) dengan gliserol. Pada dasarnya gliserol tetap digunakan dalam

campuran sabun (tidak dipisahkan) agar kandungan gliserol dapat membantu

sabun dalam mengangkat benda asing yang akan dibersihkan.

28

Page 29: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

5.2 SARAN

1. Pada proses pembuatan sabun sebaiknya menggunakan sampel CPO yang

telah mengalami pemurnian atau RBDPO karena kadar pengotor dalam

CPO sudah dikurangi bahkan dihilangkan.

2. Sebelum melakukan pengujian sebaiknya menggunakan peralatan

keamanan seperti masker, sarung tangan karet dan kaca mata jika

diperlukan. Para praktikan harus disiplin pada peraturan dan petunjuk yang

ada untuk bekerja di laboratorium.

3. Sebelum sampel minyak digunakan sebaiknya dipanaskan terlebih dahulu

pada suhu 70 oC dengan tujuan kadar air pada sampel minyak berkurang

sehingga mutu sabun yang dihasilkan menjadi lebih baik.

4. Pada saat melarutkan NaOH, jangan menuangkan air ke dalam NaOH akan

tetapi masukkanlah NaOH ke dalam wadah yang berisi air.

29

Page 30: 26616864 Laporan Praktikum Pembuatan Sabun

DAFTAR PUSTAKA

Satyawibawa, Iman dan Yustina Erna Widyastuti. 1992. Kelapa Sawit Dan

Pengolahannya. Jakarta: Ganesha Exacta.

Irawan, wira. 2006. Laporan Praktikum : Proses Reaksi Saponifikasi. Medan:

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi

Medan.

Anonim. 2008. Minyak dan Kolesterol. http://www.halalguide.info. Diakses pada

tanggal 28 Oktober 2009.

Andry. 2008. Teknologi Lemak Dan Minyak. http://www.pdf-search-engine.com.

Diakses pada tanggal 28 Oktober 2009.

Julianty, riza. 2008. Analisis Kadar Lemak. http://www.pdf-search-engine.com.

Diakses pada tanggal 28 Oktober 2009.

Ika. 2008. Penentuan Sifat Fisika Dan Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit.

http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2009.

Pasaribu, nurhida. Minyak Buah Kelapa Sawit. Medan: Jurusan Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatra Utara.

http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2009.

Kelapa Sawit. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2009.

Noer, Alfian. 2009. Pembuatan Sabun. http://alfiannoer.wordpress.com. Diakses

pada tanggal 07 Desember 2009.

Sajaya, Qomari. 2008. Pembuatan Sabun Mandi Dengan Bahan Minyak atau

Lemak. http://qomari-sajaya.blogs.friendster.com/share. Diakses pada

tanggal 07 Desember 2009.

Membuat Sabun. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 07 Desember

2009.

Sabun. http://www.majarimagazine.com. Diakses pada tanggal 07 Desember

2009.

30