28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    1/47

    PANDUAN TEORI

    RANGKAIAN LISTRIK

    Penyusun:

    Ir. Syahril Ardi, MT

    Afianto

    POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRAJl. Gaya Motor Raya 8 Sunter II Jakarta Utara 14330

    Telepon: 6519555, Fax: 6519821, email: [email protected]

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    2/47

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTARDAFTAR ISI

    BAB I ALAT-ALAT UKUR LISTRIK I-1

    1.1 Pendahuluan I-1

    1.2 Alat Ukur Kumparan Putar I-1

    1.3 Alat Pengukur Amper dan Volt untuk Arus Bolak-Balik I-2

    1.4 Alat Pengukur Daya I-3

    1.5 Alat Ukur Elektronik I-6

    BAB II RANGKAIAN RESISTIF II-1

    2.1 Pendahuluan II-1

    2.2 Hukum Ohm II-2

    2.3 Hukum Kirchhoff II-2

    2.4 Rangkaian Seri II-3

    2.5 Rangkaian Paralel II-4

    2.6 Rangkaian seri-Paralel II-5

    2.7 Pembagian Tegangan II-5

    2.8 Pembagian Arus II-6

    2.9 Daya II-7

    BAB III METODE ANALISIS RANGKAIAN III-1

    3.1 Pendahuluan III-1

    3.2 Persamaan Simpul (Node) III-1

    3.3 Persamaan Mesh III-2

    3.4 Teorema Superposisi III-3

    3.5 Teorema Thevenin dan Norton III-5

    3.6 TransformasiWye-Delta III-7

    3.7 Transfer Daya Maksimum III-9

    IV KAPASITANSI DAN INDUKTANSI IV-1

    4.1 Pendahuluan IV-1

    4.2 Kapasitor/Kapasitansi IV-1

    4.3 Kapasitor Paralel IV-3

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    3/47

    4.4 Kapasitor Seri IV-4

    4.5 Induktor IV-4

    4.6 Induktor Seri IV-5

    4.7 Induktor Paralel IV-6

    BAB V ARUS DAN TEGANGAN BOLAK-BALIK V-1

    5.1 Pendahuluan V-1

    5.2 Rangkaian Arus Bolak-Balik V-2

    BAB VI DAYA DAN FAKTOR DAYA VI-1

    6.1 Daya Dalam Kawasan Waktu VI-1

    6.2 Daya dalam Keadaan Tunak (Steady-State) Sinusoida VI-1

    6.3 Segitiga Daya, Daya Kompleks VI-3

    6.4 Peningkatan/Perbaikan Faktor Daya VI-4BAB VII LAMPU TABUNG FLUORESEN VII-1

    7.1 Pendahuluan VII-1

    7.2 Kumparan Hambat (Ballast) VII-2

    7.3 Starter VII-2

    7.4 Kompensasi Fakto Daya (cos) VII-3

    7.5 Efek Stroboskop dan Hubungan Duo VII-4

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    4/47

    BAB I

    ALAT-ALAT UKUR LISTRIK

    1.1 Pendahuluan

    Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan sebagainya tidak dapat secara

    langsung kita respons dengan panca indera kita. Untuk pengukurannya maka besaran listrik

    ditransformasikan melalui suatu fenomena fisis sehingga dapat diamati oleh panca indera

    kita. Misalnya arus listrik ditransformasikan ke dalam besaran mekanis. Perubahan tersebut

    bisa merupakan suatu rotasi melalui suatu sumbu tertentu, di mana besar sudut rotasi

    berhubungan langsung dengan besarnya arus listrik yang diamati.

    1.2 Alat Ukur Kumparan Putar

    Adalah alat ukur yang bekerja atas dasar prinsip adanya suatu kumparan listrik,

    yang ditempatkan pada medan magnet, yang berasal dari suatu magnet permanen. Arus

    yang dialirkan melalui kumparan akan menyebabkan kumparan tersebut berputar. Jenis

    arusnya dapat arus searah maupun arus bolak-balik dan dapat digunakan untuk mengukur

    besaran arus dan tegangan.

    Keterangan:

    1. Magnet tetap

    2. Kutub sepatu

    3. Inti besi lunak

    4. Kumparan putar

    5. Pegas spiral

    6. Jarum penunjuk

    7. Rangka kumparan

    putar

    8. Tiang poros

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    5/47

    Gambar 1.1 Prinsip kerja alat ukur jenis kumparan putar.

    Gambar 1.2 Skala alat ukur jenis kumparan putar.

    Gambar 1.3 Konstruksi bagian-bagian bergerak suatu alat ukur kumparan putar

    1.3 Alat Pengukur Amper dan Volt untuk Arus Bolak Balik

    Alat ukur kumparan putar tidak dapat digunakan untuk pengukuran arus bolak balik.

    Akan tetapi karena kepekaannya yang baik dan pula pemakaian sendirinya yang kecil,

    maka berbagai peralatan pembantu telah ditemukan sehingga alat ukur kumparan putar

    dapat digunakan sebagai alat pengukur arus maupun tegangan pada arus bolak-balik.

    Alat pembantu tersebut beraneka macam, diantaranya: penyearah arus (rectifier) bisa

    dengan dioda, dengan bantuan thermoelektris dan transistor.

    Ada 3 besaran arus dan tegangan pada arus bolak-balik, yaitu:

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    6/47

    a. Harga maksimum. Harga maksimum atau harga puncak (peak), adalah harga

    maksimum dari amplitudo arus bolak-balik. Diperlihatkan sebagai Im pada gambar

    gelombangnya. Harga puncak ini menyatakan besarnya sinyal atau gangguan dalam

    rangkaian elektronika.

    b. Harga rata-rata. Yaitu harga rata-rata dari besar arus yang diambil melalui suatu

    jangka waktu selama setengah periode dari arus bolak-balik. Alasan setengah periode

    karena bentuk gelombang arus bolak-balik adalah simetris.

    c. Harga efektif (rms: root mean square): kalau arus I dialirkan ke dalam tahanan R,

    maka daya sebesar I2R dipakai dalam tahanan R. Fenomena ini juga terjadi jika arus

    bolak balikIdialirkan melalui tahananR, maka daya sebesarI2Rdipakai pula di dalam

    tahanan. Tetapi nilai efektifIbolak-baliknya =0,707. Im

    Tabel 1.1 Beberapa bentuk gelombang arus Bolak-Balik

    1.4. Alat Pengukur Daya (Wattmeter)

    Untuk arus searah, maka daya yang dipakai dalam beban dari tahanan R dapat

    dinyatakan sebagai berikut:

    P = VI = I2R = V2/R

    DimanaVadalah tegangan beban dan Iadalah arus beban.

    Untuk jala-jala arus bolak-balik, daya yang dipakai dalam beban pada saat dimana

    tegangan beban dan arus beban adalah v dan i, maka harga sesaat daya dapat dinyatakan

    sebagai berikut:

    p = vi

    Bila sekarang tegangan dapat dinyatakan sebagai fungsi sinus dan ditulis sebagai

    v = Vmsin t

    Bila tahanan beban adalah R maka arus beban dapat dinyatakan sebagai:

    tIti mRmV sinsin

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    7/47

    Dengan demikianp dapat dinyatakan sebagai:

    Sesuai dengan definisi dari harga efektif, maka harga rata-rata dayap melalui suatu periode,

    yaitu harga rata-rataP, dinyatakan sebagai:

    Di manaVdan Iadalah harga efektif dariv dani masing-masing.

    Misalkan sekarang beban adalah kombinasi antara tahanan dan reaktansi, yaitu dinyatakan

    sebagaiZ = R + j.x di manaR adalah tahanan dan x adalah reaktansi, maka:

    Dengantan = X/R, dan akan didapat:

    Gambar 1.4 Beban umum vs. daya arus Bolak-Balik

    Harga rata-rata P adalah;

    V.Idisebut daya semu, dan cos sebagai faktor daya.

    tIVp mm 2sin

    )cos( tp mImV 212

    RVmImV RIVIp

    222

    )sin(.sin

    sin

    ttIVp

    tIi

    mm

    m

    tVItVIp 221 sinsin)cos(cos

    cosVIp

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    8/47

    1.4.1 Pengukuran Daya dengan Alat Ukur Volt-meter dan Alat Ukur Amper-meter

    Daya arus searah dapat diukur dengan alat pengukur volt-meter dan alat pengukur

    amper-meter, yang dihubungkan seperti diperlihatkan Gambar 1.5 di bawah. Dalam hal ini

    maka penting untuk memperhitungkan rugi-rugi yang terjadi karena alat ukur itu sendiri.

    Gambar 1.5 Pengukuran daya memakai volt-meter dan ammeter.

    Misalkan bahwa bila beban tahanan adalah R, tegangan beban adalah V dan arus

    beban adalah I, sedangkan alat-alat ukur volt-meter dan amper-meter mempunyai tahanan-

    tahanan dalamnya Rv dan Ra, menunjukkan Vv dan Ia. Dari Gambar 1.5 (a) akan

    didapatkan:

    Vv = I.R + I.Ra; Ia = I

    Maka daya yang akan diukur adalah:

    W = I2.R = Vv.Ia- I2

    a.Ra

    Dan dari Gambar 1.5 (b)

    W = V.I = Vv.Ia- V2

    v/Rv

    Jika tahanan dalam alat ukur volt-meter adalah 10 k, sedangkan volt-meter

    menunjukkan100 V, dan pembacaan pada alat ukur amper-meter sama dengan 5 A, maka

    daya pada beban adalah:

    W = 100 x 5 - (1002/104) = 499 W.

    1.4.2 Pengukuran Daya Tiga Fase

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    9/47

    Daya dalam jaringan-jaringan tiga fase dengan tiga penghantar dapat diukur dengan

    menggunakan 2 alat ukur watt-meter satu fase, seperti pada gambar di bawah, dan dengan

    menjumlahkan secara aljabar hasil-hasil penunjukannya. Cara ini disebut dengan metode

    dengan dua alat ukur watt-meter.

    Gambar 1.6 Pengukuran daya tiga fase dengan metode 2 watt-meter

    Persamaan yang didapat sebagai berikut:

    Bila tegangan dalam jaringan-jaringan tiga fase ini seimbang, makaV1,2 = V2,3 = V3,1 dan1

    = 3 = 300, lagipula bila bebannya seimbang maka I1 = I3 = I, dan 1 = 3 = . Sehingga

    didapat:

    1.5 Alat Ukur Elektronik

    1.5.1 Alat ukur digital

    Alat ukur digital menunjukkan besaran yang diukur (tegangan, arus, tahanan, dll)

    dalam bentuk angka. Dengan alat ukur digital, kesalahan (error) pembacaan dapat

    333322

    111121

    cos

    cos

    IVW

    IVW

    0

    2

    01

    30

    30

    cos

    cos

    VIW

    VIW

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    10/47

    dihilangkan oleh penunjukan langsung dengan angka dari besaran yang diukur, dan titik

    desimal ditunjukkan pula secara langsung untuk memudahkan pengukurannya.

    Di samping itu, keuntungan lainnya adalah penggunaan sinyal digital untuk

    pencetakan atau perekaman langsung yang kemudian dapat diolah dengan komputer.

    Gejala-gejala yang diukur kebanyakan berubah secara kontinyu (dalam bentuk analog).

    Jika digunakan alat ukur digital untuk gejala-gejala tersebut, maka perlu diubah menjadi

    besaran-besaran digital.

    Alat yang dipakai untuk mengubah ini disebut pengubah analog-digital (A-D

    converter), merupakan bagian penting dari alat ukur digital.

    Gambar 1.7 Prinsip voltmeter digital (dengan metode perbandingan)

    1.5.2 Osiloskop (Oscilloscope)

    1.5.2.1Real Ti me Oscill oscope

    Jenis ini dipakai untuk mengamati bentuk-bentuk gelombang tunggal, dan banyak

    dipakai karena mudah sinkronisasinya serta kerjanya baik sekali untuk pengamatan-

    pengamatan bentuk gelombang.

    Pertimbangan osiloskop dalam operasinya: daerah frekuensi dan sensitivitas. Jenis

    Real Time mempunyai harga maksimum 500 MHz dan 10 mV/cm bergantung pada lebar

    band dalam band amplifier atau jika tanpa memakai amplifier, DC sampai 1 GHz dan 5

    V/cm.

    Tabungcathode-ray yang dipakai di sini adalah dasar dari teknik serat optik (fibre

    optics). Layar (screen) dibuat dari bundel serat optik, dan dipakai sebuah lapisan

    fluorescencepada permukaannya untuk memperbaiki terangnya.

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    11/47

    Gambar 1.8 Penyimpangan suatu sinar elektron dalam suatu CRT

    1.5.2.2Stor age Oscil l oscopePada osiloskop biasa, bentuk cahaya akan menghilang cepat dengan bergeraknya

    sinar elektron pada layar fluorescence CRT, dan agar bentuk gelombang yang diamati

    merupakan suatu gambar diam pada CRT, dipersyaratkan sinar elektron menyinari jejak

    yang sama secara periodik. Tetapi hal ini bukanlah suatu kerugian, karena sering

    dikehendaki agar bintik cahaya yang dihasilkan oleh penyinaran dari sinar elektron

    menghilang cepat.

    Tabung-tabung storage telah dibuat yang memungkinkan perekaman tetap dari

    gejala yang cepat atau untuk mengamati gejala yang hanya terjadi sekali pada CRT.

    Osiloskop yang dilengkapi dengan tabungstoragedisebutstorage oscilloscope.

    Prinsip tabungstorageadalah: jika suatu sinar elektron mengenai layarfluorescene

    atau CRT, maka terjadi pemancaran elektron sekunder. Jika elektron-elektron dipercepat,

    satu elektron akan menyebabkan terjadinya pancaran dua atau lebih elektron sekunder, dan

    titik di mana elektron-elektron dipancarkan akan bermuatan +.

    Gambar 1.9 Prinsip penyimpanan "storage CRT"

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    12/47

    BAB II

    RANGKAIAN RESISTIF

    2.1 Pendahuluan

    Semua benda tersusun atas atom-atom, dan setiap atom terdiri atas pertikel-partikel

    yang dinamakan proton, elektron, dan neutron. Elektron bermuatan negatif, proton

    bermuatan positif, sedangkan neutron tidak bermuatan (netral).

    Satuan dari muatan adalah Couloumb, dan disimbolkan dengan Q. Dalam hal ini muatan

    sebuah elektron adalah1,6021910

    -19

    C.Bila dalam suatu konduktor, muatan bergerak terus-menerus, kita katakan bahwa

    pada konduktor tersebut terdapat arus. Bila pergerakan muatan mempunyai arah yang tetap

    (tak berubah oleh waktu) dikatakan arus searah (DC: Direct Current), tetapi jika

    pergerakannya berubah terhadap waktu disebut arus bolak-balik (AC:Alternating Current).

    Jika muatan sebesar q (C) bergerak melalui suatu luasan penampang suatu

    konduktor selama t detik (s), arusnya adalah:

    Atau

    Satuan dari arus adalah ampere (A) dan disimbolkan dengan hurufIataui.

    Arus akan mengalir apabila dalam ujung-ujung kawat penghatar terdapat beda

    potensial atau tegangan. Satuan tegangan adalah Volt dan dilambangkan dengan huruf V

    atauv terkadang juga disimbolkan denganEataue.

    Penggunaan simbol dengan huuf besar untuk menyatakan nilai-nilai rms, rata-rata

    atau nilai maximum, sedangkan simbol dengan huruf kecil digunakan untuk menyatakan

    nilai sesaat atau nilai yang terhadap waktu.

    2.2 Hukum Ohm

    t

    qi

    dt

    dqi

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    13/47

    Hukum Ohm mengatakan bahwa arus yang mengalir dalam suatu rangkaian adalah

    berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan resistansi (hambatan).

    Satuan hambatan adalah ohm dan dilambangkan dengan huruf.

    2.3 Hukum Kirchhoff

    2.3.1 Hukum Arus Kirchhoff

    Hukum Arus kirchhoff mengatakan bahwa jumlah aljabar dari semua arus yang

    memasuki suatunode(titik percabangan) sama dengan nol.

    In= 0Biasanya kita memberi tanda positif untuk arus yang masuk dari titik percabangan

    dari tanda negatif untuk arus yang keluar titik percabangan. Dalam kasus seperti Gambar

    2.1. kita dapat menuliskan persamaan hukum arus kirchhoff sebagai berikut :

    I1+ I2+ I3- I4 = 0

    Gambar 2.1 Hukum arus Kirchhoff

    2.3.2 Hukum Tegangan Kirchhoff

    Hukum tegangan ini mengatakan bahwa jumlah aljabar dari tegangan-tegangan di

    sekeliling suatu rangkaian tertutup sama dengan nol.

    RVi

    I1

    I2I

    3

    I4

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    14/47

    En= 0

    Untuk tegangan searah jarum jam kita beri tanda positif dan untuk yang berlawanan

    dengan arah jarum jam kita beri tanda negatif. Dalam kasus seperti Gambar 2.2 kita dapat

    menuliskan hukun tegangan kirchhoff sebagai berikut:

    E1+ I1.R1+ I2.R2+ I3.R3- E2+ I4.R4= 0

    Gambar 2.2 Hukum tegangan Kichhoff.

    2.4 Rangkaian Seri

    Dua elemen dikatakan seri, jika dan hanya jika:

    1. Ujung terminal dari dua elemen tersebut terhubung dalam suatu simpul.

    2. Ujung elemen yang lain tidak terhubung dalam satu (terpisah).

    Jika kita memiliki rangkaian gabungan seri dari n tahanan seperti Gambar 2.3, maka kita

    dapat mengganti tahanan-tahanan ini dengan satu tahanan tunggal yaitu Rek atau dapat

    pengganti, di mana:

    Rek= R1+ R2 + + Rn

    I1 I

    2

    I3

    I4

    E1

    E2

    R1

    R2

    R3

    R4

    R1

    R2 Rn

    E

    V1

    V2 V

    n

    + + +- - -

    Rek

    E

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    15/47

    Gambar 2.3 Rangkaian yang berisi gabungan seri n tahanan

    2.5 Rangkaian Paralel

    Dua elemen dikatakan paralel, jika dan hanya jika:

    1. ujung dari dua elemen terhubung dalam satu simpul.

    2. Ujung-ujung elemen yang lain terhubung dalam satu simpul yang lain pula.Jika kita mempunyai gabungan paralel dari n tahanan, seperti yang ditunjukkan pada

    Gambar 2.4, maka kita dapat mengganti tahanan ini dengan satu tahanan tunggal:

    Gambar 2.4 Rangkaian yang berisi gabungan paralel n tahanan

    2.6 Rangkaian Seri-Paralel

    Rangkaian ini terdiri dari beberapa tahanan yang tersusun seri maupun paralel yang

    dapat diganti dengan satu tahanan yang lebih sederhana.

    Adapun tahapan-tahapan dalam menyelesaikan rangkaian gabungan seri-paralel ini adalah

    sebagai berikut;

    1. Gambarkan lagi rangkaian aslinya dengan rangkaian baru yang lebih mudah dimengerti.

    nRRRekR1

    2

    1

    1

    11 ...

    I1 I2 In

    R1

    R2

    Rn

    ER

    ekE

    I

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    16/47

    2. Jika dalam suatu rangkaian kombinasi paralel terdapat dua atau lebih tahanan seri,

    dapatkan nilai total dari tahanan seri tersebut dengan menjumlahkannya.

    3. Gunakan rumus tahanan paralel untuk mendapatkan tahanan total dari rangkaian bagian

    paralel.

    4. Tambahkan rangkaian yang tersusun paralel tersebut dengan yang tersusun seri

    dengannya.

    2.7 Pembagian Tegangan

    Seringkali terjadi dalam suatu analisis rangkaian, kita sudah mengetahui tegangan

    total dari resistor yang terhubung seri, kemudian kita ingin mendapatkan tegangan di salah

    satu resistornya seperti Gambar 2.5.

    Karena arus yang mengalir dalam rangkaian yang terhubung seri adalah sama disetiap elemennya, maka kita dapat menyelesaikannya melalui persamaan arusI..

    Gambar 2.5 Pembagian Tegangan

    Dengan menggunakan hukum Ohm pada R2, maka:

    Dengan cara yang sama kita bisa mendapatkan tegangan di R1.

    2.8 Pembagian Arus

    Diberikan arus total I0 untuk 2 resistor yang terhubung paralel seperti Gambar 2.6

    di bawah. ArusI0bercabang menjadiI1dan I2.

    21

    00RR

    V

    ekR

    VI

    021 2

    22

    V

    RIV

    RR

    R

    .

    .

    021

    11 VV RR

    R.

    I

    R1

    R2

    +

    +

    -

    -

    V1

    V2V0

    +

    -

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    17/47

    Karena tegangan pada resistor yang terhubung paralel adalah sama, maka kita dapat

    menyelesaikannya melalui persamaan teganganV.

    Gambar 2.6 Pembagian Arus

    Kemudian:

    Dengan cara yang sama kita bisa mendapatkanI2:

    2.9 Daya

    Jika arus I mengalir melalui hambatan R dan tegangan pada ujung-ujung hambatan

    adalahV, maka daya yang diserap oleh hambatan tersebut adalah:

    P = V.I

    Satuan daya adalahWatt = Joule/detik.

    KarenaI = V/Rdan V = I.R, maka rumus daya di atas dapat dinyatakan pula:

    21

    210

    0

    RR

    RR

    ek

    I

    RIV

    .

    .

    .

    21

    2

    0

    1

    RR

    R

    I

    R

    VI

    .

    21

    102

    RR

    RII .

    RIP

    PR

    V

    .2

    2

    I0

    R1 R2V

    +

    -

    I1

    I2

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    18/47

    BAB III

    METODE ANALISIS RANGKAIAN

    3.1 Pendahuluan

    Ada berbagai macam cara untuk menyelesaikan suatu jaringan listrik, diantaranya :

    Persamaan Simpul

    Persamaan Mesh

    Teorima superposisi Teorima Thevenin dan Norton

    Transformasi Wye Delta

    Transfer Daya Maksimum

    3.2 Persamaan Simpul (Node)

    Metode ini didasarkan atas hukum arus Kirchhoff. Langkah-langkah penggunannya

    bisa dijelaskan sebagai berikut :

    Gambarlah diagram rangkaian yang lebih sederhana. Anggaplah bahwa rangkaian

    mempunyai n simpul. Pilih salah satu simpul referensi, lalu groundkan simpul referensi

    tersebut.

    Tuliskan persamaan untuk masing-masing tegangan sumber.

    a. Besarnya tegangan pada setiap simpul yang terhubung ke grounddengan sumber

    tegangan sama dengan sumber tegangan itu sendiri.

    b. Untuk sumber tegangan yang tidak terhubung ke ground, tulislah persamaan

    tegangan dari tegangan simpul yang satu ke tegangan simpul yang lain.

    Tulislah persamaan KCL (Kirchhoff Current Law) untuk masing-masing simpul yang

    tersisa. (V1-V2) diartikan sebagai tegangan simpul 1 terhadap tegangan simpul 2.

    Selesaikan persamaan pada step 1 dan step 3.

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    19/47

    Contoh 1:

    Penyelesaian :

    Step 1 Node d mempunyai 2 sumber tegangan yang terhubung dengannya. Sedang node

    yang lain mempunyai satu atau tidak sama sekali. Groundkan node d.

    Step 2 Va = 6V dan Vc =2 2VStep 3 pada node b i1 + i2 + i3= 0

    Di mana:V1= Va Vb = 6 - Vb

    V2= Vc Vb = 22 Vb

    Step 4

    Vb= 12 V

    Maka kita akan mendapatkan arus:

    3.3 Persamaan Mesh

    Metode ini didasarka atas hukum tegangan Kirchhoff (KVL). Konsep dasar dari

    analisa ini adalah loop arus.

    Metode ini bisa dijelaskan sebagai berikut :

    Pastikan bahwa rangkaian adalah sebidang (tidak terjadicross over).

    033

    22

    61 VVV

    032

    22

    6

    6 bVbVbV

    AIIi

    Ai

    Ai

    bV

    bV

    4

    5

    1

    213

    2

    22

    2

    6

    61

    3 ohm

    2 ohm6 ohm

    6 V 22 V

    a bc

    d

    3 ohm

    2 ohm6 ohm

    6 V 22 V

    a bc

    d

    i1 i3

    i2

    + v1

    - - v2

    +

    +

    v3-

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    20/47

    Dengan menganggap rangkaian mempunyai n mesh, tentukan arus mesh sesuai dengan

    arah jarum jam atau sebaliknya.

    Tulislah persamaan tegangan dari masing-masing resistor yang dilalui arus mesh.

    Selesaikan persamaan-persamaan yang sudah ditentukan tadi.

    Contoh 2:

    Penyelesaian :

    26 3ia 1ia+ 1ib= 0

    - 1ia 1ib 2ib 12 = 0

    atau 4ia 1ib= 26

    - 1ia+ 3ib= -12

    sehingga ia= 6 A

    dan ib= - 2 A

    dengan demikian elemen elemen yang lain bisa diperoleh dengan cepat :

    i1= ia = 6A V 1= i1.R1= 18 V

    i2= -ib = 2A V 2 = i2.R2= 4 V

    i3= ia ib= 8 A V 3= i3.R3= 8V

    3.4 Teorema Superposisi

    Teorema Superposisi menyatakan bahwa: Arus yang mengalir dalam suatu jaringan

    yang mengandung beberapa sumber tegangan atau arus, atau kombinasi keduanya

    merupakan penjumlahan dari arus-arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut jika setiap

    sumber bekerja dengan sumber lain diganti dengan impedensi dalamnya masing-masing,

    yaitu terhubung singkat untuk sumber tegangan dan terbuka untuk sumber arus.

    Contoh 3:

    CarilahVadan Idari rangkaian di bawah ini :

    1 ohm

    2 ohm3 ohm

    26 V 12 V

    1 ohm

    2 ohm3 ohm

    6 V 12 V

    i3

    i2

    + v1

    - - v2 +

    +

    v3

    -

    i1

    + -

    +

    -

    -

    +

    + -

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    21/47

    Penyelesaian:

    Pertama set-lah sumber tegangan menjadi nol dengan membuat rangkaian menjadi

    hubung singkat, seperti rangkaian berikut ini :

    Kemudian carilahi1dan V1. Dengan pembagian arus kita dapatkan:

    Kemudian set-lah sumber arus menjadi nol dengan membuat rangkaian menjadi terbuka

    seperti gambar berikut ini:

    VRiV

    Ai

    38

    34

    11

    34

    1

    2

    24

    42

    ..

    2ohm

    2 ohm4 ohm

    i

    2 A

    10 V

    a

    2ohm

    2 ohm4 ohm

    i1

    2 A

    v1

    2ohm

    2 ohm4 ohm

    i2

    v2

    10 V

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    22/47

    Dengan pembagian tegangan kita bisa mendapatkani2dan V2:

    Setelah itu jumlahkan masing-masing arus dan tegangan yang sudah didapat tadi :

    3.5 Teorema Thevenin dan Norton

    Jika kita ingin menentukan arus, tegangan dan daya yang diberikan pada tahanan

    beban yang berbeda-beda dari suatu rangkaian yang mungkin terdiri dari beberapa sumber

    dan tahanan, maka dengan teorema Thevenin kita bisa menyelesaikannya dengan mudah.

    Sedangkan teorema Norton merupakan kelanjutan dari adanya teorema Thevenin.

    Teorema Thevenin menyatakan bahwa: Adalah mungkin mengganti semua

    rangkaian kecuali tahanan beban, dengan sebuah rangkaian ekivalen yang hanya

    mengandung sumber tegangan bebas yang seri dengan sebuah tahanan.

    Dengan menggunakan teorema Norton kita dapatkan sebuah rangkaian ekivalen

    yang terdiri dari sebuah sumber arus bebas dan paralel dengan sebuah tahanan.

    Ada beberapa hal yang harus diingat berkenaan dengan rangkaian ekivalen

    Thevenin dan Norton :

    Sumber tegangan dalam rangkaian ekivalen Thevenin (VTH) adalah tegangan open

    circuit.

    Sumber arus dalam rangkaian ekivalen Norton adalah arusshort circuit(ISC).

    Resistor seri dalam rangkaian Thevenin identik dengan resistor paralel dalam rangkaian

    Norton. Nama lain dari rangkaian tersebut adalahRTHdan RN.

    Sesuai dengan hukum Ohm, hubungan antaraVTH, RTH, danISCadalahVTH= ISC. RTH.

    Contoh 4:

    Dapatkan rangkaian ekivalen Thevenin dan Norton untuk rangkaian yang

    ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

    Ai

    VV

    R

    V

    353

    102

    2

    310

    2

    2

    42

    210

    AV

    iiiVVV

    36

    55

    34

    310

    38

    2121

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    23/47

    Penyelesaian:

    Selesaikan rangkaian untuk tegangan open circuit dengan pembagian tegangan:

    Selesaikan rangkaian untuk arusshort circuit:

    Tidak ada arus yang mengalir di tahanan3 , sehingga :

    Tahanan output (RTH = RN) diperoleh dengan mengganti sumber 10 Vdengan rangkaian

    short circuit.

    Dengan demikian rangkaian ekivalen Thevenin dan Norton bisa digambarkan seperti

    rangkaian berikut ini :

    THOC

    OCab

    VVV

    VV

    6

    1023

    3.

    NSC IAii 5210

    3ohm

    2 ohm

    10 V

    3ohm

    2 ohm

    10 V 3ohm

    2 ohm

    Risc

    6/5 ohm

    6 V 6/5 ohm 5 A

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    24/47

    Hasil ini bisa dicek dengan hukum Ohm:

    VTH= IN. RTH 6 = 5(6/5)

    3.6 Transformasi Wye - Delta

    Sebelumnya sudah dibahas rangkaian ekivalen dari resistor-resistor hubungan seri

    maupun paralel. Sekarang kita akan memperoleh rangkaian ekivalen dari resistor-resistor

    yang terhubung pada tiga terminal, yang biasa dikenal dengan rangkaian wye dan delta.

    Lihat gambar 3.1, asumsikan bahwa resistor delta R1, R2, dan R3 diketahui. Maka

    nilaiRa, Rb,dan Rcdari rangkaianwye bisa diturunkan lewat persamaan di bawah ini:

    Gambar 3.1 jaringan resistive 3 terminal hubungan delta dan hubungan wye.

    Resistensi pada titik a-b =Ra+Rb = R3//(R1+R2)

    Resistansi pada titik b-c =Rb+Rc = R1//(R2+R3)

    Resistansi pada titik a-c =Ra+Rc = R2//(R1+R3)

    56

    23

    23 )(NTH RRR

    321

    213

    RRR

    RRRRR ba

    321

    321

    RRR

    RRRRR cb

    321

    312

    RRR

    RRRRR ca

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    25/47

    Kalikan persamaan kedua dengan -1, kemudian jumlahkan ketiga persamaan

    tersebut, maka hasilnya adalah:

    Untuk mengubah nilai resistansiwye menjadi resistansi delta, didapatkan:

    Contoh 5:

    Dapatkan tahanan ekivalen rangkaian Gambar (a). Semua tahanan bernilai 1

    Penyelesaian:

    Gunakan tranformasi wye-delta. Lihat gambar (b), dari persamaan diperoleh :

    Kemudian pada gambar (c), tahanan 3paralel dengan 1:

    321

    21

    321

    31

    321

    32

    RRR

    RRR

    RRRRRR

    RRR

    RRR

    c

    b

    a

    .

    .

    .

    a

    accbba

    a

    accbba

    a

    accbba

    R

    RRRRRRR

    RRRRRRRR

    R

    RRRRRRR

    ...

    ...

    ...

    1

    1

    1

    31111R

    43

    1313 )(

    pR

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    26/47

    Sehingga :

    3.7 Transfer Daya Maksimum

    Dalam suatu rangkaian yang hanya terdiri dari arus-arus searah (DC), daya

    maksimum ditransfer ke suatu elemen ketika resistensinya sama dengan resistensi ekivalen

    Thevenin dari rangkaian yang tersisa.

    Pernyataan ini adalah prinsip transfer daya maksimum versi dc.

    Gambar 3.2 rangkaian ekivalen Thevenin dengan resistansi beban variabel.

    Dalam Gambar 3.2, tegangan dan hambatan Thevenin Edan Rharus dipandang sebagai

    rangkaian ekivalen yang sederhana atau lomplek. RL adalah elemen, di mana kita

    menginginkan untuk memaksimalkan daya.

    1463463 )(

    ekR

    R'=10 ohm

    10 V

    I

    RL

    PL

    2

    2

    2

    22

    10

    10

    )(

    )(

    '

    '.

    '

    '

    L

    L

    L

    LLL

    LL

    R

    R

    RR

    RERIP

    RR

    EI

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    27/47

    BAB IV

    KAPASITANSI DAN INDUKTANSI

    4.1 Pendahuluan

    Pada bab ini akan dijelaskan dua elemen rangkaian penyimpan energi, yaitu

    kapasitor dan induktor. Dua elemen ini mempunyai kemampuan untuk menyerap energi

    dalam suatu rangkaian. Energi ini disimpan sementara kemudian dikembalikan lagi ke

    rangkaian.

    Kapasitor menyimpan energi dalam bentuk medan listrik, sedangkan induktormenyimpan energi dalam bentukmedan magnet.

    4.2 Kapasitor/Kapasitansi

    Gambar 4.1 memperlihatkan bagian yang penting dari suatu kapasitor. Dia terbuat

    dari dua pelat penghantar paralel yang dipisahkan oleh bahan yang bersifat insulator, yang

    dinamakan dielektrik. Sebuah sumber tegangan dihubungkan ke ujung-ujung kapasitor

    akan membangkitkan medan listrik di antara pelat penghantar, di mana energi yang

    disimpan diambil dari sumber.

    Gambar 4.1 (a) kapasitor dengan 2 pelat penghantar paralel

    (b) Simbol kapasitor

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    28/47

    (a) (b)

    (c)

    Gambar 4.2 Berbagai jenis kapasitor: (a) kapasitor elektrolit;

    (b) kapasitor kertas; (c) kapasitor variabel

    Dielektrik akan mencegah arus yang megalir saat tegangannya konstan (dc), tetapi

    pada tegangan yang berubah terhadap waktu akan menghasilkan arus yang proporsional

    terhadap kecepatan perubahan tegangan, yaitu :

    Kapasitas dari suatu kapsitor (C), menyatakan suatu kemampuan untuk menyimpan

    energi, diukur dalam satuan Farad. Besarnya kapasitansi itu sendiri dinyatakan sebagai:

    Di manaA adalah luas penampang pelat,djarak antara dua pelat paralel, sedangkan

    permitivitas dari bahan dielektrik, untuk ruang hampa o= 8.854 pF/m. Simbol kapasitor

    ditunjukkan pada Gambar 4.1b.

    Muatan kapasitor berbanding langsung dengan tegangan:

    dtdvCti )(

    dAC

    )(tvCq

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    29/47

    Gambar 4.3 Kapasitor dihubungkan dengan sumber tegangan V

    Ini menunjukkan bahwa tegangan tidak dapat berubah dengan tiba-tiba dari satu nilai ke

    nilai yang lain.

    Sedangkan energi yang tersimpan di dalam kapasitor dirumuskan:

    4.3 Kapasitor Paralel

    Kapasitansi ekivalen Cp dari dua kapasitor yag terhubung paralel, dapat dihitung

    secara mudah. Lihat Gambar 4.4, arus total ip adalah jumlah dari arus yang melewati tiap-

    tiap kapasitor, sedangkan tegangannya adalah sama.

    Gambar 4.4 Kapasitor Paralel.

    C

    q

    ratarata

    CVVq

    VqW2

    212

    21

    21

    .

    .

    dt

    pdv

    p

    dt

    pdv

    dt

    pdv

    p

    dt

    pdv

    pp

    CCi

    CCiii

    Ci

    )( 21

    2121

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    30/47

    Kita bandingkan, terlihat bahwa kapasitor ekivalen dari dua kapasitor yang tersusun paralel

    adalah:

    Cp = C1+ C2

    4.4 Kapasitor Seri

    Kapasitor ekivalen seri dari dua kapasitorC1 dan C2 dapat ditentukan dengan cara

    yang sama. Dalam hubungan seri, arus masing-masing kapasitor adalah sama. Tegangan

    pada kapasitor ekivalen tunggal pada tiap-tiap kapasitor, lihat Gambar 4.5.

    Gambar 4.5 Kapasitor Seri

    4.5 Induktor

    Sebuah induktor fisis dapat dibuat dengan melilitkan sepotong kawat menjadi

    sebuah koil. Energi disimpan dalam medan magnet di sekitar koil tersebut saat arus

    melewatinya. Tidak ada tegangan yang melintasi sebuah konduktor pada arus yang konstan.

    Dengan kata lain, induktor dapat dipandang sebagai hubungan pendek bagi arus dc, tetapi

    pada arus yang berubah-ubah terhadap waktu, tegangan yang melintasi induktor akan

    sebanding dengan laju perubahan arus yang melewati induktor terhadap waktu, pernyataan

    ini bisa dituliskan sebagai :

    21

    21

    2

    1

    1

    11

    CC

    CCs

    CCsC

    C

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    31/47

    L adalah induktansi dari suatu konduktor, yang menyatakan kemampuan untuk

    menyimpan energi dalam suatu medan magnet, atau kemampuan suatu induktor untuk

    menghasilkan e.m.f induksi. Diukur dalam satuanHenry(H).

    Nilai induktansi (L), dipengaruhi oleh jumlah lilitan (N), luas penampang (A), dan

    panjang kawat (I), sesuai dengan persamaan di bawah ini :

    Persamaan energi yang disimpan dalam suatu konduktor:

    Induktor terdapat pada gulungan kumparan dalam motor listrik, transformator dan

    alat-alat yang serupa memiliki induktansi dalam model-model rangkaiannya.

    4.6 Induktor Seri

    Kita bisa mendapatkan induksi ekivalen Ls dan dua induktor L1 dan L2 yang

    terhubung seri dengan menjumlahkan tegangan pada masing-masing induktor, seperti

    Gambar 4.6.

    Gambar 4.6 Induktor Seri.

    Kita dapatkan bahwa untuk induktor seri berlaku:

    dtdiLtv )(

    I

    ANL

    .. 2

    221 iLW .

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    32/47

    Ls = L1 + L2

    4.7 Induktor Paralel

    Induktansi ekivalen Lp dari dua induktor L1 dam L2 dalam hubungan paralel bisa

    diperoleh dengan rumus berikut ini. Kita lihat Gambar 4.7

    Gambar 4.7 Induktor Paralel

    2

    1

    1

    11LLpL

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    33/47

    BAB V

    ARUS DAN TEGANGAN BOLAK-BALIK

    5.1 Pendahuluan

    Arus atau tegangan bolak-balik adalah arus atau tegangan yang mengalir dalam dua

    arah dan nilainya selalu berubah terhadap waktu. Bentuk sinyal arus atau tegangan bolak-

    balik ini kalau dilihat dengan menggunakan osiloskop merupakan bentuk gelombang sinus.

    Bentuk gelombang sinus dapat digambarkan sbb:

    Gambar 5.1 Gelombang sinus

    Secara matematis, tegangan gelombang sinus ini dapat dinyatakan dengan persamaan:

    Atau

    Di mana kita biasanya akan menganggaptdinyatakan dalam radiandan dalamderajat.

    Frekuensi gelombangfdalamHzdan periodeTdalamdetik, diberikan oleh:

    Di manaadalah dalam rad/detik.

    Sedangkan untuk arus listrik:

    Atau

    )sin( tVv

    )cos( 090 tVv

    2

    1 T

    f

    )cos( tIi

    )sin( 090 tIi

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    34/47

    5.2 Rangkaian Arus Bolak-Balik

    5.2.1 Resistor

    Perhatikan rangkaian arus bolak-balik yang terdiri dari sebuah resistor seperti Gambar di

    bawah.

    Gambar 5.2 (a) Rangkaian seri resistor R dengan sumber tegangan ac;

    (b) grafik arus dan tegangan mempunyai fase yang sama;

    (c) diagram fasornya

    Tegangan pada resitor Vr sama dengan tegangan sumber ac sehingga untuk rangkaian

    resistif dapat ditulis:

    5.2.2 RL Seri

    Rangkaian yang diperlihatkan pada Gambar 5.3 di bawah, memiliki arus terpasang

    i = I.sint. Maka:

    XL= L(Ohm), disebut juga sebagai reaktansi induktif.

    Sedangkan tegangan totalnya:

    tItI

    tVV

    mRmV

    R

    mR

    sinsin

    sin

    )sin(

    sin.

    090

    tLILV

    tViRV

    dtdi

    L

    mR

    22LR VVV

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    35/47

    Gambar 5.3 (a) Rangkaian RL seri; (b) grafik sinusoida tegangan dan arus

    Beda fasenya dapat menggunakan hubungan:

    Gambar 5.4 Diagram fasor

    5.2.3 RC Seri

    Rangkaian yang diperlihatkan pada gambar di bawah, memiliki arus terpasang I = I.sint.

    Maka:

    RV

    LVtan

    I

    V

    VR

    VL

    )sin(.

    sin.

    .

    01 90

    tIiXV

    tViRV

    CCC

    mR

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    36/47

    XC= 1/C(Ohm), disebut juga sebagai reaktansi kapasitif.

    Gambar 5.5 Arus (i) tertinggal (lagging) terhadap tegangan (v)

    Gambar 5.6 Diagram fasor

    5.2.4 RLC Seri

    Rangkaian yang diperlihatkan pada Gambar 5.7 di bawah,

    Gambar 5.7 Rangkaian RLC seri

    I

    V

    VR

    VC

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    37/47

    Efek hambatan total yang diakibatkan olehR,XL, danXCdalam rangkaian arus bolak-balik

    disebut impedansi (simbolZ). Persamaannya:

    Gambar 5.8 Diagram fasor

    22

    22

    22

    CL

    CL

    CLR

    XXRIZI

    XIXIRIZI

    VVVV

    .

    ....

    R

    XC

    XL

    XL-X

    C Z

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    38/47

    BAB VI

    DAYA DAN FAKTOR DAYA

    6.1 Daya Dalam Kawasan Waktu

    Sebuah jaringan pasif yang umum, dengan tegangan v(t) dan arus yang dihasilkan

    i(t) diperlihatkan pada Gambar 6.1. Daya yang berubah terhadap waktu (time variable

    power) atau daya sesaat (instantenous power) ke dalam jaringan adalah perkalian tegangan

    dan arus:

    p(t) = v(t).i(t) (W)Jikav(t)adalah sinusoida, maka setelah periode peralihan lewat, tegangan dan arus

    periodik menghasilkan suatu daya periodik pula. Di mana daya positif sesuai dengan

    pengalihan energi dari sumber ke jaringan (beban); dan daya negarif sesuai dengan

    pengembalian energi dari jaringan ke sumber. Tentunya pada sebuah jaringan pasif,

    pengalihan energi total haruslah dari sumber ke jaringan, karena itu daya rata-rata waktu

    haruslah salah satu dari positif atau nol. Daya rata-rata nol akan diperoleh dari sebuah

    jaringan reaktif murni, di mana terjadi penyimpanan energi secara periodik tetapi tanpa

    adanya disipasi (pengeluaran) energi.

    Gambar 6.1

    6.2 Daya dalam Keadaan Tunak (Steady-State) Sinusoida

    Pada sebuah jaringan pasif yang mengandung elemen induktif tunggal (sebuah

    induktor/kumparan), tegangan terpasang v = Vm.cos t akan menghasilkan suatu arus

    sinus yang tertinggal (lagging) sejauh 900, I = Im.cos (t - 9 00). Maka daya sesaat

    diberikan oleh:

    tIVttIVivp mmmm 290 210

    sincos.cos.

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    39/47

    Hasil ini dilukiskan pada Gambar 6.2 dan Gambar 6.3. Dalam selang waktu di

    manav dan i adalah dari tanda yang sama misal 0 t /2,p adalah positif. Energi akan

    dialihkan dari sumber ke elemen rangkaian induktif selama waktu-waktu tersebut. Dalam

    selang waktu lainnya seperti /2 t , p adalah negatif dan energi dikembalikan dari

    elemen rangkaian ke sumber.

    Gambar 6.2

    Gambar 6.3

    Nilai efektif atau rms (root mean square) adalah:

    Daya rata-rata P = Veff.Ieffcos

    Perkalian Veff.Ieffdisebut daya nyata (apparent power), yang diberikan oleh simbol S dan

    diukur dalam volt-amper, VA, di mana 1 VA = 1V.A = 1 W. Faktor dengan mana daya

    2

    2

    /

    /

    meff

    meff

    II

    VV

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    40/47

    nyata harus dikalikan agar mendapatkan daya rata-rata disebutfaktor daya (power factor,

    pf).

    Pfcos

    Sewaktu menyebut faktor daya, adalah lazim memasukkan informasi mengenai

    tanda dengan menyatakan sebuah faktor daya tertinggal (lagging) jika 0 (arus

    tertinggal dari tegangan), atau faktor daya mendahului (leading) jika 0 (arus

    mendahului tegangan). Dalam setiap hal, 0 faktor daya 1.

    6.3 Segitiga Daya, Daya Kompleks

    Dengan menyatakan jaringan pasif dalam kawasan frekuensi dengan impedansi

    penggantiZ = Z, diperoleh

    Faktor daya =cos= R/Z

    Dan, karenaVeff = Ieff.Z,

    Daya nyata S = Veff.Ieff=

    Daya rata-rata P P = Veff.Ieff.cos =

    SelanjutnyaSdan Pdapat dinyatakan secara geometris sebagai sisi miring dan sisi

    horisontal dari sebuah segitiga siku-siku. Segitiga ini secara sederhana merupakan diagram

    impedansi yang diskala dengan faktorIeff2 . Lihat gambar 6.4.

    Gambar 6.4

    Daya kuadratur

    Satuan Q adalah voltamper reaktif, var, di mana sekali lagi, 1 var = 1 W. Adalah lazim

    mengambil Q sebagai bukan negatif. Jadi, bila 0 (seperti Gambar 6.5), kita

    ZIeff.2

    RIeff.2

    (var)sin XIIVQ effeffeff2

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    41/47

    menyebutkan"Q = 13,2 var (kapasitif)" sebagai pengganti"Q = -13,2 var". BilaQ 0;Q

    diberikan dalam var (induktif).

    Gambar 6.5

    Berbagai besaran daya semuanya dapat diturunkan secara menyenangkan dari:

    Daya kompleks

    Di mana Veffadalah tegangan efektif fasor dan Ieff* adalah konyugasi kompleks dari arus

    fasor efektif. Rumus penggantinya adalah S = Ieff2.Z

    Contoh 1. Sebuah jaringan pasif tertentu mempunyai impedansi pengganti Z = 3 +j4 dan tegangan terpasang: v = 42,5 cos(1000t + 300) (V)

    Berikan informasi lengkap mengenai daya.

    Jawab:

    Maka:

    P = 108,4 Watt; Q = 144,5 var(induktif); S = 180,6 VA, dan faktor daya = cos 53,130 =

    0,6tertinggal (lagging).

    6.4 Peningkatan/Perbaikan Faktor Daya

    Pelayanan listrik untuk konsumen industri adalah tiga fase, sedangkan konsumen

    rumah tangga biasanya menggunakan daya satu fase. Pemakai-pemakai besar daya listrik

    berusaha mendapatkan keuntungan dengan menurunkan komponen kuadratur dari segitiga

    jQPSIVS effeff *

    5144410813536180

    1323

    30

    0

    0

    2

    58

    013535

    0302542

    0

    2

    542

    ,,,,

    ,

    *

    ,

    ,

    )/,(

    ,

    jIVS

    I

    V

    effeff

    ekZ

    effV

    eff

    eff

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    42/47

    dayanya; ini disebut "peningkatan faktor daya". Sistem-sistem industri umumnya

    mempunyai komponen induktif menyeluruh karena jumlah motornya banyak.

    Guna memperbaiki faktor daya, kapasitor-kapasitor dalam tumpukan-tumpukan

    tiga fase (bank-bank capacitors) dihubungkan ke sistem pada salah satu sisi primer atau

    sisi sekunder transformator utama sedemikian, sehingga gabungan beban bangunan dan

    tumpukan-tumpukan kapasitor menyatakan sebuah beban guna melayani keperluan yang

    lebih mendekati faktor daya satu.

    Contoh 2. Berapa besarnya Q yang harus disediakan oleh tumpukan kapasitor pada

    Gambar di bawah untuk meningkatkan faktor daya menyusul menjadi 0,95?

    Sebelum penambahan tumpukan kapasitor, faktor daya menyusul =cos 250 = 0,906, dan

    Setelah peningkatan, segitiga mempunyai Pyang sama, tetapi sudutnya adalah cos-10,95 =

    18,190. Maka

    Nilai baru dari daya nyata adalahS' = 7854 VA jika dibandingkan dengan yang mula-mula

    S = 8232 VA. Pengurangan378 VAadalah sebesar4,6%.

    Transformator, sistem distribusi, dan alternator keperluan perusahaan-perusahaan

    semuanya dinilai dalam kVA atau MVA. Akibatnya, suatu peningkatan dalam faktor daya

    dengan pengurangan dalam kVA yang sesuai, membebaskan sebagian dari pembangkitan

    dan kemampuan transmisi ini sehingga dia dapat digunakan untuk melayani langganan lain.

    3479746125823225025668

    00

    2

    6680

    2

    240

    0

    02553

    00240

    1

    jIVS

    I

    effeff

    ,*

    , ,

    )var(

    ,tan

    kapasitifQ

    Q

    c

    c

    1027

    19187461

    3479 0

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    43/47

    BAB VII

    LAMPU TABUNG FLUORESEN

    7.1 Pendahuluan

    Bentuk standar tabung fluoresen dipasarkan oleh Philips menggunakan kode TL.

    Diameter tabungnya 38 mm; sedangkan panjangnya tergantung pada besarnya daya tabung.

    Bagian dalam tabung diberi lapisan serbuk fluoresen.

    Pada setiap ujung tabung terdapat sebuah elektroda. Elektroda ini terdiri dari kawat pijar

    dari wolfram dengan sebuah emitter untuk memudahkan emisi elektron.

    Tabung fluoresen diisi dengan uap air raksa dan gas mulia argon. Dalam keadaan

    menyala, tekanan uap air raksa dalam tabung sangat rendah. Uap air raksa ini

    memancarkan sinar ultaungu yang memiliki panjang gelombang 253,7 m. Sinar ini

    kemudian diserap oleh serbuk fluoresen dan diubah menjadi cahaya tampak.

    Gambar 7.1 Rangkaian dasar pemasangan lampu fluoresen (TL):

    (1) kumparan hambat (ballast); (2) filamen (elektroda);

    (3) starter; (4) detil starter

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    44/47

    Gambar 7.2 Pemasangan 2 buah lampu TL dengan auto transformator

    (1) tabung lampu TL; (2) starter; (3) auto transformator;

    (4) dua buahballast; (5) sumber listrik AC.

    7.2 Kumparan Hambat (Ballast)

    Kumparan hambat (ballast) pada lampu fluoresen terdiri dari: kawat tembaga A,

    bahan isolasi B, teras besi D, massa pengisi poliester E. Ballastpada dasarnya merupakan

    kumparan hambat (choke coil) yang berinti besi, fungsinya:

    Memberikan pemasangan awal pada elektroda guna menyediakan elektron bebas dalam

    jumlah yang banyak.

    Memberikan gelombang potensial yang cukup besar untuk mengadakan bunga api

    antara kedua elektrodanya.

    Mencegah terjadinya peningkatan arus bunga api yang melebihi batas tertentu bagi

    setiap ukuran lampu.

    7.3 Starter

    Starter terdiri dari sebuah balon kaca kecil yang diisi dengan gas mulia. Di dalam

    balon kaca terdapat dua elektroda dwilogram A dan B.

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    45/47

    Tabel 7.1 Data tabung TL

    Daya Tabung 4 W 6 W 8 W 20 W 25 W 40 W 65 W 125 W

    Tegangan tabung (V) 30 45 58 58 95 103 108 100

    Arus tabung (A) 0.15 0.155 0.165 0.39 0.30 0.44 0.7 1.5

    Panjang tabung (mm) 136 212 288 590 970 1199 1500 1500

    7.4 Kompensasi Faktor Daya (cos )Karena adanya induktansi kumparan hambat (ballast), maka arus tabung akan

    menyusul (leading) tegangannya. Faktor dayanya antara 0.35 sampai 0.5. Untuk

    memperbaiki faktor daya ini digunakan kondensator yang dihubungkan secara seri dengan

    kumparan hambat. Kapasitas kondensator ini dipilih sedemikian rupa sehingga membuat

    rangkaiannya cukup kapasitif untuk mengimbangi cos dari rangkaian kedua yang

    induktif. Hubungan demikian disebut hubungan duo.

    Hubungan duo ini tidak hanya memberi kompensasi bagi cos kedua rangkaian, tetapi

    juga mengurangi efek stroboskopnya. Untuk tabung-tabung TL 20 W digunakan hubungan

    tandem, yaitu dua tabung dihubungkan seri.

    Gambar 7.3 hubungan kapasitif

    Gambar 7.4 Hubungan tandem

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    46/47

    7.5 Efek Stroboskop dan Hubungan Duo

    Dimisalkan suatu piringan dengan tanda titik di pinggirnya. Kalau piringan ini

    diputar, dan hanya diterangi setiap kali tanda titiknya berada di sebelah atas, maka piringan

    itu akan tampak seolah-olah tidak bergerak.

    Misalkan kemudian piringan tersebut membuat satu putaran per detik. Kalau

    diterangi setiap 0,9 detik, maka piringan ini akan tampak seolah-olah berputar mundur

    dengan kecepatan satu putaran setiap 9 detik.

    Kalau diterangi setiap 1,1 detik, piringannya akan tampak seolah-olah berputar

    maju dengan kecepatan satu putaran setiap 11 detik.

    Gejala seperti diuraikan di atas disebut efek stroboskop, dan akan tampak di ruangan-

    ruangan yang diberi penerangan lampu tabung gas.

    Flux cahaya lampu tabung yang sedang menyala selalu berkurang pada saat-saatarus bolak-baliknya mencapai nilai sesaat nol, jadi setiap 1/1000 detik. Reaksi mata

    manusia tidak cukup cepat untuk menangkap perubahan-perubahan ini. Jadi bagi mata

    manusia cahaya lampu TL tampak seolah-olah konstan.

    Efek stroboskop dapat dihilangkan dengan hubungan duo atau dengan membagi

    rata semua lampu dalam suatu ruangan menjadi tiga fase.

    Gambar 7.5 Hubungan duo

  • 5/26/2018 28179053 Panduan Teori Rangkaian Listrik

    47/47

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Rangkaian Listrik, Seri Buku Schaum, Joseph A. Edminister, Penerbit

    Erlangga, Edisi kedua.

    2. Hukum Kirchhhoff, penuntun berencana 07, Siemens, Alois Koller.

    3. Instalasi Listrik Arus Kuat 2, P.van.Harten, Penerbit Binacipta, 1995

    4. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik, Soedjana Sapiie & Osamu Nishino,

    Pradnya Paramita, cet. 6, 2000.

    5. Ketrampilan Teknik Listrik Praktis, John B Robertson, Penerbit Yrama Widya,

    cet.3, 1995.

    6. Teknik Pengerjaan Listrik, Daryanto, Penerbit Bumi Aksara, cet.1, 2000.

    7. Teknik Listrik Instalasi Penerangan, F Suryatmo, Penerbit Rineka Cipta, 1998.

    8. Panduan Teori Instalasi Listrik, Polman Astra, Syahril Ardi, 2002.

    9. Belajar Instalalasi Listrik, Dedi Rusmadi, Penerbit CV Pionir Jaya, Juli 2001.

    10.Elektronik Industri, Frank D Petruzella, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2001.

    11.Pemasangan Instalasi Listrik Dasar, Priyo Handoko, Penerbit kanisius, 2000.