2df3d Kondisi Perairan Muara Sungai Digul Dan Perairan Laut Arafura Dilihat Dari Kandungan Logam Berat

  • Upload
    faiz-ab

  • View
    26

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KONDISI-PERAIRAN-MUARA-SUNGAI-DIGUL-DAN-PERAIRAN-LAUT-ARAFURA

Citation preview

  • Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2004 ISSN 0125 - 9830 No. 36:15-31

    KONDISI PERAIRAN MUARA SUNGAI DIGUL DAN PERAIRAN LAUT ARAFURA DILIHAT DARI KANDUNGAN LOGAM BERAT

    Oleh

    ENDANG ROCHYATUN1), LESTARI1) & ABDUL ROZAK 1)

    ABSTRAK Pengamatan kandungan logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn) dalam air laut dan

    dalam sedimen di perairan muara sungai Digul telah dilakukan pada bulan Oktober 2002. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar logam berat Cu didalam sedimen di sebelah timur (Stasiun 1-9) perairan muara Sungai Digul lebih tinggi dibandingkan di sebelah barat (Stasiun 10-29). Kadar logam berat dalam sedimen pada lapisan permukaan pada umumnya lebih rendah dibandingkan pada lapisan dasar. Kadar logam berat dalam air laut maupun sedimen di muara Sungai Digul Arafura berturut-turut adalah Pb = 0,0028-0,0030 ppm dan 6,41-7,09 ppm, Cd =

  • 16

    ROCHYATUN et al.

    PENDAHULUAN

    Laut dahulu diduga mampu menyerap limbah dengan kapasitas yang tidak terbatas, tetapi pada tahun-tahun terakhir ini, makin nyata bahwa lingkungan laut memiliki kemampuan terbatas dalam menampung limbah yang dapat dihancurkan atau diencerkan hingga tidak berbahaya (CONNEL & MILLER 1995). Limbah rumah tangga, pertanian dan industri diketahui potensial mencemari laut sebagai tempat pembuangan limbah terakhir dan terluas. Estuaria adalah salah satu tempat yang sangat potensial sebagai gudang bahan pencemar (TETELEPTA, dalam SYAHMINAN 1996). Di dalam laut komposisi unsur kimia relatif stabil dan beragam karena terbentuk secara berangsur-angsur dalam kurun waktu yang lama. Secara alamiah logam berat tersedia di alam dalam kadar yang rendah. Kadar ini akan meningkat bila limbah yang banyak mengandung logam berat masuk ke laut dalam jumlah besar. Logam berat secara alamiah terdapat di seluruh lapisan alam, namun kadarnya sangat rendah. Pada tingkat kadar yang rendah ini logam berat umumnya dibutuhkan oleh organisme hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Sebaliknya bila kadar logam berat meningkat, maka akan berubah menjadi racun (PHILIPS 1980). Peningkatan kadar logam berat terjadi karena masuknya limbah yang banyak mengandung unsur logam berat ke lingkungan laut. Sumber limbah yang banyak mengandung logam berat biasanya berasal dari aktivitas industri, pertambangan, pertanian dan pemukiman. Limbah dari aktivitas tersebut masuk ke lingkungan perairan laut melalui aliran sungai. Pencemaran akibat kegiatan industri dapat menyebabkan kerugian besar, karena umumnya limbah mengandung zat kimia beracun; antara lain senyawa khlor (Cl), arsen (As), raksa (Hg), khrom (Cr), timbal (Pb) dan lain sebagainya yang sering digunakan dalam proses produksi suatu industri baik sebagai bahan baku, katalisator ataupun bahan utama. Namun timbulnya kasus pencemaran logam berat di beberapa lokasi perairan dan mencemari biota konsumsi, contohnya kasus Minamata - Jepang, (1953 - 1965), telah menimbulkan rasa takut berlebihan pada masyarakat terhadap keberadaan logam berat dalam lingkungan. Kandungan logam berat dalam perairan dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia yaitu arus, suhu, salinitas, padatan tersuspensi dan derajat keasaman (pH). Pada umumnya faktor oseanografi yang paling berperan dalam penyebaran bahan cemaran (logam berat) adalah arus, pasang surut, gelombang dan keadaan bathimetri perairan. Sifat racun logam berat berbeda-beda, tergantung dari sifat anion dan kation yang terdapat bersamaan, proses ini dikenal sebagai faktor sinergis. Dalam perairan logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004

  • LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA

    Gambar 1. Posisi stasiun Oseanografi di laut Arafura dekat perairan Digul

    Tanggal 17-22 Oktober 2002. Figure 1. Position station Oseanography in Arafura Sea closed to Digul

    Waters at 17 to 22 October 2002.

    dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk kompleks dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal terabsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi. Propinsi Irian Jaya memiliki bentuk muka bumi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran rendah sepanjang pantai, dataran rendah sepanjang daerah aliran sungai-sungai besar, daerah perbukitan sampai dataran tinggi dan pegunungan yang beberapa puncaknya diselimuti salju abadi. Di Propinsi ini mengalir sekitar 40 buah sungai besar dan kecil, adalah Sungai Memberamo yang bermuara ke Samudera Pasifik dan sungai Digul yang bermuara ke Laut Arafura. Wilayah Irian Jaya memiliki sumber daya kelautan, dan pertambangan yang berpotensi untuk dikembangkan.

    Sungai Digul adalah salah satu sungai yang terbesar di Irian Jaya. Sungai ini mengalir dan bermuara di pantai Digul perairan Laut Arafura. Perairan ini merupakan badan air terakhir dari sungai-sungai yang mengalir ke sebelah Barat Irian Jaya. Kondisi perairan tersebut sangat dipengaruhi oleh pola arus pasang surut dan sungai-sungai disekitamya.Tulisan ini bertujuan mengetahui kondisi perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura dari aspek kandungan logam beratnya.

    17

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004

  • 18

    ROCHYATUN et.al

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian kandungan logam berat di perairan muara sungai Digul, Irian Jaya dilakukan pada bulan Oktober 2002 menggunakan sarana kapal penelitian Baruna Jaya VIII Contoh air laut dan sedimen diambil dari 23 stasiun (Stasiun 2-24), 3 stasiun (Stasiun SD 1-SD 3) di muara sungai Digul dan 1 stasiun (Stasiun SD 4) harian (24 jam) dengan pengambilan contoh air laut 6 jam sekali (Gambar 1 ).

    Contoh air diambil dari 2 kedalaman, yaitu permukaan (lm) dan dasar ( 3 m dari dasar perairan). Contoh air permukaan diambil dengan botol Van Dorn yang volumenya 5 liter, sedangkan air dasar diambil dengan menggunakan Rosette Sampler. Contoh air tersebut segera disaring dengan kertas saring sellulose nitrat yang berpori-pori (0,45 um dengan garis tengahnya 47 mm) yang sebelumnya dicuci dengan HNO3 (1:1) Setelah itu diawetkan dengan HNO3 (pH < 2) (BATLEY & GARDNER 1977). Contoh air kemudian dibawa ke laboratorium di Jakarta. Di laboratorium air tersebut (250 ml) dimasukkan dalam corong pisah teflon, kemudian diekstraksi dengan APDC/NaDDC/MIBK. Fase organiknya diekstraksi kembali dengan HNO3 (BRULAND et aL 1979).

    Contoh sedimen diambil 2 lapisan yaitu permukaan (0-5 cm) dan bawah (45-50 cm) dengan menggunakan piston core. Contoh sedimen tersebut dimasukan dalam botol polietilen, disimpan dalam frezer dan dibawa ke laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Di laboratorium, contoh sedimen dimasukkan dalam beaker teflon dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105C selama 8 jam. Setelah kering dibilas 3 kali dengan air suling bebas logam berat. Kemudian dikeringkan kembali dan digerus hingga homogen. Sebanyak 5 gram contoh sedimen tersebut didestruksi dalam beaker teflon dengan HNO3/HCI pada suhu 100C selama 8 jam (LORING & RANTALA 1977). Untuk mendeteksi ada tidaknya kontaminasi selama pengambilan sampel, penyaringati, pengawetan dan transportasi ke Jakarta, maka dilakukan Metode Blanko (control).

    Kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn) dalam contoh air dan sedimen ditentukan dengan AAS jenis Varian SpektrAA menggunakan nyala campuran Udara - Asetilen.

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004

  • LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Timbal (Pb) Hasil pengamatan kadar Pb dalam air dan sedimen di perairan muara

    Sungai Digul dan perairan Laut Arafura disajikan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat dilihat kadar Pb rerata (permukaan dan dasar) berkisar antara 0,0028-0,0030 ppm. Dari Tabel 1 terlihat bahwa kadar Pb di muara Sungai Digul Arafura sangat bervariasi baik dalam air permukaan dan dekat dasar, dan kadar Pb dalam air tersebut semakin ke arah laut kadarnya cukup rendah, hal ini kemungkinan karena pengaruh proses pengenceran oleh pola arus pasang surut. Bila mengacu pada NAB yang ditetapkan oleh Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KMNKLH 1988) untuk kepentingan kehidupan biota laut yakni

  • ROCHYATUN et al.

    Tabel 1. Kadar Pb dalam air laut dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura.

    Tabel 1. Pb content in sea water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea.

    Sea water (ppm) Sediment (ppm)Station Surface Bottom Surface Bottom

    2

  • LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA

    0,001 pptn. Jika tnengacu kepada apa yang diungkapkan oleh THAYIB & RAZAK (1988) dan RNO, maka sedimen di perairan ini belum tercemar oleh Pb, tetapi bila mengacu kepada MOORE & RAMAMOORTHY dalam EVERAART (1980), maka dapat dikatakan perairan ini telah terkontaminasi oleh Pb. Seiring dengan berjalannya waktu kontaminasi ini akan dapat menimbulkan akumulasi baik pada tubuh biota yang hidup dan mencari makan di dalam maupun di sekitar sedimen atau dasar perairan dan akan berbahaya bagi kehidupan biota, yang pada gilirannya akan berbahaya pula bagi manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.

    Tabel I menunjukkan kadar Pb dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan air laut. Data ini menunjukkan adanya akumulasi Pb dalam sedimen. Baku Mutu Pb di dalam lumpur atau sedimen di Indonesia belum ditetapkan, padahal senyawa-senyawa logam berat lebih banyak terakumulasi dalam sedimen (karena proses pengendapan) di mana terdapat kehidupan biota dasar. Biota dasar yang resisten terhadap perubahan kualitas lingkungan (tercemar oleh logam berat) umumnya dijadikan sebagai indikator pencemaran.

    KADMIUM (Cd)

    Hasil pengukuran kadar Cd rerata dalam air laut (permukaan dan dasar) dan sedimen di perairan muara Sungai Digul Arafura disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut kadar Cd dalam air rerata berkisar antara

  • ROCHYATUN et al

    Tabel 2. Kadar Cd dalam air laut dan sedimen di perairan ntuara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura.

    Table 2. Cd Content in sea water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea.

    Sea water (ppm) Sediment (ppm) Station Surface Bottom Surface Bottom

    2

  • LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA

    ditemukan di stasiun 4, 5, 7, 9 dan 11 Stasiun-stasiun tersebut umumnya berada dekat pantai. MOORE & RAMAMOORTHY dalam EVERAART (1980) menyatakan kadar logam yang terdapat dalam sedimen yang tidak terkontaminasi paling rendah adalah sebesar 0,01 ppm. Berdasarkan data di atas, sedimen di dasar perairan ini terkontaminasi oleh Cd. Seiring dengan berjalannya waktu maka logam Cd ini juga akan terakumulasi di dalam tubuh biota yang hidup dan mencari makan di dalamnya.

    Secara keseluruhan kondisi ini dapat membahayakan kehidupan biota di perairan ini, mengingat Cd bersifat racun dan merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga berbahaya untuk manusia. Logam berat Cd merupakan unsur yang paling beracun setelah raksa (Hg). Kadmium akan diubah oleh aktivitas mikroorganisme menjadi senyawa organik yang beracun. Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong dalam bangsa udang-udangan (krustase) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-504 jam., bila di dalam badan perairan terlarut logam atau persenyawaan Cd pada rentang konsentrasi antara 0,005-0,15 ppm. Kadar Cd dalam di perairan ini belum berbahaya bagi kehidupan biota perairan.

    Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar Cd dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air laut. Data ini menunjukkan adanya akumulasi Cd dalam sedimen.

    Tembaga (Cu)

    Hasil pengukuran Cu rerata dalam air laut (permukaan dan dasar) dan sedimen di perairan muara Sungai Digul Arafiira disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat kadar Cu rerata berkisar antara

  • ROCHYATUN et al

    Tabel 3, menunjukkan bahwa kadar Cu di dalam sedimen adalah berkisar antara 4,20-4,54 ppm. Kadar ini relatif lebih rendah, kadar Cu di dalam sedimen di perairan Toy Bay Grand Bretagne yang tidak tercemar berkisar antara 0,2-0,7 ppm (TAYLOR 1974). MARTIN dalam THAYIB dan RAZAK (1988) menemukan kadar normal logam berat Cu dalam lumpur di perairan utara Bretagne berkisar antara 4,4-41,6 ppm. Kadar Cu dalam sedimen yang tidak terkontaminasi adalah 5 ppm (RNO). Bila mengacu pada RNO di atas, dapat dikatakan bahwa perairan muara sungai Digul Arafuru masih layak untuk kehidupan biota laut. Dalam keadaan alamiah, kadar logam berat Cu dalam sedimen di lapisan permukaan (4,20 ppm) lebih rendah dibandingkan di lapisan dasar (4,54 ppm). Hal ini menunjukkan kadar logam berat dalam sedimen di lapisan permukaan tersebut mendapatkan pengaruh pola arus pasang surut, proses pengenceran dan keadaan sedimen berupa pasir berlumpur, sehingga mempunyai daya absorbsi cukup kecil untuk menahan logam agar tidak lepas dari sedimen. Kadar logam Cu dalam sedimen baik dilapisan permukaan maupun maupun di lapisan dekat dasar yang cukup tinggi yaitu > 4,5 ppm ditemukan di stasiun 4,6 dan 20. Kadar logam Cu di dalam sedimendi sebelah utara perairan muara sungai Digul Arafuru lebih tinggi dibandingkan di sebelah selatan. Kadar Cu semakin tinggi kearah muara, hal ini menjelaskan bahwa kemungkinan besar Cu yang ada di perairan muara sungai Digul Arafuru ini berasal dari buangan industri pertambangan.

    Berdasarkan kepentingan biota perairan, Cu termasuk kedalam kelompok logam esensial, dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai enzim dalam proses metabolisme tubuh, sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi. Biota perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam badan perairan dimana ia hidup. Dalam tenggang waktu yang sama, biota yang tergolong ke dalam keluarga moluska akan mengalami kematian bila kadar Cu yang terlarut dalam badan perairan tempat biota tersebut hidup berkisar antara 0,16-0,5 ppm, dan kadar Cu sebesar 2,5-3,0 ppm dalam badan perairan telah dapat membunuh ikan-ikan (BRYAN 1976). Penurunan jumlah spesies biota dasar umumnya disebabkan oleh akumulasi Cu dalam substrat sedimen.

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004

  • LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA

    Tabel 3. Kadar Cu dalam air laut dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura.

    Table 3. Cu content in sea water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea.

    Sea water (ppm) Sediment (ppm)Station Surface Bottom Surface Bottom

    2

  • ROCHYATUN et al

    Laut yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomer: 51 Tahun 2004 untuk kehidupan biota laut yakni: 0,05 ppm. Kadar logam berat Zn dalam air laut yang cukup tinggi > 0,007 ppm ditemukan di dekat muara Sungai Digul yaitu stasiun 2, 9 dan 11. Hal ini mungkin karena ada aktifitas pembuangan limbah yang mengandung logam Zn dari daratan ke perairan laut.

    Dalam sedimen kadar Zn berkisar antara 49,73-58,78 ppm, kadar Zn ini cukup tinggi. Kadar Zn dalam sedimen di perairan Tor Bay Grand Bretagne yang relatip tidak tercemar berkisar antara 10,7-42,0 ppm (TAYLOR1974). MARTIN dalam THAYIB dan RAZAK 1988 menemukan kadar normal logam berat Zn dalam sedimen di perairan utara Bretagne yaitu berkisar antara 38,8-268,0 ppm. Dengan demikian bila mengacu pada penemuan TAYLOR 1974 dapat dikatakan bahwa perairan ini telah terkontaminasi oleh logam Zn. Pada Tabel 4 tampak bahwa kadar logam Zn baik di lapisan atas maupun dasar cukup tinggi yaitu > 58,75 ppm ditemukan di stasiun 4 dan 8 dekat muara sungai (Gambar 1), hal ini kemungkinan karena proses sedimentasi yang cukup luas dengan komposisi sedimen tersebut berupa lumpur, sehingga mempunyai daya absorbsi terhadap logam cukup tinggi dengan demikian kadar logam yang terkandung dalam lumpur cukup tinggi.

    Bila dilihat untuk kepentingan biota perairan, Zn juga bersifat racun dalam kadar tinggi, namun dalam kadar rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai ko-enzim. Hasil percobaan LC50 selama 96 jam menunjukkan bahwa Zn pada kadar 60 ppm telah dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji (ikan) (BRYAN dalam CONNEL & MILLER. 1995), pada kadar 310 ppb telah dapat mematikan 50 % embrio kerang Chloromya virginica (LC50, 24 jam), dan pada kadar 166 ppb dan 195,4 ppb telah dapat mematikan embrio dan larva kerang Mytilus marcenaria sebanyak 50 % (LC50, 24 jam) (CALABRESE et. al 1977). Hasil yang diperoleh kadar Zn dalam air laut di perairan ini belum berbahaya bagi kepentingan biota di atas.

    Kadar Zn dalam air laut lebih rendah dibandingkan dalam sedimen, hal ini menunjukkan adanya akumulasi Zn dalam sedimen. Baku Mutu Zn di dalam lumpur atau sedimen di Indonesia belum ditetapkan, padahal senyawa-senyawa logam berat lebih banyak terakumulasi dalam sedimen (karena proses pengendapan) tempat kehidupan biota dasar.

    26

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004

  • LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA

    Tabel 4. Kadar Zn dalam air laut dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura.

    Table 4. Zn Content in sea water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea.

    Sea water (ppm) Sediment (ppm)Station Surface Bottom Surface Bottom

    2 0.007

  • ROCHYATUN et al.

    Tabel 5. Kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) dalam air sungai dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan Laut Arafura.

    Table 5. The Content Heavy Metals (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) in river water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea.

    Water (ppm) Sediment (p 3m/DW) No Sta Pb Cd Cu Zn Ni Pb Cd Cu Zn Ni

    1 SI < 0.001 < 0.001 < 0,001 < 0.001 < 0.001 3.39 0.06 3.15 35.32 6.22 2 S2 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 7.19 0.01 6.19 53.91 11.60 3 S3 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 8.53 0.09 8.55 67,04 15.30 Min

  • LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA

    Tabel 6. Perbandingan kadar Cu, Cd, Pb dan Zn dalam sediment di perairan muara Sungai Digul dan 4 (empat) lokasi lainnya. Table 6. Comparison of

    Concentration Cu, Cd, Pb and Zn in sediment in Digul Estuary and 4 (four) other locations.

    Location Cu Cd Pb ZnPulau Lembar * 10.24 1.06 - 95.19Teluk Jakarta* 27.4+13.4 1.72+0.52 - -Cilacap * 8.7+1.8

  • ROCHYATUN et.al

    DAFTAR PUSTAKA

    ANONIMOUS 1988. Pedoman Penentuan Baku Mutu Lingkungan. Baku Mutu Air Laut. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. : Kep-02/MENKLH/I/1988.Tentang Pedoman penetapan Baku Mutu Air Laut: 57 hai.

    BATLEY, G. E dan D. GARDNER 1977. Sampling and storage of natural water for trace metal analysis. Water Research. 11 : 745-756.

    BRULAND, K. W; R. P. FRANKS; KUANER, G. E. and. J. H. MARTIN, 1979. Sampling and analytical methods for the determination of Copper, Cadmium, Zinc and Nickel as the nanogram per liter level in sea water. Anal Chem. 105 ; 233 - 245.

    BRYAN, G. W. 1976.Some aspects heavy metal tolerance in aquatic organism. In : A. P. M. LOCK WOOD (ed.) Effects of pollutants on aquatic organisms. Combridge University Press, Cambridge.

    CONNEL, W. D. dan G. J. MILLER 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Penerbit Universitas Indonesia : 520 hal.

    CALABRESE, A., J. R. McINNES, D. A. NELSON and J. E. MILLER 1977. Survival and growth of bivalve larvae under heavy-metal stress. Marine Biol. 41 : 179-184.

    HUTAGALUNG, HORAS P. 1994. Kandungan logam berat dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta. Proseding Seminar Pemantauan Pencemaran Laut dan Interkalibrasi. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta. 7-9 Februari 1994.

    EVERAARTS, J. M. 1980. Heavy metals (Cu, Zn, Pb dan Cd) in sediment of the Java Sea. Estuarine and coastal areas of east Java and some deep sea areas. Nederland Journal of Sea Research 23 (4):403-413.

    KANTOR MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP. 1988. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep~ 02/MNKLH/I/1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta: 32 hal

    KANTOR MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP. 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No Kep-51/MNKLH/I/2004 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut. Menteri Negara Lingkungan Hidup :8 hal

    LORING, D.H. and R. T. T. RANTALA 1977. Geochemichal analysis of sediment and suspended particulated matter. Fisheries and Marine Service Technical Report No : 700. Environmental Canada : 1 -58.

    MURPHY, M. 1979. A manual for toxicity tests with fresh water macroinvetebrates and a review of the effects of specific toxicants. University of Wales Institute of Science and Tecnology Publication : 134 pp.

    PALAR, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta: 152 hal.

    30

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004

  • LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA

    PHILIPS, J. D. H. 1980. Proposal for monitoring studies on the contamination of the East Seas by trace metals and organochlorines. South China Sea Fisheries Development and Coordinating programe FAO-UNEP, Manila, May 1980. 1 - 35.

    SYAHMINAN. 1996. Studi Analisis dan Distribusi Pencemaran Logam Berat di Perairan Estuari Siak Pekanbaru, Riau. ( Skripsi) Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

    TAYLOR, D 1974. Natural distribution of trace metals in the sediment from a coastal environment, Tor Bay, England. Estuarine and Coastal Marine Science 2 : 417-424.

    THAMZIL, L., S. SUWIRMA dan S. SURTIPANTI 1980. Studi kandungan logam berat pada aliran Sungai Sunter. Majalah Baton Vol. XIII No. 3 : 41-58.

    THAYIB, S. S. dan H. RAZAK 1981. Pengamatan kandungan bakteri indikator, logam berat dan pestisida di Perairan Pantai Teluk Ambon, Teluk Banten dan Teluk Jakarta. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional Biologi VI, Surabaya : 196-217.

    THAYIB, S. S. dan H. RAZAK 1988. Pengamatan kandungan bakteri indikator, logam berat dan pestisida di Perairan Pantai Teluk Ambon, Teluk Banten dan Teluk Jakarta. Buku Perairan Indonesia: hal. 114-131.

    WALDICHUK, M. 1974. Some biological concern in heavy metals pollution. In : VERBERG & VENBERG (eds.) Pollution and Physiology of marine organism . Academic Press, London : 231 pp.

    31

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004