Upload
phungcong
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
16
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus
2011, bertempat di PT Z, Jakarta Utara, Balai Pengujian Mutu dan Pengolahan
Hasil Perikanan dan Kelautan (BPMPHPK) DKI Jakarta, dan Laboratorium
Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ikan tuna
segar (Thunnus sp) pada bagian ekor dan perut, yang ditangani sesuai dengan
penanganan bahan baku perusahaan terkait (Lampiran 1). Bahan untuk membawa
ikan tuna dari PT Z ke laboratorium adalah sterofoam, selotip putih, dan plastik
polypropylene steril. Bahan untuk pengujian kadar histamin meliputi metanol,
glass wool, HCl 1 N, NaOH 1 N, HCl 0,1 N, orto-ptalatdikarbosildehid (OPT)
0,1%, H3PO4 3,57 N, resin penukar ion, dan histamin dihidroklorida. Pengujian
total volatile base (TVB) membutuhkan bahan berupa asam perklorat 6%, NaOH
20%, H3BO4 3%, HCl 0,02 N. Pengujian angka lempeng total (ALT)
membutuhkan plate count agar dan larutan butterfield’s phosphate buffered.
Analisis jumlah bakteri pembentuk histamin membutuhkan larutan butterfield’s
phosphate buffered dan larutan agar Niven yang terdiri dari: 0,1% trypton, 0,2%
yeast exstract, 1,8% L-histidin, 0,1% CaCO3, 0,5% NaCl, 2,5% agar, dan 0,003%
phenol red. Isolasi bakteri membutuhkan bahan berupa media Niven, Trypticase
Soy Agar (TSA) dan Trypticase Soy Broth Histidine (TSBH). Karakterisasi
bakteri, yakni pewarnaan Gram membutuhkan kristal violet, iodin, safranin,
minyak imersi, alkohol 95%; Uji motilitas membutuhkan agar semi solid; Uji
oksidase membutuhkan kertas oxidase test strip; Uji katalase membutuhkan 3%
H2O2. Identifikasi bakteri membutuhkan API kit 20 E dan API kit 20 NE beserta
reagen.
Alat penyimpanan sampel pada suhu 4-5 ºC berupa lemari pendingin
dengan temperature display bermerk Vwr Refrigerator Chrom 45.5CF VCR445D
dengan rentang suhu 1 ºC - 8 ºC, dengan setting suhu 4 ºC - 5 ºC, sedangkan alat
17
penyimpanan sampel pada suhu -2-1 ºC berupa lemari pendingin dengan
temperature display bermerk Vwr/ Shel lab 5216 dengan rentang suhu -60 ºC - 8
ºC, dengan setting suhu -2 ºC - 1 ºC. Alat yang dibutuhkan untuk pengujian kadar
histamin adalah kolom resin dan instrumen spektroflorometer Cary Eclipse
FLO811M007 detektor floresens dan waterbath. Alat yang dibutuhkan untuk
pengujian TVB adalah alat destilasi uap dan timbangan analitik dengan ketelitian
10-4
gram. Alat pengujian ALT dan analisis jumlah bakteri pembentuk histamin
yang dibutuhkan adalah timbangan analitik, homogenizer, cawan petri, inkubator,
alat penghitung koloni (acolyte) serta pH meter. Isolasi bakteri membutuhkan
pipet 0,1 ml, cawan petri, dan inkubator. Alat yang dibutuhkan untuk karakterisasi
bakteri adalah kaca objek dan mikroskop cahaya merek Olympus untuk
pengamatan morfologi koloni dan bentuk sel; pewarnaan Gram membutuhkan
mikroskop cahaya; uji motilitas membutuhkan inkubator; uji oksidase
membutuhkan ose dan stopwatch; uji katalase membutuhkan ose dan pipet tetes.
Identifikasi bakteri membutuhkan alat berupa inkubator, nephelometer, dan
apiwebTM
identification software (Ref. 40 011).
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu: (1) preparasi sampel;
(2) penyimpanan sampel; (3) analisis kimia dan mikrobiologi, yakni analisis kadar
histamin, analisis kadar Total Volatile Base (TVB), analisis Angka Lempeng
Total (ALT), dan bakteri pembentuk histamin (BPH); serta (4) isolasi,
karakterisasi, dan identifikasi bakteri.
3.3.1 Preparasi sampel
Sampel merupakan daging ikan tuna (Thunnus sp) segar yang diperoleh
dari PT Z. Daging tuna yang digunakan meliputi daging bagian ekor dan perut
(Frank et al. 1981). Pengkodean sampel dilakukan dengan memberikan tanda
sesuai dengan ketentuan yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Teknik preparasi yang dilakukan meliputi penerimaan, pencucian,
penyimpanan sementara, pemotongan kepala dan sirip, serta pembentukan loin
(Lampiran 1). Teknik tersebut mengacu pada SNI 01-4104.3-2006 tentang tuna
loin beku (BSN 2006b). Daging tuna yang digunakan meliputi daging bagian ekor
18
dan perut dari produk tuna loin, dengan daging pada bagian perut yang tidak
dilakukan proses pemotongan (Frank et al. 1981). Hal tersebut dilakukan karena
PT Z melakukan proses pemisahan pada penjualan loin dan daging perut. Proses
preparasi sampel dilakukan dengan memperhatikan sanitasi peralatan dan
higienitas manusia (BSN 2006a), yang dilakukan oleh pihak PT Z.
Perut Ekor
Gambar 3 Lokasi bagian daging yang digunakan dalam penelitian.
Seluruh sampel selanjutnya dibawa dengan segera dari PT Z ke
laboratorium menggunakan sterofoam dengan lama perjalanan 10 menit. Selama
transportasi, sampel dalam sterofoam diberikan es curai mengacu kepada
Widiastuti (2008).
3.3.2 Penyimpanan sampel
Sampel yang diperoleh dari perusahaan, ditimbang dan dicacah hingga
halus. Namun, sampel analisis mikrobiologi tidak dicacah. Proses tersebut
dilakukan dengan memperhatikan higienitas dan sanitasi, yakni selalu
menggunakan api bunsen, alkohol, masker, dan sarung tangan. Sampel kemudian
dibungkus dengan plastik polypropylene steril. Sampel selanjutnya disimpan
dalam ruang pendingin (BSN 2006a). Suhu ruang penyimpanan yang digunakan
adalah -2-1 ºC untuk penyimpanan suhu -2-1 ºC , mengacu ketentuan EC (2004)
dan Dalgaard (2008) serta 4-5 ºC untuk penyimpanan suhu 4-5 ºC , mengacu
ketentuan FDA (2001). Lama penyimpanan sampel dilakukan selama 0, 2, dan 7
hari berdasarkan FDA (2009) dan ketentuan PT Z.
3.3.3 Analisis kimia dan mikrobiologi
Tingkat kemunduran mutu sampel diketahui dengan melakukan analisis
kimia dan mikrobiologi, yang meliputi analisis kadar histamin (SNI
2354.10:2009), analisis kadar Total Volatile Base (TVB) (SNI 2354.8:2009),
19
analisis Angka Lempeng Total (ALT) (SNI 01-2332.3-2006) dan analisis jumlah
bakteri pembentuk histamin (BPH) (modifikasi Niven et al. 1981). Analisis
tersebut dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali dan duplo. Model tabel
analisis penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Model tabel data analisis
Lama
penyimpanan
Lokasi daging
Perut Ekor
Suhu penyimpanan (°C)
4-5 -2-1 4-5 -2-1
0 hari
2 hari
7 hari
3.3.4 Isolasi, karakterisasi, dan identifikasi bakteri
Jenis bakteri yang berperan dalam memproduksi histamin diketahui
dengan isolasi bakteri (Hwang et al. 2010), karakterisasi bakteri yang terdiri dari
uji morfologi koloni, morfologi sel, yakni bentuk sel, pewarnaan Gram, uji
motilitas, uji oksidase, uji katalase (Tiwari et al. 2009), dan identifikasi bakteri
(bioMérieux 2006a; bioMérieux 2006
b).
3.4 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
(RAK) faktorial. Penggunaan RAK faktorial disebabkan karena sampel yang
digunakan pada setiap ulangan berasal dari ikan tuna dari hasil tangkapan yang
berbeda. RAK faktorial sangat baik digunakan jika keheterogenan unit percobaan
berasal dari satu sumber keragaman (Mattjik & Sumertajaya 2002), dalam hal ini
adalah tuna pada masing-masing ulangan. Faktor yang digunakan meliputi lokasi
daging, suhu penyimpanan dan lama penyimpanan. Lokasi daging terdiri dari ekor
dan perut. Suhu penyimpanan adalah -2-1 ºC dan 4-5 ºC, serta lama penyimpanan
adalah 0, 2, dan 7 hari. Pengujian dilakukan dengan ulangan sebanyak tiga kali.
Model untuk RAK faktorial adalah (Steel & Torrie 1983)
20
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + þk + εijk
Keterangan:
Y jk : hasil pengamatan untuk faktor A taraf ke- i, faktor B taraf ke- j pada
kelompok ke- k
μ : nilai tengah populasi
αi : pengaruh faktor A pada taraf ke- i
βj : pengaruh faktor B pada taraf ke- j
(αβ)ij : pengaruh interaksi AB pada taraf ke-i (dari faktor A), dan taraf ke-j (dari
faktor B )
þk : pengaruh taraf ke k dari faktor kelompok
εijk : pengaruh acak (galat percobaan) pada taraf ke-i (faktor A), taraf ke-j
(faktor B), interaksi AB yang ke- i dan ke- j
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis ragam dengan bantuan program
SAS 9.1. Bila hasil perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilakukan
uji lanjut Duncan untuk mengetahui perlakuan yang memberikan perbedaan yang
nyata terhadap respon yang dianalisis. Model uji Duncan adalah sebagai berikut.
Se = √(KTG/n)
Keterangan:
Se : uji Duncan
KTG : KT galat
n : jumlah sampel
3.5 Prosedur Pengujian Sampel
Prosedur kerja analisis dalam pengujian sampel pada penelitian ini, terdiri
dari analisis kadar histamin, kadar Total Volatile Base (TVB), Angka Lempeng
Total (ALT), analisis jumlah bakteri pembentuk histamin, isolasi, karakterisasi,
dan identifikasi bakteri.
3.5.1 Analisis kadar histamin (SNI 2354.10:2009)
Analisis kadar histamin dilakukan dengan menggunakan
spektroflorometri, yang didasarkan pada pengukuran fluorosensi. Prinsip metode
tersebut adalah histamin diekstrak dari jaringan daging sampel (BSN 2009a).
Prosedur analisis kadar histamin, yakni sampel diblender hingga homogen,
kemudian ditimbang sebanyak 10±0,1 gram dalam beaker glass 250 ml dan
ditambahkan 50 ml metanol. Sampel dalam keadaan tertutup dipanaskan di dalam
waterbath selama 15 menit pada suhu 60 ºC dan didinginkan dalam suhu kamar.
Sampel tersebut dituang ke dalam labu takar 100 ml dan tepatkan hingga tanda
tera dengan metanol. Setelah itu dilakukan penyaringan menggunakan kertas
21
saring dan filtrat ditampung dalam botol contoh. Filtrat dapat disimpan dalam
refrigerator.
Glass wool yang telah diberi aquades dimasukkan ke dalam kolom resin
setinggi 1,5 cm. Resin netral dalam medium air dimasukkan ke kolom resin
setinggi 8 cm dengan volume air di atas resin setinggi 1 cm. Labu takar 50 ml
yang berisi 5 ml HCl 1 N diletakkan di bawah kolom resin untuk menampung
elusi contoh yang dilewatkan pada kolom resin.
Filtrat contoh sebanyak 1 ml dipipet ke dalam kolom resin, kran kolom
resin dalam posisi terbuka dan hasil elusi dibiarkan menetes lalu ditampung dalam
labu takar 50 ml. Aquades ditambahkan pada saat tinggi cairan 1 cm di atas resin
dan cairan dibiarkan terelusi. Prosedur tersebut diulangi hingga hasil elusi dalam
labu takar tepat 50 ml. Hasil elusi dapat disimpan dalam refrigerator.
Tiga tabung reaksi 50 ml disiapkan untuk sampel, standar, dan blanko.
Filtrat sampel, larutan standar kerja, dan blanko (HCl 0,1 N) dipipet masing-
masing sebanyak 5 ml. Ke dalam tabung reaksi tersebut berturut-turut
ditambahkan 10 ml HCl 0,1 N dan diaduk; 3 ml NaOH 1 N dan diaduk, kemudian
didiamkan selama 5 menit; 1 ml OPT 0,1% lalu diaduk dan didiamkan selama 4
menit; 3 ml H3PO4 3,57 N dan diaduk. Pengukuran flourescene dilakukan
terhadap sampel, standar, dan blanko sesegera mungkin dengan alat
spektroflorometri pada panjang gelombang eksitasi 350 nm dan emisi 444 nm
dalam waktu 90 menit.
y = a + bx
Keterangan:
y : fluoresensi contoh
a : intersep
b : kemiringan
x : konsentrasi contoh
Konsentrasi histamin (µg/g) = x . (volume akhir (ml). faktor pengenceran)
gram sampel
3.5.2 Analisis kadar Total Volatile Base (TVB) (SNI 2354.8:2009)
Total volatile base (TVB) merupakan jumlah basa nitrogen yang mudah
menguap. Analisis ini bertujuan untuk menentukan jumlah kandungan senyawa
basa volatil yang terbentuk akibat degradasi protein. Prinsip analisis TVB adalah
22
sampel diekstraksi menggunakan larutan asam perklorat (HClO4) 6%. Ekstrak
dibasakan dengan penambahan larutan NaOH 20% kemudian didestilasi uap,
destilat ditampung dalam larutan H3BO3 3%. Konsentrasi TVB-N dalam destilat
ditentukan dengan cara titrasi menggunakan larutan HCl 0,02 N (BSN 2009b).
Analisis kadar TVB dilakukan dengan tahapan ekstraksi, destilasi, titrasi,
dan perhitungan kadar TVB. Sampel ditimbang sebanyak 10 gram ± 0,1 gram
dengan menggunakan beaker glass. Ke dalam sampel ditambahkan 90 ml asam
perklorat (PCA) 6%, kemudian dihomogenkan dengan homogenizer selama 2
menit dan disaring dengan kertas saring kasar. Ekstrak dapat disimpan paling
lama satu minggu pada suhu 2 ºC – 6 ºC.
Ekstrak sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam tabung destilasi dan
ditambahkan dengan 3 tetes indikator fenolftalein. Tabung destilasi dipasang pada
peralatan destilasi uap dan ditambahkan 10 ml NaOH 20% (pada tahap ini
campuran berwarna merah). Penampung erlenmeyer berisi 100 ml H3BO4 3% dan
3-5 tetes indikator tashiro disiapkan (larutan berwarna ungu). Destilasi uap
dilakukan selama 10 menit hingga mempeoleh destilat 100 ml, sehingga terdapat
volume akhir sebanyak 200 ml larutan berwarna hijau. Destilasi larutan blanko
sama dengan sampel, tetapi mengganti ekstrak contoh dengan 50 ml PCA 6%.
Titrasi destilat contoh dan blanko dilakukan dengan menggunakan larutan
HCl 0,02 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya kembali warna ungu
pada cairan yang sama dengan warna blanko yang telah didestilasi.
Kadar TVB-N (mg/100g) =
Keterangan:
Ar N : 14.007
Faktor pengenceran : 2
3.5.3 Analisis Angka Lempeng Total (ALT) (SNI 01-2332.3-2006)
Angka lempeng total merupakan jumlah mikroorganisme hidup yang
membutuhkan oksigen yang terdapat dalam suatu produk yang diuji. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah total bakteri aerob pada sampel. Prinsip kerja
analisis ALT adalah pertumbuhan mikroorganisme setelah contoh diinkubasi
23
dalam media agar pada suhu 35 ºC selama 48 jam, maka mikroorganisme tersebut
akan tumbuh berkembang biak dengan membentuk koloni yang dapat langsung
dihitung (BSN 2006c).
Sampel ditimbang secara aseptik sebanyak 25 gram dan ditambahkan
225 ml larutan butterfield’s phospate buffered, kemudian dihomogenkan selama 2
menit. Homogenat ini merupakan larutan pengenceran 10-1
. Dengan menggunakan
pipet steril, diambil 1 ml homogenat dan dimasukkan ke dalam botol berisi 9 ml
larutan butterfield’s phospate buffered sehingga diperoleh contoh dengan
pengenceran 10-2
. Pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan minimal 25
kali, kemudian dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-3
, 10-4
, 10-5
, dan
seterusnya sesuai kondisi sampel. Selanjutnya untuk metode cawan tuang (pour
plate method), dipipet sebanyak 1 ml dari setiap pengenceran dan dimasukkan ke
dalam cawan petri steril secara duplo menggunakan pipet steril. Ke dalam masing-
masing cawan yang sudah berisi sampel, ditambahkan 12-15 ml media Plate
Count Agar (PCA) yang sudah didinginkan hingga mencapai suhu 45 ºC. Setelah
agar menjadi padat, cawan petri yang telah berisi agar dan larutan sampel tersebut
dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi terbalik selama 48 jam pada suhu
35 ºC. Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan menghitung jumlah koloni
bakteri yang ada di dalam cawan petri menggunakan alat penghitung koloni.
Jumlah koloni yang dihitung adalah cawan petri yang mempunyai koloni bakteri
antara 25-250 koloni.
3.5.4 Analisis jumlah bakteri pembentuk histamin (modifikasi Niven et al.
1981)
Analisis bakteri pembentuk histamin dilakukan untuk mengetahui jenis
bakteri yang berperan dalam pembentukan histamin. Prinsip dari analisis bakteri
pembentuk histamin adalah Enterobactericeae akan mengubah histidin menjadi
histamin melalui proses dekarboksilasi yang akan menaikkan pH dan mengubah
warna pada media (Niven et al. 1981).
Media modifikasi Niven agar dipersiapkan dengan cara mencampurkan
0,1% trypton, 0,2% yeast extract, 1,8% L-histidin, 0,1% CaCO3, 0,5% NaCl,
2,5% agar, dan 0,003% phenol red, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer
dan diencerkan menggunakan aquades hingga 1000 ml. Selanjutnya dipanaskan
24
hingga mendidih dan diatur pH 6 kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf
pada suhu 121 ºC selama 15 menit.
Sampel sebanyak 25 gram dimasukkan ke dalam botol yang berisi 225 ml
larutan butterfield’s phospate buffered steril, kemudian diblender hingga larutan
homogen. Homogenat ini merupakan larutan pengenceran 10-1
. Dari campuran
tersebut kemudian diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam botol berisi 9 ml
larutan butterfield’s phospate buffered sehingga diperoleh contoh dengan
pengenceran 10-2
, kemudian dikocok hingga homogen. Pengenceran dilakukan
hingga 10-4
. Satu ml larutan sampel di setiap pengenceran dimasukkan ke dalam
cawan petri, lalu 12-15 ml media Niven bersuhu 45 ºC dituangkan ke dalam
cawan berisi sampel. Setelah media Niven memadat, cawan petri dimasukkan
dalam inkubator dengan posisi terbalik selama 48 jam pada suhu 35 ºC.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah koloni dengan pink halo
hingga purpe halo yang merupakan koloni bakteri pembentuk histamin.
3.5.5 Isolasi bakteri (modifikasi Niven et al. 1981; Kung et al. 2009; Hwang et
al. 2010)
Isolasi dan pemurnian bakteri bertujuan memperoleh isolat bakteri murni
dari sampel, sehingga dapat dilakukan karakterisasi dan identifikasi bakteri yang
diperoleh. Isolasi bakteri yang dilakukan menggunakan metode gores kuadran,
yaitu menggoreskan larutan sampel beberapa kali menggunakan lup inokulasi di
permukaan media kultur.
Larutan sampel dari setiap pengenceran untuk analisis jumlah bakteri
pembentuk histamin atau ALT dipipet sebanyak 0,1 ml dan dituang ke media
Niven lalu diinkubasi selama 4 hari pada suhu 35 ºC. Koloni berwarna biru atau
ungu digoreskan pada media trypticase soy agar (TSA) untuk memperoleh kultur
murni. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.
Isolat bakteri dikatakan murni jika diperoleh bentuk sel dan morfologi koloni
yang seragam.
3.5.6 Karakterisasi bakteri (Tiwari et al. 2009)
Karakterisasi bakteri meliputi pengujian terhadap morfologi koloni dan sel
bakteri serta sifat fisiologis isolat murni yang diperoleh. Sebelum karakterisasi
bakteri dilakukan, penting dilakukan pengujian kemampuan bakteri menghasilkan
25
histamin. Pengujian tersebut bertujuan untuk meyakinkan bahwa isolat bakteri
yang dimiliki merupakan BPH.
Kultur murni ditumbuhkan dalam 10 ml trypticase soy broth (TSB) yang
ditambahkan 1% L-histidin atau disebut sebagai media trypticase soy broth
histidine (TSBH), kemudian diinkubasi pada suhu 35 ºC selama 24 jam. Biakan
tersebut digunakan untuk pengujian kadar histamin yang dihasilkan bakteri sesuai
BSN (2009a).
3.5.6.1 Morfologi koloni
Pengamatan morfologi koloni bertujuan mengetahui bentuk koloni dari
atas, bentuk tepi, bentuk elevasi, dan warna koloni secara visual (Lampiran 2).
3.5.6.2 Morfologi sel (Tiwari et al. 2009)
Pengamatan morfologi sel meliputi pewarnaan gram dan uji motilitas.
Pewarnaan gram merupakan metode yang sangat bermanfaat untuk
mengidentifikasi bakteri berdasarkan perbedaan warna karena perbedaan
komposisi kimia dan fisika dinding sel bakteri.
Pewarnaan gram diawali dengan mengolesi inokulum yang berumur 24
jam pada kaca objek dan difiksasi di atas api hingga kering. Kaca objek ditetesi
larutan kristal violet dan didiamkan selama 1 menit. Larutan kristal violet dibuang
dengan memiringkan kaca objek dan dibilas dengan aquades lalu dikeringkan
dengan tisu. Selanjutnya kaca objek digenangi dengan larutan iodin selama 1
menit dan dibilas dengan alkohol 95% selama 15 detik, kemudian ditetesi dengan
safranin selama 45 detik dan dibilas dengan aquades serta dikeringkan dengan
tisu. Saat pengamatan dengan mikroskop, kaca objek ditetesi minyak imersi.
Mikroskop di-setting memiliki perbesaran lensa objek 100 kali dan perbesaran
lensa okuler 10 kali. Bila terbentuk warna merah muda, menandakan bakteri
Gram negatif, sedangkan bila terbentuk warna ungu, menandakan bakteri Gram
positif.
Bentuk sel dari preparat bakteri juga dapat diamati melalui pewarnaan
gram. Sel bakteri yang berbentuk seperti bola atau elips dinamakan kokus. Sel
bakteri yang berbentuk silindris atau batang dinamakan basilus. Bakteri berbentuk
spiral atau spirilum terurtama dijumpai sebagai individu sel yang tidak saling
melekat (Pelczar dan Chan 1986) (Lampiran 3).
26
Uji motilitas dilakukan dengan cara menusukkan isolat bakteri ke dalam
media semisolid agar dengan jarum ose tusuk steril, kemudian diinkubasi selama
semalam pada suhu 37 ºC. Bila pertumbuhan bakteri menyebar, maka bakteri
tersebut motil dan bila pertumbuhan bakteri tidak menyebar atau hanya berupa
segaris mengikuti arah tusukan, maka bakteri non motil.
3.5.6.3 Uji sifat fisiologis (Tiwari et al. 2009)
Uji sifat fisiologis meliputi uji oksidase dan uji katalase. Sebanyak satu
ose koloni bakteri digoreskan pada kertas Oxidase Test Strip untuk pengujian
oksidase. Perubahan warna yang terjadi pada tes strip diamati setelah 10-15 detik.
Bila terjadi perubahan warna menjadi biru violet menandakan oksidase positif dan
bakteri termasuk bakteri non enterik, sedangkan bila tidak terjadi perubahan
warna menandakan oksidase negatif dan bakteri termasuk bakteri enterik.
Uji katalase dilakukan dengan cara satu ose koloni bakteri dioleskan pada
kaca objek kering dan diteteskan 2-3 tetes 3% H2O2. Bila terbentuk gelembung
udara, maka bakteri dinyatakan katalase positif. Bakteri aerob memberikan reaksi
positif, sebaliknya pada bakteri anaerob.
3.5.7 Identifikasi bakteri (bioMérieux 2006)
Identifikasi bakteri dilakukan dengan menggunakan analytical profile
index (API). API terdiri dari beberapa jenis dan bersifat spesifik terhadap
karakteristik bakteri yang akan diidentifikasi. Skema pemilihan API untuk bakteri
Gram negatif, berbentuk batang dan tidak rewel (non fastidious) dapat dilihat pada
Gambar 4.
Identifikasi bakteri yang bersifat Gram negatif, tidak rewel, dan oksidase
positif dilakukan menggunakan API kit 20 NE dengan tahapan sebagai berikut
(bioMérieux 2006a).
1. Bakteri dengan koloni murni yang akan diuji disegarkan terlebih dahulu
selama 18-24 jam.
2. Bakteri kemudian dilarutkan dalam garam fisiologis (0,85%) sebanyak
6 ml dan dihomogenisasi, kemudian kekeruhan larutan diukur
menggunakan nephelometer. Kekeruhan larutan sebesar 0,5 Mc Farland.
27
3. Sebanyak 0,2 ml larutan bakteri murni dihomogenkan dengan media API
AUX.
4. Larutan media tersebut dipipet ke dalam cupules (sumur) API 20 NE
menggunakan jarum suntik.
5. Cupules yangbertanda dipipet hingga penuh, yakni cupules GLU, ARA,
MNE, MAN, NAG, MAL,GNT, CAP, ADI, MLT, CIT, dan PAC.
6. Cupules NO3, TRP, GLU, ADH, URE, ESC, GEL, dan PNPG dipipet
hanya sampai setengah bagian cupules.
7. Cupules GLU, ADH, dan URE ditambahkan dengan minyak mineral.
8. Hasil dibaca setelah inkubasi selama 24±2 jam pada suhu 29±2 ºC.
9. Setelah inkubasi 24 jam, reagen James ditambahkan sebanyak 1 tetes pada
cupules TRP dan hasil dapat dibaca langsung. Reagen Nit 1 dan Nit 2
ditambahkan pada cupules NO3.
10. Hasil perubahan warna dituliskan pada kertas hasil, kemudian kode angka
yang diperoleh berdasarkan pembacaan hasil dimasukkan ke dalam
software API web. Spesies isolat akan ditampilkan sebagai hasil.
Identifikasi bakteri yang bersifat Gram negatif, tidak rewel, dan oksidase
negatif dilakukan menggunakan API kit 20 E dengan tahapan sebagai berikut
(bioMérieux 2006b).
1. Bakteri dengan koloni murni yang akan diuji disegarkan terlebih dahulu
selama 18-24 jam.
2. Bakteri kemudian dilarutkan dalam garam fisiologis (0,85%) sebanyak
6 ml dan dihomogenisasi, kemudian kekeruhan larutan diukur
menggunakan nephelometer. Kekeruhan larutan sebesar 0,5 Mc Farland.
3. Suspensi bakteri tersebut kemudian dipipet ke dalam cupules API 20 E
menggunakan pipet sekali pakai.
4. Cupules yang bertanda dipipet hingga penuh, yakni cupules Cit, VP,
dan Gel.
5. Cupules lainnya dipipet hanya sampai setengah bagian cupules.
6. Cupules ADH, LDC, ODC, H2S, dan URE ditambahkan dengan minyak
mineral.
7. Hasil dibaca setelah inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 36±2 ºC.
28
8. Setelah inkubasi 24 jam, reagen James ditambahkan sebanyak 1 tetes pada
cupules IND dan hasil dapat dibaca langsung. Reagen VP 1 dan VP 2
ditambahkan pada cupules VP, tunggu selama 10 menit untuk melihat
perubahan warna. Reagen TDA ditambahkan pada cupules TDA.
9. Hasil perubahan warna dituliskan pada kertas hasil, kemudian kode angka
yang diperoleh berdasarkan pembacaan hasil dimasukkan ke dalam
software API web. Spesies isolat akan ditampilkan sebagai hasil.
Gambar 4 Skema pemilihan API (bioMérieux 2006ab
).
Oksidase positif
Fermenter positif
Bakteri Gram negatif bentuk batang
Oksidase positif Oksidase negatif
Oksidase positif
Fermenter negatif Oksidase positif
Fermenter negatif
Oksidase negatif
Fermenter positif
Non fermenter:
API 20 NE
Fermenter:
API 10 S
API 20 E
Rapid 20 E