3-Pohon keputusan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pohon Keputusan Materi

Citation preview

  • POHON KEPUTUSAN

  • Merupakan model yang sangat berguna untuk mengevaluasi pilihan-pilihan. Model ini sederhana dan hanya memerlukan sedikit pengetahuan teori probabilitas serta imajinasi untuk membayangkan hubungan antara variabel yang sangat lazim dijumpai dalam setiap sistem.Notasi yang digunakan :: simpul keputusan: simpul kejadian tak pasti

  • Penuntun dan aturan pembuatan diagram keputusan :Tentukan alternatif keputusan awal atau alternatif tindakanTentukan tanggal evaluasi / waktuTentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif awalTentukan keputusan atau alternatif lanjutanTentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif lanjutanKumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat mutually exclusive.

  • Contoh:Pilihan main lotere mata uang, main lotere dadu, atau tidak main)

  • Kumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat collectivelly exhaustive paling sedikit salah satu harus terjadiGambarkan kejadian-kejadian dan keputusan-keputusan secara kronologisDua atau lebih simpul kejadian yang tidak dipisahkan oleh simpul keputusan dapat ditukar urutannya.Main lotere daduTidak main lotere daduMain lotere daduTidak main lotere dadu Gambar 3. Main lotere mata uangTidak main lotere mata uang

  • Main lotere mata uangTidak main lotere mata uangMain lotere mata uangTidak main lotere mata uangGambar 4. Main lotere daduTidak main lotere daduPenetapan NilaiNilai dari suatu hasil yang diperoleh menggunakan ukuran moneter

    Penetapan nilai kemungkinan setiap kejadian probabilitas

  • Diagram Keputusan Nilai dan Kemungkinan Kejadian (Kasus Perusahaan Kosmetik)(hal. 51-52 dan hal 60-64)

  • Penentuan PilihanPilihan langsung : dominasi nilaidominasi stokastik /probabilistik

    Jika pilihan langsung tidak dapat / sukar untuk dilakukan, maka cara yang sering digunakan adalah dengan menggunakan nilai ekspektasi.Akan tetapi nilai ekspektasi belum mencakup faktor resiko, sedangkan faktor resiko adalah amat penting untuk kita perhitungkan, karena sikap orang terhadap resiko berbeda. Memasukkan faktor resiko adalah dengan menggunakan :nilai ekivalen tetap (NET)(cmv = certainty monetary value)

  • Nilai Eksp A = 0,5 x Rp. 10 jt + 0,5 x Rp. 0 = Rp. 5 jte.m.v. (expected monetary value)

    Nilai Eksp B = 1 x Rp. 4,5 jt = Rp. 4,5 jt

  • NILAI EKIVALEN TETAP (NET) dari suatu kejadian tak pasti adalah suatu nilai tertentu dimana DM merasa tidak berbeda (indeferent) antara menerima hasil yang dicerminkan dalam ketidakpastian atau menerima dengan kepastian sesuatu hasil dengan nilai tertentu. Besar nilai tersebut disebut NET atau cmv.Perhatikan diagram berikut :

    Berapa nilai C, sehingga Anda merasa tidak berbeda antara alternatif A dan C Nilai C berkisar antara 0 10 jt.

  • Berapa C ? BilaC = 5 jtC = 3 jtPilih mana ? A atau CC = 4 jtC = 3,5 jtNilai dimana DM sukar untuk menentukan pilihan (karena kedua alternatif sama nilainya) disebut CMV.Jadi untuk mereka yang mendasarkan keputusannya tanpa mempertimbangkan faktor resiko (jadi didasarkan pada EMV) maka nilai CMV = EMV.Jadi CMV = 0,5.10jt + 0,5.0 jt = 5 jt (nilai batas)DM akan memilih alternatif C bila nilai C 5 jt dan sebaliknya bila nilai C 5 jt, ia akan pilih A, dan ia akan bersikap indiferent jika nilai C = 5 jt.Catatan : nilai NET (CMV) adalah suatu nilai yang ditetapkan dan diputuskan, bukan merupakan perkiraan nilai yang akan diterima dari kejadian tak pasti tersebut

  • Contoh : halaman 82 86 (Masalah Pembuatan Suku cadang)Pada bulan Juni 1982, Sutomo (manajer operasi perusahaan pembuat suku cadang industri mobil) mendapat tawaran untuk menyediakan suku cadang khusus. Jumlah yang dipesan belum pasti antara 20-40 unit P(40unit) = 0,4, dan kepastiannya pada Januari 1983 (7 bulan kemudian). Harga per unt Rp. 1 jt, bila Sutomo sanggup pengiriman bulan Mei 1983. Ada 3 cara untuk memproduksi, yaitu :Proses 1 : murah, apabila dapat berjalan dengan baik. Proses ini dapat diketahui berjalan baik, setelah melalui perencanaan pendahuluan yang akan selesai September 1982. Bila tidak, masih ada kesempatan untuk menggunakan proses 2, tetapi investasi yang telah tertanam pada proses 1 akan hilang. Probabilitas berhasil proses ini 0,5.Proses 2 : Proses mutakhir, mahal, pasti berhasil.Proses 3 : Sub kontrak. Jika pesanan setelah Juli (harga lebih mahal)

  • Biaya : Proses 1 : biaya perencanaan: Rp. 2.000.000ongkos produksi/unit: Rp. 400.000 Proses 2 :ongkos produksi/unit: Rp. 600.000 Sub kontrak : pesanan seb. Agust82: Rp. 700.000 / unit pesanan set. Agust82: Rp. 900.000 / unit

    Selanjutnya Sutomo memperkirakan :Bila diproduksi 20 unit, tetapi pesanan 40 unit, maka sisanya sub kontak Rp. 900.000 / unit.Bila diproduksi 40 unit, tetapi pesanan 20 unit, maka kelebihannya dapat dijual hanya Rp. 200.000 / unit.