34545134 Perancangan Instalasi Listrik Kapal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tk

Citation preview

  • PERANCANGAN INTALASI

    LISTRIK

    NAVIGATION DECK

    TIPE KAPAL

    GENERAL CARGO

    OLEH :

    Nama : NUN ISNAN ASWANTO

    Stambuk : D331 04 040

    JURUSAN PERKAPALAN FAKULTAS TEKIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2009

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    LEMBAR PENGESAHAN

    Mata Kuliah PERANCANGAN INTALASI LISRTIK (427 D333)

    Semester Akhir 2009/2010

    Navigation Deck

    Oleh :

    Nama : NUN ISNAN ASWANTO

    Stambuk : D 331 04 040

    Program Studi Teknik Sistem Perkapalan Jurusan Perkapalan Fakultas

    Teknik Universitas Hasanuddin.

    Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing sebagai salah satu

    persyaratan untuk lulus mata kuliah tersebut diatas.

    Makassar, Desember 2009

    Mengetahui,

    Dosen Pembimbing

    Hasnawiyah,ST.,M.Eng.,Sc

    Nip: 132 319 463

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    LEMBAR PENILAIAN

    Mata Kuliah PERANCANGAN INTALASI LISTRIK (427 D333)

    Semester Akhir 2009/2010

    Navigation Deck

    Oleh :

    Nama : NUN ISNAN ASWANTO

    Stambuk : D 331 04 040

    Program Studi Teknik Sistem Perkapalan Jurusan Perkapalan Fakultas

    Teknik Universitas Hasanuddin.

    Berdasarkan penilaian Dosen Pembimbing Mata Kuliah Perancangan Kamar

    Mesin I adalah sebagai berikut :

    A B C D E

    Demikianlah penilaian ini diberikan pada yang bersangkutan untuk digunakan

    sebagaimana mestinya.

    Makassar, Desember 2009

    Koordinator Dosen Pembimbing

    Baharuddin, ST, MT Hasnawiyah,ST.,M.Eng.,Sc

    Nip : 132 205 948 Nip: 132 319 463

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, salam dan salawat atas

    Baginda Rasulullah SAW beserta keluarganya yang mulia serta para sahabat dan

    pengikutnya yang setia, karena berkat cinta kasih-Nya sehingga laporan ini dapat

    terselesaikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Laporan ini merupakan

    salah satu persyaratan yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa untuk melulusi

    mata kuliah Perancangan Intalasi Listrik (427 D333).

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen

    pembimbing Hasnawiyah,ST.,M.Eng.,Sc yang telah memberikan arahan dan

    petunjuk dalam pengerjaan tugas ini. Selain itu, terima kasih juga diucapkan kepada

    teman-teman (Naval System Engineering `04) yang selalu memberikan dorongan

    pada penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

    Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

    karena itu dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, segala kritikan dan saran

    yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Besar

    harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi

    penulis selaku mahasiswa yang mengerjakan tugas ini.

    Makassar, Desember 2009

    Penulis

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i

    LEMBAR PENILAIAN ............................................................................. ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

    DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang ................................................................................. 1

    2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

    3. Batasan Masalah .............................................................................. 2

    4. Maksud dan Tujuan ......................................................................... 2

    5. Sistematika Penulisan ...................................................................... 3

    BAB II LANDASAN TEORI

    1. Umum ............................................................................................. 4

    2. Alat-alat Navigasi ........................................................................... 4

    2.1. Radar ......................................................................................... 4

    2.2. Radio Direction Finder (RDF) ................................................. 6

    2.3. GPS (Global Position System) ................................................. 6

    2.4. Echosounder ........................................................................... 9

    3. Distribusi Daya ............................................................................... 10

    3.1. Pembangkit tenaga listrik utama .............................................. 12

    3.2. Daya dan penerangan kondisi darurat ..................................... 13

    3.3. Power feeder ............................................................................ 15

    4. Kabel ............................................................................................... 16

    4.1. Intalasi listrik ........................................................................... 16

    4.2. Jalur kabel ................................................................................ 16

    5. Distribusi Penerangan ..................................................................... 17

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    5.1. Lighting feeder ........................................................................ 18

    5.2. Lokasi panel penerangan ......................................................... 18

    5.3. Sirkuit cabang penerangan ....................................................... 19

    6. Penerangan buatan dalam ruangan ................................................. 20

    6.1. Sistem penerangan ................................................................... 20

    6.2. Penempatan lampu penerangan ............................................... 22

    6.3. Metode menghitung lumen ruangan ........................................ 24

    BAB III PENYAJIAN DATA

    1. Data Umum Kapal ........................................................................... 27

    2. Bentuk dan Kontruksi Kapal ........................................................... 28

    3. Flowchard ........................................................................................ 30

    BAB IV PERENCANAAN DAYA LISTRIK PADA GELADAK

    ANJUNGAN

    1. Perhitungan fluks cahaya dan jumlah unit lampu ........................... 31

    2. pemakaian daya peralatan navigasi dan elektronika ...................... 35

    BAB V PENUTUP

    1. Kesimpulan ...................................................................................... 38

    2. Saran-saran ....................................................................................... 38

    DAFTAR PUSTAKA

    Lampiran

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. 1. Latar Belakang

    Dewasa ini system navigasi pada kapal menjadi salah satu factor penunjang

    demi keselamatan maritime dalam berlayar.Kompetensi ini sangat penting dalam

    rangka menjaga keselamatan pelayaran dan kapal beserta seluruh isinya, termasuk

    manusia dan barang bawaannya, baik selama pelayaran maupun ketika berada dan

    keluar atau masuk pelabuhan.

    Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas

    dibanding daratannya. Keadaan tersebut merupakan problem bagi pemerintah

    Indonesia untuk menghubungkan antara satu pulau dengan yang lainnya.

    Dengan meningkatnya peradaban kehidupan manusia, maka kebutuhan hidup

    pun tidak mungkin dipenuhi hanya dalam satu wilayah saja sehingga lautan yang

    memisahkan antar pulau tersebut bukan menjadi penghalang untuk saling

    berinteraksi. Keadaan tersebut memberikan peluang bagi bidang perekayasaan dan

    rancangn kapal untuk berperan dalam pembuatan kapal, baik sebagai sarana

    transfortasi laut atau sebagai sarana eksplorasi hasil laut lainnya.

    Sehubungan hal tersebut, maka untuk mengoptimalkan fungsi kapal maka

    harus didukung berbagai sarana kelengkapan diatas kapal demi kemudahan dan

    kenyamanan dalam melakukan kegiatan di laut. Salah satu factor yang dapat

    menunjang hal tersebut adalah perencanaan intalasi listrik di atas kapal atau system

    distribusi daya listrik diatas kapal. Tentunya harus memenuhi kelengkapan

    komponen-kompanen untuk system distribusi dan sesuai persyaratan pada peraturan

    rekayasa kemaritiman .

    Lebih khusus lagi yaitu merencanakan instalasi penerangan, system

    komunikasi, navigasi, monitoring, dan sistem pendukung lainnya pada geladak

    anjungan (navigation deck),dimana jenis /tipe dari kapal yang telah diberikan adalah

    GENERAL CARGO.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    I. 2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Berapa fluks cahaya yang terdapat di tiap-tiap ruangan pada geladak

    anjungan?

    2. Berapa jumlah unit lampu yang di gunakan di tiap-tiap ruangan pada geladak

    anjungan?

    3. Peralatan navigasi dan komunikasi apa saja yang terdapat di dalam ruang-

    ruang geladak anjungan?

    4. Berapa total pemakaian daya listrik di geladak anjungan?

    I. 3. Batasan Masalah

    Mengingat sebagian besar ruangan kapal membutuhkan pasokan energy

    lisrik, maka untuk itu hanya dibatasi pada perancangan intalasi listrik pada geladak

    anjungan dengan menggunakan landasan teori yang diperlukan.

    I. 4. Maksud dan Tujuan

    Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai adalah:

    1. Sebagai syarat untuk melulusi mata kuliah Perancangan Instalasi Listrik

    (427 D 333)

    2. Mengetahui besar fluks cahaya di tiap-tiap ruangan pada geladak anjungan.

    3. Mengetahui jumlah unit lampu yang digunakan di tiap ruangan pada geladak

    anjungan.

    4. Memahami dan dapat merancang tata letak komponen-komponen intalasi

    listrik dan komunikasi dan navigasi pada geladak anjungan sesuai aturan-

    aturan kemaritiman baik dari segi teknis maupun dari segi seni.

    5. Mengetahui total daya listrik di geladak anjungan.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    I.5 Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

    BAB.I PENDAHULUAN

    Pendahuluan mencakup latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah

    maksud dan tujuan dan sistematika penulisan laporan.

    BAB.II LANDASAN TEORI

    Meliputi peralatan navigasi, Distribusi daya, Distribusi penerangan, Kabel,

    Serta metode menghitung kebutuhan lumen ruang.

    BAB.III PENYAJIAN DATA

    Menyajikan ukuran utama ,bentuk dan konstruksi kapal.

    BAB.IV PEMBAHASAN

    Meliputi perhitungan kebutuhan daya listrik di kapal dengan beberapa metode

    antara lain : Metode Herbert dan BKI.

    BAB.V PENUTUP

    Penutup ini berisikan kesimpulan dan saran-saran

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    II. 1. Umum

    Dalam perencanaan kelistrikan kapal perlu memeperhatikan peraturan-

    peraturan rekayasa kemaritiman yaitu:

    1. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)

    2. SOLAS (Internasional conference Of Live At Sea) 1974 dan 1980

    3. Regulation for preventing collision at sea

    4. IEC (International Electrotecnical Commission)

    5. IMCO (Inter-goverment Marine Consultative Organisasion)

    6. ISO (Intenational Standard Organisasion)

    II.2. Alat-alat navigasi

    II.2.1. Radar

    Radar (yang dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari Radio Detection

    and Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah suatu sistem

    gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan

    membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan bermotor

    dan informasi cuaca (hujan).

    Panjang gelombang yang dipancarkan radar adalah beberapa milimeter

    hingga satu meter. Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan dan dipantulkan dari

    suatu benda tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan menganalisa sinyal yang

    dipantulkan tersebut, pemantul sinyal dapat ditentukan lokasinya dan terkadang

    dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun sinyal yang diterima relatif lemah/kecil,

    namun radio sinyal tersebut dapat dengan mudah dideteksi dan diperkuat oleh radar.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Dalam bidang pelayaran, radar digunakan untuk mengatur jalur perjalanan

    kapal agar setiap kapal dapat berjalan dan berlalu lalang di jalurnya masing-masing

    dan tidak saling bertabrakan, sekalipun dalam cuaca yang kurang baik, misalnya

    cuaca berkabut.

    Konsep radar adalah mengukur jarak dari sensor ke target. Ukuran jarak

    tersebut didapat dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang

    elektromagnetik selama penjalarannya mulai dari sensor ke target dan kembali lagi

    ke sensor.

    Prinsip Kerja Radar

    Seperti telah diketahui radar menggunakan prinsip pancaran gelombang radio

    dalam bentuk microwave band. Pulsa yang dihasilkan oleh unit pemancar

    (transmitter unit) dikirim ke antena melalui swich pemilih pancar/terima elektronik

    (T/R electronic switch). Pada saat pengiriman sinyal antena akan berputar 10 hingga

    30 kali/menit dengan memancarkan denyutan/pulsa 500 hingga 3000 kali/detik.

    Ketika pemancaran, pulsa ini akan dipantulkan kembali apabila mengenai sasaran

    dalam bentuk gema radio (radio echo). Pulsa yang dipantulkan ini akan diterima

    kembali oleh antena dan dikirim ke unit penerima (receiver) melalui switch pemilih

    pancar/terima. Pulsa ini akan di kuatkan dan akan dideteksi dalam bentuk sinyal

    radio yang seterusnya dibesarkan lagi kekuatannya pada indicator. Setiap kali

    gelombang elektrik dipancarkan, bintik-bintik putih akan terbentang dari pusat

    skrin/skop radar dengan kecepatan konstan dan akan membuat garis sapuan. Garis

    sapuan ini akan bergerak disekeliling pusat skop dan berputar searah jarum jam

    dimana putarannya selaras dengan putaran antena. Apabila sinyal video (video

    signal) digunakan dalam indikator, bintik putih diatas garis sapuan ini akan diubah

    kedalam bentuk gambar/bayang-bayang. Posisi gambar ini akan sejalan dengan arah

    gelombang elektrik yang dipancarkan serta jarak posisi gambar ini dengan pusat skop

    radar adalah berdasarkan jarak kapal dengan sasaran di suatu tempat. Dengan

    demikian posisi penerima sinyal kapal senantiasa berada dipusat skop pada tabung

    sinar katoda dan dikelilingi oleh objek/sasaran.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    II.2.2.Radio Direction Finder (RDF)

    Prinsip Kerja RDF

    Antena pesawat Radio Direction Finder (RDF) akan menerima gelombang

    elektromagnetik yang dipancarkan oleh stasion pemancar. Oleh karena antena itu

    merupakan suatu penghantar yang baik maka gelombang elektromagnetik dari

    pemancar yang diterima oleh antena akan membangkitkan arus gelombang yang

    getarannya sama dengan getaran gelombang elektromagnetik dari pemancar. Bila

    bidang bingkai antena searah dengan arah datangnya isyarat dari pemancar maka

    tegangan yang dijangkitkan dalam antena akan maksimum dan bila bidang bingkai

    antena diputar 90o tidak searah lagi dengan arah datangnya isyarat maka tidak ada

    tegangan yang terjangkit dalam antenna dan isyarat tidak akan terdengar isyarat yang

    diterima oleh antenna diteruskan ke kotak penerima dan arah pemancar akan berada

    pada suara yang terkeras. Karena petunjuk arah dihubungkan dengan antena maka

    arah datangnya isyarat dapat dibaca pada indikatornya. Pada sistem dua bingkai,

    bingkai yang satu mengarah ke haluan dan buritan sedangkan yang lain ke sisi iri dan

    kanan pada kapal. Ujung masing-masing bingkai dihubungkan pada dua buah

    kumparan yang terpisahkan dan berkedudukan tegak lurus satu sama lain di dalam

    pesawat penerima. Bila pemancar berada antara dua bingkai itu maka kedua bingkai

    itu akan menghasilkan tegangan yang menimbulkan medan magnit. Tiap medan

    magnit akan menggambarkan sebagai vektor, jumlah vektor itulah menunjukkan arah

    tempat di mana pemancar berada.

    II.2.3. GPS (Global Position System)

    GPS (Global Positioning System) merupakan sistem navigasi satelit yang

    dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US DoD = United

    States Department of Defense). GPS memungkinkan kita mengetahui posisi

    geografis kita (lintang, bujur, dan ketinggian di atas permukaan laut). Jadi

    dimanapun kita berada di muka bumi ini, kita dapat mengetahui posisi kita dengan

    tepat.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Dalam hal penentuan posisi, GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang

    spektrumnya cukup luas, dari yang sangat teliti sampai yang biasa- biasa saja.

    Ketelitian posisi yang diperoleh secara umum akan bergantung pada empat faktor,

    yaitu :

    Metode penentuan posisi yang digunakan

    Geometri dan distribusi dari satelit satelit yang diamati.

    Ketelitian data yang digunakan.

    Strategi / metode pengolahan data yang diterapkan.

    Selain memeberikan informasi tentang waktu, GPS juga dapat digunakan

    untuk mentransfer waktu dari satu tempat ke tempat lain. Ketelitian sampai beberapa

    nanodetik dapat diberikan oleh GPSuntuk transfer waktu antar benua.

    GPS juga telah banyak digunakan sebagai alat penentu posisi dan navigasi

    untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya rekreatif dan berkaitan dengan olahraga,

    seperti halnya pendakian gunung, reli mobil dan safari, lomba perahu layar, olah raga

    memancing ( Fishing ) atau pun ski.

    GPS terdiri dari 3 segmen: Segmen angkasa, kontrol/pengendali, dan

    pengguna., dimana :

    -Segmen angkasa: terdiri dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada

    ketinggian 20.200 km dan inklinasi 55 derajat dengan periode

    12 jam (satelit akan kembali ke titik yang sama dalam 12 jam).

    Satelit tersebut memutari orbitnya sehingga minimal ada 6

    satelit yang dapat dipantau pada titik manapun di bumi ini.

    Satelit tersebut mengirimkan posisi dan waktu kepada pengguna

    seluruh dunia.

    -Segmen Kontrol/Pengendali: terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di

    Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau lainnya dan 3 antena

    yang tersebar di bumi ini. Stasiun pemantau memantau semua

    satelit GOS dan mengumpulkan informasinya. Stasiun pemantau

    kemudian mengirimkan informasi tersebut kepada pusat

    pengendali utama yang kemudian melakukan perhitungan dan

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    pengecekan orbit satelit. Informasi tersebut kemudian dikoreksi

    dan dilakukan pemuktahiran dan dikirim ke satelit GPS.

    -Segmen Pengguna: Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS (selanjutnya kita

    sebut perangkat GPS) yang biasanya terdiri dari penerima,

    prosesor, dan antena, sehingga memungkinkan kita dimanapun

    kita berada di muka bumi ini (tanah, laut, dan udara) dapat

    menerima sinyal dari satelit GPS dan kemudian menghitung

    posisi, kecepatan dan waktu.

    Cara kerja GPS

    Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS. Dalam

    menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi

    2 dimensi (lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang,

    bujur, dan ketinggian). Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi

    kita akan semakin tinggi. Untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus

    berada di ruang terbuka. Apabila perangkat GPS kita berada dalam ruangan atau

    kanopi yang lebat dan daerah kita dikelilingi oleh gedung tinggi maka sinyal yang

    diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan sukar untuk menentukan posisi

    dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.

    Kegunaan

    Militer

    GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau

    mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa

    mengetahui mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun

    menetukan pergerakan pasukan.

    Navigasi

    GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa

    jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu nivigasi,

    dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya

    dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

    Sistem Informasi Geografis

    Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan

    dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai

    referensi pengukuran.

    II.2.4 Echosounder

    Seiring dengan perkembangan ilmu akustik dan penerapannya diberbagai

    bidang menyebabkan banyak peralatan-peralatan baru yang dibuat yang berfungsi

    untuk memudahkan pekerjaan manusia, di segala bidang. Salahsatunya yaitu alat

    yang bernama Echo Sounder. Sesuai dengan namanya echo yang berarti gema

    dalam bahasa Inggris, alat ini mempunyai prinsip memancarkan bunyi dan kemudian

    gema-nya atau bunyi pantulannya ditangkap kembali untuk mengetahui keberadaan

    benda-benda di bawah air.

    Prinsip Echo Sounder

    Perangkat akustik ini memiliki beberapa komponen seperti pemancar,

    penerima gelombang dan beberapa peralatan pendukung lainnya seperti komputer

    dan GPS (Global Positioning Sistem).

    Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk

    merubah enargi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan

    dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang

    mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek,

    misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu

    gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan

    dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Gambar . Prinsip Echosounder

    Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang

    dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan

    energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan diolah

    dangan suatu program, kemudian akan diperoleh keluaran (output) dari program

    tersebut. Hasil yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari

    penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima. Dari

    hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi.

    II. 3. Distribusi Daya

    Energi untuk beban penerangan dan beban daya Sistem kelistrikan suatu

    kapal biasanya disuplai oleh 2 atau lebih generator. Selain itu juga dapat disuplai dari

    emergency generator atau dari battery (aki). Daya listrik keluaran dari generator ini

    biasanya semuanya akan dipusatkan menuju ke satu Main Switch Board (MSB).

    Biasanya, emergency switchboard dan sistem emergency distribution dayanya

    terhubung dengan bus tie dari switchboard di kapal. Jika sistem pelayanan daya di

    kapal mengalami kegagalan/kerusakan, sistem emergency distribution akan secara

    otomatis berpindah dari pelayanan normal ke pelayanan Emergency Generator. Ada

    banyak disain yang berbeda untuk distribusi daya pada instalasi beban listrik di kapal

    tergantung type kapalnya.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Pada kapal penumpang yang besar, 2 atau 3 sub distribusi atau load center

    switchboard harus tersedia untuk distribusi daya dan sistem penerangan. Secara

    umum satu switchboard terletak pada bagian depan kapal, satu pada bagian depan

    dan jika memungkinkan yang ketiga diletakkan pada bagian tengah kapal. Tiap

    bagian switchboard pusat daya disuplai dari switchboard layanan kapal dengan

    menggunakan Bus feeder. Disain ini lebih ekonomis dari pada memberikan banyak

    jalur yang panjang dari switchboard layanan kapal ke seluruh bagian kapal. Masing-

    masing switchboard diletakkan/dipasang pada ruangan yang sesuai. Kompartemen

    ini biasanya juga bertindak sebagai pusat untuk pelayanan kebutuhan listrik dan

    perawatan serta masing-masing mungkin juga menyediakan meja kerja dan locker

    untuk komponen peralatan lampu sekring dan kebutuhan listrik lainnya.

    Selanjutnya daya listrik atau arus listrik keluaran dari MSB dibagi dalam

    beban-beban yang terdiri dari 3 kelompok besar:

    - Beban penerangan; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan

    220 V satu phase dengan frekwensi 50 Hz. Kebanyakan beban ini berupa

    penerangan pada gang-gang, ruangan-ruangan tertutup, ruangan terbuka dan

    socket keluaran untuk peralatan untuk peralatan-peralatan power yang relatif

    rendah.

    - Beban daya; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 220

    V/380 V tiga phase dengan frekwensi 50 Hz. Kebanyakan beban pada

    kelompok ini adalah peralatan berupa mesin pompa (ballast, bilga, FW, dan

    lain-lain), mesin angkat (crane, jangkar, dan lain-lain), refrigerator dan sistem

    air condition (AC).

    - Beban komunikasi dan navigasi; terdiri dari peralatan navigasi bertegangan

    220 V dengan frekwensi 50 Hz. Beban-beban instrumentasi pada tegangan 36

    V DC/ 24 V DC yang diambil dari rectifier dan di back up oleh battery

    melalui UPS

    Supplai utama dari output generator mempunyai tegangan line 390 V atau

    tegangan phase 225 V pada frekwensi 50 Hz. Kabel transmisi akan menimbulkan

    drop tegangan dan ini harus tidak boleh lebih dari 3 % menurut rule BKI. Jadi

    tegangan pada tiap terminal dari beban-beban adalah 380 V (line voltage) / 220 V

    (tegangan phase) pada frekwensi 50 Hz.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Pelayanan sistem beban daya secara prinsip terdiri dari motor penggerak

    peralatan bantu dan peralatan pemanas yang tersedia baik secara tersendiri atau

    dalam kelompok oleh feeder dari layanan switchboard distribusi. Feeder normalnya

    digunakan untuk sumber daya peralatan bantu sistem propulsi yang besar. Dan

    diletakkan pada ruangan yang sama dengan switchboard distribusi. Tapi mungkin

    digunakan untuk motor yang besar pada salah satu tempat di kapal. Kelompok beban

    disuplai oleh feeder melalui panel distribusi. Panel ini menjadi pusat tempat

    penyuplaian beban. Dibawah ini dapat dilihat diagram distribusi daya di kapal.

    Gambar.1 : Diagram Distribusi Daya

    II. 3. 1. Pembangkit Tenaga Listrik Utama

    Pada kapal-kapal baru, sistem distribusi DC saat ini jarang digunakan karena

    untuk semua sistem, sistem AC lebih mudah dan murah dibandingkan sistem DC.

    Dimana sistem AC lebih simple, ringan dan mudah dalam perawatan. Sistem kawat

    kabel tunggal dengan Hull Return sekarang ini jarang digunakan. Dan berdasarkan

    SOLAS 1960, tindakan pencegahan harus dilakukan dan sesuai dengan peraturan

    yang berlaku. Kelemahan dari sistem kawat tunggal dalam kaitannya dengan

    keselamatan apabila dilakukan isolasi terhadap kabel tidak dapat menjadi indikator

    untuk kondisi underload. Dan jika dilakukan survey terhadap kondisi sirkuit ke

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    kebutuhan peralatan tidak dapat dilakukan pengujian Megger tanpa membuka lampu

    atau alat pemutus hubungan/stop kontak (Circuit breaker).

    Distribusi AC sistem 3 phase dengan isolasi netral adalah yang biasa

    digunakan. Untuk sistem tegangan menengah 440 V biasanya lebih disukai

    digunakan dibandingkan 380 V karena tegangan 440 V dapat menghasilkan

    penghematan secara ekonomis yaitu ukuran kawat tembaga yang lebih kecil. Tetapi

    distribusi pada 415 V kadang-kadang digunakan pada saat kebutuhan beban kapal

    yang besar, dimana memerlukan jaringan ke tegangan netral 240 V dan standar

    tertentu terhadap peralatan yang digunakan. Sehingga sistem akan menggunakan

    kabel 4 kawat dengan netral earthed tetapi tanpa Hull Return. Sedangkan untuk

    sistem 380 V yang banyak digunakan di eropa daratan. Pada 3,3 kV sistem kabel 3

    kawat dengan netral earthed melalui sebuah resistor. Tetapi ada kalanya seorang

    perancang lebih suka mengisolasi dengan sistem netral seperti pada tegangan

    menengah.

    II. 3. 2. Daya dan Penerangan Kondisi Darurat.

    Beberapa bentuk penerangan untuk kondisi darurat harus tersedia diatas kapal

    yang berupa sistem penerangan dengan tenaga listrik. Kecuali untuk :

    1. Kapal penumpang kecil yang hanya dioperasikan mulai matahari terbit

    sampai dengan matahari terbenam.

    2. Kapal penumpang kecil yang dioperasikan tidak lebih dari 15 mil dari garis

    pantai yang daya untuk sistem penerangan umum sumbernya terpisah dari

    sistem propulsi dan terletak pada deck diatas sekat kedap.

    Daya sesaat untuk kebutuhan pada kondisi darurat/emergency diwajibkan ada

    pada kapal penumpang yang besar kapasitasnya terbatas. Sehingga perlu

    mempertimbangkan beban-beban apa saja yang akan disuplai untuk waktu yang

    singkat. Daya terbesar yang terjadi pada kondisi darurat adalah pada saat start.

    Beban-beban yang harus disuplai dayanya dari sumber tenaga sesaat adalah sebagai

    berikut ;

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    a. Lampu-lampu navigasi

    b. Beberapa lampu di kamar mesin yang digunakan untuk menunjukkan

    kondisi operasional peralatan pada kondisi darurat.

    c. Penerangan untuk gang-gang, tangga, jalur untuk penyelamatan,

    ruang penumpang dan ABK, kamar mesin.

    d. Lampu-lampu untuk penunjuk arah jalan keluar ruangan kapal seperti

    tanda keluar/exit dengan tulisan warna merah.

    e. Penerangan umum untuk pengamanan keselamatan pengoperasian

    pintu kedap.

    f. Satu atau lebih lampu penerangan untuk di dapur, ruang makan, ruang

    radio, ruang mesin kemudi, ruang emergency generator, ruang peta,

    ruang kendali/anjungan, ruang ABK.

    g. Penerangan pada deck sekoci.

    h. Sistem komunikasi elektrik utama yang tidak memiliki sumber

    penyimpanan daya sendiri.

    i. Daya untuk pengoperasian pintu kedap.

    j. Sistem pengeras suara darurat.

    k. Satu pompa bilga, pompa pemadam kebakaran dan pompa sprinkler.

    l. Sistem untuk smoke detector.

    Daya yang disuplai dari sistem darurat harus bekerja secara otomatis dan

    paling lambat 45 detik setelah terjadi kegagalan dari sistem daya listrik utama. Suplai

    daya dari sistem emergency harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

    a. Untuk kapal penumpang diatas 65 m perairan samudra, daya yang

    disuplaikan harus mampu memenuhi kebutuhan untuk kondisi

    emergency selama 36 jam. Untuk suplai daya dengan menggunakan

    aki/battery harus mampu melayani untuk kebutuhan selama 30 menit.

    b. Selain kapal penumpang perairan samudra, pada kapal 100 GT keatas

    yang sumber tenaga untuk kondisi darurat menggunakan penggerak

    diesel dan gas turbin harus dapat menyuplai kebutuhan selama 8 jam

    terus-menerus.

    c. Selain kapal penumpang perairan samudra, pada kapal 15 - 100 GT

    keatas yang sumber tenaga untuk kondisi darurat menggunakan

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    penggerak diesel dan gas turbin harus dapat menyuplai kebutuhan

    selama 8 jam terus-menerus.

    d. Untuk kapal barang 1600 ton keatas yang sumber tenaga untuk

    kondisi darurat menggunakan penggerak diesel dan gas turbin harus

    dapat menyuplai kebutuhan selama 12 jam terus-menerus.

    e. Kapal barang 300 - 1600 GT keatas yang sumber tenaga untuk

    kondisi darurat menggunakan penggerak diesel dan gas turbin harus

    dapat menyuplai kebutuhan selama 12 jam.

    II. 3. 3. Power Feeder (Pengisi Daya)

    Feeder yang terpisah diharapkan dapat memberikan pelayanan ke panel dan

    grup control board melayani peralatan bantu pada kamar mesin dan perlengkapan

    pendingin yang tidak disuplai secara tersendiri. Kipas ventilasi pada kamar mesin,

    kipas ventilasi untuk tempat tinggal dan tempat kerja serta kipas ventilasi ruang muat

    disuplai oleh feeder tersendiri. Tiap feeder ventilasi, sirkuit breaker dapat

    dioperasikan dengan remote control/kendali jarak jauh untuk memutuskan daya pada

    feeder dalam kasus kebakaran. Peralatan remote control dapat menghentikan daya

    dari feeder untuk ventilasi kamar mesin dari tempat atau lorong di luar kamar mesin.

    Untuk semua saluran ventilasi, peralatan pengendali jarak jauh biasanya ditempatkan

    pada wheel house ataupun daerah sekitar wheel house, selama memenuhi ketentuan

    dari rules klasifikasi. Maksud dari pengendalian jarak jauh untuk feeder ventilasi

    tersebut bahwa secara normal tombol untuk tertutup yang mana pada saat

    pengoperasian untuk kondisi stop berarti pemutusan daya dibawah tegangan tiap

    peralatan pada sirkuit breaker.

    Feeder yang terpisah sebaiknya tersedia untuk peralatan dapur, air heater

    selain unit isolasi dan tiap peralatan cargo handling. Peralatan ini harus dapat

    beroperasi pada saat berlayar tanpa disuplai dari feeder untuk peralatan cargo

    handling. Oleh karena itu feeder biasanya terputus hubungan dari switchboard

    distribusi pada saat dilaut. Motor windlass dan capstan mungkin bisa disuplai dari

    feeder ini jika sesuai. Steering gear disuplai dengan 2 feeder yang independen,

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    terpisah untuk mengurangi kemungkinan kehilangan daya akibat ganguan pada salah

    satunya. Kedua feeder secara normal disuplai dari layanan switchboard distribusi.

    II. 4. Kabel

    II. 4. 1. Intalasi Listrik

    Kabel intalasi listrik digunakan sebagai saluran penghantar daya listrik dari

    sumber tenaga listrik ke peralatan pemakaian daya listrik. Kawat kabel yang

    digunakan di kapal haruslah sesuai dengan ketentuan dari Biro Klasifikasi Indonesia

    (BKI).

    Pada distribusi intalasi listrik kapal, penggunaan kabel sebagai penghantar

    diklasifikasikan atas:

    1. Kabel intalasi tenaga

    2. Kabel intalasi penerangan

    3. Kabel intalasi control dan sinyal

    4. Kabel intalasi telepon dan instrument.

    II. 4. 2. Jalur Kabel

    Jalur kabel adalah kabel-kabel terentang yang disatukan dalam suatu alur

    penyangga kabel (kabel hanger) dan diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan

    dalam pengerjaan perbaikan dan pemeliharaan. Jalur kabel terdiri dari:

    1. Penyangga kabel, yang terbuat dari material baja galvanis yang berbentuk

    seperti huruf U dengan berbagai tipe dan ukuran nominal penyangga

    penyangga kabel serta kontruksinya.

    2. Pengikat kabel, yang berfungsi menyatukan kabel-kabel yang diletakkan pada

    jalur kabel. Pengikat kabel ini terdiri dari pita pengikat dan kancing pengikat.

    Bahan pengikat kabel ini terbuat dari bahan baja galvanis yang lebarnya 14

    mm. penentuan jarak antara pengikat harus sesuai ketentuan yang telah

    ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

    3. Tembusan kabel, ini digunakan untuk intalasi kabel yang menghendaki

    adanya tembusan kabel yang digunakan pada kabel,

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    4. Pipa pelindung kabel, yang bertujuan untuk melindungi intalasi kabel dari

    kemungkinan terjadinya kerusakan fisik kabel. Jenis pelindung kabel yang

    digunakan; antara lain:

    a. Pipa pelindung non metalik (bukan logam), digunakan di ruang

    akomodasi dan intalasi penerangan yang mempunyai tegangan kerja

    sampai 250 volt.

    b. Pipa pelindung non metalik (plice tube PA-2), digunakan di bawah

    lantai grating atau sejenisnya dalam kamar mesin

    c. Pipa pelindung untuk tembusan kabel, digunakan bila intalasi kabel

    menghendaki adanya tembusan sehingga dinamakan pipa coming. Tipe

    dan dimensi pipa pelindung ini diberi symbol PV.

    Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) mensyaratkan pengisian kabel dalam pipa

    pelindung maksimum 40% luas penampang pipa pelindung. Luas penampang kabel

    adalah jumlah dari masing-masing luas penampang kabel yang dihitung dari garis

    tengah luar kabel.

    II. 5. Distribusi Penerangan

    Distribusi penerangan dari tiap distribusi switchboard disuplai oleh bank

    transformator 3 fase. Dimana tiap bank terdiri dari 3 buah 450 V, 120 V trafo 1 fase

    hubungan-delta. Pada beberapa instalasi yang menggunakan lampu flourescent start cepat

    (tanpa starter), bank trafo kedua dengan hubungan wye sehingga pengganti hubungan delta

    dengan menghubungkan bagian netral ke badan kapal (ground) untuk memastikan keandalan

    sistem start cepat dari lampu. Semua panel distribusi penerangan disuplai dengan saluran

    (feeder) 3 fase dari bus penerangan dari switchboard distribusi yang dapat dipakai. Panel ini

    didisain untuk sistem suplai 3 fase dan distribusi 1 fase. Beban 1 fase dihubungkan ke bus

    suplai 3 fase untuk menjamin kira-kira balance daya per fase.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    II. 5. 1. Lighting Feeder (saluran/instalasi penerangan)

    Semua kebutuhan penerangan kapal disuplai dengan beberapa feeder dari

    sistem distribusi dari switchboard melalui panel distribusi penerangan. Secara umum

    hal ini bersifat ekonomis dalam operasionalnya sampai batas beban yang disuplai

    oleh tiap feeder penerangan kurang dari 100 Ampere sehingga feeder mungkin

    disuplai dari sirkuit breaker 100 ampere. Paling kurang 2 feeder disediakan untuk

    melayani keperluan penerangan pada setiap ruang mesin. Suatu feeder yang terpisah

    disediakan untuk penerangan pada ruang muat. Satu feeder biasanya tersedia untuk

    tiap cargo hold yang dapat dimatikan pada switchboard ketika kapal sedang berlayar.

    Sehingga mencegah kemungkinan bahaya kebakaran akibat listrik pada ruangan

    tersebut. Suatu feeder yang terpisah dari yang lain juga diperlukan untuk menyuplai

    semua kebutuhan daya untuk penerangan pada saat operasional dan ruangan yang tak

    tertutup.

    Pada kapal penumpang hal tersebut terbagi lagi menjadi daerah-daerah

    dengan sekat kedap tahan api. Feeder yang terpisah disediakan untuk tiap daerah

    kedap tahan api sebagai penyuplai kebutuhan penerangan diantara sekat tersebut.

    Feeder untuk pelayanan utama dan emergency ini menyuplai wilayah yang sama atau

    berdekatan secara terpisah guna mengurangi kemungkinan kerusakan kedua feeder

    dari penyebab yang sama. Untuk feeder penerangan, ukuran kabel didasarkan pada

    100 % dari total daya terhubung ditambah rata-rata beban aktif sirkuit untuk tiap

    bagian switch atau sirkuit breaker (stop kontak) pada panel pada saat dialiri atau

    disuplai.

    II. 5. 2. Lokasi Panel Penerangan

    Untuk ruang mesin, panel layanan penerangan biasanya pada tingkat

    operasional utama. Panel untuk penerangan muatan biasanya terletak pada rumah

    geladak dari mesin alat angkat sehingga mudah dijangkau dan penerangan pada tiap

    ruang muat dapat dimatikan pada saat pemuatan telah selesai. Panel juga dapat

    diletakkan di dalam ruang muat. Jumlah dari panel penerangan ini tergantung dari

    ukuran dan disain dari kapal. Umumnya 1 panel untuk tiap ruang muat.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Lokasi panel penerangan pada kapal penumpang dan ruangan ABK

    ditentukan berdasarkan sedikit banyak dari struktur dan bagian daerah kebakaran

    diatas kapal. Umunya terdapat 1 atau lebih panel pada tiap deck dan tiap bagian atau

    daerah kebakaran. Tetapi 2 atau lebih deck bisa saja dilayani dengan 1 panel, jika

    disainnya memungkinkan. Tiap panel dapat diletakkan pada tengah-tengah lokasi

    untuk membatasi turun tegangan pada sirkuit cabang. Panel ini biasanya terpasang di

    samping pintu sekat kedap. Untuk ruangan umum panel diletakkan disamping pintu

    keluar dimana operator dapat melihat lampu pengontrol.

    II. 5. 3. Sirkuit Cabang Penerangan

    Sirkuit cabang untuk penerangan biasanya berkapasitas 15 Ampere, 20 Ampere, atau

    30 Ampere tergantung penggunaan. sirkuit cabang dengan 15 A digunakan untuk

    penerangan umum dan tiap sirkuit, batas maksimum beban terhubung adalah 12 A

    (1380 W) untuk penggunaan kawat kabel standar No. 12 AWG. Sedangkan untuk

    kawat konduktor standar no. 14 AWG batas maksimum beban terhubung adalah 880

    watt. Cabang dengan 20 A normalnya digunakan hanya untuk menyuplai peralatan

    lampu tanpa saklar/tombol untuk ruang muat atau penerangan deck. Tiap sirkuit

    diberi batas maksimal beban terhubung sebesar 16 A dan kawatnya tidak boleh

    kurang dari standar No. 12 AWG.

    Sirkuit cabang dengan 30 A secara normal digunakan hanya untuk menyuplai

    peralatan lampu tanpa saklar dengan daya lampu diatas 300 watt. Tiap sirkuit diberi

    batas maksimum beban terhubung 24 A dan kawat konduktor tidak boleh kurang dari

    standar No. 10 AWG.

    Beban peralatan, beban pemanas dan peralatan-peralatan kecil menggunakan

    tegangan sistem penerangan boleh jadi disuplai dari panel distribusi penerangan.

    Tiap cabang sirkuit diberi batas maksimum beban terhubung sebesar 30 A. Beban

    terhubung pada sirkuit cabang penerangan umum berdasarkan ukuran sebenarnya

    dari lampu yang terpasang (lampu pijar). Tapi tidak boleh kurang dari 50 watt tiap

    lampu kecuali disain peralatan tidak mengijinkan penggunaan lampu dengan

    tegangan yang lebih tinggi dari yang terpasang semula. Beban terhubung untuk

    sirkuit menyuplai jenis lampu elektik discharge (flourescent dan mercury) didasarkan

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    pada ballast dari arus masuk untuk tiap peralatan. Stop kontak jalur keluar dipasang

    untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang dan ABK tidak termasuk sebagai

    beban terhubung.

    Peralatan penerangan khusus memiliki jumlah yang besar pada lampu dengan

    tegangan rendah disuplai oleh sebuah sirkuit 3 fase bilamana total beban dari

    peralatan tidak melebihi 12 Ampere. Sirkuit penyuplai dikontrol hanya dari panel

    distribusi dan arus listrik yang melalui konduktor dibatasi samapai 12 Ampere.

    Perlindungan terhadap arus listrik berlebih untuk sirkuit cabang cabang penerangan

    dibatasi dengan sekring sampai arus 10 Ampere atau dengan sirkuit breaker untuk 15

    Ampere pada sisrkuit daya 880 watt, sekring 15 Ampere untuk sirkuit daya 1380

    watt

    Secara umum sirkuit cabang penerangan pada kamar mesin dirancang dengan

    grup pengganti penerangan pada sirkuit cabang yang berbeda sehingga untuk

    wilayah yang besar tidak akan gelap karena kegagalan dari salah satu sirkuit cabang.

    Pada ruangan ini lampu dikontrol hanya dengan tombol pada panel dan bukan

    tombol tersendiri.

    Setiap ruangan tempat tinggal penumpang dan ruangan umum disuplai

    dengan paling sedikit 2 layanan sirkuit cabang penerangan. Sehingga dirancang

    apabila terjadi kegagalan pada salah satu cabang akan mampu tetap memberikan

    penerangan pada ruangan tersebut. Sirkuit cabang yang terpisah disediakan khusus

    untuk penerangan lorong. Penerangan pada tiap lorong dapat terbagi antara

    pelayanan sirkuit cabang dan sirkuit cabang darurat yang mana untuk kondisi normal

    dan darurat persyaratan tentang penerangan (cahaya) dapat terpenuhi. Sirkuit cabang

    tidak boleh melalui pagar api atau sekat kedap.

    II. 6. Penerangan Buatan Dalam Ruangan

    II. 6. 1. Sistem Penerangan/Pencahayaan.

    Dalam bidang lighting, istilah sistem pencahayaan mempunyai dua

    pengertian yaitu sistem untuk pencahayaan dan pola distribusi cahaya. Untuk

    sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian; general lighting dan local

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    lighting. General lighting digunakan untuk pencahayaan menyeluruh atau sistem

    pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang merata.

    Local lighting digunakan untuk memberikan nilai aksen pada suatu bidang atau

    lokasi tertentu tanpa memperhatikan kerataan pencahayaan. Untuk sebuah desain

    ruang dibutuhkan pencahayaan yang menyeluruh atau general lighting.

    Dalam subbab ini akan dibahas sistem pencahayaan yang merupakan pola

    distribusi pencahayaan.

    Sistem pencahayaan merupakan salah satu faktor penting yang harus

    dipertimbangkan dalam proses mendesain. Untuk menciptakan suasana yang

    diinginkan pada sebuah ruang, dibutuhkan minimal dua jenis sistem pencahayaan

    dalam ruangan. Secara keseluruhan terdapat lima macam jenis sistem

    pencahayaan, yaitu:

    1. Indirect Lighting

    Sistem pencahayaan disebut Indirect Lighting apabila 90-100% distribusi

    cahaya mengarah pada plafon dan dinding bagian atas pada ruangan. Sistem

    ini

    disebut indirect karena distribusi cahaya berada pada sumbu horisontal

    ruangan,

    dimana plafond atau dinding bagian atas menjadi sumber cahaya melalui

    pantulan cahaya lampu.

    2. Semi-IndirectLighting

    Sistem pencahayaan disebut Semi-Indirect Lighting apabila 60-90%

    distribusi cahaya mengarah pada plafon dan dinding bagian atas pada

    ruangan.

    Sistem ini disebut semi-indirect karena distribusi cahaya berada pada sumbu

    horisontal ruangan, dimana plafond atau dinding bagian atas menjadi sumber

    cahaya melalui pantulan cahaya lampu.

    3. General Diffuse dan Direct-Indirect Lighting

    Sistem pencahayaan disebut General Diffuse dan Direct-Indirect Lighting

    distribusi cahaya seimbang antara cahaya yang mengarah pada plafon atau

    dinding bagian atas pada ruangan dengan cahaya yang jatuh ke bawah.

    Sistem

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    pencahayaan ini merupakan sistem yang baik untuk ruangan dengan dinding

    berwarna gelap, dimana dibutuhkan distribusi cahaya yang cukup tanpa

    menghadapi resiko glare. Kualitas pencahayaan tergantung pada luas ruangan

    dan kegiatan yang dilakukan. Dengan menggunakan sistem pancahayaan ini

    maka ruang bagian atas tidak akan terlihat kosong atau monoton. Distribusi

    pencahayaan yang seimbang pada sistem ini baik untuk digunakan pada

    ruangan kelas, kantor secara umum, dan tempat retail.

    4. Semi-Direct Lighting

    Sistem pencahayaan disebut Semi-Direct Lighting apabila 60-90%

    distribusi cahaya mengarah pada dinding bagian bawah dan lantai. Sistem ini

    disebut semi-direct karena distribusi cahaya berada pada sumbu horisontal

    ruangan bagian bawah.

    5. Direct Lighting

    Sistem pencahayaan disebut Direct Lighting apabila 90-100% distribusi

    cahaya mengarah pada lantai. Sistem ini disebut direct karena distribusi

    cahaya

    berada pada sumbu horisontal ruangan, dimana lantai menjadi sumber cahaya

    melalui pantulan cahaya lampu.

    II. 6. 2. Penempatan Lampu Penerangan/Pencahayaan Ruangan

    Untuk pencahayaan buatan, bentuk armatur dan intensitas cahayanya dapat

    diatur sesuai keinginan dengan mengacu kepada persyaratan fungsionalnya, waktu

    penggunaannya pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

    1. Untuk ruang keluarga.

    - Pencahayaan untuk ruang keluarga atau ruang santai harus bersifat fleksibel

    karena beberapa aktivitas dilakukan di ruang ini setiap hari, seperti duduk-

    duduk santai, mendengarkan dan menyaksikan sajian dari perangkat audio-

    visual, menerima kunjungan kerabat dekat, membaca buku, majalah, dan

    sebagainya.

    - Pencahayaan fleksibel yang dimaksud adalah tetap harus ada pencahayaan

    yang bersifat umum, menyebar dengan rata di seluruh ruangan, apalagi untuk

    aktivitas yang menghadirkan banyak orang dalam ruangan tersebut. Namun

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    juga harus ada pencahayaan-pencahayaan khusus di beberapa sudut untuk

    aktivitas yang lebih khusus seperti membaca, mendengarkan musik, dan

    ngobrol yang sifatnya pribadi.

    - Jenis armatur yang bersifat umum: downlight, bisa juga lampu gantung.

    - Jenis armatur yang bersifat khusus: lampu duduk, lampu dinding, lampu

    tegak (standing lamp), lampu sorot (spot light).

    2. Untuk ruang makan dan dapur.

    - Karena dapur dan ruang makan sekarang ini sering kali disatukan,

    pencahayaannya pun harus fleksibel, ada pencahayaan yang bersifat umum

    dan khusus.

    - Pencahayaan yang bersifat umum dibutuhkan untuk menerangi area-area

    dengan aktivitas frekuensi kerja tinggi seperti masak-memasak (mulai dari

    meracik sampai menghidangkan).

    - Pencahayaan yang bersifat khusus dibutuhkan untuk menerangi area makan

    di seluruh meja makan agar suasana lebih khusus, hangat, dan akrab.

    - Jenis armatur yang bersifat umum: downlight.

    - Jenis armatur yang bersifat khusus: lampu gantung. Hanya perlu diingat

    usahakan tidak menggantung terlalu dekat dengan meja makan karena akan

    membuat bayangan tubuh di sekeliling meja mengganggu aktivitas makan.

    3. Pencahayaan untuk ruang tidur.

    - Walaupun ruang tidur bersifat sangat pribadi, pencahayaan sebaiknya terdiri

    dari dua jenis yaitu pencahayaan umum dan khusus.

    - Pencahayaan umum berfungsi menerangi seluruh ruangan pada saat ruangan

    belum dipergunakan untuk tidur.

    - Pencahayaan khusus biasanya ditempatkan di meja sisi tempat tidur dan di

    meja

    - Jenis armatur untuk pencahayaan umum: downlight.

    - Jenis armatur untuk pencahayaan khusus: lampu meja (di atas meja samping

    tempat tidur), lampu dinding, lampu tegak (standing lamp).

    4. Pencahayaan untuk ruang kerja.

    - Pencahayaan umum yang menerangi seluruh ruangan tetap dibutuhkan.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    - Pencahayaan khusus di meja kerja dibutuhkan agar bekerja bisa lebih

    konsentrasi.

    - Cahaya untuk meja kerja.

    - Jenis armatur untuk pencahayaan umum: downlight atau lampu gantung.

    Perlu diingat, penempatan titik lampu jangan membelangkangi kursi kerja

    karena akan menyebabkan bayangan tubuh menutupi bidang kerja.

    - Jenis armatur untuk pencahayaan khusus: lampu belajar/lampu kerja dengan

    arah cahaya dipancarkan dari sisi kiri atau kanan meja kerja, jangan dari

    depan karena pantulan cahaya akan membuat silau.

    5. Pencahayaan untuk kamar mandi, gudang, dan garasi.

    - Pencahayaan untuk ruang-ruang yang disebutkan di atas sebaiknya yang

    bersifat umum, menerangi seluruh ruangan dengan merata dan terang

    benderang.

    - Khusus untuk kamar mandi biasanya ada beberapa area yang

    mempergunakan pencahayaan khusus seperti cermin di atas washtafel,

    lemari/rak tempat penyimpanan peralatan mandi.

    - Untuk gudang dan garasi, armatur lampu sebaiknya diberi pelindung untuk

    menghindari benturan dan gangguan-gangguan lain.

    II, 6. 3. Metode Menghitung Kebutuhan Lumen Ruang

    1. Lumen

    Lumen adalah fluks cahaya yang di pancarkan oleh sumber penerangan

    buatan (lampu). Besarnya fluks cahaya (diukur dalam lumen) yang

    diperlukan untuk menerangi suatu ruangan dapat dihitung dengan rumus:

    Fluks cahaya = E x A ..(i)

    CU x MF

    Dimana, E = Kuat cahaya (iluminasi) yang dibutuhkan pada permukaan

    bidang (lux) ..( Lampiran I)

    A = Luas ruangan (m2)

    F = Total lumen yang dibutuhkan (lumen)

    CU = Koefisien pemanfaatan

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    MF = Faktor pemeliharaan

    Iluminasi atau kuat penerangan yang diinginkan pada permukaan

    bidang kerja yang perlu diterangi, diukur dalam lux. Besarnya lux

    tergantung dari fungsi ruangan.

    2. Menghitung jumlah unit lampu (N)

    Jumlah unit lampu yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus:

    N = Lumen yang dibutuhkan .... (ii) Lumen lampu perunit

    3. Perbandingan ruangan / Room Ratio (RR)

    Perbandingan ruangan (RR) adalah indeks ruangan yang diberi

    penerangan, indeks ini dimasukkan dalam perhitungan dan secara

    langsung berhubungan dengan panjang, lebar, dan tinggi dari ruangan.

    Ini dapat ditulis dengan rumus:

    RR = p x l ..(iii) Hrc ( p + l )

    Dimana, p = panjang (m)

    l = lebar (m)

    Hrc = tinggi lampu terhadap bidang kerja (m)

    4. Indeks ruangan / Room Indeks (RI)

    Nilai indeks ruangan dapat diketahui setelah mendapatkan atau

    mengetahui nilai room ratio (RR) dan selanjutnya disesuaikan dengan

    tabel. (Lampiran II).

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    5. Koefisien refleksi ruangan

    Besar nilai koefisien factor refleksi untuk dinding, lantai, dan langit-

    langit yang dipengaruhi oleh cat yang digunakan dapat dilihat pada tabel.

    ... (Lampiran II).

    6. Koefisien penggunaan (CU)

    Faktor penggunaan didefinisikan sebagai persen dari lumen lampu

    kosong yang mengeluarkan cahaya dan mencapai bidang kerja. Faktor ini

    bertanggungjawab langsung terhadap cahaya dari luminer dan cahaya

    yang dipantulkan permukaan ruangan. Dengan menggunakann tabel

    faktor penggunaan (CU) yang tersedia dari pabrik untuk pemasangan

    berbagai cahaya jika pantulan dari dinding dan langit-langit diketahui,

    indeks ruangan telah ditentukan dan jenis luminer diketahui.

    ..(Lampiran III).

    7. Factor perawatan (MF)

    Faktor ini adalah faktor yang digunakan untuk memberikan nilai pada

    bersih atau kotor sebuah ruangan. Untuk ruangan yang bersih dan

    pemeliharaan yang teratur menggunakan nilai 0.95, untuk ruangan yang

    kurang bersih dengan pemeliharaan teratur menggunakan nilai 0.9, dan

    untuk ruangan yang kotor dengan pemeliharaan yang tidak teratur

    menggunakan nilai 0.85.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    BAB III

    PENYAJIAN DATA

    III. 1. Data Umum Kapal

    Tipe kapal : GENERAL CARGO

    LBP : 66.5 m

    B : 12.85 m

    H : 5.72 m

    T : 4.42 m

    DWT : 1650 ton

    Vs : 12 knot

    Daya Mesin : 1138.130 HP

    Electric Balance pada Navigation Deck :

    No Jenis alat dan penerangan Daya (W) n Kebutuhan daya

    (W)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.

    21.

    Ruang kemudi

    Operator radio

    Ruang peta

    Gang luar

    Marine radar

    Echo sounder

    Radio Direction Finder (RDF)

    Satelit navigasi

    Telegraph

    Telepon

    Radio komunikasi

    VHF multi chanel

    Lampu samping ( side light )

    Port side & Starboard side

    Lampu tiang utama ( Head mast light )

    Lampu morse ( Morse signal light )

    Lampu jangkar (Anchor light )

    Lampu buritan ( Stern light )

    Lampu bongkar muat ( Cargo handling light )

    Lampu pelayaran ( Range )

    Lampu sekoci

    Lampu sorot ( Search light )

    80

    30

    30

    20

    50

    50

    50

    50

    50

    50

    50

    50

    75

    75

    60

    75

    60

    500

    40

    75

    1000

    8

    2

    2

    6

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    2

    2

    1

    2

    1

    1

    1

    2

    2

    640

    60

    60

    120

    50

    50

    50

    50

    50

    50

    50

    50

    150

    150

    60

    150

    60

    500

    40

    150

    2000

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    III. 2. Bentuk dan Kontruksi Kapal

    Bentuk dan kontruksi kapal terdiri dari:

    1. Ruang muat

    2. Kamar mesin yang terdiri dari dua deck (Engine room)

    3. Geladak utama (Main deck)

    4. Poop deck

    5. Boat deck

    6. Geladak anjungan (Navigation deck)

    Perancangan intalasi listrik dan komponen pendukung lainnya dikhususkan

    pada geladak anjungan (navigation deck) sesuai tugas yang diberikan dosen

    pembimbing.

    Geladak anjungan (Navigation deck)

    Geladak anjungan dibuat berdasarkan dengan gambar rencana umum yang

    terdiri dari beberapa ruangan dimana luas dan peletakannya sesuai kebutuhan dan

    fungsi ruangan.

    Adapun ruang-ruangan yang telah direncanakan sebelumnya di geladak

    anjungan (navigation deck) antara lain:

    1. Ruang kemudi

    Pada ruang kemudi sesuai gambar rencana umum harus dilengkapi

    dengan peralatan navigasi, steering, dan remote engine control. Jendela-

    jendela harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

    pandangan luas ke muka dan sekeliling dengan terang dan baik serta

    memberikan peranginan yang cukup. Penempatan peralatan dalam ruang

    kemudi harus disetujui pemberi tugas. Peralatan yang ditempatkan di

    ruang kemudi antara lain:

    - Celaga kemudi (Steering wheel) 1 set

    - Engine control stand 1 set

    - Instrument panel 2 set

    - Electronic engine telegraf 1 set

    - Radar, kompas 1 set

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    2. Ruang operator radio

    Ruangan ini berfungsi sebagai tempat memantau dan komunikasi di setiap

    ruangan yang ada di kapal untuk menunjang kelancaran aktifitas crew

    kapal. Peralatan yang ada di di ruang operator antara lain:

    - Panel radio komunikasi

    - Panel darurat

    3. Ruang peta

    Dilengkapi dengan satu set meja komprensi, kursi, wireless, dan LCD.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    FLOWCHART

    Mulai

    Data Kapal :

    1.Data Mesin

    2.Alat-alat navigasi yang di

    gunakan

    Menentukan daya listik pada ruangan pada geladak anjungan

    Menghitung pemakaian daya peralatan navigasi dan elektronika

    Finish

    Menentukan letak dari masing - masing komponen

    Menentukan jalur instalalasi masing - masing komponen

    Kesimpulan

    Sesuai

    Rules BKI

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    BAB IV

    PERENCANAAN DAYA LISTRIK PADA GELADAK

    ANJUNGAN

    IV. 1. Perhitungan Fluks Cahaya dan Jumlah Unit Lampu

    Peralatan Energi Listrik: Pencahayaan, www.enrgyefficiencyasia.org

    a. Ruang kemudi

    Data-data yang diperlukan:

    Panjang (P) = 7.4 m

    Lebar (L) = 10 m

    Tinggi (T) = 2.2 m

    Tinggi bidang kerja yang di gunakan = 0.75 m

    Tinggi lampu terhadap bidang kerja (Hrc) = 1.45 m

    Sistem penerangan yang digunakan adalah sistem penerangan langsung

    standar nilai iluminasi pada ruang kemudi 300 lux

    Perhitungan :

    1. Menentukan room ratio

    RR = P x L

    Hrc x (P + L )

    = 2.9330

    2. Menentukan room indeks

    RI = C (2.75 3.5) (Lampiran II)

    3. Menentukan fluks cahaya yang dibutuhkan

    F = E x A

    CU x MF dimana : E (tingkat lux yang

    digunakan) = 300 x 74 = 300 lux

    0.67 x 0.95 A (luas ruangan) P x L

    F = 34878.24 lumen = 74 m2

    CU (koeficien penggunaan)

    = 0.67 ..(Lampiran III)

    MF (faktor perawatan)

    = 0.95

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    4. Menghitung jumlah armature

    Lampu yang digunakan adalah lampu neon tabung kembar 80 watt

    N = F dimana : n (total daya lampu/fitting)

    n x f = 2 x 80 = 160 watt

    = 34878.24 f (rata-rata lumen lampu neon)

    120 x 50 = 50 lum/watt

    N = 4.3598 unit

    Jadi jumlah armature yang diperlukan adalah 4 unit (8 unit lampu)

    5. Menentukan jarak antara armature

    untuk memanjang ruangan

    p = panjang ruangan

    jumlah lampu kearah memanjang

    p = 7.4 = 7.4 m

    1

    Jarak luminer dekat dinding adalah setengah dari jarak armature = 3.7m

    untuk melintang ruangan

    l = lebar ruangan

    jumlah lampu kearah melintang

    l = 10 = 2.5000 m

    4

    Jarak luminer dekat dinding adalah setengah dari jarak armature = 1.2500 m.

    b. Ruang operator radio

    Data-data yang diperlukan:

    Panjang (P) = 3.06 m

    Lebar (L) = 2.4 m

    Tinggi (T) = 2.2 m

    Tinggi bidang kerja yang di gunakan = 0.75 m

    Tinggi lampu terhadap bidang kerja (Hrc) = 1.45 m

    Sistem penerangan yang digunakan adalah sistem penerangan langsung

    standar nilai iluminasi pada ruang radio 200 lux.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Perhitungan :

    1. Menentukan room ratio

    RR = P x L

    Hrc x (P + L )

    = 0.9276

    2. menentukan room indeks

    RI = H (0.9 1.12) (Lampiran II)

    3. Menentukan fluks cahaya yang dibutuhkan

    F = E x A dimana : E (tingkat lux yang digunakan)

    CU x MF = 200 lux

    = 200 x 6.93 A (luas ruangan) P x L

    0.49 x 0.95 = 7.344 m2

    F = 3155.317 lumen CU (koeficien penggunaan)

    = 0.49 (Lampiran III)

    MF (faktor perawatan)

    = 0.95

    4. Menghitung jumlah armature

    Lampu yang digunakan adalah lampu neon tabung kembar 30 watt.

    N = F dimana : n (total daya lampu/fitting)

    n x f = 2 x 30 = 60 watt

    3155.317 f (rata-rata lumen lampu neon)

    40 x 50 = 50 lum/watt

    N = 1.0518 unit

    Jadi jumlah armature yang diperlukan adalah 1 unit (2 unit lampu)

    5. Menentukan jarak antara armature

    untuk memanjang ruangan

    p = panjang ruangan

    jumlah lampu kearah memanjang

    p = 3.06 = 3.06 m

    1

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Jarak luminer dekat dinding adalah setengah dari jarak armature = 1.53 m

    untuk melintang ruangan

    l = lebar ruangan

    jumlah lampu kearah melintang

    l = 2.4 = 2.4 m

    1

    Jarak luminer dekat dinding adalah setengah dari jarak armature = 1.2 m

    c. Ruang operator peta

    Data-data yang diperlukan:

    Panjang (P) = 3.06 m

    Lebar (L) = 2.4 m

    Tinggi (T) = 2.2 m

    Tinggi bidang kerja yang di gunakan = 0.75 m

    Tinggi lampu terhadap bidang kerja (Hrc) = 1.75 m

    Sistem penerangan yang digunakan adalah sistem penerangan langsung

    standar nilai iluminasi pada ruang peta 200 lux

    Perhitungan :

    1. Menentukan room rasio

    RR = P x L

    Hrc x (P + L )

    = 0.768603

    2. Menentukan room indeks

    RI = I ( 0.7-0.9 ) . (Lampiran II)

    3. Menentukan fluks cahaya yang dibutuhkan

    F = E x A dimana : E (tingkat lux yang digunakan)

    CU x MF = 200 lux

    = 200 x 7.344 A (luas ruangan) P x L

    0.45 x 0.95 = 7.344 m2

    F = 4916.073969 lumen CU (koeficien penggunaan)

    = 0.45 .(Lampiran III)

    MF (faktor perawatan)

    = 0.95

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    4. Menghitung jumlah armature

    Lampu yang digunakan adalah lampu neon tabung kembar 30 watt

    N = F dimana : n (total daya lampu/fitting)

    n x f = 2 x 30 = 60 watt

    3435.789 f (rata-rata lumen lampu neon)

    60 x 50 = 50 lum/watt

    N = 1.1453 unit

    Jadi jumlah armature yang diperlukan adalah 1 unit (2 unit lampu)

    5. Menentukan jarak antara armature

    untuk memanjang ruangan

    p = panjang ruangan jumlah lampu kearah memanjang

    p = 3.06 = 3.06 m

    1

    Jarak luminer dekat dinding adalah setengah dari jarak armature = 1.53 m.

    untuk melintang ruangan

    l = lebar ruangan

    jumlah lampu kearah melintang

    l = 2.4 = 2.4 m

    1

    Jarak luminer dekat dinding adalah setengah dari jarak armature = 1.2 m.

    d. Lampu penerangan luar

    Untuk lampu penerangan luar dipasangkan lampu pijar 20 Watt sebanyak 6

    (enam) unit dengan peletakannya masing-masing 2 (dua) unit pada samping

    kiri dan kanan serta bagian belakang.

    IV. 2. Pemakaian Daya Peralatan dan Lampu Navigasi

    1.) Peralatan Navigasi

    Dalam buku "Merchant Ship Design Hand Book V diberikan ketentuan untuk peralatan

    navigasi

    Sehingga diperoleh :

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    No Jenis Alat n Daya (W) Kebutuhan Daya (W)

    1 Marine radar 1 50 50

    2 Echo sounder 1 50 50

    3 Radio Direction Finder (RDF) 1 50 50

    4 Satelit navigasi (GPS) 1 50 50

    5 Telegraph 1 50 50

    6 Telepon 1 50 50

    7 Radio komunikasi 1 50 50

    8 VHF multi chanel 1 50 50

    Total kebutuhan daya = 400 (W)

    = 0.4 (KW)

    2.) Lampu navigasi

    Dalam buku "Merchant Ship Design Hand Book V juga diberikan ketentuan untuk

    lampu navigasi

    Sehingga diperoleh :

    No Alat Penerangan n Daya

    (W)

    Kebutuhan

    Daya (W)

    1 Lampu samping ( side light )

    * Starboard side 112,5o, warna hijau, jarak pancar 3 mill 1 75 75

    * Port side 112,5o , warna merah, jarak pancar 3 mill 1 75 75

    2 Lampu tiang utama ( Head mast light )

    * 225o , warna putih, jarak pancar 5 mill 2 75 150

    3 Lampu morse ( Morse signal light )

    * 136o , warna kuning , jarak pancar 3 mill 1 60 60

    4 Lampu jangkar (Anchor light )

    * 360o , warna putih, jarak pancar 2 mill 2 75 150

    5 Lampu buritan ( Stern light )

    * 135o , warna putih, jarak pancar 2 mill 1 60 60

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    6 Lampu bongkar muat ( Cargo handling light )

    * Warna bening 1 500 500

    7 Lampu pelayaran ( Range )

    * 225o , warna bening , jarak pancar 2 mill 1 40 80

    8 Lampu sekoci

    * Warna bening 2 75 150

    9 Lampu sorot ( Search light )

    * Lampu halogen, jarak pancar 2 mill 2 1000 2000

    Total kebutuhan daya = 3260 (W)

    = 3,26 (kW)

    Total pemakaian daya untuk peralatan dan lampu navigasi adalah

    0.4 kW + 3.26kW = 3.66kW

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    BAB V

    PENUTUP

    V. 1. Kesimpulan

    Dari hasil perhitungan perencanaan intalasi listrik untuk geladak anjungan,

    maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

    1. Beban peneranagan, komunikasi, dan Navigasi umumnya menggunakan tegangan

    220V dengan Frekuensi 50 Hz, sedangkan beban instrumentasi pada tegangan

    36V/24V diambil dari rectifier dan di back up oleh battery melalui UPS.

    2. Pemakaian daya listrik untuk penerangan harus mempertimbangkan dimensi

    ruangan, fungsi, dan kebutuhan lainnya demi kenyamanan penghuninya.

    Dengan demikian pemakaian daya listrik dapat terkontrol.

    3. Dan dari hasil perhitungan total pemakaian daya listrik pada geladak

    anjungan adalah 4.54 kW.

    4. Dalam perancangan instalasi listrik pada Navigasi Deck kiranya mengacu

    pada dimensi ruangan yang telah dirancang pada general arrangement.

    V .2. Saran

    1. Koleksi buku pelajaran, artikel atau hal-hal yang berhubungan dengan

    system listrik pada kapal di perpustakaan kiranya lebih diperbanyak.

    2. Hasil perancangan Intalasi Listrik ini kiranya dimaklumi karena ini tugas

    kuliah pertama untuk mahasiswa konsentasi Listrik dan instrumentasi.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Biro Klasifikasi Indonesia, 2000, Peraturan Dan Klasifikasi, Jilid I, Jakarta.

    2. IPERINDO, 1999, Standar Mutu Galangan Indonesia,Pekerjaan Listrik, Jilid

    I-II.

    3. Rivai Haryanti, ST. MT., 2008, Buku Ajar Listrik Kapal, Universitas Hasanuddin,

    Makassar.

    4. A Grup Of Autorities, 1977, Marine Enginering, 74 Trinity Place, New York.

    5. www.energyefficiencyasia.org

    6. Ansori Nanang, 2005, Pengendalian Intensitas Cahaya Dengan Menggunakan

    Interface, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

    7. Internet, 2007Studi system Pencahayaan, Universitas Kristen Petra, Jakarta.

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

    Lampiran I

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040

  • Nun Isnan Aswanto

    Perancangan Instalasi Listrik D331 04 040