Upload
nober
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nnnn
Citation preview
7/17/2019 3491-4904-1-SM
http://slidepdf.com/reader/full/3491-4904-1-sm 1/6
136
Jurnal Veteriner Juni 2011 Vol. 12 No. 1: 136-141
ISSN : 1411 - 8327
PENDAHULUAN
Simpai atau Presbytis melalophos darigenus Presbytis ditemukan di hutan hujanSemenanjung Malaysia, kepulauan Sumatramulai dari bagian selatan sampai utara sertaKalimantan bagian barat (Oates et al., 1994).
Berat badan simpai mencapai 6 kg, memiliki
ekor yang panjang dan jantan sedikit lebih beratdibandingkan betina. Beberapa ahli melaporkanada tujuh anak jenis dari species P. melalophosyang dibedakan berdasarkan warna rambuttubuh dan wilayah sebaran. Berdasarkanperbedaan tersebut, jenis simpai yangdigunakan dalam penelitian ini adalah P.
melalophos alba yang tersebar di wilayah
Perilaku Harian Simpai ( Presbytis melalophos)dalam Kandang Penangkaran
(THE DAILY ACTIVITY BEHAVIOUR OF PRESBITYS MELALOPHOS IN CAPTIVE)
Wirdateti, Hadi Dahruddin
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPIGedung Widyasatwaloka Jl. Raya Jakarta-Bogor KM 46 Cibinong 16911
Telp. 021-8765056; Fax 021-8765068 Email: [email protected]
ABSTRAK
Simpai ( Presbitys melalophos) adalah salah satu species dari genus Presbitys, tersebar di PulauSumatera dan mendiami hutan-hutan primer di pedalaman mulai dari dataran rendah sampai ketinggian2500 m di atas permukaan laut. Pakan utama dari simpai adalah buah-buahan dan daun muda (pucuk),
disamping itu juga mengonsumsi bunga, biji, dan beberapa jenis serangga. Simpai hidup berkelompokterdiri dari satu atau beberapa jantan dan beberapa betina. Di alam simpai menghabiskan waktunyalebih dari setengah hari untuk kegiatan lokomosi dan grooming. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui perilaku atau aktivitas simpai di kandang penangkaran dalam usaha perkembangbiakansatwa tersebut diluar habitat asli. Penelitian menggunakan metode One-Zero Sampling yaitu mencatatsetiap aktivitas (perilaku) yang terjadi pada periode waktu yang ditentukan. Perilaku yang diamatiadalah makan, grooming, lokomosi, defekasi, urinasi, dan minum yang dilakukan secara visual. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa, aktivitas utama adalah, lokomosi (27,93%), grooming (25,57%), danmakan (24,425%). Perilaku posisi mereka dicirikan oleh quadrupedal sebagai lokomosi utama, dan dudukmerupakan postur tubuh yang paling umum untuk beristirahat dan makan.
Kata kunci: Presbytis melalophos, perilaku, lokomosi, pakan, grooming
ABSTRACT
Mitred Leaf Monkey ( Presbytis melalophos) is one of species from genus Presbytis, existing on theisland of Sumatra, which lives in primary forests in the interior ranging from lowland altitude till 2500 mabove of the sea level. The main food of the animal is fruits, and young leaves. Besides, they also eatflowers, seeds, shoots, and some species of insects. This species has social groups that can consist of oneor several males and several females. Mitred Leaf Monkeys spend more than half day resting and feedingfruits and young leaves. The purpose of this study was to determine the behavior and activities of theMitred leaf Monkey in captivity in order to stimulate the animal breeding out of their natural habitat. Theresearch was using One-Zero Sampling methods that noted every activity (behaviours) during a specificperiod of the time. The behaviour observation was eating, grooming, locomotion, defecation, urination anddrinking. The results showed that, the main activities were locomotion with average 27.93%, 25.57% forgrooming, and 24.425% for feeding. The positional behavior of the animals was characterized by
quadrupedalism as the major locomotion mode, while sitting was the most common posture when theywere resting and feeding.
Key words: Presbytis melalophos, behavior, locomotion, feeding, grooming.
7/17/2019 3491-4904-1-SM
http://slidepdf.com/reader/full/3491-4904-1-sm 2/6
137
Wirdateti & Dahruddin Jurnal Veteriner
Komering, Sumatera Selatan dengan rambuttubuh dominan putih. Status satwa ini adalahterancam punah endangered (IUCN 2008).
Simpai di alam merupakan satwa arborealdan diurnal, hidup berkelompok dengan satu
jantan dan lima sampai tujuh betina dankadang-kadang lebih dari dua jantan dalam satukelompok. Kelompok dengan home range kecillebih teritorial dari pada kelompok dengan homerange besar, hal tersebut berhubungan denganketersediaan pakan. Untuk menentukan daerahterritori kelompok jantan mengeluarkan suarasebagai penanda wilayah. Jantan yang soliterbiasanya diusir dari kelompok oleh jantan alphadan ini terjadi pada habitat yang tidakmendukung ketersediaan sumber pakan(Bennett dan Davies, 1994; Van Schaik et al.,
1992; Supriatna dan Wahyono, 2000).Di dalam kelompok, betina menentukanarah pergerakan dan bertangungjawabterhadap pertemuan dengan kelompok lain. Akan tetapi, apabila ada konflik di antarakelompok, betina tidak terlibat, disini betinatidak mempunyai hirarki dominan (Van Schaik et al., 1992). Di alam simpai banyak menghabis-kan waktu di berbagai lapisan hutan, melompatdi antara cabang kecil dan kadang-kadangmenggunakan ke empat kaki bila berjalan padadahan atau cabang yang besar secaraquadrupedal. Luas home range sekitar 14-30
ha dan pergerakan kelompok dapat mencapaihampir 1 km per hari. Tumpang tindih homerange di antara kelompok mencapai 20-30%,terutama pada habitat yang rusak. Simpaimempunyai adaptasi tinggi terhadap perubahanhabitat seperti lokasi penebangan, danperkebunan. Pada lokasi tersebut simpaimelakukan pegerakan di dasar hutan untukmencari pakan, karena tidak adanya pohon-pohon besar (Fleagle, 1979; Johns, 1986).Perilaku reproduksi secara umum termasuksiklus birahi, lama bunting, interval lahir, dan
sexual maturity (dewasa kelamin) belumdipelajari secara detail pada jenis P. melalophos.Umumnya pada subfamily Colobines, umurdewasa kelamin pada jantan umur 34-37 bulandan betina 35-60 bulan. Lama bunting sekitar155 sampai 226 hari. Hampir semua Colobinesmempunyai interval kelahiran 16-25 bulan. Anak disapih pada umur 12-15 bulan (Matthewsdan Myers, 2004; Newton dan Dunbar, 1994).Simpai merupakan frugivorous dan folivorous,di alam simpai mengkonsumsi 50-60% buahdan juga mengkonsumsi daun muda (Bennettdan Davies, 1994; Richard, 1985). Penelitian ini
bertujuan utuk mengungkap perilaku atauaktifitas simpai di penangkaran guna menggalidata biologi simpai dalam usaha konservasisatwa simpai baik secara in situ maupun exsitu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PenangkaranMamalia, Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPICibinong, Bogor selama 24 hari. SatwaPenelitian yang digunakan yaitu dua ekorsimpai (jantan dan betina). Kedua simpaiditempatkan pada kandang terpisah denganukuran panjang x lebar x tinggi (280cm x 230cmx 265 cm). Kandang dilengkapi dengan tempatmakan, minum, dan kotak tempat tidur yang
terbuat dari tripleks. Peralatan yangdigunakan yaitu termohygrometer, tempatpakan, tempat minum, dan pencatat waktu.
Pengumpulan data aktivitas (makan,minum, urinasi, defekasi, lokomosi, brakiasi, grooming dan bermain) dilakukan selama 24hari, dari jam 06.00 sampai 18.00 WIB.,menggunakan metode One-Zero Sampling yaitumencatat setiap aktivitas (perilaku) yang terjadipada periode waktu yang ditentukan (Martin danBateson, 1988).
Interval waktu pengamatan selama 15menit yang dibagi dalam 5 menit per
pengamatan. Apabila terjadi aktivitas diberinilai satu, apabila tidak terjadi aktivitas makadiberi nilai nol.
Analisis data Analisis data dengan menggunakan analisis
kuantitatif yaitu persentase nilai kejadian setiapperilaku dari keseluruhan nilai setiap perilakudengan rumus :
A = B/C x 100%Keterangan: A: Persentase frekuensi/ intensitas waktu
B: Frekuensi/ intensitas aktivitas selamapengamatan
C: Total frekuensi/ intensitas aktivitas selamapengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dari beberapa aktivitasharian simpai di penangkaran menunjukkanbahwa antara perilaku simpai jantan dan betinatidak menunjukkan perbedaan nyata. Secaraumum aktivitas makan, lokomosi dan grooming
7/17/2019 3491-4904-1-SM
http://slidepdf.com/reader/full/3491-4904-1-sm 3/6
138
Jurnal Veteriner Juni 2011 Vol. 12 No. 2 : 136-141
memberikan persentase tinggi dan lokomosimerupakan aktivitas tertinggi (26,02% pada jantan dan 29,84% pada betina). Hasil ini lebihtinggi dibadingkan hasil pengamatan padasimpai di Pusat Primata Schmutzer KebunBinatang Ragunan Jakarta yaitu aktivitasbergerak sekitar 22,16% pada jantan, dan
19,73% pada betina ( Sanjaya, 2007). Aktivitaslokomosi tinggi dilakukan simpai dipenangkaran pada jam 7.00 pagi sampai dengan jam 11.00, kemudian turun pada jam 12.00-13.00 siang dan meningkat kembali dari jam14.00-15.00 dan seterusnya menurun sampaiwaktu istirahat untuk tidur. Lokomosi sangatberkaitan erat dengan sifat simpai yang arborealdi habitat alami dalam mencari pakan atau punmelakukan aktivitas lain. Tetapi simpaimempunyai adaptasi tinggi terhadap perubahanhabitat seperti lokasi penebangan, danperkebunan. Pada lokasi tersebut, simpai dalammencari pakan sering melakukan pegerakan didasar hutan, karena tidak adanya pohon-pohonbesar (Fleagle, 1979; Johns, 1986) sehinggalokomosi juga dapat dilakukan secaraquadrupedal di lantai hutan atau pun berjalanpada percabangan yang cukup besar. Aktivitaslokomosi primata di alam bisa mencapai 27 %(Duma, 2007). Perbedaan tersebut disebabkanoleh terbatasnya ruang gerak di kandangpenangkaran dibandingkan dengan di alam atauhabitat asli. Aktivitas lokomosi berupa bergerakdan bermain seperti melompat, berjalan, dan
berlari sering dilakukan secara quadrupedal
yaitu berjalan dengan menggunakan keempattungkai yang dilakukan dengan arah horizontalatau pun vertikal (Fleagle, 1977). Pergerakandilakukan dengan cara mengelilingi bagiandalam kandang secara berulangkali pada bagiandinding atau dasar kandang yang terbuat dari jeruji kawat. Aktivitas bergelantungan atau
brakiasi (Gambar 1) pada simpai termasukaktivitas yang sering dilakukan, hal tersebutberhubungan dengan sifat simpai yang arborealyaitu beraktivitas dari pohon ke pohon. Untukmencapai tujuan, simpai sering menggunakankedua tangan untuk bergelantung di antaracabang-cabang yang terpisah sambil bermain.Gerakan ini merupakan salah satu gerakandalam aktivitas lokomosi atau untuk berpindahdan bermain di habitat alami.
Aktivitas simpai dimulai pada pagi hari,setelah bangun tidur, melakukan grooming diatas kotak tidur sekitar 15–25 menit dankemudian aktivitas lokomosi yaitu mengelilingikandang sambil bergelantungan (brakiasi) dansekali-sekali bersuara terutama pada betina. Ak ti vi ta s loko mo si ata u pun ber suaramerupakan aktivitas yang biasa dilakukan padapagi hari setelah bangun tidur oleh primata dihabitat asli (Gambar 1 dan 2.). Di alam merekalangsung beraktivitas keluar dari pohon tiduruntuk mencari pakan, sementara dipenangkaran hal tersebut tidak mereka lakukansehingga aktivitas hanya bergelantungan padaruangan terbatas secara bolak balik. Di samping
itu simpai juga mencari sinar matahari
Gambar 1. Aktivitas brakiasi simpai di kandangpenangkaran
Gambar 2. Posisi simpai ketika makan
7/17/2019 3491-4904-1-SM
http://slidepdf.com/reader/full/3491-4904-1-sm 4/6
139
sebagaimana halnya yang dilakukan primatadi alam yaitu mendapatkan sinar mataharisewaktu bangun tidur.
Persentase makan pada pengamatan iniyaitu 26,98% pada jantan dan 21,87% padabetina sementara hasil penelitian di PusatPrimata Schmutzer aktivitas makan sekitar22,5% pada jantan dan 28,26% pada betina(Sanjaya, 2007). Aktivitas makan dan lokomosimenunjukkan perbedaan antara jantan danbetina di dua lokasi pengamatan, yaitu di
penangkaran LIPI aktivitas betina lebih tinggidibandingkan jantan sementara di Schmutzer justru jantan yang lebih tinggi dari betina. Haltersebut dimungkinkan kondisi simpai yangditeliti berbeda, karena satwa yang lebih tuaakan mengalami penurunan dalam konsumsipakan dan kondisi satwa mengalami estrus ataubirahi juga akan mengalami penurunan dalamkonsumsi pakan. Pada beberapa primata ketikaestrus akan lebih agresif dan tidak diam. Dihabitat alami aktivitas makan lebih tinggidibandingkan di penangkaran karena satwaharus berpindah-bindah untuk mendapatkan
pakan. Seperti laporan pada surili di Cagar AlamSitu Patengan Kabupaten Bandung, PropinsiJawa Barat, menunjukkan bahwa persentaseaktivitas makan pada surili ( Presbytis comatacomata) sebesar 29,98 % dan hasil pengamatanDuma (2007) di Taman Nasional Sebangau,Kabupaten Kantingan Propinsi KalimantanTengah melaporkan bahwa aktivitas makankalawet ( Hylobates agilis albibarbis) sebesar41% dan nilai persentase makan tersebutmerupakan nilai persentase aktivitas tertinggi
apabila dibandingkan dengan aktivitas lainnya.Tingginya aktivitas makan primata di alamkarena satwa tersebut harus mencari danmemilih pakan yang disukai dan jugadipengaruhi oleh ketersediaan pakan dihabitatnya, sementara di penangkaran pakantersedia sepanjang hari sehingga waktu yangdigunakan juga lebih sedikit. Intensitas makantinggi antara jam 7.00 sampai dengan jam 11.00pagi dan jam 14.00-15.00 sore yaitu rata-ratasebesar 3.5-8,82%. Aktivitas makan palingrendah terjadi pada pukul 17.00 WIB, yaitusebesar 1,5% menjelang tidur. Hasil pengama-
Gambar 3. Persentase aktivitas simpai betina perhari
Gambar 4. Persentase aktivitas simpai jantan perhari
Wirdateti & Dahruddin Jurnal Veteriner
7/17/2019 3491-4904-1-SM
http://slidepdf.com/reader/full/3491-4904-1-sm 5/6
140
tan ini didukung oleh laporan Prayogo (2006),bahwa aktivitas makan primata pada umumnyatinggi pada pagi hari karena energi berkurangdi dalam tubuh. Simpai merupakan frugivorousdan folivorous, di alam simpai mengkonsumsi
50-60% buah dan juga mengkonsumsi daunmuda (Bennett dan Davies, 1994; Richard, 1985).Berdasarkan jenis pakan, simpai menunjukkanbahwa simpai membutuhkan aktivitas yangtinggi untuk mendapatkan pakan terutama jenis buah, hal tersebut akan lebih tinggi apabilapada waktu tidak musim buah. Di penangkaransimpai diberikan pakan pisang, ubi rebus,buncis, kangkung, dan pepaya. Pakan yangpaling disukai adalah buncis dan pisang.
Hasil pengamatan beberapa aktivitasharian pada simpai jantan dan betina disajikan
pada Gambar 3 dan 4. Sebanyak sembilankegiatan yang biasa dilakukan simpai diamatidan selain kegiatan tersebut perilaku istirahattidak diamati secara detail, tetapi aktivitas inidilakukan di antara aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas istirahat umumnya diselingi denganperilaku grooming. Hal tersebut terlihat daritingginya tingkat grooming pada simpai jantandan betina yaitu 23,62% dan 27,54%. Aktivitasistirahat pada primata umumnya tertinggidibandingkan dengan aktivitas lain. Duma(2007) melaporkan bahwa aktivitas istirahatpada satwa primata di habitat alaminya
mencapai 32%, namun angka tersebuttergantung pada ketersediaan pakan.Ketersediaan pakan yang berlebih ataumelimpah pada musim tertentu maka aktivitasistirahat akan lebih tinggi. Tingginya aktivitas grooming dan istirahat di penangkarandipengaruhi oleh luas ruang gerak yang terbatasdan tempat bermain karena simpai termasukhewan arboreal dan banyak melakukanaktivitas brakiasi. Aktivitas grooming danistirahat yang dilakukan bersamaan ini jugaterlihat tinggi pada hewan lutung yang diamati
di penangkaran yaitu 28,19% dan 25,94%(Prayogo, 2006; Wirdateti et al ., 2008).Intensitas grooming atau istirahat tertinggitercatat pada jam 13.00-15.00 siang, hal tersebutdisebabkan selain simpai merasa kenyang dan juga cuaca panas atau kondisi lingkungan yangtidak nyaman untuk beraktivitas. Waktuistirahat penting dilakukan oleh simpai danprimata lainnya untuk mencerna pakan yangtelah dikonsumsinya (Alikodra, 1990).
Aktivitas defekasi dan bermain pada simpaibetina merupakan aktivitas yang paling rendah
dibandingkan dengan seluruh aktivitas harianlutung yaitu sebesar 1,36%, sementara padasimpai jantan aktifitas terendah adalah defekasiyaitu sebesar 1,61% (Gambar 4). Kebutuhanakan air juga termasuk rendah yang mungkin
dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikanberupa buah dan sayuran dengan kandunganair sekitar 80% lebih. Sementara di alamprimata jarang ditemukan minum, karenasudah tercukupi dari jenis pakan yangdikonsumsi seperti umbut dan pandan hutan. Aktivitas minum tersebut dilakukan pada saatpagi menjelang siang yaitu pada pukul 7.00-14.00 WIB dan menjelang sore simpai tidakterlihat minum sama sekali.
SIMPULAN
Perilaku yang tinggi atau paling seringdilakukan simpai di kandang penangkaranadalah aktivitas lokomosi, grooming dan makanbaik pada jantan mau pun betina. Terdapatperbedaan lama aktivitas antara di alam denganpenangkaran terutama pada lokomosi danaktivitas makan. Terlihat ada keterkaitanantara ketersediaan pakan dengan pergerakanatau lokomosi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepadaKepala Puslit Biologi-LIPI, Kepala BidangZoologi yang telah mendanai penelitian inimelalui Kajian Konservasi Ex-situ danpemanfaatan Satwaliar Bernilai KomersialProgram DIPA 2009. Terima kasih jugadisampaikan kepada Sdr. Umar dan Yuliantoyang telah banyak membantu dalampelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid1. Bogor. Pusat Antar Universitas IlmuHayat. Institut Pertanian Bogor.
Bennett E, Davies A. 1994. The ecology of Asiancolobines. Pp. 129-172 in A. Davies, J.Oates, eds. Colobine Monkeys: Their Ec ology , Behav iour and Evo lution.Cambridge, UK: Cambridge UniversityPress
Jurnal Veteriner Juni 2011 Vol. 12 No. 2 : 136-141
7/17/2019 3491-4904-1-SM
http://slidepdf.com/reader/full/3491-4904-1-sm 6/6
141
Duma Y. 2007. Kajian habitat, tingkah laku,dan populasi kalawet (Hylobates agilisalbibarbis) di Taman Nasional SebangauKalimantan Tengah. Tesis. Bogor. InstitutPertanian Bogor.
Fleagle J. 1977. Locomotor behavior andmuscular anatomy of sympatric Malaysianleaf-monkeys ( Presbytis obscura and Presbytis melalophos). American Journalof Physical Anthropology, 46: 297-308.
Fleagle J. 1979. Primate positional behavior andanatomy: naturalistic and experimentalapproaches. Pp. 313-325 in Morbeck M,Preuschoft H, Gomberg N, eds. Environment, Behavior, and Morphology: Dynamic Interactions in Primates. New York: Gustav Fisher.
IUCN 2008. IUCN Red List of Threatened Species. <www.iucnredlist.org>. Down-loaded on 21 Juni 2010
Johns A. 1986. Effects of Selective Logging onthe Behavioral Ecology of West MalaysianPrimates. Ecology, 67: 684-694.
Matthews M, Myers P. 2004. “Presbytisthomasi” (On-line). Animal Diversity Web. Ac ce sse d April 18, 2006 at ht tp :/ / animaldiversity.ummz.umich.edu/site/ a c c o u n t s / i n f o r m a t i o n / P r e s b y t i s _thomasi.html..
Martin P, Beteson P. 1988. Me asur ing
Behaviour, An Introduction Guide. 2nd Ed.Cambridge University Press. Cambridge.
Newton P, Dunbar R. 1994. Colobine monkeySociety. Pp. 311-346 in A. Davies, J. Oates,eds. Colobines: Their Ecology, Behaviour,and Evolution. Cambridge, UK: CambridgeUniversity Press.
Oates J, Davies A, Delson E. 1994. The diversityof living colobines. Pp. 45-73 in A. Davies,J. Oates, eds. Colobine Monkeys: Their Eco logy, Beha viour and Evolu ti on.Cambridge, UK: Cambridge University
Press.Prayogo H. 2006. Kajian tingkah laku dan
analisis pakan lutung perak (Trachypithe-cus cristatus) di Pusat Primata SchmutzerTaman Margasatwa Ragunan. Tesis. Bogor.Institut Pertanian Bogor.
Richard, A. 1985. Primates in Nature. New York:W. H. Freeman and Co.
Sanjaya E, Sugeng PH, Gunardi DW. 2007.Studi Aktivitas Harian ( Presbyt ismelalophos) di Pusat primata Schmutzertaman margasatwa. http://www.unila.ac.id/
index.phpSupriatna J, Wahyono FH. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 187-194
Wirdateti, Pratiwi AN, Diapari D, Tjakradidjaja AS. 200 8. Peril aku ha ri an lutung(Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) dipenangkaran pusat penangkaranpenyelamatan satwa Gadog, Ciawi-Bogor. Zoo Indonesia 18(2): 33-40
Van Schaik C, Assink P, Salafsky N. 1992.Territorial behavior in Southeast Asianlangurs: resource defense or mate defense?.
American Journal of Primatology, 26: 333-342.
Wirdateti & Dahruddin Jurnal Veteriner