Upload
meirisa-rahma-pratiwi
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
1/16
Author :
Nova Faradilla, S. Ked
Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009
Files of DrsMed FK UR (http://www.Files-of-DrsMed.tk
0
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
2/16
PENDAHULUAN
Latar Belakang Efusi pleura tuberkulosis sering ditemukan di negara berkembang termasuk di Indonesia meskipun diagnosis pasti sulit ditegakkan. Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu penyakit, sebab itu hendaknya dicari penyebabnya.Dengan sarana yang ada, sangat sulit untuk menegakkan diagnosis efusi pleura tuberkulosis sehingga sering timbul anggapan bahwa penderita tuberkulosis paru yangdisertai dengan efusi pleura, efusi pleuranya dianggap efusi pleura tuberkulosis, sebaliknya penderita bukan tuberkulosis paru yang menderita efusi pleura, efusi pleuranya dianggap bukan disebabkan tuberkulosis.1 Gambaran klinik dan radiologik antara transudat dan eksudat bahkan antara efusi pleura tuberkulosis dan non tuberkulosis hampir tidak dapat dibedakan, sebab itu pemeriksaan laboratoriummenjadi sangat penting. Setelah adanya efusi pleura dapat dibuktikan melalui pungsi percobaan, kemudian diteruskan dengan membedakan eksudat dan transudat dan akhirnya dicari etiologinya. Apabila diagnosis efusi pleura tuberkulosis sudah ditegakkan maka pengelolaannya tidak menjadi masalah, efusinya ditangani seperti efusi pada umumnya, sedangkan tuberkulosisnya diterapi seperti tuberkulosis padaumumnya.1 Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang pentingdi dunia. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002. 3,9 juta adalah kasus BTA positif. Hampir sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. TB ekstra paru berkisar antara 9,7 sampai 46% dari semua kasus TB. Organ yang sering terlibat yaitulimfonodi, pleura, hepar dan organ gastro intestinal lainnya, organ genitourinarius, peritoneum, dan perikardium. Pleuritis TB merupakan TB ekstraparu kedua te
rbanyak setelah limfadenitis TB. Angka kejadian pleuritis TB dilaporkan bervariasi antara 4% di USA sampai 23% di Spanyol. 2 TB pada anak dapat terjadi pada usia berapa pun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak lebih seringmengalami TB luar paru-paru (ekstrapulmonari) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3:1. Selain oleh1
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
3/16
M. tuberkulosis dari orang dewasa atau anak lain, anak dapat terinfeksi Mikobakterium bovis dari susu sapi yang tidak dipasteurisasi.3 Sebagian besar anak yangterinfeksi M. tuberkulosis tidak menjadi sakit selama masa anak-anak. Satu-satunya bukti infeksi mungkin hanyalah tes tuberkulin kulit yang positif. Kemungkinanpaling besar anak menjadi sakit dari infeksi M. tuberculosis adalah segera setelah infeksi dan menurun seiring waktu. Jika anak yang terinfeksi menjadi sakit,sebagian besar akan menunjukkan gejala dalam jangka waktu satu tahun setelah infeksi. Namun untuk bayi, jangka waktu tersebut mungkin hanya 6-8 minggu.3
2
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
4/16
PLEURITIS TUBERKULOSIS
Definisi Pleuritis TB merupakan suatu penyakit TB dengan manifestasi menumpuknyacairan di rongga paru, tepatnya di antara lapisan luar dan lapisan dalam paru.4
Gambar 1. Rongga pleura2 Dikenal dua macam pleuritis, yaitu yang kering dan basah. Di Indonesia paling sering dijumpai radang selaput paru yang basah. Di duniakedokteran dinamakan Pleuritis eksudatifa atau Efusi Pleura.
Patofisiologi Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1-20 ml. Cairan di dalam rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksioleh pleura viseralis dan absorpsi oleh pleura parietalis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar 9 cmH20 dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis sebesar 10 cm H20.4
3
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
5/16
Gambar 2. Efusi Pleura karena Infeksi Tuberkulosis5
Efusi pleura terbentuk sebagai reaksi hipersensitivitas tipe lambat antigen kuman TB dalam rongga pleura. Antigen ini masuk ke dalam rongga pleura akibat pecahnya fokus subpleura. Rangsangan pembentukan cairan oleh pleura yang terkait dengan infeksi kuman TB.6 Pleuritis TB dapat merupakan manifestasi dari tuberkulosisprimer atau tuberkulosis post primer (reaktivasi). Pleuritis TB dianggap sebagaimanifestasi TB primer yang banyak terjadi pada anak-anak. Pada tahun-tahun terakhir ini, umur rata-rata pasien dengan pleuritis TB primer telah meningkat. Hipotesis terbaru mengenai pleuritis TB primer menyatakan bahwa pada 6-12 minggu setelah infeksi primer terjadi pecahnya fokus kaseosa subpleura ke kavitas pleura.Antigen mikobakterium TB memasuki kavitas pleura dan berinteraksi dengan sel T yang sebelumnya telah tersensitisasi mikobakteria, hal ini berakibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang menyebabkan terjadinya eksudasi oleh karena meningkatnya permeabilitas dan menurunnya klirens sehingga terjadi akumulasi cairan di kavitas pleura. Cairan efusi ini secara umum adalah eksudat tapi dapat juga berupa serosanguineous dan biasanya mengandung sedikit basil TB. Beberapa kriteria yang mengarah ke pleuritis TB primer:2 Adanya data tes PPD positif baru4
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
6/16
Rontgen thorax dalam satu tahun terakhir tidak menunjukkan adanya kejadian tuberkulosis parenkim paru Adenopati hilus dengan atau tanpa penyakit parenkim. Umumnya, efusi yang terjadi pada pleuritis TB primer berlangsung tanpa
diketahui dan proses penyembuhan spontan terjadi pada 90% kasus. Pleuritis TB dapat berasal dari reaktivasi atau TB post primer. Reaktivasi dapat terjadi jika stasus imunitas pasien turun. Pada kasus Pleuritis TB rekativasi, dapat dideteksiTB parenkim paru secara radiografi dengan CT scan pada kebanyakan pasien. Infiltrasi dapat terlihat pada lobus superior atau segmen superior dari lobus inferior. Bekas lesi parenkim dapat ditemukan pada lobus superior, hal inilah yang khaspada TB reaktivasi. Efusi yang terjadi hampir umumnya ipsilateral dari infiltrat dan merupakan tanda adanya TB parenkim yang aktif. Efusi pada pleuritis TB dapat juga terjadi sebagai akibat penyebaran basil TB secara langsung dari lesi kavitas paru, dari aliran darah dan sistem limfatik pada TB post primer (reaktivasi). Penyebaran hematogen terjadi pada TB milier. Efusi pleura terjadi 10-30% darikasus TB miler. Pada TB miler, efusi yang terjadi dapat masif dan bilateral. PPD test dapat negatif dan hasil pemerikasaan sputum biasanya jadi negatif.2
Manifestasi Klinis Pleuritis TB biasanya bermanifestasi sebagai penyakit demam akut disertai batuk nonproduktif (94%) dan nyeri dada (78%) tanpa peningkatan lekosit darah tepi. Penurunan berat badan dan malaise bisa dijumpai, demikian jugamenggigil. Sebagian besar efusi pleura TB bersifat unilateral (95%), lebih serin
g di sisi kanan. Jumlah cairan efusi bervariasi dari sedikit hingga banyak, meliputi setengah dari hemitoraks. Jumlah maupun lokasi terjadinya efusi tidak mempengaruhi prognosis.6 Dari gambaran radiologis bisa dijumpai kelainan parenkim paru. Bila kelainan paru terjadi di lobus bawah maka efusi pleura terkait dengan proses infeksi TB primer. Dan bila kelainan paru di lobus atas, maka kemungkinan besar merupakan TB pasca primer dengan reaktivasi fokus lama. Efusi pleura hampirselalu terjadi di sisi yang sama dengan kelainan parenkim parunya.65
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
7/16
Adanya efusi pleura memberikan kelainan pada hemitoraks yang sakit dengan pergerakan pernapasan yang tertinggal, cembung, ruang antar iga yang melebar dan mendatar, getaran nafas pada perabaan menurun, trakea yang terdorong, suara ketuk yang redup dan menghilangnya suara pernapasan pada pemeriksaan auskultasi. Gambaranradiologik : posterior anterior (PA) terdapat kesuraman pada hemithorax yang terkena efusi, dari foto thorax lateral dapat diketahui efusi pleura di depan ataudi belakang, sedang dengan pemeriksaan lateral dekubitus dapat dilihat gambaranpermukaan datar cairan terutama untuk efusi pleura dengan cairan yang minimal.1
Gambar 3. Efusi Pleura dextra7 Spesimen diagnostik utama efusi pleura TB adalahcairan pleura dan jaringan pleura. Biakan TB dari cairan pleura positif pada sekitar 42% kasus, dan dari biopsi positif sekitar 54%. Beberapa uji khusus sepertikadar adenosine deaminase (ADA) dalam cairan pleura, interferon g, dan konsentrasi lisosim telah diteliti pada dia
nostik efusi pleura TB namun belum di
unakan secara rutin. Terapi pleuritis TB sama den an terapi TB paru. Bila respons terhadap terapi baik, suhu turun dalam 2 min
u terapi, serta cairan pleura diserap dalam 6 min u. Namun pada beberapa pasien demam dapat berlan sun hin a 2 bulan,dan penyerapan cairan memerlukan waktu hin
a 4 bulan. Steroid dapat memperpendek fase demam dan mempercepat penyerapan cairan serta mence ah perlekatan, walaupun rasio manfaat dan risiko pen
unaannnya belum diketahui pasti. Drainase cairan pleura secara rutin tampaknya tidak mempen aruhi hasil6
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
8/16
akhir jan ka panjan . Penebalan pleura seba ai sisa penyakit dapat terjadi pada50% kasus.6
Dia nosis Pleuritis TB tidak selalu mudah didia nosis, karena tidak selalu ada ambaran khas seperti adanya eksudat yan kaya limfosit pada cairan efusi, ranuloma nekrotik kaseosa pada biopsi pleura, hasil positif dari pewarnaan Ziehl Neelsen atau kultur Lowenstein dari cairan efusi atau jarin an sampel dan sensitivitas kulit terhadap PPD. Dia
nosis dari pleuritis TB secara umum dite
akkan den
ananalisis cairan pleura dan biopsi pleura. Pada tahun-tahun terakhir ini, beberapa penelitian meneliti adanya penanda biokimia dan limfokin lain seperti ADA, ADA isoenzim, Lisozim, INF-d
an limfokin lainnya untuk meningkatkan efisiensi
iagnosis.2 Hasil torakosintesis efusi pleura
ari pleuritis TB primer mempunyai karakteristik cairan eksu
at
engan total kan
ungan protein pa
a cairan pleura >30g/
L, rasio LDH cairan pleura
iban
ing serum > 0,5
an LDH total cairan pleura >200U. Cairan pleura mengan
ung
ominan limfosit (sering lebih
ari 75%
ari semuamateri seluler), sering
ikiuti
engan ka
ar glukosa yang ren
ah. Sayangnya,
ari kharakteristik
iatas ti
ak a
a yang spesifik untuk tuberkulosis, kea
aan lain juga menunjukkan karakteristik yang hampir mirip seperti efusi parapnemonia, keganasan,
an penyakit rheumatoi
yang menyerang pleura.2 Hasil pemeriksaan BTAcairan pleura jarang menunjukkan hasil positif (01%). Isolasi M. tuberkulosis
ari kultur cairan pleura hanya
i
apatkan pa
a 2040% pasien pleuritis TB. Hasil pemeriksaan BTA
an kultur yang negatif
ari cairan pleura ti
ak mengekslusi kemungkinan pleuritis TB. Hasil pemeriksaan BTA pa
a sputum jarang positif pa
a kasus primer
an kultur menunjukkan hasil positif hanya pa
a 25-33% pasien. Sebalikn
ya, pa
a kasus reaktivasi pemeriksaan BTA sputum positif pa
a 50% pasien
an kultur positif pa
a 60% pasien.2
7
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
9/16
Gambar 4. Mikobakterium Tuberkulosis8
Hasil tes tuberkulin yang positif men
ukung penegakkan
iagnosis pleuritis TB
i
aerah
engan prevalensi TB yang ren
ah (atau ti
ak
ivaksinasi), akan tetapi hasil tes tuberkulin negatif
apat terja
i pa
a sepertiga pasien.2
Gambar 5. Mantoux Test8
Biopsi pleura parietal telah menja
i tes
iagnositik yang paling sensitif untukpleuritis TB. Pemeriksaan histopatologis jaringan pleura menunjukkan pera
angangranulomatosa, nekrosis kaseosa,
an BTA positif. Hasil biopsi perlu
iperiksa secara PA, pewarnaan BTA
an kultur. Beberapa penelitian meneliti aktivitas ADA (a
enosin
eaminase) untuk men
iagnosis pleuritis TB. Disebutkan bahwa ka
ar ADA> 70 IU/L
alam cairan pleura sangat menyokong ke arah TB, se
angkan ka
ar < 40IU/L mengekslusi
iagnosis. Sebuah meta analisis
ari 40 penelitian yang
iterbitkan sejak tahun 1966 sampai 19998
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
10/16
menyimpulkan bahwa tes aktivitas ADA (sensitivitas berkisar antara 47,1 sampai 100%
an spesifitas berkisar antara 0-100%)
alam men
iagnosis pleuritis TB sangat baik (cukup baik untuk menghin
ari
ilakukannya biopsi pleura pa
a pasien mu
a
ari
aerah
engan prevalensi TB yang tinggi), sebuah sitokin yang mempunyai hubungan
engan terapi, terbukti INF-d mempunyai hubungan yang erat
engan efusi pleura yang
isebabkan oleh karena TB (menggunakan cut off point 140 pg/ml
alam cairan pleura) mempunyai sensitivitas 85,7%
an spesifitas 97,1% pa
a pasien
engan pleuritis TB.2 Pemeriksaan
engan PCR (Polymerase Chain Reaction)
i
asarkan pa
a amplifikasi fragmen DNA mikobakterium. Karena efusi pa
a pleuritis TB mengan
ung se
ikit basil TB, secara teori sensitivitasnya
apat
itingkatkan mengunakan PCR. Banyak penelitian yang mengevaluasi efikasi PCR untuk men
iagnosis pleuritis TB
an menunjukkan bahwa sensitivitas berkisar antara 20-90%
an spesifitasantara 78-100%.2
Terapi Perjalanan alamiah
ari efusi pleura TB yang ti
ak
iterapi akan terja
iresolusi spontan
alam 4-16 minggu
engan a
anya kemungkinan perkembangan TB paru aktif atau TB ekstraparu pa
a 43-65% pasien. Data ini menyimpulkan pentingnya
iagnosis
an terapi yang tepat untuk kasus ini. Pasien
engan HIV/AIDS
an pleuritis TB
iterapi sama
engan pasien yang HIV negatif. Thorakosintesis berulangti
ak
iperlukan ketika
iagnosis telah
apat
itegakkan
an terapi telah
imulai, tapi thorakosintesis mungkin
iperlukan untuk mengurangi gejala. Penggunaan kortikosteroi
menurut review metaanalisis Cochrane menunjukkan kurangnya
ata yang men
ukung bahwa kortikosteroi
efektif pa
a Pleuritis TB.2 Tujuan utama pengobatan TB pa
a anak a
alah: 3
Membunuh sebagian besar bakteri
engan cepat untuk mencegah perkembangan penyakit an penularan
Menghasilkan kesembuhan permanen engan membunuh bakteri yang ti ak aktif sehingga ti
ak akan menimbulkan kekambuhan
Mencapai 2 tujuan
i atas
engan efek samping seminimal mungkin
9
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
11/16
Mencegah terbentuknya bakteri yang resisten terha
ap obat TB
engan menggunakankombinasi obat. Rekomen
asi regimen
an
osis pengobatan TB pa
a anak-anak sama
engan pa
a pasien
ewasa. Hal ini
itujukan untuk menghin
ari kebingungan
an meningkatkan kepatuhan terha
ap pengobatan. Namun tetap a
a beberapa perbe
aan antara anak
an
ewasa yang mempengaruhi pilihan jenis obat.3 Pengobatan TB
ibagi
alam 2 fase: intensif
an lanjutan. Fase intensif
itujukan untuk membunuh sebagian besar bakteri secara cepat
an mencegah resistensi obat. Se
angkan fase lanjutan bertujuan untuk membunuh bakteri yang ti
ak aktif. Fase lanjutan menggunakan lebih se
ikit obat karena sebagian besar bakteri telah terbunuh sehingga risiko pembentukan bakteri yang resisten terha
ap pengobatan menja
i kecil.3 Ber
asarkan pe
oman tata laksana DOTS, pasien
engan sakit berat yang luas atau a
anyaefusi pleura bilateral
an sputum BTA positif,
iberikan terapi kategori I (Fase Intensif
engan 4 macam obat : INH, Rifampisin, Pirazinami
, Etambutol selama2 bulan
an
iikuti
engan fase lanjutan selama 4 bulan
engan 2 macam oabat : INH
an Rifampisin). Pa
a pasien
engan pleuritis TB soliter harus
iterapi
engan INH, Rifampisin
an Pirazinami
selama 2 bulan
iikuti
engan terapi INH
an rifampin selama 4 bulan.2
Follow-up Follow-up i
ealnya
ilaksanakan
engan interval sebagai berikut: 2 minggu setelah awal pengobatan, akhir fase intensif (bulan ke
ua),
an setiap 2 bulan hingga pengobatan selesai.3 Beberapa poin penting
alam follow-up a
alah seba
gai berikut: 7
Pa a follow-up, osis obat isesuaikan engan peningkatan berat ba an. Pemeriksaan
ahak mikroskopik pa
a bulan ke
ua harus
ilakukan untuk anak yang pa
a saat
iagnosis awal pemeriksaan
ahak mikroskopiknya positif.
X-ray
a
a ti
ak
ibutuhkan
alam follow-up. Setelah pengobatan
imulai, ka
anggejala TB atau gambaran X-ray
a
a
menja
i lebih parah. Hal ini umumnya terja
i seiring peningkatan kekebalan
10
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
12/16
tubuh karena perbaikan gizi, pengobatan TB itu sen
iri, atau terapi antiviral pa
a anak
engan HIV. Pengobatan TB harus
ilanjutkan, walaupun
alam sebagian kasus kortikosteroi
mungkin
ibutuhkan.3
Efek Samping Pengobatan Efek samping pengobatan TB lebih jarang terja
i pa
a anak
iban
ingkan pa
a pasien
ewasa. Efek samping yang paling penting a
alah keracunan pa
a hati (hepatotoksisitas) yang
apat
isebabkan oleh isoniazi
, rifampisin,
an pirazinami
. Ti
ak a
a anjuran untuk memeriksa ka
ar enzim hati secara rutin karena peningkatan enzim yang ringan (< 5 kali ka
ar normal) bukanlah in
ikasi untuk menghentikan pengobatan. Namun jika terja
i nyeri hati, pembesaran hati, atau menguningnya kulit, ka
ar enzim hati harus
iperiksa,
iikuti penghentian obat-obatan yang hepatotoksik hingga fungsi hati normal kembali. Jika pengobatan TB harus tetap
ilanjutkan pa
a kasus-kasus yang berat, maka yang
igunakan haruslah obat-obatan yang ti
ak bersifat hepatotoksik.3 Isoniazi
apat menyebabkan
efisiensi vitamin B6 (piri
oksin) pa
a kon
isi tertentu sehingga suplemen vitamin B6
irekomen
asikan pa
a anak yang kurang gizi, anak yang terinfeksi HIV,bayi yang masih menyusu ASI,
an remaja yang hamil.3
Bacille Calmette-Gurin (BCG) Worl
Health Organization (WHO) merekomen
asikan vaksinasi Bacille Calmette-Gurin (BCG) segera setelah bayi lahir
i negara-negara
engan prevalensi TB yang tinggi. Negara
engan prevalensi TB tinggi a
alah semuanegara yang ti
ak termasuk
alam prevalensi TB ren
ah.3 Se
angkan kriteria negara
engan prevalensi TB ren
ah a
alah sebagai berikut:
Rata-rata tahunan pelaporan TB paru-paru
engan pemeriksaan
ahak mikroskopik positif 5/100.000 selama 3 tahun terakhir
Rata-rata tahunan pelaporan meningitis TB pa
a anak
i bawah 5 tahun < 1/1.000.000 populasi selama 5 tahun terakhir
Rata-rata tahunan risiko infeksi TB 0,1%
11
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
13/16
Walaupun BCG telah
iberikan pa
a anak sejak tahun 1920-an, efektivitasnya
alampencegahan TB masih merupakan kontroversi karena kisaran keberhasilan yang
iperoleh begitu lebar (antara 0-80%). Namun a
a satu hal yang
iterima secara umum,yaitu BCG memberi perlin
ungan lebih terha
ap penyakit TB yang parah seperti TBmilier atau meningitis TB.3 Karena itu kebijakan pemberian BCG
isesuaikan
engan prevalensi TB
i suatu negara. Di negara
engan prevalensi TB yang tinggi, BCG harus
iberikan pa
a semua anak kecuali anak
engan gejala HIV/AIDS,
emikianjuga anak
engan kon
isi lain yang menurunkan kekebalan tubuh.3 Ti
ak a
a buktiyang menunjukkan bahwa vaksinasi BCG ulangan memberikan tambahan perlin
ungan,
an karena itu hal tersebut ti
ak
ianjurkan. Sebagian kecil anak (1-2%)
apat mengalami efek samping vaksinasi BCG seperti pembentukan kumpulan nanah (abses) lokal, infeksi bakteri, atau pembentukan keloi
. Sebagian besar reaksi tersebut akan menghilang
alam beberapa bulan.3
12
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
14/16
PENUTUP
Simpulan 1. Pleuritis TB a
alah TB ekstraparu ke
ua terbanyak setelah limfa
enitis TB. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (ekstrapulmonari)
iban
ingTB paru-paru
engan perban
ingan 3:1. 2. Infeksi
apat terja
i karena M. tuberculosis
an M. bovis. 3. Efusi pleura terbentuk sebagai reaksi hipersensitivitastipe lambat antigen kuman TB
alam rongga pleura. 4. Pleuritis TB
apat merupakan manifestasi
ari tuberkulosis primer atau tuberkulosis post primer (reaktivasi). 5. Pleuritis TB biasanya bermanifestasi sebagai penyakit
emam akut
isertaibatuk nonpro
uktif (94%)
an nyeri
a
a (78%) tanpa peningkatan lekosit
arah tepi. 6. Diagnosis
ilakukan
engan analisis cairan pleura
an biopsi pleura atau
engan pemeriksaan penan
a biokimia seperti : ADA, ADA isoenzim, Lisozim
an INF-d. 7. Terapi pleuritis TB pa
a
asarnya sama
engan pengobatan TB paru.
Saran 1. Perlu
ilakukan penelitian lebih lanjut tentang pleuritis TB karena masih se
ikitnya penelitian
i bi
ang ini. 2. Jika klinis pa
a anak ti
ak men
ukungperlu
ilakukan pemeriksaan mantoux test atau pemeriksaan ra
iologik. 3. Meskipun efek samping obat pa
a anak jarang terja
i, tetap perlu
iperhatikan efek samping penggunaan obat
iantaranya efek hepatotoksik.
13
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
15/16
DAFTAR PUSTAKA
1. Harun S. Efusi Pleura Tuberkulosis. http://www.kalbe.co.i
. September 2008].
[
iakses 19
2. Jati. Pleuritis Tuberkulosis. http://www.agusjati.blogspot.com. [
iakses 18 september 2008]. 3. Itqiyah N. Tuberkulosis. http://www.statcounter.com . [
iakses 19 September 2008]. 4. Alsagaff H, Mukty A. Dasar-
asar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press, 2002. 5. Anonym. Tuberculous Pleuritis. http://www.sums.ac.ir. [
iakses 19 September 2008]. 6. Rahajoe N
kk. Pe
oman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi PP IDAI : Jakarta. 2005, 51-52. 7. JeffreyR. Pleural Effusion. http://www.eme
icine.com. [
iakses 19 September 2008]. 8.Lewis B. Micobacterium Tuberculosis. http://www.phi
ias.us. [
iakses 19 September 2008].
Files of DrsMe
FK UR (http://www.Files-of-DrsMe
.tk
14
7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC
16/16