37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    1/16

    Author :

    Nova Faradilla, S. Ked

    Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009

    Files of DrsMed FK UR (http://www.Files-of-DrsMed.tk

    0

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    2/16

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Efusi pleura tuberkulosis sering ditemukan di negara berkembang termasuk di Indonesia meskipun diagnosis pasti sulit ditegakkan. Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu penyakit, sebab itu hendaknya dicari penyebabnya.Dengan sarana yang ada, sangat sulit untuk menegakkan diagnosis efusi pleura tuberkulosis sehingga sering timbul anggapan bahwa penderita tuberkulosis paru yangdisertai dengan efusi pleura, efusi pleuranya dianggap efusi pleura tuberkulosis, sebaliknya penderita bukan tuberkulosis paru yang menderita efusi pleura, efusi pleuranya dianggap bukan disebabkan tuberkulosis.1 Gambaran klinik dan radiologik antara transudat dan eksudat bahkan antara efusi pleura tuberkulosis dan non tuberkulosis hampir tidak dapat dibedakan, sebab itu pemeriksaan laboratoriummenjadi sangat penting. Setelah adanya efusi pleura dapat dibuktikan melalui pungsi percobaan, kemudian diteruskan dengan membedakan eksudat dan transudat dan akhirnya dicari etiologinya. Apabila diagnosis efusi pleura tuberkulosis sudah ditegakkan maka pengelolaannya tidak menjadi masalah, efusinya ditangani seperti efusi pada umumnya, sedangkan tuberkulosisnya diterapi seperti tuberkulosis padaumumnya.1 Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang pentingdi dunia. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002. 3,9 juta adalah kasus BTA positif. Hampir sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. TB ekstra paru berkisar antara 9,7 sampai 46% dari semua kasus TB. Organ yang sering terlibat yaitulimfonodi, pleura, hepar dan organ gastro intestinal lainnya, organ genitourinarius, peritoneum, dan perikardium. Pleuritis TB merupakan TB ekstraparu kedua te

    rbanyak setelah limfadenitis TB. Angka kejadian pleuritis TB dilaporkan bervariasi antara 4% di USA sampai 23% di Spanyol. 2 TB pada anak dapat terjadi pada usia berapa pun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak lebih seringmengalami TB luar paru-paru (ekstrapulmonari) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3:1. Selain oleh1

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    3/16

    M. tuberkulosis dari orang dewasa atau anak lain, anak dapat terinfeksi Mikobakterium bovis dari susu sapi yang tidak dipasteurisasi.3 Sebagian besar anak yangterinfeksi M. tuberkulosis tidak menjadi sakit selama masa anak-anak. Satu-satunya bukti infeksi mungkin hanyalah tes tuberkulin kulit yang positif. Kemungkinanpaling besar anak menjadi sakit dari infeksi M. tuberculosis adalah segera setelah infeksi dan menurun seiring waktu. Jika anak yang terinfeksi menjadi sakit,sebagian besar akan menunjukkan gejala dalam jangka waktu satu tahun setelah infeksi. Namun untuk bayi, jangka waktu tersebut mungkin hanya 6-8 minggu.3

    2

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    4/16

    PLEURITIS TUBERKULOSIS

    Definisi Pleuritis TB merupakan suatu penyakit TB dengan manifestasi menumpuknyacairan di rongga paru, tepatnya di antara lapisan luar dan lapisan dalam paru.4

    Gambar 1. Rongga pleura2 Dikenal dua macam pleuritis, yaitu yang kering dan basah. Di Indonesia paling sering dijumpai radang selaput paru yang basah. Di duniakedokteran dinamakan Pleuritis eksudatifa atau Efusi Pleura.

    Patofisiologi Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1-20 ml. Cairan di dalam rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksioleh pleura viseralis dan absorpsi oleh pleura parietalis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar 9 cmH20 dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis sebesar 10 cm H20.4

    3

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    5/16

    Gambar 2. Efusi Pleura karena Infeksi Tuberkulosis5

    Efusi pleura terbentuk sebagai reaksi hipersensitivitas tipe lambat antigen kuman TB dalam rongga pleura. Antigen ini masuk ke dalam rongga pleura akibat pecahnya fokus subpleura. Rangsangan pembentukan cairan oleh pleura yang terkait dengan infeksi kuman TB.6 Pleuritis TB dapat merupakan manifestasi dari tuberkulosisprimer atau tuberkulosis post primer (reaktivasi). Pleuritis TB dianggap sebagaimanifestasi TB primer yang banyak terjadi pada anak-anak. Pada tahun-tahun terakhir ini, umur rata-rata pasien dengan pleuritis TB primer telah meningkat. Hipotesis terbaru mengenai pleuritis TB primer menyatakan bahwa pada 6-12 minggu setelah infeksi primer terjadi pecahnya fokus kaseosa subpleura ke kavitas pleura.Antigen mikobakterium TB memasuki kavitas pleura dan berinteraksi dengan sel T yang sebelumnya telah tersensitisasi mikobakteria, hal ini berakibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang menyebabkan terjadinya eksudasi oleh karena meningkatnya permeabilitas dan menurunnya klirens sehingga terjadi akumulasi cairan di kavitas pleura. Cairan efusi ini secara umum adalah eksudat tapi dapat juga berupa serosanguineous dan biasanya mengandung sedikit basil TB. Beberapa kriteria yang mengarah ke pleuritis TB primer:2 Adanya data tes PPD positif baru4

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    6/16

    Rontgen thorax dalam satu tahun terakhir tidak menunjukkan adanya kejadian tuberkulosis parenkim paru Adenopati hilus dengan atau tanpa penyakit parenkim. Umumnya, efusi yang terjadi pada pleuritis TB primer berlangsung tanpa

    diketahui dan proses penyembuhan spontan terjadi pada 90% kasus. Pleuritis TB dapat berasal dari reaktivasi atau TB post primer. Reaktivasi dapat terjadi jika stasus imunitas pasien turun. Pada kasus Pleuritis TB rekativasi, dapat dideteksiTB parenkim paru secara radiografi dengan CT scan pada kebanyakan pasien. Infiltrasi dapat terlihat pada lobus superior atau segmen superior dari lobus inferior. Bekas lesi parenkim dapat ditemukan pada lobus superior, hal inilah yang khaspada TB reaktivasi. Efusi yang terjadi hampir umumnya ipsilateral dari infiltrat dan merupakan tanda adanya TB parenkim yang aktif. Efusi pada pleuritis TB dapat juga terjadi sebagai akibat penyebaran basil TB secara langsung dari lesi kavitas paru, dari aliran darah dan sistem limfatik pada TB post primer (reaktivasi). Penyebaran hematogen terjadi pada TB milier. Efusi pleura terjadi 10-30% darikasus TB miler. Pada TB miler, efusi yang terjadi dapat masif dan bilateral. PPD test dapat negatif dan hasil pemerikasaan sputum biasanya jadi negatif.2

    Manifestasi Klinis Pleuritis TB biasanya bermanifestasi sebagai penyakit demam akut disertai batuk nonproduktif (94%) dan nyeri dada (78%) tanpa peningkatan lekosit darah tepi. Penurunan berat badan dan malaise bisa dijumpai, demikian jugamenggigil. Sebagian besar efusi pleura TB bersifat unilateral (95%), lebih serin

    g di sisi kanan. Jumlah cairan efusi bervariasi dari sedikit hingga banyak, meliputi setengah dari hemitoraks. Jumlah maupun lokasi terjadinya efusi tidak mempengaruhi prognosis.6 Dari gambaran radiologis bisa dijumpai kelainan parenkim paru. Bila kelainan paru terjadi di lobus bawah maka efusi pleura terkait dengan proses infeksi TB primer. Dan bila kelainan paru di lobus atas, maka kemungkinan besar merupakan TB pasca primer dengan reaktivasi fokus lama. Efusi pleura hampirselalu terjadi di sisi yang sama dengan kelainan parenkim parunya.65

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    7/16

    Adanya efusi pleura memberikan kelainan pada hemitoraks yang sakit dengan pergerakan pernapasan yang tertinggal, cembung, ruang antar iga yang melebar dan mendatar, getaran nafas pada perabaan menurun, trakea yang terdorong, suara ketuk yang redup dan menghilangnya suara pernapasan pada pemeriksaan auskultasi. Gambaranradiologik : posterior anterior (PA) terdapat kesuraman pada hemithorax yang terkena efusi, dari foto thorax lateral dapat diketahui efusi pleura di depan ataudi belakang, sedang dengan pemeriksaan lateral dekubitus dapat dilihat gambaranpermukaan datar cairan terutama untuk efusi pleura dengan cairan yang minimal.1

    Gambar 3. Efusi Pleura dextra7 Spesimen diagnostik utama efusi pleura TB adalahcairan pleura dan jaringan pleura. Biakan TB dari cairan pleura positif pada sekitar 42% kasus, dan dari biopsi positif sekitar 54%. Beberapa uji khusus sepertikadar adenosine deaminase (ADA) dalam cairan pleura, interferon g, dan konsentrasi lisosim telah diteliti pada dia

    nostik efusi pleura TB namun belum di

    unakan secara rutin. Terapi pleuritis TB sama den an terapi TB paru. Bila respons terhadap terapi baik, suhu turun dalam 2 min

    u terapi, serta cairan pleura diserap dalam 6 min u. Namun pada beberapa pasien demam dapat berlan sun hin a 2 bulan,dan penyerapan cairan memerlukan waktu hin

    a 4 bulan. Steroid dapat memperpendek fase demam dan mempercepat penyerapan cairan serta mence ah perlekatan, walaupun rasio manfaat dan risiko pen

    unaannnya belum diketahui pasti. Drainase cairan pleura secara rutin tampaknya tidak mempen aruhi hasil6

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    8/16

    akhir jan ka panjan . Penebalan pleura seba ai sisa penyakit dapat terjadi pada50% kasus.6

    Dia nosis Pleuritis TB tidak selalu mudah didia nosis, karena tidak selalu ada ambaran khas seperti adanya eksudat yan kaya limfosit pada cairan efusi, ranuloma nekrotik kaseosa pada biopsi pleura, hasil positif dari pewarnaan Ziehl Neelsen atau kultur Lowenstein dari cairan efusi atau jarin an sampel dan sensitivitas kulit terhadap PPD. Dia

    nosis dari pleuritis TB secara umum dite

    akkan den

    ananalisis cairan pleura dan biopsi pleura. Pada tahun-tahun terakhir ini, beberapa penelitian meneliti adanya penanda biokimia dan limfokin lain seperti ADA, ADA isoenzim, Lisozim, INF-d

    an limfokin lainnya untuk meningkatkan efisiensi

    iagnosis.2 Hasil torakosintesis efusi pleura

    ari pleuritis TB primer mempunyai karakteristik cairan eksu

    at

    engan total kan

    ungan protein pa

    a cairan pleura >30g/

    L, rasio LDH cairan pleura

    iban

    ing serum > 0,5

    an LDH total cairan pleura >200U. Cairan pleura mengan

    ung

    ominan limfosit (sering lebih

    ari 75%

    ari semuamateri seluler), sering

    ikiuti

    engan ka

    ar glukosa yang ren

    ah. Sayangnya,

    ari kharakteristik

    iatas ti

    ak a

    a yang spesifik untuk tuberkulosis, kea

    aan lain juga menunjukkan karakteristik yang hampir mirip seperti efusi parapnemonia, keganasan,

    an penyakit rheumatoi

    yang menyerang pleura.2 Hasil pemeriksaan BTAcairan pleura jarang menunjukkan hasil positif (01%). Isolasi M. tuberkulosis

    ari kultur cairan pleura hanya

    i

    apatkan pa

    a 2040% pasien pleuritis TB. Hasil pemeriksaan BTA

    an kultur yang negatif

    ari cairan pleura ti

    ak mengekslusi kemungkinan pleuritis TB. Hasil pemeriksaan BTA pa

    a sputum jarang positif pa

    a kasus primer

    an kultur menunjukkan hasil positif hanya pa

    a 25-33% pasien. Sebalikn

    ya, pa

    a kasus reaktivasi pemeriksaan BTA sputum positif pa

    a 50% pasien

    an kultur positif pa

    a 60% pasien.2

    7

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    9/16

    Gambar 4. Mikobakterium Tuberkulosis8

    Hasil tes tuberkulin yang positif men

    ukung penegakkan

    iagnosis pleuritis TB

    i

    aerah

    engan prevalensi TB yang ren

    ah (atau ti

    ak

    ivaksinasi), akan tetapi hasil tes tuberkulin negatif

    apat terja

    i pa

    a sepertiga pasien.2

    Gambar 5. Mantoux Test8

    Biopsi pleura parietal telah menja

    i tes

    iagnositik yang paling sensitif untukpleuritis TB. Pemeriksaan histopatologis jaringan pleura menunjukkan pera

    angangranulomatosa, nekrosis kaseosa,

    an BTA positif. Hasil biopsi perlu

    iperiksa secara PA, pewarnaan BTA

    an kultur. Beberapa penelitian meneliti aktivitas ADA (a

    enosin

    eaminase) untuk men

    iagnosis pleuritis TB. Disebutkan bahwa ka

    ar ADA> 70 IU/L

    alam cairan pleura sangat menyokong ke arah TB, se

    angkan ka

    ar < 40IU/L mengekslusi

    iagnosis. Sebuah meta analisis

    ari 40 penelitian yang

    iterbitkan sejak tahun 1966 sampai 19998

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    10/16

    menyimpulkan bahwa tes aktivitas ADA (sensitivitas berkisar antara 47,1 sampai 100%

    an spesifitas berkisar antara 0-100%)

    alam men

    iagnosis pleuritis TB sangat baik (cukup baik untuk menghin

    ari

    ilakukannya biopsi pleura pa

    a pasien mu

    a

    ari

    aerah

    engan prevalensi TB yang tinggi), sebuah sitokin yang mempunyai hubungan

    engan terapi, terbukti INF-d mempunyai hubungan yang erat

    engan efusi pleura yang

    isebabkan oleh karena TB (menggunakan cut off point 140 pg/ml

    alam cairan pleura) mempunyai sensitivitas 85,7%

    an spesifitas 97,1% pa

    a pasien

    engan pleuritis TB.2 Pemeriksaan

    engan PCR (Polymerase Chain Reaction)

    i

    asarkan pa

    a amplifikasi fragmen DNA mikobakterium. Karena efusi pa

    a pleuritis TB mengan

    ung se

    ikit basil TB, secara teori sensitivitasnya

    apat

    itingkatkan mengunakan PCR. Banyak penelitian yang mengevaluasi efikasi PCR untuk men

    iagnosis pleuritis TB

    an menunjukkan bahwa sensitivitas berkisar antara 20-90%

    an spesifitasantara 78-100%.2

    Terapi Perjalanan alamiah

    ari efusi pleura TB yang ti

    ak

    iterapi akan terja

    iresolusi spontan

    alam 4-16 minggu

    engan a

    anya kemungkinan perkembangan TB paru aktif atau TB ekstraparu pa

    a 43-65% pasien. Data ini menyimpulkan pentingnya

    iagnosis

    an terapi yang tepat untuk kasus ini. Pasien

    engan HIV/AIDS

    an pleuritis TB

    iterapi sama

    engan pasien yang HIV negatif. Thorakosintesis berulangti

    ak

    iperlukan ketika

    iagnosis telah

    apat

    itegakkan

    an terapi telah

    imulai, tapi thorakosintesis mungkin

    iperlukan untuk mengurangi gejala. Penggunaan kortikosteroi

    menurut review metaanalisis Cochrane menunjukkan kurangnya

    ata yang men

    ukung bahwa kortikosteroi

    efektif pa

    a Pleuritis TB.2 Tujuan utama pengobatan TB pa

    a anak a

    alah: 3

    Membunuh sebagian besar bakteri

    engan cepat untuk mencegah perkembangan penyakit an penularan

    Menghasilkan kesembuhan permanen engan membunuh bakteri yang ti ak aktif sehingga ti

    ak akan menimbulkan kekambuhan

    Mencapai 2 tujuan

    i atas

    engan efek samping seminimal mungkin

    9

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    11/16

    Mencegah terbentuknya bakteri yang resisten terha

    ap obat TB

    engan menggunakankombinasi obat. Rekomen

    asi regimen

    an

    osis pengobatan TB pa

    a anak-anak sama

    engan pa

    a pasien

    ewasa. Hal ini

    itujukan untuk menghin

    ari kebingungan

    an meningkatkan kepatuhan terha

    ap pengobatan. Namun tetap a

    a beberapa perbe

    aan antara anak

    an

    ewasa yang mempengaruhi pilihan jenis obat.3 Pengobatan TB

    ibagi

    alam 2 fase: intensif

    an lanjutan. Fase intensif

    itujukan untuk membunuh sebagian besar bakteri secara cepat

    an mencegah resistensi obat. Se

    angkan fase lanjutan bertujuan untuk membunuh bakteri yang ti

    ak aktif. Fase lanjutan menggunakan lebih se

    ikit obat karena sebagian besar bakteri telah terbunuh sehingga risiko pembentukan bakteri yang resisten terha

    ap pengobatan menja

    i kecil.3 Ber

    asarkan pe

    oman tata laksana DOTS, pasien

    engan sakit berat yang luas atau a

    anyaefusi pleura bilateral

    an sputum BTA positif,

    iberikan terapi kategori I (Fase Intensif

    engan 4 macam obat : INH, Rifampisin, Pirazinami

    , Etambutol selama2 bulan

    an

    iikuti

    engan fase lanjutan selama 4 bulan

    engan 2 macam oabat : INH

    an Rifampisin). Pa

    a pasien

    engan pleuritis TB soliter harus

    iterapi

    engan INH, Rifampisin

    an Pirazinami

    selama 2 bulan

    iikuti

    engan terapi INH

    an rifampin selama 4 bulan.2

    Follow-up Follow-up i

    ealnya

    ilaksanakan

    engan interval sebagai berikut: 2 minggu setelah awal pengobatan, akhir fase intensif (bulan ke

    ua),

    an setiap 2 bulan hingga pengobatan selesai.3 Beberapa poin penting

    alam follow-up a

    alah seba

    gai berikut: 7

    Pa a follow-up, osis obat isesuaikan engan peningkatan berat ba an. Pemeriksaan

    ahak mikroskopik pa

    a bulan ke

    ua harus

    ilakukan untuk anak yang pa

    a saat

    iagnosis awal pemeriksaan

    ahak mikroskopiknya positif.

    X-ray

    a

    a ti

    ak

    ibutuhkan

    alam follow-up. Setelah pengobatan

    imulai, ka

    anggejala TB atau gambaran X-ray

    a

    a

    menja

    i lebih parah. Hal ini umumnya terja

    i seiring peningkatan kekebalan

    10

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    12/16

    tubuh karena perbaikan gizi, pengobatan TB itu sen

    iri, atau terapi antiviral pa

    a anak

    engan HIV. Pengobatan TB harus

    ilanjutkan, walaupun

    alam sebagian kasus kortikosteroi

    mungkin

    ibutuhkan.3

    Efek Samping Pengobatan Efek samping pengobatan TB lebih jarang terja

    i pa

    a anak

    iban

    ingkan pa

    a pasien

    ewasa. Efek samping yang paling penting a

    alah keracunan pa

    a hati (hepatotoksisitas) yang

    apat

    isebabkan oleh isoniazi

    , rifampisin,

    an pirazinami

    . Ti

    ak a

    a anjuran untuk memeriksa ka

    ar enzim hati secara rutin karena peningkatan enzim yang ringan (< 5 kali ka

    ar normal) bukanlah in

    ikasi untuk menghentikan pengobatan. Namun jika terja

    i nyeri hati, pembesaran hati, atau menguningnya kulit, ka

    ar enzim hati harus

    iperiksa,

    iikuti penghentian obat-obatan yang hepatotoksik hingga fungsi hati normal kembali. Jika pengobatan TB harus tetap

    ilanjutkan pa

    a kasus-kasus yang berat, maka yang

    igunakan haruslah obat-obatan yang ti

    ak bersifat hepatotoksik.3 Isoniazi

    apat menyebabkan

    efisiensi vitamin B6 (piri

    oksin) pa

    a kon

    isi tertentu sehingga suplemen vitamin B6

    irekomen

    asikan pa

    a anak yang kurang gizi, anak yang terinfeksi HIV,bayi yang masih menyusu ASI,

    an remaja yang hamil.3

    Bacille Calmette-Gurin (BCG) Worl

    Health Organization (WHO) merekomen

    asikan vaksinasi Bacille Calmette-Gurin (BCG) segera setelah bayi lahir

    i negara-negara

    engan prevalensi TB yang tinggi. Negara

    engan prevalensi TB tinggi a

    alah semuanegara yang ti

    ak termasuk

    alam prevalensi TB ren

    ah.3 Se

    angkan kriteria negara

    engan prevalensi TB ren

    ah a

    alah sebagai berikut:

    Rata-rata tahunan pelaporan TB paru-paru

    engan pemeriksaan

    ahak mikroskopik positif 5/100.000 selama 3 tahun terakhir

    Rata-rata tahunan pelaporan meningitis TB pa

    a anak

    i bawah 5 tahun < 1/1.000.000 populasi selama 5 tahun terakhir

    Rata-rata tahunan risiko infeksi TB 0,1%

    11

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    13/16

    Walaupun BCG telah

    iberikan pa

    a anak sejak tahun 1920-an, efektivitasnya

    alampencegahan TB masih merupakan kontroversi karena kisaran keberhasilan yang

    iperoleh begitu lebar (antara 0-80%). Namun a

    a satu hal yang

    iterima secara umum,yaitu BCG memberi perlin

    ungan lebih terha

    ap penyakit TB yang parah seperti TBmilier atau meningitis TB.3 Karena itu kebijakan pemberian BCG

    isesuaikan

    engan prevalensi TB

    i suatu negara. Di negara

    engan prevalensi TB yang tinggi, BCG harus

    iberikan pa

    a semua anak kecuali anak

    engan gejala HIV/AIDS,

    emikianjuga anak

    engan kon

    isi lain yang menurunkan kekebalan tubuh.3 Ti

    ak a

    a buktiyang menunjukkan bahwa vaksinasi BCG ulangan memberikan tambahan perlin

    ungan,

    an karena itu hal tersebut ti

    ak

    ianjurkan. Sebagian kecil anak (1-2%)

    apat mengalami efek samping vaksinasi BCG seperti pembentukan kumpulan nanah (abses) lokal, infeksi bakteri, atau pembentukan keloi

    . Sebagian besar reaksi tersebut akan menghilang

    alam beberapa bulan.3

    12

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    14/16

    PENUTUP

    Simpulan 1. Pleuritis TB a

    alah TB ekstraparu ke

    ua terbanyak setelah limfa

    enitis TB. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (ekstrapulmonari)

    iban

    ingTB paru-paru

    engan perban

    ingan 3:1. 2. Infeksi

    apat terja

    i karena M. tuberculosis

    an M. bovis. 3. Efusi pleura terbentuk sebagai reaksi hipersensitivitastipe lambat antigen kuman TB

    alam rongga pleura. 4. Pleuritis TB

    apat merupakan manifestasi

    ari tuberkulosis primer atau tuberkulosis post primer (reaktivasi). 5. Pleuritis TB biasanya bermanifestasi sebagai penyakit

    emam akut

    isertaibatuk nonpro

    uktif (94%)

    an nyeri

    a

    a (78%) tanpa peningkatan lekosit

    arah tepi. 6. Diagnosis

    ilakukan

    engan analisis cairan pleura

    an biopsi pleura atau

    engan pemeriksaan penan

    a biokimia seperti : ADA, ADA isoenzim, Lisozim

    an INF-d. 7. Terapi pleuritis TB pa

    a

    asarnya sama

    engan pengobatan TB paru.

    Saran 1. Perlu

    ilakukan penelitian lebih lanjut tentang pleuritis TB karena masih se

    ikitnya penelitian

    i bi

    ang ini. 2. Jika klinis pa

    a anak ti

    ak men

    ukungperlu

    ilakukan pemeriksaan mantoux test atau pemeriksaan ra

    iologik. 3. Meskipun efek samping obat pa

    a anak jarang terja

    i, tetap perlu

    iperhatikan efek samping penggunaan obat

    iantaranya efek hepatotoksik.

    13

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    15/16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Harun S. Efusi Pleura Tuberkulosis. http://www.kalbe.co.i

    . September 2008].

    [

    iakses 19

    2. Jati. Pleuritis Tuberkulosis. http://www.agusjati.blogspot.com. [

    iakses 18 september 2008]. 3. Itqiyah N. Tuberkulosis. http://www.statcounter.com . [

    iakses 19 September 2008]. 4. Alsagaff H, Mukty A. Dasar-

    asar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press, 2002. 5. Anonym. Tuberculous Pleuritis. http://www.sums.ac.ir. [

    iakses 19 September 2008]. 6. Rahajoe N

    kk. Pe

    oman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi PP IDAI : Jakarta. 2005, 51-52. 7. JeffreyR. Pleural Effusion. http://www.eme

    icine.com. [

    iakses 19 September 2008]. 8.Lewis B. Micobacterium Tuberculosis. http://www.phi

    ias.us. [

    iakses 19 September 2008].

    Files of DrsMe

    FK UR (http://www.Files-of-DrsMe

    .tk

    14

  • 7/26/2019 37977715 Belibis A17 Plejjuritis TBC

    16/16