Upload
vandien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
47
ANALISIS BRAND LOYALTY TERHADAP MEREK
DETERJEN RINSO, ATTACK DAN DAIA (Studi Kasus pada Ibu-Ibu Perumahan Griya Genteng Mulya I
Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi)
Fendi Ahmadi,SE.
Alumni Program S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Jember
Jl.Karimata No.49 Jember-Jawa Timur
Drs. Agung Muljono, MM.
Staf Pengajar
Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Jember
Jl.Karimata No.49 Jember-Jawa Timur
ABSTRAKSI
Berbagai merek deterjen ditawarkan oleh produsen, seperti jenis bubuk dan krim. Perusahaan-
perusahaan yang bergerak dibidang tersebut berpacu untuk memproduksi deterjen yang sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan juga bersaing dalam mempromosikan produknya dengan
menonjolkan kelebihannyaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat loyalitas ibu-ibu perumahan
Griya Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi terhadap deterjen merek Rinso, Attack dan
Daia. Nilai tingkatan brand loyalty pada deterjen Rinso dan Attack menunjukkan tingkat loyalitas merek yang
kuat kecuali pada tingkat committed buyer. Namun berbeda dengan tingkat brand loyalty pada deterjen Daia
yang menunjukkan tingkat loyalitas yang belum terlalu kuat, terutama pada tingkat switcher buyer yang
persentasenya masih tinggi dan sebaliknya pada tingkat committed buyer yang masih terlalu rendah
Kata-kata Kunci : brand loyalty, committed buyerswitcher buyer
ABSTRACTION
Various brands of detergent are offered by manufacturers, such as the types of powders and creams.
The companies engaged in the race to produce a detergent that suits your needs and desires of consumers. The
company also competes in promoting their products by highlighting kelebihannyaTujuan this study was to
determine the level of loyalty of mothers housing Griya Mulya I Tile Roof Banyuwangi District of Rinso
detergent brand, Attack and Daia. Levels of brand loyalty on value Rinso detergent and Attack shows a strong
degree of brand loyalty but on the level of committed buyers. However, different levels of brand loyalty in the
detergent Daia which shows the level of loyalty that has not been too strong, especially at the level switcher is
still a high percentage of buyers and vice versa at the level of committed buyers are still too low
Key words: brand loyalty, committed buyer buyerswitcher
I.PENDAHULUAN
Dunia usaha khususnya pada bagian
pemasaran, saat ini mengalami persaingan yang
semakin meningkat. Pemasaran mempengaruhi
hampir semua segi di kehidupan sehari-hari dan
memegang peranan yang sangat besar dalam
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Jadi suatu
sistem pemasaran yang efektif adalah penting bagi
masa depan bangsa. Konsep pemasaran
menempatkan pembeli sebagai pusat kegiatan
pemasaran. Hal ini berarti bahwa kebutuhan dan
keinginan pembeli harus dimasukkan ke dalam
produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Sedangkan pembeli dengan sumber-sumber yang
terbatas akan memaksimalkan kepuasan mereka.
Bagi perusahaan, pemasaran tidak hanya sekedar
menjual dan memasang iklan atau mencari
keuntungan semata, tetapi lebih mengarah pada
pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen.
Seiring dengan majunya peradaban manusia dan
perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat maka
akan membawa perubahan terhadap perilaku
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
48 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
kehidupan manusia baik secara individual maupun
sosial. Termasuk membawa pengaruh terhadap
perilaku dan pola hidup konsumen dalam memilih
barang dan tempat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Merek adalah nama, istilah, tanda,
lambang, atau desain atau kombinasinya yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi suatu produk
barang atau jasa dari seorang penjual atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari
barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing (Kotler
dan Amstrong, 2006:275). Sebenarnya merek
merupakan nilai tangible dan intangible yang
terwakili dalam sebuah merek dagang yang mampu
menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri bila
diatur dengan tepat.Merek memegang peranan
sangat penting, yaitu menjembatani harapan
konsumen terhadap janji-janji yang ditawarkan oleh
perusahaan, sehingga akan terdapat ikatan
emosional antara konsumen dengan perusahaan
sebagai penghasil produk melalui merek, para
pesaing menawarkan produk yang sama tetapi tidak
mungkin menawarkan janji emosional yang sama
kepada konsumen. Dengan pemberian merek lalu
konsumen membeli, menggunakan produk merek
tersebut kemudian mengalami perasaan positif
(Positive feeling), maka merek tersebut memberikan
nilai emosional.
Produk dengan ekuitas merek (brand equity)
yang kuat dapat membentuk landasan merek (brand platform) yang kuat dan mampu mengembangkan
keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun
dalam rangka waktu yang lama. Brand Loyalty yang
telah diperkuat merupakan hal penting dalam
merespon inovasi yang dilakukan para pesaing dan
hal ini akan menimbulkan dampak yang sangat
signifikan terhadap produk yang akan dipasarkan
secara kuantitas maupun kepuasan yang dirasakan
oleh para pemakai produk atau konsumen (Darmadi
Durianto, dkk, 2004:6). Semakin kuat ekuitas merek
(brand equity) suatu produk maka semakin kuat pula
daya tariknya dimata konsumen untuk
mengkonsumsi produk tersebut, yang selanjutnya
membuat konsumen melakukan pembelian dan
mengantarkan perusahaan untuk meraih keuntungan
dari waktu ke waktu. Berbagai merek deterjen
ditawarkan oleh produsen, seperti jenis bubuk dan
krim. Perusahaan-perusahaan yang bergerak
dibidang tersebut berpacu untuk memproduksi
deterjen yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Perusahaan juga bersaing
dalam mempromosikan produknya dengan
menonjolkan kelebihannya.Salah satu jenis produk
deterjen yang beredar di pasaran adalah produk
deterjen jenis bubuk yang terkenal diantaranya
adalah Rinso, Attack dan Daia. Ketiga merek
tersebut merupakan deterjen yang sering dipakai
oleh ibu-ibu rumah tangga. Perumahan Griya
Genteng Mulya I merupakan daerah yang tepat
untuk memasarkan produk deterjen jenis bubuk
Rinso, Attack dan Daia. Alasan dipilihnya
perumahan Griya Genteng Mulya I karena
penduduknya bermata pencaharian heterogen
dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda
sehingga kebutuhan rumah tangga khususnya
deterjen akan berbeda-beda pula. Hal ini terperinci
dalam tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1
Data mata pencaharian dan populasi perumahan Griya Genteng Mulya 1
RT Mata Pencaharian
Populasi PNS Pegawai Swasta Wiraswasta
I 18 6 10 34
II 9 12 11 32
III 15 11 26 52
IV 10 14 28 52
V 6 16 39 61
Jumlah 58 59 114 231
Sumber : masing-masing ketua RT perumahan Griya Genteng Mulya 1.
Tabel .2
Data hasil pendapatan populasi perumahan Griya Genteng Mulya 1
Pendapatan Jumlah responden
< 1 juta per bulan 44
1 juta – 5 juta per bulan 169
> 5 juta per bulan 18
Jumlah populasi 231
Sumber : masing-masing ketua RT perumahan Griya Genteng Mulya 1.
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 49
Untuk mempertahankan ketiga eksistensi produk
deterjen tersebut, maka perlu diadakan evaluasi
tentang tingkat loyalitas konsumen dari setiap merek
deterjen Rinso, Attack dan Daia sehingga dapat
membentuk citra merek (brand image) dalam benak
konsumen dari produk deterjen tersebut tetap
terjaga.Fenomena persaingan yang ada pada
deterjen Rinso, Attack dan Daia mengarahkan ke
sistem perekonomian dimana mekanisme pasar
memposisikan pemasar untuk selalu
mengembangkan dan merebut pangsa pasar (market
share). Salah satu asset untuk mencapai keadaan
tersebut adalah merek (brand). Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan, maka
penelitian ini diberi judul ”Analisis Brand Loyalty
Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia.
(Studi Kasus Pada Ibu-Ibu Perumahan Griya
Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten
Banyuwangi)”Berdasarkan uraian dari latar
belakang, maka perumusan masalah yang diambil
adalah “Bagaimana tingkat loyalitas ibu-ibu
perumahan Griya Genteng Mulya I Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi terhadap deterjen
merek Rinso, Attack dan Daia?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat loyalitas ibu-ibu perumahan Griya Genteng
Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten
Banyuwangi terhadap deterjen merek Rinso, Attack
dan Daia. Adapun kegunaan yang diharapkan
penulis adalah :
1. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini akan dapat
memberikan masukan dan memberikan
sumbangan pikiran bagi perusahaan yang
berkaitan dengan brand loyalty yang
mengakibatkan membentuk brand image (citra
merek) pada produk deterjen merek Rinso,
Attack dan Daia.
2. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah informasi dan pengetahuan
khususnya di bidang Ilmu Manajemen sub
bidang Manajemen Pemasaran.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Dita Afiani Saputri (2005) “Analisis Asosiasi
Merek Pada Produk Shampoo di Kalangan
Mahasiswa S1 Non Reguler Fakultas Ekonomi
Universitas Jember”. Merek yang digunakan adalah
adalah shampoo Pantene, Rejoice dan
Head&Shouder. Alat analisis yang digunakan
adalah reliabilitas rata-rata dan standar deviasi,
spearman brown dan test Cochran. Teknik
Berdasarkan pengujian test cochran diperoleh
bahwa yang melekat pada shampoo merek Pantene
adalah harga terjangkau, mudah diperoleh, banyak
pilihan sesuai kondisi rambut, merek shampoo
sudah dikenal, shampoo dengan kemasan ekonomis,
dan menghaluskan helai rambut. Asosiasi yang
melekat pada shampoo merek Rejoice adalah harga
terjangkau, mudah diperoleh, banyak pilihan sesuai
kondisi rambut, merek sudah dikenal, aman
digunakan setiap hari, shampoo dengan harum tahan
lama dan shampoo dengan kemasan ekonomis.
Asosiasi yang melekat pada shampoo merek
Head&Shouder adalah harga terjangkau, mudah
diperoleh, merek sudah dikenal, shampoo dengan
harum taham lama dan shampoo dengan kemasan
ekonomis.
Siswo Prayitno (2008) “ Analisis Brand Loyalty
pada Konsumen Ponsel Merek Nokia dan Sony
Ericsson Di Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jember“. Merek yang digunakan
adalah Nokia dan Sony Ericsson. Alat analisis yang
digunakan adalah rata-rata dan standart deviasi,
brand switching pattern matrix, piramida brand
loyalty. Hasil penelitiannya adalah bahwa responden
memiliki tingkat loyalitas yang tinggi untuk merek
Nokia dan Sony Ericsson.
Pemasaran Dan Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran terjadi apabila sekurang-
kurangnya satu pihak dalam pertukaran potensial
mencurahkan pikiran pada sasaran dan sarana untuk
mendapatkan tanggapan dari pihak lain.Pemasaran
adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian
proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan
memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan pemangku
kepentingannya (Philip Kotler dan Kevin Lane
Keller, 2008:5).
Definisi pemasaran didasarkan pada konsep-
konsep inti berikut : kebutuhan, keinginan dan
permintaan, produk, utilitas, nilai dan kepuasan,
pertukaran, transaksi dan hubungan pasar,
pemasaran dan pemasar. Konsep-konsep ini
digambarkan pada gambar .1.
Gambar 1: Konsep Inti Pemasaran
Sumber : Philip Kotler (2000:11)
Pertukaran,
transaksi dan
hubungan
Nilai, biaya
dan
kepuasan
PRODUK
Kebutuhan,
keinginan dan
permintaan
Pemasaran
dan pemasar
PASAR
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
50 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
Berdasarkan definisi konsep inti pemasaran
disimpulkan bahwa pemasaran mencakup usaha suatu
individu, kelompok atau badan usaha yang dimulai
dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan
salah satu pokok kegiatan perusahaan untuk mencari
laba dalam upaya mempertahankan kelangsungan
usahanya.
Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah suatu kombinasi yang
memberikan hasil maksimal dari unsur-unsur product,
price, place dan promotion (Buchari Alma,
2010:294). Antara lain seperti kualitas barang, harga
jual aktivitas dari penyalurnya, promosi penjualan.
Namun ada pula faktor yang tidak dikuasai oleh
perusahaan, misalnya peraturan pemerintah, tingkat
persaingan, daya beli penduduk, munculnya barang
pengganti, adanya tindakan dari pesaing dan
sebagainya. Marketing mix sebagaimana yang sudah
kita kenal dan umumnya diterapkan pada pemasaran
barang teridri dari 4 variabel yaitu :
1. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke sebuah pasar untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhan. Produk yang
ditawarkan meliputi barang, jasa, tempat,
organisasi, dan gagasan. Dalam produk terdapat
tingkatan yang harus diketahui oleh pasar antara
lain (1) Manfaat inti yaitu produk / manfaat dasar
yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan. (2)
pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi
produk dasar.(3) produk yang diharapkan. (4)
menyiapkan produk yang ditingkatkan yang
memenuhi keinginan pelanggan melampaui
harapan mereka. (5) terdapat produk potensial
yang mencakup semua peningkatan dan
transformasi yang akhirnya akan dialami produk
tersebut di masa depan.
2. Harga merupakan nilai suatu produk yang dapat
diukur dengan uang. Setiap orang yang ingin
memiliki setiap produk pasti harus mengeluarkan
sejumlah uang sebagai penukar barang / jasa
tersebut. Perusahaan dapat melakukan berbagai
kebijakan penetapan harga untuk mempengaruhi /
pembelian konsumen. Salah satunya dengan
berdasarkan pasar, dimana harga ditetapkan di
atas, di bawah, atau sama dengan harga produk
saingan.
3. Tempat atau lokasi merupakan tempat yang
menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk membuat produk tersedia dan
dapat diperoleh konsumen sesuai dengan sasaran
yang dimaksud. Oleh karena itu, perusahaan harus
mengidentifikasi dan menghubungkan berbagai
komunitas konsumen dalam rangka memperlancar
pemasaran produk. Pilihan dalam penentuan lokasi
merupakan faktor yang penting dalam usaha
menarik konsumen.
4. Promosi merupakan arus informasi satu arah yang
buat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi
kepada tindakan yang menciptakan pertukaran
dalam pemasaran.
Atribut Produk
Atribut produk adalah segala sesuatu yang melekat
pada produk dan menjadi bagian dari produk itu
sendiri (Bilson Simamora,2001:167). Atribut produk
meliputi sesuatu yang terkandung di dalam produk
tersebut seperti halnya kualitas, gengsi, nilai harga
jual kembali, desain dan lain-lain.Atribut produk
meliputi segala sesuatu yang melekat pada produk
antara lain :
1. Desain Produk
Desain produk merupakan atribut yang sangat
penting untuk mempengaruhi konsumen agar
dapat menarik bagi mereka dan kemudian
membeli serta menggunakannya.
Desain produk yang baik dapat meningkatkan
pemasaran produk dalam berbagai hal
diantaranya:
a. Dapat mempermudah operasi pemasaran
produk.
b. Meningkatkan nilai kualitas dan keawetan
produk.
c. Menambah daya penampilan produk.
2. Kemasan Produk
Kemasan merupakan salah satu atribut produk.
Oleh karena itu, kemasan produk deterjen harus
dipilih dengan gambar, nama maupun warna
yang mudah dikenal dan sedap dipandang
(Kotler dan Amstrong, 2006:275).
3. Merek (Brand)
Merek dalam arti nama suatu jenis produk sangat
diperlukan untuk membedakan dalam pemasaran
produk dari barang-barang yang dihasilkan oleh
pesaing.
4. Label
Suatu produk di samping diberi merek, kemasan
maupun desain yang menarik juga harus
mencantumkan label. Label merupakan bagian
dari sebuah produk yang berupa keterangan atau
penjelasan mengenai produk tersebut atau
penjualnya.
Beberapa dimensi kualitas produk meliputi:
1. Kinerja (performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk
inti (core product) yang dibeli. Misalnya
kecepatan konsumsi bahan bakar, jumlah
penumpang yang dapat diangkut, kemudahan
dan kenyamanan dalam mengemudi dan
sebagainya.
2. Keistimewaan (feature)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
Misalnya kelengkapan dash board, AC, sound
system, dan sebagainya. \
3. Kehandalan (reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal dipakai. Misalnya tidak
sering ngadat/macet/rewel/rusak.
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 51
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to
specification)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan
operaasi memenuhi standar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar
keamanan dan emisi terpenuhhi seperti ukuran as
roda untuk truk tentunya harus lebih besar dari
pada mobil sedan.
5. Daya tahan (durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur
teknis maupun umur ekonomis penggunaan
mobil.
6. Estetika (asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik,
model atau desain yang artistik, warna dan
sebagainya.
Merek (Brand)
Merek adalah nama, istilah, tanda, lambang, atau
desain atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi suatu produk barang atau jasa dari
seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan
oleh pesaing (Kotler dan Amstrong, 2006:275).
Dengan brand atau merek tersebut perusahaan
mengharapkan agar konsumen mempunyai kesan
positif pada barang atau jasa yang dihasilkan (brand image).
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh
perusahaan dalam menetapkan atau memilih suatu
merek yaitu:
1. Merek mudah diingat
Dalam pemilihan suatu merek, perusahaan harus
bisa menentukan kata-kata, simbol atau gambar
yang akan menjadi citra dari suatu produk
dengan cara penggunaan kata atau gambar yang
mudah diingat dalam benak konsumen. Hal ini
bertujuan agar jika dikemudian hari konsumen
membutuhkan produk tersebut maka konsumen
dapat dengan mudah mengingat dan mengetahui
produk dengan merek yang dimaksud.
2. Menimbulkan kesan positif
Setiap perusahaan tentu mengharapkan supaya
dapat meningkatkan omset penjualan suatu
produk yang diproduksinya. Jadi perusahaan
selalu berupaya untuk tetap mampu
mengembangkan keberadaan suatu merek dalam
persaingan apapun dan dalam jangka waktu yang
lama dengan mencerrminkan pencitraan suatu
merek terhadap suatu kesan tertentu dalam
kaitannya dengan kebiasaan gaya hidup,
manfaat, atribut produk, geografi, harga, pesaing
dan selebritis sebagai bintang iklan. Dengan
kesan-kesan tersebut sehingga akan dapat
dirangkai dan membentuk citra positif tentang
merek (brand image) di benak konsumen.
3. Tepat untuk promosi
Salah satu yang juga berpengaruh adalah merek
tersebut tepat atau cocok untuk promosi. Hal
tersebut berarti merek harus dapat menunjukkan
kualitas produk yang bersangkutan dan sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
Beberapa keuntungan atau manfaat merek bagi si
penjual yaitu :
1. Nama merek memudahkan penjual untuk
mengolah pesanan-pesanan dan menekan
permasalahan.
2. Nama merek dan tanda tangan akan secara
hukum melindungi penjual dari pemalsuan ciri-
ciri produk.
3. Merek memberi penjual peluang kesetiaan
konsumen pada produk.
4. Merek dapat membantu penjual dalam
mengelompokkan pasar ke dalam segmen-
segmen.
5. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya
merek yang baik.
Beberapa keuntungan atau manfaat merek bagi si
pembeli yaitu :
1. Memudahkan pembeli mengenali produk.
2. Menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang
mutu.
3. Menarik perhatian pembeli terhadap produk-
produk baru yang bermanfaat bagi mereka.
Ekuitas Merek (Brand Equity)
Brand Equity adalah satu set brand asset dan
liability yang berhubungan dengan sebuah merek,
nama, dan simbol yang disediakan sebuah produk atau
service bagi konsumen (Umar, 2003:424).
Lima kategori brand equity yaitu (Umar, 2003:424):
1. Kesadaran akan merek (brand awareness)
Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli
untuk mengenal atau mengingat kembali bahwa
suatu merek merupakan kegiatan dari kategori
produk tertentu.
2. Asosiasi merek (brand association)
Mencerminkan merek terhadap kesan tertentu
dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup,
manfaat, atribut produk, geografis, harga pesaing,
selebritis dan sebagainya.
3. Persepsi/kesan akan merek (perceived quality)
Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas/keunggulan suatu produk yang
diharapkan.
4. Loyalitas merek (brand loyalty)
Mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen
dengan suatu merek produk.
5. Paten, merek dagang, channel, relasi dan lain-lain
(other proprietary brand assets)
Brand Loyalty (loyalitas merek)
Loyalitas merek (brand Loyalty) merupakan suatu
ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.
Dengan kata lain, ukuran ini mampu memberikan
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
52 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
gambaran tentang mungkin tidaknya seorang
pelanggan beralih ke merek produk yang lain,
terutama jika pada merek tersebut didapati adanya
perubahan baik menyangkut harga ataupun atribut
yang lain (Durianto Darmadi, 2004:126)
Adapun fungsi dari brand loyalty bagi perusahaan,
antara lain Durianto Darmadi, 2004:127):
1. Mengurangi biaya pemasaran.
Apabila brand loyalty meningkat, maka biaya
pemasaran akan semakin mengecil. Hal ini
disebabkan mempertahankan pelanggan lama
lebih murah dibanding mencari pelanggan baru.
2. Meningkatkan perdagangan.
Loyalitas konsumen yang kuat terhadap suatu
merek akan memperkuat keyakinan para
perantara pemasaran sehingga mampu
meningkatkan volume perdagangan.
3. Menarik minat pelanggan baru.
Pelanggan yang puas akan suatu merek produk,
umumnya akan merekomendasikannya kepada
orang lain sehingga secara tidak langsung akan
menciptakan pelanggan baru.
4. Memberi waktu untuk merespon ancaman
pesaing.
Apabila ada produk pesaing yang unggul,
pelanggan yang loyal akan memberikan waktu
pada perusahaan untuk memperbaharui
produknya.
Terdapat beberapa tingkatan brand loyalty yang
masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan
pemasaran yang harus dihadapi sekaligus asset yang
dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan brand loyalty
tersebut adalah sebagai berikut (Durianto, 2001:128):
1. Swicther Buyer (pembeli yang berpindah-
pindah)
Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini
dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada
tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi
pelanggan untuk memindahkan pembeliannya
dari suatu merek ke merek yang lain
mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang
sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada
merek tersebut. Ciri-ciri yang paling nampak
dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli
suatu produk karena harganya yang murah.
2. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat
kebiasaan)
Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini
dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas
dengan merek produk yang dikonsumsinya atau
paling tidak mereka tidak mengalami
ketidakpuasan dalam mengonsumsi merek
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini
dalam membeli dalam membeli suatu produk
didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.
3. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya
peralihan)
Pada tingkatan ini, pembeli masuk dalam
kategori puas bila mereka mengkonsumsi suatu
merek tertentu tetapi tidak menutup
kemungkinan mereka akan memindahkan
pembeliannya ke merek lain dengan
menanggung biaya peralihan (switching cost). Bagi pesaing yang ingin menarik minat
pelanggan dari kategori ini perlu mengatasi
biaya peralihannya dengan menawarkan
berbagai manfaat yang cukup besar sebagai
kompensasinya.
4. Liking The Brand (menyukai merek)
Pelanggan yang berada pada tingkatan ini
dikatakan sebagai pelanggan yang sungguh-
sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkat
ini dijumpai perasaan emosional yang terkait
pada merek.
5. Commited Buyer (pembeli yang komit)
Pembeli pada tingkat ini merupakan pelanggan
yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan
sebagai pengguna suatu merek dan merek
tersebut menjadi sangat penting dipandang dari
segi fungsi dan nilainya. Mereka juga tidak
segan-segan merekomendasikan dan
mempromosikan merek tersebut pada orang lain.
Beberapa tingkat pengukuran loyalitas merek
menurut Durianto (2001:65) antara lain yaitu:
1. Behaviour measures (pengukuran perilaku)
Adalah tingkat pengukuran terutama perilaku
atau kebiasaan (Habitual Buyer) dengan
memperhitungkan pola pembelian yang aktual.
2. Epurchase rates (tingkat pembelian ulang)
Adalah tingkat persentase pelanggan yang
membeli merek yang sama pada kesempatan
membeli jenis produk tersebut.
3. Percent of purchase (persentase pembelian)
Adalah tingkat persentase pelanggan untuk
setiap merek yang dibeli dari beberapa
pembelian terakhir.
4. Number of brand purchase (jumlah merek yang
dibeli)
Tingkat persentase pelanggan dari suatu merek
produk untuk hanya membeli satu produk, dua
produk, tiga produk dan seterusnya.
Perilaku konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang
terlibat langsung dalam memahami tingkah laku
konsumen (Dahlan Iskan,2008:7). Memahami
perilaku konsumen bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah karena banyaknya variabel yang
mempengaruhi dan variabel-variabel tersebut saling
berinteraksi. Dalam mempelajari pemasaran tidak
hanya berhenti pada perilaku konsumen semata saja
namun juga perlu mengkaitkannya dengan strategi
pemasaran yang akan disusunnya. Strategi pemasaran
yang baik pada hakekatnya didasarkan pada apa yang
diinginkan dan dibutuhkan konsumennya. Perusahaan
yang mampu memahami perilaku konsumen akan
mendapatkan keuntungan yang cukup besar dan dapat
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 53
memberikan kepuasan yang lebih baik dibanding
pesaing..
Pengetahuan
Pengetahuan konsumen merupakan sejumlah
pengalaman yang telah dialami dan informasi tentang
suatu produk atau jasa yang dimiliki seseorang.
Pengetahuan produk terbagi menjadi tiga jenis
menurut ahli yang membaginya.
Pengetahuan produk yang dimiliki konsumen
dibedakan menjadi dua jenis yaitu
www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id :
1. Pengetahuan Deklaratif (declarative knowledge)
Mencakupi fakta subyektif yang diketahui oleh
konsumen yang meliputi :
a. Pengetahuan Episodik (episodic knowledge)
melibatkan pengetahuan yang dibatasi
dengan lintasan waktu.
b. Pengetahuan Semantik (semantic knowledge)
melibatkan pengetahuan yang
digeneralisasikan yang memberikan arti bagi
dunia seseorang.
2. Pengetahuan Prosedural (procedural knowledge)
Mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini
dapat digunakan.
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh konsumen
sebelum mengambil keputusan membeli suatu produk
adalah :
1. Pengetahuan Produk
Mencakupi informasi tentang merek apa yang
paling cocok dengan pribadi konsumen, selain
itu informasi tentang harga suatu produk.
2. Pengetahuan Pembelian
Mencakupi bermacam informasi yang
berhubungan erat dengan cara memproleh
produk yang melibatkan informasi berkenaan
keputusan tentang dimana produk tersebut harus
dibeli dan kapan pembelian harus terjadi.
3. Pengetahuan Pemakaian
Mencakupi informasi yang tersedia di dalam
ingatan bagaimana suatu produk digunakan dan
apa yang diperlukan agar benar-benar
menggunakan produk tersebut.
Kepribadian Konsumen
Kepribadian sering diartikan sebagai karakteristik
individual yang merupakan perpaduan dari sifat,
tempramen, kemampuan umum dan bakat yang dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh interaksi individu
dengan lingkungannya (Dahlan Iskan, 2008:57).
Menurut John M. Ivancevich (2007:93)
mengemukakan bahwa kepribadian merupakan
produk bawaan atau nature termasuk keturunan dari
ayah atau ibu
.
Gambar 2 : Beberapa Kekuatan Utama yang Mempengaruhi Kepribadian
Sumber : John M. Ivancevich (2007:93)
Kepribadian Merek
Kepribadian merek merupakan kondisi di mana
konsumen menghubungkan berbagai sifat atau
karakteristik.
Elemen-elemen yang menjadi kepribadian
merek suatu produk antara lain.
1. Atribut fisik, seperti warna, harga dan bahan
2. Atribut fungsional, konsekuensi pemakaian
suatu merek.
3. Karakteristik, yaitu kepribadian merek
sebagaimana dirasakan oleh konsumen.
Merek mungkin dicirikan sebagai modern /
ketinggalan model, riang, erotik, bahaya,
mirip seperti manusia.
III.METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel
Penelitian ini merupakan jenis deskriptif yaitu
suatu metode penelitian yang digunakan untuk
memperoleh gambaran mengenai kejadian sehingga
metode ini berkehendak mengadakan akumulasi
data, memberikan gambaran terhadap fenomena-
fenomena. Penelitian ini berdasarkan data primer
Hubungan
keluarga
budaya
Kelas sosial dan
keanggotaan
kelompok lain
keturunan Kepribadian
individu
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
54 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
yaitu diambil dari kuesioner kepada responden
yaitu ibu-ibu rumah tangga pada perumahan Griya
Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten
Banyuwangi yang telah atau pernah memakai
produk deterjen merek Rinso, Attack dan Daia.
Identifikasi variabel merupakan definisi yang
dilakukan atas sifat atau hal yang didefinisikan
sehingga dapat diamati atau diobservasi. Adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai berikut :
1. Variabel bebas atau independent variable (X)
adalah variabel yang memberi pengaruh pada
variabel lain. Variabel atribut produk yang
melekat pada deterjen antara lain:
a. Merek terkenal (gengsi)
b. Bersih, harum dan irit
c. Busa melimpah
d. Harga murah
e. Lembut di tangan
f. Mudah diperoleh
g. Kemasan menarik
2. Variabel terikat atau dependent variable (Y)
adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah brand loyalty (Rinso, Attack dan
Daia).
Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel diperlukan dalam setiap
penelitian membatasi masalah-masalah yang ada di
dalam penelitian itu sendiri. Brand Loyalty
(loyalitas merek) merupakan ukuran keterkaitan
antara pelanggan dengan sebuah merek, dimana
ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang
mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke
merek produk yang lain.
Adapun variabel-variabel brand loyalty
(loyalitas merek) pada produk deterjen adalah :
1. Rinso
Rinso adalah suatu merek deterjen jenis bubuk
yang di produksi oleh PT. Unilever Indonesia,
Tbk. Memliki berbagai macam produk seperti
Rinso anti noda, Rinso warna, Rinso Exel,
dimana berbagai produk tersebut memiliki
fungsi-fungsi yang berbeda di dalam
melindungi pakaian.
Deterjen Rinso ini mengandung komposisi
sebagai berikut :
a. Ekstra butiran merah yang mampu
mecerahkan pakaian putih maupun
berwarna.
b. Mengandung double enzyme dan hanya
menggunakan surfaktan biodegradable
(LAS) demi menjaga lingkungan. Dapat
terurai oleh pengolah limbah dan proses
alamiah.
c. Bahan aktif (pada saat dikemas) LAS
27%, turunan tetra benzo terta
azoporphine 0,03%.
2. Attack
Attack adalah suatu merek deterjen jenis
bubuk yang di produksi oleh PT. Kao
Indonesia. Memiliki macam produk seperti
Attack Colour, Attack Softener. Salah satu
deterjen yang mengandung softener, jadi tidak
perlu menambah pewangi dan pelembut lagi.
Deterjen ini mengandung linear alkylbenzone
sulfanate yang ramah lingkungan sehingga
tidak membahayakan ekosistem di sekitarnya.
3. Daia
Daia adalah suatu merek deterjen jenis bubuk
yang di produksi oleh PT. Wings Surya.
Memiliki macam produk seperti daia putih,
daia bunga, daia lemon. Deterjen ini
mengandung linear alkylbenzone sulfanate
(LAS) yang ramah lingkungan dan mudah
terurai oleh air serta dapat membuat tangan
tetap lembut.
Adapun indikator atribut produk dari masing-
masing merek deterjen tersebut sebagai berikut :
a. Merek terkenal (gengsi)
Produk deterjen ini sudah dikenal dan
memiliki kesan positif di benak masyarakat
pada umumnya dan ibu-ibu rumah tangga
pada khususnya.
b. Bersih, harum dan irit
Konsumen produk deterjen sebagian besar
adalah ibu-ibu rumah yang sangat selektif
terhadap kualitas suatu produk. Dalam
penggunaannya kosumen menginginkan
deterjen yang hemat dalam penggunaan,
harum yang tahan lama setelah proses
pencucian maupun setelah penjemuran namun
bersih sehingga tampak seperti baru lagi.
c. Busa melimpah
Busa merupakan salah satu faktor yang
diperhatikan oleh konsumen. Semakin
melimpah atau banyak busa dari deterjen
maka semakin diminati oleh konsumen dan
sebaliknya.
d. Harga murah
Konsumen dari berbagai lapisan ekonomi
dapat menjangkau harga dari produk deterjen
tersebut sehingga konsumen dapat merasakan
kualitas dari suatu produk deterjen yang
diinginkan.
e. Lembut di tangan
Di dalam proses pencucian dan setelah
pemakaian deterjen tangan tidak menjadi
kasar maupun iritasi
f. Mudah diperoleh
Konsumen dapat dengan mudah memperoleh
(membeli) produk deterjen baik pada toko
besar maupun toko kecil karena lancarnya
pendistribusian produk tersebut.
g. Kemasan menarik
Kemasan merupakan salah satu atribut
produk. Oleh karena itu, kemasan produk
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 55
deterjen harus dipilih dengan gambar, nama
maupun warna yang mudah dikenal dan sedap
dipandang.
Adapun indikator variabel dari brand loyalty
tersebut sebagai berikut :
a. Switcher Buyer (pembeli yang berpindah-
pindah).
Switcher yaitu pembeli yang memiliki
kemungkinan besar atau tinggi dalam
melakukan pembeliannya dari satu merek ke
merek lain. Ciri yang tampak adalah pembeli
ini membeli suatu produk karena harganya
yang murah.
b. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat
kebiasaan).
Habitual Buyer yaitu pembeli yang bersifat
kebiasaan atau pelanggan yang tidak puas
dengan merek produk yang dikonsumsi.
c. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan
biaya peralihan).
Satisfied Buyer adalah pembeli yang puas
namun mereka memikul biaya peralihan
(switching cost) baik dalam hal waktu, uang
atau resiko sehubungan dengan upaya untuk
melakukan pergantian merek.
d. Liking The Brand (pembeli yang menyukai
merek).
Liking The Brand yaitu pembeli yang
sungguh-sungguh menyukai merek tersebut.
Pada tingkat ini dijumpai perasaan yang
terkait pada merek.
e. Commited Buyer (pembeli yang komit).
Commited Buyer yaitu pembeli yang setia
terhadap suatu merek dan mereka memiliki
kebanggaan bahkan merek tersebut menjadi
sangat penting bagi mereka sehingga pembeli
ini terkadang merekomendasikan kepada
orang lain.
Data yang dikumpulkan secara garis besar dapat
disimpulkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dengan survei
lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original (Mudrajad
Kuncoro, 2003:127). Sumber data primer
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jawaban responden.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang telah dikumpulkan oleh
lembaga pengumpul data dan dipubilkasikan
kepada masyarakat pengguna data (Mudrajad
Kuncoro, 2003:127). Data yang dimaksud
seperti literatur yang mendukung penelitian
penulis dari karya ilmiah lain yang topiknya
hampir sama dengan penelitian yang penulis
lakukan.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
perumahan Griya Genteng Mulya 1 Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi sebanyak 231
responden tabel 1.Dalam metode pengambilan
sample, alur penelitian ini menggunakan stratified random sampling. Menurut J. Supranto (2000:75)
stratified random sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang mempunyai unsur tidak
homogen dan berstrata. Cara pengambilan
ditentukan terlebih dahulu, peneliti hanya
menetapkan jumlah sampel yang akan diambil
sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun kriteria sampling atau pengambilan
sampel ke responden adalah ibu rumah tangga yang
pernah atau telah menggunakan produk deterjen
Rinso, Attack dan Daia.
Lebih lanjut dijelaskan oleh J. Supranto
(2000:81) untuk mencari jumlah sampel digunakan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
nk = Jumlah anggota yang mewakili strata ke-
k dalam sampel
P = Jumlah populasi
Pk = Jumlah populasi ke- k
n = Jumlah sampel
Sedangkan untuk menghitung banyaknya n
(jumlah sampel) ini digunakan rumus (J. Supranto,
2000:81) sebagai berikut : 2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Standart error
Maka jumlah sampel yang digunakan adalah 70
responden yang dianggap dapat mewakili atas
populasi yang ada dalam perumahan Griya Genteng
Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten
Banyuwangi.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian in adalah sebagai
berikut :
1. Kuesioner
Adalah suatu pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebar daftar pertanyaan
kepada responden atas pertanyaan tersebut (J.
Supranto, 2000:135).
2. Study Kepustakaan
Adalah metode penelitian yang dilakukan
dengan membaca literatur-literatur atau buku-
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
56 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
buku yang ada kaitannya dengan masalah
yang diteliti.
Proses Pengolahan Data
Dalam persiapan mengolah data yang diperoleh
ada beberapa proses antara lain:
1. Editing
Yaitu suatu proses pemeriksaan kewajaran
dan kebenaran atau kualitas data mentah hasil
survei agar perbaikan yang diperlukan dapat
dilakukan (Budi Purwadi, 2000:157).
2. Coding
Yaitu proses identifikasi dan klasifikasi data
penelitian ke dalam skor numerik atau
karakteristik simbol.
3. Data
Yaitu proses penyusunan data dalam bentuk
tabel. Proses ini merupakan tahapan lanjutan
dalam proses analisa data.
Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Skala Linket dimana skala ini
merupakan skala yang digunakan untuk
memperlihatkan tanggapan responden terhadap
karakteristik suatu produk melalui daftar
pertanyaan yang diperoleh dari masing-masing
item dari dalam setiap variabel maka disarankan
alternatif pilihannya lima saja (Durianto, 2001:41).
Untuk setiap item dalam daftar pertanyaan
menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Jawaban “a” diberi skor 1, yang bermakna
bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut
mengandung arti “Tidak pernah/ sangat tidak
setuju/ sangat tidak puas/ sangat tidak suka”.
2. Jawaban “b” diberi skor 2, yang bermakna
bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut
mengandung arti “Jarang/ tidak setuju/ tidak
puas/ tidak suka”.
3. Jawaban “c” diberi skor 3, yang bermakna
bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut
mengandung arti “ cukup sering/cukup
setuju/cukup puas/cukup suka”.
4. Jawaban “d” diberi skor 4, yang bermakna
bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut
mengandung arti “Sering/ setuju /puas /suka”.
5. Jawaban “e” diberi skor 5, yang bermakna
bahwa tiap jawaban yang dipilih tersebut
mengandung arti “Sangat sering/ sangat
setuju/ sangat puas/ sangat suka”.
Teknik Analisis Data
Rata-rata dan Standar Deviasi
Menurut Durianto (2001;43), untuk mengetahui
ukuran pemusatan dan ukuran keragaman
tanggapan responden maka perlu dicari nilai rata-
rata dan standar deviasinya dari data yang
diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Rata-rata (x) = n
fixiå .
Standar Deviasi =
( )
1
..
2
2
-
-åå
n
n
xifixifi
Keterangan:
Xi = Nilai pengukuran ke- i
fi = Frekuensi kelas ke- i
n = Banyaknya pengamatan
Besarnya interval kelas bagi tiap-tiap kelas adalah
(Durianto 2001:43) :
Setelah besarnya interval diketahui, kemudian
dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui
dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap
setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana
variasinya.
Rentang skala tersebut adalah:
1,00 – 1,80 = sangat jelek (SJ)
1,80 – 2,60 = jelek (J)
2,60 – 3,40 = cukup (C)
3,40 – 4,20 = baik (B)
4,20 – 5,00 = sangat baik (SB)
Brand Switching Pattern Matrix dan Piramida
Brand Loyalty
Menurut Durianto (2001:133) analisis ini
digunakan untuk menghitung Possibility Rate of
Transition (kemungkinan perpindahan merek) dari
berbagai merek produk sejenis yang beredar di
pasaran. Formula yang digunakan adalah :
ProT = xtxAtx
AlxLn
t%100
1
Dimana :
ProT = kemungkinan perpindahan merek
Alx = konsumen yang tetap setia / loyal
terhadap merek X yang bersangkutan
Atx = total konsumen yang diteliti dari merek
X yang bersangkutan
t = banyaknya / jumlah penelitian
Pengukuran terhadap variabel ini dapat
mengindikasikan loyalitas pelanggan terhadap
suatu merek. Jika nilai ProT yang diperoleh
semakin besar, maka diperkirakan tingkat loyalitas
pelanggan semakin kecil.
Tiap tingkatan brand loyalty mewakili
tantangan pemasaran yang berbeda dan juga
mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan
dan eksploitasinya.
Jika pada tingkatan switcher buyer
menunjukkan persentase atau nilai yang besar dan
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 57
sebaliknya pada tingkatan commited buyer
menunjukkan persentase atau nilai yang kecil maka
tingkat brand loyalty konsumen tersebut dapat
dikatakan jelek atau bahkan sangat jelek. Namun,
jika tingkatan yang membentuk segitiga atau
piramida yang terbalik maka hal itu menunjukkan
brand equity yang paling kuat karena persentase
tiap tingkatan mulai dari tingkat switcher buyer,
habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand
dan commited buyer mengalami kenaikan. Hal
tersebut dapat tergambar pada piramida brand
loyalty yang semakin ke atas semakin melebar. .
Commited Buyer
Liking The Brand
Satisfied Buyer
Habitual Buyer
Switcher
Gambar 3 : tingkatan brand loyalty
Sumber : Durianto, dkk, (2001: 130)
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar Belakang Obyek Penelitian
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang
digunakan untuk membantu pembersihan dan
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik.Deterjen sudah sangat akrab di
kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga
yang digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk
menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik
menambahkan natrium perborat, pewangi,
pelembut, natrium silikat, penstabil, enzim, dan zat
lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi
diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa
dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme
sehingga otomatis menyebabkan pencemaran
lingkungan. Apabila air yang mengandung deterjen
dibuang ke dalam air, tercemarlah air dan
pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan
menyebabkan kandungan oksigen dalam air
berkurang dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan
kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah
deterjen juga menyebabkan pencemaran tanah yang
menurunkan kualitas kesuburan tanah yang
mengakibatkan tanaman serta kehidupan tanah
termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa
menguraikan limbah organik, non organik &
menyuburkan tanah.Bahan utama deterjen ialah
garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan
asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan
dalam pembuatan deterjen merupakan molekul
berantai panjang yang mengandung 12 hingga 18
atom karbon per molekul. Deterjen pertama
disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium
dari alkyl hydrogen sulfat.
Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-
bahan berikut:
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan
zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan
hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan
air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Secara
garis besar, terdapat empat kategori surfaktan
yaitu:
2. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan
efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan
air.
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan
deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
menambah daya cuci, tetapi menambah
kuantitas. Contoh : Sodium sulfate.
4. Additives adalah bahan suplemen/tambahan
untuk membuat produk lebih menarik.
Misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna,
dst tidak berhubungan langsung dengan daya
cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih
untuk maksud komersialisasi produk. Contoh:
enzyme, borax, sodium chloride, carboxy
methyl cellulose.
Profil Deterjen Rinso
Rinso adalah merek dari sebuah cuci sabun
yang paling umum digunakan di Australia ,
Indonesia , Selandia Baru , di Inggris dan Amerika
Serikat . Merek ini dibuat oleh Hudson Sabun yang
dijual kepada Lever Brothers dari Port Sunlight ,
Inggris , pada tahun 1908. Hal itu juga diproduksi
oleh Lever Brothers Perusahaan (kemudian dikenal
sebagai Unilever ) di Amerika Serikat , mulai tahun
1918. Rinso adalah salah satu sabun bubuk massal
pertama dipasarkan yang diiklankan secara luas di
Amerika Serikat Radio yang menjadi sponsor dari
banyak program radio seperti opera sabun populer
“Siang Kakak” 1936-1946, antologi dramatis
“Grand Central Station” 1940-1942, pada waktu
program malam “Kota Besar” dari 1937 sampai
1942, “Walikota Kota” 1942-1943, dan terutama
“The 'Amos' n Andy Show” 1943-1950. Selama ini
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
58 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
iklan produk tersebut dengan gembira meneriakkan
slogan "Rinso putih, Rinso terang” dan
menyombongkan diri bahwa Rinso berisi solium,
bahan sinar matahari. Mengklaim produk untuk
pembilasan yang lebih baik adalah karena
penggabungan dari natrium silikat sebagai seorang
pembangun dan bukan, atau sebagai tambahan,
yang digunakan natrium karbonat lebih umum.
Endapan dibentuk oleh metasilikat dan kalsium
cenderung lebih halus dan karena itu kurang
cenderung terjebak dalam kain dari kapur kalsium
karbonat.
Pada tahun 1950, penjualan anjlok ketika
deterjen baru “Tide” diproduksi oleh saingan
Procter & Gamble , ternyata jauh lebih populer.
Rinso telah dirubah pada pertengahan tahun 1960,
dan diberi nama baru, Sunshine Rinso. Perbaikan
untuk perubahan nama Rinso baru sekarang telah
menjadi "whiteners sinar matahari". Ada
pendukung utama iklan (misalnya, saat memainkan
komersial selama periode ini adalah versi pop
jingle “Rinso Sunshine” yaitu You Are My
Sunshine ). Penjualan menurun secara drastis, dan
Rinso akhirnya menghilang dari rak-rak toko di
pertengahan tahun 1970-an, meskipun deterjen
Rinso Blue cair masih bisa dilihat di rak-rak AS
baru ini akhir-akhir 1980-an. Rinso itu pada
dasarnya, diganti dengan deterjen lain Unilever
yaitu Surf di empat pasar utama. Namun, Rinso
masih dipasarkan oleh Unilever untuk Turki , Asia ,
dan Amerika Tengah pasar.
Pada tahun 1992, berbasis di California Selatan
adalah perusahaan yang membeli hak dengan
nama Rinso dari Unilever untuk digunakan di
Amerika Serikat. Merek Rinso membersihkan
persediaan, sekarang ditampilkan secara jelas di
toko mereka. Sedangkan Rinso diluncurkan di
Indonesia sebagai merek deterjen pertama bangsa.
Hal ini dikarenakan Rinso adalah nomor satu
pemimpin di pasar deterjen Indonesia
(http://en.wikipedia.org/wiki/Rinso). Di Indonesia
itu sendiri memiliki berbagai macam produk seperti
Rinso anti noda, Rinso warna, Rinso Exel, dimana
berbagai produk tersebut memiliki fungsi-fungsi
yang berbeda di dalam melindungi pakaian.
Deterjen Rinso ini mengandung komposisi
sebagai berikut :
d. Ekstra butiran merah yang mampu
mecerahkan pakaian putih maupun berwarna.
e. Mengandung double enzyme dan hanya
menggunakan surfaktan biodegradable (LAS)
demi menjaga lingkungan. Dapat terurai oleh
pengolah limbah dan proses alamiah.
f. Bahan aktif (pada saat dikemas) LAS 27%,
turunan tetra benzo terta azoporphine 0,03%.
Profil Deterjen Attack
Sejak didirikan, PT. Kao telah menawarkan
sabun konsumen mutakhir dan produk deterjen
dalam pencarian saat ini untuk memberikan tingkat
yang lebih tinggi kebersihannya. Yang menonjol di
antara produk-produk ini yaitu Attack deterjen kita.
Diluncurkan pada 1987, Attack mempelopori tren
dalam deterjen terkonsentrasi dan sebagai salah
satu produk ramah lingkungan pertama di lapangan
dengan cepat menetapkan standar global dengan
mengurangi jumlah sumber daya yang digunakan
dalam kemasan dan jumlah energi yang digunakan
dalam produksi dan distribusi. Namun, Kao
bertekad untuk pergi lebih jauh dalam mengurangi
dampak lingkungan dan meningkatkan nilai
produk. Kami mengerti bahwa untuk menerobos ke
tingkat evolusi berikutnya, desain produk kami
upayakan harus dapat melampaui deterjen itu
sendiri dan mempertimbangkan dampak
penggunaan oleh konsumen. Dengan pemikiran ini,
Kao memprakarsai upaya dua penelitian yang
bertujuan untuk penggunaan yang lebih efisien
tentang sumber daya air. Yang pertama dari upaya
ini difokuskan pada proses bilas dari cucian yang
menghilangkan residu deterjen (surfaktan) yang
tersisa di pakaian setelah tanah dihilangkan dalam
proses pencucian. Kami tahu bahwa surfaktan
meniggalkan residu dalam pakaian secara dramatis
dapat mengurangi jumlah air yang dibutuhkan
untuk membilas. Namun, kebijaksanaan
konvensional yang rendah residu surfaktan inferior
dalam membersihkan kekuasaan.
Masalah kemudian adalah bagaimana untuk
menggabungkan rinsability unggul dan kaya
pembersih dalam satu produk dan Kao
mengerahkan semua keahlian kimia surfaktan
untuk memenuhi tantangan ini. Bahwa semua
usaha ini terbayar sudah dengan keberhasilan
pengembangan suatu surfaktan revolusioner yang
terkait ke tanah untuk daya pembersih beredar
belum meninggalkan residu yang minimal. Hal ini
dikarenakan busa yang dihasilkan oleh surfaktan
yang sangat mudah larut. Pakaian dicuci deterjen
dan kemudian hanya memerlukan satu kali bilasan
saja. Selain harga yang ditawarkan ekonomis,
kemudahan lainnya yang diberikan adalah hemat
air dalam proses pencucian, hemat waktu, hemat
tenaga karena tidak memerlukan tenaga yang besar
untuk mencuci deterjen ini, hanya dengan satu
bilasan revolusioner telah menunjukkan jalan ke
gaya baru dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan pencucian.
Kao juga mulai mengembangkan teknologi baru
untuk mengurangi kadar air dalam produk itu
sendiri. Sistem baru kami berkoagulasi menolak
surfaktan sehingga memungkinkan untuk
megurangi kadar air deterjen ke minimum mutlak
dan masih mempertahankan fluiditas yang sangat
baik meskipun pada suhu rendah. Mengambil dari
keunggulan dari properti ini, Kao menyempurnakan
teknik baru untuk memproduksi sebuah deterjen
cair ultra-terkonsentrasi kuat sehingga konsumen
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 59
dapat menikmati kinerja pembersihan yang sangat
baik sebagai produk yang sudah ada, Kami
menggunakan 60% lebih sedikit. Hal ini
memungkinkan kita untuk mengurangi beban pada
lingkungan pada tahap ditribusi dan penjualan juga.
Pada bulan Agustus 2009, Kao meluncurkan
produk baru ultra-terkonsentrasi yaitu Attack Neo
yang menggabungkan daya pembersih. Hal ini
demi mewujudkan harapan konsumen dari merek
Attack dengan janji baru yaitu berkecepatan tinggi
dalam proses pembilasan. Dengan cara Attack Neo
ini sebagai yang pertama dalam baris baru produk
yang mewujudkan cita-cita dari Kao dalam
menjaga lingkungan.Dorongan untuk
meminimalkan dampak lingkungan dan
memaksimalkan nilai bagi konsumen, Kao akan
terus melanjutkan pencarian untk mengembangkan
produk yang lebih menawarkan nilai yang inovatif.
Profil Deterjen Daia
Sejak awal mula didirikannya PT. Wings Surya
telah memproduksi berbagai jenis sabun maupun
deterjen. Daia adalah suatu merek deterjen jenis
bubuk yang di produksi oleh PT. Wings Surya.
Memiliki macam produk seperti daia putih, daia
bunga, daia lemon. Deterjen ini mengandung linear
alkylbenzone sulfanate (LAS) yang ramah
lingkungan dan mudah terurai oleh air serta dapat
membuat tangan tetap lembut. Bubuk deterjen yang
ekonomis dari Wings, namun memiliki daya cuci
yang baik dan mampu membersihkan pakaian
dengan sempurna. Daia tersedia dalam berbagai
kemasan yang cocok dengan kebutuhan mencuci
keluarga. PT.Wings Surya memasarkan produk
deterjen ini ke internasional dan menggunakan
individu sub-merek untuk segmen pasar tersebut.
Karakteristik responden yang terkumpul
disajikan dalam bentuk deskripsi dan tabel. Cara
membuat tabulasi yaitu dengan memasukkan data
ke dalam kelompok yang telah ditentukan dan
menghitung angka-angka untuk digolongkan ke
dalam berbagai kategori, maka diperoleh
karakteristik :
Tabel 3
Hasil Rekapitulasi Tingkat Usia Responden
Usia Merek
Jumlah Persentase Rinso Attack Daia
23 – 32 tahun 9 4 5 18 25,71
33 – 42 tahun 3 15 8 26 37,15
43 – 52 tahun 10 6 6 22 31,43
>52 tahun 1 3 0 4 5,71
Jumlah 23 28 19 70 100
Berdasarkan tabel 3 dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar usia responden adalah usia
33 – 42 tahun yaitu sebanyak 26 responden atau
37,15%; usia 43 – 52 tahun sebanyak 22 responden
atau 31,43%; usia 23 – 32 tahun sebanyak 18
responden atau 25,71% dan untuk usia 52 tahun
keatas sebanyak 4 responden atau 5,71%.
Berdasarkan tabel 4.dapat diambil kesimpulan
bahwa yang paling banyak menjadi responden
adalah wiraswasta sebanyak 33 responden atau
47,14%; pegawai swasta sebanyak 27 atau 38,57%
dan PNS sebanyak 10 responden atau 14,29%,
Pekerjaan Responden
Tabel 4
Hasil Rekapitulasi Tingkat Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Responden Persentase
PNS 10 14,29
Pegawai swasta 27 38,57
Wiraswasta 33 47,14
Jumlah 70 100
Alasan Responden Memilih Deterjen
Tabel 5
Hasil Rekapitulasi Tingkat Alasan Responden
No Alasan memilih deterjen Rinso % Attack % Daia %
1 Merek terkenal (gengsi) 3 13,04 6 21,44 3 15,79
2 Bersih, harum dan irit 12 52,17 14 50 3 15,79
3 Busa melimpah 5 21,74 3 10,71 1 5,26
4 Harga murah 0 0 1 3,57 6 31,58
5 Lembut di tangan 1 4,35 3 10,71 1 5,26
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
60 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
6 Mudah diperoleh 2 8,7 1 3,57 2 10,53
7 Kemasan menarik 0 0 0 0 3 15,79
8 Lain-lain 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 23 100 28 100 19 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Berdasarkan tabel 5 dari 23 orang responden
yang memilih Rinso, dapat diketahui bahwa alasan
responden tersebut memilih Rinso adalah karena
bersih, harum dan irit yaitu sebanyak 12 responden
atau 52,17%; kemudian yang memilih karena
alasan busa melimpah sebanyak 5 responden atau
21,74%; yang memilih karena alasan merek
terkenal sebanyak 3 responden atau 13,04%; yang
memilih karena alasan mudah diperoleh sebanyak 2
responden atau 8,7%; sedangkan yang memilih
karena alasan lembut di tangan sebanyak 1
responden atau 4,35%. Berdasarkan tabel 5 dari
28 orang responden yang memilih Attack, dapat
diketahui bahwa alasan responden tersebut memilih
Attack adalah karena bersih, harum dan irit yaitu
sebanyak 14 responden atau 50%, kemudian yang
memilih karena alasan merek terkenal sebanyak 6
responden atau 21,43%; yang memilih karena
alasan busa melimpah dan lembut di tangan
masing-masing sebanyak 3 responden atau 10,71%;
yang memilih karena alasan harga murah dan
mudah diperoleh masing-masing sebanyak 1
responden atau 3,57%. Berdasarkan tabel 5 dari
19 orang responden yang memilih Daia, dapat
diketahui bahwa alasan responden tersebut memilih
Daia adalah karena harga murah yaitu sebanyak 6
responden atau 31,58%; kemudian yang memilih
karena alasan merek terkenal; bersih, harum dan
irit; kemasan menarik masing-masing sebanyak 3
responden atau 15,79%; yang memilih karena
alasan mudah diperoleh sebanyak 2 responden atau
10,53%; yang memilih karena alasan busa
melimpah dan lembut di tangan sebanyak 1
responden atau5,26 %.
Analisis Data
Analisis Brand Loyalty
Berikutnya akan dianalisis kondisi brand
loyalty dari deterjen Rinso, Attack dan Daia. Hasil
dari perhitungan terhadap semua tingkatan brand
loyalty dirangkum dalam satu kesatuan berbentuk
piramida brand loyalty dan selanjutnya dikuatkan
dengan analisis brand switching pattern matrix atau
matrik perpindahan merek dari satu merek ke
merek yang lain atau Pro T (possibility rate of
transition) berikut ini adalah analisis brand loyalty
dari produk deterjen Rinso, Attack dan Daia.
1. Analisis Switcher Buyer (pembeli yang suka
berpindah merek)
Switcher adalah konsumen yang sensitif
terhadap perubahan harga, sehingga pada tingkatan
loyalitas di tempatkan pada urutan paling bawah
mereka tidak loyal atau mudah berpindah merek
yang biasanya paling banyak disebabkan oleh
kecilnya biaya peralihan (switching cost). Yang
termasuk switcher adalah responden yang
menjawab “sering” dan “selalu”. Hasil perhitungan
produk deterjen Rinso, Attack dan Daia terperinci
pada tabel 6, tabel 7 dan tabel 8 :
Tabel 6
Switcher buyer/X1- Brand Loyalty Rinso
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Tidak pernah 6 1 6 1 6 26,09
Jarang 6 2 12 4 24 26,09
Cukup sering 2 3 6 9 18 8,7
Sering 5 4 20 16 80 21,74
Sangat sering 4 5 20 25 100 17,39
JUMLAH 23 64 228 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Keterangan :
F = frekuensi jawaban responden
X = nilai atau skor jawaban kuesioner
Rata-rata jawaban resonden= = 2,78
Switcher = x 100% = 39,13%
Standar Deviasi = 506,1123
23
64228
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan pada tabel 6 dapat
diketahui bahwa dari 23 yang berpindah merek
sebanyak 9 responden atau 39,13%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa rata-rata responden merek
Rinso jarang berpindah merek. Pada analisis
switcher (pembeli yang berpindah-pindah) pada
deterjen Rinso rentang skala yang digunakan
adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-2,60 (jelek),
2,60-3,40 (cukup), 3,60-4,20(baik), 4,20-
5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata responden
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 61
sebesar 2,78. Hal ini berarti nilai 2,78 dari jawaban
responden termasuk dalam kategori cukup (rentang
2,60-3,40) dengan standart deviasi 1,506 dengan
memanfaatkan informasi nilai standart deviasi,
tolerasi satu kali standart deviasi memetakan
responden switcher dari Rinso ke posisi sangat
jelek (batas bawah penyimpangan data switcher
sebesar 1,274) hingga sangat baik (batas atas
penyimpangan data switcher sebesar 4,286).
Dengan demikian informasi ini dapat memberikan
harapan yang cukup baik bagi Rinso.
Tabel 7
Switcher buyer/X1- Brand Loyalty Attack
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Tidak pernah 4 1 4 1 4 14,29
Jarang 6 2 12 4 24 21,43
Cukup sering 9 3 27 9 81 32,14
Sering 6 4 24 16 96 21,43
Sangat sering 3 5 15 25 75 10,71
JUMLAH 28 82 280 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Rata-rata jawaban resonden= = 2,92
Switcher = x 100% = 32,14%
Standar Deviasi = 215,1128
28
82280
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan pada tabel 7 dapat
diketahui bahwa dari dapat diketahui bahwa dari 28
yang berpindah merek sebanyak 9 responden atau
32,14%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata
responden merek Attack jarang berpindah merek.
Pada analisis switcher (pembeli yang
berpindah-pindah) pada deterjen Attack rentang
skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat
jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-
4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai
rata-rata responden sebesar 2,92. Hal ini berarti
nilai 2,92 dari jawaban responden termasuk dalam
kategori cukup (rentang 2,60-3,40) dengan standart
deviasi 1,215 dengan memanfaatkan informasi nilai
standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi
memetakan responden switcher dari Attack ke
posisi sangat jelek (batas bawah penyimpangan
data switcher sebesar 1,705) hingga baik (batas atas
penyimpangan data switcher sebesar 4,135).
Dengan demikian informasi ini dapat memberikan
harapan yang cukup baik bagi Attack.
Tabel 8
Switcher buyer/X1- Brand Loyalty Daia
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Tidak pernah 0 1 0 1 0 0
Jarang 6 2 12 4 24 31,58
Cukup sering 2 3 6 9 18 10,53
Sering 7 4 28 16 112 36,84
Sangat sering 4 5 20 25 100 21,05
JUMLAH 19 66 254 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Rata-rata jawaban resonden= = 3,47
Switcher = x 100% = 57,89%
Standar Deviasi = 206,1119
19
66254
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan pada tabel 8 dapat
diketahui bahwa dari dapat diketahui bahwa dari 19
yang berpindah merek sebanyak 11 responden atau
57,89%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata
responden merek Daia cukup sering berpindah
merek. Pada analisis switcher (pembeli yang
berpindah-pindah) pada deterjen Daia rentang skala
yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek),
1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20
(baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata
responden sebesar 3,47. Hal ini berarti nilai 3,47
dari jawaban responden termasuk dalam kategori
baik (rentang 3,40-4,20) dengan standart deviasi
1,206 dengan memanfaatkan informasi nilai
standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi
memetakan responden switcher dari Daia ke posisi
cukup (batas bawah penyimpangan data switcher sebesar 2,264) hingga sangat baik (batas atas
penyimpangan data switcher sebesar 4,676).
Dengan demikian informasi ini dapat memberikan
harapan yang tidak baik bagi Daia sehingga dapat
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
62 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
ditingkatkan lagi agar deterjen Daia dapat bersaing
dengan deterjen lain.
Analisis Habitual Buyer (pembeli yang
berdasarkan kebiasaan)
Seseorang pembeli yang melakukan pembelian
berdasarkan kebiasaan dapat dikatakan sebagai
habitual buyer, dimana pembeli tidak melalui
proses pengambilan keputusan yang panjang.
Pembeli ini juga dapat dikatakan sebagai pembeli
yang loyal karena tidak lagi mau untuk berpindah-
pindah merek. Habitual buyer dihitung berdasarkan
jawaban “setuju” dan “sangat setuju”. Hasil
perhitungan produk deterjen Rinso, Attack dan
Daia terperinci pada tabel 9, tabel 10 dan tabel 11 :
Tabel 9
Habitual buyer/X2- Brand Loyalty Rinso
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak setuju 3 1 3 1 3 13,04
Tidak setuju 3 2 6 4 12 13,04
Cukup setuju 6 3 18 9 54 26.09
Setuju 9 4 36 16 144 39,13
Sangat setuju 2 5 10 25 50 8,7
JUMLAH 23 97 263 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Rata-rata jawaban resonden= = 4,22
Habitual buyer = x 100% = 47,83%
Standar Deviasi = 576,2123
23
97263
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 9, dapat
diketahui bahwa dari 23 responden yang memilih
Rinso, sebanyak 11 responden atau 47,83%
menyatakan setuju atau sangat setuju jika
pembelian deterjen Rinso didasarkan atas
kebiasaan, 6 responden atau 26,09% menyatakan
cukup setuju, sedangkan responden yang tidak
setuju atau bahkan sangat tidak setuju masing-
masing 3 responden atau 13,04%. Pada analisis
habitual buyer (pembeli yang berdasarkan
kebiasaan) pada deterjen Rinso rentang skala yang
digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-
2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik),
4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata
jawaban responden sebesar 4,22. Hal ini berarti
nilai 4,22 dari jawaban responden termasuk dalam
kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan standart
deviasi 2,576 dengan memanfaatkan informasi nilai
standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi
memetakan responden habitual buyer dari Rinso ke
posisi sangat jelek (batas bawah penyimpangan
data habitual buyer sebesar 1,644) hingga sangat
baik (batas atas penyimpangan data habitual buyer
sebesar 6,796). Dengan demikian informasi ini
pada tingkat habitual buyer dari deterjen Rinso
adalah baik.
Tabel 10
Habitual buyer/X2- Brand Loyalty Attack
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak setuju 4 1 4 1 4 14,28
Tidak setuju 6 2 12 4 24 21,43
Cukup setuju 6 3 18 9 54 21,43
Setuju 12 4 48 16 192 42,86
Sangat setuju 0 5 0 25 0 0
JUMLAH 28 82 274 100
Tabel 11
Habitual buyer/X2- Brand Loyalty Daia
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak setuju 0 1 0 1 0 0
Tidak setuju 5 2 10 4 20 26,31
Cukup setuju 2 3 6 9 18 10,53
Setuju 10 4 40 16 160 52,63
Sangat setuju 2 5 10 25 50 10,53
JUMLAH 19 66 248 100
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 63
Tabel 12
Satisfied buyer/X3- Brand Loyalty Rinso
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak puas 0 1 0 1 0 0
Tidak puas 1 2 2 4 4 4,35
Cukup puas 8 3 24 9 72 34,78
Puas 6 4 24 16 96 26,09
Sangat puas 8 5 40 25 200 34,78
JUMLAH 23 90 372 100
Rata-rata jawaban resonden= = 2,93
Habitual buyer = x 100% = 42,86%
Standar Deviasi = 119,1128
28
82274
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 10, dapat
diketahui bahwa dari 28 responden yang memilih
Attack, sebanyak 12 responden atau 42,86%
menyatakan setuju jika pembelian deterjen Attack
didasarkan atas kebiasaan, 6 responden atau
21,43% menyatakan cukup setuju dan tidak setuju,
sedangkan responden yang sangat tidak setuju
sebanyak 4 responden atau 14,28%. Pada analisis
habitual buyer (pembeli yang berdasarkan
kebiasaan) pada deterjen Attack rentang skala yang
digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-
2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik),
4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata
jawaban responden sebesar 2,93. Hal ini berarti
nilai 2,93 dari jawaban responden termasuk dalam
kategori cukup (rentang 2,60-3,40) dengan standart
deviasi 1,119 dengan memanfaatkan informasi nilai
standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi
memetakan responden habitual buyer dari Attack
ke posisi jelek (batas bawah penyimpangan data
habitual buyer sebesar 1,811) hingga baik (batas
atas penyimpangan data habitual buyer sebesar
4,049). Dengan demikian informasi ini dapat
memberikan harapan yang cukup baik bagi Attack.
Rata-rata jawaban resonden= = 3,47
Habitual buyer = x 100% = 63,16%
Standar Deviasi = 020,1119
19
66248
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 11, dapat
diketahui bahwa dari 19 responden yang memilih
Daia, sebanyak 12 responden atau 63,16%
menyatakan setuju atau sangat setuju jika
pembelian deterjen Daia didasarkan atas kebiasaan,
2 responden atau 10,53% menyatakan cukup setuju,
sedangkan responden yang tidak setuju sebanyak 5
responden atau 26,31%. Pada analisis habitual
buyer (pembeli yang berdasarkan kebiasaan) pada
deterjen Daia rentang skala yang digunakan adalah
1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-
3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat
baik) dengan nilai rata-rata jawaban responden
sebesar 3,47. Hal ini berarti nilai 3,47 dari jawaban
responden termasuk dalam kategori baik (rentang
3,40-4,20) dengan standart deviasi 1,020 dengan
memanfaatkan informasi nilai standart deviasi,
tolerasi satu kali standart deviasi memetakan
responden habitual buyer dari Daia ke posisi jelek
(batas bawah penyimpangan data habitual buyer
sebesar 2,45) hingga sangat baik (batas atas
penyimpangan data habitual buyer sebesar 4,49)..
Dengan demikian informasi ini dapat memberikan
harapan yang baik bagi Daia.
Analisis Satisfied buyer (pembeli yang merasa
puas)
Pembeli yang merasa puas terhadap suatu
merek yang telah digunakannya disebut juga
satisfied buyer. Pembeli ini akan melakukan
pembelian merek yang sama pada waktu yang akan
datang secara konsisten. Untuk perhitungan
satisfied buyer ini, jawaban yang diberikan adalah
“puas” dan “sangat puas”. Tabulasi satisfied buyer
pada produk deterjen Rinso, Attack dan Daia
disajikan pada tabel 12, tabel 13 dan tabel 14.
Rata-rata jawaban resonden= = 3,91
Satisfied buyer = x 100% = 60,87%
Standar Deviasi = 949,0123
23
90372
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 12, dapat
diketahui bahwa dari 23 responden yang memilih
Rinso, sebanyak 14 responden atau 60,87%
menyatakan puas atau sangat puas dalam
pembelian deterjen Rinso, 8 responden atau
34,78% menyatakan cukup puas, sedangkan
responden yang tidak puas hanya 1 responden atau
4,35%. Pada analisis Satisfied buyer (pembeli
yang merasa puas) pada deterjen Rinso rentang
skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat
jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-
4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai
rata-rata jawaban responden sebesar 3,91. Hal ini
berarti nilai 3,91 dari jawaban responden termasuk
dalam kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
64 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
standart deviasi 0,949 dengan memanfaatkan
informasi nilai standart deviasi, tolerasi satu kali
standart deviasi memetakan responden satisfied
buyer dari Rinso ke posisi cukup (batas bawah
penyimpangan data satisfied buyer sebesar 2,961)
hingga sangat baik (batas atas penyimpangan data
satisfied buyer sebesar 4,859). Dengan demikian
informasi ini dapat memberikan harapan yang baik
bagi Rinso.
Tabel 13
Satisfied buyer/X3- Brand Loyalty Attack
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak puas 0 1 0 1 0 0
Tidak puas 2 2 2 4 4 7,14
Cukup puas 5 3 15 9 45 17,86
Puas 10 4 40 16 160 35,71
Sangat puas 11 5 55 25 275 39,29
JUMLAH 28 122 484 100 .
Tabel 14
Satisfied buyer/X3- Brand Loyalty Daia
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak puas 0 1 0 1 0 0
Tidak puas 1 2 2 4 4 5,26
Cukup puas 7 3 21 9 63 36,85
Puas 9 4 32 16 128 47,37
Sangat puas 2 5 10 25 50 10,52
JUMLAH 19 65 245 100
Tabel 15
Liking the brand /X4- Brand Loyalty Rinso
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak suka 0 1 0 1 0 0
Tidak suka 0 2 0 4 0 0
Cukup suka 7 3 21 9 63 30,43
Suka 9 4 32 16 128 39,14
Sangat suka 7 5 35 25 175 30,43
JUMLAH 23 88 366 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Rata-rata jawaban resonden= = 4,36
Satisfied buyer = x 100% = 75%
Standar Deviasi = 327,1128
28
122484
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 13, dapat
diketahui bahwa dari 28 responden yang memilih
Attack, sebanyak 21 responden atau 75%
menyatakan puas atau sangat puas dalam
pembelian deterjen Attack, 5 responden atau
17,86% menyatakan cukup puas, sedangkan
responden yang tidak puas hanya 2 responden atau
7,14%. Pada analisis Satisfied buyer (pembeli
yang merasa puas) pada deterjen Attack rentang
skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat
jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-
4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai
rata-rata jawaban responden sebesar 4,36. Hal ini
berarti nilai 4,36 dari jawaban responden termasuk
dalam kategori sangat baik (rentang 4,20-5,00)
dengan standart deviasi 1,327 dengan
memanfaatkan informasi nilai standart deviasi,
tolerasi satu kali standart deviasi memetakan
responden satisfied buyer dari Attack ke posisi
cukup (batas bawah penyimpangan data satisfied
buyer sebesar 2,809) hingga sangat baik (batas atas
penyimpangan data satisfied buyer sebesar 5,687).
Dengan demikian informasi ini dapat memberikan
harapan yang sangat baik bagi Attack.
Rata-rata jawaban resonden= = 3,42
Satisfied buyer = x 100% =57,89 %
Standar Deviasi = 121,1119
19
65245
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 14 dapat
diketahui bahwa dari 19 responden yang memilih
Daia, sebanyak 11 responden atau 57,89%
menyatakan puas atau sangat puas dalam
pembelian deterjen Daia, 7 responden atau 36,85%
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 65
menyatakan cukup puas, sedangkan responden
yang tidak puas hanya 1 responden atau 5,26%.
Pada analisis Satisfied buyer (pembeli yang
merasa puas) pada deterjen Daia rentang skala yang
digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-
2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik),
4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata
jawaban responden sebesar 3,42. Hal ini berarti
nilai 4,36 dari jawaban responden termasuk dalam
kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan standart
deviasi 1,121 dengan memanfaatkan informasi nilai
standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi
memetakan responden satisfied buyer dari Daia ke
posisi jelek (batas bawah penyimpangan data
satisfied buyer sebesar 2,299) hingga sangat baik
(batas atas penyimpangan data satisfied buyer
sebesar 4,541). Dengan demikian informasi ini
dapat memberikan harapan yang baik bagi Daia.
Analisis Liking the brand (pembeli yang menyukai
merek)
Jika pembali telah menyukai performa dari
suatu merek produk yang digunakan, maka lambat
laun akan tetap menyukai produk tersebut secara
keseluruhan. Pembeli semacam ini dapat dikatakan
sebagai liking the brand. Responden yang termasuk
dalam tingkatan liking the brand adalah yang
menjawab “suka” dan “sangat suka”. Berikut ini
akan disajikan tabulasi liking the brand deterjen
Rinso, Attack dan Daia pada tabel 15, tabel 16 dan
tabel 17.
Rata-rata jawaban resonden= = 3,83
Liking the brand = x 100% =69,57%
Standar Deviasi = 154,1123
23
88366
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 15, dapat
diketahui bahwa dari 23 responden yang memilih
Rinso, sebanyak 16 responden atau 69,57%
menyatakan suka atau sangat suka dalam
pembelian deterjen Rinso, 7 responden atau
30,43% menyatakan cukup suka dan tidak ada
responden yang menyatakan bahwa responden
tidak suka sangat tidak suka dengan deterjen Attack
tersebut. Pada analisis liking the brand (pembeli
yang menyukai merek) pada deterjen Rinso rentang
skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat
jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-
4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai
rata-rata jawaban responden sebesar 3,83. Hal ini
berarti nilai 3,83 dari jawaban responden termasuk
dalam kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan
standart deviasi 1,154 dengan memanfaatkan
informasi nilai standart deviasi, tolerasi satu kali
standart deviasi memetakan responden liking the
brand dari Rinso ke posisi cukup (batas bawah
penyimpangan data liking the brand sebesar 2,676)
hingga sangat baik (batas atas penyimpangan data
liking the brand sebesar 4,984). Dengan demikian
informasi ini dapat memberikan harapan yang baik
bagi Rinso.
Tabel 16
Liking the brand /X4- Brand Loyalty Attack
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak suka 0 1 0 1 0 0
Tidak suka 2 2 4 4 8 7,14
Cukup suka 2 3 6 9 18 7,14
Suka 14 4 56 16 224 50
Sangat suka 10 5 50 25 250 35,71
JUMLAH 28 116 500 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Rata-rata jawaban resonden= =4,14
Liking the brand = x 100% = 85,71%
Standar Deviasi = 848,0128
28
116500
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 16, dapat
diketahui bahwa dari 28 responden yang memilih
Attack, sebanyak 24 responden atau 85,71%
menyatakan suka atau sangat suka dalam
pembelian deterjen Attack, responden yang
menyatakan cukup suka dan tidak suka masing-
masing sebanyak 2 responden atau 7,14% dan tidak
ada responden yang menyatakan sangat tidak suka.
Pada analisis liking the brand (pembeli yang
menyukai merek) pada deterjen Attack rentang
skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat
jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-
4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai
rata-rata jawaban responden sebesar 4,14. Hal ini
berarti nilai 4,14 dari jawaban responden termasuk
dalam kategori baik (rentang 3,40-4,20) dengan
standart deviasi 0,848 dengan memanfaatkan
informasi nilai standart deviasi, tolerasi satu kali
standart deviasi memetakan responden liking the
brand dari Attack ke posisi cukup (batas bawah
penyimpangan data liking the brand sebesar 3,292)
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
66 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
hingga sangat baik (batas atas penyimpangan data
liking the brand sebesar 4,988). Dengan demikian
informasi ini dapat memberikan harapan yang baik
bagi Attack.
Tabel 17
Liking the brand /X4- Brand Loyalty Daia
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Sangat tidak suka 0 1 0 1 0 0
Tidak suka 1 2 2 4 4 5,26
Cukup suka 6 3 18 9 54 31,58
Suka 10 4 40 16 160 52,63
Sangat suka 2 5 10 25 50 10,53
JUMLAH 19 70 268 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Rata-rata jawaban resonden= = 3,68
Liking the brand = x 100% = 63,16%
Standar Deviasi = 749,0119
19
70268
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 17, dapat
diketahui bahwa dari 19 responden yang memilih
Daia, sebanyak 12 responden atau 63,16%
menyatakan suka atau sangat suka dalam
pembelian deterjen Daia, 6 responden atau 31,58%
menyatakan cukup suka, 1 responden atau 5,26%
menyatakan tidak suka, dan tidak ada responden
yang menyatakan sangat tidak suka. Pada analisis
liking the brand (pembeli yang menyukai merek)
pada deterjen Daia rentang skala yang digunakan
adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-2,60 (jelek),
2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik), 4,20-5,00
(sangat baik) dengan nilai rata-rata jawaban
responden sebesar 3,68. Hal ini berarti nilai 3,68
dari jawaban responden termasuk dalam kategori
baik (rentang 3,40-4,20) dengan standart deviasi
0,749 dengan memanfaatkan informasi nilai
standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi
memetakan responden liking the brand dari Daia ke
posisi cukup (batas bawah penyimpangan data
liking the brand sebesar 2,931) hingga sangat baik
(batas atas penyimpangan data liking the brand
sebesar 4,429). Dengan demikian informasi ini
dapat memberikan harapan yang baik bagi Daia.
Analisis Committed buyer (pembeli yang komit)
Pada tingkatan ini, pembeli telah merasa
mempunyai ikatan “emosional” dengan merek yang
telah disukai sebelumnya. Pada tingkatan ini
pembeli mempunyai tingkat perpindahan merek
yang sangat kecil, dan ini menjadi harapan bagi
setiap produsen dari produk yang digunakan oleh
para pembeli yang komit. Responden yang
termasuk dalam tingkatan committed buyer adalah
responden yang menjawab “sering” dan “selalu”.
Selanjutnya akan disajikan dalam tabulasi pada
tabel 18, tabel 19 dan tabel 20
Tabel 18
Committed buyer/X5- Brand Loyalty Rinso
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Tidak pernah 7 1 7 1 7 30,43
Jarang 4 2 8 4 16 17,4
Cukup sering 4 3 12 9 36 17,4
Sering 7 4 24 16 96 30,43
Sangat sering 1 5 5 25 25 3,35
JUMLAH 23 56 173 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Rata-rata jawaban resonden= = 2,43
Committed buyer = x 100% = 34,78%
Standar Deviasi = 291,1123
23
56173
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 18, dapat
diketahui bahwa dari 23 responden yang memilih
Rinso, sebanyak 8 responden atau 34,78%
merupakan responden yang benar-benar komit
terhadap deterjen Rinso, 4 responden atau 17,4%
merupakan responden yang cukup komit, 4
responden atau 17,4% menyatakan jarang
merekomendasikan kepada orang lain dan 7
responden atau 30,43% menyatakan tidak pernah
merekomendasikan kepada orang lain.Pada analisis
committed buyer (pembeli yang komit) pada
deterjen Daia rentang skala yang digunakan adalah
1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 67
3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat
baik) dengan nilai rata-rata jawaban responden
sebesar 2,43. Hal ini berarti nilai 3,68 dari jawaban
responden termasuk dalam kategori jelek (rentang
1,80-2,60) dengan standart deviasi 1,291 dengan
memanfaatkan informasi nilai standart deviasi,
tolerasi satu kali standart deviasi memetakan
responden committed buyer dari Rinso ke posisi
sangat jelek (batas bawah penyimpangan data
committed buyer sebesar 1,139) hingga baik (batas
atas penyimpangan data committed buyer sebesar
3,721). Dengan demikian informasi ini dapat
memberikan harapan yang kurang baik bagi Rinso.
Tabel 19
Committed buyer/X5- Brand Loyalty Attack
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Tidak pernah 8 1 8 1 8 28,57
Jarang 5 2 10 4 20 17,86
Cukup sering 1 3 3 9 9 3,57
Sering 11 4 44 16 176 39,29
Sangat sering 3 5 15 25 75 10,71
JUMLAH 28 80 288 100
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Rata-rata jawaban resonden= = 2,86
Committed buyer = x 100% = 50%
Standar Deviasi = 483,1128
28
80288
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 19, dapat
diketahui bahwa dari 28 responden yang memilih
Attack, sebanyak 14 responden atau 50%
merupakan responden yang benar-benar komit
terhadap deterjen Attack, 1 responden atau 3,57%
menyatakan cukup sering merekomendasikan
kepada orang lain, 5 responden atau 17,86%
menyatakan jarang merekomendasikan kepada
orang lain dan 8 responden atau 28,57%
menyatakan tidak pernah merekomendasikan
kepada orang lain
Pada analisis committed buyer (pembeli yang
komit) pada deterjen Attack rentang skala yang
digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat jelek), 1,80-
2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-4,20 (baik),
4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai rata-rata
jawaban responden sebesar 2,86. Hal ini berarti
nilai 2,68 dari jawaban responden termasuk dalam
kategori cukup (rentang 2,60-3,40) dengan standart
deviasi 1,483 dengan memanfaatkan informasi nilai
standart deviasi, tolerasi satu kali standart deviasi
memetakan responden committed buyer dari Attack
ke posisi sangat jelek (batas bawah penyimpangan
data committed buyer sebesar 1,377) hingga sangat
baik (batas atas penyimpangan data committed
buyer sebesar 4,343). Dengan demikian informasi
ini dapat memberikan harapan yang cukup baik
bagi Attack.
Tabel 20
Committed buyer/X5- Brand Loyalty Daia
Jawaban F X FX X2
FX2
%
Tidak pernah 8 1 8 1 8 42,11
Jarang 7 2 14 4 28 36,84
Cukup sering 3 3 9 9 27 15,79
Sering 0 4 0 16 0 0
Sangat sering 1 5 5 25 25 5,26
JUMLAH 19 36 88 100
Rata-rata jawaban resonden= = 1,89
Committed buyer = x 100% =5,26 %
Standar Deviasi = 048,1119
19
3688
2
=
-
-
Berdasarkan perhitungan tabel 20, dapat
diketahui bahwa dari 19 responden yang memilih
Daia, hanya 1 responden atau 5,26% merupakan
responden yang benar-benar komit terhadap
deterjen Daia, 3 responden atau 15,79%
menyatakan cukup sering merekomendasikan
kepada orang lain, 7 responden atau 36,84%
menyatakan jarang merekomendasikan kepada
orang lain, dan 8 responden atau 42,11%
menyatakan tidak pernah merekomendasikan
kepada orang lain.Pada analisis committed buyer
(pembeli yang komit) pada deterjen Daia rentang
skala yang digunakan adalah 1,00-1,80 (sangat
jelek), 1,80-2,60 (jelek), 2,60-3,40 (cukup), 3,40-
4,20 (baik), 4,20-5,00(sangat baik) dengan nilai
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
68 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
rata-rata jawaban responden sebesar 1,89. Hal ini
berarti nilai 1,89 dari jawaban responden termasuk
dalam kategori jelek (rentang 1,80-2,60) dengan
standart deviasi 1,048 dengan memanfaatkan
informasi nilai standart deviasi, tolerasi satu kali
standart deviasi memetakan responden committed
buyer dari Daia ke posisi sangat jelek (batas bawah
penyimpangan data committed buyer sebesar 0,842)
hingga cukup (batas atas penyimpangan data
committed buyer sebesar 2,938). Dengan demikian
informasi ini dapat memberikan harapan yang
kurang baik bagi Daia.
Brand Switching Pattern Matrix
Dari kata-kata yang sudah diuraikan, maka
posisi suatu produk dapat juga dilihat dengan
analisis Brand Switching Pattern Matrix atau
matrik perpindahan merek, matrik perpindahan
merek dari deterjen Rinso, Attack dan Daia yang
disajikan pada tabel 21. Setelah menggunakan
metode brand switching pattern matrix, selanjutnya
dapat dihitung tentang tingkat kemungkinan
perpindahan dari satu merek ke merek yang lain
atau disebut juga Pro T (possibility rate of
transition) yang disajikan pada tabel 22
Tabel 21
Matrik Perpindahan Merek Produk Deterjen Rinso, Attack dan Daia
Dari / Ke Rinso Attack Daia Lainnya Jumlah
Rinso 14 4 4 1 23
Attack 4 21 2 1 28
Daia 3 5 7 4 19
Jumlah 21 30 13 6 70
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Tabel 22
Possibility Rate of Transition
Pro T/ merek Pro T (%) Percentage of Unloyal(%) Attrion Rate
Rinso
21,74%
Attack
50%
Daia
26,32%
Sumber : Hasil perhitungan kuesioner (2011)
Keterangan :
Pro T = kemungkinan perpindahan merek
Percentage of Unloyal = persentase responden yang tidak loyal/setia
Attrition Rate = persentase perbandingan responden yang loyal dan tidak loyal.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 21, dapat
diketahui bahwa 14 orang responden tetap loyal
pada produk deterjen Rinso, 4 orang responden
berpindah ke deterjen Attack, 4 orang responden
berpindah ke deterjen Daia dan 1 orang responden
berpindah ke deterjen lainnya. Data kuesioner yang
telah diisi oleh responden menunjukkan bahwa
alasan utama responden berpindah merek karena
harga murah. Berdasarkan perhitungan pada tabel
21, dapat diketahui bahwa 21 orang responden tetap
loyal pada produk deterjen Attack, 4 orang
responden berpindah ke deterjen Rinso, 2 orang
responden berpindah ke deterjen Daia dan 1 orang
responden berpindah ke deterjen lainnya. Data
kuesioner yang telah diisi oleh responden
menunjukkan bahwa alasan utama responden
berpindah merek karena bersih, harum dan irit serta
harga murah.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 21, dapat
diketahui bahwa 7 orang responden tetap loyal pada
produk deterjen Daia, 3 orang responden berpindah
ke deterjen Rinso, 5 orang responden berpindah ke
deterjen Attack dan 4 orang responden berpindah ke
deterjen lainnya. Data kuesioner yang telah diisi
oleh responden menunjukkan bahwa alasan utama
responden berpindah merek karena bersih, harum
dan irit, harga murah serta busa melimpah.
Berdasarkan perhitungan Pro T pada tabel 22,
dapat diketahui bahwa nilai Pro T atau tingkat
kemungkinan perpindahan merek pada deterjen
Rinso sebesar 60,87%, untuk kemungkinan
perpindahan merek pada deterjen Attack sebesar
75%, sedangkan untuk kemungkinan perpindahan
merek pada deterjen Daia sebesar 36,84%.
Kemudian persentase pada konsumen yang tidak
loyal pada deterjen Rinso sebesar 39,13%, untuk
konsumen yang tidak loyal pada deterjen Attack
sebesar 25%, sedangkan untuk konsumen yang tidak
loyal pada deterjen Daia sebesar 63,16%.
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 69
2. Piramida Brand Loyalty
Setelah melakukan perhitungan pada seluruh
elemen brand loyalty, selajutnya dapat dirangkum
dalam kesatuan bentuk yaitu piramida brand loyalty.
Piramida ini terdiri dari elemen-elemen brand
loyalty, dan cenderung membentuk segitiga terbalik.
Apabila segitga brand loyalty pada posisi normal
maka pihak manajemen perusahaan harus
melakukan evaluasi tentang kesetiaan konsumen
dari masing-masing produk. Berikut analisa masing-
masing segitiga dari masing-masing produk deterjen
Rinso, Attack dan Daia.
Keterangan :
CB = Committed Buyer
LB = Liking the Brand
SB = Satisfied Buyer HB = Habitual Buyer
S = Switcher Buyer
a. Piramida Brand Loyalty Deterjen Rinso
b.
Gambar 5 : Piramida Brand Loyalty Deterjen Rinso
Sumber : tabel 6, 9, 12, 15 dan 18
Berdasarkan gambar 3 , dapat diketahui bahwa
brand loyalty deterjen Rinso membentuk segitiga
terbalik dengan tidak sempurna. Dengan komposisi
pada committed buyer sebesar 34,78%, liking the brand sebesar 69,57%, satisfied buyer sebesar
60,87%, habitual buyer sebesar 47,83% dan
switcher buyer sebesar 39,13%. Persentase untuk
committed buyer perlu ditingkatkan lagi agar
penjualan atau pemasaran produk deterjen Rinso
lebih meningkat juga.
c. Piramida Brand Loyalty Deterjen Attack
Gambar 4: Piramida Brand Loyalty Deterjen Attack
Sumber : tabel 7, 10, 13, 16 dan 19
Berdasarkan gambar 4., dapat diketahui bahwa
brand loyalty deterjen Attack membentuk segitiga
terbalik dengan tidak sempurna. Dengan komposisi
pada committed buyer sebesar 50%, liking the brand
sebesar 85,71%, satisfied buyer sebesar 75%,
habitual buyer sebesar 42,86% dan switcher buyer sebesar 32,14%. Persentase untuk committed buyer
perlu ditingkatkan lagi agar penjualan atau
pemasaran produk deterjen Attack lebih meningkat
juga.
d. Piramida Brand Loyalty Deterjen Daia
Gambar 6 : Piramida Brand Loyalty Deterjen Daia
Sumber : tabel 8, 11, 14, 17 dan 20
Berdasarkan gambar 6, dapat diketahui bahwa
brand loyalty deterjen Daia membentuk segitiga
terbalik dengan tidak sempurna. Dengan komposisi
pada committed buyer sebesar 5,26%, liking the
brand sebesar 63,16%, satisfied buyer sebesar
57,89%, habitual buyer sebesar 63,16% dan
switcher buyer sebesar 57,89%. Persentase untuk
committed buyer perlu ditingkatkan lagi agar
penjualan atau pemasaran produk deterjen Daia
lebih meningkat juga.
Pembahasan Tingkatan Brand Loyalty Rinso,
Attack dan Daia
Berdasarkan perhitungan dan analisis data yang
telah dilakukan, menunjukkan bahwa Rinso
mempunyai konsumen yang paling banyak pada
tingkatan liking the brand sebesar 69,57% atau 16
responden dan paling rendah pada tingkatan
committed buyer sebesar 34,78% atau 8 responden.
Pada tingkatan switcher buyer sebesar 39,13% atau
9 responden akan berpindah merek karena alasan
faktor harga. Pada tingkatan habitual buyer sebesar
47,83% atau 11 responden setuju bahwa pembelian
deterjen Rinso tersebut berdasarkan karena
kebiasaan, hal itu disebabkan karena konsumen
menganggap bahwa deterjen Rinso adalah sebuah
kebutuhan yang mereka perlukan. Pada tingkatan
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
70 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
satisfied buyer sebesar 60,87% atau 14 responden
merasa puas karena alasan bersih, harum dan irit. Ini
terbukti bahwa dari 23 responden, 12 responden
atau 52,17% diantaranya memilih deterjen Rinso
karena bersih, harum dan irit yang merupakan
alasan terbanyak dari jawaban yang diberikan oleh
responden. Pada tingkatan liking the brand sebesar
69,57% atau 16 responden yang menyatakan suka
terhadap merek deterjen Rinso, kondisi seperti ini
akan berdampak atau berprospek baik di masa
mendatang pada deterjen Rinso. Pada tingkatan
committed buyer sebesar 34,78% atau 8 responden
yang merupakan konsumen yang benar-benar komit
terhadap deterjen Rinso, hal ini perlu di tanggapi
serius oleh perusahaan agar dapat di tingkatkan lagi
jumlah konsumen yang komit terhadap deterjen
Rinso. Hal ini bisa secara ringkas dilihat dalam tabel
23.
Pada deterjen Attack, responden yang berada
pada tingkatan switcher buyer sebesar 32,14% atau
9 responden, kondisi ini hendaknya perlu segera
ditindak lanjuti agar di masa mendatang persentase
konsumen yang berada pada tingkatan ini tidak
tambah meningkat bahkan sebaiknya dapat
menurunkan persentasenya. Pada tingkatan habitual
buyer sebesar 42,86% atau 12 responden
menyatakan setuju bahwa mereka memilih deterjen
Attack karena alasan kebiasaan. Pada tingkatan
selanjutnya yaitu satisfied buyer menunjukkan
kenaikan yang cukup menonjol yaitu sebesar 75%
atau 21 responden. Mereka merasakan puas karena
alasan bersih, harum dan irit sebesar 50% atau 14
responden dari 28 responden yang memilih deterjen
Attack. Pada tingkatan liking the brand sebesar
85,71% atau 24 responden menyukai merek deterjen
Attack. Hal ini nantinya di harapkan dapat
menyebabkan pembelian yang berulang karena
merek telah disukai oleh konsumen. Selanjutnya
tingkat committed buyer sebesar 50% atau 14
responden merupakan konsumen yang benar-benar
komit. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan persentase konsumen yang komit
dengan menerapkan strategi pemasaran yang lebih
baik. Hal ini bisa secara ringkas dilihat dalam tabel
24..
Untuk perhitungan dan analisis data pada
deterjen Daia menunjukkan bahwa tingkat switcher
buyer sebesar 57,89% atau 11 responden, kondisi ini
patutnya diwaspadai oleh perusahaan karena dapat
menyebabkan penjualan menurun sehingga
perusahaan harus menyiapkan strategi yang bisa
mengurangi persentase dari konsumen pada
tingkatan switcher buyer ini. Pada tingkat habitual
buyer ada 63,16% atau 12 responden yang
menyatakan setuju jika mereka memilih deterjen
Attack karena kebiasaan. Selanjutnya, pada tingkat
satisfied buyer sebesar 57,89% atau 11 responden
menyatakan puas terhadap atribut yang melekat
pada produk deterjen Daia terutama karena harga
murah. Alasan tersebut terbukti bahwa sebesar
31,58% atau 6 responden dari 19 responden
menyatakan puas karena harga murah. Pada
tingkatan liking the brand menunjukkan sebesar
63,16% atau 12 responden menyukai merek Daia.
jika konsumen telah menyukai merek tersebut maka
biasanya di waktu yang akan datang akan kembali
lagi melakukan pembelian. Namun, kenyataan yang
ada hanya sebesar 5,26% atau 1 responden dari 19
responden yang benar-benar komit. Hal itu
merupakan masalah bagi perusahan yang harus
segera di atasi agar konsumen yang komit terhadap
produk lebih besar dari pada sekarang. Hal ini bisa
secara ringkas dilihat dalam tabel 25.
Tabel 23
Tingkatan Brand Loyalty Rinso
No Switcher buyer Habitual buyer Satisfied buyer Liking the brand committed buyer
1
39,13%
atau
9 responden
47,83%
atau
11 responden
60,87%
Atau
14 responden
69,57%
atau
16 responden
34,78%
atau
8 responden
2 Karena faktor
harga Kebiasaan
Karena bersih,
harum dan irit Suka
Sering atau sangat
sering merekomendasi-
kan kepada orang lain
Tabel 24
Tingkatan Brand Loyalty Attack
No Switcher
buyer Habitual buyer Satisfied buyer
Liking the
brand committed buyer
1
32,14%
atau
9 responden
42,86%
atau
12 responden
75%
Atau
21 responden
85,71%
atau
24 responden
50%
atau
14 responden
2 Karena faktor
harga Kebiasaan
Karena bersih,
harum dan irit Suka
Sering atau sangat sering
merekomendasi-kan kepada
orang lain
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 71
Tabel 25
Tingkatan Brand Loyalty Daia
No Switcher buyer Habitual buyer Satisfied buyer Liking the brand committed buyer
1
57,89%
atau
11 responden
63,16%
atau
12 responden
57,89%
atau
11 responden
63,16%
atau
12 responden
5,26%
atau
1 responden
2 Karena faktor
harga Kebiasaan
Karena harga
murah Suka
Sering atau sangat
sering
merekomendasi-
kan kepada orang
lain
Tabel 26
Tingkatan Brand Loyalty Rinso
Pro T/ merek Pro T (%) Kemungkinan Berpindah Merek
Rinso
60,87% x 14 = 9 orang
Tabel 27
Tingkatan Brand Loyalty Attack
Pro T/ merek Pro T (%) Kemungkinan Berpindah Merek
Rinso
75% x 21 = 16 orang
Tabel 28
Tingkatan Brand Loyalty Daia
Pro T/ merek Pro T (%) Kemungkinan Berpindah Merek
Rinso
36,84% x 7 = 3 orang
Pembahasan Kemungkinan Terjadinya
Perpindahan Merek
Konsumen Rinso mempunyai kemungkinan
perpindahan merek yang cukup perlu untuk
diwaspadai yaitu 60,87%. Artinya dari 14
responden yang saat ini sedang memakai produk
ini, pada masa mendatang kemungkinan responden
yang akan beralih ke merek lain sebanyak 9 orang
(60,87% x 14). Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa jumlah yang tidak loyal terhadap merek ini
sebanyak 9 responden atau 39,13%. Hal ini bisa
secara ringkas dilihat dalam tabel 26. Konsumen
Attack mempunyai kemungkinan perpindahan
merek yang cukup perlu untuk diwaspadai yaitu
75%. Artinya dari 21 responden yang saat ini
sedang memakai produk ini, pada masa mendatang
kemungkinan responden yang akan beralih ke
merek lain sebanyak 16 orang (75% x 21). Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa jumlah yang
tidak loyal terhadap merek ini sebanyak 7
responden atau 25%. Hal ini bisa secara ringkas
dilihat dalam tabel 27. Konsumen Daia mempunyai
kemungkinan perpindahan merek yang cukup perlu
untuk diwaspadai yaitu 36,84%. Artinya dari 14
responden yang saat ini sedang memakai produk
ini, pada masa mendatang kemungkinan responden
yang akan beralih ke merek lain sebanyak 3 orang
(36,84% x 7). Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa jumlah yang tidak loyal terhadap merek ini
sebanyak 12 responden atau 63,16%. Hal ini bisa
secara ringkas dilihat dalam tabel 28.
Pembahasan Gambaran Piramida Brand Loyalty
Bentuk piramida brand loyalty pada deterjen
Rinso adalah mendekati bentuk segitiga terbalik,
maksudnya semakin ke atas semakin melebar.
Namun, dalam deterjen Rinso ini pada tingkatan
committed buyer nilainya mengalami penurunan
menjadi 34,78%. Nilai tersebut lebih kecil jika
dibandingkan dengan nilai pada tingkatan liking the
brand sehingga piramida brand loyalty pada
deterjen Rinso ini belum dapat dikatakan sebagai
piramida terbalik secara sempurna. Bentuk
piramida brand loyalty pada deterjen Attack adalah
mendekati bentuk segitiga terbalik, maksudnya
semakin ke atas semakin melebar. Namun, dalam
deterjen Attack ini pada tingkatan committed buyer
nilainya mengalami penurunan menjadi 50%. Nilai
tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai
pada tingkatan liking the brand sehingga piramida
brand loyalty pada deterjen Attack ini belum dapat
dikatakan sebagai piramida terbalik secara
sempurna. Bentuk piramida brand loyalty pada
deterjen Daia adalah mendekati bentuk segitiga
terbalik, maksudnya semakin ke atas semakin
melebar. Namun, dapat dilihat bahwa piramida
brand loyalty dalam deterjen Daia ini mengalami
fluktuatif pada tingkatan satisfied buyer dan
Analisis Brand Loyalty Terhadap Merek Deterjen Rinso, Attack Dan Daia
Fendi Ahmadi, Agung Muljono
72 Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia
committed buyer nilainya mengalami penurunan
yang masing-masing menjadi 57,89% dan 5,26%.
Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan
nilai pada tingkatan habitual buyer dan liking the brand sehingga piramida brand loyalty pada
deterjen Daia ini belum dapat dikatakan sebagai
piramida terbalik secara sempurna.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan proses analisis, perhitungan dan
pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya,
maka selanjutnya diperoleh hasil atau kesimpulan
tentang tingkat loyalitas merek (brand loyalty)
terhadap produk deterjen Rinso, Attack dan Daia
(studi kasus pada ibu-ibu perumahan Griya
Genteng Mulya I Kecamatan Genteng Kabupaten
Banyuwangi) adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan melalui proses
analisis dapat simpulkan bahwa :
Dari 70 orang responden yang dijadikan sebagai
sampel, 23 orang diantaranya memilih deterjen
Rinso dan didapatkan hasil bahwa pada tingkat
switcher buyer (39,13%), habitual buyer (47,83%),
satisfied buyer (60,87%), liking the buyer (69,57%)
dan committed buyer (43,78%).
Dari 70 orang responden yang dijadikan sebagai
sampel, 28 orang diantaranya memilih deterjen
Attack dan didapatkan hasil bahwa pada tingkat
switcher buyer (32,14%), habitual buyer (42,86%),
satisfied buyer (75%), liking the buyer (85,71%)
dan committed buyer (50%).
Dari 70 orang responden yang dijadikan sebagai
sampel, 19 orang diantaranya memilih deterjen
Daia dan didapatkan hasil bahwa pada tingkat
switcher buyer (57,89%), habitual buyer (63,16%),
satisfied buyer (57,89%), liking the buyer (63,16%)
dan committed buyer (5,26%).
Nilai tingkatan brand loyalty pada deterjen
Rinso dan Attack menunjukkan tingkat loyalitas
merek yang kuat kecuali pada tingkat committed
buyer. Namun berbeda dengan tingkat brand
loyalty pada deterjen Daia yang menunjukkan
tingkat loyalitas yang belum terlalu kuat, terutama
pada tingkat switcher buyer yang persentasenya
masih tinggi dan sebaliknya pada tingkat committed
buyer yang masih terlalu rendah.
2. Berdasarkan perhitungan dengan Pro T atau
possibility rate of transition (kemungkinan
perpindahan merek). Responden pada deterjen
Rinso sebesar 60,87% atau 14 responden
artinya pada mendatang kemungkinan
responden yang akan beralih ke merek lain
sebanyak 9 orang (60,87% x 14) , pada deterjen
Attack sebesar 75% atau 21 responden artinya
pada mendatang kemungkinan responden yang
akan beralih ke merek lain sebanyak 16 orang
(75% x 21) dan pada deterjen Daia sebesar
36,84% atau 7 responden artinya pada
mendatang kemungkinan responden yang akan
beralih ke merek lain sebanyak 3 orang
(36,84% x 7). Berdasarkan besarnya nilai Pro T
tersebut yang di hasilkan oleh merek deterjen
Rinso, Attack dan Daia menunjukkan bahwa di
masa mendatang, ada kemungkinan tingkat
loyalitas akan melemah.
Saran
1. Dalam mempertahankan tingkat loyalitas merek
yang sudah ada ataupun meningkatkannya,
berdasarkan teori dan penelitian ini maka
sebaiknya menerapkan metode brand loyalty
dalam mengetahui tingkat loyalitas konsumen
terhadap produknya sehingga produk yang
dipasarkan dapat membentuk piramida terbalik
yang sempurna pada pasar, yang mana jika
semakin keatas maka akan semakin melebar
maka hal itu menunjukkan brand equity yang
paling kuat karena persentase tiap tingkatan
mulai dari tingkat switcher buyer, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand dan
commited buyer mengalami kenaikan.
Kemudian sebaiknya produk bisa lebih
memudahkan konsumen dalam pencucian.
Misalnya tidak membutuhkan perendaman dan
penyikatan ( kucekan) yang lama serta tidak
memerlukan produk tambahan untuk
pengharum atau penghilang noda.
2. Untuk mengurangi tingkat perpindahan
pelanggan ke merek lain perlu adanya usaha
agar jumlah konsumen yang loyal dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan
keterkaitan konsumen terhadap merek yang
digunakan dari segi fungsional dikarenakan
tingkatan brand loyalty mewakili tantangan
pemasaran yang berbeda.
3. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya lebih
memperluas lagi penelitian tentang tingkat
loyalitas konsumen dan memperluas wilayah
penelitian karena semakin luas wilayah
penelitian maka akan didapatkan hasil yang
lebih kongkrit dari suatu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Bilson Simamora, 2001, Manajemen Pemasaran,
Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
--------------, 2005, Panduan Riset Perilaku
Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Buchari Alma, 2010, Pengantar Bisnis, Cetakan
Keempat Belas, Alfabet, Bandung.
Budi Purwadi, 2000, Riset Pemasaran, PT
Grasindo, Jakarta.
Dahlan Iskan, 2008, Perilaku Konsumen, Edisi
Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Dita Afiani Saputri, 2005, Analisis Asosiasi Merek
Pada Produk Shampoo di Kalangan
Mahasiswa S1 Non Reguler Fakultas
JURNAL SAINS MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
Volume I, No. 1, September 2011, halaman 47 - 74
Jurnal Sains Manajemen & Bisnis Indonesia 73
Ekonomi Universitas Jember, Skripsi,
Universitas Jember.
Durianto Darmadi, Sugiarto dan Tony Sitinjak,
2001, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui
Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Durianto Darmadi, 2004, Brand Equity Ten, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
--------------, 2004, Strategi Menaklukan Pasar
Melalui Riset Equitas dan Perilaku Merek,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Freddy Rangkuti, 2002, Measuring Customer Satisfaction, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Harinaldi, 2005, Prinsip-Prinsip Statistik, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Ivancevich, John M.,2007, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jilid I, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
J. Supranto, 2000, Metodologi Penelitian Bisnis,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip and AB. Susanto, 2000, Manajemen
Pemasaran Di Indonesia Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol ,
Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Kotler, Philip and Gary Amstrong, 2006, Prinsip-
Prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jilid
I, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2008,
Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas,
Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Mudrajad Kuncoro, 2003, Metode Riset Untuk
Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Siswo Prayitno, 2008, Analisis Brand Loyalty pada
Konsumen Ponsel Merek Nokia dan Sony Ericsson Di Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jember, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Jember.
http://statistik4life.blogspot.com/2009/11/uji-q-
cochran.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produk-
definisi-klasifikasi-dimensi_30.html
http://suchaini.wordpress.com/2008/12/17/teknik-
pengumpulan-data-dan-teknik-sampling/
http://id.wikipedia.org/wiki/Loyalitas_merek
http://consumerbehaviour.blogsome.com/2007/12/1
3/kepribadian-merk/
http://worldofandika.blogspot.com/2011/03/bab-6-
pengetahuan-konsumen-chapter-6.html
SUMBER Taufan Darussalam : 2007
http://bonteng.wordpress.com/2009/11/16/atribut-
produk/