4-1012-1-SM.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    1/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    1

    PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

    TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

    DAN LITERASI SAINS SISWA KELAS X SMA PGRI 1 AMLAPURA

    N. Ngertini, W.Sadia, M.Yudana

    Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana

    Universitas Pendidikan Ganesha

    Singaraja Indonesia

    e-mail: {ngertini.nyoman, wayan.sadia, made.yudana}@pasca.undiksha.ac.id

    Abstrak

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemahamankonsep dan literasi sains antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Inkuiridengan siswa yang mengikuti model Pengajaran Langsung (Direct Instruction). Mengacupada permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini merupakan penelitianeksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan post-test onlycontrol group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAPGRI 1 Amlapura tahun pelajaran 2013/2014 yang jumlahnya 64 orang yang terdiri daridua kelas yaitu siswa kelas X IPA 1 dan X IPA 2. Pengambilan sampel dalam penelitianini menggunakan studi sensus karena seluruh kelas X IPA dijadikan sebagai sumberdata penelitian. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan MANOVA,dapat diambil simpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

    dan literasi sains antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan modelpembelajaran Inkuiri Terbimbing dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajardengan model pengajaran langsung (Direct Instruction).

    Kata Kunci: Inquiri, Literasi Sains, pemahaman konsep

    Abstract

    This study aimed at analyzing the differences in concept understanding ability andscientific literacy among students who learnt through Inquiry model and students wholearnt through Direct model (Direct Instruction). Referring to the issues that had beenformulated, this study was an experimental study. The design of this study was post-test

    only control group design. The population in this study were all students of X ScienceSMA PGRI 1 Amlapura academic year 2013/2014 consisting of 64 students that weredistributed in X Science 1 and X Science 2 classes. The samples of this study werechosen through census study in which all students of science X classes were used as thesource of the research data. Based on the results of hypothesis testing throughMANOVA, it can be found that there are significant differences in students conceptunderstanding ability and scientific literacy among the group of students who learntthrough Guided Inquiry model as compared with the group of students who learnt throughDirect model (Direct Instruction).

    Keywords: Inquiry, Scientific Literacy, Concept Understanding.

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    2/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    2

    PENDAHULUAN

    Abad 21 yang disebut juga abadpengetahuan merupakan era yangpenuh dengan persaingan yang berat.Oleh karena itu, faktor penguasaanteknologi memegang peranan yangsangat penting. Untuk menghadapipersaingan tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas.Pendidikan memainkan perananstrategis dalam menyiapkan sumberdaya manusia. Potensi ini dapatterwujud apabila pendidikan mampumenumbuhkan keterampilan berpikirlogis, berpikir kritis, kreatif berinisiatifdan adaptif terhadap perubahan dan

    perkembangan.Untuk meningkatkan mutupendidikan sains pada sekolahmenengah atas atau mutu pelajaranbiologi secara khusus diperlukanperubahan pola pikir yang digunakansebagai landasan pelaksanaanpembelajaran. Paradigma pembelajaranyang telah berlangsung sejak lama lebihmenitik beratkan peranan pendidikdalam mentransfer pengetahuan kepadapeserta didik. Paradigma tersebut telah

    bergeser menuju paradigmapembelajaran yang memberikan peranlebih banyak kepada peserta didik untukmengembangkan keterampilan yangdibutuhkan bagi dirinya, masyarakat,bangsa dan negara (Dantes, 2007).Paradigma tersebut sejalan dengantuntutan yang mengharapkan agarbahan pembelajaran tidak sekedarsebagai uraian dari materi pokok.

    Pada masa lalu sampai sekarangproses belajar mengajar untuk mata

    pelajaran sains masih terfokus padaguru, dan kurang berfokus pada pesertadidik. Data ini didapat berdasarkan hasildiskusi yang dilakukan denganbeberapa guru pada saat workshoptentang pendidikan ditingkat kabupatenmaupun propinsi. Akibatnya kegiatanbelajar mengajar lebih menekankanpada pengajaran dari padapembelajaran. Kata pembelajaran dapatdiartikan sebagai perubahan dalamkemampuan, sikap atau prilaku pesertadidik yang relatif permanen sebagaiakibat dari pengalaman atau pelatihan.

    Perubahan kemampuan yang hanyaberlangsung sekejap dan kemudiankembali ke prilaku semula menunjukanbelum terjadi pembelajaran, walaupunmungkin terjadi pengajaran. Selain fokuskepada peserta didik pola pikirpembelajaran perlu diubah dari sekedarmemahami konsep juga harus memilikikemampuan untuk berbuat sesuatudengan menggunakan konsep danprinsip yang telah dikuasai.

    Terdapat sinyalemen, bahwaharapan tumbuhnya sifat kreatif danantisipatif para guru sains dalam praktekpembelajaran untuk memaksimalkanperanan peserta didik dewasa ini masih

    belum optimal. Hal ini diduga sebagaisalah satu faktor penyebab rendahnyakualitas dan kuantitas proses danproduk pembelajaran sains. Kualitasproses pembelajaran sains dewasa inidapat dilihat dari kegiatan pembelajaranyang sifatnya reguler, karenapembelajaran sains didominasi olehtransmisi atau perpindahanpengetahuan dari guru kepada pesertadidik, metode pembelajaran ini dikenaldengan metode pengajaran langsung

    (direct intruction).Pembelajaran dengan model

    pengajaran langsung (direct intruction)guru cenderung menggunakan kontrolproses pembelajaran dengan aktif,sementara peserta didik relatif pasifmenerima dan mengikuti apa yangdisajikan oleh guru. Peran guru sangatdominan sedangkan peserta didik tidakterlalu banyak berperan, misalnya, guruyang mendefinisikan, menjelaskan,mendemonstrasikan, menyimpulkan,

    menjenderalisasikan, menerapkanprinsip-prinsip, memberi tugas. Pesertadidik mendengarkan penjelasan danmengerjakan tugas-tugas sesuaiinstruksi guru.

    Model pembelajaran langsung inimerupakan proses pembelajaran yanglebih berpusat pada guru (teachercentered), guru menjadi sumber danpemberi informasi utama,pengembangan materi pelajaran tidakkontekstual dan kinerja peserta didikrendah baik proses maupun produkbelajarnya. Hal ini akan berpotensi

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    3/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    3

    menimbulkan kejenuhan, kebosanan,serta menurunkan minat dan motivasibelajar peserta didik. Pembelajaranlangsung bisa dikatakan belajarmenghafal, karena kegiatanpembelajaran ini menekankan padapenguasaan pengetahuan atau fakta-fakta tanpa memberi makna terhadappengetahuan atau fakta tersebut.Meskipun dalam model pembelajaranlangsung digunakan metode selainceramah dan dilengkapi atau didukungdengan pengunaan media,penekanannya tetap pada prosespenerimaan pengetahuan (materipelajaran) bukan pada proses pencarian

    dan konstruksi pengetahuan sehinggaliterasi sains tidak akan tercapai.Jadi model pembelajaran langsung

    dalam kajian ini adalah modelpembelajaran yang menekankan padaproses deduksi, menunjuk pendekatanyang biasa digunakan guru dalampraktik pembelajaran secara aktual dilapangan. Tahapan pembelajaranlangsung adalah sebagai berikut; (1)pada tahap pendahuluan gurumenyampaikan pokok-pokok materi

    yang akan dibahas dan tujuanpembelajaran yang ingin dicapai,menyampaikan informasi latar belakangpembelajaran dan mempersiapkanpeserta didik utuk belajar. Peserta didikmengikuti dengan mencatat bila perlu;(2) pada tahap penyajian materi gurumenyampaikan materi pembelajarandengan ceramah dan tanya jawab,kemudian dilanjutkan dengandemonstrasi untuk memperjelas materiyang disajikan dan diakhiri dengan

    penyampaian ringkasan atau latihan; (3)guru memberikan waktu kepada pesertadidik, untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau mengadakan diskusikelas atau tanya jawab; (4) gurumemberikan pertanyaan-pertanyaanlisan atau soal-soal yang harus dijawabpeserta didik, untuk mengecekpemahaman peserta didik terhadapmateri pembelajaran yang sudahdisampaikan; dan (5) pada tahappenutup guru melaksanakan evaluasiberupa tes tertulis dan kegiatan tindaklanjut seperti penugasan atau memberi

    pekerjaan rumah, dalam rangkaperbaikan dan pengayaan ataupendalaman materi.

    Kalau dilihat dari hasil belajarpeserta didik faktor proses pembelajaranmerupakan inti dari proses pendidikanformal di sekolah yang di dalamnyaterjadi interakasi antara berbagaikomponen pengajaran (Sanjaya, 2007).Komponen-komponen itu dapatdikelompokan dalam tiga katagori utamayaitu: (1) guru, (2) isi atau materi, dan(3) peserta didik. Interaksi antara ketigakomponen utama tersebut melibatkansarana dan prasarana seperti: metode,model pembelajaran yang digunakan,

    media, dan penataan lingkungan tempatbelajar, sehingga tercipta situasi belajarmengajar yang memungkinkantercapainnya tujuan yang telahdirencanakan sebelumnya.

    Mengajar merupakan suatu prosespenciptaan lingkungan, baik dilakukanoleh guru maupun peserta didik agarterjadi proses belajar mengajar yangkondusif (Joyce & Weil, 1980 ). Untukmencapai hasil yang optimal, guru harusmemahami berbagai konsep dan teori

    yang berhubungan dengan prosesbelajar mengajar. Setiap proses belajarmengajar menuntut upaya pencapaiansuatu tujuan tertentu. Proses belajarmengajar yang dilaksanakan, tidak adasuatu model pembelajaran yang palingbaik (Arends, 1997). Untuk itu guru perlumenerapkan berbagai modelpembelajaran agar dapat mencapaitujuan pembelajaran. Penerapandengan berbagai model pembelajaran,guru dapat memilih model yang sesuai

    untuk mencapai tujuan pembelajarantertentu dan sesuai dengan lingkunganbelajar. Berkaitan dengan prosespembelajaran, penelitian ini akanmenerapkan model pembelajaranberbasis inkuiri.

    Inkuiri dapat didefinisikan sebagaisuatu pencarian kebenaran, informasi,atau pengetahuan. Sagala (2007),mengemukakan inkuiri merupakan

    pendekatan pembelajaran yang dapatditerapkan pada semua jenjangpendidikan. Pembelajaran denganpendekatan ini sangat terintegrasi

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    4/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    4

    meliputi penerapan proses sains denganproses berpikir logis dan berpikir kritis.Inkuiri merupakan pendekatan untukmemperoleh pengetahuan danmemahami dengan jalan bertanya,observasi, investigasi, analisis, danevaluasi.

    Beberapa kemasan pembelajaranberbasis konstruktivis yang memberikanpeluang kepada peserta didik untukmengkonstruksi pengetahuannya sendiridan menumbuh kembangkan literasisains dalam prosudur keilmuan adalahmodel pembelajaran inkuiri. MenurutSund dan Trowbridge (1980) ada tigamacam pendekatan inkuiri yaitu : inkuiri

    bebas (free inquiry), inkuiri bebas yangdimodifikasi (modified free inquiry) danmodel pembelajaran inkuiri terbimbing(guided inquiry). Model pembelajaraninkuiri merupakan suatu pendekatanpembelajaran yang komprehensif, yangmencakup berbagai metodepembelajaran yang dilaksanakan secaraterpisah tanpa perencanaan. Selamakegiatan belajar berlangsung hendaknyapeserta didik dibiarkan mencari ataumenemukan sendiri makna segala

    sesuatu yang dipelajari. Dalam modelpembelajaran inkuiri peserta didikdihadapkan pada suatu masalah.Peserta didik berusaha sendiri untukmembandingkan realita diluar dirinyadengan model yang telah dimilikinya,dan mencoba untuk menyesuaikankembali struktur idenya dengan caramengadakan sintesa, analisa untukmenemukan informasi baru.

    Kegiatan model pembelajaraninkuiri terbimbing (guided inquiry)

    memiliki langkah-langkah pembelajaransebagai berikut: pre-demonstrasi,demonstrasi, pos-demonstrasi, danmembuat kesimpulan dari hasilpengamatan. Proses belajar mengajardengan model inkuiri terbimbing pesertadidik memperoleh petunjuk-petunjukseperlunya. Petunjuk-petunjuk ini padaumumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing.Pelaksanaan proses belajar mengajaryang dilaksanakan semua berjalansecara terintegrasi, sehingga sulitmencari pembatas antara metode

    pembelajaran, pengelolaan kelas, teknikevaluasi dan aktivitas lainnya. Interaksiguru sebagai pendidik dengan pesertadidik yang mempunyai potensi beragamdari segi kemampuan, motivasiberprestasi, kepribadian, sikap, minatatau perbedaan lainnya yangmempengaruhi proses pembelajaranperlu mendapat perhatian pendidik.Adanya heterogenitas peserta didikterjadi sebagai akibat karakteritis genetis(bawaan) peserta didik maupunsebagai akibat pengaruh lingkungan.Perbedaan ini perlu menjadi perhatiandan dijadikan bahan pertimbangandalam proses belajar mengajar

    Pada pembelajaran dengan modelpembelajaran inkuiri siswa melihatproses sains sebagai keterampilan yangdapat mereka gunakan menjadi lebihingin tahu tentang, segala sesuatu yangada didunia ini memandang gurusebagai fasilitator lebih banyakbertanya, dimana pertanyaan itudigunakan untuk mengembangkankegiatan-kegiatan dan materi, terampildalam mengajukan sebab dan akibatdari hasil pengamatan dan penuh

    dengan ide-ide murni (Hidayat, 1996).Proses pembelajaran Biologi di

    SMA PGRI 1 Amlapura penelitiseringkali menemukan siswa kurangmemahami konsep-konsep biologisecara mendalam padahal pemahamankonsep-konsep biologi sangatdiperlukan dalam pengintegrasian alamdan teknologi hal ini mengkin sajadisebabkan di dalam pembelajarankurangnya keterlibatan siswa dankurangnya penekanan guru terhadap

    keterkaitan antara konsep-konsep bilogidan lingkungan riil. Selain itu prosespembelajaran siswa lebih menekankanhanya pada aspek pengetahuandibandingkan dengan aspekpemahaman. Dalam prosespembelajaran siswa beranggapanbiologi hanya terdiri atas kumpulankonsep teori dan hukum yang dipelajarihanya untuk menjawab soal ujian atauulangan tanpa pernah memberikanmakna untuk apa belajar. Demikian jugalife skill yang dimilikinya kurangtertanam dalam diri siswa Sehingga dari

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    5/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    5

    proses belajar kurang dapatmemberikan makna kepada siswadalam kehidupannya.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan penelitianeksperimen. Rancangan penelitian yangdigunakan adalah rancangan post-testonly control group design. Populasidalam penelitian ini adalah semua siswakelas X SMA PGRI 1 Amlapura tahunpelajaran 2013/2014 yang jumlahnya 64orang yang terdiri dari dua kelas yaitusiswa kelas X IPA 1 dan X IPA 2.Pengambilan sampel dalam penelitian

    ini menggunakan studi sensus karenaseluruh kelas X IPA dijadikan sebagaisumber data penelitian.

    Data yang dikumpulkan dalampenelitian ini meliputi: (1) pemahamankonsep siswa dan (2) literasi sains. Datapemahaman konsep dikumpulkandengan menggunakan tes pemahamankonsep, sedangkan data literasi sainsdikumpulkan dengan menggunakan tesliterasi sains siswa. Sebelum instrumenini digunakan maka diteliti dulu

    kualitasnya. Kualitas instrumenditunjukkan oleh kesahihan (validitas)dan keterandalannya (reliabilitas) dalammengungkapkan apa yang akan diukur.Uji validitas isi digunakan formulasiGragory, hasil pengujian validitas isidiperoleh koefisien validitas isi tespemahaman konsep 0,95 dengankualifikasi tinggi. Untuk tes literasi sainsdiperoleh koefisien validitas isi sebesar0,93 dengan kualifikasi tinggi. Butir-butirtersebut kemudian diujicobakan untuk

    memperoleh konsistensi internal butirtes (validitas butir). Tes pemahamankonsep menggunakan analisis korelasipoint biserial sedangkan tes literasisains menggunakan korelasi productmoment. Berdasarkan hasil uji validitasbutir tes pemahaman konsep, dari 40butir tes pemahamn konsep, 8 butir soaldinyatakan drop karena memiliki korelasipoin biserial kurang dari 0,159, total butiryang akan digunakan 25 butir tespemahaman konsep untuk pengambilandata hasil penelitian. Untuk data literasisains, hasil perhitungan korelasi produk

    momen dari 30 butir tes 4 butir tesdinyatakan gugur, nantinya akan dipilih20 butir tes untuk pengambilan data.Butir tes yang valid selanjutnya dicarikoefisien reliabilitasnya. Berdasarkanhasil analisis, diperoleh koefiseinreliabilitas untuk tes pemahamankonsep adalah 0,686 berada padakualifikasi tinggi; dan koefisienreliabilitas untuk tes literasi sains adalah0,709 dengan kualifikasi tinggi. Dengandemikian instrumen tes pemahamankonsep dan literasi sains memenuhipersyaratan untuk digunakan dalampenelitian. Data yang terkumpulnantinya dianalisis dengan

    menggunakan analisis deskriptif dananalisis multivariate.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Mengacu pada analisis deskripptifdata hasil penelitian diperoeh bahwarata-rata pemahaman konsep siswaadalah 70,06 dengan simpangan baku11,60 berada pada tingkatan kualifikasisedang. Rata-rata ini dikontribusikandari rata-rata kelompok siswa yang

    mengikuti pembelajaran inquriterbimbing sebasar 79,00 dengansimpangan baku 7,26 berada padatingkatan kualifikasi sedang dankelompok siswa yang mengikutipembelajaran langsung sebesar 61,13dengan simpangan baku 7,48 beradapada tingkatan kualifikasi rendah. Rata-rata pencapaian literasi sains siswaadalah 75,41 dengan simpangan baku8,05 berada pada tingkatan kualifikasisedang. Rata-rata ini dikontribusikan

    dari rata-rata kelompok siswa yangmengikuti pembelajaran inquriterbimbing sebesar Rata-rata inidikontribusikan dari rata-rata kelompoksiswa yang mengikuti pembelajaraninquri terbimbing sebasar 79,00 dengansimpangan baku 7,26 berada padatingkatan kualifikasi sedang dankelompok siswa yang mengikutipembelajaran langsung sebesar 61,13dengan simpangan baku 7,48 beradapada tingkatan kualifikasi rendah dankelompok siswa yang mengikutipembelajaran langsung sebesar 70,53

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    6/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    6

    dengan simpangan baku 6,38 beradapada tingkatan kualifikasi tinggi.

    Analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah multivariateanalizys of variance (MANOVA). Hal inidikarenakan banyaknya variable terikatsebanyak dua variable yaitupemahaman konsep dan literasi sains.Sebelum analisis multivariat (MANOVA)ditampilkan, terlebih dahulu dilakukan ujiasumsi terhadap data pemahamankonsep dan literasi sains siswa. Hasilpengujian normalitas sebaran datadiperoleh nilai statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan taraf signifikansi0,200 dengan nilai statistik Kolmogorov-

    Smirnov adalah 0,117 untuk datapemahaman konsep kelompokpembelajaran inquiri dan 0,112 untukdata pemahaman konsep kelompokdirect instruction. Sedangkan data

    literasi sains diperoleh nilai statistikKolmogorov-Smirnov pada kelompokdata literasi sains siswa yang belajarmenggunakan pembelajaran inquirimenunjukkan angka 0,139 dengan tarafsignifikansi 0,120. Nilai statistikKolmogorov-Smirnov pada kelompok

    data literasi sains siswa yang belajarmenggunakan pembelajaran directinstruction menunjukkan angka 0,127dengan taraf signifikansi 0,200. Ujihomogenitas varian dan matrik variankovaran menunjukkan taraf signifikansiyang lebih besar dari 0,05 sehingga datadisimpulkan bahwa varian datapemahaman konsep dan literasi sainsantara pembelajaran inquiri danpembelajaran langsung adalah sama.Selanjutnya data pemahaman konsep

    dan literasi sains dicari korelasinya, hasiluji korelasi menunjukkan bahwa datapemahaman konsep siswa dengan dataliterasi sains memiliki nilai korelasi rxy =0,461. Karena rhitung < 0,800 maka dapatdisimpulkan bahwa data pemahamankonsep siswa dengan data literasi sainssiswa t idak berkorelasi. Karena keduadata tidak berkorelasi maka selanjutnyapengujian hipotesis dapat dilanjutkandengan Manova.

    Hasil analisis mutivariat diperolehnilai analisis multivariat variabel modelpembelajaran terhadap variabel

    pemahaman konsep dan literasi sainsdiperoleh nilai F Pillai's trace, Wilks'lambda, Hotelling's trace, Roy's largestroot sebesar 65,879 dengan tarafsignifikansi p

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    7/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    7

    memiliki rata-rata X = 61,13 denganstandar deviasi SD = 7,48.

    Berdasarkan paparan tersebut,model pembelajaran inquiri terbimbing

    memberikan pencapaian pemamahankonsep lebih optimal dibandingkandengan model pembelajaran langsung.Hal ini dikarenakan pembelajaran inkuiriterbimbing merupakan modelpembelajaran yang berlandaskanpandangan Konstruktivisme yangmemandang bahwa pembelajaranmengkonstruksi sendiripengetahuannya. Pada pembelajaranInkuiri terbimbing siswa mendapatpetunjuk-petunjuk seperlunya, dapat

    berupa pertanyaan pertanyaan yangbersifat membingbing, Kemudian sedikitdemi sedikit bimbingan dikurangi hinggasiswa dapat bekerja mandiri dalampenyelesaian masalah.

    Dalam pembelajaran inkuiriterbimbing sebagai pusat pembelajaranadalah siswa, dimana siswa dituntutuntuk bertanggung jawab ataspendidikan yang mereka jalani sertadiarahkan untuk tidak selalu bergantungpada guru. Pada pembelajaran inkuiri

    terbimbing siswa menjadi lebihtermotivasi ketika mereka belajarmenemukan sesuatu oleh dirinyasendiri, dari pada mendengarkan apayang didkatakan guru. Mereka belajarmelakukan aktivitas dengan otonomidan menjadi yang inner-directed. Bagisiswa yang inner-directed, penghargaanmerupakan penemuan itu sendiri. Siswabelajar memanipulasi lingkungan lebihaktif. Mereka mencapai kepuasan daripemecahan masalah, Bruner percayabahwa siswa menerima sensasiIntelektual yang memuaskan suatupenghargaan intrinsic atau kepauasansendiri.

    Esensi dari pembelajaran inkuiriterbimbing adalah pertanyaan-pertanyaan tidak hanya membantu gurudalam menentukan apa ayang sudahdiketahui siswa tetapi juga mendorongsiswa lebih banyak belajar . Pertanyaanmerupakan dasar bagi pembelajaran

    inkuiri terbimbing atau pembelajaranKontruktivis (Carin, 1997) . berkaitan

    dengan pertanyaan, Lawsonmenyatakan bahwa agar guru-guruberhasil dalam pembelajaran merekahendaknya menggunakan model inkuiriuntuk membimbing siswa dan memberiarah dalam melakukan investigasi danberfikir.

    Penerapan model pembelajaraninkuiri terbimbing mengakibatkanpenyimpanan lebih lama terhadapinformasi yang diperoleh siswa siswadiajak selalu berpikir untuk menghadapimasalah-masalah nyata yangberhungan erat dengan materi pelajaranyang dibahas. Dengan melalui prosesberpikir ini maka masalah yang dihadapi

    dengan mengambil keputusan yangtepat. Agar Keputusan yang diambilbenar-benar tepat diperlukan suatupemahaman Konsep.

    Pada model pembelajaranlangsung, penekanan pengetahuansecara deklaratif dan bukan padaproses. Dalam model pembelajaran inikebenaran mutlak diterima oleh siswadan tidak mempertanyakannyamengapa atau bagaimana. Segalasesuatu yang disampikan guru, itulah

    yang benar. Guru sebagai satu-satunyapusat informasi dan informasi tersebutsering tidak terkait dengan kehidupansiswa. Dengan demikian, pengetahuanyang diperoleh siswa adalah hasilsistesis informasi guru dan bukanberdasarkan apa yang pernah dilakukansiswa. Proses belajar mengajar hanyamenekankan pada kognitif danpengetahuan yang diperoleh hanyabersifat hafalan. Jadi pada modelpembelajaran langsung, Pengetahuan

    yang diperoleh siswa dibangun hanyaberdasarkan informasi yangdisampaikan oleh guru. Dampaknyaadalah penguasaan konsep-konsepsiswa menjadi lemah dan membatasiide-ide yang dimiliki siswa. Keterbatasantersebut memasung kreatifitas siswa.

    Hasil penelitian ini sejalan dengantemuan dilakukan sebelumnya olehPenelitan yang dilakukan oleh (Sadiadkk, 1990) Dampak pengajaran Fisikadengan metode discovery-Inkuiry. Hasilpenilitian menunjukkan sikap ilmiah

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    8/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    8

    berpengaruh terhadap prestasi belajarsiswa.

    Penelitian yang dilakukan olehWarnata (2009) dengan judul Pengaruhpenggunaan Model Pembelajaran Inkuiriterhadap Keterampilan proses saisnsditinjau dari gaya Berfikir peserta didikSMP PGRI 1 Kediri Tabanan, hasilpenelitian menunjukkan modelpembelajaran dan gaya berfikirberpengaruh terhadap literasi sainspeserta didik.

    Penelitian yangdilakukan Sudarmi(2009), dengan judul MetodePembelajaran Inkuiri terbimbing melaluilab Riil dan Virtuil ditinjau dari Gaya

    belajar dan Kemampuan berfikir Abstrakterhadap Prestasi Belajar hasilpenelitian menunjukkan modelpembelajaran inkuiri terbimbingmemberikan perbedaan signifikanterhadap prestasi belajar.

    Penelitian ini mengungkappengaruh model pembelajaran terhadapliterasi sains siswa. Model pembelajaranyang digunakan terdiri dari dua dimensiyaitu model pembelajaran inquiriterbimbing dan model pembelajaran

    langsung (direct instruction).Berdasarkan hasil analisis datadiperoleh nilai Fhitung = 36,744 dengantaraf signifikansi 0,000 (p

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    9/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    9

    Penelitian yang dilakukan olehHerliana Puji Utami (2010) judulpenelitian Pengaruh Penggunaan modelpembelajaran Inkuiri terbimbing(GUIDED INQUIRI) terhadap hasilbelajar siswa kelas X SMAN 1 TemonKulon Progo. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa modelpembelajaran inkuiri terbimbingmenggunakan LKS hardcopy ada bedadengan model pembelajaran Inkuiriterbimbing menggunakan LKS softcopy.

    Penelitian yang dilakukan olehLasia (2009) dengan judul PengaruhModel pembelajaran berbasisLingkungan Terhadap Keterampilan

    berfikir Kreatif dan Penguasaan KonsepIPA.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil pengujianhipotesis seperti yang telah diuraikan,dapat diambil beberapa simpulansebagai berikut.1) Terdapat perbedaan kemampuan

    pemahaman konsep antarakelompok siswa yang mengikuti

    pembelajaran dengan modelpembelajaran Inkuiri Terbimbingdibandingkan dengan kelompoksiswa yang mengikuti dengan modelpengajaran langsung (DirectInstruction). Hasil ini ditunjukkanoleh uji univariat terhadap datapemahaman konsep diperoleh nilaiFhitung diperoleh sebesar 94,123 danFtabel sebesar 4.00, Jikadibandingkan nilai Fhitung denganFtabel didapatkan bahwa Fhitung>Ftabel

    dengan taraf signifikansi (p) < 0,05.Rata-rata pemahaman konsepkelompok siswa yang belajarmenggunakan model pembelajaran

    inquiri sebesar X = 79,00 denganstndar deviasi SD = 7,26; lebihtinggi daripada siswa yang belajarmenggunakan model pembelajaranlangusng (direct instruction) yang

    memiliki rata-rata X = 61,13 denganstandar deviasi SD = 7,48.

    2) Terdapat perbedaan literasi sainsantara kelompok siswa yang

    mengikuti pembelajaran denganmodel pembelajaran InkuiriTerbimbing dibandingkan dengankelompok siswa yang dipandudengan model pengajaran langsung(Direct Instruction). Hasil iniditunjukkan oleh uji univariatterhadap data pemahaman konsepdiperoleh nilai Fhitung diperolehsebesar 94,123 dan Ftabel sebesar4.00, Jika dibandingkan nilai Fhitungdengan Ftabel didapatkan bahwaFhitung>Ftabeldengan taraf signifikansi(p) < 0,05. Rata-rata literasi sainskelompok siswa yang belajarmenggunakan model pembelajaran

    inquiri sebesar X = 80,28 denganstndar deviasi SD = 6,49; lebihtinggi daripada siswa yang belajarmenggunakan model pembelajaranlangusng (direct instruction) yang

    memiliki rata-rata X = 70,53 denganstandar deviasi SD = 6,38.

    3) Terdapat perbedaan kemampuanpemahaman konsep dan literasisains antara kelompok siswa yangmengikuti pembelajaran denganmodel pembelajaran InkuiriTerbimbing dibandingkan dengankelompok siswa yang belajardengan model pengajaran langsung(Direct Instruction). Hasil initercermin dari nilai F Pillai's trace,Wilks' lambda, Hotelling's trace,Roy's largest rootsebesar 65,879dengan taraf signifikansi 0,000 lebihkecil dari 0,05.

    Berdasarkan hasil penelitian,

    maka dapat disimpulkan dalampenerapan model pembelajaran inquiriterbimbing yang mendasarkan diri padapaham konstruktivistik sangat sesuaisebagai alternatif pembelajaran sainskhususnya dalam pencapaianpemahaman konsep dan literasi sains.Dalam implementasi modelpembelajaran tersebut, disarankan agardiawali dengan tahapan eskplorasipengetahuan awal. Eksplorasipengetahuan awal tersebut penting

    untuk dilakukan dalam rangkamengemas rancangan pembelajaran

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    10/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    10

    yang lebih bermakna. Pengetahuanawal digunakan sebagai alternatifpijakan dalam merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran. Fasilitas belajardiupayakan agar dapat menggalirespon-respon yang divergen danmemberi peluang kepada siswamelakukan seleksi, organisasi, danintegrasi pengalaman baru ke dalampengetahuan yang telah dimiliki.Aktivitas kelas diupayakan dapatmenyediakan peluang bagi siswa untukmemperluas dan menerapkanpengetahuannya dalam memecahkanmasalah. Untuk mencapai pemahamankonsep dan literasi sains secara

    mendalam dalam belajar sains,implementasi model pembelajaraninquiri terbimbing dianjurkanmenggunakan masalah-masalah yangnyata, ill-defined, dan ill-structured.

    Masalah-masalah tersebut dikemasdalam bentuk LKS.

    DAFTAR RUJUKAN

    Amien, Moh. 1987. Mengajarkan IPAdengan Menggunakan Motode

    Discovery dan Inquiry. Jakarta:Depdikbud.

    Amri, S. dan Ahmadi, K. 2010. ProsesPembelajaran Kreatif dan Inovatifdalam kelas. Jakarta: PrestasiPustaka

    Arends. 1997. Classroomn Instructionand Management. New York:McGraw-Hill

    Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

    Bloom, B.S., (Ed). 1956. Taxonomy ofEducational Objectives., TheClassification of EducationalGoals. Handbook I: Cognitivedomain. New York: Longman.

    Candiasa. 2007. Statistik Multivariat.Singaraja: ProgramPascasarjana Undiksha.

    Candiasa, I. M. 2010a. PengujianInstrumen Penelitian Disertai

    Aplikasi Iteman dan Bigsteps.Singaraja: Unit PenerbitanUniversitas Pendidikan Ganesha.

    Candiasa, I. M. 2010b. StatistikMultivariat Disertai AplikasiSPSS. Singaraja: UnitPenerbitan UniversitasPendidikan Ganesha.

    Carin. 1993. Teaching Modern Science,Six Edition.New York: MacmillanPublishing Company.

    Dantes. 2007. Metodologi Penelitian.Singaraja: Undiksha Singaraja.

    Sadia, I W. 1998. Reformasi pendidikansains menuju masyarakat yangliterasi sains dan teknologi. OrasiIlmiah. Disajikan dalam siding

    terbuka senat Sekolah TinggiKeguruan dan Ilmu PendidikanNegeri Singaraja. 18 Oktober.Singaraja.

    Sadia, I W. 2003. Pengembangan modeldan strategi pembelajaran fisika

    di Sekolah Menengah Umumuntuk memperbaiki miskonsepsisiswa. Laporan penelitian.Proyek peningkatan penelitianpendidikan tinggi, DirektoratJendral Pendidikan Tinggi,Departemen PendidikanNasional. Jurusan PendidikanFisika IKIP Negeri Singaraja.

    Sadia, I W. 2004. Pengembangan modeldan strategi pembelajaran fisika

    di SMU untuk memperbaikimiskonsepsi siswa. Laporanpenelitian. Proyek peningkatanpenelitian pendidikan tinggi,Direktorat Jendral PendidikanTinggi, Departemen PendidikanNasional. Jurusan PendidikanJurusan Pendidikan Fisika IKIPNegeri Singaraja.

    Sadia, I W. 2005. Konstruktivisme dalambelajar mengajar. Diktatperkuliahan. Jurusan Pendidikan

  • 7/25/2019 4-1012-1-SM.pdf

    11/11

    e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan GaneshaProgram Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013)

    11

    Fisika, FPMIPA, IKIP NegeriSingaraja.

    Sadia, I W. & Suma, K. 2006.Pengembangan kemampuanberpikir formal siswa SMA dikabupaten Buleleng melaluipenerapan model pembelajaranlearning cycle dan problembased learning dalampembelajaran fisika. LaporanPenelitian (tidak diterbitkan).Jurusan Pendidikan Fisika,Universitas Pendidikan Ganesha.

    Sadia, I W. 2012. Model PembelajaranInqury. Diklat Perkuliahan.Program Pasca Sarjana

    Universitas Pendidikan Ganesha.