Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Alur Proses Produksi
Proses produksi pada PT. XYZ terdiri dari beberapa alur. Sebelum
produksi, pertama-tama marketing mendapatkan order dan membuat OPI (Order
Produksi Internal) yang berisi jumlah produksi yang dipesan dan bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk produk tersebut. OPI diberikan kepada departemen PPIC
untuk disusun jadwal dan jumlah bahan baku yang akan dipakai untuk membuat
produk tersebut. Pihak PPIC membuat Production Order (berisi bahan yang
dibutuhkan, jumlah produksi, warna tinta yang dibutuhkan, tanggal keluar, dan
lain-lain) yang kemudian akan diserahkan kepada semua departemen. Departemen
desain mendapatkan PO pre-press tentang pembuatan plate untuk mencetak.
Ketika plate untuk produksi telah jadi, maka akan langsung diberikan ke produksi
untuk dipasang ke mesin offset. PO ada banyak macamnya dan setiap bagian yang
berkaitan dengan produksi mendapat PO yang isinya berbeda sesuai kegunaannya,
tetapi format PO hanya satu jenis dan dapat dilihat pada Lampiran 1.
11
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.1 Aliran Proses Produksi
Aliran proses produksi secara umum dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Aliran produksi dimulai ketika kertas dari gudang bahan baku turun sesuai jenis
Input =
Proses =
Kertas dari GBB
Proses potong kertas
Proses offset
Proses QC
tinta, map approval, plate, dieline
Proses Rajang
Proses Varnish
Proses Hotstamp
Proses Laminasi
Proses Plong
hotstamp
minyak WB/UV, polymer/blanket
lem, singleface/duplex
pisau plong, emboss (jika perlu)
Proses Pretel
Proses Glueing
Proses Packaging
Penyimpanan
lem
Proses Calendaring
12
Universitas Kristen Petra
kertas yang tertera pada PO. Kertas akan dipotong terlebih dahulu pada mesin
potong untuk menyesuaikan ukurannnya sebelum masuk mesin offset. Setelah
plate dipasang pada mesin offset, tinta dan kertas dapat dimasukkan ke mesin
offset untuk memulai proses produksi. Operator akan menyesuaikan ketebalan
warna pada mesin offset agar hasil yang didapatkan sesuai dengan pesanan
pelanggan. Kertas yang telah di printing (offset) selanjutnya akan menuju bagian
QC untuk diperiksa kualitasnya. Produk dari QC selanjutnya menuju bagian
hotstamp terlebih dahulu (jika memakai hotstamp), setelah itu menuju bagian
varnish untuk dilapisi dengan WB (water based) dan atau UV. Setelah itu ada
produk yang menuju ke mesin calendaring (mesin ini khusus untuk produk Ritz)
atau laminasi. Proses mesin calendaring hanya seperti penyetrikaan raksasa untuk
kertas dan masih merupakan tahap dalam proses varnish. Proses mesin laminasi
merupakan proses penempelan produk dengan bahan jenis single face ataupun
duplex sesuai dengan spesifikasi produk yang ditentukan pelanggan. Selanjutnya
produk menuju bagian plong yang digunakan untuk membentuk dan memotong
produk sesuai bentuk lipatannya. Ada juga produk yang tidak memerlukan proses
plong, biasanya berupa produk label yang tidak memerlukan bentuk lipatan.
Produk label akan menuju ke proses rajang setelah keluar dari QC. Produk dari
proses rajang biasanya akan langsung ke bagian packaging.
Produk yang sudah di plong menuju bagian pretel untuk dilepaskan sisa-
sisa dari plong. Hasil produk yang sudah melalui proses plong dan pretel dapat
dilihat pada Gambar 4.2. Selanjutnya produk akan menuju bagian glueing
(pengeleman) agar produk mudah dibentuk menjadi box. Produk sebelum glueing,
hanya berupa lembaran (berupa bangun datar ketika balok dibuka). Hanya
beberapa sisi pada produk yang direkatkan, tetapi bentuknya masih berupa bangun
2 dimensi. Setelah di gluing produk akan di packaging sesuai dengan permintaan
pada PO (isi bundle berbeda-beda sesuai permintaan customer) dan akan menuju
ke gudang barang jadi. Tidak semua produk melalui semua proses pada Gambar
4.1, tergantung pesanan pelanggan yang menentukan mau produk yang seperti
bagaimana.
13
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2 Contoh Produk Hasil Plong dan Pretel
4.2 Kondisi Awal
PT. XYZ memproduksi berbagai macam produk kemasan dengan bentuk
yang berbeda-beda, warna yang berbeda-beda, desain yang berbeda-beda, dan
perlakuan khusus yang berbeda-beda seperti yang dijelaskan pada alur proses
produksi. Banyaknya jenis produk kemasan yang berbeda-beda, membuat PT.
XYZ mempunyai material penunjang yang sangat banyak untuk setiap produknya.
Gudang material yang ada sekarang hanyalah merupakan gudang untuk pisau
plong saja, untuk peralatan material penunjang lainnya diletakkan diluar gudang.
Jika dikelompokkan menurut jenisnya, material penunjang yang dibutuhkan untuk
proses produksi setidaknya hanya berjumlah 7 jenis.
Tidak semua produk memakai ke 7 jenis material pendukungnya, sesuai
dengan treatment yang dijalani produk tersebut selama proses produksi. Dimensi
material akan diambil acuannya berdasarkan ukuran material terbesar untuk setiap
jenisnya. Hal ini dilakukan karena dimensi material yang paling besar
membutuhkan tempat yang lebih besar. Dimensi ukuran untuk setiap jenis
material dapat dilihat pada Tabel 4.1. Map besar merupakan material untuk
14
Universitas Kristen Petra
menyimpan dieline, map approval dan contoh cetakan. Map besar bukan
merupakan material produksi.
Tabel 4.1 Jenis Material dan Ukuran Dimensinya
4.2.1 Sistem Gudang Saat Ini
Struktur organisasi gudang pisau saat ini cukup sederhana dikarenakan
hanya ada 1 staf gudang pisau untuk setiap shift-nya (2 shift per hari). Staf gudang
pisau juga merangkap sebagai “helper” (pembantu) pembuatan pisau plong
membantu staf pembuatan pisau plong. Sistem yang ada pada gudang pisau
sekarang hanya berupa penerimaan, penyimpanan barang, dan pengeluaran
barang. Tidak ada dokumen yang mencatat keluar masuk material penunjang
tersebut. Staf gudang pisau harus mengantarkan sendiri pisau plong ke bagian
plong ketika dibutuhkan.
Selain gudang pisau, gudang material lain seperti dieline, map approval,
dan contoh cetakan menjadi tanggung jawab staf persiapan. Memang material
yang ada sekarang berada di luar gudangnya, tetapi staf persiapan yang harus
mencari material ketika akan dibutuhkan produksi (lebih kearah persiapan
produksi daripada mengatur material). Material seperti plate juga dikontrol oleh
staf persiapan ketika produksi akan turun. Sistem yang ada sekarang untuk staf
persiapan sama dengan staf gudang pisau. Tidak ada dokumen yang mencatat
material keluar/masuk maupun daftar induk material. Berikut sistem gudang
material pada PT. XYZ :
a) Penerimaan barang
Jenis Material Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)
Plate 113 0.2 93
Pisau plong 115 3 83
Dieline 110 0.2 80
Map Approval 40 1.5 60
Emboss 15 0.5 7
Contoh cetakan 110 0.3 80
Dus Polymer 113 5 83
Map Besar 116 2 88
15
Universitas Kristen Petra
Ada 2 jenis penerimaan barang pada gudang pisau maupun material lainnya.
Penerimaan material dilakukan pada saat material yang baru selesai
dibuat/dibeli dan ketika bagian produksi selesai memakai material tersebut
maka akan dikembalikan kepada staf gudang pisau atau persiapan.
b) Penyimpanan barang
Material yang baru dibuat/dibeli akan disimpan dahulu pada gudang sampai
ketika dibutuhkan oleh produksi. Material yang telah selesai dipakai juga akan
disimpan oleh staf gudang pisau atau persiapan.
c) Pengeluaran barang
Staf gudang pisau ataupun staf persiapan mengeluarkan material dan
mengantarkannya ke bagian produksi yang memakai material tersebut ketika
ada permintaan.
Staf PPIC selalu mengontrol material yang akan dipakai sebelum PO
(production order) turun ke produksi. Staf PPIC akan memberitahu produksi apa
yang akan turun ke produksi, kemudian menginformasikan staf gudang pisau dan
staf persiapan untuk menyiapkan materialnya. Jika materialnya tidak ada, maka
akan diperintahkan untuk membuat baru. Material yang membutuhkan pembelian
akan langsung dibelikan oleh PPIC melalui R&D dan diserahkan kepada staf
gudang pisau atau staf persiapan.
4.2.2 Layout Awal Gudang
Layout gudang hanya ada 2 yang dipakai dalam pembuatan gudang
material penunjang. Layout awal yang dipakai perusahaan sangatlah berdekatan
antara kedua gudang. Layout gudang material dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan
Gambar 4.4.
16
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.3 Layout Gudang Material Sekarang
Gambar 4.4 Layout Gudang Pisau Sekarang (Tampak Atas)
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa disamping gudang pisau terdapat
gudang untuk material seperti dieline, map approval, dan contoh cetakan. Tetapi
gudang tersebut rencananya akan dipakai perusahaan untuk dijadikan tempat
mixing tinta baru dan sebagian material telah dikeluarkan dari gudang tersebut.
Belum adanya pengalokasian tempat baru untuk peletakan material membuat
material tersebut diletakkan diluar gudangnya, tepatnya didepan gudangnya yang
dapat dilihat pada Gambar 4.5.
17
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.5 Sebagian Kecil Material Dieline dan Contoh Cetakan dalam Kardus
Bekas Plate diluar Gudang
Material penunjang seperti dieline dan contoh cetakan disimpan dalam
kardus-kardus bekas plate dan tidak beraturan (1 kardus plate belum tentu berisi
job yang sama untuk dieline dan contoh cetakan, 1 kardus plate dapat berisi 2-10
job). Emboss disimpan di lemari tempat pembuatan pisau plong karena akan
dipasang pada pisau, plate mempunyai tempat peletakannya sendiri diluar gudang
sehabis dipakai, dan polymer diletakkan dalam dusnya pada lantai produksi.
Untuk layout gudang dieline, map approval, dan contoh cetakan sekarang tidak
bisa digambarkan layout-nya karena materialnya telah dikeluarkan dan diletakkan
diluar gudang. Pisau pada rak diatur terserah staf gudang, hal ini karena staf
sebelum-sebelumnya juga begitu, hanya beberapa rak yang mendapat pelabelan
sesuai customer-nya.
4.3 Permasalahan dan Akar permasalahan pada Gudang Material
Dari pengamatan, wawancara, dan informasi yang didapatkan, ada
beberapa permasalahan pada gudang material yang sekarang. Gudang pisau yang
penuh dan pencarian material yang susah setiap kali dibutuhkan merupakan
permasalahan pada gudang material sekarang. Permasalahan yang ada pada
gudang material harus diselesaikan sampai pada akar permasalahannya. Hal ini
18
Universitas Kristen Petra
dilakukan agar masalah awal tidak kembali lagi dan membuat penyelesaian
masalah menjadi sia-sia. Metode fishbone diagram dapat digunakan untuk
membantu mencari akar permasalahan yang ada dan menyelesaikan permasalahan
sampai akarnya. Fishbone diagram untuk permasalahan pada gudang dapat dilihat
pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7.
19 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.6 Fishbone Diagram Permasalahan Gudang Penuh
Gambar 4.6 menjelaskan akar permasalahan dari penyebab-penyebab yang membuat gudang penuh. Kebanyakan akar
permasalahan dari permasalahan gudang penuh adalah karena disebabkan tidak adanya aturan yang dibuat untuk mengatur gudang
material. Dari sisi “man” staf gudang material tidak berfungsi sebagai pengontrol material, tetapi lebih kearah persiapan material untuk
GUDANG PENUH
Staf kurang inisiatif, hanya menunggu perintah
Material tidak terpakai masih disimpan karena belum rusak
Staf tidak pernah melaporkan kondisi gudang
Material masuk tidak pernah dicatat
Tidak ada aturan tentang hal ini
Tidak ada aturan mengenai lama penyimpanan
Staf tidak berfungsi sebagai pengontrol material
Tugas utama staf kearah persiapan material
MAN
METHOD
20 Universitas Kristen Petra
produksi. Material untuk produk-produk lama banyak yang tidak terpakai dan tidak dikeluarkan dari gudang membuat tumpukan material
semakin banyak. Staf gudang juga tidak ada yang mempunyai inisiatif untuk melakukan perubahan atau perbaikan pada gudang
materialnya seperti melaporkan keadaan gudang ke PPIC dan mencatat material dalam gudangnya sendiri juga tidak dilakukan.
Gambar 4.7 Fishbone Diagram Permasalahan Pencarian Material Susah
PENCARIAN
MATERIAL SUSAH
MAN
Staf bergantian setiap shift
Informasi penempatan tidak jelas antar staf
Penataan material pada rak sembarangan
Tidak ada aturan tentang pengaturan material
Tidak pernah ada inspeksi material
Tidak ada aturan tentang hal ini
Tidak ada aturan tentang hal ini
Fokus staf terpecah karena merangkap pekerjaan lain
Pekerjaan ringan jika hanya simpan-keluar material
Label pada material tidak lengkap
Penulisan label disingkat-singkat
Tidak ada pencatatan material keluar-masuk
METHOD
21 Universitas Kristen Petra
Dari Gambar 4.7 didapatkan akar permasalahan dari sisi “man” yang
membuat pencarian material susah pada gudang material adalah karena staf
bergantian setiap shift-nya menyebabkan buruknya informasi soal penempatan
material yang keluar masuk pada gudang selama jam kerja shift-nya ketika
berganti shift. Staf tidak saling menginformasikan untuk peletakan material yang
masuk keluar, hanya memeberi tahu bahwa material apa saja yang masuk dan
keluar. Label material yang tidak jelas (tidak semua material) dikarenakan
penamaan material oleh staf gudang sering disingkat (tidak semua nama barang
ditulis) juga membuat pencarian akan material yang dibutuhkan semakin susah.
Dari sisi “method” yang menjadi akar masalahnya adalah tidak adanya aturan
yang jelas mengenai bagaimana penataan material pada rak, tidak ada perintah
atau aturan untuk mencatat material keluar masuk, dan tidak ada aturan mengenai
kejelasan stok opname. Tidak berjalannya inspeksi/stok opname juga membuat
material semakin banyak dan membuat pencarian material bertambah susah,
walaupun sudah ada pengumuman yang ditempel pada gudang yang menjelaskan
stok opname dilakukan 3 bulan sekali.
4.4 Usulan Perbaikan
Usulan-usulan yang akan diberikan untuk memperbaiki masalah yang
ada yaitu dengan merancang sistem manajemen gudang yang baru bagi gudang
material. Tata letak material pada gudang juga harus ditata ulang agar dapat
meletakkan material-material lainnya dan memudahkan pencarian material.
Membuat job description baru, Standart Operating Procedure, serta aturan pada
gudang material merupakan bagian dari rancangan perbaikan sistem yang akan
dilakukan.
4.4.1 Rancangan Gudang Material Penunjang
Gudang Material Penunjang merupakan gudang yang berfungsi sebagai
tempat penerimaan, penyimpanan, dan penyediaan material-material yang
dibutuhkan untuk membantu proses produksi. Diberikan nama Gudang Material
Penunjang sebagai tanda bahwa gudang material ini benar-benar akan mengontrol
material penunjang, bukan seperti gudang material yang ada sekarang. Lokasi
22 Universitas Kristen Petra
Gudang Material Penunjang ini akan memakai dua tempat sebagai
operasionalnya. Lokasi pertama yaitu gudang pisau plong sendiri dan lokasi kedua
yaitu tempat mixing tinta lama yang tidak digunakan. Gudang dieline akan
digunakan perusahaan sebagai tempat mixing tinta baru, karena itu tempat mixing
tinta lama yang akan digunakan untuk Gudang Material Penunjang. Pada gudang
ini juga akan langsung disediakan kantor untuk staf agar dapat mengontrol
material dengan baik. Layout yang akan dipakai untuk Gudang Material
Penunjang dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Layout untuk Gudang Material Penunjang
Staf untuk Gudang Material Penunjang hanya akan membutuhkan satu
staf dalam operasionalnya (1 shift), tidak seperti sebelumnya yang membutuhkan
2 staf hanya untuk menangani pisau plong dan material lainnya. Staf Gudang
Material Penunjang akan difokuskan untuk menangani secara total material
didalamnya dan tidak akan mengerjakan tugas diluar job description-nya. Gudang
Material Penunjang akan benar-benar fokus untuk mengontrol material penunjang
yang dibutuhkan untuk proses produksi.
23 Universitas Kristen Petra
4.4.1.1 Material dalam Gudang Material Penunjang
Pada proses produksi ada beberapa material penunjang yang dibutuhkan
seperti plate, pisau plong, dan lain-lain. Semua material penunjang ini mempunyai
umur hidup yang harus dikontrol karena jika melebihi, tentu saja akan
berpengaruh kepada kelancaran produksi. Gudang Material Penunjang
menyediakan dan mengontrol jumlah material penunjang yang dibutuhkan
produksi. Misalnya ketika memproduksi 100.000 produk “Ritz” membutuhkan 5
plate (1 warna menggunakan 1 plate, 1 produk bisa terdiri dari beberapa warna).
Jika masa umur hidup plate adalah 70.000 sheet, maka harus menyediakan
setidaknya 2 set plate (1 set isi 5). Hal ini dilakukan agar produksi tidak ada delay
yang terlalu lama dalam mengganti plate. Material yang disimpan pada Gudang
Material Penunjang ada 7 jenis yaitu berupa dieline, map approval, contoh
cetakan, pisau plong, emboss, plate, dan polymer. Ketujuh jenis material tersebut
mempunyai masa hidup agar dapat dipakai atau tidak. Berikut penjelasan tentang
material dan masa hidup (life time) dari setiap material :
- Plate : Digunakan untuk membuat gambar cetakan pada kertas. Mesin offset
membutuhkan plate untuk beroperasi. Masa penyimpanan plate setelah selesai
dipakai hanya 2-3 bulan dan setelah itu tidak dapat dipakai lagi. Kapasitas
pemakaian plate dalam sekali produksi adalah ± 70.000 sheet pemakaian dan
harus diganti baru ketika produksi melebihi 70.000 sheet. Semua produk
membutuhkan plate dalam proses produksinya dan setiap plate unik untuk 1
produk. Plate akan disediakan dan disimpan ketika PO produksi sudah turun
(± 3 hari sebelum produksi) dikarenakan masa simpannya relatif singkat.
- Pisau plong : Pisau plong merupakan pisau untuk memotong sheet menjadi
bentuk lipatan box-nya. Pisau plong terbagi menjadi 2 yaitu pisau manual
(perusahaan yang membuat) dan pisau laser (membeli dari luar). Pisau manual
dipakai setelah 250.000 sheet dan harus diganti baru, pisau laser dipakai
setelah 1.000.000 sheet dan harus diganti baru. Pisau plong harus diperiksa
keadaannya setelah 6 bulan tidak dipakai (kalau berkarat, maka harus
dimusnahkan).
- Dieline : Dieline terbagi menjadi dieline untuk offset, dieline untuk UV spot,
dieline untuk emboss, dan dieline untuk hotstamp. Kebanyakan 1 dieline dapat
24 Universitas Kristen Petra
dipakai untuk semua macam job diatas. Dieline digunakan untuk men-setting
mesin dan mencocokkan hasil produksi sesuai dengan garis-garis layout pada
dieline. Dieline ada yang terbuat dari kertas dan dari mika, dieline dari kertas
akan dibuat ketika mengerjakan job baru. Dieline mika biasanya digunakan
untuk produk yang memakai emboss/hotstamp dan UV spot. Dieline mika
harus diperiksa keadaannya setelah 1 tahun tidak dipakai.
- Klise Emboss/Hotstamp : Emboss/hotstamp merupakan material yang mirip
karena bentuknya kecil dan terbuat dari aluminium atau kuningan. Emboss/
hotstamp digunakan untuk memberikan motif pada produk. Selama tidak
rusak, maka material ini dapat dipakai terus.
- Map approval : Map approval merupakan map yang berisi contoh produk
yang akan diproduksi. Map ini dipakai untuk acuan warna dari produk yang
akan diproduksi. Departemen R&D sebenarnya sudah menentukan masa pakai
map approval adalah 1 tahun (6 bulan khusus untuk produk Garudafood) dan
harus dikonfirmasikan kepada R&D untuk diperbarui jika telah melewati
masanya.
- Contoh cetakan : Contoh cetakan ini sebenarnya hanya dipakai untuk
keaadaan darurat sebagai acuan warna ketika map approval dari produk
tersebut lagi tidak tersedia/belum jadi. Contoh cetakan dipakai untuk acuan
warna produk-produk jenis giftbox yang bentuknya besar dan tidak dibuatkan
map approval-nya. Biasanya produk yang sudah pernah jalan dan akan jalan
kembali pasti mempunyai contoh cetakan (hasil cetakan yang sudah di acc
customer).
- Polymer UV Spot : Sama hal-nya dengan emboss dan hotstamp, polymer
untuk UV spot dan tidak menentu kapan rusaknya dikarenakan jika cetakan
pada polymer kecil, maka akan lebih cepat rusak daripada yang besar.
Untuk menghindari penyimpanan material yang tidak perlu dan
menghindari gudang material menjadi penuh, maka semua material diatas akan
dikonfirmasikan kepada marketing apakah masih ada order produk tersebut
kedepannya ketika 1 tahun sudah tidak terpakai (masuk dalam job description staf
Gudang Material Penunjang).
25 Universitas Kristen Petra
4.4.1.2 Tujuan adanya Gudang Material Penunjang
Gudang material penunjang keberadaannya sangat erat dengan produksi,
maka tujuan pembuatan gudang material penunjang secara garis besar adalah
untuk mempermudah produksi. Gudang material penunjang dibuat untuk
memenuhi tujuan-tujuan dibawah ini :
- Memudahkan pengontrolan material penunjang produksi.
Tujuan adanya gudang material seperti sebelum adanya rancangan Gudang
Material Penunjang adalah sebagai tempat penyimpanan material penunjang.
Penyusunan Gudang Material Penunjang diharapkan dapat memudahkan
pencarian dan pengontrolan material.
- Membuat proses produksi berjalan smooth.
Gudang Material Penunjang menghitung kebutuhan produksi dengan baik dan
menyediakan material sesuai perhitungan agar tidak adanya mesin yang
berhenti dalam waktu lama hanya untuk menunggu penggantian material
ketika material yang dipakai telah habis kapasitasnya.
- Mencegah terjadinya kesalahan pemakaian material.
Produksi akan diatur pemakaian material penunjangnya agar tidak adanya
kesalahan pemakaian material yang berakibat ke waste produksi.
- Mencegah hilangnya material.
Material yang keluar dari Gudang Material Penunjang akan dipantau terus
agar tidak adanya material yang berceceran pada lantai produksi dan hilang.
- Mencegah tidak tersedianya material.
Produksi tidak akan berhenti hanya karena belum/tidak tersedianya material
untuk produksi produk selanjutnya. PPIC juga akan merasa aman karena
planning berjalan sesuai yang ditetapkan jika material sudah tersedia.
4.4.2 Rancangan Pembuatan Job Description Staf Gudang Material
Penunjang
Staf gudang yang sebelumnya bekerja merangkap-rangkap dan tidak
fokus pada satu kerjaan saja. Hal ini mungkin dilihat baik oleh perusahaan dalam
penghematan anggaran, tetapi dampak buruknya dalam mengerjakan dua
pekerjaan adalah tidak terkontrolnya 1 dari 2 pekerjaan tersebut. Staf untuk
26 Universitas Kristen Petra
Gudang Material Penunjang (gudang material yang baru) haruslah orang yang
fokus hanya pada pengaturan dan persiapan material penunjang untuk produksi
seperti staf gudang bahan baku yang fokus dalam penyediaan bahan baku. Staf
Gudang Material Penunjang harus mempunyai job description yang jelas agar
dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam pengoperasian gudang. Rancangan
pembuatan job description untuk staf Gudang Material Penunjang dapat dilihat
pada Gambar 4.9 dan lanjutan rancangan job description staf Gudang Material
Penunjang dapat dilihat pada Lampiran 2. Job description yang dibuat merupakan
usulan, karena itu perusahaan dapat merubah ketentuan isi sesuai situasi dan
kebutuhan perusahaan.
27 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.9 Job Description Staf Gudang Material Penunjang
JABATAN : STAF GUDANG MATERIAL PENUNJANG
DEPARTEMEN : PPIC
DIVISI : SUPPLY CHAIN
LOKASI : SEPANJANG
A. FUNGSI JABATAN
B. TANGGUNG JAWAB UTAMA1. Mengatur dan mengontrol material penunjang yang dibutuhkan untuk proses produksi.
2. Melakukan pendataan stok material.
3. Memeriksa keadaan setiap material dalam keadaan siap pakai atau tidak.
4. Membuat surat permintaan, pemusnahan, dan perbaikan material.
5.
6.
C. KEWENANGAN & HAK1. Memberikan keputusan untuk menerima material atau tidak berdasarkan kelengkapannya.
2. Mengajukan pengadaan tool pendukung kepada Inventory Planning dan Control.
3. Menagih kepada pihak peminjam tool untuk pengembalian tool.
4. Meminta informasi kendala pemenuhan tool dari dept. purchasing.
5. Menerima pelatihan/training dari HRD sesuai dengan yang diajukan oleh PPIC Process.
D. LAPORAN1. Laporan penggunaan tool (3 Bulan)
2. Jadwal kedatangan tool (3 Bulan)
3. Laporan stok tool (3 Bulan)
4. Laporan deadstock tool (3 Bulan)
PT. XYZ
JOB DESCRIPTION
Mengendalikan dan mengontrol ketersediaan semua material penunjang yang diperlukan di
proses produksi (Offset-Finishing 1) untuk memastikan kelancaran proses produksi sebuah job.
Mengkonfirmasikan kepada marketing tentang order produk dari material yang tidak terpakai
selama 1 tahun
Melakukan investigasi jika terjadi lonjakan permintaan kebutuhan tool pendukung dan
melaporkan hasilnya kepada Inventory Planner
28 Universitas Kristen Petra
4.4.3 Rancangan Standard Operating Procedure Gudang Material
Penunjang
Gudang Material Penunjang membutuhkan Standard Operating
Procedure (SOP) agar proses didalam gudang dapat berjalan sesuai fungsi dan
standart yang berlaku. Fungsi SOP adalah dapat memperlancar tugas dari staf
Gudang Material Penunjang, sebagai dasar hukum bila terjadi pelanggaran,
mengetahui kesulitan yang terjadi dalam proses operasional, dan sebagai pedoman
dalam melaksanakan pekerjaan rutin. Tujuan adanya SOP secara khusus adalah
untuk mengontrol kinerja staf Gudang Material Penunjang dalam bekerja.
Rancangan SOP penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran material dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Pada SOP penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran material, dapat
dilihat bahwa yang pertama dilakukan adalah staf Gudang Material Penunjang
melihat jadwal induk (format jadwal induk dapat dilihat pada Lampiran 4)
produksi dari PPIC agar dapat mengetahui produksi untuk produk mana yang
jalan duluan. Setelah cek jadwal, maka staf harus mengecek material pada gudang
apakah material penunjangnya tersedia atau tidak. Jika tidak tersedia atau
kapasitas material habis, maka staf gudang akan melakukan pengadaan material
mengikuti instruksi kerja penyediaan material yang bisa dilihat pada Lampiran 5.
Staf Gudang Material Penunjang selanjutnya menyiapkan material yang akan
dipakai untuk produksi ketika material ada dan menunggu produksi mengambil
material tersebut. Ketika produksi mau mengambil material, maka staf gudang
harus mengikuti instruksi kerja pengeluaran dan pengembalian material yang bisa
dilihat pada Lampiran 6. Begitu juga ketika produksi ingin mengembalikan
material yang telah dipinjam. Untuk aliran dokumen penyediaan material dapat
dilihat pada Lampiran 7.
Selain SOP penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran material,
Gudang Material Penunjang juga harus mempunyai SOP pemusnahan material.
Hal ini diperlukan agar material tidak menumpuk begitu saja dan membuat
gudang material semakin penuh. Rancangan SOP pemusnahan material dapat
dilihat pada Lampiran 8. Dalam SOP pemusnahan material hal yang dilakukan
29 Universitas Kristen Petra
pertama kali adalah staf gudang mendata dahulu material apa saja yang sudah
tidak pernah keluar atau terpakai dalam kurun waktu 1 tahun. Setelah selesai
membuat list materialnya (rancangan format list material tidak terpakai dapat
dilihat pada Lampiran 9), staf gudang akan mengajukannya ke divisi marketing.
Hal ini dilakukan karena marketing yang lebih memahami dan bisa memutuskan
persoalan pesanan dari customer. Dari data material yang diajukan, hanya material
yang disetujui oleh marketing yang akan dibuat BAP (format Berita Acara
Pemusnahan dapat dilihat pada Lampiran 10) dan diajukan ke marketing, GM, dan
HRD (HR-GA) untuk mendapat persetujuan pemusnahan. Data material yang
tidak disetujui, materialnya akan tetap disimpan dan akan diajukan kembali untuk
pemusnahan jika tidak/belum dipakai 6 bulan setelah pengajuan pertama. Aliran
dokumen pada proses pemusnahan dapat dilihat pada Lampiran 11.
4.4.4 Rancangan Aturan dan Wewenang Gudang Material Penunjang
Dengan SOP dan instruksi kerja saja, dirasa masih kurang penerapannya
untuk melancarkan dan mengontrol kerja staf Gudang Material Penunjang. Setiap
staf baru pada PT. XYZ selalu mendapatkan dokumen tata tertib dan sanksi
karyawan yang harus disetujui sebelum menjadi karyawan, oleh karena itu perlu
juga dibuatkan aturan dan wewenang tambahan yang berlaku untuk staf gudang
agar tidak terjadinya pelanggaran yang tidak diinginkan dan selalu dapat dikontrol
kerja dari staf gudang. Aturan dan wewenang yang dibuat lebih bertujuan kearah
penerapan proses agar menjadi lebih maksimal dan terkontrol. Aturan dan
wewenang yang berlaku bagi staf, peminjam (produksi), maupun material dapat
dilihat pada Lampiran 12 sampai dengan Lampiran 14. Adapun PPIC sebagai
atasan dari staf gudang wajib mengadakan inspeksi material/stok opname setiap 3
bulan sekali (dapat berubah sesuai kebutuhan) agar terkontrolnya material dalam
Gudang Material Penunjang.
4.4.5 Perancangan Tata Letak
Material diletakkan dahulu pada Gudang Material Penunjang sebelum
produksi agar memudahkan produksi dalam pengambilan. Selain itu juga agar
tersedianya stok material penunjang dan memudahkan PPIC dalam perencanaan
30 Universitas Kristen Petra
produksi. Tata letak material pada gudang harus dirancang sebaik mungkin agar
memudahkan proses keluar masuk barang. Maka dari itu material-material yang
terdapat pada gudang harus disusun sebaik mungkin. Material pada gudang tidak
dapat disusun berdasarkan frekuensi keluar masuknya dikarenakan sistem job
order membuat produk-produk yang diproduksi PT. XYZ selalu berganti-ganti
setiap bulannya. Penentuan isi rak menggunakan frekuensi order atau keluar
masuk material akan menyusahkan staf gudang nantinya karena harus selalu
mengatur kembali susunan raknya setiap bulan. Penyusunan rak berdasarkan
cutomer seperti yang ada sekarang pada gudang material (gudang pisau) juga akan
membuat bingung staf Gudang Material Penunjang (karena hanya beberapa
customer yang mendapat rak) dalam pencarian material pada raknya. Hal ini juga
dikarenakan nama customer sangat jarang disebut ketika membutuhkan material,
selain itu jumlah customer yang banyak juga akan membuat beberapa customer
kecil tidak mendapatkan raknya sendiri-sendiri.
Layout untuk Gudang Material Penunjang akan terbagi 2 yaitu gudang
material dan kantor Gudang Material Penunjang. Layout yang digunakan sebagai
gudang material adalah gudang pisau untuk memyimpan pisau plong, map besar,
(isi : dieline, map approval, contoh cetakan), dan polymer. Layout untuk kantor
Gudang Material Penunjang adalah ruangan mixing tinta lama untuk material-
material lain yang tidak masuk dalam gudang beserta kantor staf. Rak pisau tetap
dipakai dalam peletakan material pada gudang dikarenakan rak tersebut cukup
besar untuk menampung material lain selain pisau. Pengeluaran rak pisau diganti
dengan rak lain juga akan memakan biaya seperti yang dapat dilihat pada Tabel
4.2. Kapasitas gudang pisau dipastikan dapat memuat semua material penunjang
ketika nantinya telah diatur dan dijalankan sesuai standar yang dibuat.
31 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2 Alternatif Peletakan Material pada Gudang Material Penunjang
Alternatif 1 merupakan alternatif yang paling baik dilihat dari segi
kekurangannya. Alternatif 1 menguntungkan karena tidak perlu dilakukan
pemindahan rak yang tentu saja akan membutuhkan SDM yang berdampak pada
pengeluaran perusahaan. Rak yang digunakan untuk peletakan material adalah rak
pisau pada gudang material yang mempunyai banyak kolom dengan ukuran lebar
berbeda-beda dan bertumpuk 3. Ukuran lebar setiap kolom dan kapasitas yang
dipunyai rak pisau dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Lebar dan Kapasitas Rak Pisau
NO ALTERNATIF KELEBIHAN KEKURANGAN
3.
Menyesuaikan tinggi rak pisau
agar dieline dapat masuk dan tidak
harus diletakkan paling atas
Dieline tidak harus diletakkan
paling atas
Safety tidak terjamin jika pisau
diletakkan pada rak paling atas
Memerlukan biaya serta SDM
dalam membongkar las dan
menyesuaikan ulang tinggi rak
Material dapat dikelompokkan per
produk
1.Kapasitas untuk pisau plong
menjadi berkurang
2.
Tidak perlu adanya pemindahan
rak
Pengambilan pisau menjadi lebih
aman
Rak pisau tetap didalam, tetapi
bagian paling atas rak menjadi
tempat peletakan map besar.
Butuh pemindahan rak yang
memakan biaya relokasi dan
SDM.
Safety tidak terjamin jika pisau
diletakkan pada rak paling atas
Rak pisau dan rak dieline tidak
digabung
Rak pisau dikeluarkan beberapa
(tergantung luas rak dieline) dan
rak dieline dimasukkan kedalam
gudang pisau.
RAK
1 2 3 1 2 3
A 110 36 36 55 M 66 13 13 33
B 113 37 37 56 N 99 19 19 49
C 112 37 37 56 O 99 19 19 49
D 110 36 36 55 P 99 33 33 49
E 99 33 33 49 Q 99 33 33 49
F 99 33 33 49 R 99 33 33 49
G 99 33 33 49 S 99 33 33 49
H 99 33 33 49 T 99 33 33 49
I 99 33 33 49 U 180 60 36 90
J 99 19 19 49 V (TEMPAT KHUSUS) 180 60 36 90
K 99 19 19 49
L 68 13 13 34
PISAU PLONG
POLYMER
204 MAP BESAR
952 EKSTRA RAK
975 MATERIAL AFKIR
TOTAL KAPASITAS
POLYMER
PISAU PLONG
MAP BESAR
KAPASITAS RAK KANAN
RAK UKURAN (cm)KOLOM
UKURAN (cm)KOLOM
KAPASITAS RAK KIRI
32 Universitas Kristen Petra
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pembagian rak dan kolom untuk
material pisau plong, map besar, dan polymer telah dilakukan. Untuk gambar rak
kanan dapat dilihat pada Lampiran 15 dan rak kiri dapat dilihat pada Lampiran 16.
Alternatif penempatan material sesuai dengan alternatif 1 maka pisau plong akan
diletakkan pada kolom paling bawah dan kolom tengah. Hal ini dilakukan lantaran
pisau merupakan material terberat daripada material yang lainnya (±20 Kg).
Tinggi setiap kolom pada rak sebesar 84 cm yang membuat map besar tidak dapat
masuk (tinggi map besar 87 cm). Sedangkan dus polymer tingginya hanya
berkisar 83 cm dan bisa masuk pada kolom manapun. Berikut rancangan layout
untuk gudang material pada Gambar 4.10 dan kantor Gudang Material Penunjang
pada Gambar 4.11.
Gambar 4.10 Gudang Material (Tampak Atas)
33 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.11 Kantor Gudang Material Penunjang (Tampak Atas)
Pada gudang material, layout tidak berubah tetapi hanya peletakan
material pada setiap kolom raknya saja yang berbeda. Ruang gudang yang kecil
cukup menyusahkan jika dilakukan re-layout dan kurang efektif jika dilakukan re-
layout. Memodifikasi rak pisau untuk melakukan re-layout pada ruang gudang
juga tidak menguntungkan seperti yang terdapat pada Tabel 4.2.
Kantor Gudang Material Penunjang merupakan rancangan yang dibuat
jika nantinya ruangan mixing tinta yang lama telah berpindah. Penempatan setiap
benda pada kantor Gudang Material Penunjang mempunyai maksud dan tujuan
tertentu. Meja staf yang berada dekat dengan pintu membuat semua orang yang
mau berurusan dengan Gudang Material Penunjang harus melalui staf dahulu
(sistem keluar-masuk satu arah). Penempatan tempat dropship dekat dengan pintu
juga agar material yang keluar atau masuk tidak menempuh jarak yang terlalu
jauh (jika material diletakkan pada gudang). Lemari emboss & hotstamp
diletakkan membelakangi kaca bertujuan agar tidak mudah terlihat oleh orang luar
34 Universitas Kristen Petra
ketika mengatur emboss & hotstamp dalam lemari. Tempat peletakan plate
disusun berdasarkan mesin offset yang memakai plate tersebut. Sebenarnya bisa
saja plate diletakkan digabung tanpa memisahkan berdasarkan mesinnya, tetapi
hal itu akan membuat plate bertumpuk dan lebih susah dicari seperti yang ada
sekarang. Ukuran untuk plate pun dapat berbeda-beda sesuai dengan mesinnya.
4.4.5.1 Pelabelan dan Penyusunan Material
Material pada gudang perlu disusun dengan rapi dan teratur untuk
memudahkan pencarian material pada gudang. Metode penataan dengan
menggunakan frekuensi tidak dapat digunakan seperti yang dijelaskan
sebelumnya karena job yang berganti-ganti. Perubahan rak yang terlalu sering
kurang efektif jika diterapkan pada Gudang Material Penunjang yang notabene
satu raknya berisi job produk yang berbeda-beda antar satu sama lain.
Perpindahan material juga akan memakan banyak waktu ketika ada perubahan
frekuensi pemesanan. Penyusunan material dengan menggunakan penggabungan
antara metode floating location system dan fixed location system yang dirasa lebih
memungkinkan dan cocok untuk diterapkan.
Rak material akan diberikan abjad, mulai dari A-V (Rak ada 22), kolom
paling bawah akan mendapatkan tambahan angka 1, kolom tengah akan mendapat
tambahan angka 2, dan kolom paling atas akan mendapat tambahan angka 3. 1 rak
A akan terdiri dari kolom A1, A2, dan A3, begitu juga dengan rak lainnya. A1
berarti rak A untuk kolom paling bawah, A2 berarti rak A untuk kolom tengah,
dan A3 berarti rak A untuk kolom paling atas. Penataan material pada rak
diurutkan dari kode barangnya agar memudahkan pencarian material. Penataan
selalu dimulai dari rak A1, kemudian ke A2, dan baru ke B1 (pengaturan sesuai
materialnya, jika map besar, maka dimulai dari rak A3). Setelah meletakkan
material tersebut, staf Gudang Material Penunjang akan meng-update pada tabel
induk material untuk posisi material berada pada kolom mana. Tabel induk
material dapat dilihat pada Lampiran 15. Karena merupakan penggabungan dua
metode dari floating location system yang memakai sistem pengalokasian dan
fixed location system yang menggunakan metode pengurutan berdasarkan kode
barangnya, maka sistem penataan ini juga mempunyai kelemahan. Kelemahan
35 Universitas Kristen Petra
pada sistem ini adalah ketika ada pertambahan material baru dan tidak ada tempat
kosong sesuai dengan kode barangnya, maka harus menggeser material yang
sudah tertata sebelumnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, maka material baru
akan diletakkan dahulu pada rak ekstra (rak U) sampai ada material yang keluar
dan memberikan space kosong yang dirasa cukup untuk menggeser material atau
sampai pada saatnya stok opname nantinya (3 bulan sekali). Pada saat stok
opname, staf Gudang Material Penunjang dapat mengatur kembali raknya
bersamaan dengan mencocokkan data pada tabel materialnya. Pencarian material
dengan menggunakan metode ini telah dipersempit dan dipermudah, tidak seperti
sebelumnya ketika staf tidak tahu pada kolom mana material berada dan
mencari/memastikan semua rak agar dapat menemukan material yang dicari.
Kolom rak bagian kiri yang paling dekat dengan pintu (rak V) akan
digunakan sebagai rak khusus material afkir (material yang rusak, sudah habis
kapasitasnya, atau yang mau dimusnahkan). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel
4.3 sebelumnya, untuk kolom rak paling atas (semua kolom 3, tidak termasuk rak
U dan V) dipakai untuk penempatan map besar yang juga akan disusun dan di
update seperti pisau plong. 2 kolom keatas dan 3 kolom kesamping paling
belakang (tepatnya kolom 1 dan 2 rak J, K, L, M, N, O) pada rak akan digunakan
untuk meletakkan polymer yang juga disusun dan di update seperti pisau plong.
Polymer lebih sedikit daripada material lain dan tidak membutuhkan space
sebesar pisau plong. Polymer sendiri tidak berat dan dapat diletakkan di rak atas
seperti map besar jika tidak cukup. Penentuan rak dapat dilihat juga pada
Lampiran 16 dan 17. Pelabelan rak dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Pelabelan Rak
36 Universitas Kristen Petra
Kode barang pada setiap job unik dan tidak sama satu dengan yang lain.
Kode barang terdiri dari 8 karakter yang dipisah menjadi 2. Contoh nama job dan
kode barang dapat dilihat seperti ini “IN TONGJIE LUBANG – T037-0032”.
Karakter paling awal adalah huruf yang mewakili huruf depan perusahaan
customer atau nama perseorangan. Tiga angka setelah huruf menunjukkan urutan
customer tersebut terdaftar pada data customer PT. XYZ ketika baru pertama kali
melakukan order pada PT. XYZ. Empat angka belakang menunjukkan banyaknya
jenis produk yang telah dipesan customer. Angka 0032 pada belakang
menunjukkan bahwa produk tersebut merupakan produk ke 32 dari customer
tersebut. Produk tersebut bisa saja merupakan produk yang sebelumnya pernah
dimasukkan pada PT. XYZ, tetapi telah mengalami pergantian desain, pergantian
dimensi, ataupun merupakan produk yang benar-benar baru dari customer
tersebut.
Pelabelan nama material pada Gudang Material Penunjang akan dibuat
berdasarkan nama produk dan kode barang produk tersebut. Hal ini dilakukan
agar memudahkan mencari material, serta dapat mencocokkan apakah material
yang dicari sudah sesuai dengan kode barangnya atau tidak. Contoh pelabelan
nama material pada fisik material (pisau plong) :
IN TONGJIE LUBANG – T037-0032
IN JASMINE TEA – T037-0002
GB NAGOYA – T039-0010
Pengurutan material sesuai kode barangnya dapat dilihat pada contoh
dibawah ini (map besar) :
ET CENDANA 7000 BENANG “TUTUP” - A093-0004
ET CENDANA PREMIER “TUTUP” - A093-0007
ET CENDANA 7000 BENANG HIJAU “TUTUP” - A093-0010
IN CARAMELIZED SHANG GREEN - C038-0005
IN CALORTUSIN SYRUP 60 ML - R052-0001
LB CALORTUSIN SYRUP 60 ML - R052-0002
37 Universitas Kristen Petra
4.4.6 Rancangan Operasional Sistem Manajemen Gudang
Setelah rancangan sistem manajemen gudang material penunjang telah
disusun sedemikian rupa, Gudang Material Penunjang akan kembali lagi seperti
gudang material lama jika tidak adanya penambahan sistem operasional yang
dilakukan. Pembuatan kartu stok dilakukan untuk mengetahui material apa saja
yang lagi keluar dari gudang. Selain itu, pembuatan kartu stok sebagai kontrol
terhadap posisi material agar material tidak diletakkan sembarangan pada lantai
produksi. Kartu stok juga berfungsi sebagai pencocokan data material dengan stok
fisik ketika dilakukannya stok opname. Kartu stok dibuat untuk setiap job yang
jalan pada PT. XYZ dan berisi list kelengkapan material yang digunakan untuk
menjalankan produksi produk tersebut. Contoh format kartu stok dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
38 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Contoh Format Kartu Stok
: IN BAKMI MEWAH RASA 110 GR.N3
: M027-1700
STATUS KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK
13-06-16 15-06-16
Agus Agus
13-06-16 17-06-16
Agus Edi
-
- V
- V
15-06-16 17-06-16
Edi Edi
15-06-16 17-06-16
Edi Edi
Map Approval
ITEM
NAMA JOB
KODE BARANG
Contoh Cetakan
Dieline
KARTU STOK
Pisau Plong
Klise Hotstamp
Klise Emboss
Polymer / Blanket
Map Besar
Plate
V
V
V
V
39 Universitas Kristen Petra
Tidak semua produk memakai semua material penunjang. Material yang
dipakai produk tersebut akan dicentang pada kolom status ketika material tersebut
ada. Untuk dieline biasanya hanya ada 1 dan dapat dipakai untuk proses produksi
dari offset sampai finishing 1. Kolom yang berisi nama dibawah tanggal pada
kartu stok dipakai untuk tanda tangan peminjam. Seperti yang dilihat pada Tabel
4.4 Contoh format kartu stok, material map besar di pinjam oleh Agus (Kepala
regu offset) dan dikembalikan oleh Edi (Kepala sie finishing 1). Map besar
diserahkan ke bagian finishing 1 dan tidak dikembalikan pada Gudang Material
Penunjang dahulu, hal ini diperbolehkan dengan aturan orang terakhir yang
memakai akan mengembalikan. Jika produksi tidak mengembalikan material
sampai waktu pada PO sudah selesai, staf Gudang Material Penunjang wajib
menagih material tersebut pada produksi.
Gudang Material Penunjang rencananya akan memakai komputer untuk
pengoperasiannya, hal ini agar staf dapat meng-update langsung stok material
yang ada pada gudangnya ketika diminta PPIC. Staf Gudang Material Penunjang
sendiri membutuhkan komputer untuk membuat PO material, laporan bulanan,
deadstock, dan lain-lain seperti yang tertulis pada rancangan job description staf
Gudang Material Penunjang. Komputer sendiri diberikan untuk memudahkan staf
Gudang Material Penunjang dalam mengontrol dan mencatat masa hidup (life
time) dari suatu material. Staf Gudang Material Penunjang hanya perlu men-sort
dan filter data material yang tercatat pada tabel induk material (tabel excel) untuk
mengetahui material mana yang akan habis masa pakainya atau sudah berapa lama
material tidak terpakai. Staf Gudang Material Penunjang juga tidak perlu
memeriksa apakah materialnya tersedia pada gudangnya dengan memeriksa satu-
satu pada gudang. Staf hanya perlu melihat data tabel induk material pada
komputer untuk memeriksa ketersediaan material, walaupun setelahnya staf
Gudang Material Penunjang harus tetap memeriksa material pada gudang dan
mengkonfirmasinya pada PPIC apakah cocok dengan yang dibutuhkan produksi
ketika material tersebut ada pada data materialnya.
Tabel induk material (Lampiran 15) dibuat agar staf Gudang Material
Penunjang selalu mengetahui kapan batas pakai material, kondisi material,
kapasitas material, terakhir produksi suatu job, dan lokasi material dimana. Dari
40 Universitas Kristen Petra
tabel material ini juga staf Gudang Material Penunjang akan melihat job yang
sudah tidak jalan selama 1 tahun dan mengajukan persetujuan pemusnahan
materialnya kepada marketing. Material yang baru juga akan di-update oleh staf
Gudang Material Penunjang pada tabel induk material agar terkontrol dengan
baik. Intinya adalah kartu stok sebagai bukti keluar masuk material ketika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan (contoh : kehilangan) dan tabel induk material
sebagai kontrol gudang agar tidak penuh. Untuk menghindari kecurangan staf
Gudang Material Penunjang dalam penerimaan material, kartu stok tidak boleh
diganti ketika belum habis (terisi semua) dan penggantian kartu stok harus
meminta pada PPIC atau terdapat tanda tangan PPIC pada kartu stok yang sah
agar tidak terjadi kecurangan yang dapat dilakukan oleh staf Gudang Material
Penunjang.
4.5 Perbaikan Instruksi Kerja Produksi
Perbaikan instruksi kerja produksi dilakukan pada instruksi kerja
pengoperasian setiap mesin pada produksi. Hal ini dilakukan karena instruksi
kerja pengoperasian mesin produksi yang ada sekarang sudah terlalu lama dan
tidak relevan. Juga sebagai persiapan perusahaan dalam menghadapai audit
internal maupun eksternal ISO yang akan datang. Instruksi kerja pengoperasian
mesin yang ada pada produksi sekarang merupakan instruksi kerja lama yang
hanya diperbarui tanggalnya saja sebagai syarat kelengkapan dokumen kontrol
dalam ISO. Kenyataannya pada lapangan sama sekali berbeda dengan apa yang
tertulis pada instruksi kerja pengoperasian mesin yang sekarang. Hal ini yang
mendasari perlunya segera mungkin dilakukan pembaruan instruksi kerja dan agar
tidak terjadinya kesalahan dalam pemakaian material yang berakibat waste
produksi.
Pembuatan instruksi kerja baru berdasarkan acuan instruksi kerja lama
yang ada, pengamatan langsung pada lapangan, dan buku manual pengoperasian
mesin tersebut. Mesin yang tidak terdapat buku manualnya akan langsung
dicocokkan langsung dengan kenyataan pada lapangan. Instruksi kerja lama untuk
mesin cetak (offset) CD 4B dapat dilihat pada Gambar 4.13 dan instruksi kerja
baru untuk mesin offset CD 4B dapat dilihat pada Gambar 4.14. Dari kedua
41 Universitas Kristen Petra
gambar tersebut dapat diketahui bahwa perbedaan-perbedaan yang terdapat pada
instruksi kerja lama dan baru sangat signifikan. Instruksi kerja lama tidak sesuai
dengan apa yang ada pada lapangan untuk pengoperasian mesin, tetapi lebih ke
arah prosedur operator dalam mengerjakan suatu job yang dimana telah terdapat
pada SOP produksi. Instruksi kerja baru pengoperasian mesin lebih sesuai dengan
apa yang dilakukan operator dalam mengoperasikan suatu mesin produksi mulai
dari menyalakan sampai mematikan.
Dari jumlah halaman antara instruksi kerja lama dan instruksi kerja baru
juga berbeda karena instruksi kerja baru mempunyai halaman lebih banyak dan
lebih detil langkah-langkah maupun gambarnya. Instruksi kerja baru yang telah
disesuaikan dengan kondisi nyata pada lapangan dan buku manual pengoperasian
mesin juga membantu memahami istilah-istilah untuk nama tombol dan bagian-
bagian pada mesin yang sebelumnya tidak disebutkan pada instruksi kerja lama.
Lanjutan instruksi kerja lama untuk mesin CD 4B dapat dilihat pada Lampiran 18.
Lanjutan instruksi kerja baru pengoperasian mesin dapat dilihat pada Lampiran
19. Karena instruksi kerja lama mesin yang lain hampir sama gaya
penyusunannya dengan instruksi kerja lama pengoperasian mesin CD 4B, maka
instruksi kerja lama tidak akan dilampirkan lagi. Ada banyak mesin yang cukup
baru juga tidak mempunyai instruksi kerja sebelumnya, maka dari itu instruksi
kerja lama mesin selain mesin CD 4B tidak akan dilampirkan. Contoh instruksi
kerja baru pengoperasian mesin yang lain dapat dilihat pada Lampiran 20 dan
Lampiran 21. Instruksi kerja mesin yang diperbarui adalah untuk mesin :
- Proses Offset : CD 4B, CD 8W, CD 6 LYL, CD 6 LX, CD 6L, 3F, 4E
- Proses Varnish : UV 1, UV 2 (UV Spot), UV 3
- Proses Hotstamp : Baoder
- Proses Laminasi : Mesin Laminasi
- Proses Calendaring : Mesin Calendaring
- Proses Plong Manual : RRT & Jumbo
- Proses Plong Auto : BOBST 2 & 5, BOBST 4, Sanwa 3 & 4, Sanwa 2
42 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.13 Instruksi Kerja Lama Pengoperasian Mesin Cetak CD 4B Halaman 1
43 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.14 Instruksi Kerja Baru Pengoperasian Mesin Offset CD 4B Halaman 1