4 Babii

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/12/2019 4 Babii

    1/56

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kualitas

    Kualitas merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam setiap

    proses produksi, kualitas yang baik akan dihasilkan oleh proses yang terkendali.

    Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam banyak produk dan

    jasa, tanpa membedakan apakah konsumen itu perorangan, kelompok industri,

    program pertahanan militer, atau toko pengecer. Akibatnya, kualitas adalah faktor

    kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan, dan peningkatan posisi

    bersaing. (Sumber : Pengantar PKS, hal.3, Gajahmada University Press,

    Yogyakarta, Montgomery Douglas C, 1993).

    2.1.1 Pengertian Kualitas

    Terdapat dua segi umum tentang kualitas, yaitu kualitas rancangan dan

    kualitas kecocokan. Dimana pada kualitas rancangan adalah variasi dalam tingkat

    kualitas yang memang sengaja dibuat. Perbedaan rancangan meliputi jenis bahan

    yang digunakan dalam pembuatan, daya tahan dalam proses pembuatan,

    keandalan yang diperoleh, dan perlengkapan atau alat-alat yang lain. Sedangkan

    untuk kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan

    spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu. (Sumber :

    Pengantar PKS, hal.2, Gajahmada University Press, Yogyakarta,

    Montgomery Douglas C, 1993).

  • 8/12/2019 4 Babii

    2/56

    Sedangkan kualitas menurut Tjiptono F. & A. Diana bahwa konsep kualitas

    sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang

    terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan

    fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran

    seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang

    telah ditetapkan. (Sumber : TQM, hal.2, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F.

    and A. Diana, 2001).

    Elemen-elemen yang ada dalam pengertian kualitas antara lain :

    1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

    2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.

    3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang

    dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang

    berkualitas pada masa mendatang). (Sumber : TQM, hal.3,

    Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001).

    Berikut ini akan diberikan definisi kualitas menurut beberapa sumber :

    a. Juran (1974)Quality is fitness for use. Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan

    atau manfaatnya. (Sumber : Manajemen Kualitas, hal.8, Penerbit

    Ghalia Indonesia, Yogyakarta, Dorothea.WA, 2002). Atau kualitas

    adalah kelayakan atau kecocokan pengguna (cocok untuk

    digunakan). Terdiri dari 2 aspek utama yaitu:

    1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan.

    2. Bebas dari kekurangan. (Sumber : TQM, hal.24, Penerbit

    Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001).

  • 8/12/2019 4 Babii

    3/56

    b. Crosby (1979)

    Quality is conformance to requerements or specification. Kualitas

    adalah kesesuaian dari permintaan atau spesifikasi (sama dengan

    persyaratan). Atau kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan

    yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan

    cost effectiveness. (Sumber : Manajemen Kualitas, hal.8, Penerbit

    Ghalia Indonesia, Yogyakarta, Dorothea.WA, 2002).

    b. Deming (1986)Kualitas adalah suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman

    dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.

    (Sumber : TQM, hal.61, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F.

    and A. Diana, 2001). Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan

    pelanggan sekarang dan di masa mendatang. (Sumber : Manajemen

    Kualitas, hal.8, Penerbit Ghalia Indonesia, Yogyakarta,

    Dorothea.WA, 2002).

    c. Feigenbaum (1991)Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang

    meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance,

    dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai

    dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. (Sumber : Manajemen

    Kualitas, hal.8, Penerbit Ghalia Indonesia, Yogyakarta,

    Dorothea.WA, 2002).

  • 8/12/2019 4 Babii

    4/56

    d. Scherkenbach (1991)Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan

    produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada

    suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut.

    e. HenceKualitas dari suatu produk atau jasa adalah kelayakan atau

    kecocokan dari produk atau jasa tersebut untuk memenuhi

    kegunaannya sehingga sesuai dengan yang diinginkan oleh costumer.

    f. Goetsch and Davis (1994, p.4)Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

    produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau

    melebihi harapan.

    Dari definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan

    bahwa kualitas adalah kesesuaian antara produk yang dihasilkan oleh perusahaan

    dengan spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan.

    Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara

    universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa kesamaan yaitu dalam

    elemen-elemen sebagai berikut :

    a. Kecocokan untuk dipakai

    b. Kesesuaian dengan spesifikasi

    c.

    Menghasilkan produk yang sangat baik

    d. Keunggulan dalam produk dan jasa

    e. Kepuasan total pelanggan

    f. Melampaui harapan pelanggan

  • 8/12/2019 4 Babii

    5/56

    Kualitas telah muncul sebagai strategi bisnis baru yang utama. Ini terjadi

    karena beberapa alasan, meliputi :

    a. Meningkatkan kesadaran pelanggan akan kualitas dan orientasi

    pelanggan yang kuat akan penampilan kualitas

    b. Kemampuan produk

    c. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku

    d. Persaingan yang semakin intensif

    e. Kemajuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program

    keteknikan kualitas yang efektif. (Sumber : Pengantar PKS, hal.5,

    Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C,

    1993).

    2.1.2 Ciri-ciri Kualitas

    Setiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama

    menggambarkan kecocokan penggunanya. Parameter-parameter ini biasanya

    dinamakan ciri-ciri kualitas. Ciri-ciri kualitas ada beberapa jenis :

    1. Fisik, yaitu Panjang, berat, voltase, kekentalan.

    2. Indera, yaitu Rasa, penampilan, warna.

    3. Orientasi waktu, yaitu keandalan (dapatnya dipercaya), dapatnya

    dipelihara, dapatnya dirawat. (Sumber : Pengantar PKS, hal.3,

    Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C,

    1993).

  • 8/12/2019 4 Babii

    6/56

    2.1.3 Perencanaan Kualitas

    Perencanaan kualitas meliputi pengembangan produk, sistem, dan proses

    yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Langkah-

    langkah yang dibutuhkan menurut The Juran Trilogyadalah :

    1. Menentukan siapa yang menjadi pelanggan.

    2. Mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan.

    3. Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi

    kebutuhan pelanggan.

    4. Mengembangkan sistem dan proses yang memungkinkan organisasi

    untuk menghasilkan keistimewaan tersebut.

    5. Menyebarkan rencana kepada level operasional.

    2.1.4 Pengendalian Kualitas

    Tidak mungkin untuk memeriksa atau menguji kualitas kedalam suatu

    produk itu harus dibuat dengan benar sejak awal. Ini berarti bahwa proses

    produksi harus stabil dan mampu beroperasi sedemikian hingga sebenarnya semua

    produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi. Pengendalian proses statistik

    pada jalur adalah alat utama yang digunakan dalam membuat produk dengan

    benar sejak awal (Sumber : Pengantar PKS, hal.117, Gajahmada University

    Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C, 1993).

    Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang

    dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya

    dengan spesifikasi atau persyaratan, dan tindakan penyehatan yang sesuai apabila

    ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standart. (Sumber :

  • 8/12/2019 4 Babii

    7/56

    Pengantar PKS, hal.3, Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery

    Douglas C, 1993).

    Langkah-langkah dalam pengendalian kualitas menurut The Juran

    Trilogy, yaitu :

    1. Menilai kinerja kualitas aktual.

    2. Membandingkan kinerja dengan tujuan.

    3. Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan.

    Tujuan dari pelaksanaan kualitas adalah :

    1. Pencapaian kebijaksanaan dan terget perusahaan secara efisien.

    2. Perbaikan hubungan manusia.

    3. Peningkatan moral karyawan.

    4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja.

    Dengan mengarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan diatas maka akan

    terjadi peningkatan produktivitas dan profibilitas usaha. Secara spesifik dapat

    dikatakan bahwa tujuan pengendalian kualitas adalah :

    1. Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan.

    2. Penurunan ongkos kualitas (cost of quality) secara keseluruhan.

    2.1.5 Perbaikan Kualitas

    Perbaikan harus dilakukan secara on-going dan terus-menerus. Langkah-

    langkah yang dapat dilakukan menurut The Juran Trilogyadalah :

    1. Mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan

    perbaikan kualitas setiap tahun.

    2. Mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan

    melakukan proyek perbaikan.

  • 8/12/2019 4 Babii

    8/56

    3. Membentuk suatu tim proyek yang bertanggung jawab dalam

    menyelesaikan setiap proyek perbaikan.

    4. Memberikan tim-tim tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat

    mendiagnosis masalah guan menentukan sumber penyebab utama,

    memberikan solusi, dan melakukan pengendalian yang akan

    mempertahankan keuntungan yang diperoleh. (Sumber : TQM,

    hal.55, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001).

    2.1.6 Metode-metode Manajemen Kualitas

    Dalam melakukan perbaikan kualitas, metode-metode yang dapat digunakan

    antara lain :

    a. Total Quality Management (TQM)Evolusi gerakan total quality dimulai dari masa studi waktu dan

    gerak oleh Bapak Manajemen Ilmiah Frederick Taylor pada tahun 1920-

    an. Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitasnya

    pemanufakturan, kualitas juga menjadi hal yang semakin sulit. Volume

    dan kompleksitas mendorong timbulnya quality engineering dan

    reliability engineering. Quality Engineering sendiri mendorong

    timbulnya penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian

    kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep control chart dan

    statistical process control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek

    fundamental dari Total Management.

    Menurut Ishikawa, Total Quality Management diartikan sebagai

    perpaduan semua fungsi perusahaan ke dalam falsafah holistic yang

    dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas dan

  • 8/12/2019 4 Babii

    9/56

    pengertian serta kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Santoso, TQM

    merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi

    usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan

    seluruh anggota organisasi. (Sumber : TQM, hal.4, Penerbit Andi,

    Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001).

    Dari definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik sebuah

    kesimpulan bahwa TQM adalah suatu pendekatan dalam menjalankan

    usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi

    melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan

    lingkungannya. (Sumber : TQM, hal.4, Penerbit Andi, Yogyakarta,

    Tjiptono F. and A. Diana, 2001).

    Prinsip pokok dalam TQM menurut Hensler dan Brunell, yaitu :

    1. Kepuasan pelanggan.

    2. Respek terhadap pelanggan.

    3. Manajemen berdasarkan fakta.

    4. Perbaikan berkesinambungan.

    Unsur pokok dalam TQM menurut Goetsch dan Davis, yaitu :

    a. Fokus pada pelanggan.

    b. Obsesi terhadap kualitas.

    c. Pendekatan ilmiah.

    d. Komitmen jangka panjang.

    e. Kerja sama tim (Teamwork).

    f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan.

    g. Pendidikan dan pelatihan.

  • 8/12/2019 4 Babii

    10/56

    h. Kebebasan yang terkendali.

    i. Kesatuan tujuan.

    j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

    Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM, antara lain :

    1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen

    senior.

    2. Team mania.

    3. Proses penyebarluasan (deployment).

    4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis.

    5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis.

    6. Empowerment yang bersifat premature. (Sumber : TQM,

    hal.16-21, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana,

    2001).

    b. Plan-Do-Check-Act (PDCA)/Siklus DemingAda banyak model perbaikan yang diterapkan pada proses

    selama bertahun-tahun sejak gerakan kualitas dimulai. Sebagian besar

    dari model terseut didasarkan pada langkah-langkah yang diperkenalkan

    oleh W. Edwards Deming. Plan-Do-Check-Act atau PDCA

    menggambarkan logika dasar dari perbaikan proses berbasis data dimana

    siklus deming ini dikembangkan untuk menghubungkan antara produksi

    suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan memfokuskan sumber

    daya semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dala suatu

    usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

    Siklus PDCA (siklus deming) dapat digambarkan sebagai berikut :

  • 8/12/2019 4 Babii

    11/56

    Action (A)Bertindak

    Check (C)Memeriksa

    Plan (P)Merencanakan

    Do (D)Melaksanakan

    A P

    C D

    Gambar 2.1. Siklus PDCA

    Dimana :

    P (Plan) : Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam

    perencanaan produk.

    D (Do) : Melaksanakan sesuai dengan rencana untuk menghasilkan

    produk.

    C (Check) : Memeriksa produk yang dihasilkan, apakah telah sesuai

    dengan rencana.

    A (Action) : Memasarkan produk tersebut. (Sumber : TQM, hal.50,

    Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana,

    2001).

    c. Six SigmaSix Sigma merupakan sebuah sistem yang komprehensif dan

    fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses

    bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat

    terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta,

    data, dan analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola,

    memperbaiki dan menanamkan kembali proses bisnis. (Sumber : The

  • 8/12/2019 4 Babii

    12/56

    Six Sigma Way, hal.xi, Penerbit Andi, Yogyakarta, Cavanagh, Peter S.

    Pande, Robert P.Neuman, 2002).

    Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target

    3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi

    produk (barang dan/atau jasa). Upaya giat menuju kesempurnaan (zero

    defect-kegagalan nol). (Sumber : PedomanImplementasi Six Sigma,

    hal.8, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    2.2Pengertian DataData adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun

    kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. (Sumber :

    PedomanImplementasi Six Sigma, hal.14, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

    Gaspersz Vincent, 2002).

    2.2.1Jenis-jenis DataBerdasarkan data, kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian

    mengambil tindakan yang tepat berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks

    pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu :

    1. Data Atribut (Attributes Data)

    Merupakan data kualitatif yang dihitung menggunakan daftar

    pencacahan atau tallyuntuk keperluan pencatatan dan analisis. Data atribut

    bersifat diskrit. Jika suatu catatan hanya merupakan suatu ringkasan atau

    klasifikasi yang berkaitan dengan sekumpulan persyaratan yang telah

    ditetapkan. Contoh data atribut karakteristik kualitas adalah : ketiadaan label

    pada kemasan produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan

  • 8/12/2019 4 Babii

    13/56

    nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk, banyaknya produk kayu lapis

    yang cacat karena corelap, dan lain-lain.

    Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit

    nonkonformans/ketidaksesuian atau cacat/kegagalan terhadap spesifikasi

    kualitas yang ditetapkan.

    2. Data Variabel (Variables Data)

    Merupakan data kuantitatif yang diukurmenggunakan alat pengukuran

    tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Data variabel bersifat

    kontinyu. Jika suatu catatan dibuat berdasarkan keadaan aktual, diukur

    secara langsung, maka karakteristik kualitas yang diukur itu disebut sebagai

    variabel. Contoh data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa,

    ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, konsentrasi

    elektrolit dalam semen, dll. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi,

    diameter, lebar, tinggi, volume merupakan data variabel. (Sumber :

    PedomanImplementasi Six Sigma, hal.14, Gramedia Pustaka Utama,

    Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    2.3 Pengendalian Proses

    Suatu sistem produksi merupakan sebuah hirarki dari proses produksi, terdiri

    dari proses-proses produksi utama yang terurai menjadi subproses-subproses

    masing- masing. Pengendalian proses berfokus kepada hasil dan meupakan suatu

    kombinasi komplek dari proses pengukuran, pembandingan, dan perbaikan.

    Proses pengukuran dilakukan baik terhadap parameter strategis maupun parameter

    taktis, misalnya mengukur kondisi operasional saat ini. Hasil pengukuran ini

  • 8/12/2019 4 Babii

    14/56

    kemudian dibandingkan dengan nilai sasaran masing-masing yang ingin dicapai.

    Biasanya terdapat beberapa nilai yang melampaui sasaran, disamping juga

    terdapat nilai yang masih di bawah target. Jika dirasa perlu, dilakukan beberapa

    tindakan untuk mengembalikan parameter yang telah diukur tadi sehingga sesuai

    dengan target semula.

    Secara umum, terdapat tiga macam metode pengendalian proses, yaitu:

    1. Berbasis pelaku

    Dimana manusia melakukan pemilihan/pengukuran, pembandingan, serta

    perbaikan berdasarkan intuisi dengan tujuan/kuantitas pengukuran dan

    pembandingan yang terbatas. Contoh: pengalaman, aturan pragmatis

    (sesuai kegunaan).

    2. Berbasis tujuan

    Dimana manusia dengan bantuan alat/model analisis matematik/statistik

    melakukan proses pemilihan/pengukuran, pembandingan, maupun

    perbaikan. Contoh: peta kendali atribut, peta kendali variabel.

    3. Berbasis peralatan

    Dimana peralatan mekanik, elektromekanik, dan/atau elektronik

    dimanfaatkan untuk melakukan keseluruhan urutan proses

    pemilihan/pengukuran,pembandingan, maupun perbaikan. Contoh: expert

    systems, neural networks.

    Tujuan utama pengendalian proses terlepas dari metode yang digunakan

    apakah berbasis pelaku, tujuan, ataukah peralatan adalah untuk secara konsisten

    melakukan proses produksi yang selalu mendekati target yang telah ditetapkan

  • 8/12/2019 4 Babii

    15/56

    sehingga menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi, mengurangi atau

    menghilangkan terjadinya pengerjaan ulang ataupun produk cacat.

    Pada dasarnya pengendalian dan peningkatan proses industri mengikuti

    konsep siklus hidup proses (process life cycle) seperti ditunjukkan dalam Gambar

    2.2. Interpretasi dari siklus hidup proses industri dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

  • 8/12/2019 4 Babii

    16/56

  • 8/12/2019 4 Babii

    17/56

    dapat menyediakan cara untuk membuat proses tetap dalam batas kendali. Oleh

    sebab itu, jelas dibutuhkan campur tangan dan pertimbangan manusia untuk

    menentukan cara yang efektif dan efisien dalam membuat proses tetap dalam

    kondisi mampu dan stabil.

    Pengendalian proses statistikal lebih menekankan pada pengendalian dan

    peningkatan proses berdasarkan data yang dianalisis menggunakan alat-alat

    statistika, bukan sekadar penerapan alat-alat statistika dalam proses industri.

    2.3.2. Kestabilan dan Kemampuan Proses

    Kestabilan proses (process stability)yang berarti ketepatan proses dalam

    mencapai target yang telah ditentukansecara tidak langsung menggambarkan

    bahwa proses dilakukan dengan baik. Hal ini merepresentasikan keadaan proses

    yang sedang berlangsung, seperti: bahan baku yang datang, mesin-mesin, dan skill

    operator. Sedangkan kemampuan proses (process capability) adalah suatu ukuran

    kinerja kritis yang menunjukkan hubungan antara hasil proses dengan spesifikasi

    proses/produk.

    Untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam kondisi stabil dan

    mampu, maka dibutuhkan alat-alat atau metode statistika sebagai alat analisis.

    Prosedur lengkap penggunaan alat-alat statistika untuk pengembangan sistem

    industri menuju kondisi stabil dan mampu ditunjukkan dalam Gambar 2.3.

  • 8/12/2019 4 Babii

    18/56

    Gambar 2.3 : Penggunaan alat statistika untuk pengembangan sistem industry

    ( Gaspers 2002;204)

    2.3.3 Metode Pengendalian Proses Statistikal

    Alat bantu yang paling umum digunakan dalam pengendalian proses

    statistikal adalah peta kendali (Control Chart). Fungsi peta kendali secara umum

    adalah:

    Membantu mengurangi variabilitas produk.

    Memonitor kinerja proses produksi setiap saat.

    Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah penolakan.

    Trend dan kondisi di luar kendali dapat diketahui secara cepat.

    Peta kendali dibuat secara kontinyu dalam suatu interval keyakinan

    tertentu, biasanya 3 standar deviasi (3). Diagram ini memuat 3 macam garis

    batas, yaitu:

    Batas kendali atas (Upper Control Limit UCL)

    Rata-rata kualitas sampel

  • 8/12/2019 4 Babii

    19/56

    Batas kendali bawah (Lower Control Limit LCL)

    Sampel yang berada dalam rentang UCL LCL dikatakan berada dalam

    kendali (in-control), sedangkan yang berada di luar rentang tersebut dikatakan di

    luar kendali (out-of-control).

    Secara umum peta kendali dapat digolongkan dalam 2 kategori, yaitu:

    Peta kendali variabel

    Peta kendali atribut

    Peta Kendali Variabel

    Peta kendali yang digunakan untuk mengamati jenis data variabel adalah

    peta kendali X R s (Shewhart Control Charts). Peta kendali variabel memantau

    tingkat rata-rata kualitas melalui peta kendali X , sedangkan pemantauan

    variabilitas kualitas dapat menggunakan pengukuran rentang melalui peta kendali

    R atau pengukuran standar deviasi melalui peta kendali s.

    Apabila terdapat sampel sebanyak 1 sampai 10 maka digunakan peta kendali

    X R, namun bila sampel lebih besar dari 10 maka digunakan peta kendali X s.

    Pada mulanya, pengendalian proses statistikal hanya dilakukan dengan

    menggunakan peta kendali. Namun demikian, dalam perkembangannya

    pengendalian proses statistikal dilakukan dengan menerapkan tujuh metode utama

    yang umum digunakan (Ishikawas Basic Seven), yaitu:

    Diagram Sebab akibat (Cause Effect Diagram)

    Grafik

    Histogram

    Diagram Pareto

    Lembar Periksa (Check sheets)

  • 8/12/2019 4 Babii

    20/56

    Diagram Sebaran (Scatter Diagrams)

    Peta Kendali (Control Charts)

    Disamping metode-metode statistikal di atas, terdapat pula beberapa alat

    bantu yang juga sesuai digunakan untuk melakukan pengendalian proses,

    diantaranya:

    Analisis Kapabilitas

    Design of Experiment (DOE)

    Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)

    Gantt Chart

    Gauge Studies

    Penggunaan metode-metode statistika dalam industri yang bersifat massal

    akan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku dan proses industri,

    sehingga memberikan dampak ekonomis bagi industri itu untuk menghadapi

    persaingan global yang sangat kompetitif.

    2.4 Konsep Dasar Six SigmaPada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai

    sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk (barang dan/atau jasa)

    diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4

    kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau mengharapkan bahwa 99,99966 %

    dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Dengan

    demikian Six Sigmadapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang

    bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan

    pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem

  • 8/12/2019 4 Babii

    21/56

    industri akan semakin baik. Sehingga Six Sigma dapat dipandang sebagai

    pengendalian proses industri berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada

    kemampuan proses (process capability).

    2.4.1SigmaSigma adalah abjad Yunani () yang yang menotasikan standart deviasi

    suatu proses pada statistik yang menunjukkan jumlah variasi atau ketidaktepatan

    suatu proses. Dengan kata lain, sigma merupakan unit pengukuran statistikal yang

    mendeskripsikan distribusi tentang nilai rata-rata (mean) dari setiap proses atau

    prosedur.

    2.4.2Six Sigma

    Six sigma merupakan suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4

    kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang

    dan/atau jasa). Upaya giat menuju kesempurnaan (zero defect-kegagalan nol). .

    (Sumber : PedomanImplementasi Six Sigma, hal.9, Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta, Gaspersz Vincent, 2002).

    Simbol Sigma () sendiri seringkali dihubungkan dengan kemampuan

    proses yang terjadi terhadap produk yang diukur dengan defect per million

    opportunities (DPMO). Sumber dari defect atau cacat hampir selalu dihubungkan

    dengan variasi, misalnya variasi material, prosedur, perlakuan proses. Dengan

    demikian Six Sigma sendiri telah mengalami pertambahan lingkup seperti

    keterlambatan deadline, variabilitas lead time, dan lain-lain. Maka perhatian

    utama dari Six Sigmaini adalah variasi karena dengan adanya variasi maka kurang

    memenuhi spesifikasi dengan demikian mempengaruhi potensi pasar bahkan juga

    pertumbuhan pendapatan.

  • 8/12/2019 4 Babii

    22/56

    Tingkat kualitas sigma biasanya juga dipakai untuk menggambarkan variasi

    dari suatu proses. Semakin tinggi tingkat sigma maka semakin kecil toleransi yang

    diberikan pada kecacatan dan semakin tinggi kemampuan proses. Sehingga variasi

    yang dihasilkan semakin rendah dan dapat mengurangi frekuensi munculnya

    defect, biaya-biaya proses, waktu siklus proses mengalami penurunan dan

    kepuasan konsumen meningkat. (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma,

    Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Gaspersz Vincent, 2002).

    Tingkat six sigma sering dihubungkan dengan kapabilitas proses yang

    dihitung dalam Defect per Million Opportunities (DPMO). Beberapa tingkat

    pencapaian six sigma sebagai berikut :

    Tabel 2.2. : Pencapaian Tingkat Six Sigma (Gaspersz, 2002)

    TingkatPencapaian Sigma

    DPMO Hasil Keterangan

    1 691.462 31% Sangat tidak kompetitif

    2 308.538 69,2% Rata-rata industri Indonesia

    3 66.807 93,32% Rata-rata industri Indonesia

    4 6.210 99,379% Rata-rata industri USA

    5 233 99,977% Rata-rata industri USA

    6 3,4 99,9997% Industri kelas mapan/dunia

    Pada dasarnya pelanggan akan puas jika mereka menerima nilai

    sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk diproses pada tingkat

    kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta

    kesempatan atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan

    pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Dengan demikian Six Sigma dapat

    dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana baiknya suatu

    proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin

  • 8/12/2019 4 Babii

    23/56

    tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem industri akan semakin baik. Six

    Sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri berfokus pada

    pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses (process capability).

    (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.9, Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta, Gaspersz Vincent, 2002).

    Berikut ini akan diberikan alasan yang membuat Six Sigma berbeda dari

    TQM dan program-program kualitas sebelumnya :

    Tabel 2.3 Kelemahan TQM dan solusi Six Sigma

    No Kelemahan TQM Solusi Six Sigma

    1 Kurangnya integrasi Link (Hubungan) ke lini dasar bisnis dan personal

    2 Kepemimpinan yang apatis Kepemimpinan di barisan depan

    3Konsep yang tidak jelas tentang

    kualitasPesan sederhana yang diulang ulang

    4Gagal untuk menghancurkan

    penghalang penghalang internalPrioritas terhadap fungsi manajemen proses lintas

    fungsi

    5 Pelatihan yang tidak efektif Blackbelts, Greenbelts, Master Blackbelts

    6 Fokus pada kualitas produk Perhatian pada semua proses bisnis

    (Sumber : The Six Sigma Way, hal.46, Penerbit Andi, Yogyakarta,

    Cavanagh, Peter S. Pande, Robert P.Neuman, 2002).

    Menurut Gaspersz (2002) dalam aplikasi konsep six sigma terdapat 6 aspek

    kunci yaitu :

    1. Identifikasi pelanggan.

    2. Identifikasi produk.

    3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan.

    4. Definisi proses.

  • 8/12/2019 4 Babii

    24/56

    5. Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan pemborosan

    yang terjadi.

    6. Meningkatkan proses secara terus menerus menuju target yang telah

    ditetapkan.

    Terdapat 6 aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam penerapan Six Sigma

    dibidang manufakturing, yaitu :

    1. Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan (sesuai

    kebutuhan dan ekspektasi pelanggan).

    2. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ (Critical

    To Quality) individual. Critical To Quality adalah atribut-atribut yang

    sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan

    kebutuhan dan kepuasan pelanggan. CTQ merupakan elemen dari suatu

    produk, proses atau praktek-praktek yang berdampak langsung pada

    kepuasan pelanggan.

    3. Menentukan apakah setiap CTQ itu dapat dikendalikan melalui

    pengendalian material, mesin, proses-proses kerja, dll.

    4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang

    diinginkan pelanggan (menentukan nilai USL dan LSL dari setiap CTQ).

    5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan

    nilai maksimum standart deviasi untuk setiap CTQ).

    6. Mengubah desain produk atau proses sedemikian rupa agar mampu

    mencapai nilai target Six Sigma. (Sumber : PedomanImplementasi Six

    Sigma, hal.9, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent,

    2002).

  • 8/12/2019 4 Babii

    25/56

    Six Sigma tidak muncul begitu saja. Sejak dulu konsep ilmu manajemen

    sudah berkembang di Amerika, kemudian dilanjutkan dengan gebrakan

    manajemen Jepang dengan konsep Total Quality.Total Quality Manajemen juga

    merupakan program peningkatan yang terfokus. Didalam Six Sigmaterdapat lebih

    banyak tool improvement yang bisa dipakai. Selain itu didalam six sigma akan

    diperkenalkan suatu konsep mengenai defect, opportunity, DPMO, yang menjadi

    rujukan nilai sigma proses.

    Kita juga akan diperkenalkan dengan variasi proses (konsep untuk data

    kontinyu). Bukan berarti di dalam TQM hal tersebut tidak ada, hanya saja TQM

    tidak terlalu mementingkan pembahasan tersebut. Namun apabila ingin lebih

    mengenal proses, kita lebih mengetahui bagaimana variasi proses/produk kita,

    artinya juga berapa sigma dari proses/produk kita, maka Six Sigmalebih memadai

    dalam hal ini.

    Berikut ini akan diberikan alasan yang membuat Six Sigma berbeda

    dengan TQM dan program-program kualitas sebelumnya :

    a. Six Sigmaterfokus pada konsumen. Konsumen, terutama eksternal konsumen

    selalu diperhatikan sebagai patokan arah peningkatan kualitas.

    b. Six Sigmamenghasilkan Returns of investementyang besar (contohnya pada

    general electrics).

    c. Six Sigmamengubah cara manajemen beroperasi. Six Sigmalebih dari sekedar

    proyek peningkatan kualitas. Ia juga merupakan cara pendekatan baru

    terhadap proses berpikir, merencanakan dan memimpin untuk menghasilkan

    hasil yang baik.

  • 8/12/2019 4 Babii

    26/56

    2.4.2.1. Konsep Six Sigma Motorola

    Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai

    sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk (barang / jasa) di proses

    pada tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan

    persejuta kesempatan (DPMO) atau mengharapkan bahwa 99,99% dari apa

    yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. Dengan demikian Six

    Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana

    baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan

    (pasar). Semakin tinggi target Sigma yang dicapai , kinerja sistem industri akan

    semakin baik.

    Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang

    memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa (dramatic) di

    tingkat bawah. Six Sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses

    industri berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses

    (process capability).

    Pendekatan pengendalian proses 6-sigma Motorola (Motorolas Six Sigma

    process control) mengizinkan adanya pergeseran nilai rata-rata (mean)

    setiap CTQ individu dari proses industri terhadap nilai spesefikasi target (T)

    sebesar 1,5sigma , sehingga menghasilkan 3,4 DPMO (defect per million

    opportunities). Dengan demikian berdasarkan konsep Six Sigma Motorola,

    berlaku penyimpangan :(meanTarget ) = ( )T

    = 5,1

    atau 5,1=

    T .

    Disini (mu) merupakan nilai ratarata (mean) dari proses, sedangkan (sigma)

    merupakan variasi proses.

  • 8/12/2019 4 Babii

    27/56

    Proses Six Sigma dengan distribusi normal yang mengizinkan nilai

    ratarata (mean) proses bergeser 1,5sigma dari nilai spesifikasi target kualitas

    (T) yang diinginkan oleh pelanggan, ditunjukkan dalam Gambar 2.1

    T

    - 1,5 sigma +1,5 sigma

    mean

    LSL USL

    - 6sigma + 6 sigma- 3sigma - 2sigma - 1sigma + 1sigma + 2sigma + 3sigma

    Keterangan : sigma dalam bagan menunjukkan ukuran variasi dari proses yang

    stabil mengikuti distribusi normal

    Gambar 2.4 : Konsep Six sigma Motorola dengan Distribusi Normal bergeser

    1,5Sigma. Sumber : Vincent Gaspersz,2002, hal 11

    Konsep Six Sigma Motorola dengan pergeseran nilai rata rata (mean) dari

    proses yang diizinkan sebesar 1,5 sigma (1,5 x standard deviasi maksimum )

    adalah berbeda dari konsep Six Sigma dalam distribusi normal yang umum

    dipahami selama ini yang tidak mengizinkan pergeseran dalam nilai rata rata

    (mean) dari proses. Perbedaan itu ditunjukkan dalam Tabel 2.2

  • 8/12/2019 4 Babii

    28/56

    Tabel 2.4 : Perbedaan True 6Sigma dengan Motorolas 6Sigma

    Sumber : Vinscent Gasperz , 2002, hal 11

    2.4.2.2Penentuan Kapabilitas ProsesKeberhasilan implementasi program peningkatan Six Sigma ditunjukan

    melalui peningkatan kapabilitas proses dalam menghasilkan produk menuju

    tingkat kegagalan nol (zero defect). Konsep perhitungan kapabilitas proses

    menjadi sangat penting untuk dipahami dalam implementasi program Six Sigma.

    Teknik penentuan kapabilitas proses yang berhubungan dengan CTQ untuk data

    variabel dan atribut.

  • 8/12/2019 4 Babii

    29/56

    Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun

    kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak dan dalam

    konteks pengendalian proses statistika dikenal dua jenis data yaitu :

    1. Data atribut ( Attributes Data) merupakan data kualitatif yang dihitung

    mengunakan daftar pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan

    analisis. Contoh data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada

    kemasan produk,banyaknya jenis cacat pada produk.

    2. Data Variabel (Variables Data) merupakan data kuantitatif yang diukur

    menggunakan alat pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan

    analisis. Contoh data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa,

    ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, ukuran-ukuran

    berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume merupakan data variabel.

    Didalam teknik penentuan kapabilitas proses untuk kasus untuk data

    variabel misalnya; berdasarkan kebutuhan pelanggan diketahui bahwa diameter

    pipa yang diinginkan adalah 40 mm dengan batas toleransi adalah 5 mm.

    Pelanggan akan menolak setiap pipa yang diserahkan apabila diketahui

    berdiameter diatas 45 mm, dan dibawah 35 mm. Dalam konteks program

    peningkatan kualitas Six Sigma, menyatakan CTQ yang perlu diperhatikan adalah

    diameter pipa dengan spesifikasi sebagai berikut:

    1. CTQ (Critical-to-Quality) = Diameter pipa

    2.

    Spesifikasi target (T) = 40 mm

    3. Batas spesifikasi atas (Upper specification limit= USL ) = 45 mm

    4. Batas spesifikasi bawah (Lowerspecification limit= LSL ) = 35 mm

    5. Rata-rata (mean) proses = X-bar

  • 8/12/2019 4 Babii

    30/56

    6. Standar deviasi proses

    S = R-bar/d2 atau

    S =

    ( )1

    2

    n

    xxi

    dimana d2 adalah koefisien untuk pendugaan standar deviasi

    tergantung pada ukuran contoh sampel.

    7. Kapabilitas proses

    Cpm = (USL LSL )

    ( ) 226 STbarx +

    Indeks kapabilitas proses (Cpm) digunakan untuk mengukur tingkat pada

    mana suatu output proses berada pada nilai spesifikasi target kualitas (T) yang

    diinginkan oleh pelanggan. Semakin tinggi nilai Cpm menunjukkan bahwa output

    proses itu semakin mendekati nilai spesifikasi target kualitas (T) yang diinginkan

    oleh pelanggan, yang berarti pula bahwa tingkat kegagalan dari proses semakin

    berkurang menuju target tingkat kualitas kegagalan nol (zero defect oriented).

    Jika mengetahui berapa persen range (interval) toleransi spesifikasi bagi

    nilai rata-rata (interval toleransi spesifikasi= USL LSL) menyimpang dari nilai

    target (T), maka :

    % Off-target = Absolut (X-bar T) / (USL LSL) 100 %

  • 8/12/2019 4 Babii

    31/56

    2.4.3 Faktor Penentu Dalam Six Sigma

    Dijelaskan pula bahwa faktor penentu dalam pelaksanaan Six Sigma ini

    antara lain :

    a. Costumer centricPelanggan adalah tujuan utama Six Sigma dimana kualitas dari produk

    diukur melalui perspektif pelanggan dengan jalan :

    1) Voice of coctumer (VOC), menyatakan keinginan pelanggan.

    2) Requirements, masukan dari VOC ditransfer secara spesifik dengan

    elemen yang dapat diukur.

    3) Critical to quality (CTQ), permintaan yang paling penting bagi

    pelanggan.

    4) Defect, bagian yang kurang memenuhi spesifikasi.

    b. Financial ResultTotal Quality Management (TQM) dikenal lebih dahulu dari pada Six

    Sigma. Pada TQM sendiri susah menentukan hal mana yang dijadikan

    prioritas utama bahkan hampir semua proyek yang dikerjakan

    mengenakan biaya pada pelanggan dan penanam saham, sehingga dapat

    menghasilkan banyak biaya. TQM sering dipimpin oleh pihak yang

    paling kurang pemahaman terhadap pengendalian kualitas dan

    cenderung menemukan cara pengukurannya sendiri. Sedangkan Six

    Sigmamengakomodasikan penurunan biaya dan kenaikan pendapatan.

    c. Management EngagementPada penerapan Six Sigma ini selain pada proses juga memerlukan

    perhatian dan kerjasama pada semua lini manajemen perusahaan.

  • 8/12/2019 4 Babii

    32/56

    Control (C)

    Define (D)

    Improve (I)Analyze (A)

    Measure (M)

    d. Resources CommitmentKomitmen untuk maju lebih ditekankan daripada jumlah personel yang

    terlibat dalam implementasi ini.

    e. Execution Infrastructure

    Six sigma didukung oleh infrastruktur yang berisi orang-orang dari top

    managementsampai operasional dimana keseluruhannya memiliki fokus

    yang sama yaitu kepuasan pelanggan. (Sumber : Lean Six Sigma,

    McGraw-Hill Companies, Inc George, Michael L, 2002).

    2.5. DMAIC(Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control)

    DMAIC merupakan proses untuk peningkatan terus-menerus menuju target

    Six Sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan

    dan fakta. Proses ini menghilangkan langkah-langkah proses yang tidak produktif,

    sering berfokus pada pengukuran-pengukuran baru, dan menetapkan teknologi

    untuk peningkatan kualitas menuju target Six Sigma. (Sumber : Pedoman

    Implementasi Six Sigma, hal.8, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz

    Vincent, 2002).

    Gambar 2.5 Proses DMAIC

  • 8/12/2019 4 Babii

    33/56

    2.5.1 Define (D)

    Merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan

    kualitas Six Sigma. Pada tahap ini, yang paling penting untuk dilakukan adalah

    identifikasi produk dan atau proses yang akan diperbaiki. Kita harus menetapkan

    prioritas utama tentang masalah-masalah dan atau kesempatan peningkatan

    kualitas mana yang akan ditangani terlebih dahulu. Pemilihan proyek terbaik

    adalah berdasarkan pada identifikasi proyek yang sesuai dengan kebutuhan,

    kapabilitas, dan tujuan organisasi yang sekarang.

    Secara umum setiap proyek Six Sigma yang terpilih harus mampu

    memenuhi kategori :

    1.Memberikan hasil-hasil dan manfaat bisnis

    2.Kelayakan

    3.Memberikan dampak positif kepada organisasi

    (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.33, Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    2.5.2 Measure (M)

    Merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan kualitas

    Six Sigma. Terdapat 3 hal pokok yang harus dilakukan dalam tahap Measure,

    yaitu :

    1. Memilih atau menentukan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yang

    berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan.

    2. Melakukan pengumpulan data melalui pengukuran yang dapat

    dilakukan pada tingkat proses, outputdan/atau outcome.

  • 8/12/2019 4 Babii

    34/56

    3. Mengukur kinerja sekarang (current performance)pada tingkat proses,

    output, dan/atau outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja

    (performance baseline) pada awal proyek Six Sigma. (Sumber :

    Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.72, Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    2.5.2.1 Penentuan Kapabilitas Proses Untuk Data Variabel

    Membahas tentang teknik memperkirakan kapabilitas proses dalam ukuran

    pencapaian target sigma untuk data variabel (data yang diperoleh melalui

    pengukuran langsung). Data ini dihitung untuk keperluan pencatatan dan analisis.

    Tabel 2.5.Cara memperkirakan Kapabilitas Proses Untuk Data Variabel (Pipa)

    Langkah Tindakan Persamaan HasilPerhitungan

    1 Proses apa yang anda ingin ketahui? - Pembuatan pipa

    2 Tentukan nilai batas spesifikasi atas(Upper Spesification Limit)

    USL 45 mm

    3 Tentukan nilai batas spesifikasi bawah(Lower Spesification Limit)

    LSL 35 mm

    4 Tentukan nilai spesifikasi target T 40 mm

    5 Berapa nilai rata-rata (mean) proses X-bar 37 mm

    6 Berapa nilai standar deviasi dariproses

    S 2 mm

    7 Hitung kemungkinan cacat yangberada diatas nilai USL /(DPMO)

    P{z (USLX-bar) /

    S} 1.000.000 *)

    32

    8 Hitung kemungkinan cacat yangberada diatas nilai LSL /(DPMO)

    P{z (LSLX-ar) /

    S} 1.000.000 **)

    158.655

    9 Hitung kemungkinan cacat per satujuta kesempatan (DPMO) dari proses

    diatas

    = (langkah 7)+

    (langkah 8)

    158.687

    10 Konversi DPMO (langkah 9) ke dalamnilai sigma (Tabel lampiran 5)

    - 2,50 ***)

    11 Hitung kemampuan proses diatasdalam ukuran nilai Sigma

    - Kapabilitasproses adalah2,50 Sigma(rendah,tidakkompetitif)

    12 Hitung kapabilitas proses diatas dalamindeks kapabilitas proses

    Cpm = (USL LSL)/

    2)(6 TbarX +

    0,46****(rendahtidak kompetitif)

  • 8/12/2019 4 Babii

    35/56

    Catatan: *) P{z (USLX-bar) / S} 1.000.000 = P{z (45 37 )/ 2}610 = P {z

    4}610 ={1P(z 4} 610 = (10,999968) 610 = 32

    **) P{z (LSLX-bar) / S} 1.000.000 = P{z (35 37 )/ 2}610 = P {z -

    1}610 = 0,158655 610 =158.655 (Lihat tabel lampiran 1)

    ***) Dari tabel lampiran 5 angka DPMO = 158.687 adalah paling dekat denganDPMO =158.655 pada nilai Sigma =2,50.

    ****)Cpm = (USL LSL)/

    22)(6 STbarX + = (4535)/

    22 2)4037(6 + = 10 / 21,63 = 0,46

    (Sumber : PedomanImplementasi Six Sigma, hal.23, Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    Untuk menganalisa kualitas suatu produk yang memiliki berbagai macam

    variabel ( produk memiliki variabel lebih dari satu), maka produk tersebut

    analisanya tiap tiap variabel. Untuk lebih jelasnya seperti tabel di bawah ini.

    \(Sumber : PedomanImplementasi Six Sigma, hal.230, Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    2.5.2.2 Pengukuran Baseline Kinerja (performance baseline)

    Baseline kinerja dalam proyek Six Sigma biasanya diterapkan

    menggunakan satuan pengukuran DPMO dan tingkat kapabilitas sigma (sigma

    level). Sesuai dengan konsep pengukuran yang biasanya diterapkan pada tingkat

    Tabel 2.6

  • 8/12/2019 4 Babii

    36/56

    proses, output dan outcome, maka baseline kinerja juga dapat ditetapkan pada

    tingkat proses, output dan outcome. Pengukuran biasanya dimaksudkan untuk

    mengetahui sejauh mana output dari proses dapat memenuhi kebutuhan

    pelanggan. (Sumber : PedomanImplementasi Six Sigma, hal.112, Gramedia

    Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    2.5.2.3 Mengukur Tolok Ukur Kinerja (Performance Baseline)

    Proyek peningkatan kualitas Six Sigma akan berfokus pada upaya-upaya

    giat dalam peningkatan kualitas menuju kegagalan nol (zero defect) sehingga

    memberikan kepuasan total kepada pelanggan. Oleh karenanya, sebelum suatu

    proyek Six Sigma dimulai, maka harus diketahui tingkat kinerja yang sekarang

    (current performance), atau dalam terminologi Six Sigma disebut sebagai tolok

    ukur kinerja (performance baseline).Setelah mengetahui tolok ukur kinerja ini,

    maka kemajuan peningkatan peningkatan yang dicapai setelah memulai proyek

    Six Sigma dapat diukur sepanjang masa berlangsung proyek Six Sigma itu. Tolok

    ukur kinerja dalam proyek Six Sigma biasanya ditetapkan menggunakan satuan

    pengukuran DPMO (Defects Per Million Opportunities) dan SQL (Sigma Quality

    Level).

    Hasil pengukuran pada tingkat output dapat berupa data variabel maupun

    data atribut, yang akan ditentukan kinerjanya menggunakan satuan pengukuran

    DPMO (Defects Per Million Opportunities) dan SQL (kapabilitas sigma).

    Rumus yang digunakan adalah :

    Rata-rata sampel dalam subgrup X (Pyzdek, 2003: 394) adalah:

  • 8/12/2019 4 Babii

    37/56

    Rata-rata sampel keseluruhan X (Pyzdek, 2003: 395) adalah:

    Rentang R (Pyzdek, 2003: 394) adalah:

    Standar deviasi s (Gaspersz, 2002: 128) adalah:

    (d2 dilihat dalam Tabel Lampiran 1)

    Probabilitas cacat dalam DPMO untuk 1 batas spesifikasi (Gaspersz, 2002:

    131) adalah:

    Probabilitas cacat dalam DPMO untuk 2 batas spesifikasi (Gaspersz, 2002:

    124) adalah:

    Kapabilitas Sigma SQL (Tabel Lampiran 5)

    (Sumber : PedomanImplementasi Six Sigma, hal.124, Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

  • 8/12/2019 4 Babii

    38/56

    2.5.3 Analyze (A)

    Merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan kualitas

    Six Sigma. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah beberapa hal sebagai

    berikut :

    1. Menentukan kapabilitas / kemampuan dari proses.

    Process capability merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang

    menunjukkan proses mampu menghasilkan sesuai dengan spesifikasi

    produk yang telah ditetapkan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan

    dan ekspektasi pelanggan.

    2. Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab kecacatan atau

    kegagalan. Untuk mengidentifikasi sumber-sumber penyebab kegagalan,

    dapat menggunakan Fishbone diagram (cause and effect diagram).

    Dengan analisa cause and effect, manajemen dapat memulai dengan

    akibat sebuah masalah, atau dalam beberapa kasus, merupakan akibat

    atau hasil yang diinginkan dan membuat daftar terstruktur dari penyebab

    potensial.(Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.200,

    Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    Setelah akar-akar penyebab dari masalah ditemukan, maka dimasukkan ke

    dalam cause and effect diagram yang telah mengkategorikan sumber-sumber

    penyebab berdasarkan prinsip 7M, yaitu :

    1)Manpower( Tenaga Kerja ).

    2) Machines( Mesin-mesin ).

    3) Methods( Metode Kerja ).

    4) Material( Bahan Baku dan Bahan Penolong ).

  • 8/12/2019 4 Babii

    39/56

  • 8/12/2019 4 Babii

    40/56

    b.Dua Batas Spesifikasi (USL dan LSL), (Gaspersz, 2002: 210) adalah:

    dimana;

    SL= Batas Spesifikasi CTQ yang diinginkan pelanggan

    USL = Batas Atas Spesifikasi CTQ yang diinginkan pelanggan

    LSL = Batas Bawah Spesifikasi CTQ yang diinginkan pelanggan

    UCL = Upper Control Limit (Batas Kendali Atas)

    LCL = Lower Control Limit (Batas Kendali Bawah)

    T= Target spesifikasi CTQ yang diinginkan pelanggan

    S= Standar deviasi proses

    Smaks = Nilai batas toleransi maksimum standar deviasi

    X= Nilai rata-rata contoh (sample mean) proses

    Analisis kapabilitas proses digunakan secara luas dalam dunia industri untuk

    mengukur kemampuan perusahaan/pemasok dalam memenuhi spesifikasi kualitas.

    Terdapat berbagai indeks kapabilitas proses, namun dalam skripsi ini akan

    digunakan 2 macam indeks, yakni:

    Cpk (Indeks Kapabilitas Proses Aktual) Kelemahan utama indeks Cp

    adalah pada kenyataannya sangat sedikit proses yang tetap berpusat pada

    rata-rata proses. Untuk memperoleh pengukuran akan kinerja proses yang

    lebih baik, maka harus dipertimbangkan di mana rata-rata proses berlokasi

    relatif terhadap batas spesifikasi. Cpk mencari jarak terdekat lokasi pusat

    proses dengan USL atau LSL kemudian dibagi dengan rentang proses.

  • 8/12/2019 4 Babii

    41/56

    Kapabilitas proses potensial pada proses dengan tingkat kualitas Six

    Sigma:

    dimana:

    USL = batas spesifikasi atas (Upper Specification Limit)

    LSL = batas spesifikasi bawah (Lower Specification Limit)

    = rata-rata proses

    = simpangan/standar deviasi

    Cpm (Indeks Kapabilitas Proses Taguchi)

    Indeks kapabilitas proses Cpm (disebut juga Taguchi Capability

    Index) digunakan untuk mengukur pada tingkat mana output suatu proses

    berada pada nilai spesifikasi target kualitas (T) yang diinginkan oleh

    pelanggan. Semakin tinggi nilai Cpm menunjukkan bahwa output proses

    itu semakin mendekati nilai spesifikasi target kualitas (T) yang diinginkan

    pelanggan, yang berarti pula bahwa tingkat kegagalan dari proses semakin

    berkurang menuju target tingkat kegagalan nol. Dengan demikian

    indikator keberhasilan program peningkatan kualitas Six Sigma dapat

    dilihat melalui nilai indeks kapabilitas proses Cpm yang semakin

    meningkat dari waktu ke waktu.

    Beberapa keuntungan penggunaan indeks Cpm adalah:

    Indeks Cpm dapat diterapkan pada suatu interval spesifikasi yang tidak

  • 8/12/2019 4 Babii

    42/56

    simetris, dimana nilai spesifikasi target kualitas tidak berada tepat di

    tengah nilai USL dan LSL.

    Indeks Cpm dapat dihitung untuk tipe distribusi apa saja, tidakmensyaratkan data harus berdistribusi normal. Hal ini berarti

    perhitungan Cpm adalah bebas dari persyaratan distribusi data serta

    tidak memerlukan uji normalitas lagi untuk mengetahui apakah data

    yang dikumpulkan dari proses itu berdistribusi normal atau tidak.

    Dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, biasanya dipergunakan

    kriteria sebagai berikut:

    Cpm 2,00Proses dianggap mampu dan kompetitif (perusahaan berkelas dunia).

    1,00 Cpm 1,99Proses dianggap cukup mampu, namun perlu upaya-upaya giat untuk

    peningkatan kualitas menuju target perusahaan berkelas dunia yang

    memiliki tingkat kegagalan sangat kecil menuju nol (zero defect oriented).

    Perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai Cpm yang berada di kisaran

    ini memiliki kesempatan terbaik dalam melakukan program peningkatan

    kualitas Six Sigma.

    Cpm < 1,00Proses dianggap tidak mampu dan tidak kompetitif untuk bersaing di

    pasar global.

  • 8/12/2019 4 Babii

    43/56

    2.5.3.2. Mengidentifikasi Sumber-Sumber Penyebab Kecacatan atau

    Kegagalan

    Suatu solusi masalah yang efektif adalah apabila berhasil ditemukan

    sumber sumber penyebab masalah itu kemudian mengambil tindakan untuk

    menghilangkan akar-akar penyebab tersebut. Untuk dapat menemukan akar

    penyebab dari suatu masalah, perlu dipahami prinsip yang berkaitan dengan

    hukum sebab-akibat, yaitu:

    Suatu akibat terjadi hanya jika penyebabnya itu ada pada titik yang sama

    dalam ruang dan waktu.

    Setiap akibat memiliki paling sedikit dua penyebab dalam bentuk:

    a. Controllable Causes: penyebab itu berada dalam lingkup tanggung

    jawab dan wewenang manusia sehingga dapat diambil tindakan untuk

    menghilangkan penyebab itu.

    b. Uncontrollable Causes: penyebab yang berada di luar pengendalian

    manusia.

    Menemukan akar penyebab dari suatu masalah dapat dilakukan dengan

    menerapkan prinsip 5 Whys, yaitu dengan bertanya mengapa sebanyak lima

    kali tentang terjadinya suatu akibat maka akan dapat ditemukan dan dipahami

    sebab-sebab yang melatarbelakanginya.

    Selanjutnya akar-akar penyebab dari masalah yang ditemukan melalui

    bertanya Why beberapa kali itu dapat dimasukkan ke dalam Diagram Sebab

    Akibat.

  • 8/12/2019 4 Babii

    44/56

    Diagram Sebab Akibat

    Diagram sebab-akibat (atau juga disebut Diagram Tulang-ikan, Diagram

    Ishikawa) dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa dan pada awalnya digunakan oleh

    bagian pengendali kualitas untuk menemukan potensi penyebab masalah dalam

    proses manufaktur yang biasanya melibatkan banyak variasi dalam sebuah proses.

    Namun kemudian digunakan secara luas dalam setiap aspek kegiatan bisnis ketika

    diperlukan pemilahan penyebab timbulnya masalah untuk kemudian disusun

    dalam suatu hubungan yang saling berkaitan.

    Dalam industri manufaktur, pembuatan diagram sebab-akibat ini dapat

    menggunakan konsep 5M-1E, yaitu: machines, methods, materials,

    measurement, men/women, dan environment. Sedangkan dalam bidang pelayanan

    dapat memakai pendekatan 3P-1E yang terdiri dari: procedures, policies,

    people, serta equipment.

  • 8/12/2019 4 Babii

    45/56

    2.5.4 Improve (I)

    Merupakan langkah operasional keempat dalam program peningkatan

    kualitas Six Sigma. Langkah ini dilakukan setelah sumber-sumber dan akar

    penyebab dari masalah kualitas teridentifikasi. Pada tahap ini ditetapkan suatu

    rencana tindakan (action Plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six

    Sigma. Tool yang digunakan untuk tahap improve ini adalah FMEA (Failure

    Mode and Effect Analysis). (Sumber : PedomanImplementasi Six Sigma,

    hal.282, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

    2.5.4.1Failure Mode Effect Analysis (FMEA)FMEA adalah sekumpulan petunjuk, sebuah proses, dan form untuk

    mengidentifikasi dan mendahulukan masalah-masalah potensial

    (kegagalan). (Sumber : The Six Sigma Way, hal.402, Penerbit Andi,

    Yogyakarta, Cavanagh, Peter S. Pande, Robert P.Neuman, 2002).

    Definisi FMEA yang lain yaitu suatu prosedur terstruktur untuk

    mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. Mode

    kegagalan ini meliputi apa saja yang termasuk dalam kecacatan desain, kondisi di

    luar batas spesifikasi yang telah ditetapkan atau perubahan-perubahan dalam

    produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu.

    Pada dasarnya FMEA terbagi menjadi 2 yaitu FMEA Design yang

    dipergunakan untuk memprediksi kesalahan yang akan terjadi pada desain proses

    produk, sedangkan FMEA processuntuk mendeteksi kesalahan pada saat proses

    telah dijalankan. Dengan menggunakan FMEA maka akan meningkatkan

    keandalan dari suatu produk dan pelayanan sehingga meningkatkan kepuasan

    pelanggan yang menggunakan produk dan pelayanan tersebut.

  • 8/12/2019 4 Babii

    46/56

    Tahapan FMEA sendiri adalah :

    1. Menetapkan batasan proses yang akan dianalisa, didapatkan dari tahap

    define dari proses DMAIC.

    2. Melakukan pengamatan terhadap proses yang akan dianalisa.

    3. Hasil pengamatan digunakan untuk menemukan kesalahan / defect

    potensial pada proses.

    4. Mengidentifikasi potensial cause (penyebab dari kesalahan / defect

    yang terjadi).

    5. Mengidentifikasikan akibat (effect) yang ditimbulkan.

    6. Menetapkan nilai-nilai (dengan jalan brainstorming) dalam point :

    - Keseriusan akibat kesalahan terhadap proses lokal, lanjutan dan

    terhadap konsumen (severity).

    - Frekuensi terjadinya kesalahan (occurance).

    - Alat kontrol akibatpotential cause(detection).

    7. Memasukkan kriteria nilai sesuai dengan 3 kriteria yang telah dibuat

    sebelumnya.

    8. Dapatkan nilai RPN (Risk Potential Number) dengan jalan mengalikan

    nilai SOD (Severity, Occurance, Detection).

    9. Pusatkan perhatian pada nilai RPN yang tertinggi, segera lakukan

    perbaikan terhadap potential cause, alat control dan efek yang

    diakibatkan.

    10.Buat implementation action plan, lalu terapkan.

    11.Ukur perubahan yang terjadi dalam RPN dengan langkah-langkah

    yang sama diatas.

  • 8/12/2019 4 Babii

    47/56

    12.Apabila ada perubahan maka pusatkan perhatian pada potential cause

    yang lain. Tidak ada angka acuan RPN untuk melakukan perbaikan.

    2.5.4.1.1SeveritySeverity merupakan suatu estimasi atau perkiraan subyektif tentang

    bagaimana pengaruh buruk yang dirasakan akibat kegagalan dalam proses produk

    atau jasa. Adapun skala yang menggambarkan severity dapat diinterpretasikan

    pada tabel 2.4 berikut :

    Tabel 2.7. Skala Penilaian Severity

    Rating Kriteria Deskripsi

    1 Negligible severityPengaruh buruk yang dapat diabaikan

    2 Mild severity Pengaruh yang ringan atau sedikit

    3 Mild severity Pengaruh yang ringan atau sedikit

    4 Moderat severityPengaruh buruk yang moderat (masih

    berada dalam batas toleransi)

    5 Moderat severityPengaruh buruk yang moderat (masih

    berada dalam batas toleransi)

    6 Moderat severityPengaruh buruk yang moderat (masih

    berada dalam batas toleransi)

    7 High severity

    Pengaruh buruk yang tinggi (berada di luar

    batas toleransi)

    8 High severityPengaruh buruk yang tinggi (berada di luar

    batas toleransi)

    9 Potential safety problem

    Akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya(berkaitan dengan keselamatan ataukeamanan potensial)

    2.5.4.1.2OccurrenceOccurrencemenunjukkan nilai keseringan suatu masalah terjadi karena

    potensial cause. Adapun skala yang menggambarkan occurrence dapat

    diinterpretasikan pada tabel 2.5 berikut :

  • 8/12/2019 4 Babii

    48/56

    Tabel 2.8. Skala Penilaian Occurrence

    Rating Tingkat Kegagalan Deskripsi

    1 1 dalam 1.000.000Tidak mungkin bahwa penyebab ini yangmenyebabkan mode kegagalan

    2 1 dalam 20.000 Kegagalan akan jarang terjadi

    3 1 dalam 4.000 Kegagalan akan jarang terjadi

    4 1 dalam 1.000 Kegagalan agak mungkin terjadi

    5 1 dalam 400 Kegagalan agak mungkin terjadi

    6 1 dalam 80 Kegagalan agak mungkin terjadi

    7 1 dalam 40 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi

    8 1 dalam 20 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi

    9 1 dalam 8Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalanakan terjadi

    10 1 dalam 2

    Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan

    akan terjadi

    2.5.4.1.3 Detection

    Detection merupakan alat kontrol yang digunakan untuk mendeteksi

    potential cause. Adapun skala yang menggambarkan detection dapat

    diinterpretasikan dalam tabel 2.8 berikut :

    Tabel 2.9. Skala PenilaianDetection

    Rating Degree Deskripsi

    1 Very highOtomatis proses dapat mendeteksi kesalahan yang terjadi(komputerisasi)

    2 Very highHampir semua kesalahan dapat dideteksi oleh alat kontrol(visual pada bentuk barang dan double checking)

    3 HighAlat kontrol cukup andal untuk mendeteksi kesalahan(visual pada bentuk barang)

    4 HighAlat kontrol relatif andal untuk mendeteksi kesalahan

    (visual pada bentuk barang)

    5 ModerateAlat kontrol bisa mendeteksi kesalahan (visual padasusunan barang)

    6 ModerateAlat kontrol cukup bisa mendeteksi kesalahan (visual

    pada susunan barang)

    7 Low Keandalan alat kontrol untuk mendeteksi kesalahan

  • 8/12/2019 4 Babii

    49/56

    Rating Degree Deskripsi

    rendah (pengamatan fisik)

    8 LowKeandalan alat kontrol untuk mendeteksi kesalahan sangatrendah (perubahan warna)

    9 Very lowAlat kontrol tidak bisa diandalkan untuk mendeteksikesalahan (feeling berdasar pengalaman masa lalu)

    10 Very lowTidak ada alat kontrol yang bisa digunakan untukmendeteksi kesalahan

    2.5.5 Control (C)

    Merupakan langkah operasional kelima dalam program peningkatan kualitas

    Six Sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan

    disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses

    distandarisasikan dan disebarkan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan

    dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab

    ditransfer dari tim Six Sigma kepada pemilik atau penanggung jawab proses, yang

    berarti proyek Six Sigmaberakhir pada tahap ini. Standarisasi dimaksudkan untuk

    mencegah masalah yang sama atau praktek-praktek lama terulang kembali.

    (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.293, Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta Gaspersz, Vincent, 2002).

    2.6 Penggunaan Metode Six SigmaSecara umum metode Six Sigma yaitu merupakan suatu visi peningkatan

    kualitas menuju target 3,4 kegagalan persejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap

    tansaksi produk (barang/jasa),upaya menuju kesempurnaan (zero defect

    kegagalan nol). Pengendalian proses statistik metode Six Sigma yaitu merupakan

    salah satu alat pengendali kualitas yang digunakan sebagai proses kontrol

  • 8/12/2019 4 Babii

    50/56

    kecacatan suatu produk (barang/jasa) apakah memenuhi suatu batas spesifikasi

    produk yang telah ditetapkan.

    2.6.1 Tinjauan Keberhasilan Penerapan Six Sigma di IndustriBanyak perusahaanperusahaan dunia bahkan Indonesia pada saat ini telah

    menerapkan sistem pengendalian kualitas menggunakan metode Six Sigma

    sebagai salah satu alat untuk mengendalikan laju proses operasi diperusahaannya,

    demi terciptanya suatu kepuasan pelanggan yang beraneka ragam.

    a) Six Sigma Motorola IncImplementasi Six Sigma di perusahaan Motorola Inc, mencapai beberapa

    keberhasilan yang patut dicatat dai aplikasi progam Six Sigma, salah satunya

    sebagai berikut:

    1. Peningkatan produktivitas rata rata : 12,3% per tahun.

    2. Penurunan COPQ (cost of poor quality) lebih dari 84%

    3. Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7%

    4. Penghematan biaya manufakturing lebih dari $ 11 miliar.

    5. Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rata rata 17% dalam penerimaan,

    keuntungan, dan harga saham Motorola.

    b) Six Sigma di General ElectricPerusahaan General Electric telah menunjukkan keberhasilan penerapan Six

    Sigma melalui suatu proses yang disebut The MAIC Process at GE yang

    menghasilkan manfaat atau hasilhasil bagi organisasinya, seperti terjadi kerugian

    kecil pada investasi Six Sigma dari General Electric (GEs Six Sigma) pada tahun

    1996, sehingga pada tahun 1997 setelah implementasi Six Sigma perusahaan GE

    memperoleh beberapa manfaat antara lain :

  • 8/12/2019 4 Babii

    51/56

    1. Mendapatkan tambahan hasil bersih lebih dari $ 330 juta

    2. Manajemen General Electric menargetkan penghematan sekitar $8 milyar12

    milyar pertahun melalui penghilangan produktivitas diseluruh lini bisns

    General Electric

    2.6.2 Manfaat dan Implementasi Six SigmaPerusahaan pada saat ini telah banyak menerapkan dan menetapkan sitem

    kualitas ISO 9001 : 2000, dengan mengintegrasikan sistem kualitas dengan

    program peningkatan kuliatas Six Sigma. Penggunaan progam Six Sigma yang

    bertujuan merekomendasikan suatu desain dan penilaian dari suatu sistem

    manajemen kualitas serta menjamin bahwa organisasi tersebut akan memberikan

    suatu produk (barang / jasa) yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan,

    sehingga permintaan akan pelanggan dapat terpenuhi dengan baik yang

    mempunyai sifat sangat komplek dan luas.

    2.7 Seven ToolsTidak mungkin untuk memeriksa atau menguji kualitas kedalam suatu produk

    itu harus dibuat dengan benar sejak awal. Ini berarti bahwa proses produksi harus

    stabil dan mampu beroperasi sedemikian hingga sebenarnya semua produk yang

    dihasilkan sesuai dengan spesifikasi. Pengendalian kualitas adalah aktivitas

    keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas

    produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan

    mengansumsi, tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara

    penampilan yang sebenarnya dan yang standar.

  • 8/12/2019 4 Babii

    52/56

    Pengendalian proses statistik pada jalur adalah alat utama yang digunakan

    dalam membuat produk dengan benar sejak awal (Sumber : Pengantar PKS,

    Gajahmada University Press, Jogyakarta, Montgomery, Douglas C, 1993).

    Terdapat alat-alat pengendalian kualitas yang memiliki tujuan yang sama, atau

    yang biasa lebih dikenal dengan nama Seven tools, Seven toolsadalah 7 alat yang

    dipakai untuk mengendalikan kualitas dengan macam kegunaan dan fungsi yang

    berbeda namun memiliki tujuan yang sama. Seven toolstersebut antara lain :

    1. HistogramHistogram mempunyai bentuk seperti diagram batang yang dapat

    digunakan untuk mengetahui harga rata-rata atau central tendency dari

    nilai data yang terkumpul, harga maksimum dan minimum data, range

    data, besar penyimpangan atau dispersi terhadap harga rata-rata, bentuk

    distribusi data yang terkumpul.

    2. Check SheetAdalah alat bantu untuk memudahkan proses pengumpulan data.

    Berupa lembaran dengan tabel-tabel untuk pengisian data. Informasi dari

    lembar pengecekan dipakai untuk menyelidiki trend masalah setiap saat.

    3. Diagram ParetoDiagram ini berguna untuk menunjukkan persoalan utama yang

    dominan dan perlu segera diatasi dengan suatu grafik yang meranking

    klasifikasi data dalam urutan terbesar ke terkecil dari kiri ke kanan.

    4. Defect Concentration DiagramMerupakan salah satu alat pengendalian kualitas yang digunakan

    sebagai alat untuk memastikan lokasi defect yang dapat memberikan

  • 8/12/2019 4 Babii

    53/56

    informasi tentang penyebab potensial defect. Konsep utama adalah

    menunjukkan secara langsung letak cacat yang terjadi pada spesimen

    dengan memberi tanda khusus pada gambar spesimen.

    5. Cause-Effect DiagramDiagram ini disebut juga dengan diagram tulang ikan karena

    bentuknya seperti ikan. Selain itu disebut juga dengan diagram Ishikawa

    karena yang menemukan adalah Prof. Ishikawa yang berasal dari Jepang.

    Diagram ini digunakan untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor

    yang berpengaruh secara signifikan dalam menentukan karakteristik

    kualitas outputkerja, mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari

    suatu masalah.

    Ada 4 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu

    diperhatikan yaitu : metode kerja, mesin / peralatan lain, bahan baku, dan

    pengukuran kerja.

    (Cavanagh, Peter S. Pande, Robert P.Neuman 2002, The Six Sigma

    Way, Penerbit Andi, Jogyakarta).

    Mengapa hanya diklasifikasikan pada 4 point, karena menurut Dr.

    Kaoru Ishikawa dalam bukunya teknik pengendalian mutu menyatakan

    hampir separuh kasus yang terjadi di lantai produksi disebabkan oleh

    bahan mentah, pengukuran, mesin atau peralatan dan metode kerja. Yang

    kemudian keempat penyebab tersebut mengakibatkan dispersi produk pada

    histogram bertambah besar.

    Menurut Vincent, akar-akar penyebab dari masalah yang

    ditemukan melalui Mengapa beberapa kali kepada staf produksi dan

  • 8/12/2019 4 Babii

    54/56

    pihak manajemen, maka dimasukkan ke dalam diagram sebab-akibat yang

    telah mengkategorikan sumber-sumber penyebab berdasarkan prinsip 7M,

    yaitu :

    1. Manpower (tenaga kerja) : berkaitan dengan kekurangan dalam

    pengetahuan (tidak terlatih, tidak berpengalaman), kekurangan

    dalam keterampilan dasar yang berkaitan dengan mental dan

    fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian, dll.

    2. Machines (mesin-mesin) dan peralatan : berkaitan dengan tidak

    ada sistem perawatan preventif terhadap mesin-mesin produksi,

    termasuk fasilitas dan peralatan lain, tidak sesuai dengan

    spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated, terlalu

    panas, dll.

    3. Methods (metode kerja) : berkaitan dengan tidak ada prosedur

    dan metode kerja yang benar, tidak diketahui, tidak

    terstandarisasi, tidak cocok, dll.

    4. Materials (beban baku dan bahan penolong) : berkaitan dengan

    ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan

    penolong yang digunakan, ketidaksesuaian dengan spesifikasi

    kualitas bahan baku dan bahan penolong yang ditetapakan,

    ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan

    bahan penolong itu, dll.

    5. Media : berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak

    memperhatikan aspek-aspek kebersihan, kesehatan, dan

    lingkungan kerja yang kondusif, kekurangan dalam lampu

  • 8/12/2019 4 Babii

    55/56

    penerangan, ventilasi yang buruk, kebisingan yang berlebihan,

    dll.

    6. Motivation (motivasi) : berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja

    yang benar dan profesional (tidak kreatif, bersikap reaktif, tidak

    mampu bekerja sama dalam tim, dll), yang dalam hal ini

    disebabkan oleh sistem balas jasa dan penghargaan yang tidak

    adil kepada tenaga kerja.

    7. Money (keuangan) : berkaitan dengan ketiadaan dukungan

    finansial (keuangan) yang mantap guna memperlancar proyek

    peningkatan kualitas Six Sigma yang akan diterapkan.

    Gambar 2.6 Diagram Sebab Akibat

    (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.241, Gramedia

    Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz, Vincent, 2002).

    AKIBAT

    ManpowerMachines

    MethodsMaterialsMedia

    Motivation

    Money

    AkarPenyebab

    AkarPenyebab

    AkarPenyebab

    AkarPenyebab

    AkarPenyebab

    AkarPenyebab

    AkarPen ebab

  • 8/12/2019 4 Babii

    56/56

    6. Scatter Diagram (Diagram Pencar)Diagram ini digunakan untuk menemukan atau melihat korelasi

    dari suatu faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap faktor lain.

    Dari penyebaran Scatter dapat dianalisa hubungan faktor sebab akibat.

    7. Control Chart (Peta kontrol)Peta kontrol pada dasarnya merupakan alat analisa yang dibuat

    mengikuti metode statistik dimana data yang berkaitan dengan kualitas

    produk atau proses diplot dalam sebuah peta dengan batas kontrol atas

    (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Prosedur pengendalian proses

    Statistik pada jalur yang paling sederhana dapat dilakukan dengan grafik

    pengendali. Adapun 3 kegunaan pokok grafik pengendali :

    1. Pemantauan dan pengawasan suatu proses.

    2. Pengurangan variabilitas proses.

    3. Penaksiran parameter produk atau proses.