22
32 Universitas Kristen Petra 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Sejarah Singkat Toko Buku “A” Toko Buku “A” berada di bawah PT “X” yang didirikan pada tanggal 21 November. Toko Buku “A” memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pengetahuan yang terpercaya dengan mengutamakan sumber daya manusia, teknologi, dan sistem manajemen terintegrasi. Meskipun geliat harga kertas yang mulai membumbung yang akan berimbas pada kenaikan harga buku, toko buku “A” berusaha memberikan harga murah untuk buku-buku bermutu. 4.1.2. Sejarah Singkat Toko Buku “B” PT. “Z” atau yang lebih dikenal dengan Toko Buku “B” adalah anak perusahaan Kelompok “C” yang menyediakan jaringan toko buku dengan nama Toko Buku “B” di beberapa kota di Indonesia dan Malaysia. Perusahaan ini didirikan dengan diawali dari satu toko buku kecil berukuran 25m 2 di daerah Jakarta Barat dan sampai tahun 2002 telah berkembang menjadi lebih dari 50 toko yang tersebar di seluruh Indonesia. selain menyediakan buku, toko “B” juga menyediakan berbagai produk lain seperti alat tulis, perlengkapan kantor, alat olahraga, dll. 4.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah suatu kerangka atau susunan dasar tata laksana suatu badan organisasi dari suatu perusahaan. Struktur organisasi yang baik harus bersifat fleksibel, sehingga memungkinkan untuk diadakan perubahan atau perbaikan sehingga dapat menunjang kesuksesan perusahaan tersebut. Selain bersifat fleksibel, struktur organisasi juga harus dapat menggambarkan dengan jelas garis wewenang dan tanggungjawab yang ada dalam perusahaan sehingga tidak terjadi kerancuan diantara fungsi-fungsi dari tiap bagian dan tiap bagian

4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

32 Universitas Kristen Petra

4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Sejarah Singkat Toko Buku “A”

Toko Buku “A” berada di bawah PT “X” yang didirikan pada tanggal 21

November. Toko Buku “A” memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan pengetahuan yang terpercaya dengan mengutamakan sumber

daya manusia, teknologi, dan sistem manajemen terintegrasi. Meskipun geliat

harga kertas yang mulai membumbung yang akan berimbas pada kenaikan harga

buku, toko buku “A” berusaha memberikan harga murah untuk buku-buku

bermutu.

4.1.2. Sejarah Singkat Toko Buku “B”

PT. “Z” atau yang lebih dikenal dengan Toko Buku “B” adalah anak

perusahaan Kelompok “C” yang menyediakan jaringan toko buku dengan nama

Toko Buku “B” di beberapa kota di Indonesia dan Malaysia. Perusahaan ini

didirikan dengan diawali dari satu toko buku kecil berukuran 25m2 di daerah

Jakarta Barat dan sampai tahun 2002 telah berkembang menjadi lebih dari 50 toko

yang tersebar di seluruh Indonesia. selain menyediakan buku, toko “B” juga

menyediakan berbagai produk lain seperti alat tulis, perlengkapan kantor, alat

olahraga, dll.

4.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu kerangka atau susunan dasar tata laksana

suatu badan organisasi dari suatu perusahaan. Struktur organisasi yang baik harus

bersifat fleksibel, sehingga memungkinkan untuk diadakan perubahan atau

perbaikan sehingga dapat menunjang kesuksesan perusahaan tersebut. Selain

bersifat fleksibel, struktur organisasi juga harus dapat menggambarkan dengan

jelas garis wewenang dan tanggungjawab yang ada dalam perusahaan sehingga

tidak terjadi kerancuan diantara fungsi-fungsi dari tiap bagian dan tiap bagian

Page 2: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

33 Universitas Kristen Petra

dapat mengoptimalkan kemampuannya masing-masing demi tercapainya

kemajuan perusahaan.

Struktur organisasi pada toko buku umumnya meliputi Kepala Toko yang

kemudian dibantu oleh Asisten Kepala Toko yang membawahi beberapa unit yang

terdiri dari beberapa karyawan yang ada. Karyawan dibagi menjadi lima bagian,

yaitu bagian penjualan, pembelian, rumah tangga, administrasi, dan komputer.

Tiap bagian dikepalai oleh SPV atau supervisor dan membawahi beberapa orang.

Misalnya, pada bagian penjualan, supervisor membawahi pramuniaga, kasir,

customer service, dan penerimaan.

Gambar 4.1

Bagan Struktur Organisasi di Toko Buku

Tiap jabatan memiliki tugas dan peranan masing-masing. Kepala toko

merupakan pimpinan tertinggi yang memegang peranan penting dalam memimpin

dan mengambil keputusan. Asisten kepala toko bertugas untuk membantu kepala

toko dalam melaksanakan tugas yang ada. Kepala toko kemudian membawahi

beberapa supervisor. Supervisor adalah seseorang yang diberikan tugas dalam

sebuah organisasi perusahaan dimana mempunyai kekuasaan untuk mengeluarkan

perintah kepada rekan kerja bawahannya. Tugas utama seorang supervisor adalah

melakukan supervisi terhadap para staf pelaksanaan rutinitas aktivitas bisnis

perusahaan sehari-hari.

Page 3: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

34 Universitas Kristen Petra

Untuk melihat lebih jauh tentang struktur organisasi toko buku, berikut

akan diberikan contoh struktur organisasi dari masing-masing Toko Buku yang

ada yaitu toko buku “A” dan “B” :

4.2.1. Struktur Organisasi Toko Buku “A”

Gambar 4.2

Bagan Struktur Organisasi Toko Buku “A”

Page 4: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

35 Universitas Kristen Petra

4.2.2. Struktur Organisasi Toko Buku “B”

Gambar 4.3 Bagan Struktur Organisasi Toko Buku “B”

Jika kita melihat bagan struktur organisasi yang ada, hampir semua toko

buku memiliki struktur organisasi dan fungsi yang sama. Hanya saja,

perbedaaannya terletak pada kompleks atau tidaknya suatu organisasi dan

seberapa banyak orang yang dipimpin dalam suatu organisasi. Ada beberapa

posisi dalam struktur organisasi toko buku. Berikut akan dijelaskan fungsi dari

masing-masing bagian inti dalam struktur organisasi toko buku.

Owner atau kepala toko bertugas untuk merencanakan program kerja

perusahaan, mengawasi setiap perkembangan perusahaan dan mengambil

keputusan yang berhubungan dengan perusahaan. Wakil kepala toko bertugas

untuk membantu pekerjaan dari kepala toko untuk membantu mengawasi

perkembangan perusahaan. Manager bertugas untuk mengawasi, memimpin, dan

mengatur semua kegiatan perusahaan. Supervisor bertanggungjawab atas semua

kegiatan karyawan di dalam toko serta mengatur segala aktivitas dalam toko.

Bagian administrasi atau accounting dan keuangan berfungsi sebagai

pengatur keuangan perusahaan, membuat pembukuan, membuat laporan neraca

Page 5: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

36 Universitas Kristen Petra

laporan laba rugi, biaya-biaya, dan laporan lain yang berhubungan dengan

keuangan perusahaan. Marketing bertanggungjawab dan mengatur semua kegiatan

penjualan dan pembelian barang, serta membangun strategi pemasaran dan

mengevaluasi kondisi pasar. Ready stock bertugas mengecek semua barang masuk

dan keluar, serta bertanggungjawab atas semua buku yang disimpan, menyusun

mengepak, menyampul, dan memberi barcode pada buku.

Security bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan toko dari

bentuk kejahatan. Customer Service melayani dan memberikan informasi kepada

pengunjung berupa data buku yang dibutuhkan. Pramuniaga bertugas untuk

melayani pengunjung dalam mencari buku yang dibutuhkan. Bagian penitipan

barang bertugas untuk melayani penitipan barang pengunjung. Cleaning Service

atau bagian gedung bertanggungjawab atas semua kebersihan ruangan, baik

kantor, area display, dan lain sebagainya. Bagian kurir atau pengiriman

bertanggungjawab untuk mengatur pengiriman barang hingga sampai ke tempat

tujuan. Bagian operasional mengatur dan mengendalikan jalannya operasional

perusahaan.

4.3. Deskripsi Data

Data yang akan ditampilkan pada sub bab ini antara lain deskripsi atas

penyerahan barang konsinyasi, penjualan barang konsinyasi, dan retur barang

konsinyasi dari setiap toko buku yang ada.

4.3.1. Deskripsi Data Toko Buku “A”

Pada saat melakukan wawancara dengan bagian akuntansi dan pajak,

dikatakan besarnya PPN atas usaha konsinyasi yang dibayarkan dihitung

berdasarkan jumlah barang yang terjual. Jadi PPN diakui apabila barang

konsinyasi terjual. Saat barang konsinyasi diterima, Toko Buku “A” sebagai

consignee hanya menerbitkan surat jalan sebagai tanda bukti bahwa barang

konsinyasi dari consignor sudah diterima oleh consignee. Supplier atau consignor

hanya menerbitkan copy faktur sebagai bukti bahwa consignee sudah menerima

barang konsinyasi. Faktur asli akan diberikan kepada consignee apabila semua

barang konsinyasi sudah laku terjual. Apabila barang hanya laku sebagian, maka

Page 6: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

37 Universitas Kristen Petra

consignor hanya menerbitkan kuitansi saja. Kuitansi ini berfungsi sebagai bukti

pembayaran dari consignee atas sebagian barang konsinyasi yang sudah laku

dijual. Tanggal yang dicantumkan di faktur pajak adalah tanggal yang tercantum

pada bukti penerimaan konsinyasi. Penerbitan faktur pajak akan menimbulkan

Pajak Masukan bagi consignee. Pada saat terjadi penyerahan barang, Toko Buku

akan membuat jurnal untuk mengakui barang konsinyasi sebagai persediaan. Hal

ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu consignee melakukan pengecekan

barang apabila dilakukan stock opname. Pengakuan barang persediaan ini hanya

dicatat dalam stok saja, tidak masuk di buku besar. Jadi pengakuan stok dicatat

pada buku besar apabila barang sudah laku terjual.

Gambar 4.4

Bukti Penerimaan Konsinyasi Toko Buku “A”

Sebagai contoh, Toko Buku “A” menerima barang konsinyasi dari supplier

sebesar satu juta rupiah pada tanggal 11 Agustus 2011, consignee akan membuat

bukti penerimaan konsinyasi sebagai tanda bahwa barang konsinyasi sudah

diterima oleh consignee. Apabila barang laku terjual, consignor akan membuat

faktur pajak sekaligus faktur penagihan kepada consignee.

Ketika barang laku terjual, pembeli akan mendapatkan struk penjualan.

Biasanya struk penjualan terdiri dari dua rangkap. Bagian yang berwarna merah

digunakan sebagai arsip oleh consignee yang diperlakukan sebagai faktur pajak

sederhana dan digunakan untuk menghitung Pajak Keluaran.

Page 7: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

38 Universitas Kristen Petra

Setelah itu, consignee akan membuat laporan penjualan untuk diserahkan

kepada consignee dengan tujuan supaya consignee menerbitkan faktur penagihan

atas barang-barang yang sudah terjual.

Dalam dokumen perjanjian antara Toko Buku “A” dengan PT. XX, untuk

penjualan buku-buku konsinyasi, PT. XX akan menerima bukti laporan penjualan

dari pihak Toko Buku “A” setiap awal bulan paling lambat tanggal 10 setiap

bulannya. Kemudian PT. XX akan menerbitkan faktur tunai atau faktur penagihan

dan faktur pajak atas laporan penjualan yang diberikan oleh Toko Buku “A”.

Apabila terjadi retur, consignee akan membuat bukti penerimaan retur dan

mengirimkan daftar retur terlebih dahulu ke consignor, kemudian consignor akan

mengganti barang yang diretur oleh consignee dengan barang yang baru.

Tidak ada data konkrit dan pasti untuk retur, karena barang yang diretur

kembali ke supplier atau consignor akan diganti dengan barang yang baru. Pada

Toko Buku “A”, barang yang diretur akan diganti dengan barang baru selama

Toko Buku “A” menjalin kerjasama dengan consignor. Apabila consignee

memutuskan hubungan dengan consignor, maka prosedur retur barang bisa

dilakukan dan consignor tidak perlu mengganti barang yang diretur oleh

consignee. Pada saat retur barang tidak ada PPN.

Salah satu isi dari perjanjian Toko Buku “A” dengan PT. XX mengenai

retur, PT. XX akan melakukan informasi kepada Toko Buku “A” untuk

melakukan retur admin setiap satu bulan sekali untuk mengetahui stok sisa dan

administrasi yang belum terbayar oleh Toko Buku “A”. Kemudian pihak PT. XX

akan melakukan stock opname setiap enam bulan sekali bersama dengan pihak

Toko Buku “B”. Biaya retur yang dikeluarkan untuk retur fisik dari Toko Buku

“B” ke gudang PT. XX akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak Toko Buku “A”

Nilai jual semua buku, alat tulis, majalah, dan lainnya yang dijual di toko

buku “A” sudah termasuk nilai PPN sebesar 10%. Nilai PPN 10% ini dihitung

dari besarnya harga penyerahan barang konsinyasi. Untuk barang konsinyasi yang

dibebaskan dari PPN, seperti buku pelajaran, kitab suci, dan lainnya, consignor

tidak mengenakan PPN kepada consignee atas penyerahan barang konsinyasinya.

Pada saat pembuatan faktur pajak, besarnya PPN yang harus dibayarkan tetap

tercantum pada faktur pajak yang bersangkutan, tapi pada faktur pajak tersebut

Page 8: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

39 Universitas Kristen Petra

nantinya akan mendapatkan stempel yang bertuliskan DTP atau ditanggung

pemerintah.

Keuntungan yang diperoleh Toko Buku “A” lebih bersifat margin. Toko

Buku “A” memperoleh diskon dari consignor sebesar yang sudah ditetapkan

dalam perjanjian antara consignor dengan consignee, akan tetapi harga jual barang

konsinyasi di Toko “A” tidak boleh melebihi standar yang ditetapkan oleh

consignor. Jadi meskipun bersifat diskon, tapi harga jual ditentukan oleh supplier,

sehingga lebih bersifat margin. Sebagai contoh, dalam perjanjian Toko Buku “B”

dengan PT. XX, PT. XX memberikan potongan atau diskon kepada Toko Buku

“B” sebesar 25% (dua puluh lima persen).

Pada toko buku “A”, akan dilakukan pengecekan stock barang atau stock

opname setiap akhir bulan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya

kehilangan barang atau adanya transaksi yang tidak tercatat.

4.3.2. Deskripsi Data Toko Buku “B”

Saat melakukan wawancara dengan bagian akuntansi dan pajak, besarnya

PPN atas usaha konsinyasi yang dibayarkan juga dihitung berdasarkan jumlah

barang yang terjual.

Pada Toko Buku “B”, pemesanan barang konsinyasi dilakukan via

internet. Setelah itu supplier akan membuat faktur pajak rangkap tiga disertai

dengan cetakan form order dan fisik barang. Setelah itu barang akan dikirim ke

masing-masing cabang toko “B”. Setelah barang sampai di toko buku “B”, barang

akan di cek dan dicocokkan dengan form order dan faktur pajak yang ada. Faktur

pajak asli dan surat pesanan akan dikembalikan kepada supplier atau consignor.

Tanggal yang tercantum pada faktur pajak sama dengan tanggal yang tercantum

pada surat pesanan order karena faktur pajak sudah diterima pada saat barang

konsinyasi diserahkan.

Pada saat barang terjual, pembeli menerima struk pembelian dari kasir

sebagai bukti bahwa pembeli sudah membayar lunas barang tersebut. Barang yang

terjual kemudian akan masuk dalam sistem komputerisasi untuk diolah. Jadi

semua perhitungan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan di toko “B” sudah

dilakukan oleh program yang digunakan. Saat barang laku terjual, consignee

Page 9: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

40 Universitas Kristen Petra

membuat jurnal untuk mengakui adanya barang yang terjual dan uang yang

diterima dari pembeli.

Ketika toko buku “B” mengadakan obral buku, proses yang pertama kali

dilakukan adalah stok buku di toko buku “B” ditarik kembali oleh supplier,

khusus untuk buku yang akan diobral. Kemudian consignee akan mengurangi

persediaannya dan dianggap retur. Setelah itu, supplier akan menitipkan kembali

buku yang akan di diskon dengan harga pokok yang berbeda dan lebih murah

dibanding sebelumnya. Harga ini yang akan menjadi patokan bagi consignee

untuk menentukan harga jual buku yang akan diobral.

Retur barang konsinyasi pada toko buku “B” bisa disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu :

a. Barang tidak laku

b. Permintaan dari consignor karena buku bermasalah (ditarik kembali)

c. Salah cetak

d. Ada keterangan dari kejaksaan bahwa buku harus ditarik kembali (biasanya

karena mengandung unsur SARA atau unsur plagiat)

Dalam hal buku ditarik kembali karena permintaan consignor maupun

karena dilarang pemerintah, maka barang tersebut akan diperlakukan sebagai

barang retur oleh consignee. Prosedurnya sama dengan prosedur saat retur barang

ke consignor.

Disamping itu, di toko buku “B” memiliki istilah barang kredit. Yang

dimaksud barang kredit ini barang yang dibeli dari percetakan sendiri. Meskipun

dibeli dari percetakan sendiri, barang kredit tetap diakui sebagai persediaan.

Consignor Toko buku “B” menerapkan sistem komisi atas transaksi

barang konsinyasi. Jadi consignor sudah menetapkan harga jual dan dari harga

jual tersebut, Toko Buku “A” akan mendapatkan komisi sebesar yang sudah

ditentukan dalam perjanjian antara consignor dan consignee. Dalam UU PPN

no.42 tahun 2009 pasal 1A ayat 1 huruf c, yang termasuk dalam pengertian

penyerahan barang kena pajak adalah penyerahan barang kena pajak kepada

pedagang perantara atau melalui juru lelang. Yang dimaksud dengan "pedagang

perantara" adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan

Page 10: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

41 Universitas Kristen Petra

untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu,

misalnya komisioner. Atas pendapatan komisi ini akan dikenakan PPN komisi

sebesar 10%.

Pada toko buku “B”, stock opname hanya dilakukan setiap satu tahun

sekali karena terbatasnya sumber daya yang digunakan, karena di toko buku “B”

tersedia alat khusus untuk kegiatan stock opname dan jumlahnya masih sangat

terbatas, sedangkan yang menggunakan alat itu adalah toko buku “B” diseluruh

cabang di kota tersebut atau bahkan di propinsi dimana toko buku “B” berada.

4.4. Analisa dan Pembahasan

Berikut akan dipaparkan analisa dan pembahasan untuk Toko Buku “A”

dan Toko Buku “B” ditinjau dari sudut perlakuan akuntansi dan Pajak

Pertambahan Nilainya, serta cocok atau tidaknya dengan aturan dan teori yang

berlaku.

Secara teori akuntansi, barang yang dititipkan atau barang konsinyasi tidak

boleh dianggap sebagai persediaan oleh consignee atau pihak yang dititipi barang.

Akan tetapi, pada toko buku “A” dan “B”, barang konsinyasi dicatat dan diakui

sebagai persediaan atau stock oleh consignee. Pada toko buku “A” pencatatan atas

barang konsinyasi dicatat dan diakui sebagai persediaan konsinyasi, tetapi tidak

masuk dalam pencatatan di buku besar. Setelah barang terjual, stock konsinyasi

kemudian dicatat dan diakui dalam buku besar. Sedangkan pada toko buku “B”,

pencatatan untuk konsinyasi tidak hanya dicatat sebagai persediaan konsinyasi

saja, tetapi juga dicatat dalam buku besar consignee. Toko buku “B” berasumsi

bahwa barang konsinyasi adalah barang milik consignee, meskipun pada

kenyataannya hak kepemilikan atas barang masih berada di consignor dan hanya

dititipkan saja kepada consignee. Toko buku “B” juga mengatakan bahwa

pencatatan yang dilakukan ini akan mempermudah dalam proses stock opname.

Selain itu, pada toko buku “B”, semua proses pembelian, penjualan, dan retur

barang konsinyasi sudah diatur oleh sistem komputerisasi. Jadi consignee akan

lebih mudah dalam mengontrol barang konsinyasi apabila barang tersebut diakui

dan dicatat dalam buku besarnya. Sesuai dengan aturan yang ada, pencatatan yang

Page 11: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

42 Universitas Kristen Petra

dilakukan oleh toko buku “A” maupun toko buku “B” tidak sesuai dengan teori

akuntansi yang berlaku.

Di toko buku, tidak hanya buku lokal saja yang dijual tetapi ada juga buku

import, baik novel maupun buku-buku pelajaran. Transaksi atas buku-buku import

ini tetap dilakukan dalam mata uang rupiah karena baik toko buku “A” maupun

toko buku “B” memiliki supplier tersendiri atas buku import ini. Jadi ada supplier

lokal yang khusus menyuplai consignee untuk buku-buku import. Buku-buku

import ini juga diperlakukan sebagai barang konsinyasi, jadi atas pencatatan dan

transaksi atas penyerahannya sama dengan prosedur yang dilakukan untuk buku-

buku lokal.

Yang kedua, pihak consignor sebagai pemilik tetap bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang

konsinyasi. Sejak pengiriman barang sampai dengan saat consignee berhasil

menjual barang kepada pihak ke-3 atau konsumen. Kecuali jika ditentukan lain

dalam perjanjian diantara kedua pihak yang bersangkutan. Faktanya, untuk biaya

pengiriman barang konsinyasi dari consignor ke consignee sepenuhnya

ditanggung consignee. Apabila terjadi retur atas permintaan consignee, biaya

pengiriman akan ditanggung oleh consignee. Kecuali retur terjadi karena

permintaan consignor biayanya akan ditanggung oleh consignor. Sedangkan,

biaya pemeliharaan atas barang konsinyasi ditanggung oleh consignee baik toko

buku “A” maupun toko buku “B”. Hal ini belum sesuai dengan teori akuntansi

dan undang-undang yang berlaku yang menyatakan bahwa biaya pemeliharaan

atas barang konsinyasi sepenuhnya menjadi tanggungjawab consignor.

Laporan penjualan atas konsinyasi akan dilaporkan secara berkala oleh

consignee kepada consignor. Rekap penjualan ini biasanya dilakukan setiap bulan

untuk mempermudah consignor dalam mengontrol barang yang dititipkan. Hal ini

biasanya sudah tercantum dalam surat perjanjian atau memorandum yang dibuat

oleh kedua belah pihak antara consignor dengan consignee. Sebagai contoh,

perjanjian toko buku “A” dengan consignor di pasal 5, yaitu melakukan proses

retur admin setiap 1 bulan sekali untuk mengetahui stok sisa dan administrasi

yang belum terbayar oleh pihak toko buku “A”

Page 12: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

43 Universitas Kristen Petra

Dalam hal retur, toko buku “A” memiliki dua istilah yaitu retur fisik dan

retur admin. Yang dimaksud dengan retur fisik adalah pengembalian barang ke

consignor atas permintaan consignor sendiri. Biasanya retur fisik terjadi karena

consignor atau penerbit akan melakukan revisi terhadap buku tersebut atau

terjadinya kenaikan harga sehingga buku tersebut harus ditarik dulu dari edaran.

Sedangkan retur admin yaitu pengembalian barang ke consignor tetapi fisik

barang itu tetap ada di tempat consignee. Pada saat proses retur admin terjadi,

consignee tidak menerbitkan nota retur untuk consignor. Jadi yang dimaksud

disini adalah retur secara proses administrasinya saja. Contoh, misalkan consignor

menitipkan buku “Y” kepada toko buku “A” sebanyak 10 buku. Selama satu

bulan berjalan buku tersebut hanya terjual sebanyak 5 buku. Pada akhir bulan

ketika consignee melakukan rekap penjualan dengan consignor, sisa buku “Y”

sebanyak 5 buku akan dianggap sebagai retur admin. Fisik barang buku “Y” tetap

ada di rak toko buku “A”, akan tetapi sisa buku tersebut dianggap retur secara

proses administrasi. Setelah proses rekap penjualan dan retur admin selesai,

consignee akan memasukkan kembali 5 buku tersebut sebagai stok persediaan

konsinyasi awal toko “A”. Pada toko buku “B” retur terjadi karena barang

konsinyasi tidak laku terjual. Dalam hal ini, jangka waktu barang dinyatakan

sebagai barang yang tidak laku ada dalam perjanjian toko buku “B” dengan

consignor. Kebanyakan jangka waktu yang ditentukan adalah tiga sampai enam

bulan lamanya dihitung sejak barang konsinyasi dititipkan untuk dijual. Waktu

yang diprediksi ini bukan jaminan pasti bahwa consignee bisa menentukan berapa

jumlah pasti barang yang laku terjual dan berapa yang akan diretur. Ada faktor-

faktor intern yang mempengaruhi laku atau tidaknya buku yang dijual. Misalnya,

penataan buku pada rak, pengamatan dan analisa terhadap lingkungan di toko

buku tersebut,dan juga promosi internal yang sudah dilakukan. Retur pada toko

buku “B” biasanya dilakukan supaya nominal saldo persediaan tidak terlalu

banyak dan overload. Sehingga space yang ada masih bisa digunakan untuk buku-

buku yang lain.

Mekanisme retur yang terjadi di toko buku “A” adalah toko buku “A”

mengirimkan daftar barang retur terlebih dahulu ke consignor, kemudian toko

buku “A” akan membuatkan nota retur dan barang akan dikembalikan ke

Page 13: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

44 Universitas Kristen Petra

consignor. Untuk toko buku “B”, mekanisme returnya adalah consignee

membuatkan list retur terlebih dahulu kemudian baru membuatkan nota retur

internal yang nantinya akan masuk ke sistem komputer dan kemudian keluar nota

retur yang akan diserahkan ke consignor. Contoh nota retur toko buku “A”

sebagai berikut :

Gambar 4.5

Contoh Form Retur Secara Akuntansi di Toko Buku “A”

Nota retur yang dibuat oleh toko buku “A” diatas adalah nota retur secara

akuntansi. Selain itu, toko buku “A” juga membuat nota retur secara pajaknya.

Nota retur untuk pajak sudah dibuat dengan format berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

Page 14: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

45 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.6

Contoh Nota Retur Pajak di Toko Buku “A”

Gambar 4.7

Contoh Nota Retur Toko Buku “B”

Page 15: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

46 Universitas Kristen Petra

Nota retur yang dibuat oleh toko buku “B” diatas belum memenuhi

persyaratan nota retur yang dianjurkan. Tidak ada NPWP serta tanggal Faktur

Pajak dari BKP yang dikembalikan yang dicantumkan dalam nota retur tersebut.

Akan tetapi toko buku “B” mencantumkan nilai pajak dalam nota retur yang

menjadi acuan untuk mengurangi pajak masukannya. Pembuatan nota retur di

toko “B” ini sudah diatur oleh pusat dari toko “B”. Jadi pada saat retur, toko “B”

ini akan membuat dan mengajukan data buku yang akan diretur terlebih dahulu ke

pusat. Apabila pusat menyetujui data retur dari toko “B”, maka pusat akan

menerbitkan nomor nota retur beserta nota retur untuk toko “B” ini.

Apabila terjadi penjualan internal dari toko buku “A” ke cabang toko buku

“A” yang lain dan dari toko buku “B” ke cabang toko buku “B” yang lain, harga

jual yang digunakan adalah harga pokok yang diperoleh dari consignor. Pada toko

buku “A”, consignee membuatkan faktur pajak untuk proses penjualan internal

ini. Jadi dengan kata lain toko buku “A” bertindak sebagai consignor bagi cabang

toko buku “A” yang lain. Sedangkan pada toko buku “B”, prosesnya adalah

consignee hanya membuatkan nota transfer barang saja untuk cabang toko yang

memerlukan.

Pada awal bulan ketika consignee, baik toko “A” dan “B” melakukan

rekap penjualan barang konsinyasi ke consignor, apabila ada selisih stok barang

dalam pencatatannya, maka consignor akan memberikan jangka waktu paling

tidak satu minggu kepada consignee untuk menemukan stok barang yang hilang

tersebut. Apabila waktunya sudah habis dan consignee belum juga menemukan

stok barang yang hilang tersebut, maka barang yang hilang tersebut akan diakui

sebagai barang laku terjual oleh consignee. Secara pencatatan internal consignee,

barang hilang tersebut diakui sebagai kerugian.

Harga jual barang konsinyasi pada toko “A” dan “B” sudah termasuk nilai

PPN 10%. Biasanya pada struk penjualan akan tertera harga pokok dan nilai PPN

apabila barang tersebut merupakan BKP. Apabila barang konsinyasi termasuk

dalam kategori pajak yang ditanggung pemerintah atau dibebaskan dari PPN,

maka di struk penjualan nilai PPN yang tertera sebesar nol rupiah. Jadi atas

transaksi penjualan barang konsinyasi yang PPNnya ditanggung pemerintah atau

Page 16: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

47 Universitas Kristen Petra

dibebaskan, baik consignor maupun consignee, serta konsumen tidak

menanggung PPN. Daftar barang-barang konsinyasi yang pajaknya ditanggung

oleh pemerintah bisa dilihat di Peraturan Pemerintah nomor 146 Tahun 2000

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 38 Tahun 2003.

Satu kesamaan pada konteks ini adalah baik toko “A” maupun toko “B” sama-

sama memiliki pengertian bahwa pajak yang ditanggung pemerintah sama

pengertiannya dengan pajak yang dibebaskan.

Jurnal atas penyerahan, penjualan, dan retur barang konsinyasi akan

dibahas sebagai berikut.

Pada saat terjadi penyerahan barang konsinyasi tidak ada jurnal yang

dicatat oleh toko buku “A”, transaksi atas penyerahan hanya sebatas dicatat

sebagai persediaan konsinyasi saja. Sedangkan pada toko buku “B”, barang

konsinyasi diakui sebagai persediaan dan masuk dalam pencatatan buku besar,

sehingga jurnalnya adalah :

Persediaan xx

Hutang xx

Ketika barang laku terjual, pencatatan jurnalnya adalah :

Kas xx

Penjualan xx

HPP xx

Persediaan xx

Kemudian jika terjadi retur, maka jurnal yang dibuat adalah :

Hutang xx

Persediaan xx

Saat consignee melakukan pembayaran ke consignor, jurnalnya :

Hutang xx

Bank xx

Saat pelunasan, jurnal pada kredit dicatat pada pos bank karena pembayaran ke

consignor dilakukan melalui bank.

Dalam UU PPN nomor 42 tahun 2009, Pengusaha Kena Pajak wajib

membuat faktur pajak atas setiap penyerahan barang kena pajak. Pada toko buku

“A”, pada saat penyerahan BKP, consignor hanya memberikan copy faktur

Page 17: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

48 Universitas Kristen Petra

kepada consignee sebagai bukti bahwa consignee sudah menerima fisik barang

dari consignor. Saat barang laku terjual sebagian, consignor membuatkan faktur

pajak beserta kuitansi untuk consignee sebagai tanda bukti pembayaran sejumlah

barang konsinyasi yang laku terjual. Besarnya pajak masukan yang diakui hanya

sebatas barang yang laku terjual saja setiap bulannya. Sedangkan pada toko buku

“B”, faktur pajak sudah dibuat pada saat terjadinya penyerahan BKP dari

consignor ke consignee. Sehingga pajak masukan didapatkan pada saat

penyerahan BKP terjadi.

Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, PPN yaitu Pajak Masukan atas

barang konsinyasi yang merupakan BKP seharusnya sudah dibayar oleh PKP pada

saat terjadinya penyerahan BKP. Pada toko buku “A”, pajak masukan selama satu

bulan yang diakui dan dibayar hanya sebesar barang konsinyasi yang terjual

selama satu bulan tersebut. Sedangkan pada toko buku “B” pajak masukan sudah

dibayar oleh PKP pada saat terjadinya penyerahan BKP dari consignor ke

consignee. Dalam hal ini, toko buku “A” belum sesuai dengan Undang-Undang

PPN yang berlaku, sedangkan perhitungan pajak masukan di toko buku “B” sudah

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Barang konsinyasi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu dikenakan PPN dan

tidak dikenakan PPN. Perhitungan PPN didapatkan dari 10% dikalikan dengan

harga jual barang yang belum include PPN. Khusus untuk BKP yang dikenakan

PPN, harga jualnya sudah termasuk PPN. Jadi nilai Pajak Keluarannya didapatkan

dari 10/110 x Total penjualan bersih. Kemudian untuk Pajak Masukannya bisa

didapatkan dari 10% x Total penerimaan barang konsinyasi. Pada toko buku “A”

dan “B”, harga jual barang semua sudah termasuk PPN. Untuk barang konsinyasi

yang tidak dikenakan PPN, seperti buku pelajaran , buku agama, kitab suci, semua

pajaknya ditanggung pemerintah atau DTP. Apabila barang konsinyasi tersebut

bukan barang yang dikenakan PPN, maka pada faktur pajaknya akan terdapat

stempel “PPN DIBEBASKAN. PP NO. 38 TAHUN 2003”. Hal ini bisa dilihat

pada contoh lampiran faktur pajak pada toko buku “A” dan “B”.

Page 18: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

49 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.8

Contoh Faktur Pajak BKP Toko Buku “B”

Form order dan faktur pajak diatas dibuat untuk penyerahan barang

konsinyasi yang tidak termasuk dalam kategori pajak yang dibebaskan. Gambar

4.7 merupakan contoh faktur pajak toko buku “B”. Tampilan faktur pajaknya

Page 19: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

50 Universitas Kristen Petra

belum sesuai dengan aturan yang dianjurkan. Lain halnya dengan faktur pajak

toko buku “A” pada gambar 4.8

Gambar 4.9

Contoh Faktur Pajak BKP Toko Buku “A”

Format faktur pajak yang dibuat toko buku “A” sudah sesuai dengan

aturan yang dianjurkan.

Page 20: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

51 Universitas Kristen Petra

Dua contoh faktur pajak diatas merupakan contoh faktur pajak BKP bukan

dibebaskan. Tidak ada stempel yang terdapat pada faktur pajak diatas yang

menandakan bahwa barang konsinyasinya merupakan barang yang dibebaskan

dari pengenaan PPN. Untuk barang konsinyasi yang dibebaskan dari PPN, faktur

pajaknya seperti dibawah ini :

Gambar 4.10

Contoh Faktur Pajak yang Dibebaskan dari PPN di Toko Buku “A”

Page 21: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

52 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.11

Contoh Faktur Pajak yang Dibebaskan dari PPN di Toko Buku “B”

Dalam UU Pasal 15A, penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh

Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) UU nomor

42 Tahun 2009 harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai disampaikan. Pada toko buku “A” dan “B”, saat penyetoran

PPN sudah sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu paling lambat tanggal 20

bulan berikutnya. Sedangkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai

disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.

Dalam hal ini toko buku “A” dan “B” melaporkan Surat Pemberitahuan Masa

PPN nya paling lambat tanggal 30 bulan berikutnya. Hal ini juga sudah sesuai

dengan aturan yang berlaku.

Pada contoh beberapa kasus sering terjadi adanya selisih antara Pajak

Masukan dan Pajak Keluaran. Pada toko buku “A” biasanya hal ini disebabkan

karena ada beberapa consignor yang belum berstatus Pengusaha Kena Pajak atau

Page 22: 4. GAMBARAN UMUM, DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

53 Universitas Kristen Petra

PKP. Sehingga pada saat membeli atau menitipkan barang, consignee tidak bisa

mendapatkan faktur pajak yang nantinya berfungsi sebagai pengkreditan pajak

masukan. Karena barang konsinyasi yang dititipkan ataupun dibeli adalah

tergolong Barang Kena Pajak, jadi consignee harus menanggung sendiri PPN nya.

Akibatnya Pajak Keluaran terkadang lebih besar dibandingkan dengan Pajak

Masukan. Sebelumnya toko buku “B” juga mengalami hal yang sama, tetapi

seiring berjalannya waktu, semua consignor yang menitipkan barang maupun

menjual barang ke toko buku “B” harus berstatus Pengusaha Kena Pajak.

Data untuk perhitungan Pajak Masukan dan Keluaran untuk menghasilkan

besarnya PPN yang terutang diperoleh dari data penerimaan barang konsinyasi,

penjualan barang konsinyasi, dan retur barang konsinyasi. Perhitungan untuk

Pajak Masukan bisa ditentukan dari besarnya barang konsinyasi yang dititipkan

oleh consignor kepada consignee. Sedangkan untuk perhitungan Pajak Keluaran

didapat pada saat consignee menjual barang kepada konsumen. Dan apabila

barang yang terjual termasuk dalam salah satu kategori yang dibebaskan dari

pajak, maka konsumen tidak dikenakan PPN atas transaksi tersebut. Dalam

laporan SPT PPN, transaksi ini masuk dalam pajak yang dibebaskan oleh

pemerintah. Perhitungan ini yang nantinya dijadikan pedoman untuk menghitung

besarnya PPN yang terutang. Besarnya PPN yang terutang bisa didapatkan dari

hasil perhitungan PK dikurangi dengan PM. Apabila nilai PK lebih besar, maka

consignee memiliki kewajiban PPN yang masih harus dibayarkan kepada

pemerintah.