38
4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO Pendahuluan Proses reproduksi adalah bagian penting dari studi biologi spesies (Chellappa et al. 2005). Penentuan jenis kelamin beberapa spesies ikan hanya dapat dibedakan dengan memeriksa gonadnya apabila spesies tersebut tidak menunjukkan dimorfisme seksual yang jelas. Beberapa jenis ikan lainnya dapat dibedakan hanya dengan melihat ciri seksual sekunder seperti perbedaan warna, bentuk atau ukuran apabila ikan tersebut menunjukkan dimorfisme atau dikromatisme seksual. Kepala lebih besar pada ikan siklid betina bisa meningkatkan kapasitas rongga mulut, memungkinkan mulut diisi dengan telur dan juvenil yang lebih besar atau lebih banyak (Takahashi & Hori 2006). Ikan T. sarasinorum diketahui mempunyai dimorfisme seksual yang membedakan ikan jantan dan ikan betina. Ikan jantan mempunyai tubuh lebih tinggi, sirip-sirip dorsal dan anal yang lebih panjang dan lebih besar, dan mempunyai polikromatisme. Ikan betina tubuhnya lebih pendek, ramping dan warnanya abu- abu seperti warna pasir (Nilawati et al. 2010). Berdasarkan tipe pemijahannya ada spesies semelparitas, yang memijah sekali seumur hidupnya; hal ini berbeda dengan spesies iteroparitas. Beberapa spesies memijah sekali setahun (misalnya pemijah serempak), sedangkan spesies lainnya memijah beberapa batch dalam satu siklus tahunan (misalnya pemijah berulang atau pemijah sebagian). Berbagai fase perkembangan gonad ikan dapat digunakan untuk menjelaskan dinamika dan pengaturan oogenesis. Karakteristik makroskopis gonad meliputi ukuran, warna, derajat vaskularisasi dan penampilan kelompok telur. Periode pemijahan yang pendek dan karakteristik histologis ovari yang dipijahkan yang hanya berisi telur dalam tingkat-tingkat perkembangan awal, bersama-sama dengan folikel-folikel pasca ovulasi dan atresia, menunjukkan bahwa suatu spesies ikan merupakan pemijah serempak (Goncalves et al. 2006; Cárdenas et al. 2008). Ikan yang di dalam ovarinya terdapat telur dengan sebagian besar tingkat perkembangan ada di dalamnya menunjukkan bahwa ikan tersebut

4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

49

4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN

IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO

Pendahuluan

Proses reproduksi adalah bagian penting dari studi biologi spesies

(Chellappa et al. 2005). Penentuan jenis kelamin beberapa spesies ikan hanya

dapat dibedakan dengan memeriksa gonadnya apabila spesies tersebut tidak

menunjukkan dimorfisme seksual yang jelas. Beberapa jenis ikan lainnya dapat

dibedakan hanya dengan melihat ciri seksual sekunder seperti perbedaan warna,

bentuk atau ukuran apabila ikan tersebut menunjukkan dimorfisme atau

dikromatisme seksual. Kepala lebih besar pada ikan siklid betina bisa

meningkatkan kapasitas rongga mulut, memungkinkan mulut diisi dengan telur

dan juvenil yang lebih besar atau lebih banyak (Takahashi & Hori 2006). Ikan T.

sarasinorum diketahui mempunyai dimorfisme seksual yang membedakan ikan

jantan dan ikan betina. Ikan jantan mempunyai tubuh lebih tinggi, sirip-sirip

dorsal dan anal yang lebih panjang dan lebih besar, dan mempunyai

polikromatisme. Ikan betina tubuhnya lebih pendek, ramping dan warnanya abu-

abu seperti warna pasir (Nilawati et al. 2010).

Berdasarkan tipe pemijahannya ada spesies semelparitas, yang memijah

sekali seumur hidupnya; hal ini berbeda dengan spesies iteroparitas. Beberapa

spesies memijah sekali setahun (misalnya pemijah serempak), sedangkan spesies

lainnya memijah beberapa batch dalam satu siklus tahunan (misalnya pemijah

berulang atau pemijah sebagian). Berbagai fase perkembangan gonad ikan dapat

digunakan untuk menjelaskan dinamika dan pengaturan oogenesis. Karakteristik

makroskopis gonad meliputi ukuran, warna, derajat vaskularisasi dan penampilan

kelompok telur.

Periode pemijahan yang pendek dan karakteristik histologis ovari yang

dipijahkan yang hanya berisi telur dalam tingkat-tingkat perkembangan awal,

bersama-sama dengan folikel-folikel pasca ovulasi dan atresia, menunjukkan

bahwa suatu spesies ikan merupakan pemijah serempak (Goncalves et al. 2006;

Cárdenas et al. 2008). Ikan yang di dalam ovarinya terdapat telur dengan sebagian

besar tingkat perkembangan ada di dalamnya menunjukkan bahwa ikan tersebut

Page 2: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

50

merupakan pemijah bertahap. Ikan dengan kematangan penuh didefinisikan

sebagai ikan yang siap bereproduksi (Şaş 2008).

Secara mikroskopis, tingkat-tingkat kematangan gonad ditentukan

berdasarkan distribusi telur dan sel-sel spermatogenik. Tipe pemijahan

diidentifikasi berdasarkan karakteristik histologis ovari dan distribusi frekuensi

tingkat kematangan gonad (Goncalves et al. 2006). Secara makroskopis, ovari

ovari dengan tingkat kematangan berbeda mempunyai volume, ketebalan, dan

warna beragam. Secara mikroskopis, ovari dibungkus oleh tunica albuginea yang

mengeluarkan septae ke bagian dalam organ, membentuk ovigerous lamellae

tempat telur-telur dengan tingkat perkembangan berbeda.

Ukuran diameter telur bervariasi menurut tingkat perkembangan (Chellappa

et al. 2005). Perkembangan telur konsisten sepanjang ovari, bergantung kepada

derajat kematangan ovari. Distribusi frekuensi diameter oosit menunjukkan

cadangan stok pada semua tingkat kematangan, tetapi oosit yang ukurannya lebih

besar hanya terdapat pada ovari dengan tingkat kematangan lebih tinggi. Oosit

cadangan sulit dibedakan dengan oosit yang sudah dalam proses perkembangan.

Suatu pendekatan bisa berupa keberadaan kuning telur untuk membedakan oosit

yang sudah dalam proses perkembangan.

Faktor kondisi digunakan untuk membandingkan ―kondisi‖, ―kemontokan‖

atau kesejahteraan ikan. Hal ini berdasarkan pada hipotesis bahwa semakin berat

ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor

kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan biotik dan abiotik, dan dapat

digunakan sebagai indeks untuk menilai status ekosistem akuatik tempat hidup

ikan.

Ukuran yang dicapai oleh individu ikan bisa berbeda-beda yang disebabkan

perbedaan pasokan makanan, dan hal ini mencerminkan perbedaan pasokan

nutrien atau tingkat kompetisi makanan. Kondisi ikan, didefinisikan sebagai

kesehatan dan kekuatan atau kesejahteraan seekor ikan adalah komponen penting

dalam biologi perikanan yang digunakan untuk menilai kesehatan umum populasi

(Efitre et al. 2009; Freyre et al. 2009).

Tingkah laku pemijahan adalah aktivitas yang berhubungan langsung

dengan produksi individu baru. Tingkah laku demikian kadang-kadang cukup

Page 3: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

51

sederhana. Tingkah laku pemijahan pada banyak spesies ikan bisa jadi sangat

rumit dan meliputi pertunjukan-pertunjukan dan gerakan-gerakan yang

menakjubkan (Grier 1984).

Selain melakukan isolasi reproduksi dan mencegah kanibalisme, tingkah

laku reproduksi juga harus menyesuaikan/mengharmonisasikan pasangan; yaitu

mereka harus siap untuk pembuahan pada waktu yang sama. Tidak hanya mereka

harus bersama-sama dalam kedekatan fisik (yaitu secara spasial), tetapi juga

secara temporal. Sangat sedikit spesies berada dalam kondisi siap untuk

pembuahan sepanjang waktu. Sebagian besar tingkah laku reproduksi bisa berupa

menguji atau merangsang kesiapan pasangan (Grier 1984; Andersson 1994).

Bab ini menganalisis aspek reproduksi dan tingkah laku pemijahan ikan T.

sarasinorum di arena pemijahan berdasarkan penelitian yang dilakukan bersama-

sama dengan pengamatan arena pemijahan. Aspek reproduksi ikan secara spasial

dan temporal nantinya akan dikaji dengan memasukkan faktor-faktor lingkungan

yang memengaruhinya.

Bahan dan Metode

Nisbah kelamin dianalisis melalui perbandingan antara jumlah jantan dan

betina yang terdapat dalam suatu populasi dengan mengikuti rumus umum:

𝜒 = 𝑀

𝐹

Keterangan: χ = nisbah kelamin

M = jumlah ikan jantan (ekor), dan

F = jumlah ikan betina (ekor)

Nisbah kelamin ini diuji pada rasio 1:1. Pengujian menggunakan Chi

kuadrat (Steel & Torrie 1989).

Hubungan panjang-berat yang digunakan untuk memperkirakan berat pada

panjang tertentu ditentukan dengan rumus:

𝑊 = 𝑎𝐿𝑏

Keterangan: W = berat tubuh ikan (g),

L = panjang baku ikan (mm),

a = konstanta,

b = koefisien allometri.

Page 4: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

52

Testis dan ovari ditimbang dan diperiksa secara makroskopis untuk

mengamati tingkat kematangan. Testis ikan jantan dan ovari ikan betina matang

yang menunjukkan semua fase perkembangan spermatosit dan oosit,

mengindikasikan kebiasaan memijah bertahap pada spesies ini.

Gonad yang telah dibedah difiksasi di dalam larutan etanol Bouin (150 ml

80% etanol, 60 ml formaldehid 37%, 15 ml glacial asam asetat, dan 1 ml asam

pikrat) selama 24–36 jam dan disimpan dalam etanol 70% selama tidak lebih dari

dua bulan sebelum pemeriksaan histologis. Sampel kemudian didehidrasi dalam

serangkaian larutan etanol, dicuci dalam xylene dan dipindahkan dalam paraffin.

Seluruh gonad dari tiap hewan dipotong saggitally dengan ketebalan 10 µm.

Sejumlah potongan diletakkan pada kaca preparat dan kemudian dikeluarkan

paraffinnya di dalam xylene dan dihidrasi kembali dalam serangkaian larutan

etanol. Irisan-irisan ini kemudian diberi warna dengan menggunakan metode Y

haematoxylin dan eosin dan diamati pada mikroskop binokuler. Foto dari irisan

yang representatif diambil dengan kamera film warna Kodak Select 200.

Negatifnya dipindai secara digital, dan hasilnya dikumpulkan dan diberi label

dengan Photoshop 5.0 (Adobe Systems, San Jose, CA, USA; Wang & Croll

2004). Tingkat kematangan gonad (TKG) jantan dan betina ditentukan secara

makroskopis dan mikroskopis.

Fekunditas total ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh telur di

dalam ovari. Diameter telur diukur untuk menentukan frekuensi pemijahan, dan

juga untuk melihat apakah ikan-ikan yang diteliti termasuk pemijah serempak

(total spawner) ataukah pemijah bertahap (multiple spawner). Diameter telur

diukur dengan menggunakan mikroskop binokuler stereo yang berkekuatan

rendah (sampai 40 kali) yang dilengkapi dengan mikrometer pada lensa

okulernya.

Ukuran ikan pada kematangan pertama didasarkan pada ukuran ikan terkecil

yang telah matang kelamin (TKG IV). Faktor kondisi menunjukkan keadaan

kebugaran ikan (fitness) dilihat dari segi kapasitas fisik untuk kelangsungan hidup

dan reproduksi.

Page 5: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

53

Indeks Kematangan Gonad (IKG) mengikuti rumus:

𝐼𝐾𝐺 = 𝐵𝐺

𝐵𝑇 × 100

Keterangan: IKG = indeks kematangan gonad,

BG = berat gonad (g), dan

BT = berat tubuh (g).

Nilai faktor kondisi relatif dihitung mengikuti rumus:

𝐹𝐾 = 𝑊

𝑎𝐿𝑏

Keterangan: W = berat ikan (g), dan

L = panjang baku (mm).

Musim pemijahan ikan ditentukan dengan menghitung persentase ikan siap

memijah setiap bulan. Frekuensi TKG IV dan pertimbangan IKG dan faktor

kondisi digunakan untuk menduga musim pemijahan.

Tingkah laku terdiri atas berbagai bagian tubuh, seperti anggota gerak dan

otot-otot, serta saraf. Pengamatan tingkah laku adalah mengenali dan

menggolongkan pola-pola gerakan yang relatif unik. Satuan minimum yang dapat

diidentifikasi untuk tingkah laku belum banyak diterima. Ethologis klasik

menyebutnya pola-pola gerakan/aksi, ada pula yang menyebutnya ―ethons‖.

Dalam penelitian ini urutan aksi disebut pola tingkah laku atau tingkah laku (Grier

1984). Tingkah laku dijelaskan tidak hanya melalui aksi-aksi terpisah tetapi juga

dengan mengukur aspek-aspek kontinyu penampilan ikan, seperti posturnya, sudut

dari satu bagian tubuh terhadap yang lain.

Kompetisi di sini digunakan dalam arti yang sama seperti dalam ekologi:

kompetisi terjadi jika penggunaan suatu sumber daya (dalam hal ini pasangan)

oleh satu individu membuat sumber daya itu lebih sulit diperoleh untuk yang

lainnya. Oleh karena itu, pemilihan pasangan oleh satu jenis seks biasanya berarti

(tidak langsung) kompetisi untuk mendapatkan pasangan pada jenis seks lain

(Grier 1984). Saat menerima dan bertemu dengan seekor jantan yang membuahi

telur-telurnya, seekor betina menjadi tidak tersedia bagi jantan-jantan lain,

setidaknya untuk sementara (Andersson 1994).

Page 6: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

54

Hasil dan Pembahasan

Nisbah kelamin

Selama periode sampling September 2008 sampai dengan Agustus 2009,

berhasil dikoleksi sebanyak 3165 ekor ikan T. sarasinorum (68,88% jantan dan

31,12% betina). Ikan-ikan tersebut tertangkap di 15 lokasi sampling. Nisbah

kelamin (jantan : betina) di setiap lokasi maupun waktu memiliki nilai yang

berbeda-beda. Ikan jantan selalu lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan

betina di semua lokasi sampling.

Gambar 14 Nisbah kelamin T. sarasinorum menurut lokasi sampling

Nisbah kelamin ikan-ikan yang ditangkap di lokasi-lokasi yang terdapat

dalam zona 2 mempunyai nilai rata-rata perbandingan (jantan:betina) yang lebih

besar (2,59 : 1) dibandingkan dengan yang terdapat di zona 1 (2,18 : 1) dan zona 3

(1,96 : 1). Apabila lokasi Salonsa-B, P. Otuno I-B dan P. Otuno II-B (tiga lokasi

habitat pemijahan perakaran) dikeluarkan, ditemukan bahwa lokasi yang

mempunyai nisbah terkecil adalah S. Petea (1,71: 1) dan nisbah terbesar adalah

Pantai Salonsa-A (3,05 : 1) (Gambar 14 dan Lampiran 9).

Nisbah kelamin di lokasi habitat perakaran (Gambar 14) selalu lebih kecil

dibandingkan dengan nisbah kelamin di lokasi habitat batu-pasir. Hal ini

disebabkan lebih banyak ikan betina yang terdapat di habitat perakaran. Ikan

betina berwarna abu-abu sehingga lebih mudah dilihat oleh ikan jantan,

dibandingkan apabila mereka berada di habitat batu berpasir. Kemungkinan lain

2,36

2,24

2,50

1,73

2,443,05

2,91

2,58

2,43

2,241,71

1,95

1,86

1,58

1,49

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

Nis

bah k

elam

in (

J:B

)

Lokasi

Page 7: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

55

adalah ikan jantan dan betina yang berpasangan mencari arena yang aman bagi

kelangsungan hidup keturunannya. Arena perakaran mempunyai struktur yang

lebih kompleks, sehingga betina yakin akan keselamatan telur yang

dilepaskannya. Tingkat kompleksitas struktur habitat lebih rendah di arena batu

berpasir. Sewaktu-waktu saat hujan atau perairan berombak dan teraduk, telur

menghadapi bahaya yang lebih besar akibat lumpur.

Hasil pengamatan bawah air menunjukkan bahwa kepadatan ikan di arena

pemijahan perakaran (Pantai Salonsa-B, P. Otuno I-B dan P. Otuno II-B) lebih

tinggi daripada kepadatan ikan di arena pemijahan batu berpasir. Jumlah ikan di

habitat perakaran yang luasnya 2 – 5 m2

berkisar antara 2 -12 pasang dan setiap

pasang diikuti oleh 3 – 13 ekor jantan yang tidak memiliki pasangan (cuckolder).

Jadi di arena perakaran nisbah kelamin bisa berkisar antara 3:1 sampai dengan

13:1. Perbandingan nisbah kelamin dengan menggunakan uji ‗Chi-square‘ pada

taraf nyata α = 0,05, diperoleh bahwa nisbah kelamin di setiap lokasi adalah tidak

seimbang (χ2 (0,05: 1) = 3,841 < χ² hitung). Perbandingan nisbah kelamin tertinggi

terdapat di lokasi-lokasi zona 2, sedangkan terendah terdapat di lokasi-lokasi zona

3.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara temporal nisbah

kelamin berada pada keadaan tidak seimbang; jumlah ikan jantan selalu lebih

banyak daripada ikan betina (Gambar 15 dan Lampiran 10). Nisbah kelamin

terendah terjadi pada bulan Mei 2009 (2,04 : 1) dan tertinggi pada bulan

November 2008 (2,47 : 1) dan April (2,46 : 1). Pada bulan Mei yaitu periode awal

curah hujan mulai turun diduga kumpulan ikan lebih aktif mencari makanan.

Sementara bulan November dan April merupakan masa puncak curah hujan yang

merangsang ikan jantan untuk memijah sehingga nisbah kelamin meningkat.

Nisbah kelamin yang selalu berada dalam ketidak seimbangan ini dapat

dikonfirmasi dengan hasil pengamatan tingkah laku pemijahan ikan. Seekor ikan

betina diperebutkan oleh beberapa ekor ikan jantan. Jadi pandangan bahwa

keadaan ideal dari nisbah 1 : 1 pada ikan hanya berlaku atau ideal bagi spesies

tertentu, tetapi tidak untuk ikan-ikan T. sarasinorum. Banyak penulis memahami

nisbah kelamin dengan selalu menghubungkannya dengan kestabilan populasi.

Vicentini & Araújo (2003) menyatakan bahwa jika nisbah tidak berada dalam

Page 8: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

56

keseimbangan (mengikuti perbandingan 1:1) maka harus mempertimbangkan

untuk mengubah pemahaman mengenai keseimbangan yaitu dengan menganalisis

pertumbuhan populasi. Ikan T. sarasinorum di Danau Matano tidak mengalami

penangkapan, oleh karena itu nisbah kelamin yang ditemukan selama penelitian

ini adalah alami, bukan karena tekanan penangkapan.

Gambar 15 Nisbah kelamin T. sarasinorum menurut waktu sampling

Hubungan panjang-berat

Penelitian mengenai hubungan panjang-berat dan pola pertumbuhan ikan T.

sarasinorum belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti yang mempelajari ikan

di Danau Matano. Hubungan panjang-berat dan pola pertumbuhan T. sarasinorum

dalam penelitian ini dianalisis. Dengan alasan karena adanya dimorfisme seksual

pada ikan ini maka analisis hubungan panjang-berat dilakukan menurut jenis

kelamin.

Hubungan panjang-berat ikan T. sarasinorum jantan dan betina ditampilkan

dalam Gambar 16. Koefisien korelasi (r) untuk ikan jantan adalah 0,980 dan ikan

betina adalah 0,960. Nilai eksponen b pada ikan jantan adalah 3,218 dan betina

3,124. Hasil uji t terhadap nilai b dengan konstanta 3 diperoleh pola pertumbuhan

ikan T. sarasinorum jantan dan betina adalah allometrik. Nilai b>3 berarti

pertambahan panjang tidak secepat pertambahan berat.

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

Nis

bah

kel

amin

(J:

B)

Waktu

Page 9: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

57

Gambar 16 Hubungan panjang berat ikan T. sarasinorum jantan dan

betina

Pertambahan panjang ikan T. sarasinorum jantan dan betina tidak secepat

pertambahan beratnya. Tubuh ikan jantan lebih tinggi dan lebih tebal

dibandingkan dengan ikan betina.

Faktor kondisi

Perhitungan nilai Kn rata-rata ikan jantan dan betina di setiap lokasi

menunjukkan bahwa Kn rata-rata ikan jantan lebih tinggi dibandingkan dengan

Kn rata-rata betina (Gambar 17). Nilai Kn rata-rata ikan jantan adalah 1,088

(±0,154; N=2180) sedangkan Kn rata-rata ikan betina adalah 1,040 (±0,156;

Page 10: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

58

N=985). Selanjutnya uji rata-rata nilai Kn dengan menggunakan one way Anova

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata nilai Kn ikan jantan antar lokasi

(P>0,05), tetapi ada perbedaan nyata yang kecil nilai Kn ikan betina antar lokasi

(P<0,05). Nilai Kn rata-rata ikan jantan tertinggi terdapat di Pantai Paku yaitu

1,112 (±0,131; N=115) dan terendah di Pantai Salonsa-B yaitu 1,072 (±0,184;

N=108). Nilai Kn rata-rata ikan betina tertinggi terdapat di Pantai Paku yaitu

1,080 (±0,147; N=46). Nilai tersebut berbeda nyata dengan nilai Kn rata-rata ikan

betina terendah (Pantai Kupu-kupu) yaitu 0,990 (±0,133; N=63).

Gambar 17 Faktor kondisi relatif ikan T sarasinorum jantan dan betina secara

spasial

Nilai Kn rata-rata ikan jantan dan betina berfluktuasi antar bulan (Gambar

18). Uji rata-rata nilai Kn dengan menggunakan one way Anova menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan nyata nilai Kn ikan jantan dan nilai Kn ikan betina

antar waktu (P>0,05). Perbedaan ini diduga berkaitan dengan musim pemijahan;

pada musim pemijahan nilai Kn meningkat.

Nilai Kn rata-rata ikan jantan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu 1,196

(±0,167; N=174) dan terendah pada bulan Juni yaitu 1,001 (±0,124; N=171). Nilai

Page 11: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

59

Kn rata-rata ikan betina tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 1,212 (±0,121;

N=75) dan terendah pada bulan Mei yaitu 0,846 (±0,080; N=100).

Pada bulan Februari dan Maret saat memasuki musim hujan nilai Kn ikan

betina dan jantan tinggi; pada saat itu ikan diduga mengumpulkan energi untuk

persiapan pemijahan pada bulan berikutnya. Pada bulan Mei dan Juni ikan baru

selesai memijah, nilai Kn ikan betina dan jantan pada waktu itu paling rendah. Hal

ini ditandai oleh semakin rendahnya jumlah ikan TKG IV.

Gambar 18 Faktor kondisi relatif ikan T. sarasinorum jantan dan betina secara

temporal

Tingkat kematangan gonad

Secara mikroskopis, tingkat-tingkat kematangan gonad ditentukan

berdasarkan distribusi oosit dan sel-sel spermatogenik. Tipe pemijahan

diidentifikasi berdasarkan karakteristik histologis ovari yang dipijahkan dan

distribusi frekuensi tingkat-tingkat kematangan gonad (Goncalves et al. 2006).

Secara makroskopis, ovari bervariasi volumenya, ketebalan dan warnanya,

menurut tingkatan kematangan gonad. Secara mikroskopis, dibungkus oleh tunica

Page 12: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

60

albuginea yang mengeluarkan septae ke bagian dalam organ, membentuk

ovigerous lamellae dimana terdapat oosit dengan tingkat-tingkat perkembangan

berbeda.

Morfologi testis dan spermatogenesis

Testis T. sarasinorum berupa organ berpasangan, memanjang dan fusiform

terletak di dalam rongga perut secara lateral ke saluran pencernaan. Testis terdapat

bebas dan menyatu pada ujung kaudal membentuk spermatic duct yang biasa,

yang terbuka pada urogenital papilla, dimana spermatozoa meninggalkan tubuh.

Gambar 19 Struktur histologis gonad ikan T. sarasinorum jantan

Ket.: A=TKG I, B=TKG II, C=TKG III, D=TKG IV, E=TKG V,

Sg=spermatogonia, Sc= spermatosit, Spt=spermatid,

Sz=spermatozoa, Lo=lobul.

Secara mikroskopis, testis dibungkus oleh tunica albuginea yang

memunculkan septae ke bagian dalam organ, membentuk lobul yang berisi tubule

Page 13: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

61

seminiferi. Dinding tubule ini terdiri dari kista yang dibatasi oleh perpanjangan

sitoplasma sel-sel Sertoli.

Pengamatan histologis gonad jantan menunjukkan bahwa di dalam gonad

jantan terdapat spermatogonia yang menyebar (Gambar 19). Pada TKG I sel-sel

punca berada di dalam spermatogonia (SG). Pada TKG II lebih banyak kista berisi

spermatogonia, dan pada meiosis spermatogonia menjadi spermatosit (ST).

Setelah memasuki TKG III, kista menunjukkan adanya spermatid (SPT) yang

mengalami spermiogenesis, dan sel-sel berubah menjadi spermatozoa (SZ).

Dinding kista pecah dan spermatozoa dikeluarkan ke dalam lobule lumen.

TKG IV adalah tahap akhir spermatogenesis. Spermatozoa yang berada di

dalam lobule lumen bertambah banyak, dan spermatozoa masuk ke dalam efferent

duct. Batch-batch baru dari sel-sel di dalam kista matang perlahan-lahan. Kista

yang berisi spermatogonia lebih dahulu menghilang, diikuti oleh spermatosit dan

spermatid, sampai semua sel di dalam gonad menyelesaikan spermatogenesis.

Pada TKG V terdapat banyak ruang kosong karena banyak spermatozoa yang

telah dikeluarkan saat pemijahan. Spermatozoa yang tertinggal dalam tubule

seminiferi mengalami fagositosis (Lampiran 11).

Morfologi ovari dan oogenesis

Berbeda dengan ikan pada umumnya yang mempunyai ovari berpasangan,

pada T. sarasinorum ovari berbentuk organ tunggal yang membulat terletak di

dalam rongga perut di bagian posterior hati dan lateral saluran pencernaan. Ovari

terdapat bebas dan pada bagian posterior berupa oviduct, yang terbuka pada

urogenital papilla di depan anus. Secara makroskopis, ovari bervariasi volume,

ketebalan dan warnanya, menurut tingkatan kematangan gonad. Ovari yang belum

matang berwarna agak jernih. Ovari dibungkus oleh selaput tipis berwarna hitam

pada ovari yang belum matang, dan kuning pada ovari yang sudah matang, dan

didalamnya terdapat oosit dengan tingkat-tingkat perkembangan berbeda. Ovari

yang sudah matang mengisi sepertiga rongga perut. Pengamatan dengan

mikroskop menunjukkan terdapat filamen yang tumbuh mengelilingi oosit.

Diameter oosit bertambah dengan berkembangnya oosit. Fungsi dari filamen

tersebut adalah untuk melekatkan embrio yang sedang berkembang pada substrat.

Page 14: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

62

Selama oogenesis, oogonia (kecil, dengan sebuah nukleus vesikel, sebuah

nukleolus pusat dan sedikit sitoplasma) merupakan asal dari oosit. Oogenesis

adalah suatu fase fundamental dalam proses reproduksi organisme. Oogenesis

memberikan gambaran rinci tentang kondisi reproduksi ikan betina.

Gambar 20 Struktur histologis gonad ikan T. sarasinorum betina

Ket.: A= TKG I, B=TKG II, C=TKG III, D=TKG IV, E=TKG V,

Og= oogonia, Nu= nukleus, Os=oosit, Ot=ootid,

Kt= kuning telur, Oa= oosit atresia, Bm= butiran minyak,

Do= dinding ovari

Gonad ikan betina yang berada pada kondisi TKG I menunjukkan

perkembangan gonad dimana oogonia tersebar di dalam ovari dengan ukuran yang

sangat kecil (Gambar 20). Selanjutnya oogonia akan berkembang melalui

pembelahan meiosis. Pada TKG II oosit bertambah volume dan ukurannya. Telur

Page 15: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

63

masih berupa butiran kecil berwarna putih susu. Pada TKG III, oosit dapat dilihat

dengan mata telanjang. Ootid terbentuk; pada tahap ini telur memasuki tahap

pematangan gonad. Pada tahap ini terdapat tiga kelompok ukuran telur. Telur

yang masih kecil berwarna putih, kemudian telur yang berkembang berwarna

kekuningan, dan telur yang matang berwarna kuning bening dengan nukleus

berukuran besar. Pada TKG IV, ootid berkembang menjadi ovum. Sebagian telur

di dalam ovari mulai matang. Telur yang sudah siap dipijahkan ditandai dengan

adanya nukleus berukuran besar dan dikelilingi oleh butiran kuning telur dan

nukleolus. Pada TKG V tampak banyak oosit atresia yang bentuknya tidak

beraturan (Lampiran 12).

Pemijah berulang ditandai oleh pola temporal tingkat-tingkat ovari

makroskopik, kejadian teratur ovari yang salin sebagian, dan pola perkembangan

oosit, dengan lepasnya oosit matang dalam batch, seperti dalam kasus Cichla

monoculus (Chellappa et al. 2005).

Awal kematangan kelamin merupakan fase transisi yang kritis dalam sejarah

hidup, karena alokasi sumberdaya terutama berhubungan dengan pertumbuhan

sebelum dan pada reproduksi setelah kematangan kelamin (Chellappa et al. 2005).

Proses reproduksi, seperti kematangan gonad, pada ikan-ikan tropis dipengaruhi

oleh berbagai perubahan lingkungan yang dirangsang oleh awal musim hujan.

Beberapa ikan jantan, terutama yang matang untuk pertama kalinya,

menghasilkan lebih sedikit sel-sel punca yang sedang matang di dalam gonadnya

(Dziewulska & Domagała 2003). Dengan kata lain, sebagian besar sel-sel punca

tetap tidak aktif, pada tingkat spermatogonium, dalam satu siklus reproduksi.

Kondisi ini disebut ―pematangan tidak sempurna‖.

Frekuensi jumlah ikan jantan dan betina menurut status tingkat kematangan

gonad (TKG) ditampilkan secara spasial dan temporal dalam Gambar 21 - 23.

Persentase TKG ikan jantan dan betina berfluktuasi baik berdasarkan lokasi,

waktu maupun kelas ukuran.

Secara umum, jumlah ikan jantan TKG IV adalah dominan pada setiap

lokasi dan waktu sampling. Uji rata-rata dengan menggunakan two way Anova

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata jumlah ikan jantan di setiap lokasi

(F=1,47; P=0,153; df=14; α=0,05). Jumlah rata-rata ikan jantan menurut TKG

Page 16: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

64

berbeda nyata menurut lokasi (F=60,66; P=0,000; df=4; α=0,05). Jumlah rata-rata

ikan jantan TKG IV adalah dominan di setiap lokasi, sedangkan antara jumlah

rata-rata ikan jantan TKG I, II, III dan IV tidak berbeda nyata antar lokasi

(Gambar 21).

Gambar 21 Persentase TKG ikan T. sarasinorum jantan (atas) dan betina (bawah)

secara spasial

Secara umum, jumlah ikan betina TKG IV dan V adalah dominan pada

setiap lokasi dan waktu sampling. Uji rata-rata dengan menggunakan two way

Anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata jumlah ikan betina di

setiap lokasi (F=1,29; P=0,245; df=14; α=0,05), sedangkan jumlah rata-rata ikan

betina menurut TKG berbeda nyata menurut lokasi (F=66,80; P=0,000; df=4;

α=0,05). Jumlah rata-rata ikan betina TKG IV dan V tidak berbeda nyata, tetapi

berbeda nyata dengan jumlah ikan betina TKG I, II dan III di setiap lokasi. Jumlah

rata-rata ikan betina TKG I, II dan III tidak berbeda (Gambar 21).

Page 17: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

65

Gambar 22 Persentase TKG ikan T. sarasinorum jantan (atas) dan betina (bawah)

secara temporal

Jumlah rata-rata ikan jantan tidak berbeda nyata antar waktu sampling

(F=0,31; P=0,979; df=11; α=0,05), sedangkan ikan betina tidak berbeda nyata

antar waktu sampling (F=0,21; P=0,996; df=11; α=0,05). Sementara jumlah rata-

rata ikan jantan dan betina menurut TKG berbeda nyata antar waktu sampling;

one way Anova untuk jantan (F=331,23; P=0,000; df=4; α=0,05) dan betina

(F=0,21; P=0,996; df=11; α=0,05). Jumlah rata-rata ikan jantan TKG IV adalah

dominan pada setiap waktu (Gambar 22), sedangkan jumlah rata-rata jantan TKG

I, II, III dan V tidak berbeda nyata. Sementara jumlah rata-rata ikan betina TKG

IV adalah dominan pada setiap waktu sampling, tetapi tidak berbeda nyata dengan

jumlah betina TKG V, dan berbeda nyata dengan jumlah betina TKG I, II dan III.

Histogram untuk setiap tingkat kematangan gonad ikan jantan dan betina

pada setiap waktu sampling menunjukkan bahwa ikan T. sarasinorum memijah

Page 18: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

66

Gambar 23 Persentase TKG ikan T. sarasinorum jantan (atas) dan betina (bawah)

menurut kelas ukuran

sepanjang waktu (Gambar 22). Hal ini ditandai dengan ditemukannya semua

tingkat kematangan gonad dengan persentase berbeda-beda pada setiap bulan.

Ikan yang merupakan pemijah bertahap pada gonadnya diperoleh komposisi

tingkat kematangan yang terdiri dari berbagai tingkatan dengan persentase

berbeda-beda (Cárdenas et al. 2008; Goncalves et al. 2006; Şaş 2008).

Jumlah rata-rata ikan jantan tidak berbeda nyata antar kelas ukuran (F=1,84;

P=0,075; df=11; α=0,05), sedangkan jumlah rata-rata ikan jantan menurut TKG

berbeda nyata antar kelas ukuran (F=12,33; P=0,000; df=4; α=0,05). Jumlah rata-

rata ikan jantan TKG IV adalah dominan pada setiap kelas ukuran; jumlah rata-

rata ikan jantan TKG I, II, III dan V tidak berbeda nyata (Gambar 23).

Berdasarkan Gambar 23 tampak bahwa kelas ukuran 22,44-26,83 dan 26,84-31,23

mm diisi oleh ikan jantan TKG I (100%). Kelas ukuran 31,24-35,63 mm

didominasi oleh ikan jantan TKG I (83%). Selanjutnya kelas ukuran 35,64-40,03

mm didominasi oleh ikan TKG II (83%). Kelas-kelas ukuran berikutnya

Page 19: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

67

didominasi oleh ikan jantan TKG IV. Kelas ukuran terbesar hanya berisi ikan

jantan TKG IV (96%) dan V (4%). Dengan demikian jelas bahwa kelas-kelas

ukuran kecil didominasi oleh ikan TKG I atau II, sedangkan kelas-kelas ukuran

besar yang hadir di arena pemijahan umumnya adalah ikan yang siap memijah.

Jumlah rata-rata ikan betina berbeda nyata antar kelas ukuran (F=3,45;

P=0,002; df=11; α=0,05). Begitu pula, jumlah rata-rata ikan betina menurut TKG

berbeda nyata antar kelas ukuran (F=4,42; P=0,004; df=4; α=0,05). Jumlah rata-

rata ikan betina TKG IV dan V tidak berbeda nyata dengan jumlah betina TKG

III, tetapi berbeda nyata dengan jumlah TKG I dan II (Gambar 23). Gambar 23

menunjukkan bahwa kelas ukuran 35,64-40,03 mm didominasi oleh ikan betina

TKG I (60%). Kelas-kelas ukuran berikutnya didominasi oleh ikan-ikan betina

TKG IV dan atau V.

Ikan-ikan T. sarasinorum jantan dan betina yang berada di dalam habitat

pemijahan adalah ikan-ikan dewasa kelamin yang siap untuk memijah. Umumnya

ikan jantan berada pada TKG IV yang berukuran antara 40,04 mm sampai dengan

75,23 mm, sedangkan ikan betina berukuran antara 40,04 – 66,43 mm. Ikan-ikan

ini memijah setiap waktu, tetapi puncaknya adalah pada akhir musim kemarau dan

musim hujan dengan muka air yang meningkat. Puncak pemijahan ikan T.

sarasinorum tampak dipengaruhi oleh fluktuasi muka air dan curah hujan.

Banyaknya ikan yang mempunyai TKG IV pada waktu akhir musim kemarau dan

awal musim hujan mengantar pada dugaan bahwa ikan T. sarasinorum

mempunyai puncak pemijahan pada waktu-waktu tersebut yang disertai kenaikan

muka air danau. Ikan memijah pada akhir musim kemarau, sehingga diperkirakan

makanan akan cukup tersedia bagi larva pada waktu air naik kembali pada musim

hujan. Telur-telur ikan-ikan yang dipijahkan di daerah litoral yang dangkal

memiliki peluang mengalami bahaya kekeringan jika terjadi penurunan massa air

akibat dibukanya pintu air untuk kepentingan pembangkit listrik yang ada di

Danau Towuti (Gambar 4 pada Bab 2).

Komposisi dan fluktuasi tingkat kematangan gonad ikan T. sarasinorum

disajikan pada Gambar 19. Tahap matang gonad atau memijah (TKG IV) pertama

kali ditemukan pada kisaran panjang baku 40,04 – 44,43 mm untuk jantan dan

35,64 – 40,03 mm untuk betina. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ikan

Page 20: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

68

betina lebih cepat matang daripada ikan jantan. Ikan jantan TKG I dan II tidak

terdapat di habitat perakaran di P. Otuno I dan P. Otuno II, sedangkan ikan TKG

III tidak ditemukan dalam sampel di Pantai Salonsa. Sementara ikan betina

didominasi oleh ikan-ikan tingkat kematangan akhir hingga pascapemijahan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ikan-ikan yang berada di habitat

perakaran adalah ikan-ikan yang siap memijah.

Indeks kematangan gonad

Indeks kematangan gonad (IKG) ikan T. sarasinorum untuk setiap TKG

secara keseluruhan ditampilkan pada Tabel 5. Tampak bahwa semakin tinggi

tingkat kematangan gonad ikan semakin tinggi pula indeks kematangan gonadnya,

kecuali pada ikan jantan TKG V. Hal ini karena jantan mulai mempersiapkan

kembali untuk perkembangan gonad pada pemijahan berikutnya.

Tabel 5 Nilai indeks kematangan gonad ikan T. sarasinorum jantan dan betina

untuk setiap tingkat kematangan gonad

Jenis TKG

IKG (%) SB

kelamin Rata-rata

Jantan I 0,548 0,818

II 0,632 0,288

III 0,945 0,274

IV 1,915 0,795

V 1,158 0,891

Betina I 0,363 0,287

II 0,418 0,229

III 1,092 0,393

IV 2,298 0,956

V 2,849 0,977

Indeks kematangan gonad rata-rata ikan jantan dan betina di setiap lokasi

menunjukkan bahwa IKG rata-rata ikan jantan lebih rendah dibandingkan dengan

IKG rata-rata betina (Gambar 24). Nilai IKG rata-rata ikan jantan adalah 1,541 (±

0,901; N=2180) sedangkan IKG rata-rata ikan betina adalah 2,261 (±1,132;

N=985). Selanjutnya uji rata-rata nilai IKG dengan menggunakan one way Anova

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata nilai IKG ikan jantan antar lokasi

(P<0,05) dan nilai IKG ikan betina antar lokasi (P<0,05). Nilai IKG rata-rata ikan

jantan tertinggi terdapat di P. Otuno I-B adalah 1,986 (±0,972; N=112) dan

Page 21: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

69

terendah di Sokoio yaitu 1,065 (±0,562; N=111). IKG rata-rata ikan betina

tertinggi terdapat di P. Otuno II-B adalah 2,712 (±1,168; N=74) dan terendah di

Sokoio 1,817 (±0,933; N=64).

Gambar 24 Nilai IKG rata-rata ikan T. sarasinorum jantan dan betina secara

spasial

Perhitungan nilai IKG rata-rata ikan jantan dan betina antar waktu sampling

menunjukkan bahwa IKG rata-rata ikan jantan lebih rendah daripada IKG rata-

rata betina. Selanjutnya uji rata-rata nilai IKG dengan menggunakan one way

Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata nilai IKG ikan jantan antar

waktu (P<0,05) dan nilai IKG ikan betina antar waktu (P<0,05) (Gambar 23).

Nilai IKG rata-rata ikan jantan tertinggi terjadi pada bulan Mei 2009 yaitu 1,708

(±0,987; N=204) dan terendah pada bulan Januari yaitu 1,370 (±0,738; N=165).

IKG rata-rata ikan betina tertinggi terjadi pada bulan April 2008 yaitu 2,621

(±1,139; N=76) dan terendah pada bulan Januari yaitu 1,784 (±0,738; N=77).

Adanya satu puncak IKG menandakan bahwa ikan tersebut mengalami satu

kali puncak pemijahan dalam setahun (Sulistiono et al. 2001a). Hasil penelitian

untuk ikan T. sarasinorum (Gambar 25) menunjukkan bahwa terdapat puncak-

Page 22: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

70

puncak nilai IKG pada bulan Februari, April-Mei, Agustus dan November untuk

ikan betina. Sementara untuk ikan jantan puncak-puncak nilai IKG terjadi pada

bulan Februari, Mei, Agustus dan Oktober. Dengan demikian ikan ini mengalami

beberapa kali pemijahan dalam setahun.

Gambar 25 Nilai IKG rata-rata ikan T. sarasinorum jantan dan betina secara

temporal

Fekunditas

Fekunditas didefinisikan sebagai jumlah vitelogenic oocytes pada betina

matang. Penelitian tentang fekunditas ikan adalah penting untuk menilai

potensi reproduksi suatu spesies, sehingga memungkinkan untuk menyimpulkan

tentang tingkah laku populasi tersebut (Duarte & Araújo 2002).

Ikan T. sarasinorum yang diambil untuk diperiksa fekunditasnya adalah 200

ekor ikan betina yang berada dalam kondisi TKG IV. Hasil menunjukkan bahwa

fekunditas rata-rata ikan adalah 224 butir, dengan kisaran 64 – 488 butir. Ikan

Page 23: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

71

dengan kondisi TKG IV dengan fekunditas terendah (165 butir) mempunyai PB

56,47 mm, sedangkan ikan TKG IV yang mempunyai fekunditas tertinggi (488

butir ) mempunyai PB 60,77 mm. Uji persamaan regresi untuk hubungan antara

fekunditas dan PB menunjukkan nilai koefisien korelasi r = 0,418 (Gambar 26).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang kecil antara

fekunditas dengan panjang baku ikan. Atau dengan kata lain bahwa, jumlah telur

di dalam ovari ikan T. sarasinorum tidak dapat diduga berdasarkan panjang baku

ikan. Hasil uji dengan one way Anova menunjukkan perbedaan tidak nyata

fekunditas rata-rata antar lokasi dan antar waktu sampling (masing-masing dengan

P>0,05).

Tipe pemijahan ikan tergantung pada perkembangan gonad ikan betina

(ovari), frekuensi pemijahan dalam siklus setahun dan lamanya periode

pemijahan. Tipe pemijahan juga bisa ditandai dengan tingkat adhesiveness telur,

Gambar 26 Hubungan fekunditas dan panjang baku ikan T. sarasinorum

yang berarti bahwa ikan yang melepaskan telur secara bebas disebut sebagai

pemijahan total (Duarte & Araújo 2002), sedangkan yang melepaskan telur yang

lebih lengket memijah dalam batch. Perkembangan oosit T. sarasinorum adalah

asinkronis, menunjukkan bahwa spesies ini memijah dalam batch.

F = 0,002 L 2,876

r = 0,418

0

100

200

300

400

500

600

40,00 45,00 50,00 55,00 60,00 65,00

Fek

undit

as

(bu

tir)

Panjang baku (mm)

Page 24: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

72

Jumlah oosit yang menyelesaikan perkembangannya pada waktu pemijahan

tergantung pada volume rongga perut yang berisi ovari matang dan ukuran oosit

ini. Selain fekunditas lebih tinggi, jumlah ikan yang relatif rendah di suatu

perairan, mungkin disebabkan sedikitnya jumlah substrat yang tersedia (Duarte &

Araújo 2002). Fekunditas berbeda berperan sebagai mekanisme yang mengatur

populasi, tergantung pada kepadatan, dan fekunditas yang relatif tinggi ini bisa

menjadi mekanisme untuk meningkatkan kelangsungan hidup telur dan larva

walaupun substrat tidak tersedia yang cukup.

Spesies yang memijah dalam batch dengan perkembangan oosit asinkroni,

penentuan fekunditasnya sulit dilakukan (Juchno & Boroń 2006). Korelasi

signifikan antara fekunditas, ukuran telur dan ukuran C. paludica betina telah

diamati. Ikan betina kecil, yang hidup di sungai-sungai musiman, harus

memaksimalkan jumlah telur yang dihasilkan karena fekunditasnya relatif rendah,

sedangkan ikan betina yang lebih besar bisa mengorbankan fekunditas untuk

membantu meningkatkan ukuran telurnya, yang bisa meningkatkan kualitas

(Juchno & Boroń 2010). Memaksimalkan kesejahteraan maternal dengan

menghasilkan telur lebih sedikit tetapi lebih besar memberikan pengaruh besar

dalam tingkat kelangsungan hidup anak.

Diameter telur

Jumlah telur yang diperiksa diameternya berasal dari masing-masing 10

ovari ikan betina untuk TKG III, IV dan V (Gambar 27). Hasil pemeriksaan

diameter telur menunjukkan bahwa terdapat 18 kelas ukuran yang dibagi menjadi

3 kelompok besar yaitu kelas ukuran I (0,50 – 0,81 mm), kelas ukuran II (0,82 –

1,19 mm) dan kelas ukuran III (1,20 – 1,75 mm). Ikan TKG III mempunyai

jumlah telur kelas ukuran I (diameter 0,50 – 0,81 mm) sebanyak 68%, kelas

ukuran II (0,82 – 1,19 mm) sebanyak 32% dan tidak ada telur kelas ukuran III.

Ikan TKG IV mempunyai jumlah telur kelas ukuran I sebanyak 50%, kelas ukuran

II sebanyak 38% dan kelas ukuran III sebanyak 13%. Ikan TKG V mempunyai

jumlah telur kelas ukuran I sebanyak 72%, kelas ukuran II sebanyak 29% dan

tidak ada telur dalam kelas ukuran III.

Jumlah telur pada semua tingkat kematangan gonad berkurang dengan

bertambahnya diameter; jumlah telur berukuran kecil dominan pada semua TKG.

Page 25: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

73

Telur-telur berukuran sedang pada TKG III tumbuh menjadi telur berukuran besar

pada TKG IV dan siap untuk dikeluarkan. Telur berukuran besar pada TKG V

sebagian besar sudah dikeluarkan dan gonad hanya berisi beberapa telur

berukuran besar, dan lebih banyak berisi telur ukuran kecil dan sedang. Telur

yang tidak dikeluarkan pada pemijahan terakhir akan diserap kembali.

Gambar 27 Sebaran diameter telur ikan T. sarasinorum pada TKG III,

TKG IV dan TKG V di Danau Matano

Page 26: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

74

Data ini menunjukkan bahwa telur-telur dalam kelas ukuran III adalah telur

berukuran besar yang siap untuk dipijahkan. Telur berukuran besar ini merupakan

telur matang yang siap untuk dipijahkan. Berdasarkan sebaran ukuran diameter

telur (Sulistiono et al. 2001b), ikan T. sarasinorum dalam penelitian ini adalah

pemijah bertahap; ikan melepaskan telurnya secara bertahap. Dapat disimpulkan

bahwa ikan T. sarasinorum merupakan ikan yang memijah secara bertahap pada

musimnya. Faktanya, di alam, ikan ini melakukan pemijahan secara terus-menerus

sepanjang hari sejak menjelang siang sampai sore hari.

Telur ikan T. sarasinorum jumlahnya relatif sedikit tetapi mempunyai

ukuran diameter yang relatif besar. Telur berukuran besar mempunyai tingkat

kelangsungan hidup yang lebih tinggi. Jumlah telur ikan T. sarasinorum sedikit

tetapi ikan memijah secara bertahap dengan melepaskan telur-telur matang

terlebih dahulu. Pola ini juga terjadi pada ikan T. sarasinorum Australia M. s.

splendida dan M. eachamensis masing-masing mempunyai sekitar 13% dan 16%

telur yang siap dipijahkan (Pusey et al. 2001). Ikan T. sarasinorum mempunyai

13% telur yang siap dipijahkan pada ikan TKG IV.

Transpor oksigen yang cukup melalui kapsul telur penting untuk

kelangsungan hidup embrio. Pemilihan lokasi pelepasan telur oleh ikan betina

tampaknya berkaitan dengan porositas pasir yang memengaruhi aliran air yang

membawa pasokan oksigen, yang menjamin kelangsungan hidup embrio, waktu

munculnya juvenil, dan kondisi juvenil pada waktu menetas. Suhu inkubasi

memengaruhi laju perkembangan, efisiensi metabolisme dan ukuran juvenil saat

menetas. Dengan demikian ukuran juvenil, sebagai hasil dari ukuran awal telur,

ditentukan oleh investasi betina pada telur, dan kondisi lingkungan selama

perkembangan.

Telur-telur yang ukurannya besar menghasilkan juvenil berukuran besar,

yang secara kompetitif superior dan lebih kuat menghadapi predator (Chellappa et

al. 2005). Tetapi telur berukuran besar mempunyai ketahanan yang kurang baik

dibandingkan dengan telur berukuran kecil di dalam sarang yang kualitas

kerikilnya buruk. Populasi ikan yang ukuran tubuh betinanya menentukan

keberhasilan dalam kompetisi lokasi sarang, setiap induk betina akan mempunyai

hubungan ukuran telurnya dengan kebugaran anak. Ukuran telur yang optimal

Page 27: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

75

akan bertambah seiring dengan pertambahan ukuran tubuh betina. Sementara

atresia pada folikel-folikel yang matang tampak merupakan mekanisme

pengaturan jumlah telur sehingga ukurannya akan optimal (Şaş 2008).

Musim pemijahan

Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa ikan T. sarasinorum memijah

hampir sepanjang waktu dalam sehari. Hal ini ditunjang oleh data yang

ditampilkan dalam Gambar 20 dan 21 yang menunjukkan bahwa ikan jantan TKG

IV adalah dominan dalam setiap waktu sampling, sedangkan ikan betina TKG IV

dominan pada sebagian besar waktu. Musim pemijahan dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan pada periode ikan jantan dan betina dengan kondisi TKG

IV yang mencapai frekuensi tertinggi. Adanya ikan yang sudah matang gonad

merupakan indikator adanya ikan yang memijah di perairan tersebut (Sulistiono et

al. (2001a). Periode waktu ikan jantan TKG IV dengan persentase tertinggi adalah

pada bulan Oktober 2008, April 2009, Mei 2009 dan Agustus 2009. Dengan

demikian patut diduga bahwa puncak pemijahan ikan T. sarasinorum adalah bulan

April, Mei, Agustus dan Oktober. Sementara periode waktu ikan betina TKG IV

dengan persentase tertinggi adalah pada bulan September 2008, Februari 2009,

Juni 2009 dan Agustus 2009. Dengan demikian patut diduga puncak musim

pemijahan ikan T. sarasinorum betina terjadi pada bulan Februari, Juni, Agustus

dan September. Pada waktu-waktu tersebut baik IKG jantan maupun betina juga

tinggi. Dapat dikatakan bahwa puncak musim pemijahan ikan terjadi pada akhir

musim kemarau dengan muka air meningkat, serta musim hujan. Tampak bahwa

ikan betina mencapai kematangan gonad lebih awal dibandingkan dengan ikan

jantan. Menurut Winemiller & Kelso-Winemiller (2003), banjir musim hujan

menstimulasi produksi primer dan sekunder yang lebih besar, biasanya diiringi

oleh aktivitas reproduksi yang meningkat diantara ikan-ikan dan organisme

akuatik lainnya.

Secara histologis, sebagian besar tingkat kematangan gonad terdapat di

dalam satu ovari dan gonad yang sama. Hal ini mengantar pada dugaan bahwa

ikan T. sarasinorum merupakan pemijah bertahap; telur-telur dilepaskan

berulang-ulang. Ikan T. sarasinorum mempunyai ukuran diameter telur yang

relatif kecil dalam jumlah yang banyak. Ikan ini merupakan pemijah substrat dan

Page 28: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

76

tidak melakukan pengasuhan anak. Hal ini sesuai dengan teori sejarah hidup

bahwa ikan ini termasuk ke dalam tipe strategi-r.

Melanotaenia eachamensis and Cairnsichthys rhombosomoides, endemik

sungai-sungai hutan Australia timur laut dan M. s. splendida yang lebih tersebar

(Pusey et al. 2001) mempunyai fekunditas hingga beratus-ratus telur dengan

diameter antara 1.10 dan 1.24 mm. Sebagian reproduksinya terjadi pada musim

kemarau, walaupun M. s. splendida dan C. rhombosomoides aktif reproduksinya

sepanjang tahun. Suhu atau fotoperiod tidak berperan sebagai kunci-kunci

lingkungan untuk reproduksi, sehingga hal ini menunjukkan bahwa

perkembangan gonad sangat berkaitan dengan pertumbuhan somatik. Konsentrasi

reproduksi pada musim kemarau menjamin larva yang dihasilkan selama periode

kondisi fisik yang relatif stabil dan tenang. Perbandingan perubahan temporal

nilai-nilai IKG menunjukkan bahwa musim pemijahan M. eachamensis, yang

terjadi di sungai-sungai yang elevasinya tinggi, adalah lebih terbatas dan mulai

sekitar 1 bulan lebih cepat daripada spesies lain. Begitu pula populasi M. s.

splendida yang ditemukan pada elevasi tinggi dan menekankan potensi untuk

perbedaan spasial produktivitas sungai yang memengaruhi sejarah hidup.

Ketiga ikan pelangi tersebut matang pada ukuran kecil dan merupakan

pemijah batch tersebar (Pusey et al. 2001). Walaupun beberapa individu aktif

reproduktif sepanjang tahun, mayoritas aktivitas reproduksi terjadi selama musim

kering. Ikan T. sarasinorum T. sarasinorum juga memijah sepanjang waktu.

Puncak pemijahan ikan T. sarasinorum ini adalah pada akhir musim kemarau dan

pada musim hujan.

Tingkah laku pemijahan

Peristiwa berpasangan dimulai dengan ikan jantan menemukan ikan betina

di habitat pemijahan dan bersama-sama masuk ke dalam arena pemijahan.

Kemudian di dalam arena pemijahan pasangan berenang berputar-putar. Pasangan

ini selalu diikuti oleh beberapa ekor ikan jantan lain (sneaker atau pesaing

pembuahan, dan jantan tunggal bukan pesaing pembuahan) yang juga berusaha

merebut ikan betina. Sedangkan ikan jantan yang sedang berpasangan (jantan

utama) akan berusaha mempertahankan ikan betina pasangannya dengan

menghalang-halangi ikan-ikan jantan lain mendekati betina pasangannya.

Page 29: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

77

Pasangan yang sedang memijah akan terus berputar-putar di dalam arena sampai

betina mendapatkan kesempatan untuk melepaskan telur. Setelah betina

menemukan letak tempat untuk melepaskan telur, pasangan memijah ini akan

melakukan perkawinan. Pasangan ikan menekan abdomen ke substrat sehingga

ikan betina mengeluarkan telur dan ikan jantan melepaskan sperma.

Gambar 28 Ethogram tingkah laku pemijahan ikan T. sarasinorum

Ketika pasangan ikan sedang memijah, pesaing pembuahan turut

melepaskan spermanya untuk dapat membuahi telur yang dilepaskan oleh betina.

Saat melepaskan spermanya posisi pesaing pembuahan selalu berada di samping

ikan jantan utama – bukan di antara ikan jantan utama dan ikan betina, seperti

pada ikan bluegill sunfish di Danau Opinicon Canada (Gross 1982). Sesaat setelah

peristiwa ini ikan betina meninggalkan tempat pelepasan telur, sedangkan ikan

jantan pasangannya membalikkan tubuhnya kembali ke arah tempat telur

dilepaskan dan melakukan gerakan seperti menekan-nekan di area tempat

pelepasan telur (Gambar 28). Pada banyak hewan banyak jantan mempunyai

keuntungan dalam mendapatkan pasangan dan sarang dan oleh karena itu

keberhasilan perkawinan jantan sangat bervariasi dengan ukuran dan umur (Ito &

Yanagisawa 2006).

Page 30: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

78

Sementara itu ikan-ikan jantan pesaing pembuahan melakukan gerakan

seperti memungut atau memakan sesuatu dari sekitar tempat pelepasan telur.

Peristiwa ini diduga sebagai peristiwa memungut atau memakan sisa-sisa sperma

yang tersebar di sekitar tempat pelepasan telur.

Belum pernah ada laporan tentang ikan-ikan memakan sisa-sisa sperma

yang terbuang saat pembuahan. Tetapi hal ini mungkin terjadi pada habitat

perairan yang miskin sumber daya makanannya. Diketahui bahwa Danau Matano

adalah danau oligotrofik. Jadi peristiwa memakan sisa-sisa sperma dari pasangan

ikan yang memijah merupakan alternatif makan bagi ikan-ikan yang berada di

habitat yang miskin akan sumberdaya makanan. Ketika berada di luar habitat

pemijahannya, ikan T. sarasinorum diamati mengikuti ikan-ikan T. antoniae yang

sedang memijah. Mereka memburu telur-telur ikan T. antoniae yang baru

dilepaskan (Kottelat 1991; Gray et al. 2006; Gray & McKinnon 2006; Nilawati &

Tantu 2007).

Ikan yang ada di dalam arena pemijahan adalah individu-individu yang

matang kelamin. Mereka menunjukkan kebugaran dalam bentuk pertunjukan

warna jantan dengan mengembangkan sirip-sirip lebih besar, berwarna cerah,

lebih kuat dan mencolok, yang diikuti oleh pertunjukan berpasangan, perkelahian

antar ikan-ikan jantan yang memperebutkan ikan betina, dan gerakan-gerakan

melepaskan telur dan sperma. Didalam arena pemijahan dasar gerakan-gerakan

tingkah laku pemijahan dipertunjukan secara horisontal ke arah dasar, sedangkan

di arena perakaran tingkah laku pemijahan dipertunjukan dengan gerakan-gerakan

vertikal dan horisontal. Arah gerakan seperti ini berkaitan dengan struktur arena

pemijahan.

Ikan-ikan jantan dan betina yang berpasangan diamati aktif memijah pada

substrat di bawah kondisi naungan, yang berasal dari pohon di tepian danau atau

dari batu bulat besar atau batu besar kecil di dekat arena. Pada waktu perairan

berombak dan substrat dasar tercampur maka tidak ada aktivitas kawin yang

diamati dan ikan-ikan tampak berpindah ke perairan yang lebih dalam dan lebih

jernih.

Penelitian ini juga menemukan bahwa aktivitas pemijahan jarang terjadi

pada substrat dasar di perairan terbuka tanpa naungan dari vegetasi terestrial atau

Page 31: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

79

dari batu-batu besar yang tidak memiliki kolam-kolam pasir. Di perairan terbuka

ikan-ikan menggunakan sebagian besar waktunya untuk makan dengan mengikuti

pasangan ikan T. antoniae yang sedang memijah dan memburu telur-telur yang

baru dilepaskan. Penelitian ini juga menemukan bahwa pada substrat dasar yang

hanya ditutupi oleh batu bulat dan/atau substrat pasir jarang ditemukan kelompok-

kelompok ikan yang melakukan aktivitas perkawinan. Aktivitas perkawinan tidak

pernah ditemukan pada substrat berlumpur. Arena pemijahan yang diamati

mempunyai karakteristik fisik khusus (Tabel 2).

Ikan betina melepaskan telur pada pasir untuk melindungi telur dari

dinamika gerakan air yng mungkin dapat menghanyutkan telur atau bahkan

menyebabkan mortalitas telur. Selain itu, telur-telur yang dilepaskan pada pasir

akan mengalami oksigenasi yang diperlukan untuk perkembangannya. Selama

pengamatan tidak tampak ikan yang berpasangan memijah pada substrat lumpur.

Selain kemungkinan alasan penglihatan, hal ini merupakan salah satu cara ikan

untuk menjamin kelangsungan hidup anak-anaknya.

Habitat dengan akar-akar menggantung dan/atau batang/ranting tumbang

ditutupi oleh alga dan/atau sponge air tawar disukai sebagai arena pemijahan.

Pelepasan telur terjadi pada akar-akar atau batang yang ditutupi oleh alga/sponge

air tawar. Dalam tipe arena pemijahan ini tampak bahwa ikan betina

menyembunyikan telur yang baru dilepaskannya di antara alga atau sponge,

dengan tujuan untuk melindunginya dari predator. Selain itu, alga/sponge juga

memberikan makanan bagi anak-anak ikan setelah menetas. Cara seperti ini,

walaupun ikan tidak melakukan pengasuhan anak tetapi pemilihan tempat

melepaskan telur merupakan cara ikan menjamin kelangsungan hidup anak-

anaknya. Tingkah laku melepaskan telur pada pasir dan di antara alga/sponge

dimaksudkan untuk melindungi anak-anaknya dari predator.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil-hasil dari penelitian lain pada sistem

berbeda. Misalnya, Bohlen et al. (2003) yang meneliti habitat pemijahan ikan

spined loach (Cobitis taenia), menemukan bahwa ikan melakukan pemilihan

tempat melepaskan telur diantara vegetasi yang padat. Keberadaan vegetasi pada

tepian danau, yang mempunyai sistem perakaran terendam air/submerge dan

vegetasi terestrial yang menaungi permukaan air dari cahaya matahari langsung

Page 32: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

80

memegang peran penting dalam keberadaan arena pemijahan. Sejauh ini hasil

penelusuran pustaka tidak ada informasi mengenai pengaruh naungan terhadap

pemijahan ikan endemik dalam kondisi alami. Tetapi hal ini masih perlu diuji

melalui penelitian yang lebih maju. Naungan mempunyai korelasi dengan

kelangsungan hidup telur dan anak-anak ikan. Naungan di arena juga membantu

melindungi telur dari penglihatan predator.

Pola perkawinan pada ikan T. sarasinorum adalah promiscuity yaitu ikan

jantan bisa kawin dengan ikan betina manapun secara acak (Grier 1984). Ikan

jantan dan betina kawin dengan betina dan jantan berbeda dalam selang waktu

yang singkat. Pasangan jantan dan betina yang sama bisa kawin beberapa kali.

Ikan-ikan yang ada di daerah pemijahan adalah ikan-ikan yang dewasa

dengan ukuran panjang baku yang ada dalam koleksi 22,44 – 75,08 mm. Warna

pada ikan jantan muncul seiring dengan umur (dalam hal ini ukuran). Makin

matang ikan secara reproduktif maka akan muncul warna karena persaingan pada

tingkat ini semakin besar. Makin besar persaingan, kemungkinan bahwa sifat seks

dalam bentuk warna akan makin banyak. Makin banyak pesaing makanan mereka

akan berkompetisi dengan warna. Makin kurang pesaing akan kembali pada

warna asal.

Jumlah pasangan ikan yang memijah di arena pemijahan batu berpasir

menurut waktu (pagi, siang dan malam) menunjukkan terdapat perbedaan nyata

(one way Anova; F=22,53; df=2; P=0,000; N=12). Jumlah pasangan memijah

pada pagi dan sore hari tidak berbeda nyata. Jumlah pasangan memijah terbanyak

pada siang hari (pukul 11.00 - 12.00).

Jumlah perkawinan (courting) rata-rata per pasangan setiap menit tidak

berbeda nyata antara siang dan sore hari. Jumlah perkawinan rata-rata paling

rendah pada pagi hari (1 kali per menit).

Jumlah kehadiran pesaing pembuahan menurut waktu tidak berbeda nyata

antara pagi dan sore hari. Jumlah pesaing pembuahan rata-rata paling banyak pada

siang hari (2 ekor per pasangan memijah), dan berbeda nyata dengan jumlah

pesaing pembuahan pada pagi dan sore hari (F=10,66; df=2; P=0,000).

One way Anova menunjukkan jumlah pasangan ikan yang memijah di arena

pemijahan perakaran menurut waktu (pagi, siang dan malam) tidak berbeda nyata

Page 33: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

81

(F=3,02; df=2; P=0,063; N=12). Jumlah pasangan memijah terendah pada sore

hari dan tertinggi pada siang hari.

Jumlah perkawinan rata-rata per pasangan setiap menit tertinggi pada siang

hari. Jumlah perkawinan rata-rata 5 kali per menit dan terendah pada sore hari (5

kali per menit). Pada pagi hari 5 kali per menit. Secara statistik antar waktu tidak

berbeda nyata (F=0,71; df=2; P=0,501).

Jumlah kehadiran pesaing pembuahan menurut waktu berbeda nyata

(F=11,51; df=2; P=0,000). Jumlah pesaing pembuahan rata-rata paling banyak

pada siang hari (8 ekor per pasangan memijah), dan paling sedikit pada sore hari

(6 ekor); pada pagi hari jumlahnya 6 ekor.

Secara keseluruhan jumlah rata-rata pasangan memijah adalah 4 pasangan

per waktu. Durasi berpasangan rata-rata 4,78 menit dengan jumlah perkawinan

rata-rata 7 kali (atau jumlah perkawinan rata-rata 2 kali per menit).

Pengamatan bawah air di arena pemijahan terdapat kejadian adanya betina

kawin yang melakukan gerakan menekan tempat pelepasan telur. Total dari 96

pasang ikan yang perkawinan terdapat 5 kejadian adanya betina menyembunyikan

telur, sedangkan pada jantan terdapat 130 kejadian jantan menyembunyikan telur.

Selain itu ditemukan 188 kejadian ikan jantan pesaing pembuahan dan bukan

pesaing pembuahan memakan sperma.

Pada beberapa spesies ekspresi ciri seks sekunder bisa berkurang seiring

dengan umur. Ciri seks sekunder ini belum berkembang ketika ikan jantan masih

muda. Oleh karena itu preferensi betina terhadap ciri seks sekunder yang

berkembang dengan baik akan sering membedakan terhadap jantan-jantan muda.

Tidak diketahui apakah betina yang kawin dengan jantan tua mempunyai anak

yang kelangsungan hidupnya yang lebih tinggi daripada rata-rata. Pada spesies

dengan pengasuhan anak, keuntungan kawin dengan jantan tua adalah kepedulian

induk lebih baik atau keuntungan langsung lain.

Menurunnya kondisi ikan mungkin berkaitan dengan rendahnya rekrutmen

paling tidak sebagian karena rendahnya jumlah dan kualitas gamet bisa

menurunkan keberhasilan pembuahan (persentase telur yang dibuahi selama

pemijahan). Telur yang dibuahi oleh jantan yang kondisinya baik ditemukan

mempunyai laju sintasan yang lebih tinggi daripada yang dibuahi oleh ikan yang

Page 34: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

82

kondisinya lebih buruk. Investasi ukuran relatif testis pada whitefish danau di

Teluk Quinte (Danau Ontario) berhubungan dengan kondisi, yang menunjukkan

bahwa whitefish danau yang kondisinya baik bisa mempunyai keuntungan

reproduksi daripada ikan lain (Blukacz et al. 2010).

Taktik kawin pada ikan guppy jantan, menurut urutan meningkatnya

investasi energi, adalah kopulasi secara diam-diam tanpa pacaran, pertunjukan

terhadap betina sebelum kopulasi, dan secara agresif menghalang-halangi jantan-

jantan lain (Kolluru & Grether 2004). Taktik agresif mulai dari merebut posisi

dekat betina, pertunjukan, berhadapan dan menggigit jantan pesaing.

Banyak spesies yang menginvestasikan materi dan energi dalam ovum

dalam jumlah yang cukup besar dan sangat signifikan dalam hidup betina yang

memproduksinya. Jadi massa investasi reproduksi dan tanggung jawab pada

kebanyakan spesies ada pada betina, sedangkan jantan terutama menyediakan

informasi genetik. Investasi berbeda pada seks ini memunculkan implikasi penting

bagi individu yang kawin. Betina harus memilih jantan dengan cermat dan

sebaliknya jantan diharapkan berusaha kawin lebih sering. Betina yang paling

berhasil (dalam hal kelangsungan hidup dan reproduksi) adalah yang

mendapatkan pasangan ―terbaik‖ (terkuat, paling mungkin mengumpulkan

makanan jika perlu, paling mungkin untuk bertahan) dengan gen-gen untuk

bergabung dengannya.

Pada spesies ikan yang betinanya melakukan pemilihan pasangan, jantan

bersaing menarik betina. Jantan terbaik ditentukan oleh kemampuannya

melakukan pertunjukan, mungkin berarti bahwa jantan yang mempunyai waktu

dan energi untuk pertunjukan demikian juga mempunyai waktu dan energi untuk

aspek-aspek lain kelangsungan hidup dan reproduksi. Dalam perkelahian antar

jantan, jantan terbaik ditentukan oleh pemenang dalam perkelahian. Betina tidak

―memilih‖ tetapi hanya kawin dengan pemenang. Kadang-kadang jantan

bertarung satu sama lain memperebutkan betina. Pemilihan pasangan oleh betina

dan perkelahian antar jantan bisa menyebabkan perbedaan keberhasilan pemijahan

jantan daripada betina, ikatan pasangan yang lemah, dimorfisme seksual

(perbedaan fisik antara jantan dan betina) dan kematangan jantan yang tertunda

hingga jantan lebih tua dan lebih kuat.

Page 35: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

83

Usaha memilih tempat untuk meletakkan telur; merupakan bentuk

perlindungan terhadap predator dan menjamin ketersediaan sumber makanan

untuk anak yang akan menetas. Telur mungkin diletakkan, seringkali dengan

struktur morfologi yang khusus, ovipositor, di dalam tanah atau pasir, di bawah

tumbuhan, dalam lubang, atau mungkin melekat pada tumbuhan atau benda lain

yang nantinya akan berperan sebagai makanan. Induk pergi, dan anak harus

menetas, memasuki dunia, dan mencari makan sendiri. Hal ini tampak pada T.

sarasinorum. Selama penelitian sempat diamati telur yang telah dibuahi (melalui

pembuahan buatan) tampak mempunyai struktur yang berfungsi sebagai perekat

pada substrat. Dengan demikian telur yang dilepaskan melekat pada substrat.

Semua ini dikenal dengan istilah seleksi r vs K. Spesies yang mempunyai

kecepatan reproduksi yang lebih rendah, seringkali lebih pengasuhan anak, serta

tubuh lebih besar adalah seleksi K. Tipe lain, dengan laju reproduksi lebih tinggi

dan karakteristik lain, adalah seleksi r.

Terbatasnya jumlah sperma yang bisa dikeluarkan oleh seekor jantan juga

bisa membantu pemilihan pasangan oleh jantan (Andersson 1994). Tergantung

pada sistem kawin, peran pengasuhan, dan ekologi reproduksi, bisa ada kompetisi

dan pemilihan pasangan pada jantan dan betina, tetapi kompetisi biasanya paling

menonjol pada jantan, dan pemilihan pasangan paling menonjol pada betina.

Kejadian-kejadian di habitat pemijahan tidak selalu berakhir dengan

perkawinan. Tetapi bisa berlanjut dengan bentuk-bentuk lain, misalnya kompetisi

sperma antara jantan-jantan yang kawin dengan betina yang sama (Andersson

1994). Taktik-taktik jantan yang umum yang mengurangi resiko pesaing

membuahi betina adalah menjaga atau menguasai betina, dan seringkali jantan

kawin dengan betina selama waktu memungkinkan.

Ikan betina yang kawin dengan ikan jantan yang paling berornamen

diharapkan mendapatkan keuntungan langsung maupun tidak langsung. Karena

sifat-sifat demikian menandakan kemampuan jantan untuk memberikan

sumberdaya yang berpengaruh langsung terhadap kebugaran ikan betina yang

memilihnya, atau karena ornamen menandakan kualitas genetik jantan yang akan

menguntungkan betina secara tidak langsung melalui kualitas genetik anak-

anaknya yang lebih baik (Andersson 1994). Pada spesies dengan sistem

Page 36: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

84

perkawinan yang bebas sumber daya (jantan hanya menyumbangkan sperma pada

waktu pemijahan), preferensi betina terhadap jantan yang berornamen didorong

oleh keuntungan genetik yang diturunkan melalui ayah, seperti ―gen baik‖ untuk

kelangsungan hidup anak dan atau untuk reproduksi yang akan datang (Andersson

1994).

Pengamatan menunjukkan bahwa ikan T. sarasinorum jantan tidak

menunjukkan preferensi terhadap ukuran ikan betina. Menurut Pyron (1996b),

tidak adanya preferensi jantan terhadap ukuran betina mungkin disebabkan

biasnya nisbah kelamin di arena pemijahan atau rendahnya variasi jumlah telur

yang dikeluarkan pada setiap pemijahan. Seekor ikan betina dapat diperebutkan

oleh 3 hingga 13 ekor ikan jantan. Tampak bahwa ikan betina lebih menyukai

memijah dengan ikan jantan yang berukuran besar. Menurut Cargnelli & Gross

(1997), hal ini kemungkinan karena jantan berukuran besar mempunyai sifat-sifat

yang lebih baik yang dapat diturunkan kepada anak-anaknya. Jantan berukuran

besar mempunyai ketahanan lebih kuat dalam kompetisi memperebutkan sumber

daya yang terbatas di danau.

Ikan-ikan jantan dalam penelitian ini tampak menunjukkan taktik kawin

alternatif yaitu jantan utama dan jantan pesaing pembuahan. Menurut Gross

(1980, 1982) dan Taborsky (1994), ikan jantan utama menunda kematangan dan

mengadopsi taktik perkawinan dan menjaga, sedangkan jantan pesaing

pembuahan matang lebih cepat. Kedua tipe jantan yang melakukan taktik berbeda

ini mempunyai keberhasilan pemijahan yang berbeda (Neff et al. 2003). Tingkah

laku pengganggu merupakan komponen penting dalam sistem perkawinan ikan

ini.

Menurut Gross & Charnov (1980), keberhasilan reproduksi ikan jantan

utama dipengaruhi oleh ukuran tubuh. Ikan jantan yang ukurannya besar

mempunyai akses lebih besar kepada posisi ikan betina. Selain itu, ikan jantan

berukuran besar mampu mempertahankan ikan betina pasangannya dari ikan

jantan pesaing pembuahan yang umumnya berukuran lebih kecil.

Pembuahan eksternal dan penjagaan tempat pemijahan atau betina oleh

jantan pasangannya merupakan pola reproduksi yang banyak terjadi pada ikan.

Tetapi menjaga telur dari sperma pesaing sulit dilakukan secara fisik karena

Page 37: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

85

penjagaan dan pembuahan harus terjadi secara bersama-sama. Oleh karena itu

strategi reproduksi alternatif harus ada pada ikan.

Tingkah laku pemijahan ikan jantan utama tampak dipengaruhi oleh

kehadiran jantan pesaing dan jantan bukan pesaing. Jumlah perkawinan yang

dilakukan oleh pasangan ikan bertambah dengan meningkatnya jumlah ikan

jantan lain di arena. Pemijahan meningkat pada siang hari; semakin banyak

pasangan ikan kawin pada waktu itu. Aktivitas pemijahan berkurang pada saat

turun hujan karena air menjadi keruh akibat percampuran (mixing) pada waktu itu.

Ikan-ikan diamati berpindah ke perairan yang lebih dalam, yang lebih jernih.

Dapat dikatakan bahwa kecerahan perairan tampak jelas memengaruhi aktivitas

pemijahan ikan. Kecerahan tampak berpengaruh terhadap jarak pandang ikan.

Ikan betina tampak menyukai kawin dengan ikan jantan berukuran besar dengan

sirip-sirip yang panjang dan besar, dan berwarna mencolok. Apabila perairan

keruh akibat percampuran, penglihatan ikan menjadi terganggu sehingga

pemijahan tidak dapat berlangsung.

Perbedaan warna memengaruhi pemijahan pada ikan siklid sehingga daya

pandang adalah penting dalam komunikasi ikan-ikan tersebut (Carleton et al.

2005). Perubahan daya pandang di dalam sistem akuatik bermula dari adaptasi

sistem penglihatan ikan pada transmisi spektrum cahaya di dalam air akibat

perubahan warna perairan, kekeruhan atau kedalaman. Meningkatnya kekeruhan

menyebabkan berkurangnya cahaya, dan mengurangi transmisi cahaya

bergelombang pendek. Transmisi cahaya di lokasi-lokasi yang keruh adalah pada

gelombang cahaya yang lebih panjang.

Penglihatan ikan ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif oleh sifat-sifat

optik perairan (Seehausen et al. 2003). Sifat optik perairan juga ditentukan oleh

jenis dan kepadatan bahan organik yang terdispersi dan konsentrasi bahan organik

terlarut di dalam air. Oleh karena itu sifat optik perairan tergantung pada kondisi

trofiknya. Bahan-bahan terdispersi atau terlarut di dalam air mempengaruhi

penetrasi cahaya ke dalam perairan. Meningkatnya kepadatan dan konsentrasi

bahan-bahan tersebut dapat menurunkan kecerahan perairan dan transmisi cahaya,

serta komposisi panjang gelombang cahaya di dalam air; keduanya mempengaruhi

jarak pandang dan warna yang dilihat oleh ikan. Danau Matano mempunyai

Page 38: 4 REPRODUKSI DAN TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN T … · ikan pada panjang tertentu mempunyai kondisi fisiologis yang lebih baik. Faktor kondisi sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

86

kecerahan perairan yang tinggi; cahaya merah hanya dapat dilihat hingga

kedalaman 2,5 m (Seehausen et al. 2003), sedangkan cahaya biru dapat dilihat

hingga sejauh penetrasi cahaya ke dalam perairan. Oleh karena itu perairan Danau

Matano tampak biru. Kandungan bahan-bahan terdispersi dan terlarut di perairan

saat terjadi percampuran yang menyebabkan perairan menjadi keruh, tentu

memengaruhi penglihatan ikan yang pada akhirnya berpengaruh pula pada

aktivitas pemijahannya.

Kesimpulan

Nisbah kelamin T. sarasinorum di arena pemijahan selalu berada dalam

keadaan tidak seimbang (tidak mengikuti perbandingan 1:1); kondisi ini adalah

kondisi alamiah ikan tersebut. Nisbah seimbang 1:1 yang dianggap ideal pada

banyak ikan tidak berlaku pada T. sarasinorum karena ikan ini memiliki tingkah

laku pemijahan yang spesifik.

Ikan T. sarasinorum memijah sepanjang waktu, dengan puncak pemijahan

terjadi pada awal musim hujan saat muka air danau meningkat. Jumlah ikan jantan

lebih banyak daripada ikan betina, dan dalam peristiwa pemijahan ikan betina

selalu lebih cepat matang kelamin. Ikan ini tidak melakukan kepedulian induk,

tetapi melakukan perlindungan terhadap telur yang dipijahkan dengan cara

menyembunyikannya di antara pasir atau alga. Ini merupakan strategi reproduksi

ikan untuk menjamin kelangsungan keturunannya.

Tingginya jumlah pasangan ikan yang memijah di arena perakaran

disebabkan struktur arena perakaran lebih kompleks dibandingkan dengan arena

pemijahan di batuan berpasir. Struktur perakaran yang kompleks diduga akan

lebih memberikan perlindungan dan keselamatan telur-telur yang dilepaskan,

dibandingkan dengan jika dilepaskan di arena batu pasir. Arena batu berpasir akan

menjadi rawan pada saat terjadi hujan yang membawa materi yang menutup

permukaan dasar perairan, dan atau saat terjadi gelombang yang mengaduk

perairan.