40330895 Catatan Kimia Medisinal Okta Poenya

Embed Size (px)

Citation preview

HUBUNGAN KELARUTAN DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT (writing by : WAHYU OKTANA FAJARINA SSi) (lanjutan dari modul page 9) Berkaitan dengan aktivitas biologis seri homolog, suatu seri homolog senyawa suk ar terdiosisasi, yang perbedaan strukturnya hanya menyangkut perbedaan jumlah da n panjang rantai atom C, ternyata intensitas efek biologisnya terhantung pada ju mlah atom C. Makin panjang rantai samping atom C: makin bertambah bagian molekul yang bersifat non polar dan terjadi perub ahan fisik (kenaikan titik didih, berkurangnya kelarutan dalam air, serta mening katnya koefisien partisi lemak/air, tegangan permukaan dan kekentalan). terjadi perubahan secara drastic. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya jumlah atom C , makin berkurang kelarutan senyawa di air, yang berarti kelaruta n dalam cairan luar sel juga berkurang, sedang kelarutan senyawa dalam cairan lu ar sel berhubungan dengan proses pengangkutan obat ke sisi kerja (site of action ) atau reseptor. Oleh karena itu kelarutan dan koefisien partisi lemak/air merup akan sifat fisk penting dari senyawa seri homolog untuk dapat menghasilkan aktiv itas biologis. HUBUNGAN ASPEK STEREOKIMIA DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT Untuk memperoleh obat dengan aktivitas yang lebih tinggi, toksiksitas rendah dan bekerja lebih selektif, perlu dilakukan modifikasi struktur molekul obat. Istil ah isosterisme telah digunakan secara luas untuk menggambarkan seleksi dari bagi an struktur yang karena karakterisasi sterik, elektronik dan sifat kelarutannya, memungkinkan untuk saling dapat dipergantikan pada modifikasi struktur molekul obat. Secara umum prinsip isosterisme ini dapat digunakan untuk: Mengubah struktur senyawa sehingga didapatkan senyawa dengan aktivitas b iologis yang dikehendaki. Mengembangkan analog dengan efek biologis yang lebih selektif Mengubah struktur senyawa sehingga bersifat antagonis terhadap normal me tabolit (antimetabolit) CONTOH MODIFIKASI ISOTERISME: 1) Penggantian gugus sulfide (-S-) pada system cincin fenotiazin dan cincin tioxamen, dengan gugus etilen (-CH2 CH2-) akan menghasilkan system cincin dihid rodibenzazepin dan dibenzosikloheptadien yang berkhasiat berlawanan. R= Promazin (cincin fenozatin) Imipramin (cincin dihidrodibenza zepin) R= Kloroprotexin (cincin tioxanten) enzosikloheptadien) Amitriptilin (cincin dib

Gugus S pada promazin dan kloroprotexin, suatu obat penekan system saraf pusat ( transquilizer), bila diganti dengan gugus etilen, akan menghasilkan imipramin da n amitriptilin yang berkhasiat sebagai perangsang system saraf pusat (antidepres i). 2) Turunan dialkiletilamin R-X-CH2- CH2-N-(R)2 X = O, NH, CH2, S : senyawa antihistamin X = COO, CONH, COS : senyawa pemblok adrenergic PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT 1. Isomer Cis-Trans dan aktivitas biologis Isomer cis-trans atau isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh adanya atom-atom atau gugus yang terikat secara langsung pada suatu ikatan rankap atau dalam suatu system alisiklik. Ikatan rangkap dan system alisiklik tersebut memba tasi gerakan atom dalam mencapai kedudukan yang stabil sehingga terbentuk isomer

cis-trans. Isomer cis-trans cenderung menahan gugus-gugus dalam molekul pada ru ang yg relative berbeda, dan perbedaan letak gugus tersebut dapat menimbulkan pe rbedaan sifat kimia fisika, berbeda pula kemampuannya untuk berinteraksi dengan reseptor biologis.

2. Isomer Konformasi dan Aktivitas Biologis Isomer konformasi adalah isomer yang terjadi karena adanya perbedaan pengaturan ruang dari atom-atom atau gugus-gugus dalam struktur molekul obat. Isomer konfor masi lebih stabil pada struktur senyawa non aromatic. Contoh: Histamin mempunyai 3 bentuk isomer konformasi, yaitu Reseptor histamine dapat dibedakan menjadi 3, yaitu reseptor histamine H1,H2,H3 a. Reseptor histamine H1 Bila reseptor ini diduduki oleh histamine, timbul efek rangsangan otot polos sal uran cerna dan bronki serta dilatasi pada pra dan post arteri kapiler. b. Reseptor histamine H2 Bila reseptor ini diduduki oleh histamine, dapat terjadi rangsangan sekresi asam lambung c. Bila reseptor ini diduduki oleh histamine, terjadi vasodilatasi buluh da rah yang berpengaruh terhadap fungsi-fungsi perifer,seperti gerakan saluran cern a atau control tonos simpati. 3. Diastreoisomer dan Aktivitas Biologis Diastreoisomer adalah isomer yang disebabkan oleh senyawa yang mempunyai 2 atau lebih pusat atom asimetrik, mempunyai gugus fungsional sama dan memberikan tipe reaksi yang sama pula. Kedudukan gugus gugus subtitusi terletak pada ruang yang r elative berbeda sehingga diastereoisomer mempunyai sifat fisik, kecepatan reaksi dan sifat biologis berbeda pula. Perbedaan sifat-sifat ini akan berpengaruh ter hadap distribusi, metabolism dan interaksi isomer dengan reseptor. 4. Isomer Optis dan aktivitas biologis Isomer optic adalah isomer yang disebabkan oleh senyawa yang mempunyai atom C as imetrik. Isomer optic mempunyai sifat kimia fisika sama dan hanya berbeda pada k emampuan dalam memutar bidang cahaya terpolarisasi atau berbeda rotasi optiknya. Masing-masing isomer hanya dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau berbe da rotasi optiknya. TEORI INTERAKSI OBAT RESEPTOR Clark (1926) memperkirakan bahwa satu molekul obat akan menempati satu s isi reseptor dan obat harus diberikan dalam jumlah yang berlebih agar tetap efek tif selama proses pembentukan kompleks. Obat (O) akan berinteraksi dengan reseptor (R) membentuk kompleks obat-reseptor (OR) k1 (O) + (R) == (OR) E k2 k1 = kecepatan penggabungan k2 = kecepatan peruraian E = efek biologis yang dihasilkan Bila E sesuai dengan jumlah sisi reseptor yang diduduki maka: E = k3 x (OR) k3= tetapan Pada keadaan kesetimbangan, persamaan di atas dapat dituliskan: (O) (R) / (OR) = k1 /k2 = KD tetapan disosiasi Bila total jumlah reseptor = (Rt), maka:

(Rt) = (R) + (OR) Sehingga, KD = [(Rt)- (OR)](O)/(OR) Dari persamaan (4) dapat dihitung harga : (Rt)/(OR) = (KD/[(O)+1] Bila efek biologis tergantung pada jumlah reseptor yang diduduki, respons maksim al (Em) akan diberikan bila semua reseptor diduduki oleh molekul obat. Em = K3 x (Rt) Bila persamaan pertama dibagi dengan persamaan 6, maka: E/Em = (OR)/(Rt) Bila persamaan 5 didistribusikan pada persamaan 7, maka: E=Em / [KD / (O) +1] atau E=Em (O)/[( KD ) + O] Jadi respons biologis yang terjadi setelah pengikatan obat-reseptor dapat berupa : a. Rangsangan aktivitas (efek agonis) b. Pengurangan aktivitas (efek antagonis) Afinitas adalah ukuran kemampuan obat untuk mengikat reseptor. Afinitas sangat t ergantung pada struktur molekul obat dan sisi reseptor. Efikasi (aktivitas intrinsic) adalah ukuran kemampuan obat untuk dapat memulai t imbulnya respons biologis. Efikasi merupakan karakteristik dari senyawa-senyawa agonis. respons (+) : senyawa agonis (afinitas besar dan aktivitas int O + R < = = > O R rinsic =1) O + R < = = > O R respons (+) : senyawa antagonis (afinitas besar dan aktivitas intrinsic =0) Agonis parsial adalah senyawa yang dapat memberikan respons lebih kecil dari res pons agonis, dan bekerja pada sisi reseptor yang sama dengan agonis. Sehingga da pat dinyatakan: Efek biologis = aktivitas intiristik x (kompleks O-R) REAKSI SENYAWA ANORGANIK (PEMBENTUKAN KELAT) Kelat adalah senyawa yang dihasilkan oleh kombinasi senyawa yang mengandung gugu s electron donor dengan ion logam, membentuk suatu struktur cincin. Contoh: pembentukan kelat antara EDTA (etilendiamintatraasetat) dengan ion Ca++ Ligan adalah senyawa yang dapat membentuk struktur cincin dengan ion logam kare na mengandung atom yang bersifat electron donor, seperti N,S,O. Contoh Ligan: a. Asam amino protein seperti glisin, sisteim, histidin,histamine dan asam glutamate. b. Vitamin, seperti riboflavin dan asam folat c. Basa purin, seperti hipoxantin dan guanosin d. Asam trikarboksilat,seperti asam laktat dan asam sitrat Sebagai logam dalam system biologis : Fe, Mg, Cu,Mn,Co, dan Zn Contoh :kelat dalam system biologis 1. Kelat yang mengadung Fe Contoh: Enzim forfirin, seperti katalase,peroksidase, dan sitokrom Enzim non forfirin, seperti akonitase,aldolase, dan feritin Molekul alih oksigen, seperti hemoglobin dan mioglobin 2. Kelat yang mengandung Cu Enzim oksidase , seperti asam askorbat oksidase, tirosinase, polifenol o ksodase, lakase 3. Kelat yang mengadung Mg Enzim proteolitik,fosfatase, karboksilase 4. Kelat yang mengandung Mn Oksaloasetat dekarboksilase, arginase, prolidase 5. Kelat yang mengadung Zn Insulin, karbinik anhidrase dan laktat dehidrogenasi

6. Kelat yg mengandung Co Vitamin B12 dan enzim karboksi peptidase