5
FARMAKO UNTUK LANSIA Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi nor malnya sehi ngga ti dak dapat bert ahan terhada p jeja s (t er masuk infe ksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi, 2006) Pemberian obat ata u terapi unt uk kaum lansi a, memang banyak masalahnya, karena beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut, cend erung membuat lansia mengkonsumsi leb ih banyak oba t dibandi ngka n dengan  pasien yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat yang merugikan (Anonim, 2004). Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi inter aksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan serin g menyeb abkan hospi tali sasi atau kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering mengganggu lansia seperti gangg uan fungsi kognitif, kes ei mbangan badan , penglihat an dan  pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yang  banyak jenisnya(Darmansjah, 1994). KONSEP DASAR PEMAKAIAN OBAT Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam pembuatan atau peresepan obat Diagnosis dan patofisiologi penyakit Kondisi organ tubuh Farmakologi klinik obat (Boedi, 2006) Set ela h dokt er mendia gnosis peny aki t pas ien, maka seb elum penent uan obat yang dibeikan perlu dipertimbangkan kondisi organ tubuh serta farmakologi dari obat yang akan di re se pkan. Pa da us ia lanjut banyak ha l-h al ya ng lai nn ya yang pe rlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahan fisiologik pada organ dan sistema tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut : 1. Berik an obat han ya yang b etul- betul di perlu kan art inya hanya bila ad a indik asi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya

40517569-FARMAKO-UNTUK-LANSIA

Embed Size (px)

Citation preview

7/28/2019 40517569-FARMAKO-UNTUK-LANSIA

http://slidepdf.com/reader/full/40517569-farmako-untuk-lansia 1/5

FARMAKO UNTUK LANSIA

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahankemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsinormalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi, 2006)

Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak masalahnya,karena beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut,cenderung membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan

pasien yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat yang merugikan (Anonim, 2004).

Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberianobat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus padaseorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan

diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadiinteraksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasiatau kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjutyang biasanya menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansiaialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus,gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering mengganggulansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan

pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya(Darmansjah, 1994).

KONSEP DASAR PEMAKAIAN OBAT

Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam pembuatan atau peresepan obat

• Diagnosis dan patofisiologi penyakit

• Kondisi organ tubuh

• Farmakologi klinik obat (Boedi, 2006)

Setelah dokter mendiagnosis penyakit pasien, maka sebelum penentuan obat yangdibeikan perlu dipertimbangkan kondisi organ tubuh serta farmakologi dari obat yang

akan diresepkan. Pada usia lanjut banyak hal-hal yang lainnya yang perludipertimbangkan dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahanfisiologik pada organ dan sistema tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh terhadapobat. Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut :

1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasiyang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya

7/28/2019 40517569-FARMAKO-UNTUK-LANSIA

http://slidepdf.com/reader/full/40517569-farmako-untuk-lansia 2/5

2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkandantidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya

3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasadiberikan pada orang dewasa yang masih muda.

4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu denganmemonitor kadar plasma pasien. Dosis penuNjang yang tepat umumnya lebihrendah.

5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelanuntuk memelihara kepatuhan pasien

6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obatyang tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004)

FARMAKOKINETIK

Pada usia lanjut perubahan terjadi pada saluran cerna yang diduga mengubahabsorbsi obat, misalnya meningkatnya pH lambung, menurunnya aliran darah ke ususakibat penurunan curah jantung dan perubahan waktu pengosongan lambung dangerak saluran cerna. Oleh karena itu, kecepatan dan tingkat absorbsi obat tidak

berubah pada usia lanjut, kecuali pada beberapa obat seperti fenotain, barbiturat, dan prozasin (Bustami, 2001).

Pada distribusi obat terdapat hubungan antara penyebaran obat dalam cairan tubuhdan ikatannya dengan protein plasma (biasanya dengan albumin, tetapi pada beberapa

obat dengan protein lain seperti asam alfa 1 protein), dengan sel darah merah dan jaringan tubuh termasuk organ target. Pada usia lanjut terdapat penurunan yang berarti pada massa tubuh tanpa lemak dan cairan tubuh total, penambahan lemak tubuh dan penurunan albumin plasma. Penurunan albumin sedikit sekali terjadi pada lansia yangsehat dapat lebih menjadi berarti bila terjadi pada lansia yang sakit, bergizi buruk atausangat lemah. Selain itu juga dapat menyebabkan meningkatnya fraksi obat bebas danaktif pada beberapa obat dan kadang-kadang membuat efek obat lebih nyata tetapieliminasi lebih cepat.

Munculnya efek obat sangat ditentukan oleh kecapatan penyerapan dan cara penyebarannya. Durasi (lama berlangsungnya efek) lebih banyak dipengaruhi oleh

kecepatan ekskresi obat terutama oleh penguraian di hati yang biasanya membuatobat menjadi lebih larut dalam air dan menjadi metabolit yang kurang aktif ataudengan ekskresi metabolitnya oleh ginjal. Sejumlah obat sangat mudah diekskresioleh hati, antara lain melalui ambilan (uptake) oleh reseptor dihati dan melaluimetabolisme sehingga bersihannya tergantung pada kecepatan pengiriman ke hatioleh darah. Pada usia lanjut, penurunan aliran darah ke hati dan juga kemungkinan

pengurangan ekskresi obat yang tinggi terjadi pada labetolol, lidokain, dan propanolol.

7/28/2019 40517569-FARMAKO-UNTUK-LANSIA

http://slidepdf.com/reader/full/40517569-farmako-untuk-lansia 3/5

Efek usia pada ginjal berpengaruh besar pada ekskresi beberapa obat. Umumnyaobat diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan kecepatan ekskresinya

berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh karena itu berhubungan jugadengan bersihan kreatinin). Misalnya digoksin dan antibiotik golonganaminoglikosida. Pada usia lanjut, fungsi ginjal berkurang, begitu juga dengan aliran

darah ke ginjal sehingga kecepatan filtrasi glomerolus berkurang sekitar 30 %dibandingkan pada orang yang lebih muda. Akan tetapi, kisarannya cukup lebar dan banyak lansia yang fungsi glomerolusnya tetap normal. Fungsi tubulus jugamemburuk akibat bertambahnya usia dan obat semacam penicilin dan litium, yangsecara aktif disekresi oleh tubulus ginjal, mengalami penurunan faali glomerolus dantubulus (Bustami, 2001).

INTERAKSI FARMAKOKINETIK

1. Fungsi Ginjal

Perubahan paling berarti saat memasuki usia lanjut ialah berkurangnya fungsiginjal dan menurunnya creatinine clearance, walaupun tidak terdapat penyakitginjal atau kadar kreatininnya normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat sering

berkurang, sehingga memperpanjang intensitas kerjanya. Obat yang mempunyaihalf-life panjang perlu diberi dalam dosis lebih kecil bila efek sampingnya

berbahaya. Dua obat yang sering diberikan kepada lansia ialah glibenklamid dandigoksin. Glibenklamid, obat diabetes dengan masa kerja panjang (tergantung

besarnya dosis) misalnya, perlu diberikan dengan dosis terbagi yang lebih kecilketimbang dosis tunggal besar yang dianjurkan produsen. Digoksin jugamempunyai waktu-paruh panjang dan merupakan obat lansia yang menimbulkanefek samping terbanyak di Jerman karena dokter Jerman memakainya berlebihan,

walaupun sekarang digoksin sudah digantikan dengan furosemid untuk mengobati payah jantung sebagai first-line drug (Darmansjah, 1994).

Karena kreatinin tidak bisa dipakai sebagai kriteria fungsi ginjal, maka harusdigunakan nilai creatinine-clearance untuk memperkirakan dosis obat yang renal-toxic, misalnya aminoglikoside seperti gentamisin. Penyakit akut seperti infark miokard dan pielonefritis akut juga sering menyebabkan penurunan fungsi ginjaldan ekskresi obat.

Dosis yang lebih kecil diberikan bila terjadi penurunan fungsi ginjal, khususnya bila memberi obat yang mempunyai batas keamanan yang sempit. Alopurinol dan petidin, dua obat yang sering digunakan pada lansia dapat memproduksi metabolitaktif, sehingga kedua obat ini juga perlu diberi dalam dosis lebih kecil padalansia.

7/28/2019 40517569-FARMAKO-UNTUK-LANSIA

http://slidepdf.com/reader/full/40517569-farmako-untuk-lansia 4/5

2. Fungsi Hati

Hati memiliki kapasitas yang lebih besar daripada ginjal, sehingga penurunanfungsinya tidak begitu berpengaruh. Ini tentu terjadi hingga suatu batas. Batas inilebih sulit ditentukan karena peninggian nilai ALT tidak seperti penurunan

creatinine-clearance. ALT tidak mencerminkan fungsi tetapi lebih merupakanmarker kerusakan sel hati dan karena kapasitas hati sangat besar, kerusakansebagian sel dapat diambil alih oleh sel-sel hati yang sehat. ALT juga tidak bisadipakai sebagai parameter kapan perlu membatasi obat tertentu. Hanya anjuranumum bisa diberlakukan bila ALT melebihi 2-3 kali nilai normal sebaiknyamengganti obat dengan yang tidak dimetabolisme oleh hati. Misalnya pemakaianmethylprednisolon, prednison dimetabolisme menjadi prednisolon oleh hati. Halini tidak begitu perlu untuk dilakukan bila dosis prednison normal atau bila hati

berfungsi normal. Kejenuhan metabolisme oleh hati bisa terjadi bila diperlukan bantuan hati untuk metabolisme dengan obat-obat tertentu.

First-pass effect dan pengikatan obat oleh protein (protein-binding) berpengaruh penting secara farmakokinetik. Obat yang diberikan oral diserap oleh usus dansebagian terbesar akan melalui Vena porta dan langsung masuk ke hati sebelummemasuki sirkulasi umum. Hati akan melakukan metabolisme obat yang disebutfirst-pass effect dan mekanisme ini dapat mengurangi kadar plasma hingga 30%atau lebih. Kadar yang kemudian ditemukan dalam plasma merupakan

bioavailability suatu produk yang dinyatakan dalam prosentase dari dosis yangditelan. Obat yang diberikan secara intra-vena tidak akan melalui hati dahulu tapilangsung masuk dalam sirkulasi umum. Karena itu untuk obat-obat tertentu yangmengalami first-pass effect dosis IV sering jauh lebih kecil daripada dosis oral.

Protein-binding juga dapat menimbulkan efek samping serius. Obat yang diikat banyak oleh protein dapat digeser oleh obat lain yang berkompetisi untuk ikatandengan protein seperti aspirin, sehingga kadar aktif obat pertama meninggi sekalidalam darah dan menimbulkan efek samping. Warfarin, misalnya, diikat oleh

protein (albumin) sebanyak 99% dan hanya 1% merupakan bagian yang bebasdan aktif. Proses redistribusi menyebabkan 1% ini dipertahankan selama obat

bekerja. Bila kemudian diberi aspirin yang 80-90% diikat oleh protein, aspirinmenggeser ikatan warfarin kepada protein sehingga kadar warfarin-bebas naik mendadak, yang akhirnya menimbulkan efek samping perdarahan spontan.Aspirin sebagai antiplatelet juga akan menambah intensitas perdarahan. Hal ini

juga dapat terjadi pada aspirin yang mempunyai waktu-paruh plasma hanya 15menit. Sebagian besar mungkin tidak berpengaruh secara klinis, tetapi untuk obatyang batas keamanannya sempit dapat membahayakan penderita (Boestami,2001)

7/28/2019 40517569-FARMAKO-UNTUK-LANSIA

http://slidepdf.com/reader/full/40517569-farmako-untuk-lansia 5/5

FARMAKODINAMIK

Farmakodinamik adalah pengaruh obat terhadap tubuh. Respon seluler pada lansia secarakeseluruhan akan menurun. Penurunan ini sangat menonjol pada respon homeostatik yang berlangsung secara fisiologis. Pada umumnya obat-obat yang cara kerjanyamerangsang proses biokimia selular, intensitas pengaruhnya akan menurun misalnya

agonis untuk terapi asma bronkial diperlukan dosis yang lebih besar, padahal jikadosisnya besar maka efek sampingnya akan besar juga sehingga index terapi obatmenurun. Sedangkan obat-obat yang kerjanya menghambat proses biokimia seluler,

pengaruhnya akan terlihat bila mekanisme regulasi homeostatis melemah (Boedi, 2006)

INTERAKSI FARMAKODINAMIK

Interkasi farmakodinamik pada usia lanjut dapat menyebabkan respons reseptor obat dan target organ berubah, sehingga sensitivitas terhadap efek obat menjadi lain. Inimenyebabkan kadang dosis harus disesuaikan dan sering harus dikurangi. Misalnya opioddan benzodiazepin menimbulkan efek yang sangat nyata terhadap susunan saraf pusat.

Benzodiazepin dalam dosis “normal” dapat menimbulkan rasa ngantuk dan tidur berkepanjangan. Antihistamin sedatif seperti klorfeniramin (CTM) juga perlu diberidalam dosis lebih kecil (tablet 4 mg memang terlalu besar) pada lansia.

Mekanisme terhadap baroreseptor biasanya kurang sempurna pada usia lanjut,sehingga obat antihipertensi seperti prazosin, suatu α1 adrenergic blocker, dapatmenimbulkan hipotensi ortostatik; antihipertensi lain, diuretik furosemide danantidepresan trisiklik dapat juga menyebabkannya (Darmansjah, 1994)