Upload
donguyet
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
32
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran Pertambangan Nikel Dalam Perkembangan Wilayah
Kabupaten Halmahera Timur
Lahan pasca panen penambangan nikel tersebar yang berada di Kecamatan
Wasile Kabupaten Halmahera Timur merupakan lahan konsesi PT. Antam Tbk.
Konsesi ini dikerjakan oleh kontraktor PT. YBB terletak di Desa Buli yang
berjarak kurang lebih 10 Km sebelah utara Ibu Kota Kecamatan Maba, dan juga
PT. MB di Pulau Gee dan PT. MB di Mornopo, yang terletak sebelah Selatan Ibu
Kota Kecamatan Maba.
Akses menuju lokasi dapat ditempuh melalui jalur laut dengan menggunakan
kapal cepat dari Ternate ke Sofifi seitar 1 jam, dari Dermaga Sofifi menuju lahan
konsesi menggunakan kendaraan umum jurusan Sofifi-Buli kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan ojek. Data dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Halmahera Timur adalah sebagai berikut:
1. Luas Kuasa Pertambangan (KP) =51.320 Ha.
2. Luas KP di hutan lindung = 13.343 Ha (26%).
3. Total cadangan : - Limolit (1,44% Ni) = 134,5 juta ton. - Saprolit (2,44% Ni) =
120,5 juta ton.
4. Luas Kuasa Pertambangan Eksploitasi = 39.040 Ha (76% KP total).
5. Pemegang Kuasa Penambangan (KP) = PT. Antam Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Nikel (UBPN) Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten
Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.
6. Kontraktor: PT. MB (Pulau Gee). PT. YBB (Tanjung Buli). PT. MB
(Mornopo)
7. Produksi tahunan saprolit: Pulau Gee dan Tanjung Buli = 1 juta ton.
8. Produksi tahunan limolit di Tanjung Buli = 0,6 juta ton.
9. Permasalahan yang dihadapi :
a. Lokasi cadangan nikel berada di kawasan hutan lindung Kecamatan Maba
Selatan.
b. Wilayah kegiatan pertambangan dekat Ibukota Kabupaten Halmahera Timur
(Maba).
c. Kurangnya investor yang berniat untuk mengelola tambang.
Lokasi Kuasa Penambangan (KP) dapat dilihat pada Lampiran 2 berupa
peta kuasa penambangan di Kabupaten Halmahera Timur. Unit bisnis
pertambangan nikel daerah operasi Maluku Utara adalah salah satu unit produksi
PT. Antam Tbk, yang pekerjaan penambangannya dilaksanakan 90 persen oleh
kontraktor. Tambang nikel yang ada di Kabupaten Halmahera Timur sudah
melakukan eksplorasi dan mengekspor hasilnya ke Australia, Jepang dan lainnya
dapat dilihat pada Lampiran 3, menunjukkan terdapat 23 perusahaan
pertambangan nikel di Halmahera Timur.
Pertambangan nikel yang beroperasi pada tahun 2009 telah mengekspor
hasilnya keluar, tetapi ada juga yang belum. Usaha pertambangan nikel
memberikan kontribusi sebesar 23,93 persen, terhadap PDRB Kabupaten
Halmahera Timur. Pertambangan nikel mendominasi urutan ke dua setelah sektor
33
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
2006
2007
2008
2009
43%
25%
5%
0%
2%
15%
4% 2% 4%
Pertanian
Pertambangan dan Migas
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
RestoranPengangkutan dan
KomunikasiKeuangan, Persewaan dan
Jasa PerusahaanJasa-jasa
pertanian. Laju pertumbuhan PDRB tertinggi, pada sektor pertambangan dan
migas dengan peningkatan 1,54 persen dari tahun 2008 ke 2009.
Perusahan pertambangan nikel Kabupaten Halmahera Timur, terus
mengadakan eksplorasi untuk penyediaan nikel atas permintaan negara-negara
yang membutuhkan, sebagai bahan baku yang diolah menjadi bahan jadi lainnya.
Peningkatan sektor pertambangan dalam memberikan kontribusi untuk
Kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada Gambar 14 dan persentasinya
pada Gambar 15.
Tambang Nikel dan Keberadaan Penduduk di Kecamatan Wasile
Penduduk asli (lokal) di Kecamatan Wasile adalah petani. Tanaman
pangan yang diusahakan petani terdiri dari padi sawah, padi ladang, jagung, dan
ubi-ubian, sedangkan tanaman perkebunan yang diusahakan adalah kelapa,
cengkeh, dan coklat. Tanaman pangan yang biasanya dikelolah secara
berkesinambungan, sekarang mulai berkurang karena rusaknya lahan pertanian.
Sedangkan untuk tanaman perkebunan tidak bertambah lagi, dan petani hanya
Gambar 14 Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Kabupaten Halmahera
Timur Tahun 2006-2007
Sumber : Kabupaten Halmahera Dalam Angka 2010
Gambar 15 Persentasi Sektor Usaha Terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Timur
Tahun 2006 -2007.
34
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600 2007
2008
2009
2010
2011
menikmati hasilnya saja, disebabkan kesibukan pekerjaan tambahan lain, dengan
adanya tambang nikel di Kecamatan Wasile.
Pertambangan di Kabupaten Halmahera Timur telah ada sejak tahun 1997,
namun yang telah dieksploitasi baru nikel. Pertambangan pertama masuk di Pulau
Gee tahun 1997, disusul tanjung Buli tahun 2001. Pertambangan masuk di
Kecamatan Wasile tahun 2006, dan membawa pengaruh serta dampak sosial,
ekonomi dan ekologi terhadap masyarakat. Terkait dengan kelembagaan ekonomi
yang bertujuan untuk mengelola sumberdaya alam di Kabupaten Halmahera
Timur, dari segi kuantitas masih kurang sehingga kegiatan yang diinginkan dari
setiap lembaga belum memberikan hasil yang maksimal. Misalnya, pemberdayaan
dalam sektor pertanian dan perikanan masih bersifat insidentil terkait dengan
program pemerintah dan perusahaan, sehingga program pemberdayaan
masyarakat bersifat inkonsisten, rendahnya SDM, kurangnya teknologi tepat guna
serta lemahnya koordinasi antar lembaga dan instansi pemerintah yang terkait,
merupakan permasalahan kelembagaan yang dihadapi.
Masuknya pertambangan nikel di Kecamatan Wasile, menyebabkan
beralihnya profesi masyarakat dari petani menjadi pekerja perusahaan tambang.
Perubahan yang terjadi di Kecamatan Wasile yang pengaruhnya dapat dilihat pada
Gambar 16.
Sumber : Kecamatan Wasile Dalam Angka 2011
Gambar 16 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Di Kecamatan Wasile 2007 -2011
Sektor pertambangan menempati tempat kedua sesudah sektor pertanian.
Sedangkan sektor angkutan menduduki posisi terendah, yaitu tempat ke-5 hal ini
disebabkan buruknya kondisi jalan sehingga mahalnya biaya transportasi,
kemudian diikuti dengan sektor lainnya. Perusahaan pertambangan memberikan
kesempatan kerja bagi masyarakat daerah, namun jumlah tenaga kerja yang
direkrut terbatas disebabkan karena faktor pendidikan dan pengalaman kerja yang
rendah, sehingga tenaga kerja yang berasal dari Kecamatan Wasile sedikit yang
bekerja. Jumlah tenaga kerja perusahaan pada tahun 2011 sebanyak 202 orang
yang terdiri dari staf sebanyak 44 orang dan non staf sebanyak 158 orang. Tenaga
kerja yang bekerja di perusahaan pertambangan mayoritas 62,87 persen adalah
pendatang yang berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan, dan sisanya 37,13
persen yang merupakan penduduk lokal.
35
Mayoritas penduduk non lokal yang bekerja di pertambangan nikel
menunjukkan bahwa keberadaan pertambangn tersebut lebih dapat dinikmati
secara ekonomi oleh penduduk non lokal dari pada penduduk lokal, dan
pernyataan ini didukung dengan Tabel 13.
Tabel 13 Jumlah Tenaga Kerja Usaha Pertambangan Nikel.
No Uraian Jumlah (Orang) Tenaga Kerja Staf dan
Non Staf (%)
Tenaga Kerja Lokal
dan Non Lokal (%)
A
1.
2.
Non Staf
Tenaga Kerja Lokal
a. Pria
b. Wanita
Tenaga Kerja Non Lokal
158
63
48
15
95
78,22 62,87
B.
1.
2.
Staf
Tenaga Kerja Lokal
a. Pria
b. Wanita
Tenaga Kerja Non Lokal
44
12
5
7
32
21,78 37,13
Total (A+B) 202 100 100
Sumber : Kecamatan Wasile Dalam Angka 2011
Produksi dan Sistem Penjualan
Perusahaan tambang nikel yang barada di Kecamatan Wasile yang mulai
beroperasi ada pada tahapan eksplorasi, operasi produksi dan bahkan ada yang
sudah selesai berproduksi. Nikel yang berkadar tinggi dipasarkan atau di ekspor
ke Jepang dan yang berkadar rendah di ekspor ke Australia (data ekspor dapat
dilihat pada Tabel 14).
Tabel 14 Ekspor Nikel Dari Tambang Di Kecamatan Wasile.
Nama Perusahaan Tahapan Kegiatan Tahun Besar Eksport
(M/Ton) Keterangan
PT. JK Eksplorasi 2010 - Belum Ekspor
PT. DU Operasi Produksi 2007
2008
4.201.833,08
2.571.909 Pasca Tambang
PT. AT Operasi Produksi 2011 87.182,00 Ekspor
PT. IB Operasi Produksi 2009 - Belum Ekspor
Sumber : Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Halmahera Timur 2012
Tabel 14 menunjukkan hasil tambang nikel yang dijual masih dalam
bentuk bahan mentah, dan pengangkutan atau pengapalan berupa tanah yang
mengandung nikel. Tanah tersebut dijual ke negara tujuan tanpa diolah terlebih
dahulu, sehingga dapat diasumsikan tanah yang diangkut bukan saja mengandung
nikel, tetapi unsur-unsur lainpun juga ikut terbawa dengan tanah tersebut.
Pengerukan dan pengangkutan sebelum dijual dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tanah hasil pengerukan diangkut ke kapal kemudian di ekspor (jual) Jepang,
Austaralia, Korea Selatan, Jerman, Belgia, Inggris, Italia, dan Finlandia.
36
Dampak Sosial - Ekonomi - Ekologi Pertambangan Nikel Di
Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur.
Analisis dan Dampak Sosial Pertambangan Nikel.
Penduduk yang mendiami Kecamatan Wasile merupakan penduduk dari
berbagai lapisan suku, baik suku asli maupun suku yang berasal dari luar daerah
atau wilayah Kecamatan Wasile atau Halmahera. Suku yang datang dari daerah
luar, umumnya bekerja sebagai PNS, dan pedagang.
Kecamatan Wasile dikenal sebagai penghasil tanaman pertanian. Desa
Subaim merupakan sentral penghasil beras demikian juga dengan Desa Batu Raja,
tetapi adanya pertambangan nikel, membuat produksi pertanian dari dua desa
tersebut mengalami penurunan, sehingga Kecamatan Wasile dan desa yang berada
disekitar kecamatan terancam ekspansi usaha pertambangan nikel. Sebagai
gambaran dari dampak pertambanga nikel terhadap sosial di Desa Batu Raja dan
Subaim dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Dampak Sosial dari Aktivitas Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja
dan Subaim
Pernyataan
Skor (%) Total (%)
S KS TS
BTR SBM BTR SBM BTR SBM BTR SBM
Ketersediaan sarana dan prasaran pendidikan
disediakan oleh tambang 20,00 30,00 80,00 70,00 00,00 00,00 100 100
Pendidikan dapat terpenuhi oleh pemerintah daerah 85,00 68,75 15,00 31,25 00,00 00,00 100 100
Keadaan tempat tinggal masyarakat kualitasnya
memadai setelah adanya tambang 15,00 7,50 85,00 32,50 00,00 60,00 100 100
Pelayanan kesehatan berjalan dengan baik setelah
adanya tambang 62,50 50,00 37,50 50,00 00,00 00,00 100 100
Hubungan kerja pihak Desa dan Kecamatan berjalan
membaik setelah adanya tambang 72,50 86,25 25,00 12,50 2,50 1,25 100 100
Kegiatan sosial antar masyarakat di Desa dan
Kecamatan stabil 00,00 00,00 100 50,00 00,00 50,00 100 100
Masyarakat dapat merasakan manfaat penggunaan
fasilitas umum dengan baik setelah adanya tambang 30,00 58,75 70,00 41,25 00,00 00,00 100 100
Pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia makin
mudah setelah adanya tambang 00,00 30,00 00,00 00,00 100 70,00 100 100
Pasar lokal/tradisional berkembang setelah adanya
tambang 100 100 00,00 00.00 100 00,00 100 100
Terjadinya demonstrasi (konflik) di Desa meningkat
sejak adannya tambang 50,00 50,50 22,50 22,50 27,22 27,22 100 100
Hubungan masyarakat lokal dengan pendatang
berjalan harmonis 57,50 42,50 18,75 37,50 23,75 20,50 100 100
Kegiatan masyarakat antar satu sama lain (gotong
royong) menurun 60,00 60,00 40,00 40,00 00,00 00,00 100 100
Sumber : Data Primer Diolah 2012 Keterangan : S = Setuju BTR = Desa Batu Raja
KS = Kurang Setuju SBM = Desa Subaim TS = Tidak Setuju
Tabel 15 memperlihatkan dampak yang terjadi di Desa Batu Raja dan
Subaim akibat pertambangan nikel yang berada dekat dengan tempat tinggal dan
areal pertanian yang sedang diusahakan. Bentuk dampak tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Masyarakat merasa bahwa ketersediaan akan sarana dan prasarana pendidikan
yang akan diberikan oleh pihak pertambangan untuk meningkatkan kualitas
37
pendidikan baik formal maupun non formal, ternyata tidak memenuhi
ketersediaannnya. 80 persen masyarakat menyatakan kurang setuju, dengan
pelayanan yang diberikan dari pihak perusahaan pertambangan.
2. Keadaan tempat tinggal penduduk tidaklah berubah, baik sebelum atau sesudah
adanya pertambangan tidak membawa suatu perubahan, sehingga 85 persen
masyarakat menyatakan kurang setuju terhadap aktivitas pertambangan nikel
disana karena rumah yang ditempati tetap tidak layak untuk dihuni, rata-rata
merupakan rumah-rumah papan.
3. Hubungan kerja masyarakat di desa dan kecamatan tidak berjalan dengan baik,
disebabkan karena adanya kesenjangan status sosial antara masyarakat yang
berada di desa dan kecamatan. Sehingga hubungan kerja menjadi menurun dan
terjadi persaingan. Keadaan ini dinyatakan dengan 72,50 persen masyarakat
yang merasakan langsung persaingan yang ada.
4. Sumberdaya alam yang dikelola masyarakat atau dimaanfaatkan masyarakat,
tidak lagi dipergunakan secara bebas tetapi harus seijin perusahaan, sehingga
keadaan ini menjadi ketidak puasan bagi masyarakat sebesar 100 persen.
Masyarakat mengganggap bahwa sumberdaya alam yang mereka pergunakan
adalah merupakan barang yang bebas (free goods), tanpa harus ada pembuatan
atau permintaan ijin dari pihak lain.
5. Kegiatan sosial yang sering dilakukan oleh masyarakat desa terhadap program
sosial kecamatan tidak lagi berjalan. Sebanyak 100 persen masyarakat tidak
lagi menjalankan kegiatan sosial di kecamatan, disebabkan pelayanan dan
keluhan yang disampaikan belum dapat terlayani oleh pemerintah kecamatan.
6. Kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat di desa berupa gotong royong,
mulai berkurang, sebesar 60 persen masyarakat menyatakan kegiatan ini sudah
mulai terabaikan. Penyebab dari tidak berjalannya kegiatan gotong royong,
karena aktivitas masyarakat lebih banyak tersita terhadap pekerjaan mereka
yang baru dan persaingan dengan pendatang.
7. Konflik masyarakat dengan pihak desa, maupun kecamatan mulai terjadi.
Sejumlah 50 persen masyarakat menyatakan telah terjadi keributan-keributan,
yang disebabkan karena tidak puasan dan kenyamanan dialami masyarakat atas
keadaan lingkungan dimana mereka tinggal dan areal pertanian yang tidak
dapat diolah, akibat adanya pertambangan.
Namun dibalik dampak negatif yang ada, masih ada manfaat yang dapat
dinikmati oleh penduduk Desa Batu Raja dan Subaim yaitu :
1. Pendidikan yang dulunya kurang diperhatikan, disebabkan minimnya sarana
prasarana, tetapi dengan diperbaiki dan disediakan sarana prasarana yang lebih
baik oleh pemerintah daerah. Sebesar 85 persen masyarakat kini dapat
memanfaatkan prasarana dan sarana pendidikan.
2. Transaksi jual beli dalam hal ini pasar lokal yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Batu raja dan Subaim, kembali berfungsi dengan baik. Sebanyak 100
persen merasakan perubahan ini, disebabkan masuknya pendatang dari luar
dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
3. Hubungan masyarakat desa antar pendatang dan masyarakat lokal berjalan
dengan baik. Sebanyak 57,50 persen menikmati hubungan ini, tetapi kadang
tidak berjalan dengan baik disebabkan karena perbedaan komunikasi yang ada
di masyarakat.
38
4. Pelayanan kesehatan yang diberikan cukup baik yaitu sebesar 85 persen
masyarakat dapat merasakan pelayanan tersebut dari sebelumnya.
Kehadiran pertambangan tetap berjalan, tetapi pemerintah harus menekan
pihak perusahaan untuk meningkatkan pelayanan, dan meningkatkan nilai aspek
sosial, ekonomi dan ekologi untuk menjadi baik, seperti yang diharapkan oleh
masyarakat dari dua desa.
Hasil dampak pertambangan dianalisa dengan menggunakan uji Chi-
Square dimana dampak pertambangan terhadap sosial masyarakat yang terjadi di
Desa Batu Raja dan Subaim sebelum dan sesudah pertambangan nikel dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Hasil Uji Chi-Square Dampak Sosial dari Aktivitas Pertambangan Nikel
Sebelum Sosial Desa Batu Raja Sosial Desa Subaim
Chi-Square 26.000a 11.500a
df 10 4
Asymp 004 021
Sesudah Sosial Desa Batu Raja Sosial Desa Subaim
Chi-Square 9.600b 23.350b
df 7 6
Asymp 212 001
Sumber : Data Diolah 2012
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square.
Berdasarkan uji Chi-Square pada tabel 16, hasil diperoleh dimana terjadi
perbedaan sebelum dan sesudah adanya pertambangan dengan selisih 16,40 untuk
Desa Batu raja dan 11,85 untuk Desa Subaim. Desa Batu Raja mengalami
penurunan sosial disaat adanya pertambangan. Perubahan sosial diakibatkan pola
hidup masyarakat, dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Masyarakat Desa Batu
Raja, adalah masyarakat pendatang hasil pemekaran dari desa induk yang
kehidupannya tergantung dari hasil pertanian sebagai sumber kehidupan. Desa
Batu Raja merupakan desa yang berada dekat dengan lokasi pertambangan nikel,
sehingga perubahan kehidupan sosial yang terjadi sangatlah besar saat adanya
pertambangan nikel.
Perubahan sosial yang terjadi pada Desa Subaim, sebelum dan sesudah
pertambangan, tidaklah terlalu jauh. Masyarakat Desa Subaim merupakan
penduduk asli (lokal), dan Desa Subaim merupakan desa induk yang jauh dari
lokasi pertambangan.
Analisis dan Dampak Ekonomi Pertambangan Nikel
Kecamatan Wasile, memiliki lahan perkebunan yang cukup luas.
Umumnya masyarakat menggantungkan hidup dari hasil bercocok tanam sebesar
86 persen. Selain tanaman pangan, seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah,
dan kacang kedelai, penduduk menanam pula sayur-sayuran, seperti cabe, terong,
kacang panjang, dan bayam. Pisang, jeruk, pepaya, mangga, nangka, dan jambu
adalah jenis buah-buahan yang mereka budidayakan, tetapi hasilnya masih
terbatas. Hasil pertanian yang menembus pasar di luar dari Halmahera Timur
adalah beras yang berasal dari Desa Subaim Kecamatan Wasile dan berupa sayur-
39
sayuran yang berasal dari Desa Batu Raja. Namun perubahan ini terjadi setelah
masuk penambangan di wilayah ini.
Perubahan ekonomi turut berpengaruh besar terhadap kehidupan
masyarakat yang berada dekat dengan areal pertambangan. Dampak
pertambangan nikel terhadap ekonomi masyarakat yang terjadi di Kecamatan
Wasile terhadap Desa Batu Raja dan Subaim, dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17 Dampak Ekonomi Dari Aktivitas Penambangan Nikel di Desa Batu Raja
dan Subaim
Pernyataan
Skor (%) Total (%)
S KS TS
BTR SBM BTR SBM BTR SBM BTR SBM
Usaha pertambangan nikel mampu membuka
kesempatan kerja di kecamatan ini
100 100 00,00 00,00 00,00 00,00 100 100
Berkesempatan kerja diperusahaan tambang nikel besar 00,00 00,00 60,00 57,50 40,00 42,50 100 100
Tenaga kerja lokal mendapat prioritas untuk kerja
diperusahaan tambang nikel
00,00 10,00 00,00 40,00 100 50,00 100 100
Membuka peluang usaha kerja baru, (warung makan,
bengkel, warung sembako, ojek)
100 100 00.00 00.00 00,00 00,00 100 100
Menambah pendapatan dari penjualan jasa 12,50 56,25 87,50 43,75 00,00 00,00 100 100
Pendapatan petani meningkat sejak adanya perusahaan
tambang nikel
00,00 36,25 27,50 13,75 72,50 50,00 100 100
Sarana transportasi meningkat 58,75 58,75 41,25 41,25 00,00 00,00 100 100
Usaha penginapan meningkat 58,75 58,75 41,25 41,25 00,00 00,00 100 100
Keadaan infrastruktur memburuk 83,75 45,00 16,25 55,00 00,00 00,00 100 100
Penghasilan masyarakat menurun 67,50 67,50 42,50 32,50 00,00 00,00 100 100
Sumber : Data Primer Diola 2012 Keterangan : S = Setuju TS = Tidak Setuju SBM = Desa
Subaim BTR = Desa Batu Raja KS = Kurang Setuju
Tabel 17 memperlihatkan bahwa, masyarakat Desa Batu Raja dan Subaim
mengalami beberapa dampak yaitu :
1. Mempunyai peluang kesempatan bekerja yang besar di perusahaan
pertambangan nikel sebagai penduduk lokal, ternyata jauh dari apa yang
diperkirakan oleh masyarakat, sehingga 100 persen masyarakat menyatakan
tidak setuju atas pernyataan yang menyatakan kehadiran tambang membuka
kesempatan besar untuk masyarakat lokal untuk dapat bekerja di perusahaan
pertambangan nikel.
2. Penjualan jasa yang diharapkan dapat membawa hasil dalam meningkatkan
pendapatan sekaligus menaikkan taraf hidup lebih yang baik dengan adanya
perusahaan tambang, juga tidak membawa hasil, sehingga dari keadaan ini
sebanyak 87 persen dari masyarakat menyatakan tidak setuju.
3. Pendapatan petani menurun disebabkan produksi pertanian yang dihasilkan
tidak memenuhi target atau menurun. Penyebab dari menurunya produksi
pertanian, karena lahan yang diola tidak dapat ditanami. Sebanyak petani 72.50
persen masyarakat tidak setuju dengan adanya perusahaan tambang nikel,
disebabkan areal pertanian yang akan diola tergenag lumpur pada musim
hujan, akibat banjir.
4. Penghasilan masyarakat menurun, dan dinyatakan dengan 67.50 persen
masyarakat setuju. Penghasilan sebelum perusahaan tambang sebesar Rp
15.315.000/tahun Desa Batu Raja, dan Desa Subaim sebesar Rp
16.230.000/tahun dan setelah sesudah sebesar Rp 10.605.000/tahun untuk Desa
Batu Raja, dan untuk Desa Subaim 14.400.000/tahun.
40
5. Infrastruktur berupa jalan dan jembatan sebagai fasilitas yang disediakan
pemerintah untuk dapat dipergunakan masyarakat, sebagai penunjang
penghubung transportasi menjadi memburuk. Masyarakat sebanyak 83.75
persen menyatakan setuju, kerusakan dan memburuknya mobilisasi alat-alat
berat saat penabangan nikel berlangsung.
Namun dibalik dampak buruk yang diterima masyarakat masih ada hal
positif atau hal baik di dua Desa Batu Raja dan Subaim adalah :
1. Masuk atau dibukanya usaha pertambangan nikel mampu membuka peluang
kesempatan kerja di kecamatan. Sehingga 100 persen masyarakat menyatakan
setuju, karena dengan demikian dapat mengurangi tinggkat penggangguran di
kecamatan.
2. Kehadiran perusahaan pertambangan nikel membuka peluang usaha-usaha baru
yang terbentuk di desa berupa usaha warung makan, toko sembako, dan
bengkel. Usaha yang baru ada mendapat tanggapan positif sebanyak 100
persen dari masyarakat. Tanggapan positif dengan adanya usaha baru ini,
menambah nilai lebih terhadap kemajuan dari masyarakat yang ada di desa.
3. Sarana transportasi, dalam hal ini angkutan menjadi baik dengan adanya
kehadiran perusahaan tambang nikel. Meningkatnya sarana transportasi
dinyatakan dengan sebesar 58.75 persen menyatakan setuju. Dimana angkutan
yang dipelukan untuk keperluan penyambung hubungan antar desa dapat
terpenuhi dan lancar.
4. Usaha penginapan atau tempat tinggal sementara meningkat sebesar 58 persen,
dimana usaha ini dibuat untuk pendatang yang belum mempunyai rumah tetap
dan pekerja perusahaan yang sementara waktu menetap di kecamatan atau desa
karena tugas pekerjaan.
Dampak yang terjadi baik secara positif dan negatif, mengajak kepada
perusahaan pertambangan nikel agar harus lebih membuka diri untuk memberikan
kesempatan kerja untuk penduduk, seperti pekerjaan pendukung (satpam, buruh
dan pemeliharaan alat-alat berat, pelayan pembersih ruangan, dan tukang masak).
Dengan demikian keyakinan masyarakat tentang bertambahnya penghasilan atau
pendapatan yang diperoleh, sehingga dapat menekan instabilitas sosial yang
menyebabkan protes demonstrasi, bahkan konflik untuk tidak terjadi lagi antara
masyarakat dengan perusahaan pertambangan nikel, dan pemerintah selaku
pemegang kebijakan.
Analisis dampak ekonomi sebelum dan sesudah pertambangan nikel
menggunakan uji Chi-Square di Desa Batu raja dan Subaim dapat dilihat pada
tabel 18.
Tabel 18 Hasil Uji Chi-Square Dampak ekonomi dari Aktivitas Pertambangan
Nikel
Sebelum Ekonomi Desa Batu Raja Ekonomi Desa Subaim
Chi-Square 166.100a 32.250b
Df 8 4
Asymp 000 000
Sesudah
Chi-Square 20.500b 8.600b
Df 4 3
Asymp 000 035
Sumber : Data Diolah 2012
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square.
41
Kehidupan ekonomi masyarakat yang cukup besar, baik yang dekat dan
jauh dari pertambangan nikel, sebesar 166.100 sebelum tambang nikel untuk
Desa Batu Raja dan 32.250 pada Desa Subaim. Sedangkan untuk sesudah adanya
tambang nikel Desa Batu Raja 20.500 dan Desa Subaim 8.600. Hal ini
menandakan masyarakat mengalami kesulitan ekonomi saat adanya pertambangan
nikel dan dampak ini berpengaruh pada kehidupan masyarakat di kedua desa
dalam aktivitas perubahan hidup.
Satu tahun perusahaan pertambangan nikel yang berada di Kabupaten
Halmahera Timur, tepatnya di Kecamatan Wasile, menghasilkan produksi sebesar
7.479.093,16/ton - 8.819.747,08/ton. Hasil yang diperoleh tambang nikel dijual
atau di eksport mentah ke negara-negara tujuan seperti Jepang, dan Australia, dari
hasil penjualan produksi nikel, tidak keseluruhan dinikmati oleh masyarakat yang
berada di Kabupaten tersebut, apalagi dengan desa di sekitar pertambangan nikel.
Penjualan hasil tambang dinikmati para pejabat pemerintahan yang berada
di Kabupaten, propinsi bahkan pusat. Penerimaan hasil bukan hanya dari produksi
pertambangan, tetapi sebelum tambang berproduksi hasil masuknya tambang ke
daerah atau wilayah yang mempunyai potensi pertambangan, pemerintah tersebut
sudah mendapatkan hasil.
Terpuruknya perekonomian desa yang didalamnya terdapat operasi
pertambangan, tidak selamanya merupakan kesalahan dari pihak pertambangan,
tetapi pemerintah wilayah juga turut didalam kesalahan, karena tidak tanggap dan
kontrol terhadap keadaan masyarakatnya. Sehingga masyarakat harus menerima
kerugian dari adanya kehadiran perusahaan pertambangan nikel. Pertambangan
nikel membawa dampak terhadap pendapatan sektor pertanian atau pendapatan
petani dalam setahun, dimana petani mengalami kenaikkan maupun penurunan
pendapatan, disesuaikan dengan besar produksi yang dihasilkan, dan luas areal
lahan yang ditanami.
Tabel 19 Data Rata-Rata Hasil Produksi Tanaman Padi Petani Sebelum dan
Sesudah Penambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim
Lokasi
Penelitian
(Desa)
Luas
Lahan
(ha)
Rata-rata Hasil Produksi/Thn (Rp) Total Hasil (%)
Sblm Tambang
Nikel Ssdh Tambang Nikel Sebelum Sesudah
Batu Raja
1 Rp 15.910.345 Rp 11.833.172 23 29
2 Rp 14.100.000 Rp 7.350.000 21 18
3 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 17 29
4 Rp 12.000.000 Rp 3.600.000 18 9
5 Rp 14.400.000 Rp 6.000.000 21 15
Jumlah Produksi
(Tahun) Rp 68.410.345 Rp 40.783.172
Subaim
1 Rp 20.400.000 Rp 23.400.000 30 33
2 Rp 11.733.333 Rp 17.500.000 17 25
3 Rp 24.300.000 Rp 24.900.000 35 35
4 Rp 12.000.000 Rp 4.800.000 18 7
Jumlah Produksi
(Tahun) Rp 68.433.333 Rp 70.600.000
Total Produksi Kedua Desa
(Tahun) Rp 136.843.678 Rp 111.383.172
Sumber : Data Primer Diola 2012
Tabel 19 menunjukkan produksi pertanian Desa Batu Raja mengalami
penurunan sesudah adanya pertambangan nikel, sedangkan Desa Subaim
mengalami penurunan tetapi juga mengalami peningkatan. Menurunnya produksi
42
pertanian disebabkan, karena kerusakan lahan pertanian padi sawah pada waktu
musim hujan, demana petakan sawah tertumpuk oleh batu-batuan yang dibawa air
saat banjir. Penghasilan produksi pertanian pada Desa Subaim mengalami
penurunan disebabkan karena lahan yang ditanami tidak diola dengan baik, karena
pemilik lahan lebih memilih untuk bekerja di tambang atau mencoba pekerjaan
lain. Hasil produksi yang hilang dengan adanya pertambangan nikel di Desa Batu
Raja dan Subaim dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Rata-Rata Hasil Produksi Yang Hilang Adanya Pertambangan Nikel
di Desa Batu Raja dan Subaim.
Lokasi Penelitian
(Desa)
Luas Lahan
(ha)
Rata-rata Produksi Yang Hilang/Tahun
(Rp)
Batu Raja
1 Rp 4.055.172
2 6.750.000
3 -
4 8.400.000
5 8.400.000
Jumlah produksi yang hilang Rp 27.605.172
Subaim
1 -
2 -
3 -
4 Rp 7.200.000
Jumlah produksi yang hilang Rp 7.200.000
Total produksi yang hilang Rp 34.805.172
Sumber : Data Primer Diolah 2012
Keterangan : (-) menandakan bahwa tidak terjadi perubahan
Pendapatan Desa Batu Raja rata-rata sebesar Rp 15.315.000/tahun
sebelum tambang nikel, dan mengalami penurunan per tahunnya sebesar Rp
10.605.500/tahun. Desa Batu Raja merupakan desa yang berdekatan dengan
pertambangan Nikel. Pendapatan Desa Subaim mengalami kenaikan yang sangat
baik, sebelum tambang nikel sebesar Rp 14.400.000/tahun dan meningkat menjadi
16.230.000/tahun sesudah adanya tambang. Rata-rata pendapatan sudah termasuk
keseluruhan pendapatan masyarakat yang bekerja menurut lapangan
pekerjaannya. Pengahasilan rata-rata Desa Batu Raja sebesar 59 persen turun
menjadi 41 persen dan sebaliknya Desa Subaim berbanding terbalik sebelum ada
tambang nikel 47 perssen dan sesudah tambang meningkat 53 persen.
Masyarakat pertanian mempunyai empat karakteristik utama petani yaitu:
(1) petani adalah pelaku ekonomi yang berpusat pada usaha milik keluarga, (2)
selaku petani mereka menggantungkan hidup mereka kepada lahan, bagi petani,
lahan pertanian adalah segalanya yakni sebagai sumber yang diandalkan untuk
menghasilkan bahan pangan keluarga, harta benda yang bernilai tinggi, dan
ukuran terpenting bagi status sosial, (3) petani memiliki budaya yang spesifik
yang menekankan pemeliharaan tradisi dan konformitas serta solidaritas sosial
mereka kental, (4) cenderung sebagai pihak selalu kalah (tertindas) namun tidak
mudah ditaklukkan oleh kekuatan ekonomi, budaya dan politik eksternal yang
mendominasi mereka. Menurut Shanin (1971) seperti yang dikutip oleh Subali
(2005).
43
Analisis dan Dampak Ekologi Pertambangan Nikel
Kawasan konservasi akhirnya menjadi kawasan pencadangan sumberdaya
alam bagi kelanjutan kegiatan eksploitasi - ekstraksidi masa depan. Masa
sekarang, kawasan konservasi menjadi pelayan bagi usaha-usaha ekstraksi
tambang nikel, dengan cara menyediakan udara segar dan air bersih bagi kegiatan
pertambangan.
Pertambangan juga memproduksi limbah yang dapat mematikan aliran
sungai, hal ini terjadi di sepanjang dua poros lokasi penelitian dimana ditemukan
bekas sungai besar tidak ada air tetapi pada musim hujan, air melewati tempat
tersebut hingga ke areal pertanian. Usaha industri pertambangan juga berpotensi
merusak sumberdaya nilai sosial budaya lokal dan ekonomi masyarakat yang
bermukim di wilayah lingkar tambang (Mangkusbroto, 1995). Dampak
pertambangan nikel terhadap ekologi masyarakat yang ada di Desa Batu Raja dan
Subaim dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Dampak Ekologi dari Aktivitas Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja
dan Subaim
Pernyataan
Skor (%) Total (%)
S KS TS
BTR SBM BTR SBM BTR SBM BTR SBM
Keadaan lahan pertanian memburuk 85,00 50,00 10,00 7,50 5,00 42,50 100 100
Ada konversi lahan pertanian 00,00 00,00 6,25 6,25 93,75 93,75 100 100
Keadaan hutan meluas 50,00 50,00 1,25 1,25 48,75 48,75 100 100
Sumber air bersih berkurang 50,00 50,00 50,00 50,00 00,00 00,00 100 100
Kesehatan masyarakat memburuk 50,00 50,00 00,00 00,00 50,00 50,00 100 100
Keadaan udara memburuk 85,00 85,00 15,00 15,00 00,00 00,00 100 100
Kebisingan meningkat 40,00 40,00 32,00 32,50 27,50 27,50 100 100
Tanah mengalami sedementasi 50,00 50,00 17,00 17,50 32,50 32,50 100 100
Banjir dan tanah longsor meningkat 70,00 50,00 20,00 12,50 10,00 37,50 100 100
Sumber : Data Primer Diolah 2012 Keterangan : S = Setuju BTR = Desa batu raja
Tabel 21 menunjukkan suatu keadaan ekologi yang kurang baik dialami
Desa Batu Raja dan Subaim sehingga menimbulkan keresahaan masyarakat
teradap kehadiran pertambangan nikel. Keresahan yang dialami yaitu :
1. Lahan pertanian dari masyarakat memburuk, disebakan masuknya batu-batuan
dan kerikil yang berasal dari tempat penambangan, pada saat musim hujan, saat
terbawa banjir, sehingga lahan tersebut sulit diola untuk ditanami tanaman.
Untuk itu sebesar 85 persen masyarakat menyatakan setuju, dikarenakan lahan
pertanian menjadi buruk.
2. Pemakaian hutan untuk tambang meluas, dimana pihak pertambangan terus
melakukan eksplorasi terhadap tambang, sehingga hutan di tebang untuk
mempermudah jalannya pekerjaan dan sebanyak 50 persen masyarakat
merasakan perubahan yang terjadi di desa yang mereka tempati.
3. Sumber air bersih mulai dirasakan masyarakat berkurang. Keadaan ini
dinyatakan masyarakat sebesar 50 persen, karena sumber air yang biasanya
mereka dapatkan mulai terasa berkurang. Hal ini disebabkan sumber air bersih
yang peroleh masyarakat berada dekat dengan lokasi penambangan.
KS = Kurang Setuju SBM = Desa Subaim TS = Tidak Setuju
44
4. Kesehatan masyarakat mulai memburuk, hal ini dinyatakan dengan sebesar 50
persen masyarakat, dimana keadaan dirasakan setelah adanya tambang nikel,
disaat musim panas dan pada musim hujan.
5. Udara disekitar lokasi pemukiman memburuk dinyatakan dengan 85 persen
masyarakat. Penyebab dari memburuknya udara yang diraskan oleh masyarakat
pada waktu musim panas, debu yang berasal dari pengerukan tanah tambang
terbawa masuk ke rumah-rumah pemukiman penduduk, sehingga
menyebabkan terjadi sesak nafas.
6. Kebisingan mulai terasa oleh masyarakat. Disebabkan karena mobilisasi alat-
alat berat saat perusahaan pertambangan berproduksi dan dinyatakan dengan
sebesar 40 persen masyarakat yang merasakan atau mengalami hal ini.
7. Porositas tanah mulai memburuk, sehinga pertumbuhan tanaman sulit untuk
tumbuh dengan baik. Sehingga petani sulit untuk mengfungsikan lahan bekas
pertambangan. Ditambah minimnya pengetahuan juga pengalaman dalam
mengatasi lahan pasca tambang, dengan demikian 50 persen manyatakan
keadaan tanah dari lahan tersebut buruk untuk diola sebagai areal pertanian
kembali.
8. Banjir dan tanah longsor meningkat. Hal ini dinyatakan sebesar 70 persen
masyarakat yang merasakan akibat dari kegiatan pertambangan, sehingga
menyebabkan bencana alam yang terjadi disaat musim hujan.
Keadaan buruk yang terjadi dan dialami oleh kedua desa, namun di balik
semuanya itu masih ada hal positif yang dialami oleh masyarakat dimana 90
persen masyarakat masih memiliki kepemilikkan tanah sebagai lahan pertanian,
karena tidak terjadi konversi lahan.
Awal tahun 2007, berkembang jenis penyakit baru yang diderita
masyarakat sekitar pertambangan nikel, dan keadaan yang sama ini pun dialami
masyarakat yang berada jauh dari pertambangan. Pertambangan nikel
menyebabkan keadaan ekologi menjadi buruk dan kualitas udarapun menurun.
Apabila pada saat musim panas, debu hasil pengerukkan tanah di areal
pertambangan masuk hingga ke pemukiman penduduk. Sedangkan pada musim
hujan terjadi banjir, dan tanah longsor sehingga areal pertanian yang berada
sekitar pertambangan tertimbun tanah yang terbawa banjir serta longsoran.
Kerusakan ekologi yang sudah terasa oleh masyarakat dengan adanya
pertambangan nikel, membuat masyarakat tidak lagi nyaman dengan kualitas
lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka. Kenyamanan dan keamanan
hidup seperti dahulu mulai sulit didapati, karena sewaktu-waktu dapat
mengancam kehidupan mereka baik harta benda, bahkan jiwa. Pemerintah daerah
selaku pemegang kekuasaan dan pemberi kebijakan, harus menekan atau
mendorong perusahaan merealokasikan dana CSR (Corporate Social
Responsibility), untuk memperbaiki keadaan ekologi kedua desa.
Hasil analisa dengan menggunakan uji Chi-Square dampak pertambangan
terhadap ekologi yang terjadi di Desa Batu Raja dan Subaim sebelum dan sesudah
pertambangan nikel dapat dilihat pada tabel 22.
45
Tabel 22 Hasil Uji Chi-Square Dampak ekologi dari Aktivitas Pertambangan
Nikel
Sebelum Ekologi Desa Batu Raja Ekologi Desa Subaim
Chi-Square 32.600a 32.250a
df 7 4
Asymp 002 000
Sesudah
Chi-Square 22.400b 19.00a
df 3 4
Asymp 000 001
Sumber : Data Diolah 2012
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square
Hasil uji Chi-Square menunjukkan perbedaan ekologi yang terjadi
sebelum dan sesudah adanya pertambangan nikel di Desa Batu Raja dan Subaim
sebesar 32.600 pada Desa Batu Raja sebelum dan 22.400 sesudah adanya tambang
nikel. Sedangkan yang terjadi pada Desa Subaim sebelum 32.250 dan 19.00. Hasil
ini menjawab telah terjadi kerusakan ekologi di kedua desa, baik yang berada
dekat maupun yang jauh dari lokasi pertambangan nikel. Pertambangan nikel,
membuat masyarakat lokal tidak lagi memperoleh kenyamanan lingkungan dan
keaman yang sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupan mereka. Kerusakan
ekologi berpengaruh juga terhadap kehidupan manusia kedepan, karena bila
kerusakan ekologi yang dialami disuatu wilayah disebabkan aktivitas manusia
atau masyarakat, maka dengan secara langsung atau tidak langsung, akan
berpengaruh kepada keadaan sosial dan ekonomi wilayah tersebut.
Kekayaan sumberdaya alam yang senantiasa dibanggakan adalah salah
satu keunggulan komparatif bangsa, namun kebanggaan tersebut mulai
dipertanyakan keasliannya, seiring dengan eksploitasi sumberdaya alam yang
dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan aspek ekologi dan
keberlanjutannya.
Tabel 23. Data Kerugian Ekologi Dengan Adanya Pertambangan
No Dampak Pertambangan Skor (%)
1. Pencemaran air (air menjadi kotor) 50%
2. Polusi udara 85%
3. Jalanan rusak 40%
4. Kebisingan 40%
5. Banjir 50%
Sumber : Data Olahan 2012
Tabel 23 menunjukkan polusi udara menempati tempat pertama sebesar 85
persen. Penyebab terjadinya polusi udara adalah tanah yang diangkut dari tempat
pertambangan yang melewati pemukiman penduduk, dan tanah yang berada
dipenampungan. Tanah tersebut menghasilkan debu yang berterbangan ditiup
angin pada waktu musim panas. Debu yang berterbangan tersebut terhirup oleh
penduduk sehingga dapat menyebabkan sesak nafas. Kemudian lain berupa
pencemaran air, dan banjir, kedua dampak ini disebabkan tanah sisa dari kerukkan
tambang terbawa di musim hujan (banjir). Pertambangan membawa dampak
terhadap ekologi berupa kerusakan areal pertanian, hutan, dan kehidupan hewan.
Kerusakan akibat terjadinya penambangan baik areal pertanian dan keadaan hutan
dapat dilihat pada Lampiran 4.
46
Sesuai KEPMEN Pertambangan dan Energi No.1211 K/008/M.PE/1995
tentang pencegahan dan penaggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan
pada kegiatan usaha pertambangan umum BAB V pasal 29 tentang jaminan
reklamasi lahan pasca tambang, pengusaha pertambangan diwajibkan untuk
menempatkan dana jaminan pelaksanaan reklamasi, selain itu Keputusan
Direktorat Jendral Pertambangan Umum No 336. K/271?DDJP/1996 tentang
jaminan reklamasi mewajibkan memberikan laporan biaya pelaksanaan
pemantauan lingkungan tambang. Biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
terdiri dari biaya reklamasi yang meliputi biaya penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan pemantauan lingkungan termasuk biaya bangunan
pengendalian erosi dapat dilihat pada tabel 24, ini diharapkan akan dapat
meminimalkan dampak degradasi lahan yang diakibatkan oleh kegiatan
pertambangan terhadap lingkungan disekitarnya.
Tabel 24 Biaya Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tambang
Di Kabupaten Halmahera Timur.
Sumber : Pengelolaan lingkungan Pertambangan Daerah Operasi Maluku Utara Tahun 2008
Hasil yang telah diuraikan berdasarkan tabel 15 (dampak pertambangan
nikel terhadap sosial masyarakat), tabel 17 (dampak pertambangan nikel terhadap
ekonomi masyarakat) dan tabel 21, (dampak pertambangan nikel terhadap ekologi
masyarakat), menunjukkan bahwa kualitas sosial - ekonomi - ekologi sebagian
besar menjadi memburuk sejak hadirnya pertambangan nikel, dimana
perekonomian masyarakatpun menurun, penghasilan dari sebahagian besar
masyarakat menurun drastis sejak adanya pertambangan. Hasil dari kehadiran
pertambangan bukannya mengangkat derajat kehidupan sosial, ekonomi dan
ekologi masyarakat tetapi sebaliknya.
Kehadiran dan berakhirnya suatu penambangan, membawa korban dan
kerugian yang tidak sedikit. Korban dan kerugian ini dirasakan langsung oleh
masyarakat awam yang tidak faham atau tidak mengerti akan pertambangan.
Sebaliknya pemerintah daerah, propinsi, pusat dan perusahaan pertambangan
sebagai penerima hasil dari penambangan, tidak mempedulikan keadaan yang
telah terjadi pada masyarakat.
Hasil produksi pertambangan sepenuhnya dinikmati oleh pemerintah
daerah propinsi dan pusat sebagai pembuat keputusan dan kebijakan tertinggi
dalam wilayah kekuasaan. Pendapatan daerah yang disumbangkan dari
pertambangan sebesar Rp 7.903.092,71 (Data Dinas Pertambangan Kabupaten
Halmahera Timur), tidak jelas arah realisasi ke masyarakat. Karena belum ada
data yang jelas untuk penggunaan dana tersebut.
No Uraian Rencana biaya
(Rp)
Realisasi biaya
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1 Penyiapan lahan 650.000.000 - -
2 Pembinaan 40.000.000 31.885.500 1.885.500 3 Reklamasi 94.000.000 57.493.500 57.493.500
4 Pemeliharaan tanaman 52.000.000 3.658.000 3.658.000
5 Bangunan pengendali erosi dan limbah a. Chekdam
b. Perawatan parit/drainase
c. Bangunan pengelolaan B3
501.000.000 61.073.750
27.897.500
14.225.750
61.073.750
-
14.225.750 6 Pengiriman contoh air 6.500.000 1.960.000 1.960.000
Total 1.341.500.000 398.164.000 398.164.000
47
Formulasi Kebijakan Pemerintah Daerah Untuk Menciptakan
Pertambangan Nikel Yang Ramah Lingkungan
Di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur
Analisis SWOT
Formulasi strategi pendirian tambang, atau eksplorasi tambang sebagai
pendukung dalam masuknya pendapatan daerah, diidentifikasi dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki berdasarkan karakteristik internal kawasan dan
elemen peluang dan ancaman berdasarkan karakteristik eksternal kawasan. Pada
penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis SWOT.
Hasil pengamatan lapangan dan analisis data, diketahui berbagai potensi
permasalahan dalam pendirian atau pembukaan perusahaan pertambangan nikel.
Dengan menganalisis potensi permasalahan tersebut, maka dapat diindentifikasi
variabel-variabel SWOT yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan strategi
pengolahan perusahaan pertambangan nikel dimasa yang akan datang.
Identifikasi Faktor-Faktor SWOT
Tabel 25 Keterangan Faktor Internal Dampak Pertambangan Nikel
1. Meningkatkan penerimaan bagi daerah Kabupaten Halmahera Timur A
2. Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel B
3. Mempunyai ijin pertambangan dari pemerintah C
4. Mendapat lahan penambangan yang strategi D
5. Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel F
6. Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk penambangan nikel G
7. Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu) H
8. Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedementasi pada tanah I
9. Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan J
10. Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali K
11. Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal L
Hasil faktor internal terdapat juga faktor eksternal. Faktor internal dari
dampak pertambangan nikel pada tabel 25 menunjukkan keadaan atau penilaian
yang ada didalam terhadap pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan
perusahaan sebagai pelaksana dan menjalankan aksi di lapangan. Faktor eksternal
pada tabel 26 merupakan pengimbangan penentuan suatu strategi yang berasal
dari luar, sebagai pendukung dibuatnya keputusan atau kebijakkan pemerintah
terhadap perusahaan dalam menjalankan kegiatannya dalam pemanfaatan
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang berperan didalamnya.
Tabel 26 Keterangan Faktor Eksternal Dampak Pertambangan Nikel
1. Meningkatkan devisa negara , masuknya perusahaan tambang nikel A
2. Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan tambang nikel B
3. berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan tambang nikel C
4. Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada perusahaan tambang D
5. Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi terbuka bebas F
6. Kerusakan lingkungan yang G
7. Lahan pertanian menjadi terbatas karena penebangan hutan H
8. Mata pencaharian masyarakat lokal berubah I
9. Kehidupan sosial masyarakat berubah J
10. Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang) K
11. tanah tidak dapat diolah untuk penanaman dalam jangka panjang L
48
Adapun unsur-unsur dibangun responden dari analisis SWOT antara lain :
A. Kekuatan
Beberapa elemen kekuatan yang mempengaruhi formulasi kebijakan
Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan
adalah :
1. Meningkatkan penerimaan pendapatan bagi daerah Kabupaten Halmahera
Timur.
Perusahaan pertambangan yang berada di daerah atau wilayah, akan
mendatangkan masukkan atau pendapatan untuk perkembangan daerah.
2. Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel.
Perusahaan pertambangan nikel mengurangi pengangguran di daerah dan
potensi lapangan kerja bagi masyarakat yang berada di daerah.
3. Mempunyai ijin penambangan dari pemerintah.
Perusahaan yang beroperasi di wilayah atau daerah penambangan harus
mendapat ijin dari pemerintah wilayah untuk dapat beroperasi sesuai perijinan
yang berlaku oleh pemerintah setempat.
4. Mendapat lahan penambangan yang strategis.
5. Perusahan pertambangan nikel akan mendapat lokasi penambangan atau tempat
beroperasi untuk penambangan pada tempat yang sesuai dengan ijin yang
diberikan dimana adanya bahan tambang.
Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel,
dimanfaatkan untuk pertambangan nikel. Perusahan mengolah sesuai
permintaan pasar tambang.
B. Kelemahan
Beberapa elemen kelemahan yang mempengaruhi formulasi kebijakan
Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan
adalah :
1. Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk penambangan
nikel. Akibat dari pertambangan nikel dapat terjadi kekurangan lahan
pertanian. Kekurangan lahan diakibatkan perluasan areal operasi.
2. Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu). Beroperasi suatu perusahaan
pertambangan nikel, dapat membawah polusi udara. Polusi berupa debu yang
bertebaran yang berasal dari hasil penggalian bahan tambang dan pada saat
pengangkutan bahan galian berupa tanah yang mengandung nikel. Kedaan ini
terjadi pada saat tambang berproduksi di musim panas.
3. Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedimentasi pada tanah.
Pengerukkan yang dilakukan pada saat penambangan, mengakibatkan unsur
hara tanah dan lapisan-lapisan tanah lainnya juga turut terangkat, sehingga
terjadi kerusakan pada tanah, dan kedaan ini memakan waktu yang cukup lama
dalam pemulihan bahkan dapat memakan waktu sampai puluhan tahun.
4. Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan.
Penambangan yang di lakukan pada lokasi hutan, akan membawa dampak
terhadap kehidupan satwa dan tumbuhan yang berada pada lokasi penambangan,
dimana tumbuhan yang berada dilokasi penambangan harus ditebang demikian
juga satwa atau hewan yang tinggal akan berpindah lokasi.
49
5. Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali.
Lokasi atau tempat selesai penambangan tidak dapat ditanami oleh jenis
tanaman yang sama seperti sebelumnya, dan kebanyakan lokasi setelah
penambangan nikel tidak dapat ditanami karena tanah tersebut tidak terdapat
unsur hara yang cukup untuk tanaman berkembang bahkan hidup.
6. Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal.
Masuknya suatu usaha baru, akan memicu masuknya pendatang baru yang
membawa pola hidup yang berbeda. Sehingga pola hidup yang dibawa, dapat
berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal. Perubahan sosial
yang terjadi dapat membawa dampak buruk dan baik terhadap masyarakat
lokal, tergantung bagaimana atau sampai dimana pengaruh yang dibawa ke
kehidupan masyarakat.
C. Peluang
Beberapa elemen peluang yang mempengaruhi formulasi kebijakan
Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan
adalah :
1. Meningkatkan pendapatan daerah, masuknya perusahaan tambang nikel.
Masuknya perusahaan ke wilayah atau daerah, merupakan peluang untuk
mendatangkan pemasukkan bagi daerah tersebut, dimana hasil dari perusahaan
diberikan kepada daerah berupa pajak dan sumbangan tertentu untuk
pembangunan daerah.
2. Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan tambang nikel.
Perusahaan tambang, dapat membuka peluang untuk ketenaga kerja. Sehingga
mengurangi angka pengangguran yang terdapat di daerah tersebut.
3. Berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan tambang nikel.
Munculnya usaha baru atau pekerjaan baru karena kebutuhan baik yang datang
dari luar, maupun kebutuhan penduduk lokal.
4. Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada perusahaan
tambang nikel.
Perubahan status sosial, dan kebutuhan ekonomi menuntut untuk munculnya
usaha-uasaha dalam bidang jasa, untuk menawarkan bantuan atau mengurangi
beban dalam bentuk penjualan jasa.
5. Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi terbuka
bebas.
Perubahan sosial dapat terjadi karena teknologi komunikasi dan kebutuhan
antar sesama. Sehingga membuat adanya hubungan antara pendatang dan
masyarakat lokal. Hubungan ini untuk kelancaran pekerjaan atau usaha bisnis
yang dijalani.
D. Ancaman
Beberapa elemen Ancaman yang mempengaruhi formulasi kebijakan
Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan
adalah :
1. Kerusakan lingkungan.
Kehadiran perusahaan pertambangan tidak terlepas dari ancaman terhadap
keberadaan lingkungan yang ada di lokasi penambangan. Ancaman terhadap
50
kerusakaan lingkungan dapat mendatangkan bencana besar, apabila tidak
diantisipasi dengan baik.
2. Lahan pertanian menjadi terbatas karena pengahlian lahan (penebangan hutan).
Penebangan hutan, untuk pembangunan lokasi penambangan membawa
pengaruh terhadap perluasan daerah pertanian, disebakan areal tersebut telah di
kapling untuk penambangan.
3. Mata pencaharian masyarakat lokal berubah.
Perubahan mata pencaharian dari masyarakat lokal, dikarenakan tuntutan
ekonomi. Perubahan kehidupan sosial yang dibawa masuk oleh pendatang dan
berkurangnya lahan sumber mata pencaharian masyarakat.
4. Kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah.
Adanya pencampuran kehidupan antara pendatang dan masyarakat lokal,
dimana pendatang yang tinggal dan menetap di tengah-tengah kehidupan
masyarakat lokal. Dengan sendirinya membawa pengaruh terhadap pola hidup
dan budaya yang dibawa pendatang. Keadaan ini dapat menjadi baik dan juga
merupakan ancaman dalam pola kehidupan masyarakat lokal.
5. Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang).
Penebangan hutan dan pencemaran yang terjadi akibat beradanya suatu
pertambangan nikel yang dekat lokasi pemukiman penduduk. Menyebabkan
terjadinya pencemaran.
6. Tanah tidak dapat diola untuk penanaman dalam jangka panjang.
Pengelolaan tanah, atau mengembalikan sedimentasi tanah agar dapat di
tanamai memakan waktu yang cukup lama dan panjang. Karena tanah yang
dikeruk untuk tambang nikel, unsur hara dan lapisan tanah lainnya yang
bermanfaat untuk tanaman, ikut terangkut dalam proses penambangan.
Matriks SWOT
Setelah melakukan pengamatan terhadap lingkungan internal dan
mengidentifikasi faktor-faktor strategi dalam mengevaluasi pemanfaatan untuk
pengembangan perusahaan pertambangan nikel di Kecamatan Wasile, Kabupaten
Halmahera Timur, untuk langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT
yang terdiri atas matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External
Factor Evaluation). Kedua matriks tersebut perlu dibuat untuk selanjutnya
disusun strategi SWOT
A. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai fungsional dari
suatu wilayah. Matriks IFE juga dikenal dengan istilah IFAS (Internal Factor
Analysis Summary). Matriks IFE dari penelitian ini disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Matriks IFE Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Masyarakat
Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur.
No Faktor Strategi Internal
Kekuatan Bobot Rating Skor Terbobot
1 Meningkatkan penerimaan bagi daerah Kabupaten Halmahera Timur. 0,13 3,29 0,43
2 Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel 0,13 3,19 0,41
3 Mempunyai ijin penambangan dari pemerintah 0,09 3,19 0,29
4 Mendapat lahan penambangan yang strategis 0,11 3,19 0,35
51
5 Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel 0,06 319 0,19
Kelemahan
1 Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk
penambangan nikel
0,11 2,62 0,29
2 Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu) 0,09 2,43 0,22
3 Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedementasi pada tanah 0,06 2,43 0,15
4 Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan 0,04 2,71 0,11
5 Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali 0,02 3,05 0,06
6 Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal 0,16 4,19 0,67
Total 100 3,17
Berdasarkan matriks tersebut diperoleh total skor 3.17. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa pemanfaatan masuknya perusahaan pertambangan di
kawasan Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur sangat diharapkan
dengan elemen kekuatan tertinggi 0.43 (penerimaan pendapatan bagi daerah
Halmahera Timur), tetapi kelemahan yang cukup besar juga dihadapi, dengan
elemen tertinggi sebesar 0.67 (mengubah prilaku sosial masyarakat lokal), apabila
tidak diatasi secara baik dan benar, maka akan menimbulkan konflik antara
masyarakat lokal dengan perusahan juga pemerintah sebagai penentu kebijakan
masuknya pertambangan nikel.
B. Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Matriks EFE merupakan alat untuk mengukur seberapa baik menejemen
(rating) menanggapi faktor tertentu dalam hal tingkat pentingnya bobot faktor
tersebut bagi mutu wilayah, sehingga dengan demikian matriks ini membantu
mengorganisir faktor-faktor strategi eksternal kedalam kategori peluang dan
ancaman. Matriks EFE dikenal juga dengan nama istilah EFAS (External Faktor
Analysis Summary). Matriks EFE dari penelitian ini disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28 Matriks EFE Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Masyarakat
Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur.
No
Faktor Strategi Eksternal
Peluang Bobot Rating Skor
Terbobot
1 Meningkatkan devisa negara, masuknya perusahaan tambang nikel
di Kabupaten Halmahera Timur
0.08 4.19 0.34
2 Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan
tambang nikel
0.05 2.29 0.11
3 Berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan
tambang nikel
0.08 3.33 0.27
4 Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada
perusahaan tambang nikel
0.08 3.90 0.31
5 Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi
terbuka bebas
0.03 3.90 0.12
Ancaman
1 Kerusakan lingkungan yang berpengaruh terhdap masyarakat yang
berada di luar Kabupaten Halmahera Timur
0.13 1.24 0.16
2 Lahan pertanian menjadi terbatas karena pengalihan lahan
(penebangan hutan),yang dapat mengakibatkan bencana alam
0.13 1.24 0.16
3 Mata pencaharian masyarakat lokal berubah 0.13 1.24 0.16
4 Kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah (hilangnya budaya
lokal)
0.12 4.48 0.54
5 Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang) 0.12 1.90 0.23
6 Tanah tidak dapat diolah untuk penanaman dalam jangka panjang. 0.05 1.90 0.10
Total 1.00 2.50
Sumber : Data Primer diolah 2012
Sumber : Data Primer diolah 2012
52
Berdasarkan matriks EFE tersebut diperoleh total skor sebesar 2.50. Nilai
ini menunjukkan bahwa strategi yang dijalankan pemerintah dan perusahaan
dalam pembukaan pertambangan nikel belum cukup efektif untuk meminimalisir
atau menghindari pengaruh ancaman yang menghadang, dimana dengan elemen
ancaman tertinggi 0.54 (kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah),
berubahnya kehidupan status sosial, budaya masyarakat menunjukkan masyarakat
mulai berpikir maju dan berubah pola kehidupan untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Elemen peluang tertinggi 0.34 (meningkat pendapatan daerah,
masuknya tambang nikel), adanya peningkatan daerah menjawab kebutuhan
masyarakat menyediakan sarana prasarana dan fasilitas yang memadai dan lebih
baik dari sebelumnya untuk kesejahteraan masyarakat.
Matriks Strategi SWOT
Strategi berdiri atau masuknya suatu perusahaan pertambangan nikel, data
atau informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik strategi
silang keempat dari faktor SWOT. Alternatif strategi dalam memanfaatkan ruang
untuk mengembangkan perusahaan pertambangan nikel di kecamatan Wasile
Kabupaten Halmahera Timur, dirangkumkan dalam matriks SWOT, matriks
alternatif strtegi hasil penelitian disajikan dalam Tabel 29.
Tabel 29 Strategi Pertambangan Nikel Yang Ramah Lingkungan Di Kecamatan
Wasile Kabupaten Halmahera Timur
KEKUATAN (S)
1. Meningkatkan Penerimaan
devisa bagi Daerah Kabupaten
Halmahera Timur.
2. Penduduk lokal dapat bekerja
sebagai tenaga kerja di
pertambangan nikel.
3. Mempunyai ijin penambangan
dari pemerintah.
4. Mendapatkan lahan
penambangan nikel yang
strategis.
5. Potensi sumberdaya alam dan
mineral yang tersedia untuk
tambang nikel
KELEMAHAN (W)
1. Lahan Pertanian masyarakat
lokal berkurang, terpakai untuk
pertambangn nikel.
2. Akibat penambangn terjadi
polusi udara (debu)
3. Penambangan nikel
menyebabkan erosi dan
sidementasi pada tanah.
4. Terjadi pengurangan sejumlah
spesies tumbuhan maupun
hewan.
5. Bekas penambangan nikel,
susah untuk dapat dihijaukan
kembali.
6. Mengubah perilaku sosial
masyarakat lokal.
PELUANG (O)
1. Meningkatkan pendapatan Daerah,
masuknya perusahaan tambang nikel.
2. Menguranggi angka pengangguran
dengan adanya perusahaan tambang
nikel.
3. Berkembangnya usaha jasa baru, setelah
adanya perusahaan tambang nekel.
4. Meningkatkan pendapatan usaha
dibidang jasa, setelah ada perusahaan
tambang nikel.
5. Hubungan sosial dengan mayarakat
pendatang, dan lokal menjadi terbuka
bebas.
STRATEGI S - O
1. Memanfaatkan jasa lokal yang
tersedia di lingkungan
pertambangan.
2. Memberikan kontribusi, dan
perbaikan prasarana disekitar
lokasi pertambangan.
3. Membantu/ikut serta dalam
kegiatan kegiatan
pertambangan
STRATEGI W - O
1. Membantu masyarakat
pertanian/nelayan dalam bentuk
prasarana yang memadai.
2. Menyediakan bibit untuk
penghijauan kembali di lokasi
bekas penambangan
3. Membentuk jasa pelatihan
ketrampilan untuk masyarakat
untuk mengembangkan usaha
dengan memanfaatkan
sumberdaya lokal berupa
budaya dan potensi yang ada di
daerah lokasi pertambangan.
Internal
Eksternal
53
ANCAMAN (T)
1. Kerusakan lingkungan.
2. Lahan pertanian menjadi terbatas karena
pengalihan lahan (penebangan hutan)
3. Mata pencaharian masyarakat lokal
berubah.
4. Kehidupan sosial, budaya masyarakat
berubah.
5. Masyarakat kekurangan air bersih,
(dalam jangka panjang).
6. Tanah tidak dapat diolah untuk
penanaman dalam jangka panjang.
STRATEGI S - T
1. Memberikan pelayanan yang
baik terhadap masyarakat pada
lokasi tambang berada.
2. Membina kerjasama/hubungan
dengan masyarakat dalam
menjaga lingkungan.
3. Membantu masyarakat dalam
meningkatkan pencarian lokal.
STRATEGI W - T
1. Memberikan kesempatan kerja
kepada masyarakat lokal.
2. Melibatkan sepenuhnya kepada
masyarakat dalam melestarikan
sumberdaya alam.
3. Berinteraksi dalam membangun
hubungan sosial, antara
perusahan tambang dan
masyarakat di lokasi tambang.
Sumber : Data Hasi Analisis Foniike Samad 2012
Matriks SWOT pembukaan perusahaan pertambangan tersebut
diatas, dapat diformulasikan dalam 4 tipe strategi yang dapat ditempuh yaitu
strategi S2 – O1, yaitu memanfaatkan jasa lokal, perbaikan sarana prasarana dan
ikut serta dalam pengelolaan pertambangan nikel.
a) Strategi W2 – O2, yaitu Membantu masyarakat pertanian dalam meningkatkan
hasil pertanian, dimana sebagian besar masyarakat lokal adalah petani.
Membuka jasa pelatihan dalam membantu masyarakat dalam meningkatkan
ketrampilan yang dimilki oleh masyarakat, agar dapat menambah penghasilan,
dan mengurangi pengangguran (disebabkan tidak adanya
keahlian/ketrampilan).
b) S3 – T2 Membina hubungan baik antar masyarakat yang berada disekitar
perusahaan pertambangan nikel, mengikutsertakan masyarakat dalam
pengelolaan pelesatraian lingkungan di sekitar lokasi pertambangan dan
memanfaatkan/ meningkatkan jasa yang lokal yang disediakan masyarakat
yang berada dilokasi perusahaan pertambangan.
c) W1 – T1 yaitu memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat lokal dalam
perusahaan pertambangan nikel, dan ikut serta dalam kehidupan sosial atau
berinteraksi dalam kehidupan masyarakat lokal dalam kehidupan sosial budaya
yang dimiliki oleh masyarakat.
Matriks Internal - Eksternal (IE)
Matriks internal eksternal ini dikembangkan dan digunakan meliputi
parameter internal pemerintah dan perusahaan yang akan berkembang di suatu
wilayah, serta eksternal yang dihadapi oleh pemerintah dan perusahaan tersebut.
Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal
pemerintah dan peruhaan pertambangan nikel dan pengaruh eksternal yang
dihadapi oleh pemerintah dan perusahaan tersebut. Matriks IE ini bermanfaat
untuk memposisikan suatu perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dari 9
(sembilan) sel. Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu (a) dimensi X,
menunjukkan total skor dari matriks IFE, dan (b) dimensi Y, menunjukkan total
skor dari matriks EFE. Menurut David (2002), pada sumbu X dan matriks IFE
menggambarkan 3 (tiga) standar skor, yaitu :
a) Skor 1.0 - 1.99 menyatakan bahwa posisi internal suatu organisasi tersebut
adalah lemah.
54
b) Skor 2.0 - 2.99 menyatakan bahwa posisi organisasi tersebut adalah rata-rata
dan
c) Skor 3.0 - 4.0 menunjukkan posisi organisasi tersebut adalah kuat.
Dengan metode yang sama, pada sumbu Y yang dipakai untuk matrik
EFE, untuk 3 (tiga) standar skor yaitu :
a) Skor 1.0 - 1.99 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah rendah
b) Skor 2.0 - 2.99 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah sedang dan
c) Skor 3.0 - 4.0 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah tinggi.
selanjutnya adalah matriks IE memiliki 3 (tiga) implikasi strategi yang
berbeda satu dengan yang lainnya yaitu :
1) Sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Tumbuh dan Membangun (Grow
and Build). Strategi-strategi yang cocok dibangun adalah strategi intensif
(Market Penetration, Market Development, dan Product Development) atau
Strategi Terintegrasi (Backward Integration, Forward Integration dan
Horizontal Integration).
2) Sel III, V, dan VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Pertahanan
dan Pemeliharaan (Hold and Maintain). Strategi-strategi yang umum dipakai,
yaitu strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration) dan Pengembangan Produk
(Product Development).
3) Sel VI, VIII, atai IX dapat menggunakan strategi Panen atau Devesture
(Harvest or Devesture).
Teori dan pengertian diatas, maka disusunlah sebuah matriks IE dari
dampak pertambangan nikel terhadap masyarakat di Kecamatan Wasile, yang
disajikan dalam gambar 17.
SKOR TOTAL IFE
Kuat Rata-rata Lema
4.0 3.0 2.0 1.0
3.17
SK
OR
TO
TA
L E
FE
4.0
Tinggi
I
Grow and Buil
II
Grow and Build
III
Hold and Maintain
3.0
Rata-rata
IV
Grow and Build
V
Hold and Maintain
VI
Harvets and Divestiture
2.0
Rendah
VII
Hold and Maintain
VIII
Harvets and Divestiture
IX
Harvets and Divestiture
1.0
Gambar 17 Matriks IE Dampak Perambangan Nikel Terhadap Masyarakat di
Kecamatan Wasile.
2.50
55
Analisis matriks IE pada gambar 17 dapat dilihat bahwa skor matriks IFE
sebesar 3.17 (menunjukkan posisi internal perusahaan adalah kuat) dan skor
matriks EFE sebesar 2.50 (menunjukkan posisi eksternal perusahaan adalah
sedang, sehingga secara keseluruhan dapat ditunjukkan bahwa dengan berdirinya
perusahaan pertambangan nikel tidak akan terjadi hal-hal yang merugikan pihak
masyarakat yang berada disekitar perusahaan pertambangan nikel tersebut, dan
perusahan pertambangan nikel layak dibangun/dibuka pada wilayah yang telah
ditentukan oleh pemerintah yang memberikan ijin berdirinya perusahaan
pertambangan nikel.
Hasil matriks IE merumuskan beberapa hal penting sebagai strategi yang
dapat dipakai pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan. Pertambangan nikel
yang berada dikawasan Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur
memberikan sumbangan ekonomi terhadap daerah yang signifikan yaitu :
a) Pendapatan Daerah,
b) Perluasan Kesempatan Kerja,
c) Pengurangan pengangguran di daerah.
Namun secara sosial dan ekologi dampaknya tidak menguntungkan
terhadap masyarakat. Sehingga rumusan kebijakan yang diusulkan adalah :
a) Tidak ada penerbitan ijin baru
b) Dengan posisi Hold and Maintain dari analisis SWOT, artinya perusahaan
pertambangan nikel yang sudah ada dapat tetap diteruskan operasinya, namun
dampak terhadap sosial dan ekologi harus diperhatikan.
Kebijakan yang dapat diambil untuk mencapai suatu strategi yang baik
yang diajukan dalam riset ini adalah memperbesar skema-skema CSR (Corporate
Social Responsibility) untuk memperbaiki dampak buruk operasi perusahaan
tambang nikel dibidang sosial dan ekologi. Analisis ini juga menunjukkan bahwa
dengan berdirinya perusahaan pertambangan nikel dapat membawa dampak
positif terhadap kehidupan masyarakat yang berada disekitar perusahaan
pertambangan tersebut. Strategi yang dapat dipakai untuk mengembangkan
perusahaan pertambangan nikel dengan melibatkan masyarakat dalam perusahaan
pertambangan tersebut, akan dapat mengurangi keburukan yang terjadi, dan
pemahan yang negatif terhadap pertambangan nikel akan berkurang. Dengan
adanya strategi ini juga dapat membantu masyarakat untuk menjadi lebih baik
lagi, dari sebelum adanya pertambangan nikel, dengan demikan dapat menjawab
tuntutan masyarakat terhadap pemerintah, dan masyarakat dapat hidup baik dan
berkembang sesuai dengan kehidupan yang normal tanpa meninggalkan nilai-nilai
moral budaya lokal yang dimiliki masyarakat tersebut. Analisis strategi ini juga
dapat membawa masyarakat dalam kehidupan ekonomi yang baik dan ekologi
sebagai faktor penentuan dalam menjalani suatu kehidupan dapat terjaga dan
terawasi oleh semua pihak dengan baik.
Peran Stakeholder dalam Penanganan Kerusakan Lingkungan,
Pertambangan Nikel
Pelaksanan strategi pengelolaan yang diperoleh dapat diaplikasikan sesuai
tujuan pendukung stakeholder harus ikut berperan dalam penerapan strategi.
56
Berikut dalam Tabel 30 dapat dilihat cara kerja stakeholder dalam pengambilan
keputusan
Tabel 30 Peran Stakeholder Dalam Strategi Masuk, dan Eksplorasi Tambang
Nikel
Stakeholder Peran Stakeholder Dalam strategi masuknya pertambangan.
1. Permerintah Daerah Kabupaten Halmahera
Timur (Bupati Halmahera Timur) Pemberi ijin masuknya tambang
Pemberi kebijakan dalam penataan pemerintahan
2. Dinas Pertambangan dan Mineral
Kabupaten Halmahera Timur Pembuatan ijin masuknya tambang
Sebagai kontroling dalam pertambangan yang ada dalam garis
wilayah yang diberikan ijin
Pembuat laporan dalam penghasilan produksi tambang kabupaten
3. Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur Pengawasan areal pertanian
Penyalur bantuan tanaman pangan untuk petani
Penyulur pupuk dan obat-obatan untuk tanaman pertanian dan
hortikultura
4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Hamahera
Timur Data PDRB daerah
5. P.T. Aneka Tambang Kabupaten Halmahera
Timur Perusahan swasta yang berperan dalam pembuat kebijan anak
perusahaan yang berda pada ANTAM.
6. P.T. Ara ( Tambang di Batu Raja) Tambang yang beroperasi di wilayah Desa Batu Raja
7. Pemerintah Kecamatan (Camat) Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah
8. Pemerintah Desa ( Kepala Desa) Desa Batu
Raja Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah dan kecamatan
9. Pemerintah Desa (Kepala Desa) Desa Subaim Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah dan Kecamatan
10. Tenaga Kerja Dalam Tambang Tenaga kerja yang berperan dalam berjalannya tambang.
Sumber: Data Hasil Analisis 2012
Stakeholder yang telah diidentifikasi berasal dari instansi pemerintah
Kabupaten Halmahera Timur dan instansi non pemerintah, dalam hal ini
perusahaan pertambangan yang mempunyai kepentingan di dalamnya, dan
memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
kehidupan masyarakat.
1. Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur, merupakan pemangku kebijakan dan
pembuat keputusan dalam penataan wilayah yang diberikan tanggungjawab
selaku penguasa wilayah tersebut.
2. Dinas Pertambangan dan Mineral Kabupaten Halmahera Timur, dalam
pengelolaan pertambangan nikel mempunyai tugas pokok merumuskan
kebijakan teknis serta melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang
pertambangan dan energi meliputi geologi dan sumberdaya mineral,
pertambangan umum dan energi serta melaksanakan ketatausahaan dinas.
Dinas pertambangan dan mineral memiliki aspek kepentingan dalam hal
pertambangan dan konversi. Manfaat yang diperoleh adalah dari sektor ekonomi
dan sosial dengan menyediakan sumberdaya berupa manusia, dana fasilitas dan
informasi. Meskipun dinas pertambangan dan mineral melakukan pertambangan,
mereka tetap memperhatikan aspek konservasi dalam setiap kegiatannya.
3. Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur, memiliki aspek kepentingan
dalam sektor pertanian dalam meningkatkan hasil produksi pertanian, walau
adanya pertambangan. Meningkatkatkan kualitas maupun kuantitas dari
pertanian, dan sebagai pelaksana kegiatan tekniks yang mempunyai tugas
pokok merumuskan kebijakan dalam mengatur kehidupan masyarakat
pertanian, dalam kehidupan sosial dan ekonomi petani, serta ketatausahaan
dinas.
57
4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Timur, dalam melaksanakan tugas
dalam keterkaitannya dengan pertambangan nikel yang berada di Kabupaten
Halmahera Timur, sebagai tugas pokok melaksanakan, memberikan data dalam
penentuan kebijakan pemerintah untuk membatasi dan memberikan wilayah
untuk pertambangan, data keberadaan masyarakat dan pendidikan serta mata
pencaharian. Badan Pusat Statistik merupakan badan yang memperjalas secara
angka keberadaan status sosial dan ekonomi masyarakat keseluruhan dari baik
buruknya suatu perusahaan pertambangan yang berada di daerah operasi
pertambangan.
5. PT. Aneka Tambang Kabupaten Halmahera Timur, merupakan perusahaan non
permerintah yang merupakan perusahan pertambangan yang tugas pokoknya
mengontrol dan membuat kebijakan keputusan perusahaan yang berhubungan
dengan pertambangan dan energi. PT. Aneka Tambang, dalam hal ini sebagai
perusahan yang membantu pemerintah dalam mengontrol dan pengaturan
dalam sistem perusahaan pertambangan yang masuk di daerah untuk
melakukan penambangan.
6. PT. ARA sebagai perusahan pertambangan nikel yang berada di lokas
pemukiman penduduk, dalam hal ini sebagai perushaan pertambangan yang
memilki ijin penambangan, dengan menjalankan tugas pokok sebagai
perusahaan, sebagai perusahaan pertambangan yang berhubungan dengan
sosial, ekonomi dan ekologi yang berada di wilayah pertambangan, harus
melakasanakan tanggungjawabnya untuk dapat menjalankan perekonomian
masyarakat yang berada disekitar pertambangan dengan baik, dan menjaga
kelestarian ekologi yang berada di lokasi penambangan. PT ARA dalam hal ini
sebagai pusahaan pertambangan selain menjalankan tugas pokok sebagai suatu
perusahaan, perusahaan ARA juga harus siap membayar ketidak nyamanan
yang apabila terjadi di masyarakat lokasi penambangan.
7. Pemerintah kecamatan, dalam hal ini Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera
Timur dalam hubungannya dengan pertambangan nikel yang berada pada
wilayah kepemimpinan, selain menjalankan tugas pokok sebagai pemangku
pemberi kebijakan di tingkat kecamatan. Pemerintah kecamatan dalam
perannya terhadap berdiri dan operasinya suatu tambang nikel, aspek
kepentingan yang harus diberikan diperoleh dari pertambangan adalah aspek
ekonomi, pendidikan sebagai manfaat dengan adanya pertambangan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan fasilitas pendidikan
untuk memenuhi standar pendidikan yang baik.
8. Pemerintah desa, dalam hal ini berada di Kecamatan Wasile Kabupaten
Halmahera Timur, yang mempunyai tugas pokok pemberi kebijakan dalam
garis wilayah kekuasaan yang diberikan tanggungjawab oleh pemerintah
daerah. Pemerintah desa dalam perannya terhadap pertambangan nikel, tidak
jauh bedanya dengan pemerintah kecamatan.
9. Tenaga kerja tambang, dalam hal ini selaku pekerja yang berasal dari
Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Peran tenaga kerja dalam
perusahaan pertambangan nikel,sebagai pelaksana tugas pokok sebagai
pekerja.