20
Disusun Oleh: TIM TIM BIMTEK LABORAN 2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN MENENGAH 2012

5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

Disusun Oleh: TIM TIM BIMTEK LABORAN 2012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN MENENGAH

2012

Page 2: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

1

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM FISIKA

Kecelakaan di laboratorium fisika terjadi bukan saja karena kurang

memperhatikan tata tertib secara umum bekerja di laboratorium akan tetapi

juga karena kurangnya pemahaman terhadap cara memperlakukan alat dan

bahan fisika yang hendak dipergunakan. Oleh karena itu, pada saat siswa mau

melakukan percobaan sebaiknya guru lebih dulu memberikan penjelasan cara

menggunakan alat dan bahannya.

Kecelakaan yang terjadi di laboratorium biasanya diakibatkan ketidaksiapan kita

dalam menghadapinya. Akibat ketidaksiapan adalah kepanikan yang dapat

dapat berakibat lebih fatal. Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan pada

pekerjaan apapun. Dilaboratorium fisika kecelakaan lebih sering terjadi

disebabkan oleh alat-alat dan bahan/zat fisika. Karena alat-alat fisika pada

umumnya terbuat dari kaca/logam, perlu dilakukan antisipasi supaya

kecelakaan dapat dihindarkan. Pencegahan kecelakaan lebih utama daripada

merawatnya setelah terjadi kecelakaan

Laboratorium yang dikelola dengan baik merupakan tempat bekerja yang aman

jika pemakai laboratorium mengikuti aturan dan tata tertib yang berlaku. Disiplin

yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara keselamatan

di laboratorium.

A. Penyebab Kecelakaan di Laboratorium

Kecelakaan di laboratorium fisika dapat terjadi karena hal-hal berikut:

1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan,

proses, dan alat yang digunakan.

2. Kurangnya petunjuk atau intruksi atau supervisi dari guru.

3. Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.

4. Tidak memperhatikan sikap yang baik waktu bekerja di laboratorium.

Page 3: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

2

Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dan ditaati oleh seluruh pengguna

ketika bekerja di laboratorium untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan di

laboratorium antara lain.

1. Atur tempat kerja serapi mungkin; hindarkan lorong yang sesak, dan kertas

tersebar dimana-mana.

2. Atur penyimpanan zat, alat besar dan berat serta kotak obat dan bahan-

bahan lainny. Upayakan untuk meletakkan kemasan besar dan berat di

tempat yang lebih rendah.

3. Sebelum praktikum dimulai, informasikan kepada pengguna laboratorium

tempat dan cara penggunaan perlengkapan darurat seperti bahan P3K,

pemadam kebakaran dan pencuci mata.

4. Biasakan untuk menggunakan alat pelindung yang sesuai setiap

melaksanakan percobaan di laboratorium.

5. Berilah penjelasan dan peringatan kepada pengguna laboratorium sebelum

percobaan dimulai; kemungkinan-kemungkinan bahaya yang dapat terjadi

serta cara menanganinya jika terjadi kecelakaan di laboratorium.

6. Siapkan tempat pembuangan khusus untuk cairan, kaca, sobekan

kain/kertas, dan lain sebagainya.

7. Ingatkan siswa supaya tenang jika terjadi kecelakaan; segera melaporkan

kepada guru pembimbing jika ada yang terluka.

8. Gunakan jas laboratorium setiap melaksanakan praktikum di laboratorium.

B. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan

Pencegahan kecelakaan di laboratorium dilakukan oleh :

1. Staf laboratorium menyediakan alat-alat dan memelihara keamanan dan

keselamatan bekerja di laboratorium.

2. Guru memberikan perintah yang penting kepada siswa mengenai

keamanan dan keselamatan dan memperhatikan cara mereka bekerja.

3. Siswa memperhatikan tata tertib, serta menghindari bahaya-bahaya dari

bahan-bahan fisika.

Page 4: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

3

C. Jenis-jenis Kecelakaan di laboratorium

Pada saat kegiatan praktikum di laboratorium fisika berlangsung, mungkin saja

terjadi kecelakaan yang disebabkan kelalaian penggunanya. Hal tersebut

tentunya akan menghambat pelaksanaan praktikum yang harus segera

ditanggulangi. Beberapa jenis kecelakaan yang dapat terjadi di laboratorium

fisika, antara lain :

1. Luka ringan, disebabkan terkena pecahan kaca dan atau tertusuk oleh

benda-benda tajam lain.

2. Luka bakar, disebabkan tersentuh api atau benda panas lain dan oleh

bahan fisika tertentu, seperti natrium.

3. Kejutan listrik, disebabkan tersentuhnya kabel yang terkelupas pada saat

menggunakan listrik bertegangan tinggi

4. Kebakaran, disebabkan terbakarnya bahan yang mudah terbakar atau dapat

juga disebabkan oleh arus pendek.

D. Penyebab Kecelakaan dan Cara Penanganannya

1. Luka Ringan

a. Luka pada kulit

Luka pada bagian kulit disebabkan oleh benda tajam. Salah satu penyebabnya

adalah pecahnya pipa kaca atau termometer pada saat dipasang pada sumbat

karet/gabus. Untuk menghindarkan kecelakaan yang disebabkan hal tersebut,

basahilah sumbat karet/gabus dengan air sebelum pipa kaca atau termometer

dipasangkan. Selain itu, gunakan lap untuk melindungi tangan pada saat

memasangkan pipa kaca/termometer pada sumbat karet/gabus.

Berikut ini gambar cara memasang pipa kaca atau termometer pada sumbat

gabus/karet.

Page 5: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

4

Benar Salah

Gambar 6.1 Cara memasang pipa kaca atau termometer yang benar dan yang

salah

Penanganan luka pada kulit yang diakibatkan oleh pecahnya pipa kaca atau

termometer harus dilakukan secara berhati-hati. Jika luka pada kulit terdapat

pecahan kaca, bersihkan luka tersebut dengan menggunakan pinset dan

kapas steril. Setelah luka benar-benar bersih, tutuplah bagian yang terluka

dengan menggunakan plester dan kasa steril. Untuk luka pada kulit yang agak

dalam, bawalah penderita dengan segera ke rumah sakit supaya ditangani lebih

jauh oleh dokter.

b. Luka Pada Mata

Luka pada mata akibat kecelakaan di laboratorium dapat terjadi bila terkena

percikan asam atau basa, percikan zat-zat lainnya, atau terkena pecahan

kaca. Biasakan untuk menggunakan alat pelindung pada saat bekerja dengan

menggunakan zat kimia. Beberapa jenis alat pelindung yang disarankan untuk

digunakan pada saat bekerja di laboratorium adalah sarung tangan, jas

laboratorium, dan kaca mata.

Gambar 6.2 Untuk menghindari percikan zat kimia atau pecahan kaca

sebaiknya menggunakan kaca mata

Page 6: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

5

Luka karena benda asing/pecahan kaca

Jika mata terkena pecahan kaca kaca, ambil kaca yang menempel yang

menempel pada mata dengan hati-hati tetapi jika menancap kuat, jangan

sekali-kali mengambilnya, hanya dokter yang dapat mengambilnya.

Beberapa upaya pencegahan terhadap luka ketika akan melakukan kegiatan di

laboratorium fisika :

1. Gunakan lap untuk melindungi tangan jika memasukkan pipa

kaca/termometer ke dalam sumbat gabus/karet; supaya lebih mudah, basahi

lubang sumbat dengan air.

2. Gunakan tabung reaksi yang tahan panas ketika memanaskan zat.

3. Gunakan alat-alat pelindung mata dan badan pada saat bekerja dengan zat

yang beracun dan berbahaya.

4. Terbakar

Tubuh/kulit terbakar dapat disebabkan oleh benda panas atau karena zat kimia.

Terbakar karena benda panas.

Terbakar karena benda panas dapat terjadi akibat kontak dengan gelas/logam

panas. Jika kulit yang terbakar memerah, olesi dengan salep minyak ikan atau

levertan. Jika terbakarnya diakibatkan terkena api dan penderita merasa nyeri,

tindakan yang dapat dilakukan adalah mencelupkan bagian yang terbakar ke

dalam air es secepat mungkin atau kompres agar rasa nyeri berkurang,

kemudian bawa penderita ke dokter.

5. Kebakaran

Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di laboratorium

dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar atau

kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api.

Untuk menghindari hal tersebut:

a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak.

Page 7: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

6

b. Jauhkan alat/bahan yang mudah terbakar seperti kertas, alkohol, atau

spirtus dari sumber api yang akan digunakan.

c. Mintalah siswa perempuan yang berambut panjang untuk mengikat

rambutnya.

d. Jika terjadi kebakaran, gunakan alat pemadam kebakaran dengan benar.

Tinjauan secara fisika, api terjadi karena adanya proses oksidasi gas yang

berlangsung “hebat” diikuti dengan pelepasan energi yang besar sehingga gas

yang bereaksi memancarkan cahaya. Api atau kebakaran dapat terjadi karena

adanya tiga faktor penyebab kebakaran yang serentak terpenuhi secara

bersamaan. Adapun ketiga faktor penyebab kebakaran tersebut adalah:

a. Bahan bakar, yaitu bahan yang dapat bereaksi hebat dengan oksigen, yang

menimbulkan gejala berupa api. Bahan bakar dapat berupa zat padat, zat

cair, atau gas.

b. Oksigen biasanya dari udara ( 1/5 bagian udara adalah oksigen) tetapi

dapat juga berasal dari bahan kimia yang bereaksi sambil menghasilkan

oksigen. Oksigen inilah yang nantinya bersenyawa (bereaksi) dengan

bahan bakar, jika suhu mencapai titik tertentu. Tanpa adanya oksigen,

kebakaran tidak dapat terjadi.

c. Kalor, kalor yang cukup sehingga suhu naik mencapai suhu tertentu yang

disebut suhu penyulutan (ignition temperature). Di bawah suhu tersebut

reaksi oksidasi disertai cahaya/api tidak akan terjadi. Setelah terjadinya

reaksi, berarti energi kalor yang ditimbulkan oleh reaksi sudah mencukupi

untuk mempertahankan reaksi, yang berarti mempertahankan kebakaran.

Reaksi atau dalam hal ini kebakaran baru akan berhenti jika bahan bakar

atau oksigen habis.

Page 8: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

7

Ketiga faktor tersebut di atas secara skema digambarkan sebagai “Segitiga

api”.

Gambar 6.3 Segitiga api

Berdasarkan konsep segitiga api di atas pada dasarnya memadamkan api

adalah menghilangkan salah satu (atau lebih dari satu) dari ketiga faktor yang

memungkinkan timbulnya api, yaitu:

a. Menghentikan pasokan bahan bakar.

b. Menurunkan suhu sampai di bawah suhu penyulutan.

c. Menghentikan pasokan oksigen.

Jika di laboratorium terjadi kebakaran, kita harus segera mengatasinya secara

cepat dan upayakan tidak terjadi kepanikan. Gunakan alat pemadam kebakaran

yang telah disediakan secara tepat. Arahkan semburan dari pemadam

kebakaran tepat di pusat api.

Beberapa hal yang harus diperhatikan/dilakukan jika terjadi kebakaran adalah

sebagai berikut:

a. Jika baju/pakaian yang terbakar, korban harus merebahkan dirinya sambil

berguling-guling. Jika ada selimut tutuplah pada apinya agar cepat padam.

Jangan sekali-kali korban tersebut berlari-lari karena akan memungkinkan

terjadinya kebakaran yang lebih besar.

b. Jika terjadi kebakaran kecil misalnya terbakarnya larutan dalam gelas fisika

atau dalam penangas, tutuplah bagian yang terkena api dengan karung atau

kain basah.

Suhu

yang tinggi

Bahan

mudah terbakar

oksigen

Page 9: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

8

c. Jika terjadi kebakaran yang besar, gunakan alat pemadam kebakaran;

secepatnya matikan sumber-sumber yang dapat menimbulkan api, misalnya

listrik, gas, kompor, jauhkan pula bahan-bahan yang mudah terbakar dari

sumber api.

d. Jika terjadi kebakaran yang ditimbulkan oleh pelarut yang mudah terbakar

misalnya: minyak tanah, bensin, solar, alkohol, spirtus, tiner, untuk

memadamkannya gunakanlah pasir atau tabung pemadam kebakaran.

Penggunaan air untuk memadamkan api yang ditimbulkan oleh pelarut

organik akan menyebabkan semakin besar karena api menjadi semakin

menyebar.

a. Klasifikasi Kebakaran

Kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas

1) KELAS A, merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan-bahan

“biasa” yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, karet, dan plastik.

2) KELAS B, merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan yang mudah

terbakar, misalnya: minyak tanah, bensin, alkohol, spirtus, solar, dan oli.

3) KELAS C, kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik.

4) KELAS D, kebakaran berasal dari logam (metal) yang mudah terbakar

seperti natrium, kalium, dan magnesium.

b. Jenis- jenis Pemadam Kebakaran

Di setiap laboratorium seharusnya disiapkan alat pemadam kebakaran yang

dapat di bawa-bawa atau dipindah-pindah. Alat pemadam tersebut sebaiknya

diletakkan di tembok yang mudah dijangkau; sehingga mudah diambil jika alat

tersebut diperlukan.

Penggunaan jenis pemadam kebakaran bergantung pada bahan yang terbakar.

Jika bahan yang terbakar berbeda maka akan berbeda pula penggunaan jenis

pemadam kebakarannya. Sekarang sudah tersedia alat pemadam kebakaran

yang bisa mengatasi kebakaran dari berbagai sifat bahan yang terbakar. Alat

pemadam kebakaran seperti ini dinamakan alat pemadam kebakaran “Multy

purpose”.

Page 10: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

9

Berikut ini beberapa model alat pemadam jenis tabung.

Gambar 6.4 Tabung Pemadam kebakaran

Untuk menambah wawasan guru dan siswa, selain pemadam kebakaran jenis

“Multy purpose”. Masih ada beberapa jenis pemadam kebakaran yang paling

tepat untuk memadamkan sesuai sifat bahan yang terbakar.

Berikut ini beberapa jenis alat pemadam kebakaran.

Pemadam Kebakaran Jenis Air

Pemadam kebakaran jenis air bekerja atas dasar pendinginan. Suhu kebakaran

dapat dihentikan/diturunkan. Bentuk sederhana dari pemadam kebakaran jenis

air adalah air yang disiramkan dengan menggunakan ember. Ada juga alat

pemadam kebakaran jenis air yang tersimpan dalam tabung atau silinder; alat

pemadam kebakaran jenis ini berbentuk tabung yang berisi kira-kira 10 liter air.

Di dalam tabung tersebut terdapat silinder lain yang berisi karbondioksida yang

bertekanan tinggi. Pada saat digunakan, silinder yang berisi karbondioksida

dibocorkan dengan jalan ditusuk sehingga karbondioksida akan mendorong air

keluar dengan deras. Alat pemadam kebakaran sejenis ini hanya untuk sekali

pakai saja; artinya sekali dijalankan, semprotan air itu tidak dapat dihentikan

sebelum air benar-benar habis.

Ada pula alat pemadam kebakaran jenis air yang menggunakan larutan natrium

bikarbonat (NaHCO3) yang disimpan dalam tabung logam. Dalam tabung logam

Page 11: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

10

tersebut terdapat pula asam sulfat yang ditempatkan dalam satu wadah. Ketika

digunakan, asam sulfat bereaksi dengan natrium bikarbonat dan menimbulkan

karbondioksida. Karbondioksida yang dihasilkan mengalir melalui selang

dengan deras sehingga api menjadi padam.

Pemadam kebakaran Jenis Karbondioksida

Pemadam kebakaran jenis ini bekerja atas dasar mengurangi atau membatasi

kontak oksigen dengan benda yang terbakar. Karena massa jenis

karbondioksida lebih besar daripada massa jenis udara, maka gas ini dapat

membentuk suatu selimut yang mencegah bahan bakar berhubungan dengan

udara (oksigen).

Tabung ini dilengkapi dengan penyalur/selang gas yang ujungnya berbentuk

corong yang terbuat dari plastik/karet. Melalui corong ini gas diarahkan ke api

yang hendak dipadamkan. Semprotan gas karbondioksida ini sangat dingin dan

dapat memberkukan uap air di udara yang melewati gas itu, sehingga terbentuk

sejenis kabut putih., kabut ini berfungsi menghalangi oksigen berhubungan

dengan bahan bakar.

Pemadam Kebakaran Jenis Busa

Alat pemadam kebakaran jenis busa mengandung larutan bahan-bahan yang

bila bercampur/bereaksi dapat menimbulkan busa. Busa tersebut dapat

menghalangi adanya hubungan antara udara (oksigen) dengan bahan bakar.

Dalam hal ini terjadi sedikit pendinginan agar berhasil memadamkan api, dalam

pelaksanaannya lapisan busa yang menutupi api tidak terputus-putus. Jadi

bahan bakar itu betul-betul terselimuti dengan l apisan busa, sehingga bahan

bakar dapat terisolasi dari oksigen di udara.

Pemadam Kebakaran Jenis Serbuk

Serbuk yang digunakan adalah pasir atau bahan fisika kering, yaitu natrium

bikarbonat. Jenis pemadam kebakaran ini merupakan pemadam kebakaran

Page 12: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

11

yang paling sederhana. Penggunaannya adalah dengan disiramkan langsung

pada nyala api sampai tertimbun sehingga udara tidak dapat masuk ke bahan

yang sedang terbakar

Lapisan natrium bikarbonat menyelimuti api saat karbondioksida mendorongnya

keluar. Karbondioksida keluar karena picu ditekan. Pemanasan terhadap

natrium bikarbonat oleh api yang ada menyebabkan terjadinya karbondioksida.

Persamaan Reaksi:

2NaHCO3 Na2CO3 + H2O + CO2

Catatan

“Perlu selalu tersedia pasir di laboratorium fisika untuk digunakan sewaktu- waktu

ketika diperlukan”

Pemadam Kebakaran Jenis Selimut

Selimut yang paling sederhana yang dapat digunakan adalah memadamkan

kebakaran ialah karung/kain basah. Selimut ini ditutupkan pada nyala yang

hendak dipadamkan, dengan demikian penyediaan oksigen dihentikan. Selain

karung/kain dapat pula digunakan bahan serat yang tahan api.

Selimut pemadam kebakaran, kebanyakan terbuat dari bahan kaca serat (fiber

glass) yang bersifat agak lemas. Selimut yang terbuat dari asbes tidak

digunakan lagi karena dapat menimbulkan kanker jika terhirup serat-seratnya.

E. Mengoperasikan alat Pemadam Kebakaran Jenis tabung

Perlu diketahui bahwa alat-alat pemadam kebakaran yang telah dibahas hanya

mampu memadamkan kebakaran-kebakaran kecil saja dan sekali pakai.

Kebakaran besar harus ditangani oleh unit-unit pemadam kebakaran.

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam mengoperasikan alat pemadam

kebakaran jenis tabung, sebagai berikut.

1) Alat

Perangkat tabung pemadam kebakaran jenis multy purpose terbuat dari logam

dengan komponen pemadan kebakaran sebagai berikut

1) tabung, tempat menyimpan serbuk zat, di dalamnya terdapat pula tabung

gas yang berisi CO2

Page 13: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

12

2) alat picu

3) kunci pengaman

4) slang karet/plastik

5) Bahan

Tabung pemadam kebakaran berisi serbuk Natriumbikarbonat ( NaHCO3), dan

gas karbondioksida (CO2 )

2) Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Hati-hati ketika menggunakan alat pemadam kebakaran, karena serbuk yang

dikeluarkan dapat menyebabkan iritasi pada mata maupun hidung.

Langkah Kerja

a) lepaskan slang karet dari dinding tabung alat pemadam

b) cabut kunci pengaman pada tangki alat pemadam

Page 14: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

13

c) Arahkan slang pada titik apinya

d) Tekan picu tabung bersamaan dengan arah slang sambil badan

bergerak memutar mengelilingi api

Page 15: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

14

2) Menggunakan pemadam jenis selimut

d. Memilih Pemadam Sesuai dengan jenis/kelas Kebakaran

Kebakaran kelas A

Bahan yang terbakar adalah bahan yang mengandung karbon seperti kayu,

kertas, plastik, dan karet.

Untuk mengatasinya gunakan alat pemadam kebakaran air, serbuk kering, atau

selimut api. Jika ada resiko bahaya listrik, pemadam kebakaran jenis air jangan

digunakan karena dapat mengakibatkan aliran listrik.

Kebakaran kelas B

kebakaran berasal dari bahan yang mudah terbakar meliputi zat cair, misalnya

minyak tanah, bensin, alkohol, atau spirtus.

Page 16: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

15

Untuk mengatasi timbulnya kebakaran oleh zat tersebut, gunakan pemadam

kebakaran jenis busa, karbondioksida, serbuk kering, selimut api, atau pasir.

Jangan menggunakan busa jika ada kemungkinan resiko bahaya listrik dan

jangan sekali-kali menggunakan air.

Kebakaran kelas C

Kebakaran yang disebabkan listrik. Untuk mengatasinya pertama matikan

saklar utama dengan maksud memadamkan arus yang mengalir melalui saklar.

Selanjutnya gunakan pemadam jenis karbondioksida. Jangan sekali-kali

menggunakan air, sebab air dapat menghantarkan arus listrik sehingga akan

membahayakan bagi penolong kebakaran.

Kebakaran kelas D

Bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen sehingga menimbulkan

kebakaran meliputi logam (metal) misalnya natrium, kalium, dan magnesium.

Untuk mengatasinya gunakan pasir atau selimut api.

F. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (PPPK)

Tujuan utama PPPK adalah mengupayakan agar pasien merasa aman dan

nyaman, serta untuk menghindari memburuknya keadaan pasien sebelum

mendapat pertolongan dokter. Oleh karena itu langkah-langkah pertolongan

pertama perlu diupayakan agar kesehatan pasien tidak menjadi semakin buruk.

Keadaan yang memerlukan pertolongan pertama adalah

a. mengalami pendarahan yang hebat

b. sesak nafas,

c. mengalami luka dimata

d. keadaan shock

Untuk memudahkan pelaksanakan dari pertolongan pertama pada kecelakaan

(PPPK) maka perlu disediakan kotak PPPK beserta isinya berupa obat-obatan

dan perlengkapan lainnya. Adapun isi kotak PPPK adalah sebagai berikut:

1. Kain kasa steril

Page 17: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

16

2. Pembalut luka dari berbagai ukuran

3. Kapas

4. Alat pencuci mata

5. Gunting

6. Peniti, pinset

7. Betadin

8. Obat gosok

9. Natrium Hidrogen karbonat (NaHCO3 1%)

10. Asam cuka 1%

11. Salep levertan, salep boor

12. Boorwater

13. Obat-obat pereda rasa sakit

G. Penggunaan Peralatan Kerja di Laboratorium dan Fungsinya

Untuk mencegah atau mengatasi terjadinya kecelakaan bila bekerja dengan

alat atau zat berbahaya, diperlukan alat-alat pelindung baik untuk melindungi

tubuh maupun untuk mengatasi bahaya kebakaran.

Peralatan untuk keselamatan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok

sebagai berikut:

1. Alat yang digunakan sebagai pelindung bagian tubuh, misalnya:

a. Kacamata pelindung

b. Sarung tangan

c. Jas laboratorium

d. Masker/penutup hidung

2. Alat yang digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi kecelakaan

yang tidak biasa, misalnya:

a. Pemadam kebakaran

b. Botol pencuci mata

Sarung Tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat membuat larutan atau

menuangkan zat yang pekat sehingga tidak mengenai tangan. Sarung tangan

Page 18: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

17

digunakan pula pada saat memasukkan pipa kaca pada sumbat karet atau

gabus.

Jas Laboratorium

Jas laboratorium digunakan pada saat bekerja di laboratorium. Untuk

menghindari percikan zat/asam mengenai pakaian atau bagian tubuh.

Masker/Penutup Hidung

Masker/penutup hidung dipergunakan pada saat membuat larutan atau gas

yang dapat memedihkan hidung.

Page 19: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

18

DAFTAR PUSTAKA

Andrew,H.G dkk; 1976. Safeguards in the School Laboratoriumoratory;

Association for Scince Education.

Anna Poedjiadi. (1984). Buku Pedoman Praktikum dan Manual Alat

Laboratorium Pendidikan Fisika. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Archenhold W.F et al. 1978. School Science Laboratoriumoratories, A

handbook of design, management and organization, London:

John Murray

Bartholomew, Rolland B and Crawlwey, Frank E, 1980, Science

Laboratoriumoratory

Brown, Byron C. (2004). Enviromental Health and Safety. Medical College of

Georgia.

Corder, Antony, 1988 Teknik Manajemen Pemeliharaan ( diterjjemahkan oleh

Kusnul Hadi). Jakarta Erlangga

Creedy, John. (1978). A Laboratoriumoratory Manual for Schools and Colleges.

London : Heinemann Education Books Limited.

Curran, Gregory L. (2001). Science Help Online Chemistry. Fordham

Preparatory School.

Dana, Charles A. (2002). Science Facilities Standards. Texas Education

Agency.

Depdilbud. (1993). Buku Katalog Alat Laboratorium IPA untuk SMP dan SMA.

Jakarta : Dikmenum.

Djupripadmawinata, et al. (1981). Pengelolaan Laboratorium IPA-II (Lanjutan).

Jakarta : P3G.

Education Department. (1995). Science Laboratoriumoratories. Physical and

Biological Sciences Section Advisory Inspectorate.

Page 20: 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika

19

Grover, Fred and Wallace, Peter. (1979). Laboratoriumoratory Organization and

Management. London : Butterworths.

Hawkins, M.D. 1983. Technick Safety Laboratoriumoratory Practice, London:

Easelt Ltd

Herliawatie,Lenny. 1990.” Cara Membuang Limbah Fisika” Makalah; Bandung:

PPPG IPA

Hernandez, Sonia, et al. (1999). Science Safety Handbook for California Public

School. Sacramento : California Department of Education.

Kartoyo, et all 1978 Laboratoriumoratory management and Techniques for

scihool and colleges, Kualalumpur : Anthonian (RECSAM)

Medical College of Georgia. (2001). Chemical Saftey Guide for

Laboratoriumoratories. Environmental Health & Saftey Division.

Moejadi, dkk. 1985. Petunjuk Pengelolaan Laboratorium Fisika Untuk SMA,

Jakarta : Depdibud.

Moh. Amien. (1984). Buku Pedoman Praktikum dan Manual Laboratorium

Pendidikan IPA Umum (General Science). Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Mohamad, Kartono. 1983. Pertolongan Pertama; Jakarta : PT. Gramedia.

Momo Rosbiono (2004). Modul Pengadministrasian Alat dan Bahan Fisika,

Jakarta: Dikmenjur.

Sarosa Purwadi dan Tobing, R.L., eds. Moedjiadi et al. (1981). Pengelolan

Laboratorium IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Soendjojo Dirdjosoemarto dan Iswojo PIA. (1985). Pengelolaan Laboratorium

IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.