48
1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan,mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus, artinya biota ini tidak dapat melawan arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaringan makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem rantai makanan dan jaring makanan tersebut (Ferianti, 2007). Berdasarkan habitatnya plankton ditemui hidup di perairan, baik di sungai, danau, waduk, maupun di perairan payau dan laut. Plankton ini ada yang bergerak aktif sendiri seperti hewan yang disebut dengan zooplankton (plankton hewan), dan ada juga plankton yang dapat berfotosintesis seperti tumbuhan di darat, kelompok ini disebut dengan fitoplankton (plankton nabati) (Ferianti, 2007). Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut ultraplankton ukurannya < 0.005 mm atau 5 mikron, seperti bakteri dan diatom kecil, sampai nanoplankton yang berukuran 60-70 mikron. Nanoplankton terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan jaring plankton biasa dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara mengambil jumlah besar air laut (Kasijan dkk,2004). Plankton umumnya berukuran sangat kecil dan jumlahnya banyak, oleh karena itu pengambilan sample plankton harus dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menyaring air sedemikian rupa sehingga plankton yang tersaring cukup jumlahnya untuk dianalisis.Untuk keperluan ini alat khusus yang biasa digunakan adalah jaring plankton atau plankton net. Setiap mata jaring yang digunakan ukurannya (mesh-size) harus berbeda, tergantung dari plankton yang akan dikumpulkan, apakah itu fitoplankton atau zooplankton. Jika yang diinginkan fitoplankton,maka ukuran mata jaring harus kecil, sedemikian sebaliknya untuk zooplankton. Sample plankton yang

53677049 Wahyu Laporan Plankton

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1I. PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan,mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa arus, artinya biota ini tidak dapat melawan arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaringan makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem rantai makanan dan jaring makanan tersebut (Ferianti, 2007).

    Berdasarkan habitatnya plankton ditemui hidup di perairan, baik di sungai, danau, waduk, maupun di perairan payau dan laut. Plankton ini ada yang bergerak aktif sendiri seperti hewan yang disebut dengan zooplankton (plankton hewan), dan ada juga plankton yang dapat berfotosintesis seperti tumbuhan di darat, kelompok ini disebut dengan fitoplankton (plankton nabati) (Ferianti, 2007).

    Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut ultraplankton ukurannya < 0.005 mm atau 5 mikron, seperti bakteri dan diatom kecil, sampai nanoplankton yang berukuran 60-70 mikron. Nanoplankton terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan jaring plankton biasa dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara mengambil jumlah besar air laut (Kasijan dkk,2004).

    Plankton umumnya berukuran sangat kecil dan jumlahnya banyak, oleh karena itu pengambilan sample plankton harus dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menyaring air sedemikian rupa sehingga plankton yang tersaring cukup jumlahnya untuk dianalisis.Untuk keperluan ini alat khusus yang biasa digunakan adalah jaring plankton atau plankton net. Setiap mata jaring yang digunakan ukurannya (mesh-size) harus berbeda, tergantung dari plankton yang akan dikumpulkan, apakah itu fitoplankton atau zooplankton. Jika yang diinginkan fitoplankton,maka ukuran mata jaring harus kecil, sedemikian sebaliknya untuk zooplankton. Sample plankton yang

  • 2didapat dapat diawetkan dengan menggunakan formalin dan disimpan didalam suhu yang rendah (Kasijan dkk, 2004).

    Fitoplankton adalah mikroorganisme nabati yang hidup melayang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak sehingga keberadaanya dipengaruhi oleh gerakan air, serta mampu berfotosintesis. Kemampuan fitoplankton melakukan fotosintesis karena sel tubuhnya mengandung klorofil. Klorofil berfungsi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organic dengan bantuan sinar matahari. Zat anorganik yang dihasilkan dipergunakan untuk kebutuhan dirinya sendiri dan untuk kebutuhan organisme air lainnya (Kasijan dkk, 2004).

    Salah satu sifat khas fitoplankton adalah dapat berkembang secara berlipat ganda dalam jangka waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi, melimpah dan terhampar luas. Kelimpahan fitoplankton yang terkandung didalam air laut akan menentukan kesuburan suatu perairan. Oleh karena itu, fitoplankton dapat digunakan sebagai jenis bio-indikator dari kondisi lingkungan perairan (Juwana, 2004).

    Zooplankton yang hidup di laut sangat beraneka ragam, yang terdiri atas berbagai bentuk larva dan bentuk dewasa yang dimiliki hampir seluruh filum hewan. Namun yang paling menonjol adalah Crustacea planktonik. Apabila ditinjau dari aspek ekologis, anggota crustacean yang paling penting adalah copepoda (Juwana, 2004).

    1.2 TujuanBio-indikator dalam menentukan kesuburan dalam suatu

    perairan dapat dilihat dari ada atau tidak adanya plankton yang hidup dalam perairan tersebut. Sehingga tujuan dari praktikum ini adalah:

    1. Mengenal dan mempelajari struktur komunitas plankton perairan umum (tawar, payau, asin, tambak, pollder, pemancingan umum, sungai tercemar tergantung ketersedian lokasi);

    2. Menerapkan teknik pengambilan sample plankton secara pasif di beberapa badan air (danau, muara, pesisir, sungai-tergantung ketersedian lokasi);

  • 33. Menerapkan teknik pengelolaan sample plankton (pengambilan, pengawetan, penyimpanan di lapangan dan di laboratorium);

    4. Mengamati dan mengidentifikasi sampel plankton yang diperoleh;

    5. Menganalisa data yang didapat dari hasil pengamatan untuk mempelajari kaitan distribusi plankton dengan faktor-faktor lingkungan;

    6. Menerapkan teknik penetasan kisat Artemia sp;7. Mengamati bentuk-bentuk awal perkembangan instar dan

    nauplius Artemia;8. Mempelajari fase-fase perkembangan dalam siklus hidup

    Artemia;9. Mengetahui sifat, bentuk, dan morfologi beberapa jenis

    Fitoplankton dan Zooplankton.

    1.3. Waktu dan Tempat Praktikum Planktonologi ini dilakukan dalam dua acara, yaitu :

    Acara pertama Acara pertama yang dilakukan adalah pengambilan

    sampel plankton yang dilakukan pada : Hari, tanggal : Minggu, 27 Maret 2011 Pukul : 11.00 WIB Lokasi : Pantai Marina, Semarang

    Acara kedua Acara kedua yang dilakukan adalah mengamati sifat,

    bentuk dan morfologi beberapa jenis fitoplankton dan zooplankton serta menganalisa data yang didapat dari hasil pengamatan, dilakukan pada:

    Hari, tanggal : Jumat, 8 April 2011 Pukul : 07.00 WIB Lokasi : Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro

  • 4 Acara ketiga dan keempat Acara ketiga dam keempat yang dilakukan adalah

    mengamati bentuk-bentuk awal perkembangan, pengamatan biakan Artemia sp dan perhitungan hatching rate serta penganatan microalgae dan Daphnia sp dilakukan pada:

    Hari, tanggal : Sabtu , 9 April 2011 Pukul : 07.00 WIB Lokasi : Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro

  • 5II.TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sampling Plankton2.1.1 Teknik Sampling Plankton

    Teknik pengambilan sampel plankton dilakukan secara pasif, tidak bergerak dimana pengambilan air sample dilakukan dengan menimba dan menuangkan air sample ke plankton net, yang kemudian sample diambil sesuai dengan volume yang diinginkan.

    Menurut (Juwana, 2004) teknik pengambilan sampel plankton yang dilakukan secara pasif adalah dengan menggunakan jaring plankton. Cara ini paling banyak digunakan sampai sekarang. Banyak jenis jaring plankton yang digunakan tapi bentuk dasarnya sama, berupa kerucut terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

    Gelang logam berbagai ukuran garis tengah

    Jaring terbuat dari kain nilon dengan ukuran mata jaring beragam sesuai peruntukkannya dan berbentuk kerucut, bagian dasarnya disambung dengan kain kanvas dan dilingkarkan pada gelang logam yang menjadi mulut jaring

    Dan bagian ujungnya disambungkan pada kantung atau tabung pengumpul plankton. Tali penarik jaring diikatkan ke ketiga telinga pada gelang logam.

    2.1.2 Teknik Identifikasi Plankton

    Teknik identifikasi plankton dilakukan dengan cara pengamatan secara kualitatif melalui pencacahan sampel plankton dengan menggunakan Sedwidck Rafter counting Cell, dimana sampel diteteskan dengan menggunakan pipet. Kapasitas Sedwidck Rafter

  • 6Counting Cell adalah 1ml untuk diamati dengan mikroskop. Pengamatan dilakukan dengan metode zig-zag menggunakan 3 garis pandang ( 1 Sedwidck rafter = 8 garis pandang ) yaitu mengamati bagian atas, tengah, bawah. Selanjutnya diidentifikasi dengan mikroskop dengan perbesaran 10x10 atau 10x45 (Ferianti, 2007). Dalam mencacah Fitoplankton dihitung persel bukan perrantai (rangkaian) karena rangkaianya mudah putus dan hasil cacahan dinyatakan dalam sel/liter. Pencacahan zooplankton berdasarkan jumlah individu yang terlihat. Kemudian identifikasi jenis plankton dengan menggunakan buku pendoman identifikasi plankton dari literatur atu buku ident palankton yang ada (Ferianti, 2007). Menurut (Ferianti,2007) dalam mengidentifikasi plankton ada lima hal yang perlu diperhatikan yaitu:

    1. Flagella2. Warna3. Dinding sel4. koloni/soliter5. bentuk tubuh

    2.2 Parameter Fisika 2.2.1 Kecerahan

    Keberadaan plankton dalam suatu badan periran dipengaruhi oleh faktor fisika,kimia,dan biologi perairan tersebut (Odum,1071). Perkembangan fitoplankton sangat ditentukan oleh intensitas sinar matahari, temperatur,unsur hara, dan tipe komunitas fitoplankton (Rosen, 2003).

    Kecerahan sangat mempengaruhi keberadaan plankton, karena sinar matahari yang masuk dibutuhkan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis dan hasilnya dapat digunakan sendiri dan berguna bagi zooplankton. Kecerahan menanadai kuantitas dari kekeruhan, sehingga interaksi antara kekeruhan dengan kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga produktivitas palnkton akan menurun (Rosen, 2003). 2.2.2 Kedalaman

    Produktivitas perairan yang tinggi hanya terjadi pada lapisan perairan bagian atas, dimana terdapat cukup sinar matahari untuk

  • 7proses sintesis dan produktivitas akan semakin menurun dengan semakin dalamnya perairan, karena intensitas cahaya matahari di lapisan tersebut berkurang (Ramdani, 2006).

    Kedalam sangat berpengaruh apakah masih ada fitopankton atau tidak, karena fitoplankton sangat membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis dan menghasilkan bahan-bahan organik yang nantinya akan digunakan oleh zooplankton dan dirinya sendiri.2.2.3. Suhu

    Suhu sangat mempengaruhi kondisi lingkungan penelitian, karena akan mempengaruhi dalam pendataan, suhu yaing baik berkisar 25C - 32C yaitu suhu daerah tropik. Plankton hidup dipermukaan perairan yang masih memungkinkan cahaya matahari dapat masuk dan membuat suhu udara dan suhu air menjadi hangat (Rosen, 2002). 2.2.4. Salinitas Faktor salinitas dalam perairan sangat berpengaruh terhadap kehidupan plankton air laut karena salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton di perairan air laut. Hal ini disebabkan oleh adanya daya toleransi yang berbeda antar spesies untuk hidup dan tumbuh dalam kisaran salinitas yang berbeda. Perairan di pesisir atau laut memiliki salinits yang cukup tinggi yang membuat banyak plankton hidup disana. Salinitas sangat berpengaruh terhadap habitat hidup plankton (Juwana, 2004).

    2.2.5 . Kecepatan ArusPlankton adalah mikroorganisme yang hidupnya melayang di

    perairan.Plankton sangat bergatung dengan arus air untuk bergerak. Arus memiliki peranan penting dalam sebaran holoplankton dan meroplankton. Arus biasa yang arahnya tetap dapat membawa larva plankton ke satu arah, dan arus bermanfaat menyebarkan larva atau plankton lainnya ke berbagai arah dari sumbernya (Juwana, 2004).

    2.3. Struktur Komunitas2.3.1. Kelimpahan Plankton

  • 8 Penentuan kelimpahan plankton dilakukan berdasarkan metode sapuan diatas gelas objek sedgwidck rafter. Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah sel/liter. Menurut (Ferianti, 2007) kelimpahan plankton dihitumg berdasarkan rumus :

    N =n x (Vr/Vo) x (1/Vs)Dengan :

    N = Jumlah sel per liter n = Jumlah sel yang diamati Vr = Volume air yang tersaring (ml) Vo = Volume air yang diamati (pada sedgwick rafter) (ml) Vs = Volume air yang disaring (L)

    2.3.2. Indeks keanekaragaman Menurut (Maheswara, 2003) indeks ini digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota perairan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan Shanon-Wiener, yaitu:

    H = =

    S

    nPiPi

    1

    ln

    Dengan:

    H = indeks keragaman jenis

    S = banyaknya jenis

    Pi = Nni

    N = jumlah total individu

    Kriteria:

    H

  • 9

    2.3.3. Indeks Keseragaman atau KemerataanIndeks ini menunjukkan pola sebaran biota, yaitu merata atau

    tidak.

    Jika nilai indeks kemerataam relatif tinggi maka keberdaan setiap jenis biota diperairan dalam kondisi merata (Ferianti, 2007)

    e = maksHH '

    Dengan :e = keseragaman jenis

    H maks = ln S

    S = jumlah jenis

    Nilai indeks berkisar antara 0-1

    e = 0, keseragaman antara spesies rendah, artinya kekayaan individu

    yang dimiliki masing- masing spesies sangat jauh berbeda.

    e = 1,keseragaman antarspesies relatif merata atau relatif sama.

    2.3.4. Indeks DominasiMenurut (Maheswara, 1997) untuk mengetahui adanya dominasi

    jenis tertentu diperairan dapat digunakan indeks dominasi Simpson dengan persamaan berikut :

    D = (ni/N)2

    Dimana :

    D = Indeks dominasi simpson

    ni = Jumlah individu jenis ke-i

    N = Jumlah total individu

    Indeks dominasi antara 0-1

    D=0 , berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil.

  • 10

    D=1 , berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologis.

    2.3. Kultur Artemia

    2.4.1. Siklus Hidup ArtemiaArtemia adalah salah satu jenis crustacea tingkat rendah yang

    termasuk kedalam Kingdom Animalia, filum Arthropoda, bangsa Anostraca, suku Artemidae, marga Artemia, dan Jenisnya Artemia salina.

    Artemia mengalami beberapa fase dalam daur hidupnya yakni :

    Kista : kista setelah dimasukkan dalam air laut (5%-70%). Akan mengalami hidrasi berbentuk bulat dan didalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif. Sekitar 24 jam kemudian cangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus oleh selaput.

    Nauplius : Beberapa saat setelah embrio muncul,selaput penetasan pecah dan muncul nauplius yang berenang bebas. Nauplius ini adalah larva stadium instar pertama, berwarna orange kecoklatan karena adanya kandungan kuning telur.

    Dewasa : Artemia dewasa dicirikan oleh adanya sepasang mata majemuk bertangkai, antena sensor, saluran pencernaan dan 11 pasang thoracopoda.

    Siklus hidup Artemia dipengaruhi oleh suhu dan salinitas sebagai faktor utama. Artemia hanya mampu bertahan pada salinitas tinggi antara 3-300 ppt dengan suhu antara 15-55 C. Waktu yang diperlukan untuk penetasan adalah 15-20 hari dengan suhu 28 C. 2.4.2. Kultur Artemia

    Ada dua cara kultur artemia yaitu dengan dekapsulisasi dan penetasan dengan menggunakan kaporit.

    2.4. Mikroalga dan Daphnia sp

    Menurut (Sardjito, 2001) mikroalga memiliki peranan penting dalam rantai makanan dan jaring makanan dalam sistem kehidupan perairan. Salah satu mikroalga yang paling penting dalam kehidupan periran adalah fitoplankton.

  • 11

    Fungsi fitoplankton diperairan sebagai makanan bagi zooplankton dan beberapa jenis ikan serta larva biota yang masih muda, Fitoplankton mengubah zat anorganik menjadi zat organik dan mengoksigenasi air.

    Beberapa contoh fitiplankton antara lain :

    Tetraselmis chuii, berupa organisme hijau motil, lebar 9-10 mm, panjang 12-14 mm, dengan 4 flagel yang tumbuh dari sebuah alur pada bagian belakng anterior sel. Sel-selnya bergerak dengan cepat air dan tampak bergoncang pada saat berenang. Ada empat cuping yang memanjang dan memiliki sebuah titik mata yang kemerah-merahan. Organisme ini adalah sumber makan yang paling populer untuk mengkultur rotifer, kerang, dan larva udang.

    Spirulina platensis, ganggang renik berwarna hijau kebiruan yang hidupnya tersebar luas dalam semua ekosistem, mencakup ekosistem darat dan ekosistem perairan yang meliputi tawar, payau, dan air laut.Sel-selnya berbentuk kolom yang membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix), sehingga disebut alga biru hijau berfilamen. Bentuk tubuhnya menyerupai benang yang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan diding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirullina sp hidup sendiri dan dapat bergerak dengan bebas.

    Chaetoceros calatrans, organisme ini merupakan sel tunggal dan dapat membentuk rantai menggunkan duri yang saling berhubungan dari sel yang berdekatan. Tubuh utama berbentuk seperti petri dish. Jika dilihat dari samping organisme ini berbentuk persegi dengan panjang 12-14 mm dan lebar 15-17 mm, dengan duri yang menonjol dari bagian pojok. Selnya dapat membentuk rantai sebanyak 10-20 sel dan mencapai panjang 200 mm. Populer sebagai pakan rotifer, kerang-kerangan, tiram,dan larva udang.

    Porphydium sp, merupakan organisme seluler berbentuk bola dengan diameter 7-12 mm. Diklasifikasikan sebagai salah satu spesies alga merah yang sederhana karena organisme ini tidak berreproduksi secara seksual dan memiliki glikogen sebagai

  • 12

    penyusun tempat penyimpanan. Alga ini digunakan pada lingkungan budidaya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat.

    Skletonema costatum, Merupakan organisme yang berbentuk membulat yang dihubungkan oleh untaian silika panjang satu dengan lainnya. Sel individu berukuran lebar 6-10 mm dan panjang 20-25 mm dengan cangkupan filamen mencapai panjang 500 mm berisi sekitar 15-20 sel. Organisme ini ditemukan juga diperairan muara pada salinitas 10 ppt dan merupakan genus plankton yang umum serta digunakan sebagai pakan dalam budidaya.

    III. MATERI DAN METODE

    3.1 Materi Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum planktonologi

    adalah sebagai berikut:

    3.1.1 Alat

  • 13

    Alat yang digunakan dalam praktikum planktonologi adalah sebagai berikut :

    Acara I Teknik Sampling PlanktonTabel 1 Alat yang digunakan pada saat sampling plankton

    No Nama Alat Ketelitian1. Botol plastik 20 ml2. Ember 20 L3. Gayung -4. Plankton net -5. Kertas label -6. Termometer air raksa -7. Salinometer _8. Secchi disc -9. Bola arus -10.

    Stopwatch -

    Tabel 2 Bahan yang digunakan pada acara sampling plankton

    No

    Bahan Fungsi

    1.Plankton (fitoplankton dan zooplankton)

    Bahan/sampel yang diamati

    2. Formalin 4% Pengawet sampel

    Acara II Struktur Komunitas PlanktonTabel 3 Alat yang digunakan pada Praktikum Planktonologi acara II

    No Nama Alat Fungsi1. Mikroskop Mengamati sampel

    2.Alat pencacah sedgwick rafter

    Menghitung sampel plankton

    3.Buku identifikasi plankton

    Mengidentifikasi plaknton

    4. Gelas penutup Menutup sedgwick rafter5. Pipet tetes Mengambil sampel awetan plankton6. Kalkulator Menghitung hasil pengamatan plankton

  • 14

    Tabel 4 Bahan yang digunakan pada Praktikum Planktonologi acara II

    No Bahan Fungsi1. Sampel awetan

    planktonBahan yang diamati

    Acara III Penetasan dan Kelulusan hidup Artemia sp dalam air lautTabel 5 Alat yang Digunakan Di praktikum Planktonologi Acara III

    No. Alat Kegunaan1. Sedgwick-rafter Menghitung jumlah plankton2. Mikroskop Mengamati preparat3. Termometer Mengukur suhu4. Refraktometer Mengukur salinitas5. Labu ukur Wadah zat cair6. Gelas ukur Wadah zat cair7. Erlenmeyer Wadah pada proses penetasan8. Beaker glass Wadah larutan

    9.Pipet tetes panjang

    Mengambil larutan

    10.

    Object glass dan cover

    Glass

    Menutup preparat

    11.Botol plastik jernih

    Tempat menyimpan sampel

    12.Aerator,selang plastik

    Mengairasi sampel

    13.Kantong plastik hitam

    Wadah sampah

    14.Lampu duduk 60 Watt

    Sebagai penerangan saat penetasan

    15. Rol kabel Menghubungkan arus listrik ke sumber16. Tissue gulung Membersihkan preparat

  • 15

    Tabel 6 Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Planktonologi Acara III

    No. Alat dan Bahan Kegunaan1. Air laut Sebagai media penetasan2. Aquades Sebagai media penetasan

    3.Kista kering

    Artemia spSebagai bahan yang diamati

    4. Alkohol 70% Sebagai desinfektan

    Acara IV Pengamatan Mikroalga dan Daphnia spTabel 7 Alat yang Didunakan pada Praktikum Planktonologi Acara IV

    No Alat Fungsi1. Mikroskop Mengamati Preparat2. Slide glass Menutup preparat3. Pipet tetes Mengambil sampel

    Tabel 8 Bahan yang digunakan dalam Praktikum Planktonologi Acara IV

    No

    BahanFungsi

    1. Microalgae (Tertaselmis , Isochrysis Galbana , Dunaliella Sp, Chorella Vulganis, Spirulina plantensis, Pophyridium Sp,

    Bahan yang dimati

  • 16

    Nitzschia, Thalasiosira, Skeletonema )

    2. Dhapnia sp Bahan yang dimati

    3.2 MetodeMetode yang dilakukan pada praktikum Planktonologi adalah sebagai berikut :

    3.2.1 Sampling Plankton

    a) pengambilan sampel plankton

    1. Mempelajari lokasi pengambilan sampel plakton, misalnya jarak dari badan tepi air, harus dapat dicapai pada segala musim sepanjang tahun, dan kondisi pasang surut saat pengambilan sampel.

    2. Menentukan titik-titik pengambilan sampel pada lokasi

    3. Bila pengambilan sampel masuk dalam air, usahakan bergerak secara perlahan-lahan, dan setelah sampai di lokasi berdiam diri sejena menunggu air jernih kembali.

    4. Botol penampung sampel dan jaring diletakkan didalam air.

    5. Menimba air dipermukaan dengan ember (10-20 L) dan dituangkan dengan hati-hati ke jaring plankton, usahakan seluruh volume air tersebut masuk dan tersaring dengan baik

    6. Mencermati dan mencatat berapa liter air yang dipekatkan (boleh kurang dari 100 L)

    7. Melepaskan botol penampung dari plankton net, kemudian sampel dituangkan dengan hati-hati dalam botol sampel, 2-3 tetes formalin 40% diteteskan kedalam botol sampel, ditutup rapat dan diberi label (keterangan kode lokasi, hari, tanggal, jam).

    8. Meletakkan botol sampel dalam wadah yang kuat dan terhindar dari sinar matahari.

    a) Pengukuran Parameter Fisika

    1. Mengukur temperatur air dan udara dengan menggunakan termometer air raksa.

  • 17

    2. Mengukur salinitas dengan menggunakan salinometer yang telah dikabrasi.

    3. Mengamati cuaca secara kualitatif, berawan, hujan, cerah, dan sebagainya.

    4. Mengukur kedalaman badan air dengan secchi disc.

    5. mengukur kecerahan badan air dengan secchi disc.

    6. Menentukan segmen badan air bebas yang cukup luasnya dan bersih dari obstruksi

    7. Mengukur kecepatan arus permukaan perairan dengan menggunakan bola arus dan menghitung waktunya dengan menggnakn stopwatch.

    3.2.2 Kultur Artemia sp dalam Air Lautpengamatan kista

    Mengambil beberapa butir kista kering.

    Kista kering tersebut kemudian diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan cover glass

    Kemudian diamati di bawah mikroskop mulai dari perbesaran yang rendah

    Menggambar dan mendiskripsikan bentuk dan warna kista Artemia sp kering tersebut.

    Penetasan Kista

    1. Menyiapkan wadah(5x5) dari kertas alumunium untuk menimbang kista yang dilipat dan dibentuk menjadi kotak bujur sangkar.

    2. Menimbang 0,2 gr kista Artemia kering dalam wadah tersebut.

    3. Menyiapkan 100 ml akuades dalam Beaker 200 ml.

    4. Agar proses hidrasi kista terjadi lebih cepat, masukan kista tersebut ke dalam 100 ml akuades selama 60 menit, lakukan aerasi dan menaruh disuhu kamar.

  • 18

    5. Setelah 60 menit kista disaring, kemudian menyemprot bagian bawah saringan perlahan-lahan dengan 100ml air laut atau larutan garam yangjatuh kedalam Beaker 200ml. Memberi lebel lengkap ( grup praktikum, jenis media, jam & tanggal ), gunakan pensil hitam.

    6. Mencatat waktu (tanggal, hari, jam, & menit) ketika memasukkan kista ke dalam 100 ml larutan air garam atau 100 ml air laut dalam Beaker glass 200 ml.

    7. Menunggu sekitar 3-5 menit sampai banyak kista (90%) mengendap.

    8. Mengatur kuat aerasi sedemikian rupa sehingga tidak ada kista yang mengendap di dasar maupun melekat di dinding Beaker.

    9. Menyalakan lampu neon untuk penghangat dan penerangan pada malam hari.

    c. Hatching Rate Artemia

    1. Mengambil 1 ml biakan dengan pipet, dimasukkan dalam bilik hitung sedgwick rafter, diamati dengan menggunakan mikroskop diawali dari perbesaran yang rendah.

    2. Setalah cukup mengamati instar, alkohol 70% diteteskan dan ditutup dengan gelas penutup dan mengamati mofologi dan bentuk serta warna dari instar dan telur yang menetas atu tidak menetas.

    3. Menghitung presentase kista yang menetas dan tidak menetas dalam bilik hitung sedgwick rafter.

    4. Memasukkan data kedalam rumus

    HRm =+ askistamenetmenetaskistatidakaskistamenet x

    100%

    HRtm=+ askistamenetmenetaskistatidakmenetaskistatidak x

    100%

    3.2.3. Pengamatan Mikroalga dan Dhapnia Sp1. Mengambil sampel fitoplankton dari biakan kultur alga dan Dhapnia

    Sp dengan menggunakan pipet steril dan diteteskan ke atas slide glass.

  • 19

    2. Mengamati sampel dibawah mikroskop mulai dari perbesaran yang rendah

    3. Mengamati pergerakan , warna dan bentuk fitoplankton , zooplankton dan Daphnia sp yang diambil, digambar secara detil dan beri keterangan yang lengkap. Ulangi pengamatan pada semua sampel

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    4.1.1. Sampling Plankton

  • 20

    Tabel 9 Struktuk Komunitas Plankton Pada Titik INo Species Ulangan x ni = N Pi ln pi -pi ln pi1 2 31 Pleurosigma

    naviculciceum6 1 1 2,6 66,24 0,09 -2,4 0,22

    2 Chaetoceros lorenzianium

    22 8 3 11 280,5 0,38 -0,97 0,37

    3 Synedra acus 4 1 0 1,6 40,76 0,05 -3,0 0,154 Glaeotricha sp 2 0 0 0,6 15,29 0,02 -3,91 0,085 Polyadrium trigonium 6 2 1 3 76,43 0,10 -2,3 0,226 Bocteriostrum varians 12 4 2 6 152,86 0,20 -1,6 0,327 Thallassiothrix sp 3 1 1 1,6 40,76 0,05 -3,0 0,158 Chalothrix 5 3 0 2,6 66,24 0,09 -2,4 0,229 Pleurosigma delicalum 1 0 0 0,3 7,64 0,01 -4,6 0,05

    Jumlah 746,72 1,78

    Tabel 10 Sampling Plankton Pada Titik II

    No SpeciesUlangan

    x ni Pi ln pi -pi ln pi1 2 31 Pleurosigma naviculareun 1 0 0 0,33 8,407 0,014 -4,26 0,062 Chaetoceros lorenzianium 9 4 1 4,67 118,9

    80,206 -1,57 0,325

    3 Bocteriostrum varians 3 3 1 2,33 59,36 0,102 -2,28 0,234 Thallassiothrix sp 6 1 0 2,33 59,36 0,102 -2,28 0,235 Dinophysis miles 1 0 0 0,33 8,407 0,014 -4,26 0,066 Bocteriostrum

    delicatulum6 1 1 2,67 68,02 0,117 -2,14 0,25

    7 Sperotainia condensata breb

    4 2 1 2,33 59,36 0,102 -2,28 0,23

    8 Biddulphrin mobiliensis 2 1 0 1 25,477

    0,044 -3,12 0,137

    9 Nitzshia seriata 6 2 0 2,67 68,02 0,117 -2,14 0,2510 Stauratrum fomosumbern 3 1 1 1,67 42,54

    60,07 -2,65 0,186

    11 Astacia klelosii 5 2 0 2,33 59,36 0,102 -2,28 0,23Jumlah 577,3

    02,188

    Tabel 11 Sampling Plankton Pada Titik III

    No SpeciesUlangan

    x ni pi ln pi -pi ln pi1 2 31 Bocteriostrum

    delicatulum5 1 0 2 50,95

    40,050 -2,99 0,145

    2 Bocteriostrum varians 3 1 0 1,33 33,84 0,033 -3,41 0,1053 Chaetoceeros lorenzium 21 11 6 2,33 59,36 0,102 -2,28 0,23

  • 21

    4 Chaelocera psedocoruiselum

    6 1 0 2,33 59,36 0,102 -2,28 0,23

    5 Nitzshia seriata 1 0 0 0,33 8,407 0,014 -4,26 0,066 Thallassiothrix sp 6 1 1 2,67 68,02 0,117 -2,14 0,257 Baciliaria paradoxe 4 2 1 2,33 59,36 0,102 -2,28 0,238 Rhizosotenin cylindrius 2 1 0 1 25,47

    70,044 -3,12 0,137

    9 Astacia klelosii 6 2 0 2,67 68,02 0,117 -2,14 0,2510 Pleurosigma naviculareun 3 1 1 1,67 42,54

    60,07 -2,65 0,186

    Jumlah 577,30

    2,188

    4.1.1.1. Kelimpahan

    Kelimpahan pada titik 1 sampling plankton

    T = 1000 mm 2

    L = 0,785 mm 2

    Pi=sx =29,3/9=

    3,2

    P = 10 petak V = 20 mLv = 1mLW = 100 mL

    N = wuV

    pP

    LT 1

    = 1000 x 3,20 x 20 x 1 0,782 10 1 100 = 183,4 Kelimpahan pada titik II sampling plankton

    T = 1000 mm 2

    L = 0,785 mm 2

    Pi=sx =22,66/13

    =1,74

    P = 10 petak V = 20 mLv = 1mLW =100mL

    N = wuV

    pP

    LT 1

    = 1000 x 1,74 x 20 x 1 0,785 10 1 60 = 44,33

  • 22

    Kelimpaham pada titik III sampling plankton T=1000 mm2

    L= 0,785 mm2

    Pi=sx =0,18,66/13 =1,86 N =

    wuV

    pP

    LT 1

    P=10 petak = 1000 x 1,86 x 20 x 1 V= 20 ml 0,785 10 1 70 v= 1 ml = 47,38 W=100 L

    4.1.1.2. Indeks Keanekaragaman

    Indeks keanekaragaman spesies titik I sampling planktonH = -pi lnpi = 1,79

    Indeks keanekaragaman spesies titik II sampling planktonH = -pi lnpi = 2,18

    Indeks keanekaragaman spesies titik III sampling plankton H = -pi lnpi = 1,803

    4.1.1.3. Indeks Keseragaman

    Indeks keseragaman spesies titik I sampling plankton

    maksHHe '=

    Hmax

    = ln s=ln 9

    = 2,2

    = 1,79 2,2 = 0,813

    Indeks keseragaman spesies titik II sampling plankton

  • 23

    maksHHe '=

    Hmax

    = ln s=ln 11

    = 2,4

    = 2,188 2,4 = 0,91

    Indeks keseragaman spesies titik III sampling plankton

    maksHHe '=

    Hmax

    = ln s=ln 10

    = 2,3

    = 1,803 2,3 = 0,78

    4.1.1.4. Indeks Dominasi Indeks dominasi titik I sampling plankton

    D = (ni/N)2

    = 0,216

    Indeks dominasi titik II sampling plankton D = (ni/N)2

    = 0,118 Indeks dominasi titik III sampling plankton D = (ni/N)2

    = 0,201

  • 24

    4.1.2. Parameter fisika Tabel 12 Parameter Fisika

    Titik

    Suhu udara(C)

    Suhu air laut(C)

    Kedalaman (cm)

    Kecerahan (cm)

    Kec. arus (m/s)

    Cuaca kualitatif

    I 30 33 118 101 cm0,008 m/s

    Cerah,berawan

    II 30,5 34 115 89,50,015 m/s

    Cerah,berawan

    III 30,5 33 148 85,25 0,01 m/s Cerah,berawan

    4.1.3 Kultur Artemia a. Hatching rate menetas

    HRm = + askistamenetmenetaskistatidakaskistamenet x 100%

    = 182/182+204 x 100 %

    = 47,15 %

    b. Hatching rate tidak menetas

    HRtm = + askistamenetmenetaskistatidakmenetaskistatidak x

    100%

    = 204/182+204 x 100 %

    = 52,85 %

    c. Siklus hidup Artemia

    Siklus hidup Artemia dipengaruhi oleh suhu dan salinitas sebagai faktor utama. Artemia hanya mampu bertahan pada salinitas tinggi antara 3-300 ppt dengan suhu antara 15-55 C. Waktu yang diperlukan untuk penetasan adalah 15-20 hari dengan suhu 28 C. Kista Artemia sp yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva Artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalam pertumbuhanya mengalami 15 kali perubahan bentuk. Masing-masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar.

    Gambar 2. Siklus hidup Artemia sp

  • 25

    4.1.4. Pengamatam mikroalgaTabel 13 Fitoplankton

    NoNama

    SpesiesGambar Gambar Keterangan

    1.Tetraselmis

    chuii

    Memiliki flagel berwarna hijau

    Berwarna dominan hijau

    2.Isochrysis galbana

    Memiliki inti sel

    Berwarna kehijauan dominan

    3. Dunaliella

    Dominan hitam kehijauan

    Berbentuk agak bulat

    Memiliki inti sel

    4.Chlorella vulganis

    Berbentuk agak bulat

    Memiliki inti sel

    Dominan warna hijau

  • 26

    5.Spirulina platensis

    Dominan berwarna hijau kebiruan

    Luar berwarna kecokelatan

    Selnya membentuk filamen terpilin menyerupai spiral

    6.Porphyridiu

    m sp

    Berbentuk bulat

    Berwarna kebiruan

    Hidup bebas / berkoloni

    7. Nitchia

    Warna agak tranparan

    Berbentuk lonjong tak beraturan

    8. Tallassiosira

    Berbentuk lonjong tak beraturan

    Warna agak tranparan

  • 27

    9.Skeletonema costatum

    Bersel tunggal

    Berbentuk kotak

    Membentuk untaian rantai dan berwarna cokelat

    10. Daphnia sp

    Warna agak tranparan

    Berbentuk seperti hewan

    Memiliki antena didepan mulut

    4.2 Pembahasan4.2.1. Diskripsi Lokasi Sampling Plankton

    Pantai Marina berada di wilayah kota Semarang bagian utara sehingga mudah di jangkau. Daerah Pantai Marina merupakan pantai buatan akan tetapi kondisi lingkungannya masih alami sehingga diperkirakan banyak plankton yang hidup di perairan pantai Marina.

    Gelombang relatif tenang sehingga plankton tidak terbawa arus gelombang, karena plankton memiliki alat gerak, tetapi tidak dapat melawan arus. Topografi dan kelandaian pantai Mariina relatif stabil. Pasang surut pantai Marina tidak terlalu ekstrim, sehingga plankton tidak terbawa arus gelombang yang deras.Keadaan erosi dan abrasi tidak terlalu besar, sehingga plankton terdapat disana.

  • 28

    Hamparan pasir dan hamparan lumpur tampak lebih subur daripada pantai lain yang ada di wilayah Kota Semarang, karena disekitar tepi pantai banyak rumput-rumput atau ilalang yang tumbuh, ini membuktikan bahwa ada kandungan NPK di pasir atupun di lumpur pantai Marina. Plankton jumlahnya akan besar jika ada kandungan unsur hara disekitar perairan tempat ia hidup. Pada kedalaman beberapa meter terdapat terumbu karang sebagai habitat plankton. Temperatur air relatif standar sebagai tempat hidup plankton. Warna air tampak cukup cerah.

    4.2.2. Parameter Fsikaa. suhu

    Menurut Juwana (2007), suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan dalam penelitian sehingga mempengaruhi dalam pendataan, suhu yang baik untuk wilayah tropis adalah berkisar 25-32 C. Pada saat pengambilan sampel plankton, dibagi menjadi tiga titik yang berbeda dan didapatkan suhu air dan suhu udara yang berbeda pula. Pada Titik I pada saat sampling plankton didapatkan suhu air 33C dan suhu udara 30C, pada titik II didapatkan suhu air 34C dan suhu udaranya 30,5C dan Pada titik III didapatkan suhu air 33C dan suhu udaranya 30,5C.

    Suhu sangat berpengaruh pada kehidupan plankton diperairan, karena suhu sangat penting dalam proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Dari percobaan pengambilan sampel yang dilakukan di Pantai Marina, Lebih banyak ditemukan fitoplankton daripada zooplankton. Suhu berperan dalam proses fotosintesis dalam reaksi enzim, jadi apabila suhu berubah maka proses laju perubahan kimia dan biologi akan berubah pula.

    Dari pengukuran suhu yang didapat dari ketiga titik, dapat disimpulkan bahwa di Pantai Marina memiliki suhu rata-rata yang baik untuk perkembangan plankton di perairan daerah tropis.

    b. Kedalaman

  • 29

    Menurut (Juwana, 2007) bagi fitoplankton, kedalaman merupakan faktor yang paling penting. Kedalam merupakan faktor pembatas dimana bila semakin dalam suatu perairan akan semakin jarang ditemukaan fitoplankton. Hal ini dikarenakan bahwa fitoplankton sangat membutuhkan cahaya sinar untuk proses fotosintesis dan fitoplankton paling banyak ditemukan di permukaan perairan yang masih dapat ditembus oleh sinar matahari.

    Pada pengukuran kedalaman dengan menggunakan secchi disc,pada titik I kedalamannya 118 cm, titik II 115 cm, dan titik III 148 cm. Kedalaman yang masih dapat ditembus sinar matahari ini menandakan tinggkat produktivitas fitoplankton di Pantai Marina sangat tinggi.

    c. Kecerahan

    Kecerahan menanadai kuantitas dari kekeruhan, sehingga interaksi antara kekeruhan dengan kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga produktivitas palnkton akan menurun (Juwana, 2007).

    Kecerahan yang diukur dengan menggunakan secchi disc, pada titik I 101 cm, titik II 89,5 cm,dan titik III 85,25 cm. Kecerahan sangat mempengaruhi jumlah plankton terutama fitoplankton, karena fitoplankton membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis. Terbukti pada kecerahan yang didapat disetiap titik, ditemukan banyak fitoplankton dari sampel plankton yang didapat. Sehingga produktivitas plankton di pantai Marina sangat tinggi.

    d. Kecepatan ArusPlankton adalah mikroorganisme yang hidupnya melayang

    diperairan. Plankton sangat bergatung dengan arus air untuk bergerak. Arus memiliki peranan penting dalam sebaran holoplankton dan meroplankton. Arus biasa yang arahnya tetap dapat membawa larva plankton ke satu arah, dan arus bermanfaat menyebarkan larva atau plankton lainnya ke berbagai arah dari sumbernya (Juwana,2007).

  • 30

    Pada saat pemgambilan sampel plankton di Pantai Marina, kecepatan arusnya sedikit besar. Kecepatan arus dapat diperoleh dari pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan bola arus yang direnggangkan sejauh 1 M lalu dihitung waktunya samapi ia merenggang.Dari percobaan diatas di dapatkan kecepatan arus pada titik I 0,008 m/s, titik II 0,015 m/s, titik III 0,01 m/s. Dapat dilihat dari kecepatan arus disetiap titik terus naik, menandakan air yang mulai pasang dan arus air yang mulai besar. Hal ini sangat berpengaruh pada jumlah spesies plankton yand ada.

    d. Salinitas

    Salinitas sangat berpengaruh pada habitat plankton air laut, karena salinitas merupakan parameter sangat berpengaruh pada kelimpahan plankton di air laut.Hal ini disebabkan adnya toleransi pada setiap spesies yang hidup dengan salinitas tertentu.

    4.2.3 Kultur Artemia

    Artemia salah satu jenis crustacea tingkat rendah yang termasuk kedalam :

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Bangsa : Anostraca

    Suku : Artemidae

    Marga : Artemia

    Jenis : Artemia salina

    Telur artemia kering atau kista berbentuk bulat cekung, berwarna cokelat berdiameter 200-300 mikron dan didalamnya terdapat embrio

  • 31

    yang tidak aktif. Kultur artemia sendiri ada dua cara yaitu dekapsulisasi dan dengan menggunakan kaporit.

    Pada praktikum planktonologi yang dilakukan adalah kultur artemia dengan cara dekapsulisasi. Dimana kista artemia kering yang terlebih dahulu dihidrasikan dengan air aquades selama 60 menit. Selama 60 menit tersebut kista yang semula berbentuk bulat enjadi bentuk bulat tidak beraturan dan warnanya menjadi putih.

    Setelah 60 menit, kista disaring kemudian air aquades diganti dengan air laut. Kemudian kista-kista artemia tersebut diaerasi agar tidak menggendap dan diberi penerangan lampu neon agar suhu tetap hangat.

    Artemia mengalami beberapa fase dalam daur hidupnya yaitu :

    Kista : kista setelah dimasukkan dalam air laut (5%-70%). Akan mengalami hidrasi berbentuk bulat dan didalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif. Sekitar 24 jam kemudian cangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus oleh selaput.

    Nauplius : Beberapa saat setelah embrio muncul, selaput penetasan pecah dan muncul nauplius yang berenang bebas. Nauplius ini adalah larva stadium instar pertama, berwarna orange kecoklatan karena adanya kandungan kuning telur.

    Dewasa : Artemia dewasa dicirikan oleh adanya sepasang mata majemuk bertangkai, antena sensor, saluran pencernaan dan 11 pasang thoracopoda. Siklus hidup Artemia dipengaruhi oleh suhu dan salinitas sebagai faktor utama. Artemia hanya mampu bertahan pada salinitas tinggi antara 3-300 ppt dengan suhu antara 15-55 C. Waktu yang diperlukan untuk penetasan adalah 15-20 hari dengan suhu 28 C.

    4.2.5 Pengamatam Mikroalaga

  • 32

    Mikroalga memiliki peranan penting dalam rantai makanan dan jaring makanan dalam sistem kehidupan perairan. Salah satu mikroalga yang paling penting dalam kehidupan periran adalah fitoplankton. Fungsi fitoplankton diperairan sebagai makanan bagi zooplankton dan beberapa jenis ikan serta larva biota yang masih muda, Fitoplankton mengubah zat anorganik menjadi zat organik dan mengoksigenasi air (Rosen, 2003)

    Dari praktikum planktonologi beberapa mikroalga yang diamati ada dua yaitu fitooplankton dan zooplankton.Dimana fitoplanktonnya adalah sebagai berikut :

    a. Tetraselmis chuiTetraselmis chui termasuk dalam golongan fitoplankton dan

    berwarna hijau, akan tetapi dia bergerak aktif. Gerakannya berputar-putar dulu seperti mainan gasing dan kemudian bergerak tidak berarah. Tetraselmis ini melakukan proses fotosintesis yang dapat mengeluarkan oksigen dan glukosa/energi. Akan tetapi dalam pengeluaran hasil fotosintesis yang besar pada Tetraselmis tidak seimbang dengan medianya, yang terjadi Tetraselmis akan berputar-putar lalu bergerak untuk melepaskan hasil fotosintesisnya.

    Tetraselmis chuii termasuk alga hijau, mempunyai sifat selalu bergerak, berbentuk oval elips, mempunyai empat buah flagella pada ujung depannya yang berukuran 0,75-1,2 kali panjang badan dan berukuran 10x6x5 m. Sel-sel Tetraselmis chuii berupa sel tunggal yang berdiri sendiri. Ukurannya 7-12 m, berkolorofil sehingga warnanya pun hijau cerah.Pigmen penyusunnya terdiri dari klorofil. Karena memiliki flagella maka Tetraselmis dapat bergerak seperti hewan. Pigmen klorofil Tetraselmis chuii terdiri dari dua macam yaitu karotin dan xantofil. Inti sel jelas dan berukuran kecil serta dinding sel mengandung bahan sellulosa dan pektosa. Kegunaan Tetraselmis secara tidak langsung mulai berkembang. Tetraselmis merupakan makanan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga seringkali sangat diperlukan dalam budidaya. Penyediaan makanan alami berupa plankton nabati dan plankton hewani yang tidak cukup

  • 33

    tersedia, seringkali menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva pada pemeliharan larva udang Penaeid (Rosen, 2003).

    b. Dunaliella spSecara morfologis Dunaliella menyerupai Tetraselmis sp,

    Dunaliella memiliki kloroplas yang mengakumulasi sejumlah besar -carotene. Ukuran selnya bervariasi, tergantung kondisi pertumbuhan dan intensitas cahaya. Varian bentuk fitoplankton ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti salinitas, intesitas cahaya yang diterima dan temperatur ruangan selama kultur. Secara umum Dunaliella mampu tumbuh pada berbagai tingkat kadar garam, dengan kisaran salinitas 30 100 ppt bahkan 140 ppt, meski jumlah sel yang dicapai pada setiap kadar garam berbeda, kadar garam nampaknya bukan merupakan faktor pembatas bagi kelangsungan hidup Dunaliella.

    c. Chlorell vulgarisSelnya uniseluler. Dapat dibagi menjadi 4 kelompok morfologi

    yaitu sel spherical, sel elipsoid, sel spherical dan sel glubural-spherical. Merupakan produk kultur massal out door terbaik pada temperatur 25.

    d. Spirulina platensisSpirulina adalah alga biru-hijau mikroskopis dalam bentuk

    gulungan spiral yang sempurna hidup baik di laut dan air tawar yang merupakan nama umum bagi hewan dan suplemen makanan manusia. Spirulina merupakan tumbuhan air mikroalga (Cyanobacteria) berbentuk spiral, bersel satu.

    e. Porphyridium spPorphyridium sp hidup di air laut, merupakan organisme

    uniseluler berbentuk bola dengan diameter 7-12 mm. Diklasifikasikan sebagai salah satu spesies alga merah yang sederhana karena organisme ini tidak bereproduksi secara seksual dan memiliki glikogen sebagai penyusun tempat penyimpanan. Alga ini digunakan pada lingkungan budi daya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat.

    f. Thallasiosira sp

  • 34

    Thalassiosira sp, merupakan jenis mikroalga yang paling umum digunakan sebagai sumber pakan alami pada tahap kultur larva udang putih, karena kandungan proteinnya yang tinggi (30-60% protein berat kering). Medium komersil kultur alga Thalassiosira sp dalam sistem kultur batch yang dapat meningkatkan stabilitas produksi kultur.

    g. Skeletonema costatumKelompok ini mempakan algae uniseluler yang memerlukan

    cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya. Sel diatomnya mempunyai kemampuan menghasilkan skeleton ekstemal silika (frustule). Bentuknya seperti kotak dengan cytoplasma yang memenuhi isi sel. Pada sel tersebut terdapat katup besar yang menutup katup yang lebih kecil. Bentuk katupnya sangat bervariasi, ada yang sirkulasi, eliptical, polygonal, kubus, segitiga atau tidakberaturan.Reproduksinya adalah dengan pembelahan sel, yaitu protoplasma terbagi menjadi dua bagian yang disebut epitheca dan hypotheca. Masing-masing bagian dari protoplasma tersebut membentuk epitheca dan hypotheca baru. Dari pembelahan sel tersebut akan dihasilkan 2 sel yang ukurannya lebih kecil daripada sel induknya.

    h. Daphnia spMenurut (Rosen, 2003) morfologi Daphnia dapat dilihat secara

    langsung dibawah mikroskop, bentuk tubuhnya lonjong, pipih dan segmen badan tidak terlihat. Pada bagian ventral kepala terdapat paruh. Pad a bagian kepala terdapat lima pasang apendik atau alat tambahan, yang pertama disebut antenna pertama (antennule), yang kedua disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Sedangkan tiga pasang alat tambahan lainnya merupakan alat tambahan yang merupakan bagian-bagian dari mulut.

  • 35

    V. KESIMPILAN DAN SARAN

    KesimpulanDari praktikum planktonologi yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Teknik pengambilan sampel plankton secara pasif di daerah pesisir

    dilakukan secara sederhana menggunakan plankton net dan mencatat parameter fisikanya.

    2. Suhu, salinitas, kedalaman, kecepatan arus, dan kecerahan sangat berpengaruh pada kelimpahan plankton pada suatu perairan.

  • 36

    3. Dari hasil pengamatan sampel plankton Pantai Marina, ditemukan banyak plankton dan kelimpahannya spesiesnya sangat banyak, hal ini menandakan bahwa perairan pantai Marina subur.

    4. Kultur artemia dapat dilakukan dengan proses dekapsulisasi, dimana terlebih dahulu kista kering artemia dihidrasi dalam air aquades. Fase hidup artemia dimulai dari kista, naupliu, dan dewasa.

    5. Struktur komunitas di Pantai Marina sangat baik, hal ini terlihat dari banyaknya fitopalnkton yang ditemukan, dimana fitoplankton merupakan bio-indikator penting yang menentukan tingkat kesuburan dalam suatu perairan.

    SaranSaran yang dapat diberikan dari praktikan dalam praktikum

    planktonologi adalah :1. Praktikan harus selalu menjaga kebersihan lingkungan, baik pada

    saat di laboratorium maupun di lapangan,2. Praktikan harus menyiapkan betul semua perlatan praktikum, agar

    praktikum dapat berjalan lancar.3. Pada saat pengambilan air sampel plankton, usahakan air harus

    tetap dalam keadaan jernih, agar subsrat di air tidak masuk dalam sampel plankton.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ferianti Fachrul,M. 2007. Metode Sampling Bioekologi.Jakarta : Bumi Aksara.

  • 37

    Juwana.2007.Perkembangan Komunitas Fitoplankton sebagai indikator Perubahan Tingkat kesuburan Kualitas Perairan. Bogor : IPB.

    Kasijan. dkk. 2004. Biologi laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia : Jakarta.

    Maheswara, Alif. 2004. Meroplankton Laut . Jakarta : Djambatan.

    Ramdani, W. 2006. Taksonomi avertebrata. U-I press.Jakarta.

    Rosen. 2003. Biological Indicator of Freshwater. London : Elsevier.

    LAMPIRAN

    1.Hitungana. Kelimpahan Kelimpahan pada titik 1 sampling plankton

  • 38

    T = 1000 mm 2

    L = 0,785 mm 2

    Pi=sx =29,3/9=

    3,2

    P = 10 petak V = 20 mLv = 1mLW = 100 mL

    N = wuV

    pP

    LT 1

    = 1000 x 3,20 x 20 x 1 0,782 10 1 100 = 183,4 Kelimpahan pada titik II sampling plankton

    T = 1000 mm 2

    L = 0,785 mm 2

    Pi=sx =22,66/13

    =1,74

    P = 10 petak V = 20 mLv = 1mLW =100mL

    N = wuV

    pP

    LT 1

    = 1000 x 1,74 x 20 x 1 0,785 10 1 60 = 44,33 Kelimpaham pada titik III sampling plankton

    T=1000 mm2

    L= 0,785 mm2

    Pi=sx =0,18,66/13 =1,86 N =

    wuV

    pP

    LT 1

    P=10 petak = 1000 x 1,86 x 20 x 1 V= 20 ml 0,785 10 1 70 v= 1 ml = 47,38 W=100 Lb. Indeks Keanekaragaman

  • 39

    Indeks keanekaragaman spesies titik I sampling planktonH = -pi lnpi = 1,79

    Indeks keanekaragaman spesies titik II sampling planktonH = -pi lnpi = 2,188

    Indeks keanekaragaman spesies titik III sampling planktonH = -pi lnpi

    = 1,803c. Indeks Keseragaman

    Indeks keseragaman spesies titik I sampling plankton

    maksHHe '=

    Hmax

    = ln s=ln 9

    = 2,2

    = 1,79 2,2 = 0,813

    Indeks keseragaman spesies titik II sampling plankton

    maksHHe '=

    Hmax

    = ln s=ln 13

    = 2,4

    = 2,188 2,4 = 0,91

    Indeks keseragaman spesies titik III sampling plankton

    maksHHe '=

    Hmax

    = ln s=ln 10

  • 40

    = 2,3

    = 1,803 2,3 = 0,78

    d. Indeks Dominasi Indeks dominasi titik I sampling plankton

    D = (ni/N)2

    = 0,216

    Indeks dominasi titik II sampling plankton D = (ni/N)2

    = 0,118 Indeks dominasi titik III sampling plankton D = (ni/N)2

    = 0,201e. Hatching Rate Artemia

    Hatching rate menetas

    HRm= + askistamenetmenetaskistatidakaskistamenet x 100%

    = 182/182+204 x 100 %

    = 47,15 %

    Hatching rate tidak menetas

    HRtm = + askistamenetmenetaskistatidakmenetaskistatidak x 100%

    = 204/182+204 x 100 %

    = 52,85 %

  • 41

    2.Gambar Hasil Plankton

    Titik I Pengulangan 1,2,dan 3

    No Spesies Gambar Gambar Keterangan

    1Pleurosigma naviculaceu

    m

    Berbentuk elip

    Warna kecokelatan

    Memiliki inti sel

    2 Chaetoceros lorenzianum

    Tubuh seperti untaian rantai

    Dinding transparan

    Berflagella

    Memiliki dinding sel

    3 Synedia acus

    Bentuk menyerupai jarum

    Transparan dengan inti sel berwarna coklat

    Tidak berflagella

    Hidup soliter

    Memiliki dinding sel

    4 Gleotricha Bentuk bulat berbulu

    Warna coklat

    Hidup koloni

  • 42

    5 Polyedrium trigonum

    Bentuk tak beraturan

    Warna kecokelatan

    6 Bacteriostrum varians

    Warna kecokelatan

    Berflagella

    Hidup koloni

    7 Thallassiothrix

    Berbentuk seperti batang

    Memiliki dinding sel

    Warna biru kemerahan

    8 Chalothrix

    Bentuk seperti vas dengan ujung bawah runcing seperti kubah

    Warna hitam

    Berflagella

    Hidup soliter

    Memiliki dinding sel

  • 43

    9 Pleurosigma delicatum

    Bentuk melengkung lonjong dengan ujung runcing

    Warna hitam

    Tidak berflagela

    Hidup soliter

    Memiliki dinding sel

    Titik II Pengulangan 1,2,3No Spesies Gambar Gambar Keterangan

    1 Pleurosigma naviculaceum

    Berbentuk elip

    Warna kecokelatan

    Memiliki inti sel

    2. Chaetoceros lorenzianum

    Tubuh seperti untaian rantai

    Dindind transparan

    Berflagella

    Memiliki dinding sel

    3. Bacteriostrum varians

    Warna kecokelatan

    Berflagella

    Hidup koloni

  • 44

    4. Thallassiothrix

    Berbentuk seperti batang

    Memiliki dinding sel

    Warna biru kemerahan

    5. Synedia acus Bentuk menyerupai jarum

    Transparan dengan inti sel berwarna coklat

    Tidak berflagella

    Hidup soliter

    Memiliki dinding sel

    6. Gleotricha Bentuk bulat berbulu

    Warna coklat

    Tidak berflagella

  • 45

    7. Bacteriostrum delicatum

    Memiliki inti sel

    Warna kecokelatan

    Berflagella

    8. Spirotoemia condensata

    9. Biddulphin mobiliensis

    Berwarna dominan hiaju

    Memiliki rambut

    Hidup koloni

    10. Nitzchia seriata

    Bentuk kedua ujung yang lancip

    Warna kebiruan

    11. Stauratrum formosom

    Warna kehijauan

    Memiliki inti sel

    Hidup koloni

  • 46

    12 Astacia klebsii

    Memiliki dinding sel

    Bersilia warna transparan

    Berbentuk elips

    Titik III Pengulangan 1,2,3

    No Spesies Gambar Gambar Keterangan

    1. Bacteriostrum delicatum

    Memiliki inti sel

    Warna kecokelatan

    Berflagella

    2. Bacteriostrum varians

    Warna kecokelatan

    Berflagella

    Hidup koloni

    3. Chaetoceros lorenzianum

    Tubuh seperti untaian rantai

    Dindind transparan

    Berflagella

    Memiliki dinding sel

  • 47

    4.Chaetoceros pseudocurvis

    etum

    Bentuk kotak membentuk rantai seperti petri dish

    Warna kecokelatan

    Berflagella

    5. Nitzchia seriata

    Bentuk kedua ujung yang lancip

    Warna kebiruan

    6. Thallassiothrix

    Berbentuk seperti batang

    Memiliki dinding sel

    Warna biru kemerahan

    7. Bacillaria paradoxe

    Bebentuk panjang

    Seperti tumpukan batang kayu

    Warna ujung biru ditengah berwarna coklt

  • 48

    8. Rhizosolenin cylindrus

    Memiliki dinding sel

    Warna kehijauan

    Memiliki inti sel

    9. Astacia klebsii

    Memiliki dinding sel

    Bersilia warna transparan

    Berbentuk elips

    10.Pleurosigma naviculaceu

    m

    Berbentuk elip

    Warna kecokelatan

    Memiliki inti sel