11
KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN Pendahuluan Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontarsepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas. Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal. Berhasil tidaknya sesuatu cara bergantung kepada apakah sel mani (sperma) dapat dicegah dilumpuhkan-dimatikan supaya tidak memasuki arena fertilitas, atau sel telur tidak dikeluarkan atau tidak dapat bertemu dengan sel mani. Dalam mempelajari kontrasepsi, pengetahuan tentang bagaimana terjadinya kehamilan dan cara kerja kontrasepsi harus dipahami benar-benar, misalnya : Jangan menumpahkan sel mani ke dalam vagina pada cara abstinensia dan koitus interuptus Mengelakkan masa subur wanita dengan system kalender Menutup mulut rahim untuk menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim dan saluran telur misalnya pada diafragma, cervical cap( Dutch cap) Mematikan sperma dalam vagina dengan spermisida Mencegah konsepsi atau nidasi dengan IUD Menekan atau melumpuhkan sel mani dengan pil KB pria Menekan ovulasi sehingga sel telur tidak keluar dengan kontrasepsi hormonal Memotong, mengikat atau menjepit saluran telur dan saluran sperma dengan kontrasepsi mantap Di dalam bab ini akan diuraikan secara singkat beberapa cara kontrasepsi pasca persalinan sebagai usaha medik dalam keluarga berencana. Cara kontrasepsi yang akan dibicarakan ialah MAL (Metode Amenorea Laktasi), Kontrasepsi kombinasi, kontrasepsi progestin, AKDR, kondom/spermisid, diafragma, KB alamiah, koitus interuptus, kontrasepsi mantap (Tubektomi), Vasektomi. Fisiologi haid Ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan – perubahan siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini adalah suatu proses yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, glandula tiroidea, dan kelenjar- kelenjar lain yang kini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara hal tersebut diatas. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic- pituitary-ovarian axis). Siklus haid (siklus ovarium) normal di bagi menjadi : 1. Fase follikuler 2. Fase Luteal

53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Citation preview

Page 1: 53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

KONTRASEPSI PASCA PERSALINANPendahuluanKontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya  kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontarsepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas. Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal. Berhasil tidaknya sesuatu cara bergantung kepada apakah sel mani (sperma) dapat dicegah dilumpuhkan-dimatikan supaya tidak memasuki arena fertilitas, atau sel telur tidak dikeluarkan atau tidak dapat bertemu dengan sel mani.Dalam mempelajari kontrasepsi, pengetahuan tentang bagaimana terjadinya kehamilan dan cara kerja kontrasepsi harus dipahami benar-benar, misalnya : Jangan menumpahkan sel mani ke dalam vagina pada cara abstinensia  dan koitus interuptus

Mengelakkan masa subur wanita dengan system kalender

Menutup mulut rahim untuk menghalangi masuknya sperma ke dalam  rahim dan saluran telur misalnya pada diafragma, cervical cap( Dutch cap)

Mematikan sperma dalam vagina dengan spermisida

Mencegah konsepsi atau nidasi dengan IUD

Menekan atau melumpuhkan sel mani dengan pil KB pria

Menekan ovulasi sehingga sel telur tidak keluar dengan kontrasepsi  hormonal

Memotong, mengikat atau menjepit saluran telur dan saluran sperma dengan kontrasepsi mantap

Di dalam bab ini akan diuraikan secara singkat beberapa cara kontrasepsi pasca persalinan sebagai usaha medik dalam keluarga berencana. Cara kontrasepsi yang akan dibicarakan ialah MAL (Metode Amenorea Laktasi), Kontrasepsi kombinasi, kontrasepsi progestin, AKDR, kondom/spermisid, diafragma, KB alamiah, koitus interuptus, kontrasepsi mantap (Tubektomi), Vasektomi.

Fisiologi haidCiri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan – perubahan siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini adalah suatu proses yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, glandula tiroidea, dan kelenjar- kelenjar lain yang kini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara hal tersebut diatas. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).Siklus haid (siklus ovarium) normal di bagi menjadi : 1.  Fase follikuler  2.  Fase LutealTidak lama sesudah haid mulai, pada fase follikuler dini, beberapa follikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya follikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH. Pada saat ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam follikel. Perkembangan follikel berahir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Pada awalnya  estrogen meninggi secara berangsur angsur, kemudian dengan cepat mencapi puncaknya. Ini memberikan  umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira 24  jam dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat

Page 2: 53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus.  LH-surge  yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang untuk brovulasi. Pecahnya folikel terjadi antara 16 – 24 jam setelah LH-surge.Pada fase luteal, setelah ovulasi sel sel granulasa membesar membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein), follikel menjadi  korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapi  puncaknya pada hari 8 – 9 setelah ovulasi .  Luteinized granulose cells  dalam korpus luteum membuat progesterone banyak, dan  luteinized theca cells membuat pula estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Mulai 10 – 12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur angsur disertai dengan berkurangnya kapiler kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone dan estrogen.

Kontrasepsi Pasca Persalinan Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya   kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontarsepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas. Pada umumnya klien pasca persalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pasca persalinan.Klien pasca persalinan yang dianjurkan : Memberi ASI ekslusif kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan.

Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.

Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.

Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.

Metode kontrasepsi pasca persalinan A.  Metode amenorea laktasi (MAL) Mal adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya. Mal dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh dan lebih efektif bila pemberian ≥ 8x sehari sampai 6 bulan, belum haid, umur bayi kurang dari 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. •  Cara kerja : penundaan/penekanan ovulasi •  Keuntungan kontrasepsi : Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan  pascapersalinan Segera efektif

Tidak mengganggu senggama

Tidak ada efek samping secara sistemik

Tidak perlu pengawasan medis

Tidak perlu obat atau alat

Tanpa biaya

•  Keuntungan non kontrasepsi        Untuk bayi : Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi  perlindungan lewat ASI)

Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk  tumbuh kembang bayi yang optimal Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atai alat minum yang  dipakai.

Untuk ibu : Mengurangi pendarahan pascaapersalinan

Mengurangi risiko anemia

Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi

•  Keterbatasan

Page 3: 53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan

Mungkin sulit dilaksanankan karena kondisi social Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan Tidak melindungi terhadap infeksi menular sexual (IMS)  termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS

Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan. Sebaliknya yang seharusnya tidak menggunakan MAL adalah klien yang sudah mendapat haid setelah bersalin, tidak menyusui secara eksklusif, bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan, ibu yang bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.B.  Kontrasepsi kombinasi (hormone estrogen dan progesteron) Bentuk pemberian kontrasepsi kombinasi dapat berbentuk tablet atau drags dan berupa depo injeksi. Kontrasepsi oral biasanya  dikemas dalam satu kotak yang berisis 21 atau 22 tablet, dan sebagian kecil  berisi 28 tablet. Minipil digunakan tanpa masa istrahat yang terdiri dari 35  tablet. Sediaan depo injeksi dapat berupa injeksi mikro kristalin (depoprovera) atau cairan minyak dari asam lemak sterioid ester. Sediaan estrogen – gestagen dibagi menjadi kombinasi monofasik, bertingkat, dan sekuensial bifasik.Pil kombinasi       Adalah pil kontrasepsi yang berisi estrogen maupun progesterone. Dosis estrogen ada yang 0,05; 0,08 dan 0,1 mg pertablet. Sedangkan dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-masing pabrik pembuatnya.  Cara kerja : Menekan sekresi gonadotropin dari hipofise secara terus – menerus, sehingga tidak terjadi ovulasi.

Merubah konsistensi  lendir serviks menjadi tebal  dan kental, sehingga penetrasi dan transportasi sperma akan terhalang, sulit, atau tidak mungkin sama sekali.

Merubah peristaltik tuba dan rahim, sehingga mengganggu motilitas tuba untuk ovum dan transportasi sperma. Menimbulkan perubahan pada endometrium, sehingga tidak memungkinkan terjadinya nidasi

Merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan-rangsangan gonadotropin.

Manfaat : Memiliki efektivitas yang tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakainya

Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan kembali dengan cepat

Tidak mengganggu hubungan seksual Resiko terhadap kesehatan sangat kecil

Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi nyeri haid

Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan

Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause

Mudah dihentikan setiap saat

Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

Dikatakan dapat mengurangi angka kejadian kanker ovarium

Kekurangan : Pil harus dimakan setiap hari, kurang cocok bagi wanita yang pelupa

Mual, terutama pada 3 bulan pertama

Perdarah bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama

Pusing, nyeri payudara, berat badan naik sedikit

Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI)

Meningkatkan tekanan darah, retensi cairan, sehingga resiko stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat

Page 4: 53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

Tidak mencegah IMS

Yang dapat menggunakan pil kombinasi : Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak

Gemuk atau kurus

Setelah melahirkan dan tidak menyusui

Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut

Pascakeguguran, anemia, nyeri haid hebat, siklus haid tidak teratur

Riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak, DM tanpa komplikasi, penyakit tiroid, penyakit radang panggul dll

Varises vena

Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi : Hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif

Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

Penyakit hati akut

Perokok usia > 35 tahun

Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah > 180/110 mmhg, riwayat gangguan pembekuan darah atau DM > 20 tahun, kanker payudara, migraine dan gejala neurologi fokal

Tidak dapat menggunakan pil secara teratur.

Waktu mulai menggunakan pil kombinasi : Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.

Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai paket  pil tersebut habis

Setelah melahirkan :  o  Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif o  Setelah 3 bulan dan tidak menyusui o  Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan  ingin menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

KONTRASEPSI PASCA MELAHIRKAN.

Oleh M.Andalas,dr.SpOG

Lector Kepala bagian Kebidanan dan Kandungan FK Unsyiah.

Kematian maternal atau ibu di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan Negara –negara tetangga kita dalam lingkup Asean. Hasil Survey demokrafi kesehatan 2003, angka kematian ibu dalam usia reproduksi 370 setiap seratus ribu kelahiran. 228 per seratus ribu ( SKDI,2009). Bila dilihat dari factor penyebab kematian maternal tersebut, 70 persen masih bisa diselamatkan. Salah satu cara adalah dengan cara pengaturan kehamilan melalui penggunaan kontrasepsi.

Page 5: 53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

Pengalaman di lapangan masih banyak ibu muda baik yang mempunyai anak, belum paham masalah apa yang harus dilakukan pasca melahirkan. Mereka sangat kurang mendapat informasi tentang kontrasepsi. Umumnya mereka baru serius ingin menggunakan kontrasepsi kalau secara tiba-tiba mengetahui telah hamil. Mereka menjadi trauma dikarenakan bayi terkecil masih empat bulan usianya. Sangat sering kasus ini menggiringnya membuat dosa dengan upaya menggugurkan, dengan alasan tidak siap menerima kehamilan tersebut karena di luar perencanaan (unwanted pregnancy) .Menjadi masalah besar adalah, andaikan mereka melakukan aborsi dengan aborsi tidak aman yang penuh risiko komplikasi berupa infeksi dan perdarahan, sehingga bisa mnegancam jiwa ibu tersebut

.

Makanya sudah sewajarnyalah, peningkatan kualitas konseling masalah kontrasepsi oleh setiap tenaga kesehatan khususnya bidan dan para dokter harus ditingkatkan. Sehingga para bumil (ibu hamil) telah dibekali pengetahuan tentang kontrasepsi yang digunakan atau dipilih kelak setelah melahirkan anak. Sebaiknya konseling ini dilakukan saat ibu hamil memeriksa kehamilan rutin. Berikut adalah beberapa pilihan kontrasepsi yang bisa menjadi pilihan bagi ibu pasca melahirkan.

Pilihan Kontrasepsi.

Secara umum, ada beberapa jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan atau dipilih seorang ibu pasca melahirkan, antara lain jenis kontrasepsi hormonal seperti suntikan KB satu bulan, tiga bulan, KB susuk (inplant) 3 tahun , lima tahun, dan pil KB. Selain itu, pilihan lain berupa kontrasepsi mekanik, seperti alat kontrasepsi dalam rahim (IUD/AKDR) yang dulu sangat popular dengan bentuk spiral, diaprahma (selungkup pelindung), dan kondom.

Alat Kontrasepsi Hormonal,

Kontrasepsi hormonal umumnya berisi hormon jenis progesterone atau kombinasi dengan hormone estrogen. Hormon progesterone mulai digunakan untuk pengobatan tahun 1950 yakni untuk mengobati penyakit endometriosis,kanker endometrium dan ketidak teraturan keluarnya darah haid. Hormon progesterone mulai digunakan sebagai alat kontrasepsi sejak tahun 1960.Pemakaian hormone progesterone untuk waktu lama akan berdampak terhadap ovulasi (keluarnya sel telur dari ovarium),sehingga membuat masa ovulasi seorang perempuan akan memanjang. Kontrasepsi hormonal yang mengandung progesterone membuat lendir serviks menjadi kental, sehingga menghalangi masuknya sperma ke mulut rahim.

Salah satu kelemahan kontrasepsi hormonal yang mengandung progesterone adalah tidak datangnya haid, sehingga pemakai kontrasepsi cemas takut kalau dia menjadi hamil, Beberapa contoh keluhan seperti di atas, sering terjadi pada ibu-ibu pemakai kontrasepsi dan hal ini terjadi akibat aseptor tidak mendapat konseling oleh pemberi pelayanan saat akan memakai kontrasepsi tersebut.

Selayaknya, seorang ibu calon pemakai kontrasepsi, bebas memilih satu dari beberapa jenis kontrasepsi yang pantas dipakai seorang ibu pasca melahirkan. Tentunya, setelah mendapat penjelasan yang baik dan komprehensif tentang kontrasepsi, termasuk untung ruginya. Bila Konseling atau penjelasan rinci ini dipergunakan dengan baik oleh pemberi pelayanan, kemungkinan angka dropout pemakai alat kontrasepsi bisa dikurangi.

Page 6: 53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

Keuntungan kontrasepsi suntikan

Selain efektifitas yang tinggi dengan kegagalan 0,1 persen, setiap 100 orang perempuan setiap tahun, kontrasepsi suntikan tidak mempengaruhi hubungan suami istri seseorang , dapat dilaksanakan oleh paramedis, tidak mempengaruhi pemberian ASI, kecuali jenis yang mengandung estrogen, dan mempunyai masa kerja yang cepat yakni dalam 24 jam setelah suntikan . Akan tetapi, beberapa kelemahan kontrasepsi hormonal progesterone ini adalah, lambatnya kembali kesuburan. Ada penelitian yang melaporkan dibutuhkan waktu setahun untuk kembali masa subur sesorang, berat badan yang semakin bertambah, dan haid yang tidak teratur.

Alat Kontrasepsi mekanik

Salah satu yang akan penulis uraikan di sini adalah jenis AKDR atau IUD. Penggunaan alat kontrasepsi jenis ini sekarang cenderung meningkat oleh karena efektifitasnya jauh lebih tinggi dan mudah untuk pemasangannya. Angka kegagalan rendah yaitu terjadi kehamilan kurang dari satu setelah pemakaian setahun. Kontrol AKDR cukup dengan menggunakan USG, sejauh ibu tersebut tak ada keluhan lain, seperti keputihan dan perdarahan periksa ulang dapat dilakukan sekali setiap 3 atau 6 bulan. Kerja alat AKDR ini melalui zat tembaga atau progesterone yang menghalangi fertilisasi dengan mencegah bertemunya sel telur (ovum) dengan Sel sperma , selain itu alat kontrasepsi juga melemahkan sel sperma.

Keuntungan kontrasepsi AKDR selain cukup efektif, juga karena masa proteksi pemakai yang relative lama yakni 8 sampai 10 tahun. Di samping mudah dipasang, murah dan tidak mempengaruhi ASI. Kerugian alat kontrasepsi ini adalah dapat meningkatkan risiko penyakit radang panggul dan inilah yang sering dihubungkan adanya korelasi pemakai IUD dengan kehamilan di luar kandungan. Sebenarnya ketakutan risiko ini bisa dicegah dengan melakukan persiapan pemasangan yang baik dengan pencegahan infeksi yang baik.

Keluhan lain yang sering dikeluhkan ibu-ibu pemakai adalah banyaknya darah haid yang keluar.dan memanjang dari biasanya. Keluhan ini hanya terjadi dalam kurun waktu 3 bulan pertama, dan semakin berkurang setelah terjadi adaptasi.

Menurut penulis seorang ibu pasca melahirkan dapat memilih dengan bebas kontrasepsi yang akan dipakai. Tentunya yang sesuai dengan kondisi fisik seseorang, misal kalau ingin haid teratur setiap bulan, maka sebaiknya jangan memilih jenis hormone progesterone seperti depoprovera, dan kalau seorang ibu dengan riwayat radang panggul sebaiknya hindari memakai alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), kecuali infeksi telah diterapi/sembuh.

Bila pemakaian kontrasepsi ini telah menjadi suatu kebutuhan masyarakat yang masih aktif berproduksi, maka usaha untuk mengatur jarak kehamilan telah berperan, berarti upaya mencegah salah satu factor penyebab kematian ibu . Terlalu seringnya seorang ibu hamil membuat capeknya otot rahim sehingga otot rahim malas untuk kontraksi, pasca melahirkan, menyebabkan terjadi perdarahan.

Perdarahan pasca salin inilah yang dapat dicegah andai ibu usia reproduksi active dapat mencegah terlalu sering hamil. Peran pemberi pelayanan, begitu juga terhadap tersedianya alat kontrasepsi dan sarana tempat yang penuh privasi bagi pemakai sangat menentukan keberhasilan pelayanan kontrasepsi. Mari kita cegah komplikasi kehamilan dari diri kita ,

Page 7: 53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

keluarga , kelompok masyarakat kita dengan saling mengingatkan dengan mengatur jarak kehamilan melalui penggunaan kontrasepsi. yang benar.

KB PASCA KEHAMILAN Dra. Isti Sudarmi (DITNAK) BKKBN Pusat

1. Yang dimaksud dengan KB Pasca Persalinan adalah Penggunaan alat/obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari/6 minggu setelah melahirkan.

2. Pemberian KIE/Konseling KB pada ibu hamil dilapangan sangat penting karena melalui KIE/Konseling KB sejak dini, diharapkan ibu tersebut dapat menentukan serta menggunakan alat/obat kontrasepsi segera setelah melahirkan. Ibu yang ber-KB Pascapersalinan merupakan peserta KB Baru (PB) murni.

3. Pada Ibu Pascapersalinan, kesuburan dapat kembali pada hari ke-21 setelah melahirkan/sebelum masa nifas selesai.

4. Minipil khusus untuk ibu menyusui, sampai saat ini BKKBN belum menyediakan. Mudah-mudahan tahun 2011 BKKBN bisa menyiapkan pil tersebut.

5. Banyak Pilihan Kontrasepsi yang aman untuk dipakai oleh ibu Pascapersalinan, bukan hanya IUD dan minipil saja, tapi juga bisa dengan MOW/MOP bagi yang sudah tidak ingin anak lagi, Implant, suntikan 3 bulanan dan alternatif terakhir pulang dibekali kondom, sebagaimana slide berikut.

CAFETARIA/PILIHAN KONTRASEPSI UNTUK PASCAPERSALINAN DAN PASCAKEGUGURAN SEBELUM PULANG DARI RUMAH SAKIT

NO.

KONTRASEPSI KETERANGAN

1. MOW/MOP Untuk yang tidak ingin mempunyai anak lagi

2. a. IUD Pascapersalinan

• Post Plasenta (dalam 10 menit setelah placenta lahir)

• Post Sectio Caesarea

• 3 Hari Pascapersalinan

b. IUD Pascakeguguran

• Untuk yang ingin menunda kehamilan

• Masa pakai sampai dengan 10 tahun

• Pascapersalinan: Kesuburan dapat kembali pada hari ke-21 setelah melahirkan

• Pascakeguguran: Kesuburan dapat kembali pada hari ke-14 setelah keguguran

3. Implant • Isi : Progestin Only

• Tidak mengganggu produksi ASI

Page 8: 53909182-KONTRASEPSI-PASCA-MELAHIRKAN

• Masa pakai sampai dengan 3 tahun

4. Suntik • Isi : Progestin Only

• Tidak mengganggu produksi ASI

• Masa pakai 3 Bulan

5. Minipil • Isi : Progestin Only

• Tidak mengganggu produksi ASI

• Pemakaian satu strip untuk 1 bulan

6. Kondom Pilihan kontrasepsi untuk pria

Sebagai kontrasepsi sela

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&sqi=2&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Flip4.bkkbn.go.id%2Ffile.php%2F1%2Fmoddata%2Fforum%2F1%2F497%2FInfo_KB_Pascapersalinan.ppt&ei=V3pgUJjFGcbLrQfO6IHQCQ&usg=AFQjCNFKxP6KmyBuRXTRSTJ46TN-50lM8g