35
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap bisnis menghadapi tantangan yang setara antara pertumbuhan pendapatan dan pengelolaan risiko. Hal ini disebabkan setiap keputusan bisnis mengandung elemen risiko didalamnya. Salah satunya adalah di dalam proses pembuatan sebuah produk. Mulai dari keputusan untuk menetukan bahan baku, kadar, kemasan, dan lainnya, terdapat berbagai jenis risiko. AJI-NO-MOTO® sebagai salah satu brand penyedap rasa dibuat melalui proses fermentasi dengan bahan baku utama tetes tebu pilihan. Berstandar internasional dan dibawah lisensi Ajinomoto Co. Inc., Jepang sebagai perusahaan pertama yang memproduksi penyedap rasa sejak 1909. Namun, pada awal Januari 2001, PT Ajinomoto diharuskan menarik seluruh produk AJI-NO- MOTO dari pasar karena menggunakan babi sebagai salah satu bahan pembuatannya. I.2 Tujuan Mengidentifikasi risiko yang terjadi Melakukan pengukuran dan pemetaan risiko Menganalisis penanganan risiko 1

54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Setiap bisnis menghadapi tantangan yang setara antara pertumbuhan pendapatan dan

pengelolaan risiko. Hal ini disebabkan setiap keputusan bisnis mengandung elemen risiko

didalamnya. Salah satunya adalah di dalam proses pembuatan sebuah produk. Mulai dari

keputusan untuk menetukan bahan baku, kadar, kemasan, dan lainnya, terdapat berbagai jenis

risiko.

AJI-NO-MOTO® sebagai salah satu brand penyedap rasa dibuat melalui proses

fermentasi dengan bahan baku utama tetes tebu pilihan. Berstandar internasional dan dibawah

lisensi Ajinomoto Co. Inc., Jepang sebagai perusahaan pertama yang memproduksi penyedap

rasa sejak 1909. Namun, pada awal Januari 2001, PT Ajinomoto diharuskan menarik seluruh

produk AJI-NO-MOTO dari pasar karena menggunakan babi sebagai salah satu bahan

pembuatannya.

I.2 Tujuan

Mengidentifikasi risiko yang terjadi

Melakukan pengukuran dan pemetaan risiko

Menganalisis penanganan risiko

I.3 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan akan berakhirnya sertifikat Halal dari MUI untuk AJI-NO-

MOTO pada September 2000, maka PT Ajinomoto Indonesia mengajukan perpanjangan

sertifikat Halalnya pada akhir Juni 2000. Audit kemudian dilakukan oleh LPPOMMUI Pusat

(2 orang), LPPOMMUI Jatim, BPOM, Balai POM Surabaya dan dari Departemen Agama

pada tanggal 7 Agustus 2000. Pada 7 Oktober 2000, Komisi Fatwa memutuskan bahwa

Bactosoytone tidak dapat digunakan sebagai bahan dalam media pembiakan mikroba untuk

1

Page 2: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

menghasilkan MSG. PT Ajinomoto Indonesia diminta untuk mencari alternatif bahan

pengganti Bactosoytone.

Sesuai dengan instruksi Komisi Fatwa, PT Ajinomoto Indonesia mengganti

Bactosoytone dengan Mameno dalam tempo 2 bulan. LPPOMMUI melakukan audit

sehubungan dengan penggantian Bactosoytone dengan Mameno pada 4 Desember 2000.

Mereka memutuskan Mameno dapat digunakan dalam proses pembiakan mikroba untuk

menghasilkan MSG.

Komisi Fatwa melakukan rapat kedua pada 16 November 2000. LPPOMMUI

menyampaikan hasil rapat tersebut kepada PT Ajinomoto Indonesia pada 18 Desember 2000,

bahwa produk yang menggunakan Bactosoytone dinyatakan Haram.

MUI mengirim surat kepada PT Ajinomoto Indonesia pada 19 Desember 2000 untuk

menarik semua produk Ajinomoto yang diproduksi dan diedarkan sebelum tanggal 23

November 2000 (Produk yang dihasilkan setelah 23 November 2000 sudah menggunakan

Mameno). Namun, pada tanggal tersebut perusahaan sudah memasuki libur bersama Natal

dan Tahun Baru. Sekertaris Umum MUI mengumumkan di media massa pada 24 Desember

2000, bahwa produk AJI-NO-MOTO mengandung babi dan masyarakat diminta untuk tidak

mengkonsumsi bumbu masak AJI-NO-MOTO yang diproduksi pada periode 13 Oktober

hingga 16 November 2000.

Pengumuman MUI ini lalu ditindaklanjuti dengan pertemuan antara jajaran

Deperindag, Depag, MUI, GPMI (Pengusaha Makanan dan Minuman), Dirjen POM, dan

YLKI pada 2 & 5 Januari 2001 yang menghasilkan keputusan bahwa PT. Ajinomoto

Indonesia harus menarik seluruh produknya di pasaran dalam negeri termasuk produk lain

yang tidak bermasalah dalam jangka waktu 3 minggu terhitung dari 3 Januari 2001.

2

Page 3: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

BAB II

TEORI

II.1 Pengertian Risiko

Risiko adalah peristiwa atau kejadian-kejadian yang berpotensi untuk terjadi yang

mungkin dapat menimbulkan kerugian pada suatu perusahaan. Risiko timbul karena adanya

unsur ketidakpastian di masa yang akan datang. Risiko memiliki sifat dinamis dan memiliki

interdependensi satu sama lain.

II.2 Identifikasi Risiko

Untuk dapat mengidentifikasi risiko dengan tepat, kita perlu mengetahui jenis-jenis

risiko, yaitu:

1. Risiko kredit/investasi: timbul akibat dari kegagalan pemenuhan kewajiban oleh

debitur atau counterparty.

2. Risiko pasar: timbul karena adanya pergerakan variable pasar yang bervariasi.

3. Risiko likuiditas: muncul karena ketidakmampuan dalam menempatkan/mengolah

liability.

4. Risiko kepatuhan: disebabkan oleh kegagalan mematuhi dengan atau tanpa

menerapkan hukum, peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan lainnya.

5. Risiko operasional: muncul karena ketidakmampuan dan/atau tidak berfungsinya

proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau masalah-masalah eksternal

lainnya.

6. Risiko Hukum: akibat dari kelemahan masalah hukum.

7. Risiko reputasi: muncul terkait dengan masalah publikasi atau persepsi-persepsi

negatif.

8. Risiko strategi: timbul akibat lemahnya pembentukan dan penerapan strategi

perusahaan, lemahnya pengambilan keputusan dalam dunia bisnis dan kesenjangan

reaksi dalam menghadapi perubahan.

II. 3 Risiko Barang dan Jasa & Risiko Pembelian/Pengadaan

3

Page 4: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Dalam suatu manajemen, bagian operasional merupakan bagian dari manajemen yang

paling banyak mengeluarkan biaya. Untuk menghindari penggunaan biaya yang berlebihan di

bagian operasional maka perlu adanya identifikasi terhadap risiko-risiko.

RISIKO OPERASIONAL DAN PRODUKSI

Resiko yang dapat muncul dari produk atau jasa disebabkan oleh berbagai macam hal

yang akan berdampak pada biaya, reliability, bahkan terhadap masyarakat.

1. Konsekuensi Mundane Failure

Adalah kesalahan yang biasa terjadi dalam suatu proses produksi yang dampaknya

juga tidak terlihat signifikan, namun jika kesalahan tersebut terus menerus terjadi,

dampaknya dapat terakumulasi dan pada akhirnya akan menimbulkan kerugian

financial bagi perusahaan.

2. Catastropic Failure

Kegagalan produk dan jasa yang berakibat pada penarikan produk dari pasar atau

yang menimbulkan masalah hukum.

3. Penerapan Product Liability di Eropa

Hukum mengenai Product Liability telah distandardisasi di seluruh Uni Eropa

berdasarkan revisi pedoman pada General Product Safety.

Tujuan utama dari pedoman ini adalah memastikan produk yang terdapat di pasaran

adalah produk yang aman–dalam arti penggunaan yang tepat dan sesuai fungsi serta

dalam kondisi normal.

4. Kegagalan Pelayanan Jasa

Terdapat tiga tipe perusahaan jasa:

a. Pelayanan jasa yang juga melibatkan produk fisik

b. Pelayanan jasa yang terlibat langsung dengan pelanggan

c. Pelayanan jasa murni

5. Risiko Finansial dalam Badan Pemerintahan

4

Page 5: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Salah satu risiko terbesar dalam badan pemerintahan daerah adalah keterbatasan atau

kekurangan dana.

6. Cara Mencapai Reliabilitas dan Konsistensi

Terdapat tiga cara dalam pendekatan kualitas :

1. Failure area (non-responsive) dengan risiko complain dan penarikan dari

pasaran (paling berisiko).

2. Inspection mode (reactive) pemeriksaan kualitas dari produk akhir sebelum

dikeluarkan ke pasar.

3. Prevention mode (planned) penerapan sebuah sistem yang melingkupi seluruh

area dimana permasalahan dalam kualitas dapat muncul (risiko paling kecil).

7. Pemanfaatan Sistem Manajemen untuk Pengendalian Risiko

Elemen-elemen dalam manajemen sistem kualitas yaitu sebagai berikut :

Pemahaman terhadap proses utama

Memiliki struktur organisasi

Memiliki prosedur tertulis

Menyimpan dokumentasi

Melakukan pemeriksaan rutin

Mengidentifikasi kegagalan dan memperbaikinya

Melakukan pengembangan yang berkelanjutan

Komunikasi yang baik

Mengijinkan sebuah perusahaan eksternal untuk menilai sistem secara rutin

8. Pengelolaan Manusia, Teknologi dan Desain Dalam Keterlibatannya terhadap Risiko

Operasi dan Produksi

a. Pengelolaan manusia

o Multifunction team; diterapkan pada masalah-masalah yang melibatkan batas-

batas fungsional atau melewati batas-batas fungsional dalam perusahaan.

o Cell manufacturing; mengurangi kesenjangan atau jarak di dalam organisasi dan

member setiap orang kendali terhadap produk akhir dimana setiap sel (bagian)

dalam organisasi bertindak sebagai sebuah complete profit centre dan memiliki

chief executive-nya masing-masing

5

Page 6: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

o Reward system; pekerja diberi penghargaan berupa bagian kepemilikan terhadap

perusahaan (share)

o Employee Share Ownership Programe (ESOPs)

o Performance Relative Pay (PRP)

b. Pengelolaan Teknologi

o Computer Aided Design (CAD)

o Computer Integrated Manufacture (CIM)

o Penggunaan bar code

o Proses produksi dengan computer

o Pengenalan sistem penanganan otomatis dan robotic

o Penggunaan inovasi-inovasi baru

c. Pengelolaan Disain dan Pengembangan

o Concurrent engineering

o Benchmarking

RISIKO PEMBELIAN

Dalam pembelian, isu-isu utama tentang risiko berkaitan dengan kualitas dan

ketersediaan, serta konflik kepentingan. Adanya risiko ini dibagi dalam 2 kategori :

1. Risiko dari pemasok

2. Risiko dari kebijakan pengadaan yang dimiliki perusahaan

Berikut adalah jenis-jenis risiko yang berkaitan dengan pemasok:

Single sourcing of supplies: banyak perusahaan menginginkan satu pemasok untuk

setiap produk yang dibeli.

Oligopolies: suatu pasar dengan sedikit pemasok yang menyediakan risiko kepada

muara bisnis.

Reverse auctions: sebuah model yang berbeda dari single sourching. Di sini, para

pemasok menawarkan harga termurah untuk sebuah komoditi atau komponen.

6

Page 7: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Partnership sourcing and supplier development: para pemasok akan lebih dalam

terlibat dalam bisnis kliennya.

Outsourcing and sourcing from aboard

Sourcing dari perusahaan-perusahaan lain dan dari luar negeri membawa banyak

manfaat.

Reputation issues: perusahaan harus berhati-hati agar tidak memasok bahan baku dari

para pemasok yang telah mendapatkan image yang buruk.

Supllier unreliability: hal yang memicu timbulnya ketidakpercayaan terhadap

pemasok, misalnya seperti masalah keuangan dan masalah kualitas.

Just in time: mengurangi persediaan di gudang dan menghindari dated stock.

Overstocking: dengan overstocking, perusahaan dapat memenuhi lonjakan pesanan.

Akan tetapi jika tidak adanya lonjakan pesanan maka persediaan yang tersimpan juga

akan banyak.

Conflicts of interest: kadang perusahaan mengalami masalah mengenai persoalan

memuaskan pemasok atau pelanggan.

Corruption Risks

Controlling price hikes: risiko beberapa industri mengarah kepada perubahan harga

dari bahan-bahan mentah dan ketika harga mengalami kenaikan, maka profitabilitas

mereka akan terancam.

Cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi risiko pembelian:

1. Supplier assessment

Dimulai dengan formulir yang dilengkapi prospective supplier.

Perusahaan mengunjungi pemasok dari waktu ke waktu.

Perusahaan perlu melakukan inspeksi penerimaan.

2. Vertical integration

Menerapkan kekuasaan kepada pemasok atau distributor untuk mengefisiensi supply

chain.

3. E-Business

Memesan kepada pemasok melalui jaringan computer, pesanan sering dicetuskan oleh

gudang pelanggan atau sistem perencanaan produksi.

7

Page 8: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

PT Ajinomoto Indonesia merupakan produsen bumbu masak merek Ajinomoto.

Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Jepang dimana Ajinomoto pusat merupakan salah

satu dari 36 perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia. Di Indonesia, AJI-NO-

MOTO® telah dijual selama 40 tahun dan telah menjadi bumbu masak andalan di dapur Ibu-

Ibu Indonesia. Dari tahun ke tahun perkembangan dan inovasi produk terus dilakukan,

terbukti dengan munculnya beragam produk bumbu mulai dari bumbu kaldu penyedap

"MASAKO®", bumbu praktis siap saji "SAJIKU®", dan bumbu masakan Asia "SAORI®".

Selain itu, produk minumannya yaitu minuman susu fermentasi "CALPICO®" dan minuman

kopi susu "BIRDY®".

Filosofi:

Menciptakan kehidupan yang lebih baik secara global dengan memberikan kontribusi

bagi kemajuan yang berarti dalam bidang Makanan dan Kesehatan serta berkarya bagi

kehidupan.

Visi dan Misi:

Menjadi basis kekuatan Grup Ajinomoto untuk memanfaatkan kesempatan bisnis di

pasar Islam dengan menciptakan produk - produk / bisnis yang unik dalam bidang

makanan (utamanya difokuskan pada segmen bumbu masak) yang dapat

merealisasikan filosofi "Eat Well Live Well", sehingga bisnis kita akan membuat

lingkungan di bumi lebih terpelihara.

Nilai-nilai Perusahaan:

Mematuhi peraturan pemerintah dan memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat.

Memperhatikan dan memenuhi kebutuhan konsumen.

Komunikasi dua arah yang terbuka dan jujur.

Disiplin dan bertanggung jawab.

8

Page 9: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Perbaikan dan kemajuan dimulai dari kegiatan sehari-hari, sehingga setiap

individu serta organisasi perusahaan dapat tumbuh dan berkembang bersama-

sama.

Nilai-nilai MSDM:

1. Penciptaan Nilai Melalui “Value Chain”

a. Selalu melakukan komunikasi aktif dengan organisasi atau orang terkait

b. Melakukan aktivitas berdasarkan pola pikir bahwa proses selanjutnya adalah

pelanggan.

2. "GENBA SHUGI"

c. Melakukan aktifitas dengan menyadari STPDCA {See (lihat), Think (Pikir), Plan

(Rencana), Do (Laksanakan), Check (Periksa), Action (Tindakan)} dan selalu

bertanya Kenapa? Kenapa? Kenapa?

3. Inisiatif

d. Menciptakan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan diri.

e. Melakukan aktifitas dengan memiiliki komitmen yang kuat untuk mencapai hasil

sesuai dengan tujuan.

III.1 Berdirinya Ajinomoto Grup Indonesia

1969 : PT AJINOMOTO INDONESIA didirikan

1970 : Pabrik Mojokerto mulai beroperasi

1970 : Mulai menjual AJI-NO-MOTO®

1982 : Mulai mensual L-LYSINE®

1986 : Mulai menjual AJI-PLUS®

1987 : PT AJINEX INTERNATIONAL didirikan

1989 : Mulai menjual MASAKO® untuk eceran

1989 : Mulai menjual TENCHO® dan Aspartame

1993 : PT Ajinomoto Sales Indonesia (ASI) mulai beroperasi

1994 : PT Ajinomoto Calpis Beverage Indonesia (ACBI) didirikan

1996 : Mulai menjual CALPICO® Soda

1997 : Mulai menjual BIRDY®

9

Page 10: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

1999 : Mulai menjual SAJIKU®

2005 : Mulai menjual SAORI®

2006 : Mulai menjual CALPICO® Mini

III.2 Struktur Perusahaan

10

Page 11: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

BAB IV

ANALISIS

IV.1 Sistem Produksi Produk Ajinomoto (MSG)

11

Page 12: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Tahapan-tahapan pembuatan Ajinomoto:

1. Pada tahapan ini, PT Ajinomoto menggunakan hasil-hasil pertanian alami sebagai bahan baku

seperti tebu. Tebu diperas untuk mendapatkan tetes tebu (molase) yang nanantinya akan

difermentasi menjadi asam glutamat.

2. Setelah mendapatkan tetes tebu, tahapan berikutnya yaitu proses fermentasi tetes tebu tersebut

untuk mendapatkan asam glutamat. Pada tahapan ini yang menjadi kasus risiko produksi dari

PT Ajinomoto adalah mereka menggunakan bacto-soytone sebagai media pengembang

biakkan bakteri yang nantinya akan digunakan untuk proses fermentasi. Bacto-soytone itu

dihasilkan dari ekstraksi daging babi. Dan hal tersebut yang menjadi kontroversi dan

diharamkan oleh MUI.

12

Page 13: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

3. Pada tahapan ketiga, asam glutamat yang telah dihasilkan dari bakteri fermentasi pada

tahapan sebelumnya, diisolasi melalui proses pengkristalan. Dengan mengasamkan kaldu

fermentasi, asam glutamat terkristalkan.

Berikutnya lempengan kristal glutamat dipisahkan dari kaldu fermentasi yang asam.

4. Kemudian pada tahapan ke empat, asam glutamat diubah menjadi monosodium glutamat

(MSG). Dengan menambahkan natrium hidroksida (food grade), asam glutamat kemudian

diubah menjadi monosodium glutamat. Monosodium glutamat memiliki kelarutan dan

stabilitas yang sangat baik sebagai bumbu masak. Dibandingkan dengan asam glutamat,

monosodium glutamat lebih mudah larut dalam air serta kecil kemungkinannya untuk

menyerap uap air dan memiliki rasa yang kuat.

13

Page 14: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

5. Tahapan berikutnya yaitu membersihkan larutan monosodium glutamat dengan menggunakan

karbon aktif untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan.

6. Pada tahapan ini, larutan monosodium glutamat dikonsentrasikan dengan pemanasan dan

kristal monosodium glutamat terbentuk.

14

Page 15: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

7. Tahapan berikutnya, kristal monosodium glutamat digetarkan dan dipindahkan kemudian

dikeringkan dengan udara panas.

8. Kristal monosodium glutamat yang dihasilkan kemudian ditimbang dan dikemas.

9. Ajinomoto siap dikirimkan ke tempat konsumen.

15

Page 16: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Dari sistem produksi monosodium glutamat Ajinomoto di atas, yang menjadi risiko

produksi dari perusahaan terdapat pada tahapan kedua dimana dilakukannya proses

fermentasi yang menggunakan bakteri fermentasi dalam jumlah yang cukup banyak.

Perusahaan menggunakan bactosoytone yang diekstraksi dari daging babi untuk

menggantikan polypeptone yang biasa diekstrasi dari daging sapi karena lebih ekonomis.

Bactosoytone itu digunakan sebagai media pengembang biakan bakteri yang akan

digunakan untuk memfermentasi tetes tebu (gula) menjadi asam glutamat. Hal ini yang

menjadi kontroversi sehingga MUI mengaharamkan produk Ajinomoto yang menggunakan

bactosoytone ini.

IV.2 Identifikasi Risiko

Berikut adalah identifikasi risiko yang kami lakukan terkait kasus Ajinomoto ini:

Entrepreneurial Risk

Kasus Ajinomoto ini termasuk jenis risiko entrepreneurial yang diakibatkan karena

perusahaan gagal membuat keputusan bisnis yang tepat dan memprediksi keputusan

tersebut sehingga mengalami kerugian yang cukup signifikan.

Strategic Risk

Risiko ini muncul akibat kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan

pimpinan perusahaan, dengan menggunakan Bactosoytone yang mengandung unsur

binatang babi, agar proses produksi menjadi lebih ekonomis.

Financial Risk

Kasus ini sangat mempengaruhi keuangan perusahaan karena kerugian yang dialami

mencapai 55 milliar rupiah. Padahal, berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret

2001 yang kami peroleh, Ajinomoto Group mengalami loss sebesar 11.5 milliar yen.

Compliance Risk

16

Page 17: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Kasus ini juga menyangkut tentang risiko kepatuhan, yaitu risiko yang berhubungan

dengan kepatuhan perusahaan terhadap aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan hukum

untuk meningkatkan pengendalian risiko perusahaan sebagai perusahaan publik.

Dalam kasus ini, perusahaan gagal mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh

MUI mengenai bahan-bahan yang tidak boleh digunakan untuk membuat produk

makanan.

Reputation Risk

PT Ajinomoto Indonesia sebagai perusahaan publik dituntut untuk selalu mengawasi

dan mengendalikan kegiatan bisnisnya agar tidak sampai terjadi hal-hal yang

berdampak buruk pada pandangan masyarakat terhadap perusahaan. Namun

sayangnya, kasus ini membuat persepsi negatif di kalangan masyarakat mengenai

produk Ajinomoto yang menggunakan babi sebagai salah satu bahannya. Padahal

mayoritas konsumennya beragam Islam yang mengharamkan babi. Sehingga setelah

kasus ini muncul, reputasi Ajinomoto cenderung menurun.

Jika dikaitkan dengan teori pada risiko operasional dan produksi serta pembelian

maka identifikasi risikonya adalah sebagai berikut:

Risiko Produksi

Risiko ini timbul karena perusahaan tetap menggunakan bakteri bactosoytone yang

merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai dengan biokatalisator parcine yang berasal

dari pangkreas babi. Walaupun secara ilmiah semua zat dari bakteri tersebut nantinya

akan terurai, MUI tetap menjatuhkan fatwa haram pada Ajinomoto.

Catastrophic Failure

Adanya catastrophic failure, yaitu kegagalan produk yang mengakibatkan penarikan

produk dari pasar atau yang menimbulkan masalah hukum. Pada kasus ini, PT

ajinomoto diharuskan menarik semua produknya, dalam jangka waktu 3 minggu

terhitung dari 3 Januari 2001. Diperkirakan PT Ajinomoto menarik 3500 produknya

dari pasaran. Kegagalan ini mengakibatkan Ajinomoto menalan kerugian 55 milliar

rupiah karena kehilangan sertifikat halalnya yang mengakibatkan kurangnya

kepercayaan masyarakat terhadap penyedap rasa tersebut.

Belajar dari kesalahan, Ajinomoto memanfaatkan sistem manajemen untuk

pengendalian risiko, mendapatkan ISO 9001 nya pada tahun 2008. Mendapatkan kembali

17

Page 18: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Sistem Jaminan Halal (SJH) dari MUI tahun 2005. Selain itu, perusahaan juga melakukan

usaha untuk kembali mencapai realibilitas dan konsistensi, pada awalnya dengan failure area,

yaitu menarik semua produknya seperti yang telah kami jelaskan diatas juga mengganti

penggunaan bakteri bactosoytone dengan mameno. Sekarang mereka melakukan inspection

dan prevention mode dengan memberikan nomer hotline dan juga website interaktif.

Pengelolaan manusia, teknologi dan desain dalam keterlibatannya terhadap risiko

operasi dan produksi, melakukan pengelolaan SDM mereka seperti yang tercantum pada

profil perusahaan yaitu value chain, genba shugi dan inisiatif. Melalui bagian research and

development-nya terus mengembangkan teknologi yang efektif, efisien dan ramah

lingkungan, sesuai dengan CSR mereka.

Sedangkan untuk risiko pembelian, sebenarnya tidak terlalu signifikan pada kasus

ajinomoto ini. Mereka mempekerjakan pekerja dari pusat ajinomoto dan juga beberapa dari

kantor cabang, dalam hal ini Indonesia. Untuk memperkecil risiko pembelian mereka yang

memang sudah kecil mereka bisa melakukan supplier assessment, vertical integration dan

Ebusiness. E- business ini menurut kami paling mencolok, dengan supply chain dan logistic

yang baik ajinomoto dapat memperbesar jangkauan penjualan mereka.

IV.3 Pengukuran Risiko

Kerugian yang dialami PT Ajinomoto akibat kasus ini adalah:

Penarikan produk secara massal dan mengganti kerugian distributor. Ajinomoto

menderita kerugian total 55 miliar rupiah karena harus mengeluarkan biaya sebagai

usaha proaktif mendatangi pedagang dan pengecer untuk menarik produknya yang

diperkirakan mencapai 3.500 ton dan menggantinya sesuai dengan harga pasar. Tidak

hanya di Indonesia, Singapura sebagai negara pengimport bumbu masak Ajinomoto

dari Indonesiapun menarik produk ini dari pertokoan negeri tersebut.

Turunnya saham Ajinomoto sebesar 30 poin di bursa.

Penyegelan gudang Ajinomoto dan penutupan sementara pabrik, namun semua

karyawan tetap masuk kerja untuk menarik produk dari pasar dan mengatur

penerimaan barang di pabrik agar tidak beredar lagi di pasar. Seluruh karyawan bahu-

membahu agar persoalan yang menimpa perusahaan segera selesai.

Enam petinggi perusahaan PT. Ajinomoto Indonesia diperiksa oleh Polda Jatim,

yaitu: Manajer Kontrol Kualitas Haryono, Manajer Teknik Yoshiko Kagama, Manajer

18

Page 19: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Produksi Sutiono, Manajer Perusahaan Hari Suseno, Kepala Departemen Manajer

Cokorda Bagus Sudarta, dan Manajer Umum Yosi R. Purba.

Dari berbagai kerugian diatas dapat ditinjau bahwa ukuran dampak risikonya, adalah:

o Probability

Kasus ini merupakan jenis risiko dengan probability yang improbable atau

kemungkinan terjadinya kecil. Jika perusahaan tetap mematuhi ketentuan yang ada

dan tetap menjaga kepercayaan masyarakat, maka risiko ini bisa dihindari.

o Severity

Dilihat dari jumlah kerugian yang dialami perusahaan, yaitu sebesar 55 milliar rupiah,

maka risiko ini dapat diklasifikasikan sebagai risiko dengan dampak yang serious atau

besar. Perusahaan tetap dapat melanjutkan proses bisnis namun membutuhkan upaya

dan materi yang tidak sedikit.

IV.4 Pemetaan Risiko

Diketahui:

- Total kerugian yang ditanggung perusahaan sebesar Rp 55 miliar

- Masa penarikan produk di pasar dilakukan selama 3 minggu = 21 hari

- Asumsi jumlah frekuensi penarikan produk yang terjadi selama 3 minggu sebanyak

100 kali

- Sehingga besarnya kerugian yang ditanggung perusahaan setiap melakukan satu kali

penarikan sebesar:

Jumlah frekuensi : Total kerugian

100 : 55 miliar = 0,55 miliar

TABEL PEMETAAN RISIKO

Hari Frekuensi Kerugian Total

19

Page 20: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

ke- Penarikan Kerugian

1 3 0,55 1,65

2 12 0,55 6,6

3 3 0,55 1,65

4 4 0,55 2,2

5 20 0,55 11

6 0 0,55 0

7 5 0,55 2,75

8 2 0,55 1,1

9 8 0,55 4,4

10 5 0,55 2,75

11 5 0,55 2,75

12 2 0,55 1,1

13 4 0,55 2,2

14 4 0,55 2,2

15 2 0,55 1,1

16 7 0,55 3,85

17 3 0,55 1,65

18 5 0,55 2,75

19 3 0,55 1,65

20 2 0,55 1,1

21 1 0,55 0,55

20

Page 21: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

Total 100 55

Dari hasil pemetaan risiko di atas bisa kita lihat bahwa frekuensi penarikan yang paling besar

terjadi pada hari ke 5 yaitu sebanyak 20 kali penarikan produk yang dilakukan pada hari

tersebut. Hal itu bisa dihubungkan dengan lokasi atau wilayah dari penarikan produk yang

dilakukan. Pada hari ke 5, perusahaan melakukan penarikan produk di daerah Aceh, Sumatra

yang mayoritas penduduk disana beragama Islam. Sehingga jumlah frekuensi penarikan

produk pada hari ke 5 tersebut sangatlah tinggi. Karena disana lebih banyak penduduk yang

merasa khawatir menggunakan produk MSG Ajinomoto yang disinyalir mengandung ekstrak

daging babi.

Pada hari ke 6, frekuensi penarikan yang dilakukan perusahaan adalah nol, hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengamati dan mencari-cari lokasi mana lagi yang

paling banyak membutuhkan perhatian lebih untuk dilakukannya penarikan produk ini

sehingga biaya yang mereka tanggung bisa diminimalisir.

Dari hasil pemetaan risiko di atas, bisa kita simpulkan bahwa banyak sedikitnya jumlah

frekuensi penarikan yang dilakukan oleh Ajinomoto pada hari tertentu, dipengaruhi juga oleh

21

Page 22: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

wilayah penarikan produk yang dilakukan. Di wilayah yang penduduknya mayoritas

beragama Islam, frekuensi penarikannya lebih tinggi, sedangkan di kota-kota lain yang biasa-

biasa saja, jumlah frekuensi penarikan yang dilakukan tergolong cukup rendah.

IV.5 Risk Assessment

Berikutnya kami akan menjabarkan risk assessment produksi dan operasi sesuai

sandgrove 2005, PT ajinomoto mendapat ‘low risk’ begitu juga untuk risk assessment

pembelian.

Setelah mendapat fatwa haram MUI . PT ajinomoto melakukan pendekatan kualitas

failure area, dengan melakukan penarikan kembali semua produk mereka yang ada di pasar.

Setelah tertunda libur natal dan tahun baru PT ajinomoto pada tanggal 24 desember pihak

MUI mengumumkan bahwa produk ajinomoto tidak halal dan untuk tidak mengkonsumsi

produk ajinomoto yang diproduksi 13 oktober sampai 16 november tahun 2000.

Dari rapat berikutnya dengan deperindag,depag ,mui,GPMI ,dirjen POM dan YLKI

untuk seperti telah kami sebutkan diawal menarik semua produknya , bahkan yang tidak

bermasalah dalam jangka waktu 3 minggu. PT Ajinomoto melakukan penarikan besar

besaran dan membayar ganti rugi kepada distributor dan pengecer. Kerugian ditaksir sebesar

55 milliar rupiah. Singapura yang juga mengimpor ajinomoto dari Indonesia juga dipaksa

mengembalikan kembali produk yang ada di pasar. Walaupun tidak terlalu signifikan pada

omzet penjualan. Kerugian yang didapatkan karena ingin berhemat (mengganti bakteri yang

lebih ekonomis) Ajinomoto kehilangan tidak hanya uang tapi juga nama baik, pencitraan dan

kepercayaan publik.

BAB V

22

Page 23: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Kasus yang terjadi pada produk MSG Ajinomoto ini diakibatkan oleh adanya risiko

strategic yang dibuat oleh pimpinan perusahaan yang ingin membuat proses produksi menjadi

lebih ekonomis. Risiko ini berdampak serius karena selain merugi puluhan milliard rupiah,

reputasi perusahaan juga menurun, terlihat dari turunnya nilai saham.

Namun, PT Ajinomoto segera melakukan penanganan risiko dengan mendapatkan

kembali sertifikat Halal dari MUI dalam waktu kurang dari satu bulan setelah batas waktu

penarikan produk. Selain itu PT Ajinomoto juga terus melakukan CSR untuk meningkatkan

kembali reputasinya di masyarakat.

V.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan mengenai kasus ini terhadap PT Ajinomoto adalah:

Entrepreneurial Risk

Sebaiknya dalam mengambil keputusan terlebih dahulu melakukan penghitungan

risiko yang mungkin terjadi ,sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan

keputusan bisnis yang membahayakan perusahaan.

Strategic Risk

Dalam membuat keputusan sebaiknya para petinggi perusahaan mengetahui mengenai

manajemen risiko sehingga membantu memilih keputusan yang tepat ketika data telah

tersedia.

Financial Risk

Ajinomoto sendiri kembali sehat keuangannya setelah beberapa waktu , tapi harus

memperkecil risiko yang lain(seperti risiko kepatuhan, strategis dan entrepeneurial)

agar risiko keuangan ini tidak terjadi kembali.

Compliance Risk

Ajinomoto sebaiknya mematuhi peraturan yang ada di pemerintah pusat maupun

setempat ,sehingga tidak terjadi benturan dengan pihak yang berwajib karena hukum

23

Page 24: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

yang ada sudah jelas dan ajinomoto bisa saja dituntut apabila hal seperti ini terjadi

kembali.

Reputation Risk

Memberikan reputasi yang lebih baik. Seperti memberikan keterangan yang jelas

mengenai cara produksi . Menjangkau kalangan muda yang baru berkenalan dengan

produk produk ajinomoto. Mempertahankan sertifikat halal dan ISO

mereka.Menyediakan hotline dan responsive terhadap keluhan ataupun pertanyaan

pelanggan ,partner dan pengecer.

Dan saran lainnya

Dalam melakukan penghematan biaya di cabang perusahaan yang berada di luar

negeri sebaiknya memperhatikan kultur dan budaya setempat.

Diperlukan research and development yang lebih baik lagi agar tetap bisa menghemat

secara ekononis tapi juga bisa memuaskan konsumen dengan baik.

24

Page 25: 54932669-PRU-Ajinomoto.doc

DAFTAR PUSTAKA

Hanggraeni, Dewi, SE, MBA. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Lembaga Penerbit FEUI:

Jakarta.

www.ajinomoto.com

www.ajinomoto.co.id

http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-3819877/MSG-INDUSTRY-S-PROSPECTS-

FOR.html

Referensi:

^ (id) Tempo interaktif: Penarikan Produk Ajinomo: PT Ajinomo Indonesia Merugi 30

Miliar. Tanggal 5 Janunari 2001

^ (id) PT Ajinomoto Indonesia

^ (id) PT Ajinomoto Indonesia

^ (id) PT Ajinomoto Indonesia

^ a b c d e f (id)Liputan6.com: Fokus: Enzim Babi di Ajinomoto. Ramai-ramai Menarik

Ajinomoto

^ PT Ajinomoto Indonesia

^ (id) Gatra: Tergelincir Enzim Babi. Tanggal 8 Januari 2001

^ (id)Tempo interaktif: Penarikan Produk Ajinomot: PT Ajinomo Indonesia Merugi 30

Miliar. Tanggal 5 Janunari 2001

^ (id)Gatra Edisi Cetak: Kasus Ajinomoto: Heboh Ajinomoto, Serahkan Pada Hukum.

Tanggal 8 Januari 2001

25