Upload
raralistiani
View
194
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 1/36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dan dimasa yang akan datang kemajuan ilmu dan teknologi
informasi kesehatan berkembang pesat, penguasaan informasi dan teknologi
menjadi faktor strategis pendorong kemajuan pada sarana pelayanan kesehatan,
dengan demikian sarana pelayanan kesehatan harus menguasai informasi yang
disesuaikan dengan kemajuan teknologi sehingga mampu mengambil keputusan
yang efektif dalam menyelesaikan masalah dan menentukan strategi untuk
kemajuan sarana pelayanan kesehatan. Penguasaan informasi di sarana pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dengan memanfaatkan rekam medis, karena rekam
medis berisi data medis, data sosial pasien dan segala bentuk kegiatan pelayanan
yang diberikan pada pasien oleh dokter, perawat dan petugas kesehatan lain,
sejak masuk dirawat sampai keluar rumah sakit atau pulang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 “Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien”. Di dalam membuat sebuah rekam medis
dibutuhkan bebarapa tahapan pencatatan, salah satunya adalah kodefikasi
diagnosa penyakit. Pengkodean diagnosa yang tepat dan akurat akan
mempermudah petugas kesehatan dalam menentukan tindakan yang akan
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 2/36
2
dilakukan selanjutnya. Oleh sebab itu rumah sakit diharapkan mempunyai
seorang petugas koding yang profesional, serta mengerti dan memahami tentang
kodefikasi diagnosa penyakit.
Penulisan diagnosa penyakit pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya dilaksanakan oleh dokter,
sedangkan kode diagnosa penyakit dilakukan oleh perawat di setiap poli dengan
melihat daftar kode diagnosa penyakit yang telah disediakan oleh petugas rekam
medis. Sehingga apabila terdapat diagnosa penyakit yang tidak tersedia dalam
daftar kode diagnosa penyakit, perawat poli memberikan kode diagnosa penyakit
yang kurang sesuai. Hal ini menyebabkan banyak kode diagnosa penyakit yang
tidak akurat.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui lebih jauh
tentang “ Kelengkapan dan Keakuratan Kodefikasi Diagnosa Penyakit
Berdasarkan ICD-10 di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya Bulan Januari Tahun 2010”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah kelengkapan diagnosa dan keakuratan kode diagnosa
penyakit pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010?
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 3/36
3
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi pada pelaksanaan kodefikasi
diagnosa utama pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010.
D. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui kelengkapan diagnosa dan keakuratan kode diagnosa
penyakit pasien rawat jalan di Poli Interna berdasarkan ICD-10 Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010.
b. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tata cara kodefikasi diagnosa penyakit pasien rawat jalan di
Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso
Surabaya bulan Januari tahun 2010.
b. Mengetahui kelengkapan diagnosa dan keakuratan kode diagnosa
penyakit di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri
Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010.
c. Menggambarkan dalam bentuk tabel dan diagram tentang kelengkapan
diagnosa dan keakuratan kode diagnosa penyakit di Poli Interna Rumah
Sakit H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari 2010.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 4/36
4
E. Manfaat penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
a.
Mengurangi ketidakakuratan kode diagnosa penyakit di Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya.
b. Merupakan bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dalam kodefikasi diagnosa penyakit di Rumah
Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya.
2. Bagi Institusi
a. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
b. Digunakan sebagai wacana dan bahan evaluasi belajar dalam peningkatan
mutu pendidikan khususnya rekam medis.
c. Sebagai bahan tambahan referensi di perpustakaan Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
3. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai media dalam menerapkan dan mengembangkan teori yang
selama ini diterima di bangku kuliah, khususnya penerapan kode ICD-10
di rumah sakit.
b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan kodefikasi diagnosa penyakit.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 5/36
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
a) Berdasarkan Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
b) Menurut Gemala R. Hatta
Rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan
seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan
saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam
upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (Hatta,
Gemala R, 2008 : 73).
2. Tujuan Rekam Medis
Dengan majunya teknologi informasi, kegunaan rekam kesehatan
dapat dilihat dalam dua kelompok besar. Pertama, yang paling berhubungan
langsung dengan pelayanan pasien (primer). Kedua, yang berkaitan dengan
lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubungan langsung
secara spesifik (sekunder).
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 6/36
6
1. Tujuan Primer Rekam Medis/ Kesehatan
1) Bagi Pasien
a.
Mencatat jenis pelayanan yang telah diterima
b. Bukti pelayanan
c. Memungkinkan tenaga kesehatan dalam menilai dan menangani
kondisi risiko
d. Mengetahui biaya pelayanan
2) Bagi Pihak Pemberi Pelayanan Kesehatan
a. Membantu kelanjutan pelayanan (sarana komunikasi)
b. Menggambarkan keadaan penyakit dan penyebab (sebagai
pendukung diagnostik kerja)
c. Menunjang pengambilan keputusan tentang diasnosis dan
pengobatan
d.
Menilai dan mengelola risiko perorangan pasien
e. Memfasilitasi pelayanan sesuai dengan pedoman praktik klinis
f. Mendokumentasi faktor risiko pasien
g. Menilai dan mencatat keinginan serta kepuasan pasien
h. Menghasilkan rencana pelayanan
i. Menetapkan saran pencegahan atau promosi kesehatan
j. Sarana pengingat para klinisi
k. Menunjang pelayanan pasien
l. Mendokumentasikan pelayanan yang diberikan
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 7/36
7
3) Bagi Manajemen Pelayanan Pasien
a. Mendokumentasikan adanya kasus penyakit gabungan dan
praktiknya
b. Menganalisis kegawatan penyakit
c. Merumuskan pedoman praktik penanganan risiko
d. Memberikan corak dalam penggunaan pelayanan
e. Dasar penelaahan dalam penggunaan sarana pelayanan (utilisasi)
f. Melaksanakan kegiatan menjaga mutu
4) Bagi Penunjang Pelayanan Pasien
a. Alokasi sumber
b. Menganalisis kecenderungan dan mengembangkan dugaan
c. Menilai beban kerja
d. Mengomunikasikan informasi berbagai unit kerja
5) Bagi Pembayaran dan Penggantian Biaya
a. Mendokumentasikan unit pelayanan yang memungut biaya
pemeriksaan
b. Menetapkan biaya yang harus dibayar
c. Mengajukan klaim asuransi
d. Mempertimbangkan dan memutuskan klaim asuransi
e. Dasar dalam menetapkan ketidakmampuan dalam pembayaran
(mis. kompensasi pekerja)
f. Menangani pengeluaran
g. Melaporkan pengeluaran
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 8/36
8
h. Menyelenggarakan analisis aktuarial (tafsiran pra penetapan
asuransi)
2.
Tujuan Sekunder Rekam Medis/ Kesehatan
1) Edukasi
a. Mendokumentasikan pengalaman profesional di bidang kesehatan
b. Menyiapkan sesi pertemuan dan presentasi
c. Bahan pengajaran
2) Peraturan (regulasi)
a. Bukti pengajuan perkara ke pengadilan (litigasi)
b. Membantu pemasaran pengawasan (surveillance)
c. Menilai kepatuhan sesuai standar pelayanan
d. Sebagai dasar pemberian akreditasi bagi profesional dan rumah
sakit
e.
Membandingkan organisasi pelayanan kesehatan
3) Riset
a. Mengembangkan produk baru
b. Melaksanakan riset klinis
c. Menilai teknologi
d. Studi keluaran pasien
e. Studi efektivitas serta analisis manfaat dan biaya pelayanan pasien
f. Mengidentifikasi populasi yang berisiko
g. Mengembangkan registrasi dan basis/ pangkalan data (database)
h. Menilai manfaat dan biaya sistem rekaman
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 9/36
9
4) Pengambilan Kebijakan
a. Mengalokasikan sumber-sumber
b.
Melaksanakan rencana strategis
c. Memonitor kesehatan masyarakat
5) Industri
a. Melaksanakan riset dan pengembangan
b. Merencanakan strategi pemasaran (Hatta, Gemala R, 2008 : 79-
81).
B. Koding
1. Pengertian Koding
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf
atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data.
Kegiatan dan tindakan serta diagnosa yang ada dalam rekam medis harus
diberi kode dan selajutnya di indeks agar memudahkan pelayanan pada
penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan manajemen dan
riset bidang kesehatan (RI, Depkes, 1997 : 60).
2. Tujuan Koding
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization)
bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala
dan faktor yang mempengaruhi kesehatan (RI, Depkes, 1997 : 60).
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 10/36
10
c. Faktor yang mempengaruhi Koding
Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosa sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu :
a. Tenaga Medis dalam menetapkan diagnosa
b. Tenaga Rekam Medis sebagai pemberi kode
c. Tenaga Kesehatan lainnya (RI, Depkes, 1997 : 60).
C. Diagnosa
Diagnosa merupakan kata atau phrase yang digunakan untuk
menyebut suatu penyakit yang diderita oleh seorang pasien atau keadaan yang
menyebabkan seorang pasien memerlukan, mencari, dan menerima asuhan medis
(medical care).
Diagnosa utama adalah kondisi yang setelah dipelajari ditentukan
paling bertanggung jawab menyebabkan pasien masuk rumah sakit untuk
perawatan (Hatta, Gemala R, 2008 : 174).
D. ICD-10
1. Pengertian ICD-10
International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problems (ICD) dari WHO, adalah sistem klasifikasi statistik penyakit yang
komprehensif dan digunakan serta diakui secara internasional. (Hatta, Gemala
R, 2008 : 131).
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 11/36
11
2. Fungsi dan Kegunaan ICD-10
Fungsi ICD-10 sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait
kesehatan digunakan untuk kepentingan informasi statistik morbiditas dan
mortalitas (Hatta, Gemala R, 2008 : 134).
Penerapan pengkodean sistem ICD-10 digunakan untuk :
a. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan
kesehatan.
b. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis.
c. Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis
karakteristik pasien dan penyedia layanan.
d. Bahan dasar dalam pengelompokan DRGs (Diagnosis Related Groups)
untuk sistem penagihan pembayaran biaya pelayanan.
e. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.
f.
Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan
pelayanan medis.
g. Menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan dikembangkan
sesuai kebutuhan zaman.
h. Untuk penelitian epidemiologi dan klinis (Hatta, Gemala R, 2008 : 134).
E. Tata Cara Pengkodean Menggunakan ICD-10
Dalam menggunakan ICD-10, perlu diketahui dan dipahami bagaimana
cara pencarian dan pemilihan nomor kode yang diperlukan. Pengkodean
dijalankan melalui penahapan mencari istilah di ICD-10 volume 3, kemudian
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 12/36
12
mencocokkan kode yang ditemukan dengan yang ada di ICD-10 volume 1.
Sembilan langkah dasar dalam menentukan kode :
1.
Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3 alphabetical
index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau cedera atau
kondisi lain yang terdapat pada bab I-XIX atau XXI (volume 1), gunakanlah
ia sebagai “lead term” untuk dimanfaatkan sebagai panduan menelusuri istilah
yang dicari pada seksi I indeks (volume 3). Bila pernyataan adalah penyebab
luar (external cause) dari cedera (bukan nama penyakit) yang ada di Bab XX
(volume 1), lihat dan cari kodenya pada seksi II di indeks volume 3.
2. “ Lead term” (kata panduan) untuk penyakit dan cedera, biasanya merupakan
kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya. Sebaiknya jangan
menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan
sebagai kata panduan. Walaupun demikian beberapa kondisi diekspresikan
sebagai kata sifat (adjective) atau eponym (menggunakan nama penemu) yang
tercantum di dalam indeks sebagai “lead term”.
3. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul dibawah istilah
yang akan dipilih pada volume 3.
4. Baca istilah yang terdapat pada tanda kurung “( )” sesudah lead term (kata
dalam tanda kurung = modifier , tidak akan mempengaruhi kode. Istilah lain
yang ada dibawah lead term (dengan tanda minus = idem = indeks) dapat
mempengaruhi nomor kode, sehingga semua kata-kata diagnostik harus
diperhitungkan).
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 13/36
13
5. Ikuti secara hati-hati setiap petunjuk silang (cross references) dan perintah see
dan see also yang terdapat dalam indeks.
6.
Lihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling tepat.
Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi keempat
yang berarti bahwa isian untuk kode keempat itu ada di dalam volume 1 dan
merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam indeks (volume 3).
Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode tambahan (additional code)
serta aturan cara penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks
penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
7. Ikuti pedoman inclusion atau exclusion pada kode yang dipilih atau bagian
bawah suatu bab (chapter ), blok, kategori, atau subkategori.
8. Tentukan kode yang anda pilih.
9. Lakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode untuk
pemastian kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang diagnosis utama
di berbagai lembar formulir rekam medis pasien, guna menunjang aspek legal
rekam medis yang dikembangkan (Hatta, Gemala R,2008: 139).
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 14/36
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif , yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian ini digunakan
untuk memecahkan atau menjawab permasalan yang sedang dihadapi pada
situasi tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/ analisis data, membuat kesimpulan,
dan laporan (Notoatmodjo, Soekidjo, 2005 : 138).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Cross Sectional yaitu tiap
subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak
berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama
(Notoatmodjo, Soekidjo, 2005 : 146).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya khususnya di Poli Interna dan Instalasi SIM
Rekam Medis.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 15/36
15
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret tahun 2010.
3. Alasan Pemilihan Tempat Penelitian
Karena peneliti bisa mendapatkan bahan penelitian, selain itu juga
bersedianya Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
menerima peneliti untuk melaksanakan penelitian.
C. Tahapan Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada kelengkapan diagnosa dan keakuratan kode
diagnosa utama yang sesuai dengan ICD-10 pada dokumen rekam medis
pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri
Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan metode observasi (pengamatan),
yaitu suatu prosedur yang terencana meliputi melihat dan mencatat jumlah dan
taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
(Notoatmodjo, Soekidjo, 2005 : 93).
3. Pengolahan Data
a. Editing
Editing dimaksudkan agar sebelum diolah, data sudah tertata dan terperinci
dengan baik. Karena sering kali keterangan yang didapat dari responden
tidak seperti yang diharapkan, misalnya kekeliruan dalam pengisian data.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 16/36
16
b. Tabulasi
Dari data yang telah disusun secara manual dimasukkan ke dalam tabel.
c. Cross Check
Mencocokkan data yang satu dengan data yang lain.
4. Penyajian Data
Penyajian data penelitian dilakukan dengan penyajian dalam bentuk
teks (tekstular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian dalam bentuk
grafik (Notoatmodjo, Soekidjo, 2005 : 194).
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, Soekidjo, 2005 : 79).
Dalam hal ini populasinya adalah seluruh dokumen rekam medis
pasien rawat jalan di Poli Interna yang dilihat pada Buku Register Harian Poli
Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan
Januari tahun 2010, yaitu sebanyak 531 dokumen rekam medis.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, Soekidjo, 2005
: 79).
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 17/36
17
Dalam penentuan besarnya sampel, peneliti menggunakan metode
pengambilan sampel secara Random Sample (sampel acak), dimana setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
yang diseleksi sebagai sampel yang mempunyai peluang sama.
Sedangkan cara untuk menentukan besarnya sampel menggunakan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
N = Ukuran populasi
n = Ukuran sampel
e = Nilai kritis (batas penelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi) = 10%.
Jadi berdasarkan rumus di atas dapat diperoleh sebesar 84 sampel.
Nn =
1 + N e2
N
n =1 + N (e2)
531=
1 + 531 (0,12)
531
= = 84 sampel6,31
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 18/36
18
E. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Ska
1. Diagnosa Utama Kondisi utama yang menyebabkan
pasien dirawat
- Lengkap
- Tidak lengkap
Nomi
2. Kelengkapan
Diagnosa
Pengisian diagnosa penyakit yang
lengkap
- Lengkap
- Tidak lengkap
Nomi
3. Keakuratan Kode
Diagnosa
Pemberian kode diagnosa penyakit
yang tepat sesuai dengan ICD-10
- Akurat
- Tidak akurat
Nomi
F. Variabel Penelitian
1. Input
Dalam penelitian ini meliputi :
a. Dokumen Rekam Medis
b. Tenaga Rekam Medis
2. Proses
Dalam penelitian ini proses yaitu pelaksanaan kodefikasi diagnosa
penyakit pada dokumen rekam medis pasien rawat jalan di Poli Interna
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya berdasarkan
ICD-10 bulan Januari tahun 2010.
3. Output
Dalam penelitian ini output yang dihasilkan yaitu kodefikasi diagnosa
penyakit yang lengkap dan akurat berdasarkan ICD-10.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 19/36
19
G. Kerangka Konsep
Input
1. Dokumen Rekam Medis
2. Tenaga Rekam Medis
Output
Menciptakan kodefikasi
diagnosa penyakit yang
lengkap dan akurat
berdasarkan ICD-10
Proses
Pelaksanaan kodefikasi
diagnosa penyakit
berdasarkan ICD-10
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 20/36
20
H. Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
a.
Jenis Data
Penelitian yang digunakan adalah jenis data kualitatif, yaitu data
yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik atau sifat variabel
(Notoatmodjo, Soekidjo, 2005 : 185).
b. Sumber Data
Sumber data yang dipakai adalah data sekunder , yaitu data/ fakta
yang diperoleh dan dikumpulkan orang lain. Seperti catatan dan laporan
rumah sakit, puskesmas, kantor statistik (hasil sensus). Data ini dapat
berasal dari lingkungan sendiri (internal) maupun dari luar lingkungan
(eksternal) (Wijono, Djoko, 1999 : 489).
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengamatan
(observasi), yaitu suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi
melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2005 : 93).
3. Instrumen Pengumpulan Data
a. Alat Tulis
b. ICD-10
c. Kamus Kedokteran
d. Kamus Bahasa Inggris
e. Komputer/ Laptop
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 21/36
21
I. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a.
Editing : meneliti kembali data yang telah dikumpulkan
b. Cross check : mencocokkan data kembali
c. Tabulasi : memindahkan data dalam bentuk tabel
d. Grafik : menyajikan data dalam bentuk grafik
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah jenis analisis deskriptif, yaitu suatu
prosedur pengolahan data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik
tanpa melakukan uji statistik (Nursalam, 2008 : 120).
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 22/36
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso
Surabaya
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya terletak di
Jl. A. Yani No. 116 Surabaya, Jawa Timur. Rumah sakit ini di bangun di atas
tanah seluas 28.200 m2. Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso
Surabaya merupakan rumah sakit tipe-B dengan kepala rumah sakit yang
berpangkat Kombespol (Komisaris Besar Polisi) dan merupakan rumah sakit
rujukan tertinggi di kewilayahan Polda Jatim. Dan mulai tanggal 30 Nopember
2001 berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No. Pol : Skep/1549/X/2001 tentang
pengesahan nama Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya Polda Jatim menjadi
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso dan peningkatan status
rumah sakit Tingkat III menjadi rumah sakit Tingkat II.
Dengan letak geografis yang sangat srategis itu, maka baik dalam
mendukung kegiatan operasional kepolisian pelayanan kesehatan bagi anggota
Polri/ PNS dan keluarganya, maupun terhadap masyarakat umum dapat
dikatakan sangat ideal, oleh karena mudah dijangkau dan dengan transportasi
serta komunikasi yang ada juga mudah sekali di hubungi.
Dengan kondisi yang demikian itu jelas sangat menonjol keberadaan
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bagi anggota
Polri/ PNS dan keluarganya serta masyarakat umum yang membutuhkannya.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 23/36
23
Dengan berbagai daya dan upaya maka hingga saat ini Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya telah banyak mengembangkan
bermacam-macam fasilitas baik bangunan rumah sakit maupun alat kesehatan
yang didapat dari Mabes Polri melalui bantuan lunak pemerintah Spanyol,
sehingga dengan kondisi yang sekarang ini dapat dikatakan apabila Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bisa diharapkan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan khususnya kepada masyarakat Polri
beserta keluarga dan masyarakat pada umumnya.
Rumah Sakit Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya memiliki
visi dan misi sebagai berikut :
1. Visi
Mewujudkan institusi Rumah Sakit Polri yang melaksanakan pelayanan
kesehatan prima bagi masyarakat Polri dan umum serta terselenggaranya
dukungan kesehatan terhadap tugas operasional Polri.
2. Misi
a. Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan dan sarana prasarana rumah
sakit serta membangun citra budaya, melayani yang santun sehingga
mampu bertindak sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Polri dan umum.
b. Melaksanakan dukungan kesehatan secara profesional dan optimal dalam
mendukung tugas operasional Polri.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 24/36
24
c. Menyediakan fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia sehingga dapat
berperan sebagai pusat pelayanan penanganan kasus trauma (traumatic
center ).
3. Motto
“Pelayanan sepenuh hati menjadi tujuan utama kami“.
B. Gambaran Umum Unit Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya
Unit Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso
Surabaya sudah ada sejak rumah sakit berdiri yaitu pada tahun 1988 dan sistem
penomoran yang dipakai adalah Unit Numbering System (UNS) yaitu satu nomor
untuk satu pasien dan berlaku selamanya.
Sistem penjajaran unit rekam medis rawat jalan Rumah Sakit
Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya awalnya memakai indeks nama.
Mulai tahun 2005 sistem penjajaran di unit rawat jalan berubah menjadi Terminal
Digit Filing (TDF) dengan 8 digit angka. Untuk rekam medis unit rawat inap,
sistem penjajaran yang digunakan yaitu dengan mengelompokkan berkas atau
dokumen menurut status pasien (anggota, keluarga, umum, purnawirawan, dan
tahanan), bulan dan tahun pasien dirawat. Mulai tahun 2008 sistem penjajaran di
unit rawat inap juga berubah menjadi TDF.
Sistem pengkodean diagnosa penyakit di unit rawat jalan Rumah Sakit
Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya dilakukan oleh perawat setiap
poli dan unit rawat inap dilakukan oleh petugas rekam medis.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 25/36
25
C. Tata Cara Kodefikasi Diagnosa Penyakit di Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya
Tata cara pengkodean diagnosa penyakit di Poli Interna Rumah Sakit
Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya yaitu :
a. Penulisan diagnosa penyakit dilakukan oleh dokter, sedangkan kode diagnosa
penyakit diisi oleh petugas poli (perawat) dengan panduan catatan daftar kode
diagnosa penyakit yang diberikan oleh petugas rekam medis.
b. Diagnosa pasien dicatat pada dokumen rekam medis dan buku register harian
poliklinik Poli Interna. Sedangkan untuk kode diagnosa hanya dicatat pada
buku register harian poliklinik tanpa dicatat pada dokumen rekam medis.
c. Dokumen rekam medis dan buku register poliklinik di distribusikan ke Unit
Rekam Medis setelah pelayanan selesai.
d. Petugas rekam medis memasukkan identitas pasien, diagnosa dan kode
diagnosa yang tercatat dalam buku register harian poliklinik pada komputer
yang digunakan sebagai arsip, tanpa meneliti kembali keakuratan kode
diagnosa tersebut.
D. Kelengkapan dan Keakuratan Kodefikasi Diagnosa Berdasarkan ICD-10
1. Kelengkapan Diagnosa Penyakit
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 84 sampel dokumen rekam
medis pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010 diketahui bahwa
semua sampel dokumen rekam medis telah diisi diagnosa dan ditulis dengan
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 26/36
26
lengkap serta diberi kode, dan tidak ada sampel dokumen rekam medis yang
tidak diisi diagnosa dan tidak diberi kode. Untuk mencari prosentasenya dapat
dicari dengan menggunakan rumus :
Dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Prosentase kelengkapan diagnosa
Jumlah sampel : 84 dokumen rekam medis
Jumlah diagnosa yang lengkap : 84 dokumen rekam medis
Jadi prosentase diagnosa yang lengkap sebesar 100%.
b. Prosentase ketidaklengkapan diagnosa
Jumlah sampel : 84 dokumen rekam medis
Jumlah diagnosa yang tidak lengkap : 0 dokumen rekam medis
Jadi prosentase diagnosa yang tidak lengkap sebesar 0%.
Hasil Penelitian
Prosentase = x 100%
Jumlah Sampel
84
Prosentase = x 100%
84
= 100%
0Prosentase = x 100%
84
= 0%
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 27/36
27
Tabel 4.1.
Prosentase Kelengkapan Diagnosa Penyakit Pasien Rawat Jalan di Poli Interna
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
Bulan Januari Tahun 2010
No Diagnosa Jumlah Dokumen Rekam Medis Prosentase
1. Lengkap 84 dokumen rekam medis 100%
2. Tidak Lengkap 0 dokumen rekam medis 0%
Jumlah 84 dokumen rekam medis 100%
Sumber : Buku Register Harian Poli Interna bulan Januari tahun 2010, data diolah.
Berdasarkan Tabel 4.1. dari 84 sampel dokumen rekam medis pasien rawat
jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
bulan Januari tahun 2010 diagnosa yang lengkap/ diisi sebanyak 84 dokumen rekam
medis dengan prosentase 100%, sedangkan diagnosa yang tidak lengkap/ tidak diisi
sebanyak 0 dokumen rekam medis dengan prosentase 0%. Hasil tersebut dapat dilihat
pada grafik berikut :
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 28/36
28
Grafik 4.1.
Prosentase Kelengkapan Diagnosa Penyakit Pasien Rawat Jalan di Poli Interna
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
Bulan Januari Tahun 2010
Prosentase Kelengkapan Diagnosa Penyakit
100%
0%
Lengkap
Tidak Lengkap
Berdasarkan Grafik 4.1. dapat diketahui prosentase kelengkapan diagnosa
penyakit pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri
Mertojoso Surabaya bulan Januari 2010 diagnosa yang lengkap/ terisi sebesar 100%,
sedangkan prosentase diagnosa yang tidak lengkap/ tidak terisi sebesar 0%.
2. Keakuratan Kode Diagnosa Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 84 sampel dokumen
rekam medis pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara
H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010 diperoleh 38
kode diagnosa penyakit yang akurat dan 46 kode diagnosa penyakit yang tidak
akurat.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 29/36
29
Hasil pengumpulan dari keakuratan kode diagnosa penyakit pada
dokumen rekam medis pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010
dapat dicari prosentasenya dengan menggunakan rumus :
Dengan perhitungan sebagai berikut :
c. Prosentase keakuratan kode diagnosa
Jumlah sampel : 84 dokumen rekam medis
Jumlah kode diagnosa yang akurat : 38 dokumen rekam medis
Jadi prosentase kode diagnosa yang akurat sebesar 45%.
d. Prosentase ketidakakuratan kode diagnosa
Jumlah sampel : 84 dokumen rekam medis
Jumlah kode diagnosa yang tidak akurat : 46 dokumen rekam medis
Jadi prosentase kode diagnosa yang tidak akurat sebesar 55%.
Hasil Penelitian
Prosentase = x 100%
Jumlah Sampel
38
Prosentase = x 100%84
= 45%
46
Prosentase = x 100%84
= 55%
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 30/36
30
Tabel 4.2.
Prosentase Keakuratan Kode Diagnosa Pasien Rawat Jalan di Poli Interna
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
Bulan Januari Tahun 2010
No Keakuratan Jumlah Dokumen Rekam Medis Prosentase
1. Akurat 38 dokumen rekam medis 45%
2. Tidak Akurat 46 dokumen rekam medis 55%
Jumlah 84 dokumen rekam medis 100%
Sumber : Buku Register Harian Poli Interna bulan Januari tahun 2010, data diolah.
Berdasarkan Tabel 4.2. dari 84 sampel dokumen rekam medis pasien rawat
jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
bulan Januari tahun 2010 kode diagnosa yang akurat sebanyak 38 dokumen rekam
medis dengan prosentase 45%, sedangkan kode diagnosa yang tidak akurat sebanyak
46 dokumen rekam medis dengan prosentase 55%. Hasil tersebut dapat dilihat pada
grafik berikut :
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 31/36
31
Grafik 4.2.
Prosentase Keakuratan Kode Diagnosa Pasien Rawat Jalan di Poli Interna
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
Bulan Januari Tahun 2010
Prosentase Keakuratan Kodefikasi Diagnosa
45%
55%
Akurat
Tidak Akurat
Berdasarkan Grafik 4.2. dapat diketahui prosentase keakuratan kode diagnosa
pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri
Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010 kode diagnosa yang akurat sebesar
45%, sedangkan prosentase kode diagnosa yang tidak akurat sebesar 55%.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 32/36
32
BAB V
PEMBAHASAN
A. Tata Cara Kodefikasi Diagnosa Penyakit di Poli Interna Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya
Pemberian kode diagnosa berdasarkan ICD-10 pada dokumen rekam
medis merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan rekam medis, hal
ini sesuai dengan tujuan digunakannya ICD-10 yaitu untuk menerjemahkan
diagnosa penyakit dan masalah kesehatan dari kata-kata menjadi kode
alfanumerik yang akan memudahkan penyimpanan, mendapatkan data kembali
dan analisa data.
Penulisan kode diagnosa penyakit berdasarkan ICD-10 dapat dilakukan
oleh tenaga medis ataupun tenaga rekam medis. Rumah Sakit Bhayangkara H.S
Samsoeri Mertojoso Surabaya penulisan diagnosa penyakit dilaksanakan oleh
dokter, sedangkan pengisian kode diagnosa penyakit dilakukan oleh perawat
dengan hanya berpedoman pada catatan daftar kode diagnosa penyakit yang
sering muncul pada pasien di setiap poli, tetapi apabila ada diagnosa penyakit
yang tidak tersedia pada catatan daftar kode diagnosa penyakit tersebut, perawat
tidak dapat memberi kode diagnosa dengan tepat, sehingga masih banyak
diagnosa penyakit yang diberi kode dengan tidak akurat. Oleh sebab itu petugas
rekam medis sebagai unit pengolah data harus meneliti kembali keakuratan kode
diagnosa penyakit tersebut agar menghasilkan kode diagnosa yang lebih akurat.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 33/36
33
B. Kelengkapan dan Keakuratan Kodefikasi Diagnosa Penyakit di Poli Interna
Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya Bulan
Januari Tahun 2010 Berdasarkan Hasil Perhitungan Dalam Bentuk Tabel
dan Grafik
Berdasarkan hasil pengamatan pada diagnosa utama yang dihasilkan dari
dokumen rekam medis pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit
Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso pada bulan Januari tahun 2010 diketahui
bahwa dari 84 sampel dokumen rekam medis, didapatkan 84 sampel dokumen
rekam medis dengan diagnosa penyakit lengkap/ terisi dan prosentasenya sebesar
100%, sedangkan sebanyak 0 sampel dokumen rekam medis dengan diagnosa
penyakit tidak lengkap/ tidak terisi dan prosentasenya 0%. Dari hasil pengamatan
tersebut, dapat diketahui bahwa pengisian diagnosa penyakit di Poli Interna telah
terlaksana dengan baik sesuai dengan SOP (Standart Operating Procedur)
Rekam Medis Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya.
Tingkat keakuratan kode diagnosa penyakit, merupakan salah satu faktor
penting yang terdapat dalam kegunaan rekam medis (accurate). Keakuratan kode
diagnosa sangat mempengaruhi nilai accuracy dokumen rekam medis. Penetapan
diagnosa seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung jawab dokter
(tenaga medis) yang terkait dan tidak boleh diubah. Oleh karena itu diagnosa
yang ada dalam rekam medis harus diisi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan
arahan yang ada pada buku ICD-10 dan tenaga medis sebagai seorang pemberi
kode bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosa (RI, Depkes,
1997 : 60).
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 34/36
34
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tehadap 84
sampel dokumen rekam medis pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010 dapat
diambil kesimpulan :
1. Kodefikasi diagnosa penyakit di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya penentuan dan penulisan diagnosa penyakit
dilakukan oleh dokter, sedangkan kode diagnosa diisi oleh perawat dengan
hanya melihat pada catatan daftar kode diagnosa penyakit yang sering muncul
pada pasien tanpa meneliti kembali keakuratan kode diagnosa berdasarkan
ICD-10, kemudian kode diagnosa ditulis pada Buku Register Harian
Poliklinik Poli Interna. Selesai pelayanan, dokumen rekam medis dan Buku
Register Harian Poliklinik di distribusikan ke Unit Rekam Medis untuk
dilaksanakan pengentrian ke dalam database di komputer tanpa meneliti
kembali diagnosa dan kode diagnosa penyakitnya.
2. Kelengkapan pengisian diagnosa penyakit di Poli Interna Rumah Sakit
Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010
dari 84 sampel dokumen rekam medis pasien rawat jalan diperoleh diagnosa
yang lengkap/ terisi sebanyak 84 dokumen rekam medis dengan prosentase
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 35/36
35
100%, sedangkan diagnosa yang tidak lengkap/ tidak terisi sebanyak 0
dokumen rekam medis dengan prosentase 0%.
3. Keakuratan kode diagnosa penyakit di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara
H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010 dari 84 sampel
dokumen rekam medis pasien rawat jalan diperoleh kode diagnosa yang
akurat sebanyak 38 dokumen rekam medis dengan prosentase 45%, sedangkan
kode diagnosa yang tidak akurat sebanyak 46 dokumen rekam medis dengan
prosentase 55%.
B. Saran
Dari hasil pengamatan terhadap proses kodefikasi diagnosa penyakit
pasien rawat jalan di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri
Mertojoso Surabaya bulan Januari tahun 2010, maka dapat diberikan saran
sebagai berikut :
1. Petugas medis (perawat) perlu diberikan bimbingan tentang tata cara
kodefikasi penyakit berdasarkan ICD-10, serta buku daftar diagnosa penyakit
diganti dengan menggunakan ICD-10 agar perawat poli dapat memberikan
kode diagnosa penyakit dengan tepat.
2. Petugas rekam medis perlu meneliti kembali kode diagnosa penyakit yang
telah diberikan perawat poli agar kode diagnosa penyakit tersebut lebih tepat
dan akurat.
5/14/2018 77286683-02-Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/77286683-02-isi 36/36
36
3. Perlu adanya evaluasi antara petugas rekam medis dengan pihak pembuat
program komputerisasi (dalam hal ini adalah programmer ), khususnya
petugas kodefikasi diagnosa penyakit (koding) dalam pemahaman dan
penguasaan tentang sistem kodefikasi diagnosa penyakit secara komputerisasi
yang telah teraplikasi di dalam Sistem Pelayanan Pasien dan Medis agar
program tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal.