Upload
eva-johnson-harianja
View
120
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
MUKOKUTAN KANDIDIASIS
I. Pendahuluan
Kandidiasis mukokutan kronis (CMC) mengacu pada sekelompok
gangguan heterogen yang ditandai oleh infeksi superfisial berulang atau
persisten pada kulit, membran mukosa, dan kuku yang disebabkan oleh
Candida albicans. Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi
leukosit atau sistem hormonal, biasanya terdapat pada penderita dengan
bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik, umumnya terdapat
pada anak – anak. Gambaran klinisnya mirip dengan penderita dengan
defek poliendokrin. Terdapat berbagai macam kondisi yang telah
dihubungkan dengan kandidiasis mukokutan kronik yaitu seperti
endokrinopati ( biasanya hipoparatiroid, hipoadrenalin, dan hipotiroid ),
diabetes melitus, vitiligo, dan defisiensi besi. (1,2,5 )
II. Etiologi
Kandidiasis mukokutan kronik disebabkan oleh kandida albcans. Genus
kandida merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari sekitar 200
spesies ragi. Semua spesies dalam genus Candida memiliki kemampuan
untuk memproduksi pseudomycelia kecuali Candida glabrata. Candida
albicans adalah ragi dimorfik yang merupakan flora normal pada saluran
pencernaan, kulit, dan selaput lendir.(1,2)
III. Patogenesis
Pada pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik terdapat
defisiensi sel T yang berfungsi efektif dalam mencegah perkembangan
candida, meskipun sel T yang defisit tidak selalu terdeteksi dalam in vitro.
Data penelitan menunjukkan adanya perubahan dalam produksi sitokin
sebagai respon terhadap antigen Candida. Perubahan ini termasuk
1
penurunan interleukin 2 dan level interferon-gamma (Th 1 sitokin) dan
peningkatan interleukin 10 dalam beberapa kasus.(,4,5)
Penderita yang kekurangan imunitas sel-T (misalnya, dengan
sindrom defisiensi imun berat) atau pasien dengan sangat terganggu fungsi
sel T-nya (misalnya, pasien dengan AIDS) yang rentan terhadap infeksi
kandida kronis. Defek dalam imunitas humoral tidak umum diamati pada
pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik. Terdapat 25-35% dari
penderita memiliki imunitas humoral yang normal, dimana tidak memiliki
defek imunitas terhadap terjadinya kandidiasis mukokutan kronik. Akan
tetapi kebanyakan dari penderita kandidiasis mukokutan kronik memiliki
hubungan dengan sindrom APECED (autoimmune plyendocrinopathy
candidiasis ectodermal distrophy ).(4,5)
IV. Manifestasi Klinis
Pasien dengan kandidiasis mukokutaneus kronis memiliki infeksi
yang berulang dan progresif terhadap kulit, kuku dan membran mukosa.
Manifestasi klinis nya berupa penebalan pada kuku, terfragmentasi, dan
berubah warna, dengan edema dan eritema yang signifikan dari jaringan
periungual sekitarnya. Pada kulit lebih sering terjadi pada daerah akral
dimana ditandai dengan plakat serpiginous, eritematosa, hiperkeratotik
serpiginous. (2,4)
Klasifikasi dari kandidiasis mukokutan kronik. (2)
No Syndrome
klinis
Usia Distribusi Lesi Gangguan Endokrin Penyakit Terkait
yang ditemukan
2
1 Kronik oral
kandidiasis
Semua Mukosa pada lidah,
bibir,rongga bukal,
dan tidak mengenai
kulit dan kuku
Tidak ada Esophagitis
2 Kronik
kandidiasis
dengan
endokrinopati
anak – anak Membran mukosa,
kulit,dan kuku
Sering
(hipoadrenal,hipoparatiroid,
atau poliendokrinopati )
Alopesia totalis,
tiroiditis, kronik
hepatis, diabetes
melitus
3 Kandidiasis
Mukokutaneus
kronis
terlokalisasi
anak – anak Membran mukosa,
kuku, dan kulit
Tidak ada Infeksi pada paru –
paru, esophagitis
4 Kronik difus
kandidiasis
anak – anak Mukosa mebran,
kulit, dan kuku
Tidak ada Tidak ada
5 Kronik
kandidiasis
dengan timoma
Dewasa
(setelah
dekade ke
3 )
Membran mukosa,
kuku, dan kulit
Tidak ada Timoma, miastenia
grafis,anemia
aplastik, neutropenia
6 Kronik
kandidiasis
tanpa
endokrinopati
Anak – anak Membran
mukosa,kuku,jarang
mengenai kulit
Tidak ada Esophagits, laringitis
3
Gambar: Anak umur 6 tahun. Infeksi Candida Albicans pada
daerah lidah, kulit dan kuku kaki.(5)
V. Diagnosis
Diagnosis kandidiasis mukokutan kronik ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan fisis. Hasil pemeriksaan preparat potassium klorida (KOH),
kultur jamur, dan riwayat infeksi kandida yang berulang. Pemeriksaan
pada oral didapatkan plak putih seperti sariawan atau angular cheilitis
perlèche. Kelainan pada daerah oral dapat menjalar sampai ke daerah
kerongkongan, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.(4,5)
VI. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk kandidiasis mukokutan kronik kurang berespon
dalam penyembuhan dengan menggunakan pengobatan topikal. Lesi yang
disebabkan oleh kandida pada pasien kandidiasis mukokutan kronik pada
umumnya berespon terhadap pengobatan golongan antifungal azole
sistemik (itraconazole, fluconazole) atau terbinafrin. Pengobatan jangka
panjang dengan menggunakan ketokonazole dan itrakonazole telah
berhasil dalam mengobati kandidiasis mukokutan kronik. Penderita yang
yang sudah resisten biasanya berespon terhadap amphotericine B dengan
atau tanpa flucytosine. Rekurens bisa saja terjadi dan penggunaan anti
fungal harus digunakan terus menerus.. Obat tersebut tidak akan berefek
pada imunitas sel mediator yang abnormal. (2,4)
Fluconazole merupakan standar terapi untuk kandidiasis
mukokutan kronik dengan dosis 100-400mg/ hari. Jika resisten terhadap
fluconazole dapat digunakan voriconazole (200-400mg/hari). Setiap pasien
dengan kandidiasis mukokutan kronik harus mendapatkan pemeriksaan
endokrin sehingga pasien dengan riwayat endokrinopathy atau memiliki
riwayat keluarga terhadap APECED harus dimonitor secara ketat.(2,4,5)
4
VII. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi berhubungan dengan penyakit
perdarahan misalnya myopati dan vaskulitis seperti stroke dan beresiko
besar terhadap kanker. Juga anemia aplastik, myastenia gravis atau
hipogammaglobulinemia bisa saja terjadi.(2,4)
VIII. Prognosis
Prognosis dari kandidiasis mukokutan kronik pada umumnya baik dan
bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi. (1)
IX. Kesimpulan
Kandidiosis mukokutan kronis adalah kelompok gangguan imun
heterogen yang semuanya mempunyai defek primer respons limfosit-T
terhadap antigen kandida. Endrokinopati dan gangguan autoimun telah
dihubungkan dengan gangguan ini pada beberapa penderita. Gejala dapat
mulai pada usia beberapa bulan pertama atau selambat-lambatnya pada
dekade kedua. Gangguan ini ditandai dengan infeksi kandida kulit dan
membran mukosa yang kronis dan berat.
Terapi jamur topikal mungkin berguna pada perjalanan awal
penyakit, tetapi pemberian anti jamur azole dapat bermanfaat untuk lesi
yang sudah kronis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Djuanda A., editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin.Ed-5. Jakarta: Fk-UI; 2010. Halaman 107
5
2. Paller A.S., Abrams M. Genetic Immunodeficiency Disease. In: Wolf K.,
Goldsmith L.A., Katz S.I., editors. Fizpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 7thEd. New York: McGrawHill; 2008. Page 1860-1867
3. Van F.L., Hoischen A., Joosten L,A,B. STAT1 Mutation in Autosomal
Dominant Chronic Mucocutaneous Candidiasis. N ENGL J MED
2011;365:54-61
4. B.Tony,B.Stephen,et all.Mycology.Rook’s Textbook of Dermatology Volume
1 – 4. p. 1716-1726
5. Bolognia Jean L, Jorizzo JL, Rapini RR.Dermatology.2sded.USA :
Elsevier,2008;p.
6