Upload
jodi-sugiarto
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa
mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa
sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema
kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani
maupun potensi kompetensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa
semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat
dan dunia kerja karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah untuk mengatasi problema yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan di SMK mengisyaratkan bahwa siswa sudah terlatih dalam
mengatasi problema yang dihadapi sehari-hari. Hal ini diwujudkan dalam hal
pelaksanaan pembelajaran praktek yang bersifat individual. Dengan
pelaksanaan praktek individual ini maka siswa secara tidak langsung belajar
untuk mengatasi permasalahan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan praktek
baik dinilai proses maupun hasilnya sangat bergantung pada kreativitas siswa.
Untuk itulah maka pembelajaran di SMK khususnya program
produktif sangat menuntut tugas sebagai motivator dan inspirator bagi siswa.
Dengan posisi ini, maka guru dituntut pula untuk melaksanakan proses
pembelajaran secara variatif. Guru yang melaksanakan proses pembelajaran
secara monoton akan ditinggalkan oleh siswa. Karena proses pembelajaran
seperti ini hanya akan membuat suasana pembelajaran menjadi membosankan.
Oleh karenanya pelaksanaan pembelajaran harus mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang tertuang dalam Kurikulum SMK. Pendekatan
pembelajaran yang dituntut di SMK adalah pembelajaran berbasis
kompetensi.
Dalam strategi pelaksanaan KTSP SMK 2009 tercantum dengan jelas
bahwa pembelajaran berbasis kompetensi harus menganut prinsip
1
pembelajaran tuntas (mastery learning) untuk dapat menguasai sikap
(attitude), ilmu pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills) agar dapat
bekerja sesuai dengan profesinya seperti yang dituntut oleh suatu kompetensi.
Dengan mengacu pada pelaksanaan KTSP SMK 2009 ini, maka
peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan
Efektifitas Pembelajaran Kompetensi Memahami Dasar-Dasar
Elektronika Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning) di Kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 2
Sungai Penuh Tahun Pelajaran 2010-2010.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1.2.1 Apakah pembelajaran dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery
learning) dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran memahami
dasar-dasar elektronika?
1.2.2 Apakah pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan
minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran memahami dasar-dasar
elektronika?
1.2.3 Apakah pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan
kemampuan penguasaan siswa terhadap kompetensi yang dituntut
pada pembelajaran memahami dasar-dasar elektronika?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran pada latar belakang dan rumusan masalah
diatas tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1 Meningkatkan efektivitas pembelajaran memahami dasar-dasar
elektronika dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning).
1.3.2 Meningkatkan minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
memahami dasar-dasar elektronika dengan prinsip pembelajaran
tuntas (mastery learning)?
1.3.3 Meningkatkan kemampuan penguasaan siswa terhadap kompetensi
yang dituntut pada pembelajaran memahami dasar-dasar elektronika
dengan pembelajaran tuntas (mastery learning).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian tindakan
kelas ini adalah:
1.4.1 Memberikan masukan untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif.
1.4.2 Memberikan masukan tentang pentingnya pembelajaran tuntas
(mastery learning) dalam proses pembelajaran di SMK.
1.4.3 Memberikan masukan tentang pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi
kejuruan.
1.5 Hipotesis Penelitian
Dengan menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning)
dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa dan meningkatkan kemampuan
penguasaan siswa terhadap kompetensi memahami dasar-dasar elektronika di
kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sekolah Menengah Kejuruan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan Sekolah
Menengah Umum (SMU) karena memiliki spesifikasi di bidang keterampilan
kerja agar tamatannya siap untuk dapat memasuki dunia kerja praksis. Oleh
karena itu, ada hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan
pendidikan di SMK, yaitu bagaimana agar tamatan SMK memiliki
keterampilan kerja yang berorientasi dan mampu memenuhi kebutuhan pasar
kerja. Jika kita menyimak Garis-garis Besar Program Pendidikan dan
Pelatihan (GBPP) Kurikulum SMK dan Buku Pedoman Pelaksanaan
Kurikulum SMK edisi 1999 (Depdiknas : 1999), “Didalamnya bisa ditemukan
beberapa prinsip dasar pengembangan dan pelaksanaan kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum berbasis luas dan mendasar ( broad based curriculum)
2. Pembelajaran berbasis kompetensi (competency based curriculum)
3. Pembelajaran tuntas (mastery learning)
4. Berbasis ganda (dual based program)
5. Perkuatan kemampuan daya suai (adaptability) dan kemandirian
pengembangan diri tamatan.”
2.1.1 Kurikulum Berbasis Luas dan Mendasar
Pembelajaran berbasis luas dan mendasar (broad based
curriculum) adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep serta
prinsip dasar keilmuan yang melandasi suatu biodang keahlian, sehingga
para peserta didik tidak hanya memahami dan menguasai “apa” dan
“bagaimana” suatu pekerjaan dilaksanakan, akan tetapi sampai pada
tingkat pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” suatu pekerjaan
dilaksanakan. Tujuan dari pembelajaran berbasis luas dan mendasar
6
adalah agar peserta didik memiliki dasar-dasar yang kuat untuk dapat
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan serta memiliki daya suai (adaptability). Dengan demikian
lulusan SMK diharapkan dapat mengikuti berbagai perubahan yang
terjadi di dunia kerja.
2.1.2 Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran berbasis kompetensi (competency Based
Curriculum) adalah suatu proses pembelajaran dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaiannya yang mengacu pada penguasaan
kompetensi (keahlian). Pembelajaran berbasis kompetensi (keahlian)
dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam proses
pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik
untuk mencapai penguasaan kompetensi yang diperlukan dan telah
diprogramkan bersama antara SMK dan institusi pasangannya (dunia
usaha atau dunia industri).
2.1.3 Pembelajaran tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) diartikan sebagai suatu
strategi pembelajaran, dan keberhasilan peserta didik ditentukan oleh
pencapaian tingkat penguasaan minimal yang dipersyaratkan untuk dapat
dinyatakan menguasai (mastery). Peserta didik hanya boleh berpindah
topik atau program apabila topic atau program yang sedang dipelajarinya
telah dikuasai secara tuntas, hingga paing tidak memenuhi standar
minimal yang dipersyaratkan. Tujuan pembelajaran tuntas adalah
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menguasai
bahan pelajaran dan mencapai kompetensi yang dipelajarinya dengan
terstandar melalui langkah-langkah pembelajaran secara bertahap, tuntas,
dan utuh, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang
bermakna (meaningful learning).
2.1.4 Pembelajaran Berbasis ganda
Pembelajaran berbasis ganda (dual based program) adalah
penyelenggaraan pendidikan dan latihan yang melibatkan kerjasama
antara SMK dengan institusi pasangannya (dunia usaha atau dunia
industri) yaitu melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan atau Pendidikan
Sistem Ganda (PSG). Melalui pembelajaran berbasis ganda ini
diharapkan tamatan SMK dapat meningkatkan kemampuan
keterampilannya dan mendapatkan pengalaman kerja sesuai dengan
bidangnya.
2.1.5 Perkuatan kemampuan daya suai dan kemandirian pengembangan
diri tamatan
Maksud dari perkuatan kemampuan daya suai (adaptability) dan
kemandirian pengembangan diri tamatan dalam sebuah kurikulum
adalah kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dunia kerja, atau
mengikuti berbagai perubahan yang terjadi di dunia kerja serta
mengikuti kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Selain itu, para tamatan diarahkan ntuk memiliki kompetensi, menguasai
iptek, mampu menghasilkan produk unggul, serta memiliki keahlian
yang professional, produktif, dan mandiri.
Selain prinsip-prinsip di atas, penyelenggaraan pendidikan dan
latihan SMK dilandasi pula oleh “keterkaityan dan kesepadanan” yang
berorientasi pada peningkatan mutu dan relevansi. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan tidak bisa hanya ditangani oleh sekolah,
tetapi harus melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan dunia kerja,
khususnya dunia usaha atau dunia industri termasuk organisasi-
organisasi yang ada di dunia usaha dan organsiasi keahlian.
2.2 Hakekat Efektifitas Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi proses pembelajarannya. Proses
pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan siswa dan antara
siswa dengan siswa, karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik.
Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan
dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran
Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan
rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau
berusahan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk
memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas
adalah “Sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan,
manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau
tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan
instruksional khusus yang telah dicanangkan.”
Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional
khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai. Menurut Purwadarminta
(1994:32) menyatakan bahwa: “Di dalam pengajaran efektivitas berkenaan
dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan
kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran”.
Selanjutnya Harry Firman (1987 : 24) menyatakan bahwa:
“Keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut : (1) Berhasil menghantarkan siswa mencapai
tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. (2)
Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa
secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.
(3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar
mengajar.
Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang
digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau
dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi
proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil
belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi
pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama,
partisipasi aktif, tingkat kesulitan padapenggunaan media, waktu serta teknik
pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi
tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang
diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas,
laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada: (1)
Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-
kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 70 dalam
peningkatan hasil belajar (2) Model pembelajaran dikatakan efektif
meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan
pemahaman setelah pembelajaran, (3) Model pembelajaran dikatakan efektif
jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran
siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
2.3 Kompetensi Memahami dasar-dasar elektronika
2.3.1 Hakekat Kompetensi
Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi
atau kemampuan sesorang, baik yang kualitatif maupun yang
kuantitatif. (Usman, 1999:4). Selanjutnya Aristo (2008) mengutip
beberapa pendapat tentang kompetensi yaitu :
1) Mulyasa (2002) mengemukakan Kompetensi merupakan perpaduan
dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
2) Ashan (1981) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan
sebaik-baiknya.
3) Finch & Crunkilton (1979), mengartikan kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Dalam materi pelatihan KTSP dijelaskan bahwa “Kompetensi
adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
dimiliki siswa.” (Depdiknas : 2008).
Gordon dalam (Aristo, 2008) menjelaskan bahwa :
“Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
kompetensi sebagai berikut: (1) Pengetahuan (knowledge)
yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. (2) Pemahaman
(understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang
dimiliki oleh individu. (3) Kemampuan (skill); adalah sesuatu
yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (4) Nilai (value);
adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. (5) Sikap
(attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak
suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari
luar. (6) Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang
untuk melakukan sesuatu perbuatan.”
Dari pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi
adalah hasil yang telah dicapai siswa melalui suatu kegiatan belajar
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan
kondisi yang diprasyaratkan. Berkaitan dengan perumusan tersebut, maka
kompetensi dapat dikenali melalui dari sejumlah hasil belajar dan
indikator yang dapat diukur dan diamati.
2.3.2 Kompetensi Memahami Dasar-Dasar Elektronika
Memahami dasar-dasar elektronika adalah salah satu kompetensi
yang harus dicapai oleh siswa pada program keahlian Teknik
Ketenagalistrikan. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kompetensi
Memahami dasar-dasar elektronika tidak terlepas dari tujuan pada
program keahlian Teknik Ketenagalistrikan. Tujuan program keahlian
Teknik Ketenagalistrikan secara umum mengacu pada isi Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai tujuan
pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu. Secara khusus tujuan program keahlian Teknik
Ketenagalistrikan adalah membekali peserta didik dengan keterampilan,
pengetahuan dan sikap agar kompeten:
1.5.1 Bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang
ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat
menengah dalam bidang Teknik Ketenagalistrikan;
1.5.2 Memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang Teknik Ketenagalistrikan. (Dikmenjur,
2008: 9)
Standar kompetensi yang digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum program keahlian Teknik Ketenagalistrikan adalah Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) pada bidang Intalasi
Tenaga Listrik. Profil kompetensi lulusan SMK terdiri dari kompetensi
umum dan kompetensi kejuruan, yang masing-masing telah memuat
kompetensi kunci. Kompetensi umum mengacu pada tujuan pendidikan
nasional dan kecakapan hidup generik, sedangkan kompetensi kejuruan
mengacu pada SKKNI.
a. Kompetensi umum : Tuntutan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional meliputi: 1) beriman dan bertaqwa, 2) berakhlak mulia, 3)
sehat, 4) cakap, 5) kreatif, 6) mandiri, 7) demokratis, 8)
tanggungjawab.
b. Tuntutan dunia kerja meliputi: 1) disiplin, 2) jujur
c. Kompetensi Kejuruan Teknik Instalasi Tenaga Listrik
1) Memahami dasar-dasar elektronika
2) Memahami pengukuran komponen elektronika
3) Merawat peralatan rumah tangga listrik
4) Memperbaiki peralatan rumah tangga listrik
5) Memasang instalasi penerangan listrik bangunan sederhana
6) Memasang instalasi Tenaga Listrik Bangunan Sederhana
7) Memasang instalasi penerangan listrik bangunan bertingkat
8) Memasang instalasi tenaga listrik bangunan bertingkat
9) Memperbaiki motor listrik
10) Mengoperasikan sistem pengendali elektronik
11) Mengoperasikan peralatan pengendali daya tegangan rendah
12) Mengoperasikan sistem pengendali elektromagnetik
13) Memasang sistem pentanahan instalasi listrik
14) Merawat panel listrik dan switchgear (Diknas, 2009: 10)
Kompetensi Memahami Dasar-Dasar Elektronika merupakan
salah satu dari kompetensi kejuruan yang harus dikuasai oleh siswa,
yang terbagi atas empat kompetensi dasar yaitu : 1) Memahami
Konsep Dasar Elektronika, 2) Memahami Simbol Komponen
Elektronika, 3) Memahami Sifat Komponen Elektronika, 4)
Menggambar Karakteristik Komponen Elektronika. Hasil belajar
yang akan dicapai setelah mempelajari kompetensi ini meliputi hasil
belajar dari sisi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam setiap
kompetensi dasar berisi indikator yang dicapai siswa, uraian materi,
kegiatan pembelajaran, penilaian dan lembar kerja siswa. Setelah
belajar diharapkan siswa akan mempunyai kompetensi dalam hal:
Menyebutkan pengertian elektronika dengan benar, Mengidentifikasi
struktur atom dengan benar, Menyebutkan hukum-hukum dasar
elektronika sesuai dengan SOP, Menyebutkan simbol komponen
elektronika dengan benar, Mengidentifikasi simbol komponen
elektronika pasif sesuai dengan SOP, Mengidentifikasi simbol
komponen elektronika aktif sesuai dengan SOP, Mengidentifikasi
gambar bentuk komponen elektronika sesuai dengan SOP,
Menyebutkan pengertian komponen elektronika pasif dengan benar,
Menyebutkan sifat-sifat komponen elektronika pasif sesuai dengan
SOP, Menyebutkan peralatan gambar dengan benar, Menyebutkan
standarlisai gambar sesuai dengan SOP, Menggambar karakteristik
komponen elektronika sesuai dengan SOP. (Silabus TITL, 2010 :2)
2.4 Minat dan Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian
manusia, dan perubahan tersebut ditampakkkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan
kemampuan lain (Hakim, 2004:1). Secara harfiah belajar mempunyai arti
suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah
kesan dari bahan atau sesuatu yang telah dipelajari (Djamarah, 1991:21).
Dari definisi di atas, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan
dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan orang itu
dalam berbagai bidang. Belajar adalah proses terjadinya perubahan tingkah
laku individu. Oleh karena itu terjadinya perubahan tingkah laku yang
mengarah pada perubahan yang baik dapat dikatakan sebagai sebuah
prestasi belajar. Aktivitas belajar akan memberikan hasil yang berupa
terjadinya perubahan pada diri individu. Jika di dalam suatu proses
pembelajaran seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, dapat dikataka orang tersebut sebenarntya belum
mengalami proses pembelajaran atau dengan kata lain ia mengalami
kegagalan di dalam proses pembelajaran.
Aktivitas belajar harus berorientasi pada tujuan. Tujuan yang ingin
dicapai dalam aktivitas belajar adalah terjadinya perubahan. Perubahan
yang diharapkan dari terjadinya aktivitas belajar ini adalah perkembangan
diri individu seutuhnya. Rumusan bahwa belajar dapat dikatakan sebagai
rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju ke perkembangan pribadi
manusia seutuhnya yang menyangkut unsure cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif, afektif dan psikomotor (Djamarah, 1991:21).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
adalah:
1. Faktor internal, meliputi:
a. Faktor biologis (jasmaniah)
Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan
keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan
jasmani yang perlu diperhatikan adalah: 1) kondisi fisik yang
normal, 2) kondisi kesehatan fisik.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental
seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan
belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.
c. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar
individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan
keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat,
dan faktor waktu.
Benyamin S. Bloom membagi kawasan belajar yang mereka sebut
sebagai tujuan pendidikan menjadi tiga bagian yaitu kawasan kognitif,
kawasasn afektif, dan kawasan psikomotor. Prestasi belajar secara luas
tentu meliputi ketiga kawasan tujuan pendidikan tersebut. Walaupun
demikian kita akan membatasi prestasi belajar pada kawasan kognitif saja
dengan penekanan pada bentuk prestasi yang tertulis. Prestasi belajar
mengandung 2 kata yang masing-masing mempunyai pengertian. Oleh
karena itu sebelum diartikan secara harfiah, maka harus didefinisikan
terlebih dahulu masing-masing kata. Prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru (WJS. Poerwadarminta, 1991:787). Prestasi belajar dapat juga
diartikan sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok (Djamarah, 1994:19).
Dari beberapa uraian di atas, kemudian dapat diambil kesimpulan
tentang pengertian prestasi belajar. Prestasi adalah hasil yang diperoleh
dari suatu aktivitas, sedangkan belajar adalah suatu proses yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah
laku. Dengan pengertian sederhana prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh dari berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam
diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Prestasi belajar membutuhkan suatu pengukuran tertentu untuk
mengukur tingkat keberhasilan belajar. Pengukuran ini yang kemudian
dikenal dengan nama Tes Prestasi Belajar. Tes prestasi belajar dibedakan
dari tes kemampuan lain bila dilihat dari tujuannya, yaitu mengungkap
keberhasilan seseorang dalam belajar. Tujuan ini membawa keharusan
dalam konstruksinya untuk selalu mengacu pada perencanaan program
belajar yang dituangkan dalam silabus mata pelajaran. Sebagaimana
halnya pada bentuk-bentuk tes yang lain, hakikat penyelenggaraan tes
sebenarnya adalah usaha-usaha menggali informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengambila keputusan. Dalam kaitannya dengan tugas
seseorang tenaga pengajar, tes prestasi belajar merupakan salah satu alat
pengukuran di bidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai
sumber informasi guna pengambilan keputusan (Azwar, 1996:9) Tes
prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk
mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan
atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal di
kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif, bahkan ujian akhir nasional.
2.5 Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
2.5.1 Pengertian Pembelajaran Tuntas (Matery Learning)
Menurut Ahmadi (2005: 156) “Model Pembelajaran tuntas
pada mulanya diperkenalkan oleh Bloom dan Carroll (1953).”
Pembelajaran tuntas (mastery learning) adalah prinsip pembelajaran
yang dianut pada proses pembelajaran berbasis kompetensi
(competency based learning). Pembelajaran tuntas dilaksanakan
untuk menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan (knowledge),
dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai dengan
profesinya yang dituntut oleh suatu kompetensi (Dikmenjur,
2004:10).
Selanjutnya Depdiknas (2008:15) menyatakan bahwa
“Pembelajaran tuntas adalah sistem pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran sesuai
dengan waktu yang diperlukan untuk setiap individu.” Sedangkan
Ahmadi (2005:157) menyatakan “ Strategi Pembelajaran tuntas
(mastery learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang
diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok
(group base approach).”
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tuntas adalah suatu starategi pembelajaran yang
berorientasi kepada produktifitas hasil belajar, yakni siswa
menguasai materi pembelajaran secara tuntas, menyeluruh dan utuh.
2.5.2 Prinsip Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
Untuk dapat belajar secara tuntas, perlu dikembangkan prinsip
pembelajaran sebagai berikut:
1. Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, yang
memberikan pengalaman belajar bermakna) yang dikembangkan
menjadi pembelajaran berbasis produksi.
2. Individual learning (pembelajaran dengan memperhatikan
keunikan setiap individu) yang dilaksanakan dengan system
modular.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) diartikan sebagai suatu
strategi pembelajaran, dan keberhasilan peserta didik ditentukan oleh
pencapaian tingkat penguasaan minimal yang dipersyaratkan untuk
dapat dinyatakan menguasai (mastery). Peserta didik hanya boleh
berpindah topik atau program apabila topic atau program yang sedang
dipelajarinya telah dikuasai secara tuntas, hingga paing tidak
memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan. Tujuan pembelajaran
tuntas adalah memberikan kesempatan kepada para peserta didik
untuk menguasai bahan pelajaran dan mencapai kompetensi yang
dipelajarinya dengan terstandar melalui langkah-langkah pembelajaran
secara bertahap, tuntas, dan utuh, sehingga dapat memberikan
pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning).
Menurut Depdiknas (2008:15) “ Prinsip-prinsip pembelajaran
Tuntas adalah :
1. Asumsi dasar pembelajaran siswa adalah dapat belajar
pengetahuan/mata pelajaran esensial yang terdapat dalam
kurikulum ketika pembelajaran dipecah-pecah menjadi bagian-
bagian/topic-topik dan dipresentasikan secara bertahap dapat
berhasil dengan tuntas.
2. Sebelum memulai pembelajaran guru perlu melakukan tes,
sehingga mengetahui peta kompetensi dari peserta didik. Untuk
merencanakan pembelajaran secara efektif dan efisien tes ini
merupakan proses kritik dari pembelajaran tuntas, sehingga
memerlukan waktu untuk penilaian dan menganalisis data.
3. Pembelajaran tuntas harus melihat kemampuan peserta didik satu
persatu karena keberhasilan peserta didik tidak akan sama, guru
harus mempersiapkan remedial dan pengayaan untuk ketuntasan
dari keberhasilan peserta didik.
4. Guru harus melakukan test formatif akan berguna apabila
dilakukan secara otentik, agar dapat menentukan tambahan
pembelajaran yang diperlukan, juga perlu dilakukan tes sumatif
yang merupakan evaluasi final untuk pencapaian tujuan
pembelajaran peserta didik
2.6 Kerangka Berpikir
Target yang diharapkan bisa dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah peningkatan hasil belajar siswa secara menyeluruh pada berbagai
aspek kemampuan siswa. Hasil yang dicapai diukur melalui evaluasi proses,
hasil kerja siswa, penilaian sikap, observasi, wawancara, dan lain-lain. Agar
tujuan tersebut dicapai, maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa
tahapan proses seperti diagram di bawah ini.
Diagram 1. Kerangka Berpikir
Guru
Belum menerapkan
model pembelajaran
tuntas (mastery
learning) pada proses
pembelajaran
Siswa
Hasil belajar siswa pada
kompetensi dasar-dasar
Elektronika rendah
Menerapkan model
pembelajaran tuntas
(mastery learning) pada
proses pembelajaran
SIKLUS I Menerapkan model
pembelajaran tuntas
(mastery learning) pada
kelompok besar
Diduga melalui
pembelajaran tuntas
(matery learning) dapat
meningkatkan
efektifitas dan hasil
belajar siswa pada
kompetensi Memahami
dasar-dasar Elektronika.
SIKLUS II
Menerapkan model
pembelajaran tuntas
(mastery learning) pada
berkelompok kecil
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas X Teknik
Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan jumlah
peserta didik 36 orang, karena kelas tersebut tingkat kemampuannya
rata-rata sedang dan peneliti mengajar dikelas tersebut.
3.1.2 Lokasi Penelitian
Nama sekolah : SMK Negeri 2 Sungai Penuh
Alamat : Jl. Raya Kayu Aro KM. 03 Sungai Penuh
Kecamatan : Pesisir Bukit
Kabupaten/Kota : Kota Sungai Penuh
Provinsi : Jambi
Telpon/ Fax : (0748) 21070/ (0748) 21070)
3.1.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 3 (dua ) bulan yaitu pada
bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011 tepatnya pada semester
genap tahun pelajaran 2010/2011. Waktu penelitian ini sesuai dengan
program pembelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Instalasi Tenaga
Listrik (TITL) yang telah ditetapkan pada Kurikulum Program Studi
Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK Negeri 2 Sungai
Penuh Semester Genap tahun pelajaran 2010/2011 dengan kompetensi
dasar yang diajarkan saat itu adalah Memahami Dasar-Dasar
Elektronika.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik
SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan jumlah peserta didik 36 orang dengan
tingkat kemampuan rata-rata sedang.
23
3.3 Sumber Data
Sumber data adalah siswa kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik
tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah peserta didik 36 orang.
3.4 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
3.4 1 Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpul data hasil belajar dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan menggunakan teknik tes dalam bentuk tes tertulis
yang dilaksanakan pada akhir siklus 1 dan akhir siklus ke-2. Dan data
hasil pengamatan dikumpulkan dengan teknik pengamatan (observasi).
Observasi memungkinkan untuk mengetahui kesesuaian antara harapan
dan kenyataan dari penelitian tindakan kelas. Observasi dilaksanakan
secara komprehensif dalam kelas. Aspek-aspek dalam pengamatan
meliputi: perilaku siswa waktu belajar, kegiatan diskusi siswa,
partisipasi siswa dalam presentasi dan diskusi. Sehingga dapat diketahui
secara jelas bagaimana aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
3.4.2 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah :
1. Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang
dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Dalam penelitian
ini jenis tes yang digunakan adalah adalah tes tertulis dalam bentuk
soal pilihan ganda. Untuk mendapatkan tes yang baik maka
dilakukan langkah-langkah yaitu membuat kisi-kisi soal tes dan
menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi soal tes
2. Lembar Penilaian Proses Belajar
Lembar penilaian proses belajar dipergunakan untuk menilai
peserta didik dalam ulangan harian. Lembar penilaian ini berupa
format-format penilaian proses belajar mengajar.
3. Lembaran Observasi
Lembar observasi digunakan untuk pengamatan kegiatan
masing-masing siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Dalam penyusunan lembar observasi dilakukan langkah-langkah
sebagai, yaitu: (1) Menentukan indikator-indikator penilaian
terhadap kegiatan siswa yang diamati selama proses pembelajaran
berlangsung dan (2) Merancang lembar observasi yang akan
digunakan.
3.5 Validasi data
Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Pada penelitian ini
data yang dikumpulkan adalah data hasil nilai ujian siklus I dan II dan data
hasil pengamatan. Untuk mendapatkan data nilai ujian yang valid maka
disusun kisi-kisi soal dan soal test. Data hasil pengamatan divalidasi melalui
triangulasi sumber, yaitu data berasal dari siswa, pengamat (observer) dan
peneliti sendiri.
3.6 Analisis data
Data dianalisis secara deskriptif komparatif yaitu mengemukakan fakta-
fakta dan temuan-temuan yang terjadi selama penelitian berlangsung dan
membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja.
Analisis data bertujuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan hasil
belajar. Dalam analisis nilai digunakan rumus :
Rata-rata hitung : N
XX
Keterangan : NilaiX rata-rata tes
JumlahX nilai peserta tes
N = Banyak peserta tes
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pra Penelitian Tindakan Kelas
Tahap pra penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengamati
minat belajar dan hasil belajar pada pembelajaran Dasar-dasar
Elektronika sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Tahap
ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi masalah yang ditemukan
pada pelaksanaan pembelajaran Dasar-dasar Elektronika. Dengan
identifikasi masalah yang tepat, maka dapat dilaksanakan perencanaan
penelitian tindakan kelas yang tepat pula. Dengan perencanaan yang
tepat diharapkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat
memberikan hasil yang diinginkan sesuai target.
3.6.2 Perencanaan Tindakan
Setelah dilaksanakan diidentifikasi masalah pada tahap pra penelitian
tindakan kelas, maka selanjutnya dilaksanakan tahap perencanaan
tindakan kelas. Tahapan perencanaan tindakan kelas sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah menemukan bahwa pada pelaksanaan
pemelajaran Dasar-dasar Elektronika Kompleks pada awal
semester 1 ditemukan: 1) rendahnya minat belajar siswa yang
ditunjukkan dari tingkat kehadiran, sikap kerja, aktivitas
penugasan, 2) rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan
pada ketuntasan belajar.
2. Menyiapkan strategi pembelajaran berupa pemelajaran tuntas
(mastery learning).
3. Menyiapkan kelas yang akan diberi tindakan dengan memberikan
pengarahan dan motivasi tentang penelitian tindakan kelas dan
pentingnya pemelajaran tuntas (mastery learning).
4. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, sistematika laporan,
jobsheet dan Lembaran penilaian.
5. Menyiapkan media dan sarana pembelajaran berupa Lap top
(komputer), Proyektor, simulator kelistrikan, Kabel-kabel, dan
perangkat lainnya.
6. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan
minat siswa, lembar pengamatan aktivitas siswa, instrumen
penilaian, dan laporan praktek.
Tabel 1
JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
No
. Kegiatan Penelitian
September Oktober Nopember Keterang
an 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pra Penelitian
Tindakan
2. Pelaksanaan Putaran I
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
3. Pelaksanaan Putaran II
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
4. Pelaksanaan Putaran
III
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
5. Penyusunan laporan