98711093 Efek Obat Antituberkulosis Dan Penatalaksanaannya New New

  • Upload
    syahid

  • View
    26

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

antituberkulosa

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Tatalaksana TB pada merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan antara pemberian medikamentosa, penataan gizi, dan lingkungan sekitarnya. Pemberian medikamentosa tidak terlepas dari penyuluhan kesehatan kepada masyarakat atau kepada orang tua penderita tentang pentingnya minum obat secara teratur dalam jangka waktu yang cukup lama, serta pengawasan terhadap jadwal pemberian obat, keyakinan bahwa obat diminum, Terapi medikamentosa yang dipakai dalam first line drugs of choice adalah Isoniazid (INH), rifampicin, pirazinamid, etambutol dan streptomycin. Sementara second line drugs of choice antara lain PAS, viomisin, sikloserin, etionamid dan kapriomisin, yang digunakan jika terjadi multidrug resistance (MDR). INH dan rifampicin adalah obat pilihan utama ditambah dengan etambutol dan streptomisin.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

1

BAB II

PEMBAHASAN

Efek samping obat anti tuberkulosis

A. Isoniazid (INH)

Isoniazid merupakan kristal putih, atau serbuk kristalin putih dan mempunyai kelarutan 125 mg/ml dalam air dan 20 mg/ml dalam alkohol pada suhu 25C. Isoniazid adalah suatu sintetik, derivat asam isonikotinik.

INH ( Isonikotinik hidrazil ) adalah obat antituberkulosis yang sangat efektif saat ini, bersifat bakterisid dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang dan bersifat bakteriostatik terhadap kuman yang diam, mekanisme kerja INH telibat dalam penghambatan enzim esensial unuk sintesis asam mikolat dan dinding sel mikobakterium (Katzung, 2002).

Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman, dapat berdifusi ke dalam seluruh jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal (CSS), cairan pleura, cairan acsites dan jaringan kaseosa. Dosis harian yang biasa diberikan (4-6 mg/kg/hari), maksimal 300 mg/hari, diberikan satu kali pemberian. INH yang tersedia umumnya dalam bentuk tablet 100 mg dan 300 mg, dan dalam bentuk syrup 100 mg/5 ml. Konsentrasi puncak di dalam darah, sputum, dan cairan serebrospinal dapat dicapai dalam 1-2 jam dan menetap selama paling sedikit 6-8 jam.

Efek samping berat berupa hepatitis yang dapat timbul pada 0,5 % penderita. Hepatotoksisitas ditandai oleh peningkatan SGOT/SGPT hingga 5 kali normal (40 U/L) tanpa gejala klinis , peningkatan bilirubin total lebih dari 1,5 mg/dL, serta peningkatan SGOT/SGPT dengan nilai berapapun yang disertai oleh anoreksia, nausea, muntah, dan ikterus (Prihatni, 2005).

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

2

Hepatitis dengan kerusakan hati yang progresif bergantung pada usia, semakin meningkat seiiring bertambahnya usia dan pada alkoholik dapat meningkatkan resiko kerusakan hepar(Katzung, 2002). Efek samping ini jarang terjadi pada pemberian dosis INH yang tidak melebihi 10 mg/kgBB/hr.

Efek samping INH yang ringan dapat berupa:

Tanda-tanda keracunan saraf tepi,kesemutan, dan nyeri otot atau gangguan kesadaran.

Kelainan yang menyerupai defisiensi piridoksin

Kelainan kulit yang bervariasi antara lain gatal-gatal

Pemberian piridoksin pada penderita yang mendapatkan terapi INH tidak mempengaruhi kerja tuberkulostatik tetapi berguna untuk mencegah neuritis, piridoksin harus diberikan sebnyak 10 mg/100mg INH, bila terjadi efek samping pada INH maka dapat diberikan piridoksin dalam jumlah INH yang dimakan.

Uraian:

Isoniazid atau isonikotinil hidrazid, disingkat dg INH, hanya satu derivatnya yg diketahui menghambat pembelahan kuman tuberkulosis, yakni iproniazid, tetapi terlalu toksik utk manusia.

EFEK ANTIBAKTERI.

Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid dengan KHM sekitar 0,025-0,05 m/ml. Pembelahan kuman masih berlangsung 2 sampai 3 kali sebelum dihambat sama sekali.

Mikroorganisme yg sedang "istirahat" mulai lagi dg pembelahan biasa bila kontaknya dg obat dihentikan. Di antara mikobakteria atipik biasanya hanya M. kansasii yg peka thd isoniazid, tetapi sensitivitasnya harus selalu diuji secara in vitro karena kuman ini memerlukan kadar hambat yg lebih tinggi.

Pada uji hewan, ternyata aktivitas isoniazid lebih kuat dibandingkan streptomisin.

Isoniazid dapat menembus ke dalam sel dengan mudah

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

3MEKANISME KERJA.

Mekanisme kerja isoniazid belum diketahui, tetapi ada beberapa hipotesis yang diajukan, di antaranya efek pada lemak, biosintesis asam nukleat, dan glikolisis.

Ada pendapat bahwa efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium.

Isoniazid kdr rendah mencegah perpanjangan rantai as. lemak yg sangat panjang yg merupakan btk awal molekul as. mikolat. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jml lemak yg terekstraksi oleh metanol dr mikobakterium. Hanya kuman peka yang menyerap obat ke dlm selnya, dan ambilan ini merupakan proses aktif.

RESISTENSI.

Petunjuk yang ada memberikan kesan bahwa mekanisme terjadinya resistensi berhubungan dengan kegagalan obat mencapai kuman atau kuman tidak menyerap obat.Pengobatan dg INH ini juga dapat menyebabkan timbulnya strain baru yang resisten. Perubahan sifat dari sensitif menjadi resisten biasanya terjadi dalam beberapa minggu setelah pengobatan dimulai. Waktu yang diperlukan untuk timbulnya resistensi berbeda pada kasus yang berlainan.

FARMAKOKINETIK.

Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak dicapai dalam waktu 1 -2 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid terutama mengalami asetilasi, dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma dan masa paruhnya. Isoniazid mudah berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh. Obat terdapat dengan kadar yang cukup dalam cairan pleura dan cairan asites. Kadar dalam cairan serebrospinal kira-kira 20% kadar dalam cairan plasma. Isoniazid mudah mencapai material kaseosa. Kadar obat ini pada mulanya lebih tinggi dalam plasma dan otot daripada dalam jaringan yang terinfeksi, tetapi kemudian obat tertinggal lama di jaringan yg terinfeksi dlm jml yg lbh dr cukup sbg bakteriostatik.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

4Antara 75-95% isoniazid diekskresi melalui urin dalam waktu 24 jam dan seluruhnya dalam bentuk metabolit.

EPEK NONTERAPI.

Reaksi hipersensitivitas mengakibatkan demam, berbagai kelainan kulit berbentuk morbiliform, makulopapular, dan urtikaria. Reaksi hematologik dapat juga terjadi seperti agranulositosis, trombositopenia, dan anemia. Vaskulitis yang berhubungan dengan antibodi antinuklear dapat terjadi selama pengobatan, tetapi menghilang bila pemberian obat dihentikan. Gejala artritis seperti sakit sendi juga dapat terjadi.

Neuritis perifer paling banyak terjadi dengan dosis isoniazid 6 mg/kg BB/hari. Bila penderita tidak diberi piridoksin frekuensinya mendekati 2%. Isoniazid dapat mencetuskan terjadinya kejang pada pasien dengan riwayat kejang. Neuritis optik dengan atropi dapat juga terjadi.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Oral (bentuk injeksi dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan sedan oral maupun karena masalah absorbsi)

Bayi dan anak-anak :

Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 10 20 mg/kg/hari dalam 1 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari) atau 20 40 mg/kg (maksimal 900 mg/ dosis) dua kali seminggu selama 9 bulan

Pengobatan infeksi TB aktif :

Terapi harian 10 15 mg/kg/hari dalam 1 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari)

Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 30 mg/kg (maksimal 900 mg)

Dewasa :

Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali seminggu selama 6-9 bulan pada pasien yang tidak

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

5

menderita HIV (terapi 9 bulan optimal, terapi 6 bulan berkaitan dengan penurunan biaya terapi) dan 9 bulan pada pasien yang Pengobatan infeksi TB aktif : Terapi harian 5 mg/kg/hari diberikan setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10 mg/kg/hari dalam 1 2 dosis terbagi pada pasien dengan penyakit yang telah menyebar. Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu : 15 mg/kg (maksimal 900 mg)

Interaksi

Dengan Obat Lain :

Efek sitokrom P450: substrat CYP2E1 (major); Menghambat CYP1A2 (lemah), 2A6 (sedang) , 2C8/9 (sedang) , 2C19 (kuat) , 2 D6 (sedang), 2E1 (sedang), 3A4

(kuat) ; induksi CYP2E1 (sesudah dihentikan)

Meningkatkan efek/toksisitas : penggunaan bersama disulfiram menyebabkan reaksi intoleransi akut. Isoniazid dapat meningkatkan kadar/efek amiodaron, ampfetamin, benzodiazepin, beta-blocker, calcium channel blocker, citalopram, deksmedetomidin, Meningkatkan efek/toksisitas : penggunaan bersama disulfiram menyebabkan reaksi intoleransi akut. Isoniazid dapat meningkatkan kadar/efek amiodaron, ampfetamin, benzodiazepin, beta-blocker, calcium channel blocker, citalopram, deksmedetomidin, antidepresan trisiklik,trimetadon,venlafaxin.Warfarin dan substrat dari CYP2A6,2C8/9,2C19, 2D6,2E1 , atau 3A4. Benzodiazepin tertentu (midazolam dan triazolam), cisaprid, alkaloid ergot, HMG-CoA reduktase inhibitor tertentu (lovastatin dan simvastatin), dan pimozide biasanya kontraindikasi dengan inhibitor CYP3A4 kuat. Mesoridazine dan thioridazine biasanya kontraindikasi dengan inhibitor CYP2D6 kuat. Jika digunakan dengan inhibitor CYP3A4 kuat, diperlukan penyesuaian dosis untuk sildenafil dan inhibitor PDE-5 yang lain.

Menurunkan efek: efek/kadar isoniazid diturunkan oleh garam aluminium atau antasida. Isoniasid dapat menurunkan efek/kadar subsrat prodrug CYP2D6 (seperti kodein, hidrokodone, oksikodon, tramadol)

Dengan Makanan : Harus digunakan satu jam sebelum atau dua jam sesudah

makan pada keadaan lambung kosong; peningkatan asupan makanan yang mengandung

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

6folat, niasin, magnesium. Tidak diperlukan pembatasan makanan yang mengandung tyramin.

Pengaruh

Terhadap Kehamilan : Tidak diketahui apakah berbahaya bagi janin. Faktor risiko : C. Isoniazid menyebabkan embriosidal pada percobaan dengan hewan; efek teratogenik tidak ditemukan. Isoniasid menembus plasenta manusia. Karena resiko tuberkulosis terhadap fetus, maka pengobatan direkomendasikan bila si ibu menderita penyakit dengan kategori sedang hingga berat.

Terhadap Ibu Menyusui : Isoniazid terdistribusi ke dalam air susu ibu.

Terhadap Anak-anak : -

Terhadap Hasil Laboratorium : Interaksi tes laboratorium dengan isoniazid: terjadi reaksi positif palsu pada pemeriksaan glukosa urin dengan Clinitest

Parameter Monitoring

Tes fungsi hati, kultur sputum

Peringatan

Kerusakan hati; kerusakan ginjal; status asetilator lambat ( meningkatkan risiko efek samping); epilepsi; riwayat psikosis; ketergantungan alkohol, malnutrisi, diabetes melitus, infeksi HIV (resiko neuritis perifer) ; kehamilan dan menyusui ; porfiria. Gangguan hati : pasien atau keluarganya harus diberitahu bagaimana mengenal tanda-tanda gangguan hati dan disarankan untuk menghentikan pengobatan serta segera memeriksakan diri jika muncul gejala yang menetap seperti mual, muntah, malaise atau jaundice (penyakit kuning).

Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus

AAP merekomendasikan suplemen piridoksin (1-2 mg/kg/hari) harus diberikan pada pasien malnutrisi, anak-anak dan dewasa yang kurang asupan makanan seperti daging dan susu, bayi yang sedang menyusui untuk mencegah neuropati perifer; pemberian sirup isoniazid dikaitkan dengan timbulnya diare.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

7Informasi Pasien

Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/ frekuensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau apoteker.

Gunakan pada saat lambung kosong, sedikitnya 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Jika perlu, gunakan obat ini bersama makanan untuk menurunkan rasa tidak enak pada lambung Pasien tidak boleh lupa minum obat, jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat hingga pengobatan selesai akan mengakibatkan kegagalan terapi dan meningkatkan risiko memburuknya kesehatan. Minimalisasi penggunaan alkohol. Alkohol dapat meningkatkan resiko hepatitis.

Segera memeriksakan diri ke dokter bila timbul lemah yg berkepanjangan,atau demam lebih dari 3 hari, nafsu makan berkurang,mual, muntah, warna kuning pada kulit dan mata, urin berwarna gelap,ruam, mati rasa atau terjadi rasa gatal pada kaki dan tangan. Jangan menggunakan obat melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Kondisi medis awal pasien harus diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat ini. Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat. Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat.

Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan . Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker

Mekanisme Aksi

Tidak diketahui, namun diperkirakan terjadi penghambatan sintesis asam mikolat yang menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri

Monitoring Penggunaan Obat

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

8Tes fungsi hati secara periodik;kultur sputum dilakukan tiap bulan (hingga

diperoleh hasil 2 kali kultur negatif) ; monitoring tanda-tanda prodromal hepatitis.

B.Rifampisin (C43H58N4O12)

Rifampisin bersifat bakteriosid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan, dapat membunuh kuman semi-dormand yang tidak dapat dibunuh oleh INH, rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong, dan kadar serum puncak tercapai dalam 2 jam. Bila rifampicin diberikan bersama dengan INH, maka akan bersifat sebagai bakterisidal terhadap mikobakterium dan cenderung mensterilisasi jaringan yang terinfeksi, rongga atau sputum. Rifampicin mempenetrasi sel fagositik dengan baik serta membunuh mikobakterium intraseluler (Katzung , 2002).

Rifampisin 85 -90% di metabolisme di hati dan metabolit aktifnya diekskresikan melalui INH. Pada penderita dengan kelainan hepar akan ditemukan kadar rifampisin serum yang lebih tinggi. Rifampisin akan menginduksi sistem enzim sitokrom P 450 yang akan terus berlangsung hingga 714 hari setelah obat dihentikan. Efek hepatotoksik dipengaruhi oleh dosis yang digunakan, dan proses metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, lingkungan dalam lambung dan penyakit hepar (Prihatni, 2005).

Saat ini, Rifampisin diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 8-12 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari, dengan dosis satu kali pemberian perhari. Jika diberikan dosis Rifampisin tidak melebihi 15 mg/kgBB/hari maka efek samping jarang terjadi. Seperti halnya INH, Rifampisin didistribusikan secara luas ke jaringan dan cairan tubuh, termasuk CSS.

Rifampisin dapat diberikan sesuai dosis yang dianjurkan, jarang menimbukan efek samping, terutama pada pemakaian terus-menerus setiap hari. Salah satu efek samping berat dari rifampisin adalah hepatitis, walaupun inisangat jarang terjadi. Apabila terjadi ikterik ataupun hepatitis maka hentikan pengobatan dan lanjutkan apabila gejala tersebut hilang atau sembuh, Hepatotoksisitas ditandai oleh peningkatan SGOT/SGPT hingga 5 kali normal (40

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

9U/L) tanpa gejala klinis , peningkatan bilirubin total lebih dari 1,5 mg/dL, serta peningkatan SGOT/SGPT dengan nilai berapapun yang disertai oleh anoreksia,nausea, muntah, dan ikterus (Prihatni, 2005).

Efek samping rifampisin yang berat tetapi jarang terjadi adalah :

Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak nafas, kadang disertai kolaps atau syok sehingga perlu penanganan darurat.

Purpura, anemia hemolitik akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu

dari gejala ini terjadi maka hentikan pengobatan dengan rifampisin meskipun gejalanya sudah hilang.

Efek samping rifampisin yang ringan adalah :

Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan

Sindrom flu berupa demam, menggigil, nyeri tulang

Sindrom perut berupa nyeri perut, mual, muntah kadang-kadang diare

Efek samping ringan sering terjadi pada pemberian berkala dan dapat

sembuh sendiri atau hanya memerlukan pengobatan simtomatik. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna merah terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya.

Uraian:

Rifampisin adl derivat semisintetik rifamisin B yaitu salah satu anggota ketompok antibiotik makrosiklik yg disbt rifamisin.

Kelompok ini dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei.

Obat ini merupakan ion zwitter, larut dlm pelarut organik dan air yg pH nya asam.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI.

Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif dan gram-negatif. Thd kuman gram-negatif kerjanya lbh lemah dp tetrasiklin, kloramfenikol, kanamisin, dan kolistin. Dpt menghhambat pertumbuhan beberapa jenis virus.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

10 In vitro, rifampisin dalam kadar 0,005-0,2 g/ml dpt menghambat pertumbuhan M. tuberkulosis. In vivo, rifampisin meningkatkan aktivitas streptomisin dan isoniazid thd M. tuberculosis, tetapi tdk bersifat aditif thd etambutol.

Mekanisme kerja

Rifampisin terutama aktif thd sel yg sedang bertumbuh.

Kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polymerase dr mikobakteria dan mikroorganisme lain dg menekan mula terbtknya (bukan pemanjangan) rantai dlm sintesis RNA. Inti RNA Polymerase dr berbagai sel eukariotik tdk mengikat rifampisin dan sintesis RNAnya tdk dipengaruhi. Rifampisin dpt menghambat sintesis RNA mitokondria mamalia tetapi diperlukan kadar yg lbh tinggi dp kdr utk penghambatan pd kuman. Pemberian rifampisin per oral menghasilkan kdr puncak dlm plasma setelah 2-4 jam; dosis tunggal sebesar 600 mg menghasilkan kdr sekitar 7 g/ml. Asam para-amino salisilat dpt memperlambat absorpsi rifampisin, shg kadar terapi rifampisin dlm plasma tdk tercapai. Bila rifampisin harus digunakan bersama asam para amino salisilat, maka pemberian kedua sediaan harus berjarak waktu 8-12 jam.

Setelah diserap dari saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu dan kmd mengalami sirkulasi enterohepatik. Obat ini cepat mengalami deasetilasi, shg dlm waktu 6 jam hampir semua obat yg berada dlm empedu berbtk deasetil rifampisin, yg mempunyai aktivitas antibakteri penuh. Rifampisin menyebabkan induksi metabolisme, shg walaupun bioavailabilitasnya tinggi, eliminasinya meningkat pd pemberian berulang. Rifampisin didistribusi ke seluruh tubuh

INTERAKSI OBAT.

Pemberian PAS bersama rifampisin akan menghambat absorpsi rifampisin sehingga kadarnya dalam darah tidak cukup. Rifampisin merupakan pemacu metabolisme obat

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

11yang cukup kuat, sehingga berbagai obat hipoglikemik oral, kortikosteroid, dan kontrasepsi oral akan berkurang efektivitasnya bila diberikan bersama rifampisin.

Mungkin dapat terjadi kehamilan pada pemberian bersama kontrasepsi oral, Rifampisin mungkin juga menganggu metabolisme vitamin D sehingga dapat menimbulkan kelainan tulang berupa osteomalasia.

STATUS DALAM PENGOBATAN.

Rifampisin merupakan obat yang sangat efektif untuk pengobatan tuberkulosis dan sering digunakan bersama isoniazid untuk terapi tuberkulosis jangka pendek.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Oral ( Dosis IV infusi sama dengan pemberian peroral)

Terapi Tuberkulosis

Catatan : Regimen empat obat ( isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) lebih disukai untuk pengobatan awal, empirik TB

Bayi dan anak-anak < 12 tahun

Terapi harian : 10 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari) Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 20 mg/kg (maksimal

mg/hari)

Dewasa

Terapi harian : 10 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari) Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari) ; 3 kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari) Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid : Anak-anak : 10 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan

Dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan

Profilaksis H. Influenzae (unlabeled use)

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

12Bayi dan anak-anak : 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari

mg/dosis

Dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari

Leprosy (unlabeled use) : dewasa :

Multibacillary : 600 mg sekali sebulan selama 24 bulan dalam kombinasi dengan ofloksasin dan minosiklin Paucibacillary : 600 mg sekali sebulan selama 6 bulan dalam kombinasi dengan dapson Lesi tunggal : 600 mg sebagai dosis tunggal dalam kombinasi dengan ofloksasin

mg dan minosiklin 100 mg

Profilaksis meningitis meningococcal.

Bayi , 1 bulan : 10 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari

Bayi = 1 bulan dan anak-anak : 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari (maksimal 600 mg/dosis) Dewasa : 600 mg tiap 12 jam selama 2 hari

Staphylococcus aureus pada nasal carrier (unlabeled use):

Anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5 10 hari dalam kobinasi dengan antibiotik lain Dewasa : 600 mg/hari selama 5 10 hari dalam kombinasi dengan antibiotik lain

Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan hepar : penurunan dosis diperlukan untuk meurunkan hepatotoksisitas Hemodialysis atau peritoneal dialysis : konsentreasi plasma rifampisin tidak signifikan dipengaruhi oleh hemodialisis atau dialisis peritoneal

Farmakologi

Durasi : < 24 jam

Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi CSF : inflamasi meninges : 25%

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

13Metabolisme : Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik

Ikatan protein : 80%

T eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam. Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam

Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%) sebagai obat yang tidak berubah

Stabilitas Penyimpanan

Serbuk rifampisin berwarna merah kecoklatan. Vial yang utuh harus disimpan

pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yg berlebihan. Rekonstitusi

serbuk untuk injeksi dengan SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg

tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh : 100 ml D5W). Vial yang telah

direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu kamar.Stabilitas parenteral admixture pada

penyimpanan suhu kamar (25C) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk

pelarut NS

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam

sediaan; penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan

proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning)

Interaksi

Dengan Obat Lain :

Efek Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat) ,2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat). Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan isoniazid pyrazinamide atau protease inhibitor (amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas;

antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

14Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut:

asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan

losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol, aprepitant, barbiturat, benzodiazepin

(dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker,

kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin; substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19

DAN 3A4 (contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin,

ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor

pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan

zafirlukast; dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin,

flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin,

propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid, inhibitor reverse transkriptase

(non-nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide,

antidepresan trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin

diturunkan oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, dan 3A4 (seperti : aminoglutethimide,

barbiturat, karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan fenitoin)

- Dengan Makanan : Makanan menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin

dapat diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan. Hindari ethanol (dapat

meningkatkan resiko hepatotoksisitas) St. Johns wort dapat menurunkan kadar

rifampisin

Pengaruh

Terhadap Kehamilan : Penggunaan obat pada trimester 1 (pertama): Produsen menyatakan studi pada binatang menunjukkan adanya teratogenik pada dosis tinggi. Penggunaan obat pada trimester 3 (tiga): Resiko terjadinya perdarahan pada neonatal dapat meningkat, Faktor risiko : C Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sejumlah kecil saja berada pada air susu. Masuk dalam air susu ibu / tidak direkomendasikan (AAP rates compatible) Terhadap Anak-anak : -

Terhadap Hasil Laboratorium : Interaksi rifampicin dengan tes

laboratorium : reaksi Coombs positif, rifampicin mengganggu pemeriksaan standar serum folat dan vitamin B12, meningkatkan LFTs dan menurunkan ekskresi billiari dari contrast mediaKKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

15

Parameter Monitoring Fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC, hepatic status dan mental status, kultur sputum, x-ray dada

Bentuk Sediaan

Kapsul, Kaptab, Sirup

Peringatan

Kerusakan hati ( periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati, ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama); kerusakan ginjal (jika digunakan dosis di atas 600 mg sehari); kehamilan dan menyusui; porfiria; Penting : pasien yang menggunakan hormon kontrasepsi disarankan untuk menggantinya dengan alternatif kontrasepsi lain seperti IUD, karena efek obat kontrasepsi menjadi tidak efektif akibat adanya interaksi obat.

Informasi Pasien

Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung daribeberapa faktor,

seperti kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang

berkaitan dengan jumlah dan/ frekwensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau

apoteker. Obat ini menyebabkan warna merah pada urin, keringat, saliva dan air mata.

Obat ini juga dapat menimbulkan noda permanen pada lensa kontak. Mempengaruhi

efektifitas kontrasepsi oral, gunakan metoda KB yang lain. Rifampisin harus digunakan

pada saat lambung kosong, gunakan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dengan

segelas air. Gunakan obat ini sedikitnya 1 jam sebelum menggunakan antasida. Segera

memeriksakan diri ke dokter bila timbul demam, hilang nafsu makan, tidak enak badan,

mual, muntah, urin berwarna gelap, perubahan warna kulit dan mata menjadi

kekuningan atau nyeri atau bengkak pada persendian. Pasien harus menggunakan obat

hingga habis. Jangan sampai terdapat dosis yang terlewat. Jangan menghentikan

pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter. Jangan menggunakan obat

melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Jangan

menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat.

Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat

KKS SMF ILMU PENY. PARUHerrynurhendriyana

16beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat

dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan . Jika lebih dari satu kali

dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker. Obat ini hanya digunakan oleh

pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.

Mekanisme Aksi

Menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta dari DNA-

dependent RNA polymerase, menghambat transkripsi RNA

Monitoring Penggunaan Obat

Periodik (sebelum pengobatan dan tiap 2 4 minggu selama terapi) monitoring

fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC; status fungsi hati dan mental , kultur sputum,

x-ray dada 2 3 bulan pengobatan

C. Etambutol

Etambutol (EMB) jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya

pada mata. Dosis EMB 15-18 mg/kg/hari, maksimal 1,25 gram/hari, dengan dosis tunggal. Resistensi akan timbul bila obat diberikan secara tunggal sehingga selalu diberikan bersama dengan obat antituberkulosis yang lain. Kadar serum puncak 5 g dalam waktu 2-4 jam. Eksresi terutama melalui ginjal dan saluran cerna.

Interaksi obat dengan EMB tidak dikenal. EMB tersedia dalam tablet 250 mg dan 500 mg. Memiliki aktivitas bakteriostatik, dapat mencegah timbulnya resistensi

terhadap obat-obat lain. EMB dapat bersifat bakteriosid, jika diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten (Katzung, 2002).

Ethambutol tidak berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga pada keadaan meningitis. EMB ditoleransi dengan baik oleh dewasa dan anak-anak pada pemberian oral dengan dosis satu atau dua kali sehari. Etambutol dapat

KKS SMF ILMU PENY. PARUHerry

nurhendriyana

17menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya penglihatan, buta warna untuk warna merah dan hijau, keracunan tersebut tergantung pada dosis yang dipakai. Efek samping jarang terjadi bila dosisnya 15mg/Kg BB/hr yang diberikan tiga (3) kali seminggu.

Setiap penderita yang menerima etambutol harus diingatkan bahwa bila terjadi gejala-gejala gangguan penglihatan supaya segera dilakukan pemeriksaan mata. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Karena resiko keruskan okuler pada anak-anak sulit dideteksi maka etambutol sebaiknya tidak diberikan pada anak sehingga pemeriksaan mata selama pengobatan sebaiknya dilakukan.

Uraian:

AKTIVITAS ANTIBAKTERI.

Hampir semua galur M. tuberculosis dan M. kansasii sensitif thd etambutol. Etambutol tidak efektif untuk kuman lain. Obat ini tetap menekan pertumbuhan kuman tuberkulosis yang telah resisten terhadap isoniazid dan streptomisin. Kerjanya menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel mati. Karena itu obat ini hanya aktif terhadap sel yang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik.

Efektivitas pada hewan coba sama dengan isoniazid. In vivo, sukar menciptakan resistensi thd etambutol dan timbulnya pun lambat, tetapi resistensi ini timbul bila etambutol digunakan tungggal.

FARMAKOKINETIK.

Pada pemberian oral sekitar 75-80% etambutol diserap dari saluran cerna. Kadar puncak dlm plasma dicapai dlm wkt 2-4 jam setelah pemberian. Dosis tunggal 15 mg/kg BB menghasilkan kdr dlm plasma sekitar 5 mg/ml pd 2-4 jam.

Masa paruh eliminasinya 3-4 jam. Kadar etambutol dalam eritrosit 1-2 kali kadar dalam plasma. Oleh karena itu eritrosit dapat berperan sebagai depot etambutol yg kmd melepaskannya sedikit demi sedikit ke dalam plasma. Dlm wkt 24 jam, 50% etambutol yg diberikan diekskresi dlm btk asal melalui urin, 10%

sbg metabolit, berupa derivat aldehid dan asam karboksilat. Bersihan ginjal utk

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

18etambutol kira-kira 8,6 ml/menit/kg menandakan bhw obat ini selain mengalami filtrasi glomerulus juga disekresi melalui tubuli.Etambutol tdk dpt menembus sawar darah otak, tetapi pd meningitis tuberkulosa dpt ditemukan kdr terapi dlm cairan otak.

STATUS DALAM PENGOBATAN.

Etambutol telah berhasil digunakan dalam pengobatan tuberkulosis dan menggantikan tempat asam para amino salisilat karena tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya serta dapat diterima dalam terapi. Manfaatnya yang utama dalam paduan terapi tuberkulosis ialah mencegah timbulnya resistensi kuman thd antituberkulosis lain.

SEDIAAN DAN POSOLOGI.

Di Indonesia etambutol tdp dlm btk tablet 250 mg dan 500 mg.

Dosis biasanya 15 mg/kg BB, diberikan sekali sehari.

Ada pula yang menggunakan dosis 25 mg/kg BB selama 60 hari pertama, kmd diturunkan menjadi 15 mg/kg BB. Pd penderita dg gangguan fungsi ginjal dosisnya perlu disesuaikan karena etambutol terakumutasi dlm badan

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Pengobatan tuberkulosis: Catatan : digunakan sebagai multidrug regimen. Regimen pengobatan meliputi fase awal selama 2 bulan diikuti dengan pengobatan fase lanjutan selama 4 hingga 7 bulan, frekwensi dan dosis berbeda tergantung dari fase terapi. Anak-anak:

Terapi harian 15 20 mg/kg/hari (maksimum : 1 g/hari)

Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 50 mg/kg (maksimal 4 g/dosis) Dewasa :

Terapi harian 15 25 mg/kg

40 55 kg : 800 mg

56 75 kg : 1200 mg

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

1976 90 kg : 1600 mg

Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy): 50 mg/kg

40 55 kg : 2000 mg

56 75 kg : 2800 mg

76 90 kg : 4000 mg

Tiga kali seminggu DOT (directly observed therapy): 25 30 mg/kg (maksimal

2,5 g)

40 55 kg : 1200 mg

56 75 kg : 2000 mg

76 90 kg : 2400 mg

Diseminated Mycobacterium Avium Complex (MAC) pada pasien dengan infeksi HIV : 15 mg/kg etambutol dalam kombinasi dengan azitromisin 600 mg sehari Interval dosis pada kerusakan ginjal :

Clcr 10 50 ml/menit : pemberian tiap 24 36 jam

Clcr < 10 ml/menit: pemberian tiap 48 jam

Hemodialisis : sedikit terdialisis (5% hingga 20%) , pemberian dosis setelah dialisis Peritoneal dialysis : dosis untuk Clcr < 10 ml/menit

Pemberian secara continous arterivenous atau venous hemofiltration : pemberian setiap 24 36 jam

Farmakologi

Absorbsi : ~ 80%

Distribusi : terdistribusi secara luas dalam tubuh; terkonsentrasi dalam ginjal, paru, saliva dan sel darah merah Difusi relatif dari darah ke dalam Ccairan serebrospinal : cukup dengan atau tanpa inflamasi Cairan serebrospinal: normal meninges : 0% ; inflamasi meninges : 25%

Ikatan protein : 20% hingga 30%

Metabolisme : hepatik (20%) menjadi bentuk metabolit inaktif

T eliminasi 2.5-3.6 jam; gagal ginjal terminal : 7-15 jam

Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: 2-4 jam

Ekskresi : urin (~ 50%) dan feses (20%) dalam bentuk obat yang tidak berubah

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

20Stabilitas Penyimpanan

Simpan pada suhu kamar yang terkontrol 20C hingga 25C

Tablet etambutol hidroklorida harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, dilindungi dari cahaya, kelembaban dan suhu panas yang berlebihan.

Kontraindikasi

Neuritis optik, keterbatasan penglihatan

Interaksi

Dengan Obat Lain : Menurunkan efek : absorbsi menurun jika digunakan bersama alumunium hidroksida. Hindari penggunaan bersama dengan antasida yang mengandung alumunium, beri jarak minimal 4 jam dari pemberian etambutol

Dengan Makanan : Dapat digunakan bersama dengan makanan karena absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan, dapat menyebabkan iritasi lambung.

Pengaruh

- Terhadap Kehamilan : Tidak diketahui apakah berbahaya bagi janin. Faktor risiko : C. Belum ada penelitian yang adecuat dan well-controled pada wanita hamil; efek teratogenik terjadi pada penelitian dengan hewan. Etambutol telah digunakan dengan aman selama kehamilan.

- Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sejumlah kecil berada pada air susu. Masuk dalam air susu ibu / gunakan dengan hati-hati (AAP mempertimbangkan compatible)

Terhadap Anak-anak : Tidak direkomendasikan untuk penggunaan anak-anak dibawah umur 13 tahun

Terhadap Hasil Laboratorium : -

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

21Parameter Monitoring

Tes visual, tes renal, hepatik dan hematopoetic

Bentuk Sediaan

Tablet

Peringatan

Penurunan dosis pada kerusakan ginjal dan jika klirens kreatinin kurang dari 30 ml/menit, juga monitor konsentrasi plasma etambutol ; pasien usia lanjut; kehamilan, tes ketajaman penglihatan sebelum pengobatan dan peringatkan pasien untuk segera melaporkan jika terjadi perubahan dalam penglihatan; anak-anak direkomendasikan melakukan monitoring oftalmologi secara rutin.

Informasi Pasien

Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti

kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan

dengan jumlah dan/ frekuensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau apoteker.

Obat ini harus digunakan bersama dengan obat tuberkulosis yang lain. Obat ini harus

digunakan satu kali tiap 24 jam. Dapat digunakan bersama atau tanpa makanan. Selama

menggunakan obat ini, disarankan untuk melakukan pemeriksaan penglihatan tiap

bulan. Hubungi dokter jika terjadi perubahan pada penglihatan. Ketajaman penglihatan

biasanya dapat kembali seperti semula setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan

setelah pengobatan dihentikanJangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa

berkonsultasi dengan dokter Kondisi medis awal pasien harus diceritakan pada petugas

kesehatan sebelum menggunakan obat ini. Jangan menggunakan obat melebihi jumlah

yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Jangan menggunakan OTC atau

obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat. Jika pasien lupa minum

obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah

mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda,

KKS SMF ILMU PENY. PARUHerrynurhendriyana

22kecuali atas saran dari dokter atau apoteker. Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, hubungi dokter atau apoteker.

Mekanisme Aksi

Menekan multiplikasi bakteri, dengan cara mengganggu sintesis RNA.

D. Pirazinamid (Pyrazinecarboxamide ; Pyrazinoic Acid Amide. C5H5N3O)

Pirazinamid adalah derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh termasuk SSP, cairan serebrospinal, bakterisid hanya pada intrasel pada suasana asam, diresorbsi baik pada saluran pencernaan. Pemberian PZA secara oral dengan dosis 15-30 mg/kg/hari dengan dosis maksimal 2 gram/hari. Kadar serum puncak 45 g/ml dalam waktu 2 jam(Katzung, 2002).

Pirazinamid tersedia dalam bentuk tablet 500 mg. Penggunaan PZA aman pada anak. PZA diberikan pada fase intensif karena PZA sangat baik diberikan pada saat suasana asam yang timbul akibat jumlah kuman masih sangat banyak.

Efek samping utama dari penggunaan pirazinamid adalah hepatitis. Hepatotoksisitas ditandai oleh peningkatan SGOT/SGPT hingga 5 kali normal (40U/L) tanpa gejala klinis , peningkatan bilirubin total lebih dari 1,5 mg/dL, serta peningkatan SGOT/SGPT dengan nilai berapapun yang disertai oleh anoreksia,nausea, muntah, dan ikterus (Prihatni, 2005). Juga dapat terjadi nyeri sendi dankadang-kadang dapat menimbulkan serangan arthritis gout yang kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi danpenimbunan asam urat. Kadang-kadang

terjadi reaksi hipersensitas misalnya demam, mual, kemerahan, dan reaksi kulit yang lain.

Uraian:

Pirazinamid adalah analog nikotinamid yang telah dibuat sintetiknya.

Obat ini tidak larut dalam air.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

23 Pirazinamid di dalam tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam.

In vitro, pertumbuhan kuman tuberkulosis dalam monosit dihambat sempurna pada kadar pirazinamid 12,5 g/ml.

FARMAKOKINETIK.

Pirazinamid mudah diserap di usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh.

Dosis 1 gram menghasilkan kadar plasma sekitar 45 g/ml pada dua jam setelah pemberian obat. Ekskresinya terutama melalui filtrasi glomerulus. Asam pirazinoat yang aktif kemudian mengalami hidroksilasi menjadi asam hidropirazinoatyang merupakan metabolit utama. Masa paruh eliminasi obat ini antara 10-16

STATUS DALAM PENGOBATAN.

Pirazinamid beberapa tahun yang lalu masih merupakan obat sekunder yang digunakan bila ada resistensi atau kontraindikasi terhadap obat primer. Sejak pengobatan tuberkulosis menggunakan paduan pengobatan jangka pendek, kedudukan pirazinamid berubah menjadi obat primer, obat ini lebih aktif pada suasana asam dan merupakan bakterisid yang kuat untuk bakteri tahan asam yang berada dalam set makrofag. Kini, bersama INH dan rifampisin, pirazinamid merupakan obat yg penting utk diberikan pd awal pengobatan tuberculosis

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Oral : pengobatan tuberkolosis

Catatan : Digunakan sebagai bagian dari multidrug regimen. Regimen pengobatan meliputi fase pengobatan awal 2 bulan, diikuti dengan fase lanjutan 4 hingga 7 bulan; frekuensi dan dosis berbeda tergantung dari fase terapi

Anak-anak :

Terapi harian 15 30 mg/kg/hari (maksimum : 2 g/hari)

Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 50 mg/kg/dosis (maksimal

g/dosis)

Dewasa :

Terapi harian 15 30 mg/kg/hari

40 55 kg : 1000 mg

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

2456 75 kg : 1500 mg

76 90 kg : 2000 mg

Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy): 50 mg/kg

40 55 kg : 2000 mg

56 75 kg : 3000 mg

76 90 kg : 4000 mg

Tiga kali seminggu DOT (directly observed therapy): 25 30 mg/kg (maksimal

2,5 g)

40 55 kg : 1500 mg

56 75 kg : 2500 mg

76 90 kg : 3000 mg

Pasien usia lanjut : mulai dari dosis harian yang lebih rendah (15 mg/kg) dan ditingkatkan sampai dosis yang masih dapat ditoleransi Penyesuaian dosis pada kerusakan ginjal : Cl cr < 50 mL/menit : Hindari penggunaan obat atau turunkan dosis hingga 12 20 mg/kg/hari

Hidari penggunaan pada hemodialysis atau peritoneal dialysis, juga pada continous arterivenous atau venous hemofiltration. Penyesuaian dosis kerusakan hati : pengurangan dosis

Farmakologi

Bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada konsentrasi obat pada tempat infeksi Absorbsi : diabsorbsi dengan baik

Distribusi : terdistribusi luas kedalam jaringan tubuh dan cairan termasuk hari, paru dan cairan serebrospinal Difusi relatif dari darah kedalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi Cairan serebrospinal : inflamasi meninges : 100%

Ikatan protein : 50%

Metabolisme : hepatik

T eliminasi : 9-10 jam

Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: dalam 2 jam

Ekskresi : urin (4% dalam bentuk obat tidak berubah)

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

25Stabilitas Penyimpanan

Pyrazinamide tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu 15

30C. Tablet yang mengandung kombinasi tetap rifampisin, isoniazid dan pirazinamid

harus dilindungi dari kelembaban yang berlebihan, dan disimpan pada 15 30C

Kontraindikasi

Porfiria

Interaksi

Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek/toksisitas: kombinasi terapi dengan rifampin dan pirazinamid berhubungan dengan reaksi hepatotoksik yang fatal dan berat

Dengan Makanan : -

Pengaruh

- Terhadap Kehamilan : Produsen menyarankan penggunaan hanya jika potensial keuntungan lebih besar dari resikonya. Regimen standar dapat digunakan selama kehamilan dan menyusui. Faktor risiko : C

- Terhadap Ibu Menyusui : Hanya terdapat dalam jumlah kecil dalam air susu,gunakan dengan hati-hati.

- Terhadap Anak-anak : Pirazinamid dapat ditoleransi dengan baik oleh anak-

anak

- Terhadap Hasil Laboratorium : Interaksi dengan tes laboratorium : bereaksi dengan Acetest dan Ketosix menghasilkan warna coklat kemerah-merahan

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

26

Parameter Monitoring

Tes fungsi hati, serum asam urat, kultur sputum, X-ray dada.

Bentuk Sediaan

Tablet

Peringatan

Kehamilan, kerusakan hati (monitor fungsi hati) ; diabetes ; gout (dihindari pada serangan akut). Penggunaan obat pada pasien dengan penyakit hati : pasien atau keluarganya harus diberitahu tanda-tanda gangguan fungsi hati , dan menyarankan untuk tidak meneruskan pengobatan dan segera memeriksakan diri jika timbul gejala seperti: mual, muntah, malaise dan jaundice.

Informasi Pasien

Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/ frekuensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau apoteker.

Obat ini dapat digunakan satu kali sehari atau dua kali sehari.

Gunakan obat ini hingga habis. Jika anda tidak menggunakan obat ini sesuai dengan resep pada waktu yang telah ditentukan, maka infeksi tidak dapat disembuhkan dan dapat terjadi masalah kesehatan yang serius pada Anda.

Hubungi dokter bila terjadi demam, hilang nafsu makan, nyeri badan, mual, muntah, urin berwarna gelap, warna kuning pada kulit dan mata, nyeri dan terjasi pembengkakan pada sendi. Pada pasien dengan infeksi HIV, diperlukan durasi pengobatan yang lebih panjang. Tes laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal ini dilakukan.

Obat ini selalu digunakan bersama dengan obat lain untuk mengobati tuberkulosis. Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

27Kondisi medis awal pasien harus diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat ini. Jangan menggunakan obat melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat. Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan .

Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker.

Obat ini hanya digunakan oleh pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain

Mekanisme Aksi

Perubahan menjadi asam pirazinoat pada strain Mycobacterium dimana pH

lingkungan mejadi lebih rendah ; mekanisme aksi yang pasti tidak jelas.

Monitoring Penggunaan Obat

Tes fungsi hati secara periodik, serum asam urat, kultur sputum, X-ray dada 2 3

bulan selama pengobatan dan setelah pengobatan selesai.

E. Streptomisin (dihydrostreptomycin sulfate ; Streptomycin sulfate. C21H41N7O12)

Streptomisin bersifat bakteriosid dan bakteriostatik kuman ekstraseluler pada keadaan basal atau netral, jadi tidak efektif membunuh kuman intraseluler (Katzung, 2002). Saat ini, streptomisin jarang digunakan dalam pengobatan TB, tetapi penggunaanya penting dalam pengobatan TB yang resisten-obat.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

28Streptomisin dapat diberikan secara intramuscular dengan dosis 1540 mg/kgBB/hari, maksimal 1 gram/hari, kadar puncak 40-50 g/ml dalam waktu 12 jam. Streptomisin sangat baik melewati selaput otak yang meradang, tetapi tidak dapat melewati selaput otak yang tidak meradang. Sterptomisin berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura, dieksresi melalui ginjal.

Penggunaan utamanya saat ini adalah jika terdapat kecurigaan resistensi awal terhadap INH atau jika anak menderita tuberkulosis berat. samping utama dari streptomisin adalah kerusakan saraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Resiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan

umur penderita. Kerusakan alat keseimbangan biasanya terjadi pada 2 bulan pertama dengan tanda-tanda telinga mendenging (tinitus), pusing, dan kehilangan keseimbangan.

Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). Resiko ini terutama terutama akan meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Reaksihipersensitas kadang-kadang berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai dengan sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit.

Efek samping sementara dan ringan misalnya reaksi setempat pada bekas setempat pada bekas suntikan, rasa kesemutan pada sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu (jarang terjadi) maka dosis dapat dikurangi.

Uraian:

Streptomisin ialah antituberkulosis pertama yg secara klinik dinilai efektif. Namun sbg obat tunggal, bukan obat yg ideal.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI.

Streptomisin in vitro bersifat bakteriostatik dan bakterisid thd kuman tuberkulosis.

Mikobakterium atipik fotokromatogen, skotokromatogen, nonkromatogen dan spesies yg tumbuh cepat tdk peka thd streptomisin.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

29 Adanya mikroorganisme yg hidup dlm abses atau kelenjar limfe regional serta

hilangnya pengaruh obat setelah beberapa bulan pengobatan,mendukung konsep bhw

kerja streptomisin in vivo ialah supresi, bukan eradikasi kuman tuberkulosis.RESISTENSI.

Dalam populasi yg besar selalu terdpt kuman yg resisten thd streptomisin. Resistensi

ini mungkin disebabkan oleh mutasi yg terjadi secara kebetulan. Kemungkinan terjadi

resistensi in vitro dan in vivo sama besar. Secara umum dikatakan bhw makin lama

terapi dg streptomisin berlangsung, makin meningkat resistensinya. Pd beberapa

penderita resistensi ini terjadi dlm satu bulan. Setelah 4 bulan, 80% kuman tuberkulosis

tidak sensitif lagi. Bila kavitas tdk menutup atau sputum tdkmenjadi steril dlm wkt 2-

3 bulan, bakteri yg tertinggal telah resisten dan pengobatan tdk efektif lagi. Penggunaan

streptomisin bersama antituberkulosis lain menghambat terjadinya resistensi.

Tetapi hal ini tidak mutlak, pada pengobatan jangka lama dapat juga terjadi resistensi kuman terhadap kedua obat itu.

FARMAKOKINETIK.

Setelah diserap dari tempat suntikan, hampir semua streptomisin berada dalam plasma. Hanya sedikit sekali yang masuk ke dalam eritrosit. Streptomisin kemudian menyebar ke seluruh cairan ekstrasel. Kira-kira sepertiga streptomisin yang berada dalam plasma, terikat protein plasma. Streptomisin dieksresi melalui filtrasi glomerulus. Kira-kira 50-60% dosis streptomisin yang diberikan secara parenteral diekskresi dalam bentuk utuh dalam waktu 24 jam pertama. Sebagian besar jumlah ini diekskresi dalam waktu 12 jam. Masa paruh obat ini pada orang dewasa normal antara 2-3 jam, dan dapat sangat memanjang pada gagal ginjal. Ototoksisitas lebih sering terjadi pada penderita yang fungsi ginjalnya terganggu

EFEK NONTERAPI.

Reaksi hipersensitivitas biasanya terjadi dalam minggu-minggu pertama pengobatan. Streptomisin bersifat neurotoksik pada saraf kranial ke VIII, bila diberikan dlm dosis besar dan jangka lama. Walaupun dmk beberapa penderita yg baru mendpt dosis total 10-12 gram dpt mengalami gangguan tsb. Dianjurkan utk melakukan pemeriksaan

audiometri basal dan berkala pd mereka yg mendpt streptomisin. Seperti

aminoglikosidalainnya,obat ini juga bersifat nefrotoksik. Ototoksisitasdan

KKS SMF ILMU PENY. PARU

Herry

nurhendriyana

30nefrotoksisitas ini sangat tinggi kejadiannya pd kelompok usia di atas 65 tahun, oleh

karena itu obat tdk boleh diberikan pd kelompok usia tsb. Efek samping lain ialah

reaksi anafilaktik, agranulositosis, anemia aplastik, dan demam obat. Belum ada data

tentang efek teratogenik, tetapi pemberian obat pada trimester pertama kehamilan tidak

dianjurkan. Selain itu dosis total tdk boleh melebihi 20 gram dlm 5 bulan terakhir

kehamilan untuk mencegah ketulian pada bayi.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Dengan injeksi intramuskular dalam. Obat ini diberikan secara intra muskular

dengan dosis 15 mg/kg (maksimal 1 g) sehari ; dosis diturunkan pada pasien dengan

berat badan di bawah 50 kg, pada usia diatas 40 tahun atau pasien dengan kerusakan

ginjal. Konsentrasi obat dalam plasma harus diukur pada pasien dengan kerusakan

ginjal dan harus digunakana secara hati-hati

Farmakologi

Absorbsi : IM : diabsorbsi dengan baik

Distribusi : terdistribusi ke dalam cairan ekstraselular termasuk serum, absces, ascitic, perikardial, pleural, sinovial, limfatik, dan cairan peritoneal; menembus

plasenta; dalam jumlah yang kecil masuk dalam air susu ibu .

Ikatan protein : 34%

T eliminasi : bayi baru lahir : 4-10 jam; dewasa 2-4.7 jam, waktu bertambah panjang pada kerusakan ginjal. Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: dalam 1 jam

Ekskresi : urin ( 90% dalam bentuk obat yang tidak berubah); feses,saliva, keringat dan air mata (< 1%) Rentang terapeutik : Kadar puncak 20-30 mcg/ml;

Toxic: kadar puncak : > 50 mcg/mL

Stabilitas Penyimpanan

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

31Tergantung dari produsen obat, larutan yang telah di rekonstitusi tetap stabil

selama 2 4 minggu jika disimpan dalam refrigerator ; paparan sinar matahari

menyebabkan warna larutan menjadi gelap tanpa kehilangan potensinya secara nyata.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap streptomycin atau komponen lain dalam sediaan;

kehamilan.

Efek Samping

Reaksi hipersensitivitas, paraesthesia pada mulut

Interaksi

Dengan Obat Lain : Meningkatkan efek/toksisitas ; peningkatan/perpanjangan efek dengan senyawa depolarisasi dan nondepolarisasi neuromuscular blocking. Penggunaan bersama dengan amfoterisin dan diuretic loop dapat meningkatkan nefrotoksisitas. Dengan Makanan : -

Pengaruh

- Terhadap Kehamilan : Pada trimester ke 2 dan ke 3 , meningkatnya resiko kerusakan syaraf vestibular dan auditori. Faktor risiko : DTerhadap Ibu Menyusui : Streptomisin terdistribusi ke dalam air susu ibu

Terhadap Anak-anak : -

Terhadap Hasil Laboratorium : Interaksi dengan tes laboratorium : terjadi reaksi positif palsu pada pemeriksaan glukosa urin dengan Clinitest atau larutan Benedicts.

Parameter Monitoring

Pendengaran (audiogram), BUN, kreatinin; konsentrasi obat dalam serum.

Bentuk Sediaan

Serbuk Injeksi

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

32Peringatan

Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat vertigo,tinnitus, hilang

pendengaran, gangguan neuromuscular, atau kerusakan ginjal ; penyesuaian dosis pada

pasien dengan kerusakan ginjal;aminoglikosida terkait secara signifikan dengan

nefrotoksik atau ototoksik ; reaksi ototoksik proporsional dengan jumlah obat yang

diberikan dan durasi pengobatan; tinitus atau merupakan tanda dari kerusakan

vestibular dan akan terjadi kerusakan irreversibel bilateral ; kerusakan ginjal biasanya

reversibel.

Informasi Pasien

Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti

kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan

dengan jumlah dan/ frekuensi pemakaian obat tanyakan pada apoteker. Dokter atau

apoteker harus memperhatikan apakah muncul tanda-tanda reaksi toksik (sakit kepala,

mual, muntah) akibat penggunaan obat. Larutan injeksi harus diperiksa terhadap

adanya partikel dan perubahan warna sebelum diberikan kepada pasien. Kondisi medis

awal pasien harus diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat ini.

Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang

merawat. Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika

terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan

minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan . Jika lebih

dari satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker . Jika anda

mempunyai pertanyaan tentang obat ini, tanyakan pada apoteker.

Mekanisme Aksi

Menghambat sintesa protein dari bakteri melalui ikatan dengan subunit ribosomal

30S menyebabkan kesalahan urutan peptida dalam membentuk rantai protein

Monitoring Penggunaan Obat

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

33Pendengaran (audiogram), BUN, creatinin; konsentrasi obat dalam serum harus

dimonitor pada semua pasien; kerusakan saraf kranial ke 8 biasanya didahului dengan

tinitus, rasa penuh pada telinga, gangguan pendengaran, dan dapat menetap hingga

beberapa minggu setelah pengobatan dihentikan

PENGOBATAN TBC

Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Jenis, sifat dan dosis OAT

Tabel 4.1. Jenis, sifat dan dosis OAT

Jenis

SifatDosis yang direkomendasikan

OAT

(mg/kg)

Harian3x seminggu

Isoniazid (H)Bakterisid

5 (4-6)10(8-12)

Rifampicin (R)Bakterisid

10 (8-12)10(8-12)

Pyrazinamide (Z)Bakterisid

25 (20-30)35 (30-40)

Streptomycin (S)Bakterisid

15 (12-18)15(12-18)

Ethambutol (E)Bakteriostatik

15 (15-20)30 (20-35)

Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

34Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

o Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.o Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.o Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.Tahap Lanjutan

o Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama

o Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:

o Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

o Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE) o Kategori Anak: 2HRZ/4HR Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paket Kombipak.

Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

35Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:

Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya. a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

Pasien baru TB paru BTA positif.

Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

Pasien TB ekstra paru

Tabel. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

BeratTahap IntensifTahap LanjutanBadantiap hari selama 56 hari3 kali seminggu selama 16

RHZE (150/75/400/275)minggu RH (150/150)30 37 kg2 tablet 4KDT2 tablet 2KDT38 54 kg3 tablet 4KDT3 tablet 2KDT55 70 kg4 tablet 4KDT4 tablet 2KDT 71 kg5 tablet 4KDT5 tablet 2KDT

Tabel. Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1

TahaLama Dosis per hari / kali

Jumlah

pPengobatan

hari/kali

PengobatanTabletKapletTabletTabletmenelan

IsoniasidRifampisinPirazinamidEtambutol

KKS SMF ILMU PENY. PARU

Herry

nurhendriyana

36

@ 300 mgr@ 450 mgr@ 500 mgr@ 250 mgrobat

Intensif2 Bulan113356

Lanjutan4 Bulan21--48

b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:Pasien kambuh

Pasien gagal

Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Tahap Intensif

Tahap Lanjutan

Berat Badantiap hari

3 kali semingguRH

RHZE (150/75/400/275) + S(150/150) + E(400)

Selama 56 hariSelama 28 hariselama 20 minggu

30-37 kg2 tab 4KDT2 tab 4KDT2 tab 2KDT

+500mgStreptomisin+ 2 tab Etambutol

inj.

38-54 kg3 tab 4KDT3 tab 4KDT3 tab 2KDT

+ 750 mg Streptomisin+ 3 tab Etambutol

inj

55-70 kg4 tab 4KDT4 tab 4KDT4 tab 2KDT

+1000mg+ 4 tab Etambutol

Streptomisin inj

71 kg5 tab 4KDT5 tab 4KDT5 tab 2KDT

+ 1000mg Streptomisin+ 5 tab Etambutol

inj

KKS SMF ILMU PENY. PARU

Herry

nurhendriyana

37

Tabel Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2

TahapLamaTabletKapletTabletEtambutolStreptoJumlah

PengobaPengobatanIsoniasidRifampisinPirazinamidTabletTabletmisinhari/kali

-tan

@ 300@ 450@ 500 mgr@ 250@ 400injeksimenelan

mgrmgr

mgrmgr

obat

Tahap2 bulan1133-0,75 gr56

Intensif1 bulan1133--28

(dosis

harian)

-12-60

Tahap4 bulan21

Lanjutan

(dosis 3x

semggu)

Catatan:

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

c. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Tabel Dosis KDT untuk Sisipan

Berat BadanTahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (150/75/400/275)

KKS SMF ILMU PENY. PARUHerry

nurhendriyana

3830 37 kg2 tablet 4KDT

38 54 kg3 tablet 4KDT

55 70 kg4 tablet 4KDT

71 kg5 tablet 4KDT

Tabel. Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan

TahapLamanyaTabletKapletTabletTabletJumlah

PengobatanPengobatanIsoniasidRipamfisinPirazinamidEtambutolhari/kali

@ 300 mgr@ 450 mgr@ 500 mgr@ 250menelan

mgrobat

Tahap1 bulan113328

intensif

(dosis

harian)

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.

Efek samping ringan dari OAT

Efek samping

PenyebabPenanganan

Anorexia, mual, sakit perut

RifampisinObatdiminummalam

sebelum tidur

Nyeri sendi

PirazinamidBeri aspirin

Kesemutan-rasa terbakar diINHBeri vitamin B6 10 mg/100kaki

mg setiap hari

Warna kemerahan padaairRifampisinTidak perlu diberi apa-apaseni

tapiperlu penjelasankepada

penderita

KKS SMF ILMU PENY. PARU

Herry

nurhendriyana

39

Efek Samping berat dari OAT

Efek samping

PenyebabPenangananGatal dan kemerahan

Semua jenis OATAnti histamine, kortikosteroidKulit

Tuli

StreptomisinStreptomisin dihentikan, ganti

etambutolGangguan keseimbangan

StreptomisinStreptomisn dihentikan, ganti

etambutolGangguan keseimbangan

StreptomisinStreptomisn dihentikan, ganti

etambutolIkterus tanpa penyebab

Hampir semuaHentikan semua obat OATlain

OATsampai ikterus hilangBingungdanHampir semuaHentikan semua obat OAT,muntahmuntah(permulaan

OATsegera lakukan tes fungsi hatiikterus karena obat)

Purpura dan renjatan (syok)RifampisinHentikan rifampisin

BAB III

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

40KESIMPULAN

Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek-samping, oleh karena itu pemantuan kemungkinan terjadinya efek-samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.

Berdasarkan derajat keseriusannya, efek samping OAT dibagi menjadi:

Efek samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit serius. Dalam hal ini maka pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus segera dirujuk ke UPK spesialistik.

Efek samping ringan yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak

enak. Gejala-gejala ini sering dapat ditanggulangi dengan obat-obat simptomatik atau obat sederhana, tetapi kadang-kadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini, pemberian OAT dapat diteruskan.

Dalam hal ini, maka di perlukan pengawasan minum obat. Dimana salah satu komponen DOTS adalah paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keterarturan pengobatan diperlukan seorang PMO.

DAFTAR PUSTAKA

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

41

Alsagaff, Hood.Mutkty, H. Abdul. 2010. Buju Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlingga University

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Tuberkulosis . PDPI

prihatni. 2005. Farmakolgii Tuberkolostik. Bagian Farmakologi Ul. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jilid 5. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dalam Katzung, B. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik (edisi 4) (Agus. A., Chaidir. J., Munaf. S., Tanzil. S., Kamaluddin. M. T., Nattadiputra. S., dkk, penerjemah). Jakarta: EGC. (Buku asli diterbitkan 2001).

AHFS Drug Information 2005

MIMS Indonesia 2006/2007

Drug Fact & Comparisons 2003

Drug Information Handbook

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

42

KKS SMF ILMU PENY. PARU Herry nurhendriyana

43

PDF to Word