75
i SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP EKOR HIU Carcharhinus melanopterus DAN UJI AKTIVITAS SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Vibrio parahaemolyticus SKRIPSI ANDI ANNISAR DZATI IFFAH L111 14 305 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Kelautan Dibimbing oleh: Dr. Ir. Muhammad Farid Samawi, M.Si Prof. Dr. Ir. Chair Rani, M.Si PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

i

SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP EKOR HIU Carcharhinus melanopterus DAN UJI AKTIVITAS

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Vibrio parahaemolyticus

SKRIPSI

ANDI ANNISAR DZATI IFFAH

L111 14 305

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Kelautan

Dibimbing oleh:

Dr. Ir. Muhammad Farid Samawi, M.Si

Prof. Dr. Ir. Chair Rani, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

ii

ABSTRAK

ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining Senyawa Metabolit

Sekunder Sirip Ekor Hiu Carcharhinus melanopterus dan Uji Aktivitas Sebagai

Antibakteri Vibrio parahaemolyticus”. Dibimbing oleh Muhammad Farid Samawi

sebagai Pembimbing Utama dan Chair Rani sebagai Pembimbing Anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

sekunder pada sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus dan menguji aktivitas

ekstrak sebagai antibakteri Vibrio parahaemolyticus. Pengambilan sampel

dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Paotere Kota Makassar. Sampel yang

diambil adalah bagian sirip ekor dari beberapa individu C. melanopterus

sebanyak 1kg. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut

metanol, kloroform dan n-heksan p.a. sehingga diperoleh rendemen ekstrak dari

proses maserasi (metanol:.1,03%, kloroform: 0,49%, dan n-heksan: 0,034%).

Identifikasi senyawa metabolit sekunder pada ekstrak sirip C. melanopterus

dilakukan dengan uji warna. Pengujian daya hambat bakteri Vibrio

parahaemolyticus terhadap ekstrak sirip ekor C. melanopterus dilakukan dengan

metode difusi agar. Ekstrak sirip dengan ketiga pelarut didapatkan zona bening

rata-rata metanol: 1,29 mm, kloroform: 1,06 mm, dan n-heksan: 0,00 mm. Hasil

skrining senyawa metabolit sekunder ekstrak C. melanopterus dengan pelarut

metanol teridentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder jenis flavonoid dan

saponin, pada ekstrak dengan pelarut kloroform mengandung senyawa saponin,

sedangkan pada ekstrak dengan pelarut n-heksan positif mengandung senyawa

alkaloid; flavonoid; dan saponin.

Kata Kunci: Carcharhinus melanopterus, metabolit sekunder, antibakteri, Vibrio

parahaemolyticus

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

iii

ABSTRACT

ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Secondary Metabolite Screening

of Shark Tail Fin Carcharhinus melanopterus and Activity Test as antibacterial

against Vibrio parahaemolyticus. Supervised by Muhammad Farid Samawi as the

main adviser and Chair Rani as the member adviser.

The purpose of this research was to determinate the group of secondary

metabolite compounds on tail fin extract of Carcharhinus melanopterus and

activity test of the extract to inhibit the growth of Vibrio parahaemolyticus.

Sampling was conducted at Paotere Fish Auction in Makassar City. The Samples

of tail fin was taken from adult shark sized >1 meter, and weight up to 1kg. The

extraction using maceration method with methanol p.a., chloroform p.a, and n-

hexane solvent p.a. to obtain the rendement of extract (methanol: 1,03%,

chloroform: 0,49%, and n-hexan: 0,034%). Identification by using color test

showed the presence of a group of secondary metabolite compounds e.g.

alkaloids, flavonoids, saponins, steroids, and polyphenols. The ability of the

extract to inhibit Vibrio parahaemolyticus bacterial growht was using agar

diffusion method. The fin extract by the three solvents obtained the inhibition

zone of methanol: 1.29mm, chloroform: 1.06mm, and n-hexane: 0mm. Screening

of secondary metabolite compounds which obtained extract in methanol solvent

were flavonoid and saponin, in extract with chloroform solvent was saponin, and

alkaloid, flavonoid, and saponin were identified in extract by n-heksan solvent.

Keywords: Carcharhinus melanopterus, secondary metabolite, antibacterial,

Vibrio parahaemolyticus

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

iv

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

v

RIWAYAT HIDUP

Andi Annisar Dzati Iffah, dilahirkan di Kota Makassar

pada tanggal 2 Maret 1997, merupakan anak kedua dari

empat bersaudara dari pasangan Dr. Ir. Andi Suarda, M.Si

dan Andi Mulia, SE., M.Si. Penulis menyelesaikan

pendidikan formal Sekolah Dasar di SD Inpres Minasa Upa

Kecamatan Rappocini Kota Makassar tahun 2008. Pada tahun itu juga penulis

melanjutkan Pendidikan Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri

Model Makassar dan tamat pada tahun 2011. Kemudian melanjutkan Sekolah

Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar pada tahun 2011

dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun 2014 Penulis melanjutkan pendidikan

melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN),

tepatnya di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan pada Program Studi Ilmu Kelautan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah

Dasar-dasar Komputasi, Iktiologi, Botani Laut, Mikrobiologi Laut, Oseanografi

Kimia, Teknik Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Laut, dan Dasar-dasar

Bioprospekting Kelautan. Di bidang keorganisasian mahasiswa, penulis pernah

menjadi pengurus Keluarga Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan periode

2016/2017, masuk dalam keanggotaan Marine English Club UNHAS (MEC-UH),

dan menjadi Crew Radio Kampus EBS FM UNHAS. Penulis menyelesaikan

rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata Tematik Infrastruktur Permukiman

Gelombang 96 di Kelurahan Batua Kecamatan Manggala Kota Makassar tahun

2017, Praktek Kerja Lapang di BPSPL Makassar dan UPTD PPI Paotere

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

vi

Makassar pada tahun 2017. Terakhir, penulis melakukan penelitian dengan judul

“Skrining metabolit sekunder pada sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus dan

uji aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap Vibrio parahaemolyticus” yang

dilaksanakan pada tahun 2017.

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil Alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, karena atas berkah dan limpahan rahmat serta

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

“Skrining metabolit sekunder sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus dan uji

aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap Vibrio parahaemolyticus”, sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Departemen Ilmu Kelautan,

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kegiatan penelitian selama kurang lebih 3 bulan yang penulis jalani ini tentu saja

tidak selalu berjalan mulus sesuai yang diinginkan, namun berkat bantuan dan

peranan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya diucapkan

kepada:

1. Orang tua penulis, Ayahanda Dr. Ir. Andi Suarda, M.Si dan Ibunda Andi

Mulia, SE., M.Si yang telah mencurahkan seluruh kasih dan sayangnya

dengan sepenuh hati, mendoakan dan dukungan yang tiada henti

sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di Universitas

Hasanuddin.

2. Saudaraku terkasih Andi Muhammad Dzulkifli, S.KM, Andi Aisyah Dzati

Iffah, dan Andi Ainun Dzati Iffah atas segala doa, dorongan dan setia

menjadi penyemangat yang baik dalam menyelesaikan studi. Kelak satu

langkah yang baru akan ditempuh akan membuat kalian bangga.

3. Prof. Dr. Ir. Chair Rani, M.Si sebagai penasehat akademik juga sebagai

pembimbing dalam penelitian, atas segala bentuk pembelajaran,

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

viii

bimbingan dan nasihat selama masa studi hingga penyusunan tugas

akhir.

4. /Dr. Ir. Muhammad Farid Samawi, M.Si selaku pembimbing utama

penelitian yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, bantuan,

dan dengan ikhlas meluangkan waktu dan pikiran selama penelitian

hingga penyusunan tugas akhir ini.

5. .Para dosen penguji Dr. Ir. Arniati Massinai, M.Si., Dr. Ir. Aidah Ambo

Ala Husain, M.Sc., Dr. Ir. Abdul Haris, M.Si., dan Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si

yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan kritik dan saran

pada penelitian dan perbaikan skripsi penulis serta nasehat-nasehat

yang membangun kepribadian penulis lebih baik lagi.

6. ...Kepada seluruh Dosen Departemen Ilmu Kelautan dan staf pengajar dan

pegawai FIKP atas segala ilmu dan keakraban yang telah diberikan.

Semoga ilmu yang bapak/ibu berikan bermanfaat bagi penulis.

7. ..Kepada Herawaty Haruna, S.Pi sebagai pembimbing lapangan dan

pegawai di BPSPL Makassar serta Ridwan selaku pembimbing

lapangan di UPTD PPI Paotere Kota Makassar selama pelaksanaan

program PKL. Semoga ilmu yang diberikan dapat menjadi fokus penulis

dalam pendidikan lanjut.

8. .Rekan-rekan seperjuangan Ayu Novitasari, Nurul Asirah, Sitti Aisya,

Nurdina A. Rahman, Retnowati, Fatyah Nurjannah Mahu, Nirmawati,

dan Mirdayanti yang memberikan semangat dan membantu penulis

selama penelitian.

9. Kepada saudara-saudari seperjuangan Kelautan Angkatan 2014

(TRITON) dan para sahabat Fitriani, Gustina, Samara Lasena, Wiwi,

Fatimah, Hasriani Dg. Ali, Sumiati, Lisnawati serta teman-teman yang

lain yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

ix

dukungan dan kerjasamanya selama menimba ilmu di program studi

Ilmu Kelautan.

10. .Kepada teman-teman KEMAJIK FIKP UH dan MEC-UH terima kasih

atas motivasi dan kerjasamanya selama berorganisasi. Pengalaman

yang diberikan sangat penting dalam menunjang mental penulis dalam

melakukan penelitian.

11. .Kakak-kakak Ilmu Kelautan Angkatan 2013 (KERITIS) yaitu kak Syeiqido

Sora Datu, S.Kel., Ratnasari S.Kel., Megawati, S.Kel., Sitti Anisah,

S.Kel, serta yang lain yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu,

terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis selama

melaksanakan penelitian.

12...Kepada teman-teman KKN Tematik Infrastruktur Permukiman

Gelombang 96 Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala, Kota Makassar,

terkhusus teman posko Kel. Batua (Sri Wahyuni, Dewi Putriyani

Rachmat, S.Si, Dirga Ragilia M., Rizki Amalia Said, Rury Ramadhan,

Andi Ika Sari Mutmainna, dan Falensia Dwita Lestari) atas semua

dukungan, doa dan kebersamaan selama ini.

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu

Wa Ta‟ala. Semua hal yang terbaik telah penulis lakukan untuk kesempurnaan

skripsi ini. Namun, penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari

kesalahan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangatlah diperlukan untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Akhir

kata semoga skripsi ini dapat digunakan untuk kemajuan bidang kelautan dan

kesejahteraan masyarakat.

Makassar, 12 Desember 2017 ANDI ANNISAR DZATI IFFAH

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 3

D. Ruang Lingkup ............................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

A. Bioekologi Ikan Hiu Carcharhinus melanopterus .......................... 4

B. Potensi Bioaktif Hiu ...................................................................... 6

C. Metabolit Sekunder ...................................................................... 8

1. Alkaloid ..................................................................................... 10

2. Flavonoid ................................................................................. 11

3. Saponin ................................................................................... 12

4. Steroid ..................................................................................... 13

5. Polifenol .................................................................................. 14

D. Ekstraksi ...................................................................................... 15

1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif ...................................................... 15

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

xi

2. Uji Warna ................................................................................ 17

3. Uji Aktvitas Antibakteri ............................................................ 21

E. Tinjauan Umum Bakteri Uji .......................................................... 23

1. Bakteri ..................................................................................... 23

2. Vibrio parahaemolyticus ........................................................... 24

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 27

A. Waktu dan Tempat ...................................................................... 27

B. Alat dan Bahan ............................................................................ 27

C. Prosedur Penelitian ..................................................................... 28

D. Analisis Data ............................................................................... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 35

A. Ekstrak Sirip Ekor Ikan Hiu .......................................................... 35

B. Skrining Senyawa Metabolit Sekunder ........................................ 36

C. Uji Aktivitas sebagai Antibakteri Vibrio parahaemolyticus ............. 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 45

A. Kesimpulan .................................................................................. 45

B. Saran ........................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46

LAMPIRAN ............................................................................................ 53

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Morfologi Carcharhinus melanopterus ................................................ 4

2. Reaksi uji Wagner dalam pengujian senyawa alkaloid ......................... 18

3. Reaksi flavonoid dengan Mg dan HCl pekat ....................................... 18

4. Reaksi hidrolisis saponin dalam air ...................................................... 19

5 Reaksi steroid terhadap reagen Lieberman–Buchard .......................... 20

6. Reaksi uji poliphenol ............................................................................ 21

7. Morfologi bakteri uji Vibrio parahaemolyticus ....................................... 26

8. Ilustrasi sampel ................................................................................... 29

9. Skema prosedur penelitian ................................................................. 33

10. Hasil ekstraksi sirip ekor ikan hiu Carcharhinus melanopterus ........... 35

11../Daya hambat ekstrak sirip ekor Carcharhinus melanopterus

menggunakan pelarut metanol dan kloroform .................................. 40

12. Uji daya hambat ekstrak kloroform terhadap Vibrio parahaemolyticus

......................................................................................................... 42

13. Uji daya hambat ekstrak metanol terhadap Vibrio parahaemolyticus 43

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kriteria kekuatan zona hambat ............................................................ 32

2. Hasil uji metabolit sekunder ekstrak sirip ekor ikan hiu dengan uji

warna ................................................................................................. 37

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. .Uji aktivitas ekstrak sirip ekor Carcharhinus melanopterus sebagai

antibakteri terhadap Vibrio parahaemolyticus ..................................... 54

2. Data pengukuran ikan hiu Carcharhinus melanopterus ........................ 55

3. Hasil pengujian senyawa metabolit sekunder dengan uji warna ........... 56

3.1 Uji Alkaloid .................................................................................... 56

3.2 Uji Saponin .................................................................................... 56

3.3 Uji Flavonoid ................................................................................. 57

3.4 Uji Steroid ..................................................................................... 57

3.5 Uji Polifenol .................................................................................. 58

4. Hasil pengujian aktivitas ekstrak sirip ekor C. melanopterus sebagai

antibakteri terhadap Vibrio parahaemolyticus ...................................... 59

5. Analisis data zona bening ................................................................... 60

6..Diameter hasil uji aktivitas ekstrak sirip ekor C. melanopterus

sebagai antibakteri terhadap Vibrio parahaemolyticus ........................ 61

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perairan Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang besar dengan

tingkat keragaman hayati yang tinggi, dimana di dalamnya terdapat berbagai

jenis organisme laut. Dari 200 jenis ikan hiu di dunia, ada 118 jenis hiu yang

sudah teridentifikasi di Indonesia (Sadili, 2013). Berdasarkan hasil pendataan

monitoring penangkapan hiu yang dilakukan selama periode Juni-Agustus 2016

ditemukan 31,8% hiu jenis Carcharhinus melanopterus yang menjadi target

sampingan oleh beberapa nelayan di PPI Paotere Kota Makassar (Iffah, 2016).

Hiu ini merupakan jenis yang paling banyak dimanfaatkan metabolit primernya

dengan mengonsumsi daging maupun sirip secara langsung sedangkan bagian

tubuh lain seperti insang, hati, hingga usus mulai diolah menjadi beberapa

produk di bidang farmasi.

Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, beberapa

pakar mulai melakukan penelitian tentang hiu. Penelitian terbaru di bidang

farmasi menemukan adanya kandungan senyawa bioaktif dari beberapa bagian

tubuh hiu yang dapat digunakan untuk bahan obat-obatan seperti senyawa

acetylenic pada bagian insang (Zhang et al, 2017) maupun senyawa squalen

pada minyak hati sebagai bahan kosmetik (Undjung, 2005). Sedangkan bagian

tubuh seperti sirip hiu diinformasikan memiliki banyak manfaat sehingga mulai

diuji potensinya (BPSPL Padang, 2017).

Hiu dari jenis Carcharhinus melanopterus merupakan salah satu spesies

yang banyak diperdagangkan tidak hanya terbatas sebagai bahan makanan,

tetapi juga dianggap sebagai sumber bahan kimia alam yang diduga berpotensi

sebagai obat terutama pada bagian sirip. Salah satu jenis obat yang terus

dikembangkan adalah antibakteri karena beberapa makanan yang dikonsumsi

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

2

oleh manusia sebagian besar berasal dari laut yang telah tercemar, mengandung

mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya. Menurut Oktavianus

(2013), salah satu bakteri yang mengontaminasi makanan (udang, kerang, dan

hasil laut lainnya) menyebabkan keracunan makanan dan gastroenteritis adalah

bakteri Vibrio parahaemolyticus.

Resistensi bakteri patogen Vibrio parahaemolyticus mengharuskan untuk

mencari sumber molekul bioaktif baru untuk dijadikan antibiotik baru. Namun

penggunaan salah satu zat antibakteri merupakan senyawa antibiotik semi

sintetik. Sebagian besar bahan antibiotik semi sintetik yang digunakan

merupakan zat kimia berbahaya dan sifatnya tidak aman bagi kesehatan (Nimah

dkk., 2012). Potensi antibiotik terhadap bakteri ini diharapkan dapat diperoleh

dari bahan alam seperti sirip hiu. Oleh karena itu, perlu dilakukan skrining ekstrak

sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus terhadap golongan senyawa metabolit

sekunder dan menguji aktivitas ekstrak sebagai antibakteri terhadap Vibrio

parahaemolyticus.

B. Rumusan Masalah

Pengetahuan masyarakat terhadap potensi sirip hiu terhadap metabolit

primernya yaitu memiliki berbagai khasiat apabila dikonsumsi secara langsung.

Namun, metabolit sekunder sirip ekor hiu belum dapat dikonsumsi secara

langsung seperti dalam bentuk food supplement maupun sebagai antibiotik,

karena pengetahuan akan keberadaan senyawa aktif dan pengolahannya yang

belum diketahui.

Di sisi lain, bakteri Vibrio.parahaemolyticus yang merupakan bakteri

patogen terhadap udang dan kerang-kerangan juga merupakan bakteri patogen

penyebab beberapa penyakit keracunan atau gastroenteristis pada manusia.

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

3

Bakteri ini masih memiliki sifat resisten terhadap antibiotik yang telah ada

sebelumnya sehingga perlu didapatkan sumber molekul aktif baru.

Skrining metabolit sekunder pada sirip ekor hiu C. melanopterus ini

diharapkan dapat mengetahui adanya golongan senyawa metabolit sekunder

yang dimiliki dan bagaimana pengaruh senyawa tersebut dalam aktivitas

antimikroba khususnya terhadap Vibrio parahaemolyticus sehingga nantinya

diharapkan dapat menjadi sumber alternatif dalam mengatasi penyakit baik pada

udang maupun pada manusia.

C. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

sekunder pada ekstrak sirip ekor hiu C. melanopterus dan menguji aktivitas

ekstrak tersebut sebagai antibakteri Vibrio parahaemolyticus.

Kegunaan penelitian ini sebagai bahan informasi dasar tentang potensi

sirip ekor hiu C. melanopterus dalam memproduksi metabolit sekunder, sehingga

dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai produksi

biosintesis dan pemanfaatan dari golongan senyawa metabolit sekunder

tersebut.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini mencakup skrining kandungan senyawa

bioaktif (alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan poliphenol) dari sirip hiu

Carcharhinus melanopterus dan aktivitas ekstrak sebagai antibakteri terhadap

Vibrio parahaemolyticus.

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioekologi Ikan Hiu Carcharhinus melanopterus

Hiu jenis Carcharhinus melanopterus atau blacktip reef sharks biasa

disebut sebagai hiu karang sirip ekor hitam, hiu mada, atau kluyu karang

(Lombok), atau mangiwang (Makassar). Hiu ini dapat ditandai dengan adanya ciri

khusus yakni (KKP, 2013) (Gambar 1):

1. Ujung sirip ekor punggung pertama berwarna hitam dengan putih di bagian

bawahnya.

2. Sirip ekor berujung hitam.

3..Moncong pendek, bulat melebar (tampak dari bawah) dan jarak dari ujung

moncong ke mulut hampir sama dengan jarak antara lubang ke hidung.

Gambar 1. Morfologi Carcharhinus melanopterus

Klasifikasi Carcharhinus melanopterus (Heupel, 2009):

Kingdom : Animalia

Divisi : Chordata

Class : Chondrichthyes

Order : Carcharhiniformes

Family : Carcharhinidae

Genus : Carcharhinus

Species : C. melanopterus

Hiu jenis Carcharhinus melanopterus hidup pada habitat air laut payau (29-

35 ppt), perairan dangkal dekat daratan di terumbu karang, zona intertidal (flat

Sirip punggung

pertama Sirip punggung

kedua

Sirip Ekor

Sirip Dubur Sirip perut

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

5

karang) dekat hamparan karang dan dekat lepas pantai, dan di daerah mangrove

akibat air pasang dan bahkan di air tawar. Hiu jenis ini bersifat amphidromous

dan hidup pada kedalaman 20-75 m (Heupel, 2009). Hiu ini memiliki sirip ekor

punggung yang lunak dan terdapat duri pada sirip ekor anal pada hiu kecil

dengan moncong pendek, mata oval, dan gigi taring. Warna kulit kuning-coklat di

bagian atas, putih di bagian bawah. Bagian tubuh lain yaitu sirip ekor punggung

kedua yang berukuran kecil. Pada sirip ekor, dada, lobus di atas sirip ekor, dan

ujung sirip ekor punggung terdapat tip atau corak hitam yang mengkilap.

Carcharhinus melanopterus umumnya hidup di perairan tropis Indo-Pasifik

dan Central Pacific dengan wilayah perairan Thailand, China, Jepang, Filiphina,

New Caledonia dan northern Australia (Compagno, 1984). Hiu jenis ini telah

terlihat di beberapa Pulau Pasifik seperti Kepulauan Marshall (Bonham, 1960),

Kepulauan Solomon (Blaber et al, 1990), Kepulauan Gilbert dan juga Kepulauan

Hawaii. Spesies ini juga pernah terlihat di perairan Afrika Selatan, Mauritius,

Seychelles, Madagascar, Pakistan, India, Sri Lanka, Andaman dan Kepulauan

Maldives (Compagno, 1984). Banyaknya lokasi yang menandai keberadaan jenis

hiu ini menunjukkan luasnya wilayah distribusi yang dimiliki. Adaptasi terhadap

lingkungan yang berbeda-beda menjadi salah satu kelebihan tersendiri jenis ini

untuk bertahan hidup.

Menurut IUCN Red List, saat ini hiu Carcharhinus melanopterus

dikategorikan dalam status Near Threated (NT) dan termasuk traumatogenik atau

golongan hewan yang dapat mengakibatkan merusakan fisik pada korban,

misalnya akibat gigitan, tusukan, dan sebagainya (Heupel, 2009). Status

penangkapan hiu ini masih belum mendapatkan perlindungan secara resmi dari

Pemerintah Indonesia terkait penangkapan maupun perdagangannya, sehingga

baik nelayan maupun pengumpul hiu masih bisa melakukan perdagangan

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

6

berskala internasional. Beberapa negara di Benua Asia menjadi peminat utama

hiu khususnya dari aspek pemanfaatan di bidang farmasi.

Parameter untuk menentukan kesegaran ikan yang akan digunakan

sebagai sampel penelitian mengikuti standar yang telah ditetapkan mencakup

faktor-faktor fisikawi (Hadiwiyoto, 1993):

a. Penampakan luar ikan yang masih segar mempunyai penampakan cerah.

Keadaan ini terjadi karena belum banyak perubahan biokimiawi yang terjadi

pada ikan dan metabolisme dalam tubuh ikan masih berjalan dengan baik.

b. Kelenturan daging ikan segar mempunyai daging yang cukup lentur. Apabila

daging ditekan atau dibengkokkan, ikan akan kembali ke bentuk semula

setelah dilepaskan. Kelenturan yang terjadi disebabkan oleh belum

terputusnya benang-benang daging. Pada ikan yang busuk benang-benang

daging ini sudah banyak yang putus dan dinding-dinding selnya banyak yang

rusak sehingga ikan kehilangan kelenturannya.

c. Keadaan daging ikan yang masih segar, jika ditekan dengan jari telunjuk

bekasnya akan segera kembali karena dagingnya kenyal. Selain itu, daging

ikan belum kehilangan cairan sehingga daging ikan masih terlihat basah

serta belum terdapat lendir pada permukaan tubuh ikan.

d. Keadaan insang ikan yang segar mempunyai insang yang berwarna merah

cerah. Sebaliknya, insang menjadi coklat gelap pada ikan yang tidak segar.

e. Keadaan mata perubahan kesegaran ikan akan menyebabkan perubahan

yang nyata pada kecerahan mata.

B. Potensi Bioaktif pada Hiu

Ikan laut dalam merupakan sumberdaya alam yang baru bagi perikanan

Indonesia. Selama ini ikan laut dalam diperoleh dari hasil samping para nelayan

tradisional. Salah satu ikan laut dalam jenis Satyrichtys welchii telah

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

7

dimanfaatkan sebagian masyarakat pesisir Banten sebagai obat kuat sebelum

pergi melaut. Pemanfaatan ikan laut dalam di luar negeri sudah dioptimalkan

dalam bidang obat-obatan. Salah satunya squalene dari hati ikan hiu

(Centrophorus atromarginatus gaman) yang hidup pada kedalaman 500-1000

meter sebagai obat dalam pencegahan terhadap infeksi dan penyakit. Ekstrak ini

dimanfaatkan sebagai pelumas atau krim kulit (Kuang, 1999), dan steroid yang

memiliki sifat sebagai antibiotik (Rao et al., 2000).

Selain itu, tulang rawan ikan hiu berfungsi sebagai antikanker (Jayanti,

2008). Industri farmasi menjadi pasar terbesar untuk tulang rawan hiu. Bubuk

kartilago kering digunakan untuk membuat pil dan kapsul. Meskipun pil kartilago

hiu telah dimanfaatkan sebagai obat untuk kanker, tetapi beberapa peneliti tidak

membenarkan adanya komponen senyawa yang dapat menghambat

pertumbuhan sel kanker pada kartilago hiu (Lane dan Comac, 1992). Meski

tulang rawan kering tidak efektif dalam mengobati kanker, senyawa biologis aktif

tertentu yang diambil dari tulang rawan telah menunjukkan dapat memperlambat

pertumbuhan tumor dan memungkinkan potensi ini menjadi alternatif bidang

farmasi lainnya. Kandungan senyawa lain seperti kondroitin dan glucosomine

sulfate yang tinggi pada tulang rawan hiu merupakan senyawa yang efektif

digunakan dalam mengobati arthritis (Musick et al, 2005).

Penelitian lain mengenai adanya senyawa metabolit sekunder pada hiu

jenis Isurus oxyrinchus telah dilakukan pada tahun 2016 oleh beberapa peneliti

dari Guangdong Ocean University China, Dalian University of Technology dan

University of Tübingen Jerman. Adanya senyawa acetylenic baru dan metabolit

bioaktif lainnya pada Strain Penicillium ditemukan pada bagian insang hiu.

Insang hiu menunjukkan fleksibilitas dalam memproduksi berbagai jenis senyawa

bioaktif seperti senyawa asetilen, polioksida, dan alkaloid. Senyawa yang

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

8

beragam ini bermanfaat bagi kelangsungan hidup di lingkungan mikro insang

ikan hiu, serta bermanfaat bagi organisme inangnya (Zhang et al, 2017).

Sirip hiu adalah produk hiu yang paling berharga dan digunakan untuk

membuat sup sirip ekor ikan hiu tradisional dalam budaya Cina (Clarke et al.,

2006). Sirip dorsal pertama, sirip pectoral dan cuping bawah sirip ekor adalah

bagian sirip terbesar dan paling berharga pada bagian tubuh hiu sehingga

biasanya dijual satu set dengan harga yang cukup tinggi. Sementara hanya

bagian ceratotrichia cartilaginous halus (berbentuk jarum) dari bagian atas sirip

ekor saja yang digunakan untuk membuat sup. Sirip ekor hiu dikeluarkan dari

tubuh dengan rapi untuk menghindari bagian bawah yang berdaging. kemudian

dikeringkan dan dikemas untuk masuk pemasaran (Musick et al, 2005).

Dokumentasi China kuno menjelaskan manfaat dari sirip ikan hiu antara lain

untuk peremajaan kulit, meningkatkan nafsu makan, memberikan gizi untuk

darah, dan dipercaya baik untuk kesehatan paru-paru, ginjal, tulang dan bagian

tubuh yang lain bagi manusia. Hasil analisis sirip hiu menunjukkan komposisi

protein yang rendah dibandingkan pada ikan kembung dan ikan salmon, seperti

essential amino acid Tryptophan yang bermanfaat untuk meningkatkan

kecerdasan (BPSPL Padang, 2017). Sejauh ini belum ada penelitian mengenai

jenis golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada sirip hiu.

C. Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder memiliki aktifitas farmakologi dan biologi. Sintesis

senyawa dari tumbuhan, mikrobia atau hewan yang terbentuk melalui proses

biosintesis masuk dalam jenis senyawa metabolit sekunder. Senyawa ini

menunjang kehidupan organisme namun tidak masuk dalam senyawa yang vital

keberadaannya. Pada bidang farmasi, senyawa yang berpotensi aktif dengan

toksisitas minimal terhadap manusia terus dikembangkan dengan mempelajari

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

9

jenis metabolit sekunder sebagai kandidat obat atau senyawa penuntun (lead

compound). Ciri-ciri dari senyawa metabolit sekunder menurut Saifudin (2014)

adalah sebagai berikut:

1. Tidak terlibat langsung dalam metabolisme/kehidupan dasar: pertumbuhan,

perkembangan dan reproduksi.

2. Tidak esensial, ketiadaan jangka pendek tidak berakibat kematian.

Ketiadaan jangka panjang mengakibatkan kelemahan dalam pertahanan diri,

survival, estetika, menarik serangga.

3. Golongan metabolit sekunder distribusi hanya pada spesies pada

filogenetik/familia tertentu.

4. Seringkali berperan di dalam pertahanan terhadap musuh.

5. Senyawa organik dengan berat molekul 50-1500 Dalton, sehingga disebut

mikro molekul.

6. Penggolongan utama: terpenoid, fenil propanoid, poliketida, dan alkaloid

adalah metabolit sekunder.

7. Pemanfaatan oleh manusia: untuk obat, parfum, aroma, bumbu, bahan

rekreasi dan relaksasi.

Metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme mahkluk hidup yang

tidak esensial bagi perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup yang

umumnya merupakan senyawa aromatic. Metabolit sekunder ini merupakan

bentuk pertahanan diri yang diproduksi hanya saat dibutuhkan dan umumnya

dihasilkan oleh tanaman. Metabolit sekunder memiliki struktur yang beragam

yang dipengaruhi oleh letak geografis, paparan sinar matahari, ataupun

keragaman secara genetis. Metabolit sekunder berperan sebagai antibiotik,

antioksidan, antibakteri, anti kanker, antikoagulan darah, dan dapat menghambat

efek karsinogenetik (Handayani, 2013).

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

10

Berbagai obat penting yang diresepkan di dalam terapi klinik seperti

antibiotik, statin, vinkristin, taksol didapatkan dengan pemurnian dari sumber

alami. Beberapa jenis senyawa yang berpotensi sebagai agen promosi

kesehatan seperti katekin, genistein, flavonoid, stilebenoid, dan lain-lain juga

diisolasi dari bahan alam, baik dari mikroba, tumbuhan, jamur maupun sarang

serangga seperti propolis (sarang lebah) atau pun sarang semut (Saifudin, 2014).

Adanya golongan senyawa yang diduga terdapat pada sirip hiu sebagai salah

satu bahan alami yang diuji yakni:

1. Alkaloid

Keragaman struktur alkaloid sangat tinggi. Alkaloid berpotensi sebagai

sumber obat yang berlimpah dan berefek farmakologis beragam. Sifat fisika-

kimia bersifat semipolar dan mampu berinteraksi dengan membran sel. Alkaloid

merupakan sumber nitrogen yang dipercaya terbentuk dari hasil metabolisme.

Kebanyakan alkaloid berupa padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau

mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid metabolit sekunder yang merupakan

turunan asam amino dan dalam kerangkanya memiliki atom N. Senyawa alkaloid

memiliki peran yang sangat besar di dalam bidang kedokteran. Senyawa yang

pertama kali diisolasi secara murni adalah morfin. Beberapa jenis alkaloid

merupakan bahan obat yang bereaksi dengan syaraf. Kopi yang dikonsumsi

sehari-hari oleh manusia juga mengandung alkaloid yakni kafein, sedangkan

pada coklat terdapat alkaloid teobromin (Lenny, 2006).

Alkaloid memiliki fungsi dalam bidang farmakologis antara lain sebagai

analgetik (menghilangkan rasa sakit), mengubah kerja jantung, mempengaruhi

peredaran darah dan pernafasan, antimalaria, stimulan uterus dan anaestetika

lokal (Sirait, 2007). Sumber senyawa alkaloid potensial adalah tumbuhan yang

tergolong dalam kelompok Angiospermae dan jarang atau bahkan tidak

ditemukan pada tumbuhan yang tergolong dalam kelompok Gimnospermae

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

11

misalnya paku-pakuan, lumut dan tumbuhan tingkat rendah lain (Harborne,

1987).

Adrenalin merupakan salah satu alkaloid yang diproduksi oleh makhluk

vertebrata dari asam amino tirosin. Adrenalin berfungsi sebagai mediator pada

sel saraf terkait rasa simpati dan kewaspadaan. Senyawa alkaloid diketahui

memiliki beberapa kegunaan dalam farmasi sebagai senyawa yang aktif

melawan sel tumor, sebagai antibakteri, dan memberikan efek sedatif. Beberapa

penelitian lain yang menujukkan nilai positif terhadap senyawa alkaloid juga

diketahui memungkinkan menghambat beberapa jenis bakteri khususnya bakteri

gram negatif dalam konsentrasi tertentu (Saifudin, 2014).

2. Flavonoid

Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik memiliki

kemampuan sebagai antioksidan yang mampu mentransfer sebuah elektron atau

sebuah atom hidrogen ke senyawa radikal bebas dengan menghentikan tahap

awal reaksi. Oleh karena itu, flavonoid dapat menghambat peroksidasi lipid,

menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas dan menghambat beberapa

enzim (Carson et al., 2005).

Sebagian besar flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida dimana

unit flavonoid terikat pada satu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu

gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida (Lenny,

2006). Flavonoid dapat ditemukan sebagai mono, di atau triglikosida (Achmad,

1986). Flavonoid yang berupa glikosida merupakan senyawa polar sehingga

dapat diekstrak dengan etanol, metanol ataupun air. Setyaningsih et al, (2010)

menjelaskan bahwa jika ekstrak sampel terdapat senyawa flavonoid, maka

setelah penambahan logam Mg dan HCl akan terbentuk garam flavilium

berwarna merah atau jingga hingga kuning.

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

12

3. Saponin

Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam

tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada

bagian-bagian tertentu dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap

pertumbuhan. Pada tumbuhan, saponin berfungsi sebagai bentuk penyimpanan

karbohidrat atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan.

Selain itu saponin bisa menjadi pelindung terhadap serangan serangga. Sifat-

sifat yang dimiliki saponin antara lain mempunyai rasa pahit, membentuk busa

yang stabil dalam larutan air, menghemolisis eritrosit, merupakan racun yang

kuat untuk ikan dan amfibi, membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan

sisteroid lain, sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi dan memiliki berat molekul

yang tinggi (Nio, 1989).

Berdasarkan sifat kimianya saponin dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu

steroid dengan 27 atom C dan triterpenoid dengan 30 atom C. Aglikon

(sapogenin) dan karbohidrat macam-macam saponin berbeda, sehingga

tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan.

Macam-macam saponin pada tumbuhan antara lain quillage saponin (campuran

dari 3 atau 4 saponin), alfalfa saponin (campuran dari paling sedikit 5 saponin)

dan soy bean saponin (terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin atau

karbohidratnya atau kedua-duanya) (Nio, 1989).

Saponin menyebabkan stimulasi pada jaringan tertentu misalnya pada

epitel hidung, bronkus dan ginjal. Stimulasi pada ginjal diperkirakan menimbulkan

efek diuretika. Sifat menurunkan tegangan permukaan yang ditimbulkan oleh

saponin dapat dihubungkan dengan daya ekspektoransia, dimana dengan sifat

ini lendir akan dilunakkan atau dicairkan. Saponin bisa juga sebagai prekursor

hormon steroid (Sirait, 2007).

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

13

Saponin dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Banyak

saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima komponen dan komponen

yang umum ialah asam glukuronat (Harborne, 1987). Pembentukan busa yang

mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau memekatkan ekstrak tumbuhan

merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin. Saponin jauh lebih polar

daripada sapogenin karena ikatan glikosidanya (Harborne, 1987).

4. Polifenol

Polifenol (polyphenol) merupakan senyawa kimia yang bersifat antioksidan

kuat. Polifenol umumnya banyak terkandung dalam kulit buah. Katekin

merupakan subkelas dari polifenol. Senyawa bioaktif katekin yang terdapat pada

tanaman obat tradisional Cina Spatholobus suberectus Dunn (SSD) dilaporkan

dapat memperbaiki sistem hematopoesis. Senyawa ini berfungsi untuk regulasi

sistem kekebalan dan menghambat pertumbuhan tumor, tetapi juga dapat

memberikan efek stimulasi terhadap hematopoesis (Nurhidayah, 2009).

Polifenol ini berperan melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal

bebas dengan cara mengikat radikal bebas sehingga mencegah proses inflamasi

dan peradangan pada sel tubuh. Polifenol juga bermanfaat menurunkan risiko

penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, alzheimer, dan kanker (Sacks et al,

2006).

Senyawa polifenol terdiri dari beberapa subkelas yakni, flavonol, isoflavon

(dalam kedelai), flavanon, antosianidin, katekin, dan biflavan. Jenis polifenol lain

adalah tanin (terkandung dalam teh dan cokelat), yang sedang hangat

diperbincangkan di dunia kesehatan. Semua jenis teh mengandung polifenol

dalam bentuk epigallocatechin gallate (EGCG). Kandungan EGCG ini yang

melambungkan nama teh sebagai minuman anti kanker dan pencegah serangan

jantung (Sacks et al, 2006).

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

14

5. Steroid / Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,

yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa

alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanpa warna,

berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya

sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Triterpenoid dapat dibagi

menjadi empat kelompok senyawa, yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin,

dan glikosida jantung (Harborne, 1987).

Steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid. Adapun contohnya

adalah sterol, sapogenin, glikosida jantung dan vitamin D. Steroid alami berasal

dari berbagai transformasi kimia dari triterpena yaitu lanosterol dan saikloartenol.

Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat

(Harborne, 1987).

Sejauh ini telah banyak dilakukan penelitian tentang senyawa metabolit

khususnya pada biota laut yang berpotensi sebagai obat atau untuk menunjang

berbagai kepentingan industri (Lenny 2006). Kegiatan mencari senyawa aktif dari

bahan alami dapat memberikan banyak kontribusi dalam meningkatkan taraf

ekonomi masyarakat dalam memproduksi hingga mengelola bahan tersebut.

Upaya penemuan senyawa yang mampu membunuh dan menghambat bakteri-

bakteri patogen telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Senyawa seperti ini kemudian dikenal dengan istilah zat antibakteri.

Perkembangan obat antibakteri merupakan suatu kemajuan terpenting dalam

bidang pengobatan, karena pengobatan efektif terhadap infeksi serius telah

memperbaiki kualitas kesehatan dan memberi banyak kemajuan dalam bidang

kedokteran maupun di bidang industri obat (Kumala et al, 2006).

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

15

D. Analisis Senyawa Bioaktif Sirip Hiu Carcharhinus melanopterus

1. Ekstraksi senyawa bioaktif

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang

diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang

terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak

atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Bahan yang telah ditimbang kemudian direndam dalam pelarut, seperti

heksana (non polar), etil asetat (semi polar), dan metanol (polar). Proses

perendaman ini disebut dengan maserasi. Tahap selanjutnya, yaitu tahap

pemisahan yang terdiri dari penyaringan dan evaporasi. Penyaringan dilakukan

untuk memisahkan sampel dengan pelarut yang telah mengandung bahan aktif.

Untuk memisahkan pelarut dengan senyawa bioaktif yang terikat dilakukan

evaporasi, sehingga pelarutnya akan menguap dan diperoleh senyawa hasil

ekstraksi yang dihasilkan (Khopkar, 2003).

Sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Depkes RI, 2000).

Maserasi merupakan metode ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara

dingin. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

kamar (Ditjen POM, 2000). Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

16

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya

yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak dan

penyarian kurang sempurna. Dalam maserasi (untuk ekstrak cair), sampel daging

sirip yang telah digiling halus diberikan pelarut dan disimpan dalam wadah

tertutup untuk periode tertentu. Sampel diaduk hingga senyawa tertentu dapat

terlarut.

Pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi meliputi pelarut n-heksan

(non polar), kloroform (semi polar), dan polar (metanol).

1. N-heksan

N-heksan mempunyai karakteristik sangat tidak polar, volatil, mempunyai

bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan). Berat molekul

heksan adalah 86,2 gram/mol dengan titik leleh -94,3 sampai - 95,3°C. Titik didih

n-heksan pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai 71°C (Daintith, 1994).

N-heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi minyak nabati.

2. Kloroform

Senyawa terpenoid lakton diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

menggunakan n-heksan, kloroform, dan metanol dengan konsentrasi aktivitas

tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform. Kadang-kadang tanin dan terpenoid

ditemukan dalam fase air, tetapi lebih sering diperoleh dengan pelarut semipolar

(Tiwari et al., 2011).

3. Metanol

Metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga dapat

melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar. Metanol dapat menarik

alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman (Thompson, 1985).

Ekstrak yang didapatkan menjadi objek terhadap beberapa parameter uji

penelitian ini. Adanya golongan senyawa bioaktif maupun aktivitas sebagai

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

17

antibakteri diuji dengan metode tertentu. Senyawa-senyawa yang terkandung

pada ekstrak diidentifikasi menggunakan metode uji warna Harborne sedangkan

aktivitas sebagai antibakteri digunakan metode difusi agar.

2. Uji Warna

Identifikasi kandungan metabolit sekunder pada ekstrak yang memiliki

aktivitas antibakteri dilakukan dengan uji warna sebagai berikut:

a. Uji alkaloid

Uji alkaloid merupakan pengujian yang dilakukan dalam keadaan asam.

Menurut Marliana et al, (2005) penambahan HCl berfungsi untuk membuat

suasana menjadi asam karena golongan alkaloid bersifat basa, sedangkan

akuades panas berfungsi untuk mendekstruksi protein karena dapat

mengganggu kualitas hasil uji.

Uji alkaloid dilakukan dengan melarutkan sampel ekstrak ke dalam 2 mL

asam klorida, dipanaskan 5 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah 2-

3 tetes pereaksi Wagner. Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan endapan

jingga (Ningsih dkk., 2016).

Hasil positif alkaloid pada uji Wagner terhadap ekstrak ditandai dengan

terbentuknya endapan coklat pada dasar tabung. Diperkirakan endapan tersebut

adalah Kalium-Alkaloid (Gambar 2). Menurut Svehla (1990), pada pembuatan

pereaksi Wagner, iodine bereaksi dengan ion I- dari Kalium Iodide menghasilkan

ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk

ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks

Kalium-Alkaloid yang mengendap.

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

18

Gambar 2. Reaksi uji Wagner dalam pengujian senyawa alkaloid

b. Uji flavonoid

Pengujian dilakukan dengan menggunakan larutan Mg dan HCl pekat.

Flavonoid berupa senyawa fenol, oleh karena itu warnanya berubah bila

ditambah basa atau ammonia. Uji senyawa flavonoid dilakukan dengan metode

Wilstater, dimana hasil positif terhadap flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya

warna merah atau jingga yang disebabkan oleh reduksi flavonoid oleh Mg dan

HCl pekat (Halimah, 2010) (Gambar 3).

Gambar 3. Reaksi flavonoid dengan Mg dan HCl pekat (Halimah, 2010)

c. Uji saponin

Pengujian saponin dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL

sampel (±0,05% b/v) dilarutkan dalam aquades pada tabung reaksi, ditambah 10

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

19

tetes KOH dan dipanaskan dalam penangas air 50°C selama 5 menit, dikocok

selama 15 menit. Jika terbentuk busa mantap dan tetap stabil selama 15 menit

menunjukkan adanya senyawa saponin (Ningsih, 2016).

Menurut Marliana (2005), saponin terdiri dari sapogenin yang merupakan

molekul aglikon dan sebuah gula. Saponin merupakan senyawa yang

menimbulkan busa jika dikocok dalam air (Gambar 4). Uji saponin dilakukan

dengan metode Forth, yaitu hidrolisis saponin dalam air. Timbulnya busa pada uji

Forth menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk

buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya.

Gambar 4. Reaksi hidrolisis saponin dalam air (Marliana, 2005)

d. Uji steroid

Pengujian dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel

(±0,05% b/v) ditambah dengan pereaksi Liberman Burchard 1 mL. Adanya

senyawa steroid ditujukan dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau

kehitaman (Ningsih, 2016).

Menurut Harborne (1996), steroid adalah senyawa organik lemak sterol

tidak terhidrolisis yang didapat dari hasil reaksi penurunan terpena atau

skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur

dasar sterana jenuh dengan 17 atom karbon dengan 4 cincin. Uji yang biasa

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

20

digunakan untuk mengidentifikasi senyawa triterpenoid dan steroid adalah reaksi

Lieberman-Buchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) (Gambar 5).

Gambar 5. Reaksi steroid dengan reagen Lieberman-Buchard

e. Uji polifenol

Senyawa polifenol merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat

antioksidan (Jalil et al, 2008). Polifenol tergolong dalam antioksidan jenis

bioflavonold yang memiliki kekuatan 100 kali lebih efektif dari vitamin C dan 25

kali lebih efektif dari vitamin E. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak

gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada

suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur. Sedangkan Tanin

merupakan salah satu contoh senyawa polifenol. Tanin terdapat luas dalam

tumbuhan berpembuluh dan terdapat khusus dalam jaringan kayu pada

Angiospermae. Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu tanin-terkondensasi

atau flavolan dan tanin terhidrolisiskan (Nurullah, 2015).

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

21

Uji polifenol menggunakan sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) dilarutkan

dalam aquades 10 mL, dipanaskan 5 menit dan disaring. Filtrat yang terbentuk

ditambahkan ditambahkan 4-5 tetes FeCl3 5% (b/v). Adanya fenol ditujukan

dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman.

Gambar 6. Reaksi uji polifenol (Marliana, 2005).

3. Uji Aktivitas Antibakteri

Pengujian antibakteri merupakan metode yang bertujuan untuk

menentukan potensi suatu zat yang diduga atau telah memiliki aktivitas sebagai

antibakteri dalam larutan terhadap suatu bakteri (Datu, 2017). Uji aktivitas

antibakteri pada penelitian ini menggunakan metode uji antimikroba yaitu difusi

agar.

Metode difusi agar digunakan untuk menentukan aktivitas agen

antimikroba atau sering juga dinamakan uji daya hambat. Metode difusi agar

dilakukan dengan bahan uji yang telah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai

dimasukkan ke dalam sumuran atau diteteskan pada paper disk. Selanjutnya

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

22

ditanam dalam medium padat yang telah berisi mikroba uji. Setelah inkubasi

diamati adanya zona bening di sekitar sumuran atau paper disk. Kemampuan

bahan uji menghambat bakteri uji ditandai dengan terbentuknya zona bening

disekitar paper disc uji dan dievaluasi (Rante, 2013) dimana ukuran zona bening

>20 mm tergolong sangat kuat (very strong inhibition), 11 - 19 mm tergolong kuat

(strong inhibition), 5 - 10 mm tergolong sedang (moderate inhibition) dan <5 mm

tergolong lemah (weak inhibition).

Daerah hambatan yang terbentuk merupakan daerah bening di sekitar

paper disc, yang menunjukkan bakteri patogen atau mikroorganisme yang diuji

telah dihambat oleh senyawa antimikrobial yang berdifusi ke dalam agar dari

paper disk (Amsterdam, 1992).

Difusi lempeng agar (Agar Disk-Diffusion Assay) digunakan terhadap

bakteri uji Vibrio parahaemolyticus dan sebagai kontrol positif digunakan

ciprofloxacin dengan pengulangan dilakukan sebanyak 5 (lima) kali. Ekstrak yang

didapatkan dari pelarut ditetesi pada masing-masing paper disc dengan diameter

berukuran 6 mm, sedangkan untuk kontrol negatifnya digunakan pelarut yang

sama pada proses maserasi. Menurut Oktavianus (2013), penggunaan pelarut

pada paper disc bertujuan untuk membuktikan bahwa pelarut yang digunakan

tidak memberikan pengaruh sebagai antibakteri dan digunakan sebagai nilai

koreksi jika terdapat zona bening di sekitar paper disc pelarut. Untuk kontrol

positifnya sendiri menggunakan ciprofloxacin yang pada dasarnya bersifat

sebagai antibakteri. Kontrol positif akan digunakan sebagai tolak ukur dalam

menentukan kemampuan ekstrak menghambat bakteri. Hal ini dapat dilihat dari

nilai dari zona bening yang dihasilkan ekstrak, dimana jika nilai yang dihasilkan

mendekati atau melebihi nilai kontrol positif maka ekstrak berpotensi sebagai

antibakteri.

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

23

E. Tinjauan Umum Bakteri Uji

1. Bakteri

Bakteri adalah sel prokariot yang bersifat uniseluler. Umumnya sel bakteri

berbentuk bulat, batang, atau spiral dengan ukuran diameter bakteri yaitu antara

0,5 sampai 1,0 µm, dan panjangnya 1,5 sampai 2,5 µm (Pelczar and Chan,

2005). Bahan sel bakteri (sitoplasma dan intinya) dikelilingi oleh membran

sitoplasma yang berfungsi mengendalikan keluar masuknya suatu bahan ke

dalam sel. Bagian luar yang menutupi membran sitoplasma ialah dinding sel

yang kaku yang mengandung peptidoglikan. Peptidoglikan ini yang memberikan

bentuk dan kakunya dinding sel (Lay dan Hastowo, 1992).

Berdasarkan perbedaan komposisi dan struktur dinding selnya, bakteri

dibedakan menjadi bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif (Pelczar and

Chan, 2005). Perbedaan susunan dinding sel dapat menyebabkan perbedaan

kesensitifan bakteri terhadap senyawa tertentu. Bakteri Gram positif memiliki

struktur dinding sel yang tebal (15-80 nm) dan mempunyai lapisan tunggal

(mono); peptidoglikan sebagai lapisan tunggal yang merupakan komponen

utama dimana lebih dari 50% berat kering pada beberapa bakteri (Pelczar and

Chan, 2005).

Bakteri Gram negatif memiliki struktur dinding sel yang tipis (10-15 nm) dan

berlapis tiga (multi). Peptidoglikan terdapat pada lapisan kaku sebelah dalam dan

jumlahnya sedikit, sekitar 10% berat kering. Bakteri Gram negatif mempunyai

lapisan membran luar yang menyebabkan dinding selnya mengandung lipid yang

tinggi (11-22%). Lapisan membran luar ini tidak hanya terdiri dari fosfolipida saja

tetapi juga mengandung lipida lainnya, polisakarida, dan protein. Bakteri Gram

negatif ini tidak memiliki asam terikat. Pertumbuhannya kurang dapat dihambat

oleh zat-zat warna dasar dan kurang rentan terhadap penisilin. Persyaratan

nutrisi relatif lebih sederhana serta kurang resisten terhadap gangguan fisik.

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

24

Contoh bakteri yang termasuk dalam bakteri gram negatif ini adalah Vibrio

parahaemolyticus (Pelczar, 1986).

2. Vibrio parahaemolyticus

Spesies Vibrio yang patogen terhadap manusia adalah V. parahaemolyiticus.

Bakteri ini merupakan bakteri Gram negatif yang umumnya terdeteksi pada air,

sedimen, plankton, dan produk perikanan (krustasea, ikan dan moluska). Bakteri

ini terkonsentrasi dalam saluran pencernaan moluska, seperti kerang, tiram dan

mussel. yang mendapatkan makanannya dengan cara mengambil dan

menyaring air laut (Hernández et al., 2006). Hal ini karena bahan-bahan tersebut

memiliki kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri ini seperti ketersediaan

nutrien, kandungan garam, pH, dan Activity water (Aw). Bakteri ini tumbuh pada

kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5-43°C, pH 4.8-11 dan Aw 0.94-0.99.

Pertumbuhan berlangsung cepat pada kondisi suhu optimum (37°C) dengan

waktu generasi hanya 9-10 menit (Syamsir, 2011).

Infeksi Vibrio parahaemolyticus pada udang terjadi pada fase juvenil sampai

dewasa. Penyakit pada udang ini disebut dengan red disease syndrome yaitu

berubahnya warna tubuh udang menjadi merah dan mengakibatkan kematian.

Kematian udang karena penyakit ini berkisar 1-20% (Alapide-Tendencia dan

Dureza, 1997). Di Indonesia, penelitian keberadaan Vibrio parahaemolyticus

pada produk perikanan termasuk udang mulai dilakukan oleh beberapa instansi.

Sekitar 36% dari isolat sampel kerang mentah dan olahan yang berasal dari

perairan dan pasar lokal di Padang-Sumatera Barat telah diidentifikasi adanya

bakteri Vibrio parahaemolyticus patogenik berdasarkan gen penyandi TDH

(thermostable direct hemolysin) (Marlina et al, 2007). Kemudian, di bidang

kesehatan masyarakat, sebesar 7,3% dari isolasi sampel klinis paseien diare di

beberapa rumah sakit di Indonesia merupakan kontaminasi dari bakteri Vibrio

parahaemolyticus (Tjaniadi et al, 2003). Persentase ini lebih kecil dibandingkan

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

25

dengan kejadian keracunan oleh Salmonella akan tetapi lebih tinggi dari

persentase kejadian yang disebabkan oleh Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

(Yennie, 2011). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat mencegah,

menanggulangi dan mengobati penyakit akibat bakteri ini.

Bakteri Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri gram negatif yang

bersifat halofilik dan motil atau bergerak. Bakteri ini memiliki ciri khusus saat

pengamatan dengan pewarnaan gram yakni menyerap safranin sehingga

nampak berwarna merah dan berbentuk bengkok atau koma (Gambar 7).

Menurut Austin (2010), Vibrio parahaemolyticus menghasilkan energi untuk

pertumbuhan dengan oksidasi, termasuk dalam jenis bakteri fakultatif anaerob

dan mempunyai flagelum kutub tunggal dan tidak dapat membentuk spora serta

bersifat zoonosis. Morfologi Vibrio parahaemolyticus dapat mengalami

perubahan bentuk terjadi apabila terjadi penurunan suhu dan beberapa

perubahan kondisi lingkungan lain yang tidak menunjang kehidupan bakteri ini

(Chen et al, 2009).

Berikut klasifikasi bakteri Vibrio parahaemolyticus menurut Kanagawa

(1985) dalam Marlina (2004):

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Order : Vibrionales

Family : Vibrionaceae

Genus :Vibrio

Species :Vibrio parahaemolyticus

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

26

Gambar 7. Morfologi bakteri uji Vibrio parahaemolyticus

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

27

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Desember 2017. Lokasi

pengambilan sampel sirip ekor hiu jenis Carcharhinus melanopterus dilakukan di

Pangkalan Pendaratan Ikan Paotere Kota Makassar. Proses skrining metabolit

sekunder dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Selanjutnya,

uji aktivitas antibakteri dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Laut,

Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin Kota Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf sebagai alat

sterilisasi alat dan bahan; cawan petri sebagai wadah medium tumbuh bakteri uji;

erlenmeyer sebagai wadah larutan; gelas ukur sebagai wadah untuk menimbang

sampel; hotplate with magnetic stirrer untuk pembuatan medium; inkubator

sebagai tempat menumbuhkan bakteri uji; jangka sorong untuk mengukur

diameter antibakteri; jarum ose untuk mengambil sampel bakteri; jarum pentul

untuk meletakkan paper disk; kantong sampel sebagai wadah sampel; kamera

untuk mengambil dokumentasi kegiatan selama pengujian; Laminary Air Flow

sebagai tempat steril untuk mengerjakan bahan uji; mikropipet untuk

memindahkan larutan dalam volume kecil; mixer/blender untuk menghaluskan

sampel; oven sebagai alat sterilisasi; pipet ukur untuk memindahkan larutan; rak

tabung untuk menyimpan rak tabung; rotary vacuum evaporator untuk

mendapatkan ekstrak kental sampel; spatula untuk mengambil sampel; spiritus

sebagai alat sterilisasi secara pijar; tabung ependorf sebagai wadah ekstrak uji,

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

28

timbangan analitik untuk menimbang sampel; tabung reaksi sebagai wadah

pereaksi larutan; tip sebagai wadah larutan pada mikropipet; vial sebagai wadah

larutan ekstraksi; dan vortex untuk menghomogenkan larutan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini secara berurut adalah sirip ekor

hiu Carcharinhus melanopterus sebagai sampel uji, n-heksan sebagai pelarut

nonpolar; kloroform sebagai pelarut semipolar; metanol sebagai pelarut polar;

isolat bakteri Vibrio parahaemolyticus sebagai bakteri uji; TSA sebagai medium

tumbuh bakteri uji; Ciprofloxacin sebagai kontrol positif; kertas saring Whatman

No.41 sebagai penyaring simplisia; paper disk sebagai kertas bahan uji; kertas

label sebagai penanda sampel; wrapping untuk membungkus bahan yang mudah

menguap; kapas untuk menutup mulut tabung reaksi; kain kassa untuk

membersihkan alat dan meja pengerjaan; aluminium foil sebagai wadah sampel

dalam proses pengeringan di oven; aquades, pereaksi wagner, dan larutan

Kalium Iodida untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid; serbuk Mg dan HCl untuk

mengidentifikasi senyawa flavonoid; KOH dan air untuk mengidentifikasi

senyawa saponin; pereaksi Libermann Burchard untuk mengidentifikasi senyawa

steroid; FeCl3 untuk mengidentifikasi senyawa polifenol; masker sebagai

pelindung terhirupnya bahan kimia berbahaya, dan gloves sebagai pelindung

aseptis tangan.

C. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel

Sebelum pengambilan sampel sirip, tubuh ikan diukur panjang tubuh dan

bobot tubuh terlebih dahulu. Sampel yang diambil adalah sirip ekor hiu yang

masuk dalam kategori dewasa dengan panjang total tubuh ikan yang berkisar

>100 cm dan ditandai dengan hilangnya tanda pusar pada bagian ventral tubuh

dekat mulut (BPSPL, 2017). Sirip ekor hiu yang masih segar diambil dalam

kondisi terpisah dari bagian tubuh utama. Selanjutnya, beberapa sirip ekor

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

29

ditimbang hingga beratnya mencapai 1kg. Kemudian, sampel tersebut

dimasukkan dalam strerofoam.

2. Preparasi Sampel

Penyiapan awal bahan sirip ekor hiu Carcharinhus melanopterus

dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian sirip ekor dipisahkan dari tulang rawan

dan kulitnya sehingga menyisakan bagian daging (Gambar 8). Selanjutnya

daging sirip ekor dipotong-potong, lalu dicuci sampai bersih hingga tidak ada

darah kemudian ditimbang. Daging sirip ekor ikan dicincang/dihancurkan untuk

kemudian dilakukan maserasi.

Gambar 8. a) Bagian sampel yang tidak diambil (tulang rawan),

b) Bagian sampel yang diambil

3. Metode Ekstraksi

Sampel yang telah dicincang halus diekstraksi dengan menggunakan 3

jenis pelarut pro analis, yaitu: pelarut polar (metanol), semipolar (kloroform) dan

non polar (n-heksan). Ekstraksi dilakukan dengan maserasi sampel sirip ekor hiu

Carcharhinus melanopterus yang sudah dicincang pada suhu kamar dengan

pelarut n-heksan sebanyak 900ml untuk 300gr sampel daging sirip (Nimah et al,

2012), lalu direndam pada labu erlenmeyer dan dilanjutkan pemberian perlakuan

yang sama dilakukan pula pada pelarut kloroform dan metanol. Proses maserasi

dilakukan selama 2x24 jam dengan pengulangan sebanyak 3 kali, lalu sampel

akan disaring menggunakan kertas saring Whatman. Selanjutnya, hasil

penyaringan diuapkan secara vakum menggunakan rotavapor pada suhu ±40OC

untuk mendapatkan ekstrak pekat. Hasil dari penyaringan (filtrat) kemudian

a

b

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

30

dimasukkan ke dalam botol vial yang sebelumnya telah ditimbang bobot untuk

mendapat nilai rendemennya. Rendemen hasil ektraksi dapat dihitung

menggunakan rumus (Sani et al, 2014):

Rendemen =

Hasil rotavapor dituang ke dalam cawan untuk diuapkan dengan

menggunakan kipas angin agar mempercepat proses penguapan. Ekstrak yang

diperoleh kemudian ditimbang untuk kemudian disimpan di freezer (±200C) yang

nantinya akan digunakan untuk uji selanjutnya.

4. Identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder (Harborne, 1998):

a. Uji alkaloid sampel ekstrak 2 mL (±0,05% b/v) dilarutkan dalam asam klorida 2

N (v/v) sebanyak 5 ml, ditambahkan 3 tetes pereaksi Wagner yang dibuat

dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian ditambahkan 2,5 gram iodin dan

2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi

200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat dan hasil uji dinyatakan

positif bila dengan pereaksi Wagner terdapat endapan coklat.

b..Uji flavonoid dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (0,05%

b/v) ditambahkan serbuk Mg dan HCL pekat. Senyawa flavonoid ditunjukkan

dengan terbentuknya warna merah atau jingga hingga kuning.

c. Uji saponin dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (±0,05%

b/v) dilarutkan dalam aquades pada tabung reaksi, ditambah 10 tetes KOH

dan dipanaskan dalam penangas air 50°C selama 5 menit, dan dikocok

selama 15 menit. Jika terbentuk busa mantap dan tetap stabil selama 15

menit menunjukkan adanya senyawa saponin.

d. Uji steroid dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (±0,05%

b/v) ditambah dengan pereaksi Liberman Burchard 1 mL. Senyawa steroid

ditujukan dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman.

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

31

e. Uji polifenol dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (±0,05%

b/v) dilarutkan dalam aquades 10 mL, dipanaskan 5 menit dan disaring. Filtrat

yang terbentuk ditambahkan 4-5 tetes FeCl35% (b/v). Senyawa polifenol

ditujukan dengan terbentuknya warna hijau kehitaman.

5. Uji antibakteri ekstrak terhadap Vibrio parahaemolyticus (Lampiran 1)

a. Peremajaan bakteri uji

Bakteri Vibrio parahaemolyticus diambil dari stok bakteri yang diperoleh

dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Kabupaten Maros.

Bakteri diinokulasi dengan menggoreskan ose pada medium TSA dilakukan

dengan mengambil 1 ose kultur murni, kemudian diinokulasi dengan metode

gores. Setelah itu diinkubasi pada suhu 30oC selama 24 jam.

b. Pembuatan suspensi bakteri uji

Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan mengambil 1 ose kultur

murni bakteri uji Vibrio parahaemolyticus. Kemudian diinokulasi ke dalam tabung

reaksi berisi 30 ml NaCL 0,9% lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex.

Selanjutnya, diinkubasi 1x24 jam pada suhu 30oC. Kekeruhan medium tersebut

dibandingkan dengan standar 0,5 suspensi McFarland yang memiliki tingkat

kekeruhan yang sebanding dengan 1,5 x 108 colony forming unit (CFU)/ml.

Suspensi McFarland dibuat dengan mencampur larutan 1,175% barium klorida

(BaCl2) sebanyak 0,05 ml dan larutan 1% asam sulfat (H2SO4) sebanyak 9,95 ml

dengan pemberian H2SO4 terlebih dahulu.

Sebanyak 200 μl suspensi bakteri yang sebanding dengan standar 0,5

suspensi McFarland diambil menggunakan mikropipet, kemudian ditambahkan

ke dalam botol kaca berisi 20 ml medium TSA lalu medium digoyangkan secara

perlahan. Selanjutnya, medium dalam botol kaca dituang ke dalam cawan petri.

Lalu, medium ditunggu hingga memadat.

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

32

c. Aktivitas dan potensi bakteri

Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan metode difusi untuk mengetahui

aktivitas bahan bioaktif dari suatu organisme terhadap bakteri patogen dengan

mengukur diameter zona bening yang terbentuk. Metode yang digunakan dalam

pengujian ini adalah metode difusi agar dengan teknik Flying Paper Disk

(Huyyirnah dan Zainuddin, 2015).

Menurut Davis dan Stout (1971) dalam Datu (2017), kriteria kekuatan

ekstrak sebagai antibakteri dapat dikategorikan yakni (Tabel 1):

Tabel 1. Kriteria kekuatan zona hambat

Ekstrak yang didapatkan dari ketiga pelarut tersebut kemudian ditimbang

hingga memperoleh konsentrasi 2 mg/disk/50μl untuk lima kali ulangan tiap

pelarutnya. Kemudian ekstrak dimasukkan ke dalam tabung ependorf dan

dilarutkan dengan masing-masing pelarutnya. Selanjutnya dihomogenkan

dengan menggunakan vortex.

Tiap–tiap ekstrak dalam tabung ependorf yang telah dilarutkan dengan

masing-masing pelarut, kemudian diteteskan sebanyak 50 μl pada kertas disk

yang berbeda dan kemudian dibiarkan menguap sehingga betul-betul kering.

Setelah kering diletakkan secara hati-hati dan aseptis pada permukaan media

agar yang telah dihomogenkan dengan bakteri. Setelah itu diinkubasi pada suhu

30°C selama 24 jam.

Menurut Priyatmoko (2008), aktivitas antimikroba ditentukan dengan

adanya daerah bening/halo yang terbentuk di sekitar paper disc. Luasan zona

bening diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan skala mm. Dalam

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

33

pengujian ini sebagai kontrol positif digunakan antibiotik ciprofloxacin 40 ppm dan

kontrol negatif mengunakan hasil ekstraksi masing-masing pelarut.

Gambar 9. Skema prosedur penelitian.

Preparasi Sampel

Skrining Golongan Metabolit Sekunder

Ekstraksii

Uji Aktivitas sebagai antibakteri

Vibrio parahaemolyticus

Ekstrak

n-heksan

kloroform

metanol

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Steroid

Polifenol

Pengolahan Data

Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Pengambilan

Sampel

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

34

D. Analisis Data

Hasil skrining kandungan metabolit sekunder dibuat dalam bentuk tabel

dan dianalisis secara deskriptif. Sedangkan perbandingan tingkat aktivitas

antibakteri berdasarkan jenis pelarut yang digunakan dari ekstrak sirip ekor hiu

Carcharhinus melanopterus antara setiap jenis pelarut dianalisis dengan

menggunakan analisis ragam One Way Anova. Kemudian, dilakukan analisis

lanjut Duncan karena adanya nilai yang berbeda nyata dalam analisis

sebelumnya. Data yang dianalisis terlebih dahulu di transformasi ke dalam

bentuk log (X+1). Analisis ini menggunakan program perangkat lunak SPSS versi

16.

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ekstrak Sirip Ikan Hiu

Ekstraksi senyawa metabolit sekunder diambil dari beberapa potong sirip

ekor ikan hiu jenis Carcharhinus melanopterus. Sirip diperoleh dari 11 ekor hiu

dengan panjang tubuh berkisar antara 117,9 – 140,5cm dan bobot tubuh berkisar

antara 3,0 – 3,3kg (Lampiran 2). Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi

bertingkat menggunakan pelarut metanol, kloroform, dan n-heksan yang

disajikan pada Gambar 10. Hasil ekstrak yang diperoleh dari proses maserasi

berdasarkan masing-masing pelarut didapatkan nilai rendemen yakni ekstrak n-

heksan sebesar 0,034%, ekstrak kloroform sebesar 0,49%, dan ekstrak metanol

sebesar 1,03%.

Gambar 10. Hasil ekstraksi sirip ekor ikan hiu Carcharhinus melanopterus.

a. Ekstrak dengan pelarut metanol; b. Ekstrak dengan pelarut kloroform; c. Ekstrak dengan pelarut n-heksan.

Berdasarkan jenis pelarut yang digunakan, metanol menghasilkan ekstrak

yang lebih banyak dibanding dengan pelarut kloroform dan pelarut n-heksan. Hal

ini diduga dikarenakan senyawa yang terkandung pada sirip ekor hiu cenderung

bersifat polar sehingga larut dalam pelarut metanol. Kepolaran senyawa

golongan metabolit sekunder hampir dapat dilarutkan secara keseluruhan

menggunakan pelarut metanol. Metanol merupakan pelarut paling banyak

b

a c

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

36

digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena pelarut ini

bersifat universal, selain mampu mengekstrak komponen polar juga dapat

mengekstrak komponen nonpolar. Sifat polaritas bahan yang diekstraksi harus

sama dengan polaritas pelarut agar bahan dapat larut. Oleh karena itu, tiga jenis

pelarut yang digunakan yaitu pelarut polar, semi-polar dan non polar. N-heksan

yang bersifat non-polar dan kloroform yang bersifat semipolar mempunyai

keterbatasan dalam mengisolasi senyawa yang bersifat polar, berbeda dengan

metanol yang sifatnya dapat melarutkan berbagai senyawa polar maupun non

polar.

B. Skrining Senyawa Metabolit Sekunder

Uji warna digunakan untuk mengetahui jenis golongan senyawa metabolit

sekunder pada ekstrak kasar sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus yang

ditandai dengan adanya perubahan warna dari ekstrak setelah penambahan

reagen tertentu. Hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan kandungan

jenis golongan senyawa seperti alkaloid, flavanoid, saponin, steroid, dan polifenol

pada ekstrak dengan masing-masing pelarut. Hasil uji warna ekstrak yang aktif

dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil uji metabolit sekunder dengan menggunakan pelarut n-heksan

menunjukkan adanya kandungan jenis senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin.

Senyawa alkaloid yang umumnya bersifat non polar dan semi polar hanya terikat

oleh pelarut yang bersifat non polar. Hal ini menunjukkan pelarut n-heksan yang

cukup selektif dalam mengisolasi senyawa. Adanya senyawa alkaloid ditandai

dengan terbentuknya warna jingga pada ekstrak yang apabila dibiarkan

beberapa saat akan menghasilkan endapan berwarna oranye kecoklatan pada

dasar tabung (Lampiran 3.1). Selain itu, senyawa flavonoid dan saponin

teridentifikasi pada ekstrak dengan pelarut yang bersifat non polar dan polar.

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

37

Pada penelitian Fukai et al (1996) ditemukan metode yang tepat dalam

melakukan pemisahan antar senyawa flavonoid menggunakan senyawa yang

bersifat nonpolar. Oleh karena itu, diduga senyawa flavonoid pada ekstrak

dengan pelarut n-heksan dan metanol merupakan senyawa flavonoid dengan

fungsi yang berbeda. Seperti halnya senyawa polifenol dan flavonoid yang

merupakan senyawa fenolik, ekstrak tidak menunjukkan nilai positif setelah

penambahan reagen FeCl3 5% terhadap senyawa polifenol.

Tabel 2. Hasil uji metabolit sekunder ekstrak sirip ekor ikan hiu dengan uji warna

No. Pelarut Pereaksi Golongan Senyawa

Hasil Kesimpulan

1.

N-heksan

Wagner Alkaloid Terbentuknya endapan Jingga

Positif

2. Mg+HCl Pekat

Flavonoid Terbentuk warna Kuning

Positif

3. Air +KOH Saponin Terbentuk Busa Positif

4. Liebermann-Burchard

Steroid Tidak terbentuk perubahan warna

Negatif

5. FeCl3 5% Poliphenol Terbentuk warna Kuning kecoklatan

Negatif

6.

Kloroform

Wagner Alkaloid Tidak terbentuknya endapan

Negatif

7. Mg+HCl Pekat

Flavonoid Tidak terbentuk perubahan warna

Negatif

8. Air +KOH Saponin Terbentuk Busa Positif

9. Liebermann-Burchard

Steroid Tidak terbentuk perubahan warna

Negatif

10. FeCl3 5% Poliphenol Terbentuk warna Kuning kecoklatan

Negatif

11.

Metanol

Wagner Alkaloid Tidak terbentuknya endapan

Negatif

12. Mg+HCl Pekat

Flavonoid Terbentuk warna Kuning

Positif

13. Air +KOH Saponin Terbentuk Busa Positif

14. Liebermann-Burchard

Steroid Tidak terbentuk perubahan warna

Negatif

15. FeCl3 5% Poliphenol Terbentuk warna Kuning kecoklatan

Negatif

Senyawa saponin juga bersifat non polar yang ditunjukkan melalui adanya

busa stabil yang terbentuk setelah penambahan reagen. Hal ini bisa terjadi

karena senyawa saponin juga memiliki gugus hidrofobik yaitu aglikon (Octaviani,

2009). Di sisi lain, meskipun senyawa steroid banyak terdapat di alam sebagai

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

38

fraksi lipid dari hewan yang berfungsi sebagai pengatur aktivitas biologis (Ningsih

et al, 2016), namun jumlah rendemen yang rendah didapatkan dari ekstrak sirip

dengan pelarut yang bersifat non polar. Kemungkinan menumpuknya senyawa

ini pada saat pengujian sangat besar terutama keberadaan steroid pada fraksi

lipid sedangkan ekstrak yang digunakan pada saat pengujian berupa ekstrak

kasar.

Hasil uji metabolit sekunder dengan menggunakan pelarut kloroforom

hanya menunjukkan adanya senyawa saponin (Tabel 2). Ekstrak yang

menggunakan pelarut kloroform sebagai ekstrak kental banyak mengandung

golongan-golongan senyawa yang kompleks. Jenis pelarut ini mampu menarik

senyawa dalam 2 fase yakni non polar maupun polar sehingga kemungkinan

besar menumpuknya senyawa alkaloid atau flavonoid pada ekstrak kasar sirip

Carcharhinus melanopterus saat dilakukan pengujian. Hal ini sejalan dengan

pendapat Ningsih (2016), kemungkinan senyawa yang diidentifikasi menumpuk

dengan senyawa lain dalam jumlah yang lebih besar. Ekstrak sirip ekor ikan hiu

diduga mengandung senyawa saponin yang tinggi karena mampu terikat pada

tiga jenis pelarut yang berbeda yang ditandai dengan terbentuknya busa stabil

(Lampiran 3.2). Menurut Marliana et al (2005), timbulnya busa menunjukkan

adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang

terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya. Proses sintesa senyawa

glikosida merupakan proses detoksifikasi. Pada proses detoksifikasi ini,

memungkinkan senyawa yang bersifat racun terikat pada ekstrak kasar sirip

Carcharhinus melanopterus akan membentuk senyawa yang berpotensi merusak

sel sebagai antibakteri melalui reaksi hemolisis.

Hasil uji metabolit sekunder dengan menggunakan pelarut metanol

menunjukkan kandungan senyawa flavonoid, dan saponin (Tabel 2). Identifikasi

senyawa flavonoid yang menggunakan reagen serbuk Mg dan HCl pekat

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

39

menunjukkan nilai positif terhadap ekstrak dengan pelarut n-heksan

menunjukkan perubahan warna kuning pucat sedangkan ekstrak dengan pelarut

metanol menghasilkan warna kuning terang (Lampiran 3.3). Tidak

teridentifikasinya senyawa alkaloid yang dikatakan cenderung bersifat semipolar

(Harborne, 1984), kemungkinan telah terikat langsung oleh pelarut yang bersifat

non polar ketika proses maserasi awal. Uji steroid menunjukkan hasil negatif

terhadap ketiga ekstrak yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna

setelah pemberian pereaksi Lieberman Burchard (Lampiran 3.4). Sedangkan

hasil pengujian senyawa polifenol menggunakan pereaksi FeCl3 5% dikatakan

positif apabila terbentuk larutan warna Hijau kehitaman. Namun hasil reaksi

membentuk warna kuning kecoklatan yang menandakan hasil negatif pada ketiga

ekstrak sirip ekor Carcharhinus melanopterus (Lampiran 3.5). Senyawa steroid

dan polifenol yang tidak teridentifikasi pada pelarut n-heksan, kloroform hingga

metanol (pelarut universal) menunjukkan bahwa kedua senyawa tersebut

memang tidak dimiliki oleh sirip ekor Carcharhinus melanopterus.

Untuk tujuan praktis dalam ekstraksi sirip ekor ikan hiu, golongan senyawa

saponin dapat diekstrak dengan menggunakan salah satu dari ketiga pelarut

yang dicobakan (n-heksan, kloroform, dan metanol). Sedangkan golongan

senyawa flavonoid dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut n-heksan atau

metanol. Adapun senyawa alkaloid dapat diperoleh dengan menggunakan

pelarut n-heksan.

C. Aktivitas sebagai antibakteri Vibrio parahaemolyticus

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas daya hambat pertumbuhan bakteri

Vibrio parahaemolyticus terhadap ekstrak sirip ekor Carcharhinus melanopterus

dari pelarut jenis metanol, kloroform, dan n-heksan menggunakan metode difusi

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

40

agar, didapatkan nilai diameter zona bening yang terbentuk dari hasil uji aktivitas

sebagai antibakteri (Lampiran 4).

Ekstrak kloroform sirip ekor C. melanopterus memiliki zona bening dengan

rata-rata 1,06 mm. Pada ekstrak metanol terbentuk zona bening pada kelima

ulangan dengan dengan rata-rata 1,29 mm. Sedangkan pada ekstrak n-heksan

tidak terbentuk zona hambat terhadap bakteri uji. Hasil pengujian menunjukkan

nilai rata-rata daya hambat kontrol positif sebesar 4,68 mm, sedangkan nilai rata-

rata setiap ulangan pada ekstrak metanol dan kloroform sirip ekor Carcharhinus

melanopterus menunjukkan nilai zona bening yang mendekati nilai kontrol positif

(Ciprofloxacin) (Gambar 11). Menurut Oktavianus (2013), ekstrak yang

menghasilkan daya hambat berupa zona bening belum dapat dikatakan

berpotensi sebagai antibakteri. Untuk menentukan potensi ekstrak positif sebagai

antibakteri dilihat berdasarkan tolak ukur kontrol positifnya pada uji difusi.

Gambar 11. Daya hambat ekstrak sirip ekor Carcharhinus melanopterus menggunakan

pelarut metanol dan kloroform. (Huruf yang tertulis ganjil di atas menunjukkan perbedaan nyata pada α=5% dengan menggunakan analisis ragam One Way Anova)

Hasil analisis One-way Anova menunjukkan perbedaan nyata daya hambat

bakteri Vibrio parahaemolyticus yang dihasilkan oleh ekstrak sirip ekor

Carcharhinus melanopterus dengan nilai P<0,05 (Lampiran 5). Nilai ini

0 1.06 1.29 4.68 0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

N-heksan Kloroform Metanol Ciprofloxacin

Zon

a B

en

iing

b

b a

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

41

menjelaskan bahwa terdapat pengaruh pemberian perlakuan yang berbeda

antara ekstrak dengan pelarut kloroform dan metanol terhadap bakteri uji.

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa zona bening

yang terbentuk dari ekstrak dengan pelarut kloroform terhadap ekstrak dengan

metanol menunjukkan perbedaan nyata dalam aktivitasnya menghambat bakteri

Vibrio parahaemolyticus. Ekstrak dengan pelarut kloroform menunjukkan

perbedaan nyata dengan ciprofloxacin (kontrol positif), sedangkan ekstrak yang

menggunakan pelarut jenis metanol tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

terhadap kontrol positif dalam aktivitas menghambat bakteri uji (Gambar 11).

Rata-rata zona bening yang dihasilkan oleh ekstrak metanol lebih tinggi

dibandingkan dengan ekstrak kloroform. Besarnya nilai rendemen yang

terkandung dalam ekstrak metanol menyebabkan menumpuknya senyawa aktif

yang berpotensi menghambat bakteri. Keaktifan senyawa pada ekstrak metanol

pada 5 kali ulangan terhadap nilai kontrol positif yang tidak berbeda nyata

(p>0,05) menunjukkan adanya aktivitas daya hambat terhadap pertumbuhan

bakteri Vibrio parahaemolyticus. Berbeda dengan ekstrak kloroform yang

menunjukkan adanya aktivitas sebagai penghambat pertumbuhan bakteri Vibrio

parahaemolyticus yang juga masuk dalam kategori „”lemah” pada ulangan

tertentu.

Aktivitas daya hambat yang dihasilkan diindikasikan dengan nampaknya

zona bening pada sekitar paper disc ekstrak dengan pelarut kloroform pada

konsentrasi 2mg/50μl. Setelah 24 jam pengamatan, dilakukan pengamatan zona

bening yang terbentuk (Gambar 12). Berdasarkan kriteria kekuatan zona hambat

bakteri, nilai zona bening yang didapatkan ekstrak dengan pelarut kloroform

masuk dalam kategori lemah yakni rata-rata 1,06 mm (Lampiran 6).

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

42

Gambar 12. Uji daya hambat ekstrak kloroform terhadap Vibrio

parahaemolyticus. a) Kontrol negatif ektsrak kloroform, b) Kontrol positif ekstrak kloroform sirip ekor ikan hiu

Berdasarkan hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder ekstrak

Carcharhinus melanopterus yang diperoleh, jenis pelarut kloroform hanya

teridentifikasi senyawa saponin. Aktivitas antibakterinya diduga diakibatkan oleh

kandungan senyawa tersebut. Saponin dapat menjadi antibakteri karena zat aktif

permukaannya mirip detergen, akibatnya saponin akan menurunkan tegangan

permukaan dan merusak permeabilitas dinding sel bakteri. Menurut Madduluri et

al. (2013), mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu kerusakan

membran sel yang menyebabkan keluarnya protein dan enzim dari dalam sel.

Membran sel yang rusak dapat mengganggu kelangsungan hidup bakteri karena

saponin bekerja secara difusi melalui membran luar dan dinding sel tersebut

bahkan mengikat membran sitoplasma. Pengikatan sitoplasma yang keluar dari

sel tersebut menyebabkan kematian sel. Agen antimikroba yang mengganggu

membran sitoplasma bersifat bakterisida. Senyawa-senyawa bioaktif yang

menghambat proses sintesis protein, lisis pada dinding sel, pengubahan

permeabilitas membran sitoplasma, denaturasi protein sel, dan penghambatan

kerja enzim intraseluler menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri hingga

kematian.

a

b

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

43

Ekstrak sirip ekor Carcharinhus melanopterus dengan pelarut metanol

menunjukkan adanya daya hambat pertumbuhan bakteri Vibrio parahaemolyticus

(Gambar 13). Ekstrak dengan pelarut metanol menghasilkan nilai rata-rata zona

bening yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak kloroform yakni 1,29 mm

(Lampiran 6).

Gambar 13. Uji daya hambat ekstrak metanol terhadap Vibrio parahaemolyticus.

a) Kontrol negatif ektsrak metanol, b) Kontrol positif ekstrak metanol

sirip ekor ikan hiu

Perbedaan komposisi dan konsentrasi senyawa metabolit sekunder diduga

menjadi penyebab rendahnya zona bening yang terbentuk sebagai parameter

pengujian sebagai antibakteri. Nilai rendemen ekstrak yang diperoleh dari jenis

pelarut metanol menghasilkan ekstrak dalam jumlah yang lebih besar sehingga

konsentrasi senyawa-senyawa metabolit sekunder yang diisolasi diduga memiliki

kandungan senyawa lebih besar dibandingkan dengan kloroform maupun n-

heksan. Kemungkinan dalam proses merusak dinding sel bakteri uji Vibrio

parahaemolyticus senyawa-senyawa pada ekstrak dengan pelarut metanol lebih

efektif sehingga menghasilkan daya hambat yang lebih stabil.

Di beberapa penelitian dijelaskan bahwa adanya sinergitas antara flavonoid

alami dan senyawa antibakteri lain dalam melawan bakteri yang cukup resisten.

Hamilton-Miller dan Shah (2000) telah menguji aktivitas epicatechin gallate

(flavonoid) dan methicilin pada daun teh hijau terhadap bakteri Staphylococcus

a

b

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

44

aureus. Selain itu, Wang et al (1992) telah melakukan modifikasi struktur

senyawa flavonoid alami seperti dimethoxyflavone dengan beberapa logam

transisi dalam meningkatkan proses aktivitas sebagai antibakteri. Kandungan

senyawa flavonoid pada ekstrak dengan pelarut metanol diduga mampu

bersinergi dengan senyawa lain seperti saponin dalam menghambat

pertumbuhan bakteri uji Vibrio parahaemolyticus. Menurut Bobbarala (2012)

dalam Mercy et al (2013), mekanisme senyawa flavonoid sebagai antibakteri

adalah membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut

sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya

senyawa intraseluler. Selain berperan dalam inhibisi pada sintesis DNA – RNA

dengan interkalasi atau ikatan hidrogen dengan penumpukan basa asam nukleat,

flavonoid juga berperan dalam menghambat metabolisme energi. Senyawa ini

akan mengganggu metabolisme energi dengan cara yang mirip dengan

menghambat sistem respirasi, karena dibutuhkan energi yang cukup untuk

penyerapan aktif berbagai metabolit dan untuk biosintesis makromolekul

(Cushnie and Lamb, 2005).

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Golongan senyawa metabolit sekunder dari sirip ekor hiu Carcharhinus

melanopterus dengan pelarut n-heksan mengandung senyawa alkaloid,

flavonoid, dan saponin. Golongan senyawa pada ekstrak dengan pelarut

kloroform hanya positif mengandung senyawa saponin. Golongan senyawa yang

terkandung pada ekstrak yang menggunakan pelarut metanol adalah senyawa

flavonoid dan saponin.

Ekstrak sirip ekor Carcharhinus melanopterus dengan jenis pelarut metanol

dan kloroform menunjukkan adanya aktivitas dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Vibrio parahaemolyticus dibandingkan ekstrak menggunakan pelarut n-

heksan. Zona hambat yang terbentuk membuktikan ekstrak dengan pelarut

metanol lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap ekstrak dengan pelarut

kloroform. Nilai rata-rata zona hambat yang didapatkan termasuk dalam kategori

lemah dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji.

B. Saran

Ekstrak yang menggunakan pelarut jenis metanol dan kloroform memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Vibrio parahaemolyticus, sehingga disarankan pada

penelitian lanjut dengan analisis sebagai antibakteri dapat menggunakan pelarut

polar dan semi polar terhadap uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen

lain. Untuk dapat mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam ekstrak

secara spesifik sebaiknya dapat dilakukan uji lanjut dengan menggunakan

perangkat HPLC, LC-MS, atau GC-MS.

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

46

DAFTAR PUSTAKA

Austin, B. 1989. Methods for The Microbilogical Examination Of

Fish and Shellfish. Department of Biological Sciences. Chishester

Publisher. New York.

Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Karnunika, Jakarta.

Alapide-Tendencia EV, and L.A., Dureza. 1997. Isolation of Vibrio spp. from

Penaeus monodon (Fabricius) with red disease syndrome. Aquaculture

(154):07-l 14.

Amsterdam, D. 1992. Susceptibility Encyclopedia of Microbiology. Academic Press Inc., San Diego.

Barbieri, E., L. Falzano, C. Fiorentini, A.A. Pianetti, W. Baffone, A. Fabbri, P.

Matarrese, A. Casiere, M. Katouli, I. Kühn, R. Möllby, F. Bruscolini, and G. Donell. 1999. Occurrence, diversity, and pathogenicity of halofilic Vibrio Spp. and Non-O1 Vibrio Cholerae from estuarine waters along The Italian Adriatic Coast. Applied and Environmental Microbiology. (65): 2748– 2753.

Blaber, S.J.M. D.T., Brewer,D.A. Milton,G.S., Merta,D., Efizon, G., Fry, and

V.D.T., Velde. 1990. The Book Biogeography of Mugilidaein India South East. Apple Academic Press Inc. USA.

Bobbarala, V. 2012. Antimicrobial Agents. Intech, Croatia. Bonang, G., M., Lintong, dan Santoso, U.S. 1974.The isolation and susceptibility

to various antimicrobial agents of Vibrio parahaemolyticus from acute gastroenteritis cases and from sea food in Jakarta. In T. Fugino, R. Sakaguchi, and V. Takeda (ed.), Simposium Internasional Vibrio parahaemolyticus. Publikasi Saikon Co. Tokyo.

Bonham, K. 1960. Carapus homei (Richardson) In a sea cucumber from The

Marshall Islands. Copeia. (3) : 255 - 257. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Padang. 2017. Sirip hiu dan

manfaatnya.…http://bpsplpadang.kkp.go.id/sirip-hiu--manfaat-dan-bahayanya. Diakses pada tanggal 30 Januari 2018.

Carson, J.W., F.J. Keefe, T.R. Lynch, K.M. Carson, and V. Goli. 2005. Loving-

kindness meditation for chronic low back pain: Result from a pilot trial. Journal of Holistic Nursing. (3):287-304

Chen, S.Y., W.N., Jane, Y.S. Chen, and H.C. Wong. 2009. Morphological

changes of Vibrio parahaemolyticus under cold and starvation stresses. International Journal of Food Microbiology. (129): 157-165.

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

47

Clarke, S.C., U.K. McAllister, E.J. Milner-Gulland, G.P. Kirkwood, C.G.J.

Michielsens, D.J. Agnew, E.K. Pikitch, H. Nakano, S. Mahmood, dan

Shivji. 2006. Global estimates of shark catches using trade records from

commercial markets. Ecology Letters. (9): 1115–1126.

Compagno, L.J.V.1984. Sharks of the world. An annotated and illustrated catalogue of shark species known to Date. Part 2 - Carcharhiniformes. FAO Fish. Synop. FAO Species Catalogue. Vol.4.125(4/2):251-655.

Cushnie, T.P., and A.J., Lamb. 2005. Antimicrobial Activity of Flavonoids.

International Journal of Antimicrobial Agents. (2):181 Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Terjemahan Suminar Achmadi.

Erlangga. Jakarta.

Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan

Alam. Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Bidang

Kimia Organik Bahan Alam Hayati. FMIPA. Universitas Andalas,

Padang.

Datu, S.S. 2017. Skrining Antibakteri Ekstrak Sargassum Sp. terhadap Bakteri

Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio harveyi. Skripsi. Departemen Ilmu

Kelautan, FIKP. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Davis and Stout. 1971. Disc plate method of microbiological antibiotic assay. Journal of Microbiology. Vol 22(4): 659–665.

Dewanti-Hariyadi, R., Suliantari, L. Nuraida,S. Fardiaz. 2002. Determination

of Contamination Profiles of Human Bacterial Pathogens in Shrimp

Obtained from Java, Indonesia. Determination of Human Pathogen

Profiles in Food by Quality Assured Microbial Assays. Proceedings of a

Final Research Coordination Meeting held in Mexico City. Mexico. IAEA-

Tecdoc: 14-31.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan

obat. Direktorat jendral pengawasan obat dan makanan. Direktorat

Pengawasan Obat Tradisional (17): 31-32.

Ditjen POM. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Cetakan Pertama Depkes RI. Jakarta.

Doughari, J. 2007.Antimicrobial activity of Tamarindus indica Linn. Tropical

Journal of Pharmaceutical Research. 5(2): 597-603. Goarant C, F. Merien,F. Berthe, I. Mermoud, P. Perolat. 1999. Arbitrarily primed

PCR to type Vibrio spp. pathogenic for Shrimp. Applied Environmental Microbiologi (65):1145–1151.

Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Liberty,

Yogyakarta.

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

48

Halimah, N. 2010. Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Tanaman Antinganting (acalypha indica linn) terhadap Larva Udang Artemia salina leach. Laporan tidak diterbitkan. Kimia UIN Malang. Malang.

Hamilton-Miller J.M.T., Shah S. 2000. Activity of the tea component epicatechin

gallate and analogues against methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrob Chemother. (46): 852–853.

Handayani, S. 2013. Kandungan Flavonoid Kulit Batang dan Daun Pohon Api-Api

(Avicennia marina (ForksVierh.) sebagai Senyawa Aktif Antioksidan. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Handayani, J.P., M.S. Coyne, C. Barton and S. Workman. 2008. Soil carbon

pools and aggregation following land restoration: Bernheim Forest, Kentucky. Journal of Environmental Monitoring and Restoration (4): 11-28.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K. ITB. Bandung. Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro, Edisi II. ITB. Bandung.

Harborne, A. 1998. Phytochemical Methods A Guide To Modern Techniques of

Plant Analysis. Springer Science & Business Media. UK. Hernández, C.G.L., E. Cifuentes, and S.J. Rothenberg. 2006. Environmental

factors associated with the presence of Vibrio parahaemolyticus in sea products and the risk of food poisoning in communities bordering the Gulf of Mexico. Journal of Environmental Health Research (5,2): 1-6

Heupel, M. 2009. Carcharhinus melanopterus.The IUCN Red List of threatened

species.www.iucnredlist.org. Diakses pada tanggal 22 September 2017. Houghton,P.J., dan A.Raman. 1998.Laboratory Handbook for the Fractionation of

Natural Extract. Chapman & Hall. London. Huyyirnah dan E.N. Zainuddin. 2015. Pengembangan kinerja metode uji difusi

agar dengan teknik Flying Paper Disc (FPD). Integrated Lab Journal 3 (02): 223–228.

Iffah, A.A.D. 2016. Monitoring Pemanfaatan Sirip Hiu Serta Pemantauan

Produksi dan Retribusi Di PPI Paotere Kota Makassar. Laporan Praktek Kerja Lapang. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar

Jalil, A.M.M., and A. Ismail. 2008. Polyphenols in cocoa and cocoa product: Is

there a link between antioxidant properties and health? Molecules 13.

(13): 2190-2219.

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

49

Jayanti. 2008. Kandungan Steroid dan Taurin dari Beberapa Spesies Ikan Laut dalam di Perairan Barat Sumatera dan Selatan Jawa. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jawetz, E., Melnick, J., & Adelberg, E. (2005). Mikrobiologi Kedokteran,

diterjemahkan oleh Mudihardi.E., Kuntaman, Wasito, EB, Mertaniasih, NM, Harsono, S., Alimsardjono, L. Edisi XXII. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Kementrian Kelautan dan Perikanan.2013. Pedoman Pengenalan Sirip Hiu

Appendiks II CITES. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan.

Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan dari Basic Concept of Analytical Chemistry. Saptorahardjo. UI Press. Jakarta.

Kumala, S., R.M. Tambunan, dan D. Mochtar. 2006. Uji aktivitas anti-bakteri

ekstrak etil asetat kembang pukul empat (Mirabilis jalapa l.) dengan metode Bioautografi (2): 97-102.

Kuang, H.K. 1999. Non-food Use of Sharks. Appendix III in Shark Utilization and

Trade. FAO Fisheries Technical Paper (389): 285–294

Lay, W. Bibiana W, dan S. Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta.

Lane, W.I., and L. Comac. 1992. Sharks don‟t get cancer. Avery Publication

(186).

Lenny, S.2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding

Merah (Gruptophyllum pictum.L. Griff). USU Respitory. Medan.

Madduluri, S., Rao, K. Babu, and B. Sitaram. 2013. In vitro evaluation of antibacterial activity of five indegenous plants extract against five bacterial pathogens of human. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. (4): 679-684

Maria, F.S. 2008. Vibrio parahaemolitycus penyebab gastroenteritis.

http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/maria-fransiska_silaonang 0781141342.pdf. diakses pada tanggal 16 Januari 2017.

Marliana, S., Suryanti, dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis

Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Marlina, 2004. Karakteristik Molekuler Bakteri Vibrio parahaemolitycus dari Sampel Air Laut dan Uji Resistensi Antibiotiknya. Fakultas MIPA, Universitas Andalas, Padang.

Marlina, S. Radu, C.Y. Kqueen, S. Napis, Z. Zakaria, S.A. Mutalib, dan M. Nishibuchi. 2007. Detection of TDH and TRH genes in vibrio parahaemolyticus isolated from corbicula moltkiana prime in west

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

50

Sumatera, Indonesia. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health 38 (2): 349-355.

Mercy, N. J. Abidjulua, dan S.V. Kamua . 2013. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In vitro. Jurnal Unsrat. Manado.

Musick, J.A. and R. Bonfil. 2005. Management techniques for elasmobranch

fisheries. FAO Fisheries Technical (474). Nimah, S., Ma'ruf, W. F., & Trianto, A. (2012). Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang

Pasir (Holothuria scabra) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan (1): 9-17.

Ningsih, D.R., Zusfahair, dan D. Kartika. 2016. Identifikasi Senyawa Metabolit

Sekunder serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai Antibakteri. Jurnal Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Indonesia

Nio, O.K. 1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada bahan makanan

nabati. http:/www.kable.co.id/files/cdk/files/58 10 zat zat toksikalamiah .pdf/58_10_zat-zattoksikalamiah.html. Diakses tanggal 13 september 2012.

Nurhidayah, S. (2009). Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Pisang Raja

(Musa AAB 'Pisang Raja') dengan Vitamin A, Vitamin C dan Katekin melalui Perhitungan Bilangan Peroksida. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Nurullah, Y.M. 2015. Identifikasi Golongan Polifenol dan Tanin (Ekstrak

Psidiumguajava). Laporan Praktikum Fitokimia. Program Studi Farmasi. Universitas Malang Muhammadiyah, Malang.

Oktavianus S., 2013. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove Jenis

Avicennia marina terhadap bakteri Vibrio parahaemolyticus. Skripsi. Departeme Ilmu Kelautan, FIKP. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pelczar, M. J., dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. UI Press.

Jakarta. Priyatmoko, W. 2008. Aktivitas Antibakteri Karang Lunak Hasil Transplantasi

(Sinularia Sp.) Pada Dua Kedalaman Berbeda Di Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rante, H., B. Taebe, dan S. Intan. 2013. Isolasi Fungi Endofit Penghasil

Senyawa Antimikroba dari Daun Cabai Katokkon (Capsicum Annuum L Var. Chinensis). Jurnal Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol.17(2).

Rao, M.N., A.E. Shinnar, A. Lincoln, Noecker, L. Tessa, Chao, B. Feibush, B.

Snyder, I. Sharkansky, A. Sarkahian, X. Zhang, S.R. Jones, W.A.

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

51

Kinney, dan M. Zasloff. 2000. Aminosterols from the dogfish shark,

Squalus acanthias. Journal of Natural Product Vol.63 (5): 631–635.

Sani, R.N., F.C. Nisa, R.D. Andriani, dan J.M. Maligan. 2014. Analisis rendemen dan skrining fitokimia ekstrak etanol mikroalga laut Tetraselmis Chuii. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2(2):121-126.

Sadili, D. 2013. Upaya meningkatkan konservasi ikan hiu perlu aturannya yang

memadai...http://www.didisadili.com/2013/12/upaya-meningkatkan-konservasi-ikan-hiu.html.Diakses pada tanggal 5 Juni 2017.

Saifudin, A., 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori, Konsep, Dan

Teknik Pemurnian. Deepublish. Yogyakarta. Sacks F.M., A. Lichtenstein, L. VanHorn, W. Harris, P. Kris-Etherton, and M.

Winston. 2006. Soy protein, isoflavones, and cardiovascular health: an american heart association science advisory for professionals from the nutrition committee. Circulation 113(7):1034-1044.

Setyaningsih, D., Apriyantono A., Sari M.P. 2010. Analisis Sensori untuk industri

Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor. Sirait, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Penerbit ITB. Bandung. Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi ke-5.

PT Kalman Media Pustaka. Jakarta. Syamsir, A. 2011. Kasus Vibrio parahaemolyticus di dalam sea food. Penerbit

IPB. Bogor. Thompson, E. B. 1985. Drug Bioscreening. Graceway Publishing Company.New

York, America. Tjaniadi, P. Lesmana, M. Subekti, D. Machpud, N. Komalarini, S. Santoso, W.

Simanjuntak, C.H. Punjabi, N. Campbell, J.R. Alexander, W.K. Beecham, H.J. Corwin,and B.A. Oyofo. 2003. Antimicrobial resistance of bacterial pathogens associated with diarrheal patient in Indonesia. America Journal of Tropical Medicine and Hygiene 68 (6): 666–670.

Tiwari, P., B. Kumar, M. Kaur, G. Kaur, dan H. Kaur. 2011. Phytochemical

screening and extraction: a review. Internationale Pharmaceutica Sciencia Vol 1 Issue 1.

Undjung, D. 2005. Produksi skualen murni secara sinambung menggunakan

kromatografi kolom. Journal of Chemistry 5 (3): 251 – 254. Visweswari.G, R. Christopher, W. Rajendra. 2013. Phytochemical screening of

active secondary metabolites present in withania somnifera root: role in traditional medicine. Ijpsr Publish (7).2770-76.

Wang S.X., F.J. Zhang, Q.P. Feng, Y.L. Li. 1992. Synthesis, characterization,

and antibacterial activity of transition metal complexes with 5- hydroxy-7,4 -dimethoxyflavone. Journal of Inorganic Biochemistry 46: 251-257.

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

52

Yennie,Y. 2011. Isolasi dan Identifikasi Vibrio parahaemolyticus Patogenik pada Udang Tambak. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zhang, Y., J. Mu, Y. Feng, K. Markus, F. Essmann, B. Hai-yan, and S. Grond.

2017. A New Acetylenic compound and other bioactive metabolites from a shark gill-derived Penicillium Strain. ACG Publication.

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

53

LAMPIRAN

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

54

Lampiran 1. Uji aktivitas ekstrak sebagai antibakteri Vibrio parahaemolyticus

Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Standar McFarland

Menimbang ekstrak

Membuat konsentrasi ekstrak 2mg/50μl

Penambahan ekstrak pada papper disk

Pembuatan medium dan penambahan

suspensi bakteri uji

Persiapan ekstrak sebelum pengujian

Pengujian ekstrak sebagai antibakteri

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

55

Lampiran 2. Data Pengukuran Ikan

No. PT PB BT

1 123.9 108.2 3

2 118.1 104 3

3 140.5 124.3 3.3

4 138 123.5 3.3

5 118.7 105.8 3

6 136.6 122.2 3.2

7 122.9 108.4 3

8 124.5 109.5 3

9 117.9 105.8 3

10 136.1 122.4 3.2

11 124.8 110.5 3

Rata-rata 127.45 113.14 3.09

Standar Deviasi

8.62767 8.11226 0.13003

Ket.:

PT : Panjang Total PB : Panjang Baku BT : Berat Tubuh

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

56

Lampiran 3. Hasil pengujian senyawa metabolit sekunder dengan uji warna 1. Uji alkaloid pada ekstrak sirip ekor ikan Carcharhinus melanopterus.

Ket.: a) ekstrak n-heksan, b) ekstrak kloroform, dan c) ekstrak metanol.

2.Uji saponin pada ekstrak sirip ekor ikan Carcharhinus melanopterus

Ket.: a) ekstrak n-heksan, b) ekstrak kloroform, dan c) ekstrak metanol.

a b c

a b c

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

57

3.Uji flavonoid pada ekstrak sirip ekor ikan Carcharhinus melanopterus

Ket.: a) ekstrak n-heksan, b) ekstrak kloroform, dan c) ekstrak metanol.

4. Uji steroid pada ekstrak sirip ekor ikan Carcharhinus melanopterus

Ket.: a) ekstrak n-heksan, b) ekstrak kloroform, dan c) ekstrak metanol.

a b c

a b c

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

58

5. Uji poliphenol pada ekstrak sirip ekor ikan Carcharhinus melanopterus

Ket.: a) ekstrak n-heksan, b) ekstrak kloroform, dan c) ekstrak metanol.

a b c

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

59

Lampiran 4. Diameter hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak sirip ekor ikan hiu jenis Carcharhinus melanopterus terhadap Vibrio parahaemolyticus

Ulangan Zona Hambat (mm)

Metanol Kloroform N-heksan Ciprofloxacin

1 1,28 0,00 0,00 5,00

2 1,68 2,50 0,00 4,80

3 1,02 0,00 0,00 4,60

4 1,26 2,80 0,00 4,60

5 1,24 0,00 0,00 4,40

Rata-rata 1,29 1,06 0,00 4,68

Ket. Ukuran paper disk = 6,00mm

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

60

Lampiran 5. Analisis Data Zona Bening 1. Uji Analisis varian One Way Anova

ANOVA

log_x_1

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 1.249 2 .625 6.432 .013

Within Groups 1.165 12 .097

Total 2.415 14

2. Hasil analisis uji lanjut Duncan daya hambat ekstrak metanol, kloroform, dan

n-heksan sirip ekor Carcharhinus melanopterus.

log_x_1

Ekstrak N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Duncana "Kloroform" 5 .3940

"Metanol" 5 .9200

Ciprofoxacin 5 1.0660

Sig. 1.000 .473

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 27085... SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER SIRIP ...ii ABSTRAK ANDI ANNISAR DZATI IFFAH. L111 14 305. “Skrining

61

Lampiran 6..Hasil pengujian aktivitas ekstrak sirip ekor Carcharhinus melanopterus sebagai antibakteri

Ulangan 1 Ulangan 2

Ulangan 3 Ulangan 4

Ulangan 5 Medium kontrol