36
18 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI INDONESIA A. Sejarah Asuransi di Indonesia Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan kepada sesuatu yang tidak pasti, yang mungkin menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan keamanan atas harta benda mereka, mengharapkan kesehatan dan kesejahteraan tidak kurang sesuatu apa pun, namun manusia hanya dapat berusaha, tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa yang menentukan segalanya. Oleh karena itu, setiap insan tanpa kecuali di alam fana ini selalu menghadapi berbagai resiko yang merupakan sifat hakiki manusia yang menunjukkan ketidakberdayaannya dibandingkan Sang Maha Pencipta. Kemungkinan menderita kerugian yang dimaksud sebagai resiko. 10 Sejarah mencatat bahwa masuknya kegiatan asuransi di Indonesia mengikuti keberhasilan bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya yaitu Indonesia. Pada awalnya, kegiatan asuransi memiliki tujuan yang terbatas yaitu untuk melindungi kepentingan Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya yang melakukan kegiatan perdagangan dan perkebunan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan terhadap keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi. 10 Man S. Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni, Cetakan ke- 1, Bandung, 1997, hlm 1-2. Universitas Sumatera Utara

repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

18

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI INDONESIA

A. Sejarah Asuransi di Indonesia

Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Seperti

telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia

selalu dihadapkan kepada sesuatu yang tidak pasti, yang mungkin

menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

keamanan atas harta benda mereka, mengharapkan kesehatan dan kesejahteraan

tidak kurang sesuatu apa pun, namun manusia hanya dapat berusaha, tetapi Tuhan

Yang Maha Kuasa yang menentukan segalanya. Oleh karena itu, setiap insan

tanpa kecuali di alam fana ini selalu menghadapi berbagai resiko yang merupakan

sifat hakiki manusia yang menunjukkan ketidakberdayaannya dibandingkan Sang

Maha Pencipta. Kemungkinan menderita kerugian yang dimaksud sebagai

resiko.10

Sejarah mencatat bahwa masuknya kegiatan asuransi di Indonesia

mengikuti keberhasilan bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan

perdagangan di negeri jajahannya yaitu Indonesia. Pada awalnya, kegiatan

asuransi memiliki tujuan yang terbatas yaitu untuk melindungi kepentingan

Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya yang melakukan kegiatan

perdagangan dan perkebunan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan

terhadap keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi.

10 Man S. Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni,

Cetakan ke- 1, Bandung, 1997, hlm 1-2.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

19

Perkembangan kegiatan asuransi di Indonesia terbagi dalam 3 (tiga) kurun

waktu yaitu masa penjajahan, masa setelah Perang Dunia II, dan masa setelah

kemerdekaan. Pada masa penjajahan Belanda, dengan sistem monopoli yang

diterapkan mengakibatkan perkembangan kegiatan asuransi terbatas pada kegiatan

dagang dan kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya.

Manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih oleh

masyarakat pribumi. Jenis asuransi yang paling berkembang pada waktu itu masih

sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan

pengangkutan.

Pada masa penjajahan Jepang, kegiatan asuransi sama sekali tidak

mengalami perkembangan. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan

perasuransian di Indonesia praktis terhenti, terutama karena ditutupnya

perusahaan-perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris. Setelah Perang Dunia

II berakhir, perusahaan-perusahaan asuransi Belanda dan Inggris kembali

beroperasi di Indonesia dengan mendirikan suatu badan usaha asuransi kolektif

yang bernama Bataviasche Verzekerings Unie (BVU). Setelah kemerdekaan RI,

pemerintah melakukan nasionalisasi atas sejumlah asuransi termasuk Assurantie

Maatshappij De Nederlandern, sebuah perusahaan asuransi umum milik kolonial

Belanda dan Bloom Vander milik Inggris yang diubah menjadi PT. Umum

Internasional Underwriters (UIU) dan PT. Asuransi Bendasraya.

Kedua perusahaan hasil tindak lanjut nasionalisasi ini bertujuan untuk

memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat dan memperkokoh

keamanan serta perekonomian negara. Adapun kebijakan nasionalisasi tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

20

dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 86 tahun 1958 tentang

Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda yang berada di dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui Keputusan Menteri

Keuangan No.764/MK/IV/12/1972 tertanggal 9 Desember 1972, pemerintah

Indonesia memutuskan untuk melakukan merger antara PT. Asuransi Bendasraya

dan PT. Umum Internasional Underwriters (UIU) menjadi PT Asuransi Jasa

Indonesia sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di

bidang usaha Asuransi Umum.11

Peristiwa penting lainnya yang terjadi dalam sejarah asuransi di Indonesia

pada masa setelah kemerdekaan antara lain adalah diselenggarakannya Kongres

Asuransi Nasional Seluruh Indonesia (KANSI) yang pertama pada tanggal 25-30

Kemudian pada tahun 1953, berdirilah suatu perusahaan reasuransi

profesional swasta bernama Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein) yang

disusul dengan berdirinya PT. Reasuransi Umum Indonesia (IndoRe) sebagai

perusahaan reasuransi milik pemerintah. Pada awal pemerintahan Orde Baru,

pemerintah Indonesia memberikan izin pengoperasian kembali kepada

perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia ketika

terjadinya aksi pembebasan Irian Barat (sekarang Papua) serta konfrontasi

terhadap Malaysia. Akan tetapi, hal ini hanya terbatas pada 12 perusahaan asing

dalam bidang asuransi umum, sedangkan perusahaan asuransi jiwa tetap dilarang

beroperasi di Indonesia.

11Jasindo, Riwayat Singkat. (online). Tersedia di http://jasindo.co.id/content/company-

profile/riwayat. (diakses pada tanggal 18 Nopember 2014, pukul 16.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

21

Nopember 1956 di Bogor. Kongres tersebut bertujuan untuk menyumbangkan

pendapat yang bermanfaat bagi perekonomian nasional, mengatasi sistem

perekonomian peninggalan kolonial, realisasi konkrit dari pembatalan Perjanjian

Konferensi Meja Bundar (KMB) dan meningkatkan kesadaran berasuransi. Hasil

Kongres tersebut melahirkan kesepakatan untuk mendirikan Dewan Asuransi

Nasional (DAI) pada tanggal 01 Pebruari 1957.

Pada awalnya anggota DAI terbatas pada perusahaan-perusahaan nasional

saja. Dinamika politik nasional membuat kegiatan DAI dibekukan dengan

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1963 dan aktif kembali

pada 13 Juli 1967. Pada tahun 1971 DAI berubah menjadi organisasi tunggal bagi

semua perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia. Pada tahun 2002, DAI

berubah menjadi Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia (FAPI) yang

menaungi semua asosiasi usaha perasuransian di Indonesia menyusul pendirian

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia

(AAJI), Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI), Asosiasi Asuransi

Syariah Indonesia (AASI), dan bergabungnya Asosiasi Pialang Asuransi dan

Reasuransi Indonesia (ABAI) serta Asosiasi Adjuster Asuransi Indonesia (AAAI)

ke dalam FAPI. Di samping itu, ke-6 anggota tersebut, Asosiasi Ahli Manajemen

Asuransi Indonesia (AAMAI) dan Ikatan Eksekutif Asuransi Indonesia (ISEA)

diterima sebagai anggota kehormatan. Pada Juli 2010, disebabkan adanya kendala

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

22

dalam pengesahan Anggaran Dasar FAPI, nama FAPI diganti kembali menjadi

Dewan Asuransi Indonesia (DAI). 12

B. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi di Indonesia

Di Indonesia, asuransi sebagai sebuah bisnis pertama kali diatur dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Undang-

Undang ini menggantikan Ordonnantie op het Levensverzekering bedrijf

(Staatsblad Tahun 1941 Nomor 101). Pelaksanaan Undang-Undang Usaha

Perasuransian ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 yang

kemudian diubah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun

1999. Setelah itu, dilakukan perubahan kedua kalinya dengan diberlakukannya

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 dan terakhir pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2009 Tentang Perubahan

Ketiga Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992. Peraturan Pemerintah

tersebut diikuti oleh berbagai peraturan lain dibawahnya yang mengatur

pengelolaan, pembinaan, dan pengawasan bisnis asuransi di Indonesia.

Asuransi berasal dari kata verzekering (Belanda) yang berarti

pertanggungan atau asuransi. Istilah pertanggungan umum dipakai dalam literatur

hukum dan kurikulum perguruan tinggi ilmu hukum di Indonesia. Sedangkan

istilah asuransi yang berasal dari istilah assurantie (Belanda) atau insurance

(Inggris) banyak dipakai dalam praktik dunia bisnis. Bagi yang memakai istilah

Verzekering, maka perusahaan sebagai pihak penanggung disebut “verzekeraar”

12Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Cetakan ke2, Jakarta, 2013,

hlm 37.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

23

dan tertanggung disebut “verzekerde”. Sedangkan bagi yang menggunakan istilah

Insurance, maka pihak penanggung disebut “the insurer” dan pihak tertanggung

disebut “ the insured”.

Dari istilah-istilah tersebut lahirlah istilah hukum pertanggungan atau

hukum asuransi. Dalam bahasa Belanda disebut Verzekering Recht dan dalam

bahasa Inggris disebut Insurance Law. Pada praktiknya di masyarakat istilah

asuransi lebih populer dan lebih sering digunakan jika dibandingkan dengan

istilah pertanggungan. Dengan menyebutkan asuransi masyarakat dapat langsung

mengerti apa maksud dari istilah tersebut, sedangkan istilah pertanggungan masih

memerlukan penjelasan lebih lanjut agar masyarakat awam paham akan istilah

yang dimaksud.

Dalam membicarakan asuransi, maka terdapat beraneka ragam pendapat

para sarjana. Menurut Wirjono Prodjodikoro, asuransi berarti pertanggungan.

Dalam asuransi terlibat dua pihak, yang satu sanggup akan menanggung atau

menjamin, bahwa pihak lain akan mendapat penggantian dari suatu kerugian,

yang mungkin akan diderita selaku akibat dari suatu peristiwa, yang semula belum

tentu akan terjadinya atau semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya.13

Selanjutnya, D. Sutanto mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan

asuransi adalah peniadaan resiko kerugian yang datangnya tak terduga

sebelumnya yang menimpa seseorang dengan cara menggabungkan sejumlah

besar orang atau manusia yang menghadapi resiko yang sama dan mereka itu

13 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Indonesia, Intermasa, Jakarta, 1982, hlm. 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

24

membayar premi yang besarnya cukup untuk menutup kerugian yang mungkin

menimpa orang diantara mereka.14

Masih mengenai pengertian asuransi, Santoso Poejosubroto memberikan

definisi asuransi pada umumnya adalah perjanjian timbal balik dalam mana pihak

penanggung dengan mana menerima premi, mengikatkan dirinya untuk

memberikan pembayaran kepada pengambil asuransi atau orang yang di tunjuk,

karena terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti disebutkan dalam perjanjian

baik karena pengambil asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang

disebabkan oleh peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau validitet seorang

penanggung.

15

1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)

Pengertian asuransi beserta pengaturannya diatur dalam beberapa

peraturan yang merupakan dasar hukum pelaksanaan asuransi di Indonesia, antara

lain yaitu:

Pengaturan mengenai asuransi pada umumnya dalam KUHD terdapat di

dalam Buku I Bab 9 dan Bab 10, dan Buku II Bab 9 dan Bab 10 yang

pengaturannya sebagai berikut:16

14 D. Sutanto, Ikhtisar Tentang Pengertian dan Perkembangan Asuransi Jiwa, Yayasan

Darmasiswa Bumi Putera 1912, Jakarta, 1995, hlm. 1. 15 Santoso Poejosubroto, Beberapa Aspek Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di

Indonesia, Barata, Jakarta, 1969, hlm. 82. 16Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Cetakan ke-2, Medan, 2005, hlm 5.

Buku I Bab 9 : mengatur tentang Asuransi pada umumnya.

Buku I Bab 10 : mengatur asuransi terhadap bahaya kebakaran, terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

25

bahaya yang mengancam hasil pertanian di sawah dan

tentang asuransi jiwa.

Buku I Bab 10 ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu :

− Bagian pertama : mengatur asuransi terhadap bahaya kebakaran.

− Bagian kedua : mengatur asuransi terhadap bahaya-bahaya yang mengancam

hasil- hasil pertanian di sawah.

− Bagian ketiga : mengatur asuransi jiwa.

Buku II Bab 9 : mengatur asuransi terhadap bahaya-bahaya laut dan bahaya-

bahaya perbudakan.

Buku II Bab 9 ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu :

− Bagian pertama : mengatur tentang bentuk dan isi asuransi.

− Bagian kedua : mengatur tentang anggaran dari barang-barang yang

diasuransikan.

− Bagian ketiga : mengatur tentang awal dan akhir bahaya.

− Bagian keempat : mengatur tentang hak dan kewajiban-kewajiban penanggung

dan tertanggung.

− Bagian kelima : mengatur tentang abandonnemen.

− Bagian keenam : mengatur tentang kewajiban-kewajiban dan hak-hak makelar di

dalam asuransi laut.

Buku II Bab 10 : mengatur tentang asuransi terhadap bahaya-bahaya

pengangkutan di darat dan sungai-sungai serta perairan

pedalaman.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

26

Dalam Pasal 246 KUHD disebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan

adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri

kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan

penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu

peristiwa yang tidak pasti.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa asuransi merupakan suatu

perikatan timbal balik antara penanggung yang memberikan jaminan dan dengan

tertanggung yang memberikan imbalan pembayaran premi asuransi. Pengertian

dalam Pasal 246 KUHD tersebut hanya mengatur penggantian kerugian kepada

tertanggung dimana objeknya adalah harta kekayaan sehingga asuransi jiwa

tidaklah termasuk dalam rumusan Pasal 246 KUHD, karena jiwa manusia

bukanlah harta kekayaan. Pengaturan asuransi dalam KUHD meliputi hal-hal

berikut ini:

a. Asas-asas asuransi

b. Perjanjian asuransi

c. Unsur-unsur asuransi

d. Syarat-syarat asuransi

e. Jenis-jenis asuransi

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 memberikan pengertian asuransi

secara lengkap, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 angka 1 yang

menyatakan bahwa:

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

27

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua)

pihak atau lebih, dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang

yang dipertanggungkan.”

Rumusan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ternyata

lebih luas jika dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 KUHD karena tidak

hanya melingkupi asuransi kerugian, tetapi juga asuransi jiwa. Dengan demikian,

objek asuransi tidak hanya meliputi harta kekayaan, tetapi juga jiwa/raga manusia.

Untuk memahami lebih lanjut , berikut ini disajikan perbandingan antara rumusan

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dan Pasal 246 KUHD : 17

1. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi asuransi

kerugian dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh kalimat

“penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang

diharapkan. Asuransi jiwa dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”.

Bagian ini tidak ada dalam definisi Pasal 246 KUHD.

17 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan

ke-4, Bandung, 2006, hlm11-12.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

28

2. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 secara eksplisit

meliputi juga asuransi untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat

dalam bagian kalimat “ tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”.

Bagian ini tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 KUHD.

3. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi objek

asuransi berupa benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah

uang dan jiwa manusia. Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat

dalam definisi Pasal 246 KUHD.

4. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi evenemen

berupa peristiwa yang menimbulkan kerugian pada benda objek asuransi

dan peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang

tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 KUHD.

Pengaturan usaha perasuransian dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun

1992 terdiri dari 13 (tiga belas) bab dan 28 (dua puluh delapan) pasal dengan

rincian substansi sebagai berikut :18

a. Bidang usaha perasuransian meliputi kegiatan:

1) Usaha asuransi, dan

2) Usaha penunjang asuransi.

b. Jenis usaha perasuransian sebagai meliputi:

1) Usaha asuransi terdiri dari: asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan

reasuransi.

18 Ibid, hlm 18-19.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

29

2) Usaha penunjang asuransi terdiri dari: pialang asuransi, pialang

reasuransi, penilai kerugian asuransi, konsultan aktuaria, dan agen

asuransi.

c. Perusahaan Perasuransian meliputi:

1) Perusahaan Asuransi Kerugian.

2) Perusahaan Asuransi Jiwa.

3) Perusahaan Reasuransi.

4) Perusahaan Pialang Asuransi.

5) Perusahaan Pialang Reasuransi.

6) Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi.

7) Perusahaan Konsultan Aktuaria.

8) Perusahaan Agen Asuransi.

d. Bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari:

1) Perusahaan Perseroan (Persero).

2) Koperasi.

3) Perseroan Terbatas.

4) Usaha Bersama (mutual).

e. Kepemilikan Perusahaan Perasuransian oleh:

1) Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.

2) Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama

dengan perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing.

f. Perizinan usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

30

g. Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri

Keuangan mengenai:

1) Kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan

Asuransi Jiwa, dan Perusahaan Reasuransi.

2) Penyelenggaraan usaha perasuransian dan modal usaha.

h. Kepailitan dan likuidasi Perusahaan Asuransi melalui keputusan

Pengadilan Niaga.

i. Ketentuan sanksi pidana dan sanksi administratif meliputi:

1) Sanksi pidana karena kejahatan: menjalankan usaha perasuransian

tanpa izin, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan kekayaan

Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, menerima atau menadah atau

membeli kekayaan Perusahaan Asuransi hasil penggelapan, pemalsuan

dokumen Perusahaan Asuransi, Reasuransi.

2) Sanksi administratif berupa: ganti kerugian, denda administratif,

peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha

perusahaan.

3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Menurut KUHPerdata, perjanjian asuransi diklasifikasi sebagai

perjanjian untung-untungan, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1774 sebagai

berikut: Suatu perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya

mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak,

bergantung dari suatu kejadian yang belum tentu.

Demikian adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

31

Perjanjian pertanggungan;

Bunga cagak hidup;

Perjudian dan pertaruhan,

Perjanjian yang pertama diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Meskipun asuransi dan perjudian ditempatkan dalam pasal yang sama

sebagai perjanjian untung-untungan, namun antara kedua perbuatan itu terdapat

perbedaan yang prinsipil. Menurut Sri Rejeki Hartono, penggolongan perjanjian

asuransi secara umum oleh KUHPerdata sebagai salah satu bentuk perjanjian

sama sekali tidak tepat dan bertentangan dengan prinsip-prinsip perjanjian

asuransi. Alasannya yaitu karakteristik perjanjian untung-untungan adalah

berdasarkan kemungkinan yang sangat bersifat spekulatif dengan tujuan utama

hanya kepentingan keuangan, sementara perjanjian asuransi pada dasarnya

mempunyai tujuan yang lebih pasti, yaitu memperalihkan resiko yang sudah ada

yang berkaitan pada kemanfaatan ekonomi tertentu sehingga tetap berada dalam

posisi yang sama. 19

Dapat dikatakan bahwa asuransi yang pada dasarnya berisikan hak dan

kewajiban para pihak sebagai akibat dari perjanjian pengalihan dan penerimaan

resiko oleh para pihak, merupakan objek hukum perdata. Namun apabila tidak

ditentukan lain dalam KUHD sebagai suatu ketentuan yang bersifat khusus, maka

asuransi sebagai sebuah perjanjian harus tunduk kepada KUHPerdata.

19 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta,

2008, hlm 81.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

32

4. Peraturan Perundang-Undangan Lain

Di samping ketiga peraturan di atas, asuransi juga diatur dalam beberapa

perauran perundang-undangan lainnya, antara lain yaitu:

a) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan

Usaha Perasuransian

b) Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 1988 Tentang Usaha di Bidang

Asuransi Kerugian.

c) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1249 Tahun 1988 Tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Usaha di Bidang Asuransi

Kerugian.

d) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423 Tahun 2003 Tentang

Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.

e) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425 Tahun 2003 Tentang Perizinan

dan Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi.

f) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426 Tahun 2003 Tentang Perizinan

Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

C. Subjek dan Objek Asuransi

1. Subjek Asuransi

Untuk mengetahui subjek hukum asuransi atau pihak-pihak yang terlibat

dalam asuransi, maka perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari subjek

hukum itu sendiri sebab asuransi juga sama halnya dengan perjanjian lainnya

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

33

dimana salah satu sahnya perjanjian tersebut harus dibuat oleh pihak–pihak yang

memenuhi kriteria sebagai subjek hukum yaitu cakap hukum.

Subjek hukum itu sendiri adalah segala sesuatu pendukung hak dan

kewajiban yang terdiri dari manusia dan badan hukum. Jadi, setiap subjek hukum

mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan hukum, salah satunya

ialah mengadakan perjanjian. Pada dasarnya, manusia dikatakan sebagai subjek

hukum pada saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia. Bahkan

seorang anak yang masih berada dalam kandungan ibunya dapat dikatakan

sebagai subjek hukum bilamana kepentingannya mengkehendaki.20

Walaupun menurut hukum, setiap orang tiada terkecuali dapat memiliki

hak-hak, akan tetapi di dalam hukum tidaklah semua orang diperbolehkan

bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak-haknya itu. Ada beberapa golongan

orang yang oleh hukum telah dinyatakan “tidak cakap” atau “kurang cakap” untuk

bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum (mereka disebut

handelingsonbekwaam), tetapi mereka harus diwakili atau dibantu orang lain.

21

a. Orang yang masih di bawah umur (belum dewasa) atau belum mencapai

usia 21 tahun.

Mereka yang oleh hukum dinyatakan tidak cakap hukum atau tidak cakap

bertindak di dalam hukum yaitu:

b. Orang yang tidak sehat pikirannya, pemabuk dan pemboros yaitu mereka

yang berada di bawah pengampuan.

20 Lihat Pasal 2 KUHPerdata 21 C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,

Cetakan ke-12, Jakarta, 2002, hlm 118.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

34

Menurut Pasal 246 KUHD, salah satu unsur asuransi yang termuat dalam

definisi asuransi yaitu adanya subjek asuransi. Adapun pihak-pihak yang

berkedudukan sebagai subjek asuransi yang dimaksud dalam Pasal 246 KUHD

tersebut, antara lain yaitu:

a. Pihak Tertanggung

Pihak Tertanggung sebagai orang–orang yang berkepentingan

mengadakan perjanjian asuransi adalah sebagai pihak yang berkewajiban

untuk membayar premi kepada penanggung, sekaligus atau berangsur–

angsur, dengan tujuan akan mendapat penggantian atas kerugian yang

mungkin akan dideritanya akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu

akan terjadi.

b. Pihak Penanggung

Pihak Penanggung adalah pihak terhadapnya resiko tersebut dialihkan,

yang seharusnya dipikul sendiri oleh tertanggung karena menderita suatu

kerugian atas suatu peristiwa yang tidak tentu. Resiko ini hanya dialihkan

kepada penanggung bila adanya premi yang diberikan oleh tertanggung.

Jadi, dengan adanya premi ini, pihak penanggung mengikatkan dirinya

untu menanggung resiko yang seharusnya ditanggung oleh pihak

tertanggung.

Namun, dari defenisi asuransi yang diberikan oleh KUHD dan Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1992, terdapat perbedaan yaitu KUHD menyebutkan

bahwa asuransi hanyalah melibatkan 2 pihak saja yaitu penanggung (perusahaan

asuransi) dan juga pihak tertanggung (yang membayar premi asuransi).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

35

Sedangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 menyebutkan bahwa perjanjian

asuransi tidak hanya melibatkan 2 pihak saja (penanggung dan tertangung) tetapi

juga melibatkan pihak ketiga dalam hal pertanggungjawaban hukum.

Lebih lanjut dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1992 disebutkan bahwa usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan

hukum yang berbentuk:

a. Perusahaan Perseroan (Persero)

b. Koperasi

c. Perseroan Terbatas (PT)

d. Usaha Bersama (Mutual)

Dengan kata lain, bahwa penanggung harus berstatus badan hukum yang

berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero), Koperasi, Perseroan Terbatas (PT)

atau Usaha Bersama (Mutual). Sedangkan tertanggung dapat berstatus

perseorangan, persekutuan atau badan hukum, baik sebagai perusahaan maupun

bukan perusahaan. Tertanggung berstatus sebagai pemilik atau pihak yang

berkepentingan atas harta benda yang diasuransikan.

2. Objek Asuransi

Benda asuransi adalah benda yang menjadi objek perjanjian asuransi

(object of insurance). Benda asuransi adalah harta kekayaan yang mepunyai nilai

ekonomi, yang dapat dihargai dengan sejumlah uang. Benda asuransi selalu

berwujud, misalnya gedung pertokoan, rumah, kapal. Benda asuransi selalu

diancam bahaya atau peristwa yang terjadinya itu tidak pasti. Ancaman bahaya itu

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

36

mungkin terjadi yang mengakibatkan benda asuransi dapat rusak, hilang, musnah

atau berkurang nilainya.22

22 Abdulkadir Muhammad, op.cit, hlm 87.

Objek asuransi diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1992. Undang-undang ini menyebutkan bahwa objek asuransi adalah benda

dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua

kepentingan lainnnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa objek asuransi tidak

selamanya harus berwujud, tetapi ada juga objek asuransi jumlah yang bukan

berupa benda melainkan jiwa atau raga manusia yang terancam peristiwa

penyebab kematian atau kecelakaan.

Objek asuransi jumlah tersebut tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi

sejumlah uang diberikan oleh penanggung sebagai santunan apabila peristiwa

yang mengancam jiwa dan raga tertanggung terjadi. Penetapan sejumlah uang

santunan tersebut hanya untuk tujuan praktis, yaitu untuk memudahkan

perhitungan pembayaran santunan yang jumlahnya sudah diatur sebelumnya

dalam perjanjian asuransi tersebut ataupun dalam undang-undang.

Objek asuransi dikenal pula dengan sebutan “kepentingan”. Kepentingan

merupakan unsur penting dalam perjanjian asuransi sesuai dengan yang telah

diatur dalam Pasal 250 KUHD, dimana disebutkan bahwa apabila pada waktu

diadakannya pertanggungan, seorang tertanggung tidak mempunyai suatu

kepentingan atas benda yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidak

berkewajiban memberi ganti rugi.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

37

Mengingat pentingnya unsur kepentingan sebagai objek dalam suatu

perjanjian asuransi, maka dalam Pasal 268 KUHD juga mengatur mengenai

kriteria dari kepentingan dalam suatu perjanjian asuransi, Kriteria tersebut antara

lain:

a. Harus ada dalam setiap asuransi (sebagaimana dimaksud dalam Pasal

250);

b. Harus dapat dinilai dengan uang;

c. Harus diancam oleh bahaya;

d. Harus tidak dikecualikan oleh undang-undang, artinya tidak bertentangan

dengan ketertiban umum atau kesusilaan.

Tidak adanya kepentingan dapat mengakibatkan tertanggung tidak

berhak menuntut penanggung atas pembayaran ganti rugi apabila peristiwa yang

diperjanjikan terjadi, walaupun tertanggung telah membayar premi kepada

penanggung. Dengan kata lain, setiap asuransi yang diadakan tanpa adanya

kepentingan tertanggung dianggap tidak pernah ada sehingga tidak ada hak dan

kewajiban yang ditimbulkan oleh asuransi tersebut.

D. Tujuan, Fungsi dan Sifat Asuransi

1. Tujuan Asuransi

Tujuan dari semua asuransi ialah menutup semua kerugian diderita selaku

akibat dari suatu peristiwa yang bersangkutan dan yang belum dapat ditentukan

semula akan terjadi atau tidak. 23

23 Wirjono Prodjodikoro, op.cit, hlm 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

38

Menurut Abdulkadir Muhammad, tujuan asuransi secara umum antara

lain sebagai berikut: 24

a. Teori Pengalihan Resiko

Menurut teori pengalihan resiko (risk transfer theory), tertanggung

menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya

atau terhadap jiwanya. Tertanggung sebagai pihak yang terancam bahaya

merasa berat memikul beban resiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Untuk mengurangi atau menghilangkan beban resiko tersebut, pihak

tertanggung berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain yang bersedia

mengambil alih beban resiko ancaman bahaya dan dia sanggup membayar

kontra prestasi yang disebut premi

Sehingga dapat dikatakan bahwa tertanggung mengadakan asuransi

dengan tujuan mengalihkan resiko yang mengancam harta kekayaan atau

jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi

(penanggung), sejak itu pula resiko beralih kepada penanggung.

b. Pembayaran Ganti Kerugian

Dalam praktiknya tidak senantiasa bahaya yang mengancam itu

sungguh-sungguh terjadi. Jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi

peristiwa yang menimbulkan kerugian (resiko berubah menjadi kerugian),

maka pada tertanggung yang bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian

seimbang dengan jumlah asuransinya.

24 Abdulkadir Muhammad, op.cit, hlm 12-16.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

39

Dalam praktiknya kerugian yang ditimbulkan itu bersifat sebagian

(partial loss), tidak semuanya berupa kerugian total (total loss). Dengan

demikian, tertanggung mengadakan asuransi yang bertujuan untuk

memperoleh pembayaran ganti kerugian yang sungguh-sungguh

dideritanya. Kerugian yang diganti oleh penanggung itu hanya sebagian

kecil dari jumlah premi yang diterima dari seluruh tertanggung.

Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila

dalam jangka waktu asuransi terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan

yang menimpa diri tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah

asuransi yang telah disepakati bersama seperti tercantum dalam polis.

Jumlah asuransi yang disepakati itu merupakan dasar perhitungan premi

dan untuk memudahkan penanggung membayar sejumlah uang akibat

terjadinya peristiwa kematian atau kecelakaan. Jadi, pembayaran sejumlah

uang itu bukan sebagai ganti kerugian, karena jiwa atau raga manusia

bukan harta kekayaan dan tidak dapat dinilai dengan uang.

c. Pembayaran Santunan

Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan

perjanjian bebas (sukarela) antara penanggung dan tertanggung (voluntary

insurance). Akan tetapi, undang-undang mengatur asuransi yang bersifat

wajib (compulsory insurance), artinya tertanggung terikat dengan

penanggung karena perintah undang-undang, bukan karena perjanjian.

Asuransi sejenis ini disebut asuransi sosial (social security

insurance). Asuransi sosial bertujuan melindungi masyarakat dari

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

40

ancaman bahaya kecelakaan yang mengakibatkan atau cacat tubuh.

Dengan membayar sejumlah kontribusi (semacam premi), tertanggung

berhak memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya. Tertanggung yang

membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang terikat pada suatu

hubungan hukum tertentu yang ditetapkan undang-undang, misalnya

hubungan kerja, dan penumpang angkutan umum.

Jadi, tujuan mengadakan asuransi sosial menurut pembentuk

undang-undang adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat, dan

mereka yang terkena musibah diberi santunan sejumlah uang.

d. Kesejahteraan Anggota

Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan

membayar kontribusi (iuran) kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu

berkedudukan sebagai penanggung, sedangkan anggota perkumpulan

berkedudukan sebagai tertanggung. Jika terjadi peristiwa yang

mengakibatkan kerugian atau kematian bagi anggota (tertanggung),

perkumpulan akan membayar sejumlah uang kepada anggota

(tertanggung) yang bersangkutan.

Penyetoran uang iuran oleh anggota perkumpulan (semacam premi

oleh tertanggung) merupakan pengumpulan dana untuk kesejahteraan

anggotanya atau untuk mengurus kepentingan anggotanya, misalnya

bantuan biaya upacara bagi anggota yang mengadakan selamatan, bantuan

biaya penguburan bagi anggota yang meninggal dunia, dan biaya

perawatan bagi anggota yang mengalami kecelakaan atau sakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

41

Asuransi kesejahteraan seperti ini lebih sesuai apabila dikelola oleh

perkumpulan Koperasi atau Usaha Bersama karena sesuai benar dengan

asas dan tujuan kedua badan hukum tersebut.

2. Fungsi Asuransi

Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finansial), asuransi

juga memiliki berbagai manfaat yang diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi

sebagai berikut:25

a. Fungsi Utama (Primer)

1) Pengalihan Resiko

Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan resiko atau

kerugian (chance of loss) dari tertanggung sebagai ”Original Risk Bearer”

kepada satu atau beberapa penanggung (a risk transfer mechanism).

Sehingga ketidakpastian (uncertainty) yang berupa kemungkinan

terjadinya kerugian sebagai akibat suatu peristiwa tidak terduga, akan

berubah menjadi proteksi asuransi yang pasti (certainty) merubah kerugian

menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan syarat pembayaran premi.

2) Penghimpun Dana

Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) yang

akan dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang

dihimpun tersebut berupa premi atau biaya asuransi yang dibayar oleh

25Asuransi Binagriya, Fungsi dan Tujuan Asuransi. (online). Tersedia di

http://asuransibinagriya.blogspot.com/2011/11/disamping-sebagai-bentuk-pengendalian.html,

(diakses pada tanggal 25 Nopember 2014, pukul 15.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

42

tertanggung kepada penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga dana

tersebut berkemang, yang kelak akan akan dipergunakan untuk membayar

kerugian yang mungkin akan diderita salah seorang tertanggung.

3) Premi Seimbang

Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang

dilakukan oleh masing–masing tertanggung adalah seimbang dan wajar

dibandingkan dengan resiko yang dialihkannya kepada penanggung

(equitable premium). Dan besar kecilnya premi yang harus dibayarkan

tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarif premi (rate of premium)

dikalikan dengan Nilai Pertanggungan.

b. Fungsi Tambahan (Sekunder)

1) Export Terselubung (invisible export)

Sebagai penjualan terselubung komoditas atau barang-barang

tak nyata (intangible product) keluar negeri.

2) Perangsang Pertumbuhan Ekonomi (stimulus ekonomi)

Adalah untuk merangsang pertumbuhan usaha, mencegah kerugian,

pengendalian kerugian, memiliki manfaat sosial dan sebagai tabungan.

3) Sarana tabungan investasi dana dan invisible earnings.

4) Sarana pencegah dan pengendalian kerugian.

3. Sifat Asuransi

Asuransi atau pertanggungan di Indonesia sebenarnya berasal dari Hukum

Barat, baik dalam pengertian maupun dalam bentuknya. Asuransi sebagai bentuk

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

43

hukum di Indonesia yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:26

a. Sifat Perjanjian

Semua asuransi berupa perjanjian tertentu, yaitu suatu pemufakatan

antara dua pihak atau lebih dengan maksud akan mencapai suatu tujuan,

dimana seorang atau lebih berjanji terhadap seorang lain atau lebih (Pasal

1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

b. Sifat Timbal Balik

Persetujuan asuransi atau pertanggungan merupakan suatu

persetujuan timbal balik (Wederkerige Overeenkomst), yang berarti bahwa

masing-masing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain.

Pihak terjamin berjanji akan membayar uang premi, pihak

penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang (uang asuransi) kepada

pihak terjamin, apabila suatu peristiwa tertentu terjadi.

c. Sifat Konsensual

Persetujuan asuransi atau pertangungan merupakan suatu

persetujuan yang bersifat konsensual, yaitu sudah dianggap terbentuk

dengan adanya kata sepakat antara kedua belah pihak.

d. Sifat Perkumpulan

Jenis asuransi yang bersifat perkumpulan (Vereeniging) adalah

asuransi saling menjamin yang terbentuk diantara para terjamin selaku

anggota. Asuransi seperti ini disebutkan dalam pasal 286 KUHD yang

26 Wirjono Prodjodikoro, op.cit, hlm 10.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

44

menyatakan bahwa asuransi itu takluk pada persetujuannya dan

peraturannya.

Perkumpulan asuransi diatur dalam Pasal 1635, 1654 dan 1655

KUHPerdata, yang dapat disimpulkan bahwa perkumpulan asuransi saling

menjamin merupakan “Zadelijk Lichaam” yang artinya asuransi dalam

masyarakat dapat bertindak selaku orang dan dapat mengadakan segala

perhubungan hukum dengan orang lain secara sah.

Perkumpulan asuransi dapat bertindak ke dalam dan ke luar, yaitu

ke dalam dapat mengadakan persetujuan asuransi dengan para anggota

selaku terjamin, dan ke luar dengan perbuatan hukum lainnya, persetujuan

ini takluk pada ketentuan KUHD, baik dengan anggota sendiri maupun

dengan orang lain.

e. Sifat Perusahaan

Asuransi yang mengatur sifat perusahaan adalah asuransi secara

premi dimana diadakan antara pihak penjamin dan pihak terjamin, tanpa

ikatan hukum diantara terjamin dengan orang lain yang juga menjadi pihak

terjamin terhadap si penjamin.

Dalam hal ini pihak penjamin biasanya bukan seorang individu,

melainkan suatu badan yang bersifat perusahaan, yang memperhitungkan

untung rugi dalam tindakannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

45

Selain itu, Emmy Pangaribuan mengemukakan bahwa sifat-sifat asuransi

atau pertanggungan yang terkandung dalam Pasal 246 KUHD, ialah:27

a. Bahwa pertanggungan itu pada asasnya adalah suatu perjanjian

penggantian kerugian (schadevergoeding atau indemniteitscontract).

Dalam hal ini jelas bahwa penanggung mengikatkan diri untuk

mengganti kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan

yang diganti itu seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh

diderita.

b. Bahwa pertanggungan itu adalah suatu perjanjian bersyarat, artinya

bahwa kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan

kalau peristiwa yang tidak tertentu atas mana diadakan pertanggungan

itu terjadi. Jadi pelaksanaan kewajiban mengganti rugi digantungkan

pada satu syarat.

c. Pertanggungan adalah suatu perjanjian timbal balik, artinya: bahwa

kewajiban penanggung mengganti rugi di hadapkan dengan kewajiban

tertanggung membayar premi walaupun dengan pengertian bahwa

kewajiban membayar premi itu tidak bersyaratan atau tidak

digantungkan pada satu syarat.

d. Bahwa kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa

tidak tertentu atas mana diadakan pertanggungan. Di sini harus

terdapat hubungan sebab dan akibat di antara peristiwa dan kerugian.

27 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya,

Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1990, hlm 22-24.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

46

E. Penggolongan Jenis Asuransi

Jenis usaha perasuransian menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

meliputi Usaha Asuransi dan Usaha Penunjang Usaha Asuransi. Usaha Asuransi

dikelompokkan ke dalam 3 jenis, antara lain yaitu :

a. Usaha Asuransi Kerugian yang memberikan jasa dalam

penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari

peristiwa yang tidak pasti. Perusahaan Asuransi Kerugian hanya dapat

menyelenggrakan usaha dalam bidang asuransi kerugian, termasuk

reasuransi.

b. Usaha Asuransi Jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan

resiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang

dipertanggungkan. Perusahaan Asuransi Jiwa hanya dapat

menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, asuransi

kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas, serta menjadi

pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

c. Usaha Reasuransi yang memberikan jasa dalam pertangunggan ulang

terhadap resiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan

atau Perusahaan Asuransi Jiwa. Perusahaan Reasuransi ini hanya dapat

menyelenggarakan usaha pertangunggan ulang.

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan

asuransi hanya dapat menjalankan jenis usaha asuransi yang telah ditetapkan,

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

47

sehingga tidak ada perusahaan asuransi yang menjalankan usaha asuransi kerugian

dan usaha asuransi jiwa secara sekaligus. Demikian juga halnya dengan

Perusahaan Reasuransi yang tidak dimungkinkan untuk menjalankan usaha

asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa, artinya hanya dapat menjalankan

usaha asuransi ulang.

Sama halnya dengan Usaha Asuransi, Usaha Penunjang Usaha Asuransi

juga terdiri dari beberapa jenis usaha, yaitu:

a. Usaha Pialang Asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam

penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi

dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. Perusahaan Pialang

Asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha dengan bertindak

mewakili tertanggung dalam rangka transaksi yang berkaitan dengan

kontrak asuransi.

b. Usaha Pialang Reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam

penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi

reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.

Perusahaan Pialang Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha

dengan bertindak mewakili perusahaan asuransi dalam rangka

transaksi yang berkaitan dengan kontrak asuransi.

c. Usaha Penilai Kerugian Asuransi yang memberikan jasa penilaian

terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.

Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi hanya dapat menyelenggarakan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

48

usaha jasa penilaian kerugian atas kehilangan atau kerusakan yang

terjadi pada objek asuransi kerugian.

d. Usaha Konsultan Aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria.

Perusahaan Konsultan Aktuaria hanya dapat menyelenggarakan usaha

jasa di bidang aktuaria.

e. Usaha Agen Asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam

rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama tertanggung.

Perusahaan Agen Asuransi hanya dapat memberikan jasa pemasaran

asuransi bagi satu perusahaan asuransi yang memiliki izin usaha dari

Menteri.

F. Berakhirnya Asuransi

Sebelum membahas mengenai berakhirnya asuransi, dimana yang

dimaksud oleh penulis adalah suatu perjanjian asuransi, maka ada baiknya penulis

membahas mengenai terjadinya perjanjian asuransi terlebih dahulu. Sebagaimana

kita ketahui bahwa setelah perjanjian asuransi dibuat oleh pihak tertanggung

dengan pihak penanggung, maka perjanjian itu otomatis mengikat kedua belah

pihak. Mengenai terjadinya asuransi kita dapat mempelajarinya melalui 2 (dua)

teori perjanjian yang terkenal dalam ilmu hukum. Kedua teori perjanjian tersebut

antara lain, yaitu :

1. Teori Tawar-Menawar (Bargaining Theory)

Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua pihak

apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan

(acceptance) oleh pihak lainnya dan sebaliknya. Ketika ada kecocokan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

49

kesesuaian antara penawaran dengan penerimaan di antara para pihak maka

diharapkan akan menciptakan kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan

perjanjian.

Keunggulan teori ini adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan

kesepakatan yang dicapai oleh kedua belah pihak, dimana dalam asuransi kedua

belah pihak yaitu penanggung dan tertanggung. Sedangkan kelemahan dari teori

ini adalah adanya ketimpangan kedudukan, dimana penanggung selalu

berkedudukan lebih kuat daripada tertanggung karena penanggung lebih

mengetahui mengenai resiko dan kerugian akibat peristiwa tidak pasti (evenemen)

yang mungkin terjadi.

Meskipun penawaran dan penerimaan dalam suatu perjanjian tidak diatur

secara rinci dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, tetapi kesepakatan

yang merupakan hasil dari tawar-menawar tersebut ada diatur dalam Pasal 1320

KUHPerdata sebagai salah satu syarat sah perjanjian. Sehingga unsur tawar-

menawar dalam teori ini dapat diterima sebagai faktor terjadinya suatu perjanjian

termasuk juga perjanjian asuransi.

2. Teori Penerimaan (Acceptance Theory)

Menurut teori penerimaan, terjadinya perjanjian bergantung pada kondisi

konkret yang dibuktikan oleh perbuatan nyata (menerima) atau dokumen

perbuatan hukum (bukti menerima). Melalui perbuatan nyata atau dokumen

perbuatan hukum, baru dapat diketahui saat terjadinya perjanjian, yaitu tempat,

hari, dan tanggal penerimaan itu dilakukan atau dokumen sebagai bukti

penerimaan itu ditandatangani oleh para pihak.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

50

Berdasarkan teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat

para pihak pada saat penawaran penanggung sungguh-sungguh diterima oleh

tertanggung. Sungguh-sungguh diterima artinya tertanggung menerima

keseluruhan penawaran tertulis dari penanggung walaupun ia belum membaca

atau mengerti isi dari penawaran tersebut dan penerimaan itu dibuktikan oleh

tindakan nyata tertanggung, biasanya dengan menandatangani suatu pernyataan

yang telah disediakan oleh penanggung yang disebut nota persetujuan (cover

note). Kemudian berdasarkan nota persetujuan tersebut, penanggung membuat

suatu akta perjanjian asuransi yang disebut polis asuransi.

Keunggulan teori ini adalah saat terjadi dan mengikatnya perjanjian bagi

para pihak dapat diketahui dengan jelas dan pasti sehingga mulai dipenuhinya

kewajiban dan akibat hukumnya dapat dipastikan. Sedangkan kelemahan teori ini

yaitu, setelah pihak tertanggung menyatakan penerimaan dan menandatangani

nota persetujuan tersebut maka ia wajib menerima segala konsekuensi yuridis

yang tertera dalam nota tersebut meskipun tertanggung sendiri tidak memahami

isinya.

Berdasarkan kedua teori di atas, dapat disimpulkan bahwa asuransi sudah

terjadi sejak tercapai kesepakatan antara tertanggung dan penanggung, bahkan

sebelum polisnya ditandatangani.28

28 Lihat Pasal 257 KUHD

Hak dan kewajiban tertanggung dan

penanggung timbul sejak kesepakatan berdasarkan nota persetujuan. Meskipun

demikian, keberadaan polis sangat penting yaitu sebagai alat bukti tertulis untuk

membuktikan bahwa asuransi telah terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

51

Untuk membuktikan telah terjadi kesepakatan antara tertanggung dan

penanggung, undang-undang mengahruskan pembuktian dengan alat bukti tertulis

berupa akta yang yang disebut polis. Akan tetapi, apabila polis belum dibuat,

pembuktian dilakukan dengan catatan, nota, surat perhitungan, telegram, dan

sebagainya.

Selanjutnya mengenai berakhirnya suatu perjanjian asuransi, ada 4 (empat)

hal yang menjadi faktor penyebab berakhirnya perjanjian asuransi, antara lain

sebagai berikut:

1. Karena Terjadi Evenemen

Seperti yang kita ketahui, bahwa dalam asuransi terdapat resiko yaitu

adanya peristiwa yang tidak pasti (evenemen) yang mengancam objek asuransi

itu sendiri, sehingga tertanggung memutuskan untuk mengalihkannya melalui

asuransi. Dalam asuransi kerugian, evenemen yang menjadi beban penanggung

yaitu peristiwa yang mengakibatkan objek asuransi rusak, hilang, musnah atau

berkurang nilainya. Sedangkan dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang

menjadi beban penanggung adalah meninggalnya tertanggung.

Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa-

peristiwa diatas, maka penanggung berkewajiban membayar ganti rugi atau uang

santunan kepada tertanggung atau pihak lain yang ditunjuk oleh tertanggung

sebagai ahli warisnya. Sejak penanggung membayar ganti rugi atau uang santunan

tersebut, sejak itu pula asuransi berakhir. Sesuai dengan hukum perjanjian

menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila

prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi, maka asuransi yang merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

52

perjanjian dinyatakan berakhir sejak terjadinya evenemen yang diikuti dengan

pelunasan klaim oleh penanggung.

2. Karena Jangka Waktu Berakhir

Dalam asuransi tidak selamanya evenemen yang menjadi beban

penanggung terjadi dalam jangka waktu yang diperjanjikan, karena adakalanya

evenemen tersebut tidak terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu

asuransi. Jadi, evenemen bukan satu-satunya faktor penentu berakhirnya asuransi,

melainkan asuransi juga berakhir apabila jangka waktu berlakunya asuransi

tersebut telah habis. Apabila jangka waktu berlaku asuransi itu habis tanpa terjadi

evenemen, maka beban risiko penanggung berakhir.

Akan tetapi, dalam perjanjian asuransi biasanya ditentukan bahwa

penanggung akan mengembalikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila

sampai jangka waktu asuransi berakhir tidak terjadi evenemen. Oleh karena itu,

asuransi berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi berakhir diikuti dengan

pengembalian sejumlah uang kepada tertanggung.

3. Karena Asuransi Gugur

Berakhirnya asuransi dapat disebabkan oleh gugurnya perjanjian asuransi

tersebut, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 306 KUHD yang menyatakan

bahwa “Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi

ternyata sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak

dapat mengetahui tentang kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain”.

Kata “kecuali jika diperjanjikan lain” dinilai memberikan peluang bagi para pihak

Universitas Sumatera Utara

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI …perusahaan-perusahaan asuransi asing, yang meninggalkan Indonesia

53

untuk mengadakan perjanjian asuransi yang menyimpang dari aturan tersebut

yang bertujuan untuk tetap mengesahkan perjanjian asuransi tersebut dan agar

jangan sampai perjanjian asuransi tersebut gugur.

4. Karena Asuransi Dibatalkan

Asuransi dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu

berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan

pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung

sendiri. Pembatalan asuransi dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun

sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum

premi dibayar, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi

dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan), maka disinilah

timbul masalah. Sebagaimana perjanjian pada umumnya, penyelesaian masalah

yang timbul dalam perjanjian asuransi bergantung juga pada kesepakatan pihak-

pihak yang dicantumkan dalam polis.

Universitas Sumatera Utara