Upload
lilik-aji-if
View
217
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perbandingan JasaRaharja dan Jamsostek
Citation preview
TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN INDUSTRI
Perusahaan Jasa Asuransi
Kelompok V PTI Kelas F:
Mirza H (10520244033)
Lilik A.P (10520244034)
Dian Puspitasari (10520244035)
Cahyaningtyas R (10520244036)
Yulianti (10520244037)
Rizqi Haqsari (10520244038)
Setyo Artanto (10520244040)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
A. Profil Perusahaan Jasa Asuransi
1. Jasa Raharja
a. Sejarah
Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk
melakukan nasionalisasi terhadap Perusahaan-Perusahaan milik Belanda dengan
diundangkannya Undang-Undang No.86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi
Perusahaan Belanda.Penjabaran dari Undang-Undang tersebut dalam bidang
asuransi kerugian, pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
asuransi kerugian Belanda berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun
1960 tentang Penentuan Perusahaan Asuransi Kerugian Belanda yang dikenakan
Nasionalisasi.Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan tanggal 16 Januari 1960,
namun berlaku sampai tanggal 3 Desember 1957.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 tentang
Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Eka Karya, keempat PNAK
(Perusahaan Negara Asuransi Kerugian) yang semula berdasarkan Pengumuman
Menteri Keuangan (Badan Penguasa Perusahaan-perusahaan Asuransi Kerugian
Belanda) No.12631/B.U.M. II. tanggal 9 Februari 1960 yang nama perusahaannya
disebut dengan “Ika” menjadi “Eka”.Berdasarkan Peraturan Pemerintah itu pula,
keempat PNAK yaitu Eka Bhakti, Eka Dharma, Eka Mulya dan Eka Sakti pada
tanggal 1 Januari 1961 dilebur untuk menjadi satu perusahaan dengan nama
PNAK Eka Karya. Dengan peleburan tersebut, maka segala hak dan kewajiban,
kekayaan, pegawai dan usaha keempat perusahaan tersebut beralih kepada PNAK
Eka Karya.
Namun dalam Pengumuman Menteri Keuangan (Badan Penguasa Perusahaan-
perusahaan Asuransi Kerugian Belanda) No.: 29495%/B.U.M.II tanggal 31
Desember 1960, penyebutan nama perusahaan-perusahaan tersebut kembali
menggunakan “Ika” termasuk perusahaan yang baru didirikan yaitu “Ika Karya”.
Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena Pengumuman Menteri Keuangan
tersebut diterbitkan mendahului diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Eka Karya
yaitu pada tanggal 24 Maret 1961.
PNAK Eka Karya yang berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dan
dapat mempunyai kantor cabang, kantor perwakilan, agen atau koresponden di
dalam dan/atau di luar negeri, bergerak dalam bidang usaha perasuransian yaitu:
mengadakan dan menutup segala macam asuransi termasuk reasuransi,
kecuali pertanggungan jiwa.
memberi perantaraan dalam penutupan segala macam asuransi.
Pada tahun 1965, terbit Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1965 tentang
Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Djasa Rahardja, mulai 1 Januari
1965 PNAK Eka Karya dilebur menjadi perusahaan baru dengan nama
“Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja”dan seluruh kekayaan,
pegawai dan segala hutang piutang PNAK Eka Karya dialihkan kepada PNAK
Jasa Raharja.
Sebagaimana PNAK Eka Karya, PNAK Jasa Raharja pun berkedudukan dan
berkantor pusat di Jakarta dan dapat mempunyai kantor cabang, kantor
perwakilan, sedangkan untuk agen atau koresponden hanya diperkenankan di
dalam negeri.Berbeda dengan PNAK Eka Karya yang memberikan pertanggungan
yang bersifat umum untuk segala jenis asuransi, maka PNAK Jasa Raharja
didirikan dengan kekhususan memberikan pertanggungan dalam bidang asuransi
tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang termasuk
reasuransi dan perantaraan dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan
bermotor dan kecelakaan penumpang.Beberapa bulan sejak pendirian PNAK Jasa
Raharja, tepatnya tanggal 30 Maret 1965 Pemerintah menerbitkan Surat
Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan No.
B.A.P.N. 1-3-3 yang menunjuk PNAK Jasa Raharja untuk melaksanakan
penyelenggaraan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai Undang-Undang Nomor 33 dan Undang-
Undang Nomor 34 tahun 1964.
Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan
Umum (Perum) Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.750/KMK/IV/II/1970
tanggal 18 November 1970, yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang Bentuk-Bentuk Usaha
Negara Menjadi Undang-Undang. Pasal 2 ayat 2 dari UU tersebut menyatakan
bahwa PERUM adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang No. 19 Prp tahun
1960.
Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan
Umum Asuransi Kerugian “Jasa Raharja”, selain mengelola pelaksanaan UU.
No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964, Jasa Raharja mendapat mandat tambahan
untuk menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Penunjukan tersebut
menjadikan Jasa Raharja sebagai pionir penyelenggara surety bond di Indonesia,
di saat perusahaan asuransi lain umumnya masih bersifat fronting office dari
perusahaan surety di luar negeri sehingga terjadi aliran devisa ke luar negeri untuk
kepentingan tersebut.Kemudian sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab
sosial kepada masyarakat khususnya bagi mereka yang belum memperoleh
perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34 tahun 1964, maka
dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani
oleh Perum Jasa Raharja semakin berkembang sehingga diperlukan pengelolaan
usaha yang lebih terukur dan efisien, maka pada tahun 1980 berdasarkan PP
No.39 tahun 1980 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Asuransi
Kerugian “Jasa Raharja” menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) tanggal 6
November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) dengan nama PT (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja.
Pada tahun 1981, anggaran Dasar Jasa Raharja yang semula diatur dalam
Peraturan Pemerintah pendiriannya disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
No.12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan (PERSERO) sehingga
pengaturan anggaran dasar harus dipisahkan. Anggaran Dasar Jasa Raharja
tersebut selanjutnya dituangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49
tahun 1981 tanggal 28 Februari 1981.Dengan adanya perubahan nomenklatur
kementerian, pada tahun ini pula, Pemerintah melalui Menteri Keuangan
memperbaharui penunjukan Jasa Raharja dengan menerbitkan Keputusan Menteri
Keuangan No: 337/KMK.011/1981 tanggal 2 Juni 1981 tentang Penunjukan
Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja untuk
Menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Pada tahun 1994, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 73
Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagai penjabaran
UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Peraturan Pemerintah tersebut
mengatur antara lain ketentuan yang melarang Perusahaan Asuransi yang telah
menyelenggarakan program asuransi sosial untuk menjalankan asuransi lain selain
program asuransi sosial.
Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari
1994 hingga saat ini Jasa Raharja melepaskan usaha asuransi non wajib dan surety
bond untuk lebih fokus dalam menjalankan program asuransi sosial yaitu
menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang
sebagaimana diatur dalam UU. No.33 tahun 1964 dan Dana Kecelakaan Lalu
Lintas Jalan sebagaimana diatur dalam UU. No.34 tahun 1964.
b. Visi dan Misi
Visi
Menjadi perusahaan terkemuka di bidang Asuransi dengan mengutamakan
penyelenggaraan program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib sejalan dengan
kebutuhan masyarakat.
Misi
Catur Bakti Ekakarsa Jasa Raharja
Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan dasar dan
pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai
penyelenggara Program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta Badan
Usaha Milik Negara.
Bakti kepada Perusahaan, dengan mewujudkan keseimbangan kepentingan
agar produktivitas dapat tercapai secara optimal demi kesinambungan
Perusahaan.
Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber daya bagi
keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
2. JAMSOSTEK
a. Sejarah
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab
dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia
seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang
didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang,
dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja,
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang
pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP
No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang
pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU
No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya
asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan
hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977
diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial
tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta
dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang
pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995
ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga
Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan
dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan Amandemen
tersebut, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat
memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam
meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja.
Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative
Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek
(Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan
keluarganya.
Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program Jamsostek tidak hanya
bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan
perkembangan masa depan bangsa.
b. Visi dan Misi
Visi
Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya,
bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.
Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:
Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas
Negara: Berperan serta dalam pembangunan
B. Layanan Asuransi
1. Jasa Raharja
Untuk Jasa Raharja lingkup jaminannya mengikuti UU No 33 Tahun 1964 Jo PP
No 17 Tahun 1965 :
a. Korban yang berhak atas santunan
Setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami
kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama
penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik
dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan.
b. Jaminan ganda
Kendaraan bermotor Umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila kapal ferry
di maksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis yang menjadi korban
diberikan jaminan ganda.
c. Korban yang mayatnya tidak diketemukan
Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak diketemukan dan
atau hilang didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri.
2. JAMSOSTEK
JAMSOSTEK memiliki beberapa program asuransi sebagai berikut :
a. Program Jaminan Hari Tua (JHT)
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua
memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga
kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
b. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah satu
program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi
masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah
sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan,
secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program JPK
akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
c. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus
dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi
hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-
risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik
maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga
pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja
yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.
d. Jaminan Kematian (JK)
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program
Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian
diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya
pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran
Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang
diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian
dan Rp 2 juta biaya pemakaman* dan santunan berkala .
e. TK-LHK
Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan
sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko antara
lain kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
f. Jasa Konstruksi
Adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan
dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur
melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 Tanggal
29 September 1999
3. Perbandingan Jasa Raharja dengan JAMSOSTEK
Kalau Jasa Raharja lebih fokus dalam menjalankan program asuransi sosial yaitu
menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang sebagaimana
diatur dalam UU. No.33 tahun 1964 dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
sebagaimana diatur dalam UU. No.34 tahun 1964. Sedangkan kalau JAMSOSTEK
lebih fokus kepada perlindungan tenaga kerja dan menjadi mitra pengusaha.
C. Analis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
1. Jasa Raharja
a. Kekuatan Jasa Raharja
Jaringan pelayanan/distribusi yang tersebar diseluruh tanah air
Laporan Keuangan selalu mendapat opini wajar
Kinerja Keuangan dengan predikat minimal sehat
Integritas, dedikasi, loyalitas dan kejujuran SDM
Hubungan kemitraan yang harmonis
Sistem pelayanan Iuran Wajib dan Sumbangan Wajib yang terintegrasi
Citra Perusahaan
b. Kelemahan Jasa Raharja
Produk image belum memasyarakat
Struktur organisasi belum sepenuhnya menunjang aktifitas pemasaran atau
penjualan
Pola karir pegawai belum dilaksanakan secara konsisten
Pegawai yang mempunyai gelar profesi masih belum memadai
Perusahaan belum memiliki basis data korporasi dan sistem informasi yang
terpadu
Pegawai yang berjiwa kewirausahaan masih belum berkembang
Equity yang dimiliki masih rendah
Hasil investasi belum cukup menutup biaya overhead
Budaya kerja yang inovatif dan kreatif belum berkembang
Program kegiatan Litbang masih kurang berorientasi kepada kebutuhan Pasar
Sistem remunerasi masih belum sesuai dengan resiko dan beban kerja
Beban dan pengaturan kerja masih belum optimal
c. Peluang Jasa Raharja
Kecenderungan permintaan terhadap produk asuransi semakin meningkat
Peraturan perundangan yang mendukung
Kondisi ekonomi yang cenderung kondusif
d. Ancaman Jasa Raharja
Persaingan bisnis asuransi pasca AFTA
Implementasi UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No.25
tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Kemungkinan revisi UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat
UU No. 14 tahun 1992 tentang Lalu lintas angkutan jalan
Ketergantungan dukungan dari mitra kerja yang tinggi
Kondisi politik yang kurang menentu
Adanya rekomendasi dari IMF kepada pemerintah untuk melakukan merger
perusahaan asuransi
2. JAMSOSTEK
a. Kekuatan JAMSOSTEK
Kerjasama kelompok yang dinamis dan harmonis
Perbaikan dan pembelajaran yang terus menerus
Kepemimpinan yang efektif
Sadar biaya
Berbasis pada kompetensi
b. Kelemahan JAMSOSTEK
Masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Jamsostek tentang berbagai
pelayanan yang terdapat dalam programnya membuat sebagian besar tenaga
kerja peserta Jamsostek belum dapat menikmati pelayanan yang seharusnya
bisa mereka peroleh
c. Peluang JAMSOSTEK
Peraturan perundangan yang mendukung
Tidak hanya melayani kepentingan pekerja sektor formal namun juga
informal
d. Ancaman JAMSOSTEK
Anggapan bahwa PT Jamsostek kurang memperhatikan kesejahteraan peserta
UU RI No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
UU RI No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU RI No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
UU RI No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3. Perbandingan Jasa Raharja dengan JAMSOSTEK
Pada analisis SWOT merupakan pencarian strategi dalam perkembangan
perusahaan. Jasa Raharja yang telah berdiri terlebih dahulu memiliki kekuatan pada
jaringannya yang lebih luas, tapi karena merasa aman dibidannya yang ditandai
dengan banyaknya UU yang melatarbelakanginnya maka perkembangannya
cenderugn statis dan kurang inovatif. Berbeda dengan JAMSOSTEK tergolong
perusahaan baru yang dinamis dan kompetitif sehingga jasa yang ditawarkan lebih
inovatif.
D. Manajemen Pemasaran
1. Jasa Raharja
a. Promosi
Promosi dan periklanan merupakan upaya untuk menginformasikan kepada
masyarakat luas tentang profil Perseroan atau produk/jasa yang dapat diberikan
Perseroan khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan program asuransi
sosial. Program promosi dan periklanan dirancang untuk untuk mendekatkan diri
kepada pelanggan atau masyarakat pada umumnya sesuai dengan tagline Jasa
Raharja ’Asuransinya Masyarakat Indonesia’.
Komitmen dalam Pelayanan
Layanan jemput bola disertai dengan penerapan PRIME (Proaktif, Ramah,
Ikhlas,Mudah, Empati) merupakan sebuah inovasi layanan yang memiliki
fokus creating value services untuk memenuhi kebutuhan dan memberi nilai
tambah sendiri bagi masyarakat(customer experience). Beragamnya
kebutuhan masyarakat membuat layanan ini menjadi solusi bagi berbagai
macam kebutuhan PT Jasa Raharja (Persero) dalam mempertahankan dan
meningkatkan kinerja perusahaan jangka panjang.
Jaringan Pelayanan
Salah satu strategi dari perusahaan jasa yang sangat signifikan adalah
mendekatkan saluran layanan dengan masyarakat. PT Jasa Raharja (Persero)
tahun 2011 memperluas jaringan layanan dengan menambah lima kantor
pelayanan, sehingga keseluruhan PT Jasa Raharja (Persero) memiliki 28
Kantor Cabang, 62 Kantor Perwakilan dan 32 Kantor pelayanan yang tersebar
di seluruh Indonesia. Masyarakat dalam menyelesaikan pengurusan santunan
agar lebih cepat dan tepat, dapat dilakukan diseluruh Kantor PT Jasa Raharja
(Persero) baik Kantor Cabang, Kantor Perwakilan dan Kantor Pelayanan yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Mengadakan hubungan dengan Mitra Kerja dan Pemasok
Berdasarkan Keputusan Bersama Komisaris dan Direksi No
KEB/K/1/2006 dan No KEB/2/2006 tentang Pedoman Tata Kelola
Perusahaan dan Pedoman Perilaku, hubungan dengan Mitra Kerja dijabarkan
sebagai interaksi yang terjadi karena adanya hubungan kerja baik berdasarkan
ikatan perjanjian maupun tidak dengan tujuan memudahkan kelancaran usaha
Perseroan. Insan Jasa Raharja menjaga hubungan yang harmonis dan kondusif
dengan Mitra Kerja sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku
serta menghindari penyalahgunaan hubungan kemitraan.
Mengadakan hubungan dengan Masyarakat
Perusahaan mendefinisikan kemitraan sebagai bentuk interaksi perusahaan
dengan pihak luar yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Kebijakan
kemitraan setiap lini operasi perusahaan dengan masyarakat berorientasikan
pada upaya untuk menjalin hubungan baik dan berinteraksi dengan
masyarakat setempat serta membantu pengembangan masyarakat. Perusahaan
sangat memperhatikan masalah-masalah masyarakat, khususnya yang tinggal
di dalam wilayah sekitar operasi perusahaan. Perusahaan senantiasa
menegakkan komitmen bahwa dimanapun unit kerja perusahaan beroperasi,
hubungan baik serta pengembangan masyarakat sekitar merupakan landasan
pokok bagi keberhasilan jangka panjang perusahaan.
Mengadakan hubungan dengan Pemegang Saham
Keterlibatan pemegang saham dalam usaha perusahaan adalah melalui
Rapat Umum Pemegang Saham yang dilaksanakan setiaptahun dan dalam
waktu tertentu untuk melakukan pengesahan RKAP sebagai tolok ukur
keberhasilan Direksi dalam mengelola perusahaan dan Laporan tahunan
sebagai bentuk dan pelepasan tanggungjawab Dewan komisaris dan direksi
atas pengeloalan perusahaan.
Mengadakan hubungan dengan Pemerintah dan Legislatif
Keterlibatan Pemerintah sebagai regulator pelaksana peraturan perundang-
undangan dan DPR selaku pencipta dan pengawas atas pelaksanaan peraturan
perundang-undangan,dimana regulasi yang terkait dengan PT Jasa Raharja
(Persero) telah diterbitkan Undang-Undang No. 33 tahun 1964 tentang Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Undang-Undang No. 34
tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Mengadakan hubungan dengan media massa
Keterlibatan media masa untuk meningkatkan citra perusahaan dengan
menekankan kepada ketepatan dan keterbukaan sejalan dengan kode etik
jurnalistik, dan perusahaan menjadikan media massa sebagai mitra dalam
menciptakan suasana kondusif, membangun image positif perusahaan dengan
prinsip saling menghormati kedudukan masing-masing.
b. Penetapan harga
Segmen yang dipilih PT.JASA RAHARJA adalah semua golongan ekonomi,
baik yang menengah kebawah maupun menengah keatas.
Tugas pokok PT Jasa Raharja (Persero) adalah menghimpun dan memupuk
dana masyarakat melalui iuran dan sumbangan wajib, untuk selanjutnya
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang berwujud santunan jasa
raharja, terhadap korban kecelakaan lalu lintas. PT Jasa Raharja (Persero) dalam
melaksanakan kegiatannya berdasar atas Iuran wajib yang dijamin oleh Undang-
undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang jo. PeraturanPemerintah No. 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.
Sumbangan wajib yang dijamin oleh Undang-undang No. 34 Tahun1964 tentang
Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan jo. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1965
tentang Ketentuan-KetentuanPelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas.
Dengan demikian maka PT Jasa Raharja adalah Perusahaan Asuransi. Menurut
pendapat Sri Redjeki Hartono Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang secara
profesional menyediakan diri untuk mengambil alih dan menerima risiko pihak-
pihak lain. Dengan pembayaran tertentu, risiko yang menjadi tanggungjawabnya
itu kemudian dikelola sedemikian rupa dalam suatu rangkaian kegiatan yang
berlanjutan, sebagai kegitan perusahaan. Oleh sebab itu PT Jasa Raharja (Persero)
dalam kegiatannya adalah memupuk dana Iuran Wajib dan Sumbangan Wajib dari
masyarakat untuk selanjutnya disalurkan melalui santunan kecelakaan lalu lintas.
Undang-undang No. 33 Tahun 1965 Pasal 3ayat (1) a. Tiap penumpang yang sah
dari kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat terbang, perusahaan
penerbangannasional dan kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional, wajib
membayar iuran melalui perusahan yang bersangkutan untuk menutup akibat
keuangan disebabkan kecelakaan penumpang dalam perjalanan. Undang-undang
No. 34 Tahun 1964 Pasal 2 ayat (1)Pengusaha Pemilik alat angkutan lalu lintas
jalan diharuskan memberi Sumbangan tiap tahun kepada Dana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ( Dana ialah dana yang terhimpun dari sumbangan wajib
yang dipungut dari para pemilik/pengusaha alat angkutan lalu lintas jalan dan
yang disediakan untuk menutup akibat keuangan karena kecelakaan lalu lintas
jalan korban/ahli waris yang bersangkutan). Pasal 4 ayat (1) setiap orang yang
menjadi korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang disebabkan oleh alat
angkutan lalu lintas jalan tersebut dalam Pasal 1, akan memberi kerugian
kepadanya atau kepada ahli warisnya sebesar jumlah yang ditentukan berdasarkan
Peraturan Pemerintah. Selanjutnya PT Jasa Raharja (Persero) untuk dapat
mengatur penggunaan tersebut dana terhimpun tersebut secara efektif dan efisien,
perlulah dana-dana yang dapat diinvestasikan itu, dipusatkan dalam suatu badan
Pemerintah cq. Suatu Perusahaan Negara ( PT Jasa Raharja (Persero)) yang harus
mengadministrir dana-dana tersebut secara baik sehingga terjaminlah kedua tujuan
dari pemupukan dana-dana tersebut, yaitu :
a. untuk sewaktu-waktu dapat menutup akibat keuangan disebabkan kecelakaan
penumpang dalam perjalanan;
b. untuk sewaktu-waktu dapat menutup akibat keuangan disebabkan kecelakaan
lalu lintas jalan;
c. Tetap tersedianya “ investible-funds” yang dapat dipergunakan oleh
Pemerintah untuk tujuan produktif yang non-inflatoir78.
2. JAMSOSTEK
a. Promosi
Personal Selling merupakan salah satu kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT.
Jamsostek (persero) dalam usahanya untuk meningkatkan pendapatan iuran.
Bentuk Personal Selling yang dilakukan adalah:
Kunjungan Rutin secara Langsung ke Perusahaan
Petugas operasional mendatangi langsung perusahaan sasaran untuk
kemudian menjelaskan kepada pengusaha atau wakil pengusaha( biasanya
personalia), mengenai manfaat program jamsostek bagi Perusahaan dan
tenaga kerja. Dalam melaksanakan kegiatan kunjungan tersebut ditentukan
oleh waktu (hari kerja) yang tersedia selama setahun.
Presentasi Berkelompok
Presentasi berkelompok merupakan salah satu kegiatan personal selling
yang dilakukan PT. Jamsostek dengan cara mengundang 20 sampai 50
perusahaan sasaran yang potensial di hall hotel atau restoran, untuk kemudian
mempresentasikan program jamsostek.
Presentasi dihadapan tenaga kerja
Merupakan presentasi dihadapan tenaga kerja. Kegiatan ini dilakukan atas
undangan dari perusahaan calon peserta atau perusahaan peserta, dengan
harapan para karyawan dapat menerima penjelasan yang benar mengenai
manfaat dari program jamsostek dan menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh para tenaga kerja secara langsung
Persentasi teknis
Merupakan presentasi yang oleh para petugas operasional yang dilakukan
untuk kasus-kasus tertentu, misalnya apabila ada unjuk rasa, masalah klaim
atau kesulitan dan masalah konsumen terhadap program jamsostek, sehingga
diperlukan penjelasan secra teknis dan detail
Presentasi insidentil
Merupakan presentasi petugas operasional yang dilaksanakan dengan cara
sisipan pada acara-acara tertentu.
b. Penetapan harga
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992
pengertian jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan terhadap tenaga
kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa
atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit,
hamil,bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,
guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pengusaha adalah
a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya.
c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia,
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b yang
berkedudukan diwilayah Indonesia. Perusahaan adalah setiap bentuk
badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari
untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara.
Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-Undang ini
meliputi : (a) Jaminan kecelakaan kerja; (b) Jaminan kematian; (c)Jaminan hari
tua; (d) Jaminan pemeliharaan kesehatan. Besarnya iuran program jaminan sosial
tenaga kerja adalah sebagai berikut :
a. Jaminan kecelakaan yang perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok
jenis usaha adalah sebagai berikut :
Kelompok I : 0,24 % dari upah sebulan;
Kelompok II : 0,54 % dari upah sebulan;
Kelompok III : 0,89 % dari upah sebulan;
Kelompok IV : 1,27 % dari upah sebulan;
Kelompok V : 1,74 % dari upah sebulan;
b. Jaminan hari tua, sebesar 5,70 % dari upah sebulan;
c. Jaminan kematian, sebesar 0,30 % dari upah sebulan;
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan, sebesar 6 % dari upah sebulan bagi
tenaga kerja yang sudah berkeluarga, dan 3 % dari upah sebulan bagi
tenaga kerjayang belum berkeluarga. Iuran jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian dan jaminan pemeliharaan kesehatan ditanggung
sepenuhnya oleh pengusaha. Iuran jaminan hari tua sebesar3,70 %
ditanggung pengusaha dan 2 % ditanggung oleh tenaga kerja. Dasar
perhitungan iuran jaminan pemeliharaan kesehatan dari upah sebulan,
setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).
e. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Skema ini mencakup kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan di
tempat kerja juga sewaktu perjalanan dari atau ke tempat kerja. Hal ini
diwajibkan bagi semua “badan hukum” yang mempekerjakan minimal 10
orang pekerja atau dengan upah bulanan minimal Rp 1 juta. Iuran
pengusaha sebesar 0,24%-1,74%dari upah kotor, tergantung sektor
ekonominya. Skema ini mencakup biaya transportasi, pemeriksaan
kesehatan, layanan medis dan perawatan, biaya rehabilitasi, tunjangan atas
kecacatan, hilangnya fungsi tubuh dan kematian. Tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan kerja berhak atas (1) penggantian biaya, dan (2)
santunan berupa uang. Penggantian biaya Penggantian biaya meliputi
biaya transportasi, biaya pengobatan dan perawatan, serta biaya
penggantian membeli alat bantu. Biaya transportasi tenaga kerja yang
bersangkutan ke rumah sakit ditetapkan dengan tarif maksimum sebesar
Rp 100.000,- untuk transportasi darat, Rp 200.000,-untuk transportasi
laut, danRp 250.000,- untuk transportasi udara. Penggantian biaya
pengobatan dan perawatan mehputi biaya obat, dokter, operasi, rontgen,
laboratorium, perawatandi Puskesmas, RSU pemerintah, tabib tradisional,
dan sinshe yang memiliki izin resmi dari pemerintah. Tarif maksimum
penggantiannya adalah Rp 4.000.000,- berdasarkan bukti pengeluaran.
Penggantian membeli alat bantu (othose) dan alat pengganti (prothose)
diberikan sekali per kasus dengan ketentuan maksimum 40%dari harga di
Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Prof.DR.Suharso, Solo. Santunan berupa
uang Santunan sementara tidak mampu bekerja adalah sebesar 100% upah
selama kuartal pertama, 75% upah selama kuartal kedua, dan 50% selama
kuartal ketiga dan seterusnya. Santunan cacat total dibayar
sekaligus(lumpsum) 70% x 60 bulan upah ditambah santunan berkala Rp
25.000,. selama24 bulan. Santunan cacat sebagian tubuh atau cacat
kekurangan fungsi, dibayar sekaligus (lumpsum) sebesar persentase
tertentu (berdasarkan tabel) dari 60 bulan upah. Santunan kematian karena
kecelakaan kerja dibayar sekaligus (lumpsum) sebesar 36 bulan upah,
ditambah santunan berkala Rp 25.000,- selama 24 bulan,dan biaya
pemakaman Rp 200.000,-
f. Jaminan Hari Tua
Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena karyawan tidak
lagi bekerja. Akibatnya dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja
dan mempengaruhi ketenangan hati sewaktu mereka masih bekerja.
Terutama sekali bagi mereka yang berpenghasilan rendah, maka jaminan
hari tuamemberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan
sekaligus dan/atau secara berkala pada saat tenaga kerja mencapai usia 55
tahun.Jaminan Hari Tua adalah jaminan yang memberikan kepastian
penerimaan penghasilan yang diberikan sekaligus atau berkala pada saat
tenaga kerja mencapai hari tua (usia 55 tahun) atau memenuhi persyaratan
tertentu. Pembayarannya dilakukan sekaligus atau berkala, atau sebagian
dan berkala kepada tenaga kerja, karena telah mencapai usia 55 tahun atau
cacat total tetap setelah ditetapkan dokter. Menurut pasal 14 UU No.
3/1992 dalam Prinst (1994) bahwa: “Dalam hal tenaga kerja meninggal
dunia, atau anak yatim piatu”. Atau jaminan hari tua juga dapat
dibayarkan sebelum tenaga kerja mencapai usia 55tahun, yakni setelah
mencapai masa kepesertaan (Pasal 32 ayat 1 PP. No.14/1993). Besarnya
Jaminan Hari Tua adalah keseluruhan iuran yang disetor,beserta hasil
pengembangannya. Sesuai pasal 24 (1) PP RI No. 14/1993 (Prinst1994)
bahwa jumlah Jaminan Hari Tua bagi tenaga kerja yang telah mencapai
usia55 tahun atau cacat total selama-lamanya dan dapat dilakukan:
1. sekaligus, apabila jumlah seluruh Jaminan Hari Tua yang harus
dibayar kurang dari Rp. 3.000.000,-
2. Secara berkala, apabila seluruh jumlah Jaminan Hari Tua telah
mencapai Rp.3.000.000,- atau lebih dan dilakukan paling lama lima
(5) tahun.
g. Jaminan Kematian
Jaminan Kematian adalah jaminan yang diberikan kepada
keluarga/ahliwaris tenaga kerja yang meninggal bukan akibat kecelakaan
kerja, guna meringankan beban keluarga dalam bentuk santunan kematian
dan biaya pemakaman. Bagi tenaga kerja yang meninggal dunia, bukan
akibat kecelakaan kerja maka keluarganya berhak atas Jaminan Kematian,
yang meliputi:
1. Biaya pemakaman
2. Santunan kematian berupa uang
Jaminan kematian (JK) dibayarkan kepada ahli waris tenaga kerja dari
peserta yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, sebagai
tambahan bagi jaminan hari tua yang jumlahnya belum optimal. Keluarga
dimaksud dalam pasal 12 UU No. 3/1992 adalah istri atau suami,
keturunan sedarah dari tenaga kerja menurut garis lurus ke bawah dan ke
atas, dihitung sampai derajat kedua,termasuk anak yang disahkan. Apabila
keturunan dalam garis lurus ke bawah atau ke atas tidak ada, maka
diambil garis ke samping dan mertua. Dalam tenaga kerja tidak
mempunyai ahli waris maka hak atas Jaminan Kematian dibayarkan
kepadapihak yang mendapat surat wasiat dari tenaga kerja bersangkutan
atau perusahaan pemakaman.
h. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh
karenanya, upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan
memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya
diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program
jaminan social tenaga kerja. Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban
mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya
peningkatan (promotif), pencegahan(preventif), penyembuhan (kuratif),
dan pemulihan (rehabilitatif). Dengan demikian diharapkan tercapainya
derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang
produktif bagi pembangunan. Jaminan pemeliharaan kesehatan selain
untuk tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya. Orang
yang berhak memperoleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sepertiyang
disebutkan dalam pasal 16 UU No. 3/1992 (Prinst) adalah tenaga kerja
atausuami atau istri dan anak, yang meliputi:
1) Rawat Jalan Tingkat Pertama
2) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
3) Rawat Inap
4) Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
5) Penunjang diagnostik, dan
6) Pelayanan gawat darurat
Untuk itu Badan Penyelenggara wajib memberikan kepada setiap anggot:
1) Kartu pemeliharaan kesehatan, dan
2) Keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai paket pemeliharaan
kesehatan yang diselenggarakan.
Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan ini diatur berdasarkan
perjanjian secara tertulis dengan Badan Penyelenggara. Untuk
penyelenggara melakukan pembayaran kepada pelayanan kesehatan secara
praupaya dengansistem kapitalisasi. Pelayanan kesehatan dilaksanakan
oleh pelaksana dilakukan sesuai dengan kebutuhan medis yang nyata dan
standard, dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan.Perbedaan lain
program JPK dengan 3 program lain adalah dalam penyelenggaraannya,
antara lain kepesertaan 3 program Jamsostek (JHT, JKK danJK) bersifat
wajib bagi seluruh perusahaan dan tenaga kerja dengan iuran (premi)yang
ditentukan secara persentasi dari upah yang diterima, sedangkan
kepesertaan program JPK mencakup tenaga kerja beserta keluarganya
dengan jumlah anakmaksimal 3 orang berusia di bawah 21 tahun dan
belum menikah. Program JPK bersifat wajib bersyarat, artinya perusahaan
dapat tidak mengikut sertakan tenaga kerjanya dalam program JPK
sepanjang telah memberikan pelayanan kesehatan dengan benefit atau
manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang nomor 3 tahun 1992. Hal ini disebutkan dalam Peraturan
Pemerintah nomor 14 tahun 1993 (Bab II, Pasal 2, ayat 4). Disamping itu
iuran dalam program JPK Jamsostek ditetapkan berdasarkan persentasi
dari upah yang dibedakan atas tenaga kerja lajang sebesar 3 % dantenaga
kerja berkeluarga 6% dari upah yang diterima, namun untuk upah
maksimal dibatasi (ceiling) sebesar Rp. 1.000.000,-. Sebagai upah
minimal tidak disebutkan, namun karena hak normatif tenaga kerja adalah
upah minimal Regional/Propinsi, maka sebagai upah minimal ditentukan
UMR/UMP yang berlaku dan ditetapkan oleh Keputusan Gubernur.
3. Perbandingan Jasa Raharja dengan JAMSOSTEK
Jasa Raharja melakukan kegiatan promosi dengan berbagai cara yaitu
menetapkan komitmen dalam pelayanan yang PRIME (Proaktif, Ramah,
Ikhlas,Mudah, Empati), memperluas jaringan pelayanan, dan mengadakan berbagai
hubungan dengan Mitra Kerja dan Pemasok, Masyarakat, Pemegang Saham,
Pemerintah dan Legislatif, serta media massa. Sedangkan JAMSOSTEK menerapkan
Personal Selling dengan beberapa bentuk yaitu kunjungan rutin secara langsung ke
perusahaan, presentasi berkelompok, presentasi dihadapan tenaga kerja, persentasi
teknis, dan presentasi insidentil.
Segmen pasar yang dipilih PT.JASA RAHARJA adalah semua golongan
ekonomi, baik yang menengah kebawah maupun menengah keatas. Sedangkan untuk
JAMSOSTEK menerapkan beberapa jenis layanan asuransi untuk menampung
berbagai jenis permasalahan tenaga kerja berkenaan dengan asuransi sosial.
E. Segmen Pasar
1. Jasa Raharja
Setiap perusahaan memerlukan strategi pemasaran yang efektif dalam
memasarkan produknya. Konsep yang terkait dengan strategi pemasaran adalah target
pasar, keinginan konsumen dan bauran pemasaran.Strategi pemasaran yang
digunakanPT Jasa Raharja meliputi segmenting, targeting, positioning, dan
dikembangkan dengan marketing mix. Dalam memasarkan produknya PT Jasa
Raharja menggunakan strategi pemasaran yang terarah yaitu STP yang meliputi
segmenting, targeting, positioning dan strategi marketing mix. Pengaruh segmenting
pasar terhadap pemasaran adalah memfokuskan pasar yang dipilih, target pasar
menentukan segmen pasar yang dituju, positioning mempunyai keunggulan bersaing
sedangkan kombinasi marketing mix yang tepat akan dapat meningkatkan volume
penjualan. Segmen yang dipilih adalah semua golongan ekonomi, baik yang
menengah kebawah maupun menengah keatas. Saat ini Jasa Raharja berada pada
tahap kedewasaan. Peningkatan pelayanan kepada konsumen dan peningkatan
kegiatan promosi sangatlah diperlukan.
2. JAMSOSTEK
Segmen pasar PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah tenaga kerja baik itu
formal maupun informal. Secara nasional, PT Jamsostek telah memiliki sekitar 16
unit KUP di berbagai daerah, Sampai saat ini, jutaan pekerja yang terlindungi
program Jamsostek antara lain tenaga kerja mandiri dan tenaga kerja luar hubungan
kerja. Segmen pasar peserta PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) tercatat
mencapai 47 juta pekerja formal dan 70 juta pekerja informal. PT Jamsostek
menargetkan pangsa pasar dari Usaha Kecil Menengah (UKM)seperti mini market
dan laundry. Usaha yang memiliki tenaga kerja minimal 10 orang atau pekerja yang
digaji minimal Rp. 1 juta perbulan wajib menjadi peserta Jamsostek. Ditempat seperti
mini market yang di dalamnya ada tenaga kerja, tiga atau lima orang saja wajib jika
gaji satu juta. Perusahaan wajib mendaftarkan tenaga kerjanya menjadi peserta
jamsostek. Hal ini sudah diatur oleh undang-undang.
Upaya meningkatkan kepesertaan PT Jamsostek terus dilakukan, termasuk
menjangkau pekerja sektor usaha kecil, di antaranya tukang parkir, nelayan, pedagang
pasar, dan pekerja serabutan atau musiman. Kanwil PT Jamsostek menargetkan 9.716
orang tenaga kerja mandiri dan 21.500 orang tenaga kerja luar hubungan kerja untuk
menjadi peserta Jamsostek pada tahun 2011. Yang menjadi sasaran mereka adalah
tenaga kerja sektor konstruksi dan pekerja musiman, di antaranya tebang tebu.
3. Perbandingan Jasa Raharja dengan JAMSOSTEK
Perbandingan Jasa Raharja dengan JAMSOSTEK adalah segmen pasar yang
dipilih PT Jasa Raharja yaitu semua golongan ekonomi, baik yang menengah
kebawah maupun menengah keatas, sedangkan PT Jamsostek menargetkan segmen
pasar dari Usaha Kecil Menengah (UKM) atau perusahaan kecil dan menengah.
F. Strategi Pemasaran
1. Jasa Raharja
Kebijaksanaan pemasaran PT. Asuransi Jasa Raharja dilakukan dengan
pertimbangan dan memperhatikan kemauan calon nasabah yang berbeda-beda sesuai
dengan pendapatannya, dan persaingan yang semakin tajam dalam bidang industri
jasa asuransi. Strategi yang digunakan adalah dengan mengkombinasikan variabel
harga, promosi dan distribusi.
Untuk itu perusahaan akan melakukan berbagai strategi, diantaranya penetrasi
pasar melalui saluran distribusi inovatif, mengembangkan bisnis syariah,
pengembangan produk baru sesuai dengan tuntutan pasar, melaksanakan strategi
investasi yang prudent, secure dan yield yang optimal serta meningkatkan investasi
dari aset properti. Hal ini perlu dilakukan di tengah kondisi perusahaan yang semakin
berat khususnya secara eksternal dikarenakan persaingan di industri asuransi semakin
tajam, baik dari pemain lokal maupun patungan serta untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan khususnya di sektor investasi.
Untuk meningkatkan Customer Satisfaction bagi nasabah maupun pemegang
polis, Asuransi Jasa Raharja telah memiliki tambahan layanan dengan fasilitas Call
Centre 24 Hours Jasa Raharja. Fasilitas ini membuktikan bahwa pelayanan Asuransi
Jasa Raharja menjadi semakin modern dan praktis, karena nasabah bisa mendapatkan
informasi mengenai segala sesuatu terkait dengan kepesertaan mereka sebagai
nasabah dengan cepat dan praktis, tanpa harus datang langsung ke kantor pelayanan
Jasa Raharja terdekat.
Adapun layanan modern Jasa Raharja lainnya adalah program auto debet yang
memudahkan nasabah Jasa Raharja melakukan transaksi melalui layanan perbankan
Bank Mandiri maupun SMS Insurance untuk memudahkan dan mempercepat
komunikasi dan penyampaian informasi kepada nasabah. Saat ini Jasa Raharja juga
sudah menjalin kerjasama dengan Citibank dalam bentuk premium collection
melalui kartu kredit maupun virtual account.
2. JAMSOSTEK
Setelah jadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) pada 1 Januari 2014
mendatang maka pengelolaan jaminan sosial pekerja tetap dilaksanakan dengan
pendekatan independen yang meletakkan dasar-dasar entrepreneurship, korporasi,
Good Corporate Governance (GCG) yang didukung sistem korporasi yang akuntabel.
Sasaran strategis transformasi Jamsostek yang telah dijalankan meliputi,
pembenahan dan pengelolaan kepesertaan data, penguatan fungsi pemasaran dan
kolaborasi. Selain itu, Jamsostek melakukan redefinisi bisnis proses dan teknologi
informasi, inovasi produk dan layanan, restrukturisasi organisasi, optimalisasi
pengelolaan keuangan dan investasi serta perencanaan korporat.
Kemudian akan diterapkan birokrasi yang besar, tapi akan menjalankan sistem
less birocratic, yaitu melakukan perampingan organisasi yang efisien dan menyebar.
Misalnya segera akan dilaksanakan penataan organisasi dengan pembentukkan tiga
Kantor Wilayah (Kanwil) baru di Serang (Banten), Pekanbaru dan Ambon. Selain
menambah tiga Kantor Wilayah, Jamsostek juga telah membuka 56 Kantor Cabang
Pembantu (KCP) dan kerjasama dengan BRI membuka 500 service point atau outlet
dimana bisa melakukan registrasi dan menerima pembayaran iuran kepesertaan.
JAMSOSTEK juga akan melaksanakan integrasi data kepesertaan dengan data
Adminduk (adminisrtasi penduduk). Disamping itu juga dilakukan pengembangan
Kartu Peserta Jamsostek (KPJ) ke smart card. Nantinya, utilisasi smart card untuk
mendukung penerapan nomor indentitas tunggal, layanan multi fungsi dan
pengembangan manfaat untuk peserta.
3. Perbandingan Jasa Raharja dengan JAMSOSTEK
Strategi yang digunakan Jasa Raharja adalah dengan mengkombinasikan variabel
harga, promosi dan distribusi. Jasa Raharja juga menerapkan beberapa layanan
modern seperti fasilitas Call Centre 24 Hours Jasa Raharja dan auto debet. Saat
ini Jasa Raharja juga sudah menjalin kerjasama dengan Citibank dalam bentuk
premium collection melalui kartu kredit maupun virtual account.
Sedangkan JAMSOSTEK melakukan redefinisi bisnis proses dan teknologi
informasi, inovasi produk dan layanan, restrukturisasi organisasi, optimalisasi
pengelolaan keuangan dan investasi serta perencanaan korporat. Selain itu,
JAMSOSTEK akan melakukan perampingan organisasi yang efisien dan menyebar.
JAMSOSTEK juga akan melaksanakan integrasi data kepesertaan dengan data
Adminduk (adminisrtasi penduduk). Disamping itu juga dilakukan pengembangan
Kartu Peserta Jamsostek (KPJ) ke smart card.
G. Kemampuan Bertahan
1. Jasa Raharja
Asuransi Jasa Raharja akan selalu diminati masyarakat di indonesia karena
memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi, kekuatan financial, serta pengalaman
yang bertahun-tahun dalam membantu dan memberikan pelayanan yang berkualitas
tinggi dalam produk-produk yang dihasilkan sebagai perusahaan asuransi yang
terbesar dan cabang-cabangnya tersebar di kota-kota besar di Indonesia PT. Asuransi
Jasa Raharja tentu sangat menaruh pehatian besar terhadap peranan tenaga
pemasarannya, dalam hal ini adalah agen asuransi dalam penjualan kepada para
konsumen nasabah. Selain itu Jasa Raharja selalu meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap masyarakat dengan tambahan layanan berupa fasilitas Call Centre 24 Hours
Jasa Raharja. Layanan modern Jasa Raharja lainnya adalah program auto debet yang
memudahkan nasabah Jasa Raharja melakukan transaksi melalui layanan perbankan
Bank Mandiri maupun SMS Insurance untuk memudahkan dan mempercepat
komunikasi dan penyampaian informasi kepada nasabah. Fasilitas ini membuktikan
bahwa pelayanan Asuransi Jasa Raharja menjadi semakin modern dan praktis, oleh
karena itu perusahaan jasa raharja mampu bertahan dengan peningkatan-peningkatan
pelayanan terhadap nasabahnya
2. JAMSOSTEK
JAMSOSTEK akan mampu bertahan karena pada dasarnya program Jamsostek
merupakan sistem asuransi sosial, karena penyelenggaraan didasarkan pada sistem
pendanaan penuh (fully funded system), yang dalam hal ini menjadi beban pemberi
kerja dan pekerja. Sistem tersebut secara teori merupakan mekanisme asuransi.
Penyelengaraan sistem asuransi sosial biasanya didasarkan pada fully funded system,
tetapi bukan harga mati. Dalam hal ini pemerintah tetap diwajibkan untuk
berkontribusi terhadap penyelengaraan sistem asuransi sosial, atau paling tidak
pemerintah terikat untuk menutup kerugian bagi badan penyelengara apabila
mengalami defisit. Di sisi lain, apabila penyelenggara program Jamsostek
dikondisikan harus dan memperoleh keuntungan, pemerintah akan memperoleh
deviden karena bentuk badan hukum Persero.
Jamsostek juga akan selalu diminati karena perseroan ini mengedepankan
kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai
saat ini, PT Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang
mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM),
Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh
tenaga kerja dan keluarganya.
3. Perbandingan Jasa Raharja dengan JAMSOSTEK
Jasa Raharja memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi, kekuatan financial,
serta pengalaman yang bertahun-tahun sehingga kemampuan bertahannya untuk
beberapa tahun kedepan tidak diragukan lagi. Apalagi berbagai pembenahan selalu
dilakukan dan ada upaya untuk terus memperbaharui layanan menjadi modern dan
praktis yang akan memudahkan para pengguna asuransi.
Sedangkan untuk JAMSOSTEK akan mampu bertahan karena pada dasarnya
program Jamsostek merupakan sistem asuransi sosial, karena penyelenggaraan
didasarkan pada sistem pendanaan penuh (fully funded system), yang dalam hal ini
menjadi beban pemberi kerja dan pekerja. Jamsostek juga akan selalu diminati karena
perseroan ini mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di
Indonesia.
H. Sumber
http://www.jasaraharja.co.id/
http://www.jamsostek.co.id/
Murdiati, Eni. 2012. Analisis SWOT. Diambil dari
http://enimurdiati.blogspot.com/2012/06/analisis-swot.html pada Kamis, 9 Mei 2013
Chilla, Stiady. 2010. Analisis SWOT. Diambil dari http://cilapop-
chilla.blogspot.com/2010/04/peluang-o-pt-jasa-raharja-persero.html pada Kamis, 9 Mei
2013
Laporan Tahunan 2009 Annual Report. Diambil dari
http://www.jamsostek.co.id/content_file/file47_annual_report_2009.pdf pada Kamis, 9
Mei 2013
Sari. 2011. Pelayanan JAMSOSTEK Belum Maksimal. Diambil dari
http://www.tubasmedia.com/berita/pelayanan-jamsostek-belum-maksimal/ pada Kamis, 9
Mei 2013
Gunarto. 2011. PT Jamsostek Dinilai Kurang Perhatikan Peserta. Diambil dari
http://www.wartatv.com/index.php?view=video&id=1914:pt-jamsostek-dinilai-kurang-
perhatikan-peserta&option=com_jomtube&Itemid=160 pada Kamis, 9 Mei 2013
a.n. 2004. Jamsostek Layani Pekerja Sketor Informal. Diambil dari
http://www.bumn.go.id/20878/publikasi/berita/jamsostek-layani-pekerja-sektor-informal/
pada Kamis, 9 Mei 2013
Yanto, Andi. 2012. Rencana Strategis Jasa Raharja. Diambil dari
http://www.slideshare.net/Aandri212WiroSableng/manajement-strategi-jr pada Kamis, 9
Mei 2013
Angga. 2012. PT Asuransi Jasa Raharja. Diambil dari
http://anggaharpeges.blogspot.com/2012/03/pt-auransi-jasa-raharja.html pada Kamis, 9
Mei 2013
Nawali, Feriolus. 2013. BPJS Ketenagakerjaan Teruskan Sistem Korporasi Modern
Jamsostek. Diambil dari http://ekbis.rmol.co/read/2013/04/20/107225/BPJS-
Ketenagakerjaan-Teruskan--Sistem-Korporasi-Modern-Jamsostek- pada Kamis, 9 Mei
2013
http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=3077 pada Sabtu, 11 Mei 2013