Upload
duonganh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
3
A Novel By
7
Daftar Isi
Daftar Isi
Ucapan Terimakasih
Prolog
Klan Jigoku
Shinigami
Melindungi
Ada Cinta?
Pencuri Arwah
Penculikan
Api
Pengkhianatan Terindah
Tentang Penulis
9
Prolog
Ada begitu banyak rahasia didunia ini. Aku hanya satu dari
jutaan rahasia yang tersembunyi. Aku adalah sebuah sinar, harusnya
berpendar indah seperti pelangi. Cinta, mampu mengubah warna kelabu
menjadi pelagi yang cantik. Seseorang yang mengajarkanku tentang
cinta, kekuatan dan harapan, dia yang menyinariku dengan cahaya
kegelapan. Dia sudah pergi lama sekali. Tak banyak tersisa dari kami.
Selain kerinduan yang terus menyiksaku tanpa ampun. Mengubah sinar
itu menjadi pucat dan kelam. Aku masih menunggu di tempat ini, diatas
bukit pelangi yang kehilangan cahayanya. Menanti ia kembali
membawa pelangiku yang terbang bersama hatiku. Aku yakin dia pasti
akan kembali. Aku hanya harus menunggu dengan sabar.
- Prilly Hellvina
11
Satu
Klan Jigoku
Dua orang muda nampak duduk diatas puncak sebuah gedung
sekolah. Keduanya nampak mengamati seseorang yang berlari dengan
terburu-buru memasuki gedung sekolah.
“Lumayan juga.” Ucap pemuda lain yang berdiri tak jauh
darinya.
“Jigoku tidak akan memilih sembarangan. Kau harus tahu
posisimu dan tugasmu.” Tandas seorang gadis.
“Ambil yang ia miliki dan hancurkan dia. Aku sudah biasa
melakukannya.” Pemuda itu tersenyum sinis sembari melemaskan ke
sepuluh buku jari tangannya yang terasa kaku. Gemertak persendian
terdengar tatkala ia melakukannya.
“Aku akan mengawasimu dan memastikan kau menjalankan
semuanya dengan baik. Jangan sampai rencana ratusan tahun ini
berakhir sia-sia.
“Kau meragukanku?” pemuda itu merentangkan telapak
tangan kanannya hingga keluarlah semburat jingga kebiruan dari bara
api yang menyala liar seolah tangan itu terbakar. Tapi tidak, Pemuda itu
tersenyum, bersama rekannya, ia bangkit dan berdiri di ujung gedung.
12
Tubuh mereka nyaris terjatuh jika saja mereka mengambil 1 langkah
kedepan. Angin menerbangkan pakaian hitam mereka juga rambut yang
dibiarkan tergerai. Tapi mereka tidak juga melangkah. Mereka
menunggu, menunggu semburat hitam keluar dari punggung mereka,
sebuah sayap hitam pekat yang merekah seperti mawar, namun sayap
ini jauh dari romantisme mawar. Sedetik kemudian keduanya
berkelebat kelangit dan menghilang di cakrawala.
Seorang gadis yang baru saja akan masuk kedalam gedung
sekolah, menoleh saat sekelebat angin menerbangkan rambutnya. Ia
menengadah menatap langit biru dengan kumpulan awan putih yang
samar.
*
Sebuah uluran tangan mungil bergerak menuju sebuah pintu
kayu. Seorang gadis kecil berusia 8 tahun nampak berlari riang
memasuki suasana kamar bernuansa pelangi yang remang-remang. Ia
susah payah mendaki tempat tidur dengan sprai bermotif pelangi yang
sudah kusut semrawut dan menaiki punggung seseorang tengah sibuk
tertidur dan mengeluarkan dengkuran serak-serak banjir. Banjir kecil
itu nampak nyata membasahi sarung bantal berwarna senada dengan
selimut dan baju tidur bermotif pelangi.
“Kakak bangunn!!!” teriaknya menduduki punggung kakak
perempuannya.
“Alice berhenti. Kakak masih ngantuk.” Ucapnya dengan
nada dan perasaan setengah sadar.
“Mamaaaaaaah, kak Prilly nggak mau bangun.” Teriaknya
lagi seolah melapor.
13
“Prilly, bangun kamu mau telat sekolah? Udah mau setengah
tujuh. Ayo mandi.” Ucap Mama seraya menggendong Alice agar turun
dari tubuh Prilly. Gadis berambut pendek itu duduk termenung sambil
mengerjap-ngerjapkan kedua belah matanya yang dipenuhi kotoran.
Belum lagi enzim di pipinya yang masih basah dan rambutnya yang
awut-awutan. Sama sekali tidak bisa dikatakan kalau Prilly adalah
gadis yang anggun. Lihatlah sekarang Prilly kelimpungan melihat jam
meja yang nyaris menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
“Nggak usah mandi deh.” Ucap Prilly menyambar pakaian
putih abu-abunya.
“Nggak ada. Kamu mandi. Masa anak gadis nggak mandi
sih.” Protes Mama Prilly.
“Jorok.” Sahut Alice menutup hidungnya dengan jari telunjuk
dan ibu jarinya yang mungil.
“Iya-iya, terpaksa deh mandi 3 S.” Begitulah Prilly, siram-
sabun-siram dalam waktu 3 menit ia sudah selesai mandi, memakai
seragam dan menarik ransel hitamnya menuruni tangga rumah. Tampak
Alice sedang disuapi oleh mamanya sedangkan papanya duduk
menghadap meja makan seraya membaca koran pagi ditemani
secangkir kopi panas. Pria itu tak sedikitpun menoleh kearah Prilly
yang tersenyum sumringah berucap “Selamat pagi.”. Prilly duduk
sejenak menikmati susu coklatnya denga tenang dan tak tergesa-gesa
menikmati setiap tegukan manis yang membasahi kerongkongannya.
Itu satu-satunya hal yang selalu dilakukan Prilly dengan pelan dan
penuh perasaan sebelum ia pamit dan berlari menuju sekolah.
Dengan tergesa-gesa ia berlari-lari kecil menikung di sisi
jalan yang ditumbuhi reumputan tanaman ivy. Tanpa sengaja ia
menabrak benda keras hingga ia terjatuh.
14
“Aduh sory gue nggak sengaja. Lo nggak apa-apa kan?”
tanya Prilly pada seorang pemuda yang tanpa sengaja ia tabrak.
“Prilly Hellvina?” tanya pemuda itu terkejut.
“Kok lo tau nama gue?” belum sempat menjawab, ponsel
pemuda itu berbunyi, ia mendapat panggilan darurat.
“Gua harus pergi, senang bisa ketemu sama lo.” Katanya
tersenyum lalu dengan terburu-buru meninggalkan Prilly yang berdiri
mematung sebelum sadar ia akan segera terlambat jika tidak berlari
kesekolah.
*
“Dasar ratu telat.” Komplain Kevin sahabat dekat Prilly.
Pemuda berpostur tinggi, rambut hitam dan wajah tampan berkacamata
itu selalu saja mengerutu atas kebiasaan buruk Prilly.
“Maaf pak, telat bangun.” Ucap Prilly santai.
“Lo kan tiap hari telat bangun. Udah kayak kebo yang
semedi.” Protes Hana. Gadis cantik blasteran Indonesia-Jepang,
kulitnya kuning langsat dengan mata sipit dan rambut hitam yang
digelung keatas dilengkapi poni membuatnya tampak manis. Ia adalah
salah satu sahabat Prilly. Ketiga orang itu sudah berteman sejak duduk
di bangku SD.
“Bawel ah.” Prilly menutup telinganya dengan kedua
tangannya. Namun tiba-tiba ia ingat sesuatu, “Dia udah lewat belom?”
tanya Prilly antusias.
“Belom.” Ucap Hana santai. Siapa lagi kalau bukan kakak
kelas super cool, ganteng dan paling diem seantero sekolah. Kakak
kelas yang menjadi incaran Prilly sejak masuk disekolah itu satu bulan
yang lalu. Prilly memang masih kelas 1 SMA di SMA Nusantara.
15
“Dasar cewek freak.” Gerutu Kevin. “Ngeliat yang ganteng
aja sampe ngiler kayak gitu. Aneh lu.”
“Eh emangnya lo kagak aneh? Padahal diam-diam lo
kagumkan?” ejek Prilly.
“Eh siapa bilang? Enak aja.” Kevin mengelak.
“Dateng-dateng.” Kata Oxa teman sekelah Prilly yang juga
mengagumi kakak kelas itu. Memang bukan hanya Prilly atau Oxa,
hampir semua siswi dikelas bahkan di sekolah itu mengagumi sosok
Alian Dovrizachiev, yang akrab disapa Aliando. Begitu berkarisma
dengan aura pesona yang terpancar luar dalam. Tapi sesempurnanya
Aliando, tetap tak bisa dikatakan sempurna secara total. Aliando adalah
cowok paling pendiam, dingin dan tidak pernah menaruh perhatian
pada siswi-siswi yang nyata-nyata tersihir sampai kelepek-kelepek
seperti mujair keluar dari air, oleh pesonanya yang kasat mata. Sudah
banyak yang mendekati cowok ganteng, kaya dan cerdas itu namun
Aliando seperti batu karang yang tangguh ia bergeming tak peduli.
“Cool pake banget nget Na.” Ucap Prilly pelan. Sementara
Hana menggangguk setuju tanpa mampu berkata-kata. Rambut pemuda
itu kecoklatan agak panjang berponi, alisnya yang hitam, matanya yang
tajam, hidungnya yang mancung, kawat gigi yang memagari gigi
putihnya, telinga sebelah kiri diberi tindikan kecil berwarna perak
berbentuk bintang, tinggi badannya yang atletis dengan gaya berjalan
yang sangat anggun sekaligus angkuh. Waktu seakan berhenti saat
pemuda itu melintas didepan kelas Prilly. Seolah menghipnotis gadis
itu dalam karismanya yang memancar.
“Eh Pril, jadi ketoko buku kan?” tanya Hana memecah
kebekuan membuat Prilly tersentak setelah gadis itu diam membeku
beberapa saat oleh pesona Aliando.
16
“Jadi dong.” Prilly akhirnya tersadar setelah sosok Aliando
menghilang dari pandangan.
*
Sepulang sekolah ketiga sahabat itu berjalan kaki menuju
toko buku yang tak jauh dari sekolah. Ketiganya duduk tenang
menikmati AC yang terpampang dan menjadi penyelamat mereka.
“Aku cari buku dulu ya.” Ucap Hana menarik Kevin. Prilly
mengangguk dan memandang jalanan. Nampak bias-bias panas
merambati kota metropolitan Jakarta. Sinarnya menimbulkan
fatamorgana diatas aspal yang panas mendidih. Entah mengapa
pandangannya tertuju pada sesosok tubuh yang berdiri santai diujung
terotoar sambil berlindung dibawah sepucuk payung hitam.
Itukan cowok tadi pagi. Ngapain berdiri disitu.
Mata Prilly terus memandang pemuda berkulit putih yang
sedari tadi memandang mobil yang ada didepan toko buku. Prilly
akhirnya bosan karena pemuda itu terus berdiri selama lima belas menit
tanpa beranjak. Tambahan lima menit lagi, Prilly masih menatap aneh
kearah pemuda misterius itu sebelum Hana menepuk punggungnya dan
menunjukkan sumringah lebar atas sekatong buku yang sudah ia bayar
dikasir.
“Ketemu.” Ucapnya dengan senyum memperlihatkan kawat
giginya yang terpasang rapi. Sementara Kevin merenggut kesal karena
harus membawakan belanjaan buku Hana yang seabrek.
“Pulang yuk.” Ajak Prilly sambil mengarahkan
pandangannya kerah pemuda misterius yang masih teguh berdiri.
Mereka beranjak keluar dari toko buku.
“Cowok aneh.” Desis Prilly.
17
“Yang mana?” Hana mengernyitkan dahi kebingungan.
“Tuh.” Prilly menunjuk pemuda itu.
“Yang mana sih?” Hana bingung tak melihat pemuda yang
selurus dengan telunjuk Prilly.
“Yang mana sih Prill?” Kevin ikut penasaran.
“Itu yang pake payung.”
“Nggak ada. Mana sih?” tanya Hana penasaran.
Belum sempat Prilly menjawab, sebuah suara mendentum
terdengar di balik punggung mereka. Tepat beberapa meter dari
keduanya, sebuah bus Trans Jakarta baru saja menabrak sedan hitam
yang terparkir didepan toko buku. Mobil itu terbakar dan bisa
dipastikan pengemudinya tidak akan selamat. Tapi bukan mobil itu saja
yang menarik perhatian tapi sosok pemuda nampak berjalan santai
ditengah kepanikan para pejalan kaki dan pengendara motor yang
menyaksikan kecelakaan tragis itu. Pemuda itu berjalan santai
mendekati mobil yang terbakar. Seolah tak ada yang melihat bahkan
memperdulikannya, ia cuek berjalan diantara kerumunan orang-orang
yang panik. Tak lama, entah dari mana, Prilly melihat sebuah siluet
putih menembus mobil terbakar, sosok pria pengendara mobil yang tadi
duduk santai dibelakang kemudi sebelum mobil itu tertabrak. Pria itu
tubuhnya seperti transparan dan berjalan menembus kerumunan orang-
orang dengan bingung.
“Astaga.” Kevin berseru kaget.
“Kita pulang yuk. Ngeri disini.” Ucap Hana menarik lengan
Prilly dan Kevin. Dengan setengah terpaksa dan tertegun Prilly
mengikuti langkah Hana pulang kerumah dengan sebuah pertanyaan
yang masih tersirat dibenaknya. Sekali-kali ia menoleh kebelakang dan
masih melihat sosok itu.
18
Siapa cowok itu?
Sebuah taksi berhenti didepan rumah. Prilly membayar
ongkos taksi dan segera berlari masuk kedalam rumah. Begitu
melangkahkan kaki ia langsung disambut Alice.
“Kakak sudah pulang Mam.” Teriak gadis kecil itu memeluk
kaki Prilly.
“Syukurlah, tadi Mama lihat di tivi ada kecelakaan dan
Mama melihat wajah kamu.”
“Hah, Prilly masuk tivi mah?” Mama Prilly mengangguk.
Sebelum menabrak mobil sedan naas itu, bus trans Jakarta
juga sempat menabrak dua orang pengendara motor. Satu pengendara
luka berat dan yang satunya tewas ditempat.
Seorang reporter nampak muncul di tivi dan menyiarkan
kecelakaan maut itu. Prilly menatap layar televisi dengan tatapan
terkejut. Matanya melotot dan nafasnya tersengal kaget. Sosok pemuda
berjas hitam kembali muncul ditengah keriuhan kecelakaan. Ia berdiri
santai dengan sepucuk payung hitam tanda kedukaan.
“Cowok itu siapa sih?” keluh Prilly penasaran.
“Cowok? Temen kamu Prill?” tanya Mama Prilly yang turut
menonton televisi.
“Itu loh yang pake payung. Dari tadi berdiri disitu, terus pake
payung segala, aneh banget kan?”
“Payung? Yang mana Prill? Nggak ada tuh.”
“Mama nggak liat?” Prilly menatap mamanya bingung.
“Udah ah, kamu nggak usah ngaco. Gimana pesta ulang
tahun kamu ntar malem? Nggak mau dirayain lagi?”
19
“Nggak usahlah mah. Aku nggak suka inget-inget itu. Pesta
ulang tahun itu nggak penting-penting amat.” Ucap Prilly sedikit
murung. Prilly tidak menyukai hari ulang tahunnya.
“Maaf Ya Prill.”
“Nggak apa-apa ma, sebagai gantinya, Prilly boleh minta
hadiah nggak?”
“Apa tuh?”
“Minta jam malamnya diundur. Prilly mau lewatin hari ulang
tahun ini diatap rumah lagi sampe jam 12.”
“Sampai jam 10 ajakan udah cukup sayang.”
“Please mah. Terus snacknya dobel ya.” Prilly mengerjapkan
matanya nakal.
“Iya-iya tapi ijin papa dulu ya.” Ucap Mama mengusap
kepala Prilly. Prilly termenung sejenak. “Ngelamunin apa sih? Udah
ganti baju sana.” Mama mendorong tubuh Prilly agar bangkit dari sofa.
“Nggak penting juga Mama minta ijin sama dia. Paling juga
dia nggak peduli.” Ucap Prilly seraya berlari menuju lantai 2. Mama
hanya mampu mendesah panjang.
*
Diatas atap rumah, Prilly tengah duduk sendirian menikmati
bintang malam yang bertabur bagai berlian. Ia menikmati setiap detik
dari hari ulang tahunnya yang ke 17 karena beberapa jam lagi,hari
menyebalkan ini akan segera berakhir. Prilly memilih duduk menikmati
popcorn sebagai teman malamnya. Ia selalu benci hari ini. Hari ulang
tahun yang selalu gloomy. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Pesan dari
Hana dan Kevin.
20
From: Kevin Jeleck
11:45 pm
+628564598XXX
Happy b’day pendek. Smoga makin lebih baik lagi
kedepannya.
From: Hana Hanako
11:48 pm
+6285896758XXX
Selamat ulang tahun Prilly-Prilly kpn2 kita pesta yuk. I
heart you my friend. Mmuach ♥
Prilly tersenyum-senyum sendiri membaca pesan dari kedua
sahabat dekatnya itu. Mereka berdua memang selalu mengerti Prilly.
Prilly membayangkan persahabatannya yang terjalin sejak mereka
kecil. Tak lama Prilly tersentak, ada pesan masuk. Ia agak heran,
seumur-umur setiap ia ulang tahun hanya Kevin dan Hana yang
mengucapkan. Sebuah nomor asing yang tak dikenal.
From: -
12:00 pm
+628534589XXX
Selamat ulang tahun. Aliando.
“Hah? Mimpi apa nyata nih?” Prilly menepuk pipi dan
mengucek matanya. Aliando mengucapkan selamat ulang tahun
padanya tepat jam 12 pula. Tanpa sadar Prilly melompat-lompat
kegirangan.
21
“Astagaaa, mimpi apa gue. Omegat-omegat. Tapi emang ini
nomornya kak Aliando?” ada keraguan dalam hati Prilly. “Palingan ini
kerjaannya Kevin sama Hana. Mana mungkin kak Ali ngucapin selamat
ulang tahun, kenal aja kagak. Woi kalo mau ngerjain tuh yang pinter
dikit napa.” Keluh Prilly.
Untuk beberapa lama Prilly terdiam merenung menatap
bintang. Masih banyak hal yang belum ia capai hingga usia ini.
Mengingat itu Prilly kembali menarik nafas panjang. Ia menatap
bintang malam yang mendadak jatuh sebutir dari halimun malam yang
kelam.
“Rasanya setiap ada bintang jatuh, aku selalu berdoa tapi tak
ada satupun doa yang terkabul. Bintang itu pembohong.” Keluh Prilly
kesal.
“Mungkin orang yang mempercayainya saja yang bodoh.”
Ucap sebuah suara dari sebelah kanan Prilly. Gadis itu mendadak beku,
syarafnya mendadak kaku, keringat dingin mengalir disetiap pori-pori
wajahnya. Yang menjadi ironis adalah, malam itu udara cukup dingin.
Prilly tak berani menoleh. Ia mulai membayangkan sosok-sosok
menyeramkan yang muncul di film horor. Tersengar desah nafas yang
mampu didengar Prilly dari sebelah kanan tubuhnya. Tanpa disangka,
sebuah uluran tangan menyentuh bahunya.
“Waaa!!! Ampun mbah, ampun-ampun, jangan culik saya
mbah. Darah saya pahit mbah. Sumpah.” Prilly menjerit ketakutan.
Mulutnya komat-kamit merapal doa-doa pengusir setan yang ia hapal.
Tapi tangan itu masih mencengkaram erat bahunya justru semakin erat
saja.
“Aduh mbah, lepasin saya mbah, please mbah darah saya
pait. Sumpah deh pait. Ampun mbah ampun.” Prilly kembali menjerit
22
ketakutan. Terdengar sebuah gelak tawa nyaring yang terdengar pelan
tapi jelas bukan tawa Miss Kunti. Lebih tawa yang terdengar renyah
dari seorang pemuda. Jelas saja setelah Prilly memutar kepala, ia
menatap sosok pemuda yang sedang sibuk menertawakan tingkah Prilly
yang seperti kesetanan.
“Elu kan....” belum sepat Prilly melanjutkan, pemuda itu
menempelkan telunjuknya di bibir Prilly yang mungil dan merah muda.
“Sssst, jangan berisik, kita nikmati saja bintang ini. elu punya
tempat strategis untuk menonton opera bintang. Eh minta popcornnya
ya.” Pemuda itu dengan santai mengambil kantong popcorn utuh yang
tergeletak disamping Prilly.
“Sejujurnya gue lebih suka pelangi. Tapi pelangi jarang
muncul.”
“Bintang juga indah.”
“Elu siapa?” tanya Prilly setelah berhasil meredam ketakutan
dan keterkejutannya. Seorang pemuda berambut pirang dengan setelan
jaket kulit tersenyum sumringah padanya.
“Gue? gue siapa ya?” pemuda itu menggaruk kepalanya yang
sama sekali tidak gatal apa lagi kutuan. Ia tersenyum menatap bintang
yang bertabur indah. Waktu menunjukkan pukul 01:00 am tengah
malam.
“Mungkin elu harus bertanya, lo itu siapa.” Ucap pemuda itu
menatap mata Prilly. Sepasang mata bening kecokelatan dengan bulu
mata lentik yang bertahta indah seperti sebuah jendela galaksi yang
menggambarkan sebuah nebula megah yang anggun dan manis.
Pemuda itu untuk beberapa saat seperti terhipnotis pada keindahan itu.
“Lo punya mata yang indah.” Pujinya.
23
“semua juga bilang begitu, seperti mata mama.” Ucap Prilly
tersenyum. “Kenapa disetiap kecelakaan hari ini, elu muncul terus?
Kenapa Hana,Kevin dan Mama nggak bisa melihat lo? lo siapa sih?”
tanya Prilly kemudian.
Pemuda itu tersenyum, lesung pipinya tercetak jelas dengan
wajah tampan oriental, kulit putih, mata sipit, tinggi badan 175 cm dan
rambut pirang yang dibiarkan panjang. Ia juga memakai tindik
berbentuk bintang berwarna hitam.
“Karena gue bukan manusia biasa. ” ujarnya singkat.
“Berarti lo Superman dong.”
“Bukan.”
“saudaranya Spiderman atau sepupunya Hulk?” Tebak Prilly
asal.
“Gua Ryota. Ryota O’lantern.”
“Hahah, labu halloween itu yah?”
“Hahah gue Ryota dari klan Jigoku.”
“Ji, Jigo...apa?”
“Jigoku!!!” tegas Ryota.
“Apa tuh? Aku nggak pernah dengar.”
“Sebuah klan rahasia yang dibentuk untuk menjaga stabilitas
dua dunia.
“Dunia? gue nggak ngerti.”
“Dunia nyata, dan dunia ghaib.”
“Hah? lo sinting ya? ” Prilly menempelkan punggung
tangannya ke jidat Ryota.
“Didunia ini ada banyak sekali hal yang tidak diketahui oleh
manusia kebanyakan. Atau mereka mungkin tahu tapi mereka pikir,
semua itu hanya sebuah cerita fiktif, dongeng atau legenda. Vampir,
24
drakula, atau monster, bagi banyak orang itu hanya dongeng pengantar
tidur untuk menakut-nakuti anak-anak. Klan Jigoku bertugas untuk
menjaga stabilitas itu. gue adalah seorang Shinigami alias dewa
kematian. Setiap manusia punya batas waktu kadaluarsa dimana ia
harus pergi dari dunia ini. Itulah yang disebut dengan kematian. Tak
masalah kematian itu datang dengan cara apa, tapi tugas kami adalah
mengatarkan roh itu ketempat mereka seharusnya berada. Surga dan
neraka.”
“Lo pasti terlalu banyak mengirup udara malam. Atau gue ini
sedang mengingau dikamar.” Prilly menggeleng tak percaya.
“Elu udah 17 tahun sekarang dan elu juga sama seperti gua.
Elu punya kekuatan. Dan elu adalah Shinigami sama seperti gua. Kita
adalah klan Jigoku.”
“Hah gue? Nggak-nggak, sorry gue nggak berminat menjadi
malaikat maut. gue cuma seorang siswi kelas 1 SMA dan gue nggak
tahu apa-apa soal ini.” Ucap Prilly menggeleng.
“Ini adalah takdir lu, seperti juga kelahiran dan kematian.
Sejauh apapun lo berlari, sekeras apapun elu nolak, ini adalah jalan
yang harus lo tempuh. Suka atau tidak suka.” Ryota menegaskan
perkataannya. Dan lo dipersiapkan untuk tugas yang khusus. Lo lahir
disaat yang langka dimana 7 planet saling membentuk garis lurus
dengan bulan dan matahari dan lo mewarisi sebuah kekuatan besar dari
klan Jigoku yang mengalir dalam darah lu. Lo harus menjaga
semuanya, 2 dunia ada didalam genggamanmu. Mulai besok elo akan
menjadi Shimigami seperti gua. Elu akan dilatih sebelum lo siap karena
lo bukan hanya akan mengantar arwah itu dengan mudah. Terkadang,
eh bukan, tapi sering kali roh-roh penghuni neraka berontak dan
kekuatan jahat itu akan melawan dan melarikan diri dan keadaan
25
bahaya banget kalo udah kejadian. Elu butuh latihan untuk mengadapi
semuanya. Dan kekuatan lo juga masih redup.”
Mata Prilly berkunang-kunang, ia bingung sekali
mendengarkan penjelasan Ryota yang tidak masuk akal. Gadis itu
sepertinya hanya bisa melongo tak percaya. Bagi Prilly semua
omongan Ryota hanyalah omong kosong.
Pemuda itu menyadari keraguan Prilly. Ryota meraih telapak
tangan Prilly dan melihat larik kehijauan yang muncul redup dari balik
garis-garis halus telapak tangan gadis itu.
“Ap..apa ini.” Prilly mengibas_ngibaskan tangannya tapi
sinar kehijauann itu tak juga hilang. Larik-larik itu nampak jelas
membentuk garis tangannya yang samar tapi kuat. Seperti sebuah peta
kehidupan dan jagad raya yang luas dengan taburan bintang. Prilly
memandangi telapak tangannya yang bercahaya. Ia tak percaya tapi
takjub. Pupil matanya membesar seakan ia mampu mengenggam jagad
raya.
Gua pasti mimpi. Gumamnya pasti.
***