Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
T u g a s A k h i r 1
Ramdhani Hidayah
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Transportasi
2.1.1 Definisi Transportasi
Transportasi sering dianggap sebagai prasyarat pembangunan ekonomi,
karenapertumbuhan ekonomi memerlukan transportasi dan pembangunan infrastruktur
(Kreutzberger et al, 2006a).Namun demikian, pertumbuhan ekonomi juga akan
meningkatkan jumlah ton-km transportasi barang.Transportasi barang yang
menggunakan jalan masih dominan baik di negara maju maupun di negara
berkembang (Stead dan Banister, 2006; Lubis et al, 2005). Sebagaimana dicatat oleh
Direktorat jenderal perhubungan darat Republik Indonesia (2006) dan Lubis et al
(2005), transportasi barang yang menggunakan jalan diperkirakan mencapai
91,25%.Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan moda
transportasi kereta api (0,63%), moda sungai 1,01%), dan moda laut (7%).Masalah-
masalah yang disebabkan oleh dominasi transportasi barang melalui jalan, di
antaranya, adalah kerusakan jalan dan kecelakaan lalulintas akibat truk dengan muatan
berlebih.Di Uni Eropa, biaya eksternal akibat pengangkutan jalan jarak jauh adalah
dua kali lebih tinggi daripada biaya yang sama akibat penggunaan kereta
api.Kreutzberger et al (2003, 2006b) menyoroti biaya eksternal akibat transportasi
jalan adalah 33% berasal dari emisi gas buang kendaraan, 23% berasal dari akibat
kemacetan, dan 22% berasal dari akibat kecelakaan.
Faktor utama tingginya biaya transportasi barang di Indonesia diperkirakan
disebabkan oleh rendahnya kualitas infrastruktur dan pelayananan transportasi.Biaya
operasional truk, sebagai transportasi barang di Indonesia, mencapai US$ 34 sen per
mil.Biaya ini lebih tinggi daripada biayarata-rata di negara-negara Asia, seperti
Vietnam, Thailand, Malaysia, dan China, yang hanya sebesar US$ 22 sen per mil (the
Asia Foundation dan LPEM-UI, 2008).
T u g a s A k h i r 2
Ramdhani Hidayah
Biaya transportasi dan kondisi infrastruktur transportasi juga mempengaruhi kinerja
logistik dan daya saing suatu negara.Sebagai contoh, pelayanan logistik yang buruk di
Indonesia, akibat tingginya biaya transportasi barang dan buruknya infrastruktur, telah
menempatkan kinerja logistic Indonesia pada peringkat 75 dari 150 negara yang
disurvei oleh Bank dunia (Bank Dunia, 2010).Selain itu, biaya logistik nasional
Indonesia yang mencapai 30% Produk Domestik Bruto (PDB) sangat lebih tinggi
dibandingkan rata-rata dunia (10% - 20% PDB) atau rata-rata biaya logistik di negara
berkembang lainnya di Asia, yang berkisar 15%-25% PDB.Akibatnya, daya saing
perdagangan Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan daya saing
perdagangan Negara negara Asia lainnya. Untuk beberapa jenis ekspor, total biaya
sebelum pengiriman dan transportasi darat di dalam negeri mencapai lebih dari 40%
terhadap total biaya logistik dan biaya transportasi (the Asia Foundation dan LPEM-
UI, 2008).
Oleh karena itu, penelitian yang menitikberatkan pada perencanaan transpotasi barang
dalam kaitannya dengan model lokasi spasial dan konsep antar-moda dengan mem-
pertimbangkan karakteristik yang dimiliki suatu wilayah dan dengan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan (stakeholder), akan memberikan kontribusi berharga
bagi keberhasilan strategi ini dalam mencapai sistem transportasi barang yang
efisien.Selain itu, pemilihan moda transportasi barang harus sistem transportasi barang
yang efisien.Selain itu, pemilihan moda transportasi barang harus menjadi
pertimbangan utama untuk mendapatkan biaya transportasi barang yang ekonomis.
2.1.2 Problem Transportasi
Problem transportasi timbul apabila sarana dan prasarana yang ada tidak dapat
melayani pergerakan arus penumpang dan barang dengan lancar, aman, nyaman. Ada
2 (dua) problem utama dalam angkutan darat yaitu :
-Problem yang kelihatan (manifestation problem)
T u g a s A k h i r 3
Ramdhani Hidayah
-Akar penyebab problem (root problem)
Pada transportasi darat problem yang kelihatan (manifestation problem) adalah
seperti berikut :
Kemacetan → BOK jadi naik
Kecelakaan → jumlahnya meningkat
Kebisingan → naik
Polusi udara → lebih dari 50%
Tidak ada yang berani menjamin bahwa dengan berkembangnya suatu kota / daerah
maka tidak akan terjadi kemacetan, dari hasil pengamatan kemacetan selalu
mengiringi berkembangnya suatu daerah. Hal ini dapat dimaklumi karena suatu daerah
yang berkembang, ekonomi meningkat, aktivitas meningkat sehingga kegiatan di jalan
juga meningkat.Untuk itu sejak awal harus dipikirkan pengembangan sistem
transportasinya supaya problem yang timbul dapat diminimalkan.Kerugian yang
timbul akibat kemacetan di Jakarta tahun 2007 bahkan mencapai lebih dari 40 T, suatu
angka yang fantastis.Belum lagi kerugian akibat kecelakaan, baik fatal maupun tidak.
Selain itu, polusi udara yang terjadi sekarang ini ternyata sebagian besar, yaitu lebih
dari separo (50%) berasal dari knalpot kendaraan. Belum lagi kalau dihitung kerugian
materi karena bahan bakar terbuang percuma gara-gara jalanan macet.Waktu yang
terbuang, setres yang timbul juga merupakan dampak dari problem transportasi,
bahkan puncak dari semua ini adalah terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari
semrawutnya lalulintas yang ada di jalan raya.
Problem yang ada di atas sebetulnya terjadi karena ada akar permasalahan (root
problem) yang terjadi di masyarakat.Akar permasalahan tersebut antara lain :
Naiknya pendapatan (income)
Naiknya jumlah kepemilikan kendaraan
Lain-lain
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka perlu diselesaikan dulu akar
permasalahannya baru kemudian masalah yang tampak di lapangan diselesaikan.Perlu
T u g a s A k h i r 4
Ramdhani Hidayah
aturan-aturan terkait transportasi ini dan pengendalian atau pengawasan yang ketat,
karena kerugian yang ditimbulkan akibat macet dan sebagainya sangat besar.Dengan
demikian baru akan tercipta transportasi yang andal dan berkelanjutan (suistainable
transportation) sesuaitujuan dari Sistranas.
2.1.3 Ruang Batas/Gerak Transportasi
Transportasi merupakan pendukung utama perkembangan suatu daerah dan
penunjang perkembangan ekonomi, oleh karena itu sering disebut juga bahwa
transportasi merupakan turunan pertama dari ekonomi.Lebih dari 50% komponen
harga jual suatu produk adalah biaya transportasi, sehingga jika biaya transportasi ini
dapat ditekan maka harga jual produk akan turun.
Dengan demikian batas gerak yang baik bagi transportasi adalah Satuan Wilayah
Ekonomi (SWE), misal wilayah urban, bukan Satuan Wilayah Administrasi
(SWA).Hal ini untuk menghindari biaya transportasi yang tinggi karena harus berganti
moda setiap memasuki wilayah lain (batas SWA).
Oleh karena itu sistem transpotasi yang efisien dan menejemen yang baik membuat
pengiriman barang sampai di lokasi tepat waktu sesuai pesanan, sehingga mengurangi
kebutuhan gudang yang disiapkan jika barang harus menginap karena waktu
pengiriman yang tidak pas dengan pesanan, dengan demikian biaya transportasi dapat
ditekan dan harga barang menjadi lebih murah.Dulu gudang merupakan asset
perusahaan, sekarang merupakan pemborosan.Sistem ini dikenal dengan istilah Just
in Time (JIT), yang awalnya dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang.
Gambar 2.1 Gambar Proses Transportasi Moda
T u g a s A k h i r 5
Ramdhani Hidayah
Dari penjelasan di atas jelas bahwa transportasi memegang peran penting bagi
perkembangan suatu negara.Menurut Schummer (1974) ada tiga hal yang membuat
Negara jadi besar dan makmur yaitu :
-tanah yang subur
-kerja keras dan
-kelancaran transportasi
2.2 Kereta Api
2.2.1 Perkembangan Kereta Api Sebagai Moda Angkutan Barang
Menurut Sujadi (2010), bisnis angkutan peti kemas dengan kereta api cukup
rumit karena pelayanannya tersekat-sekat dan ditangani beberapa pihak sehingga
tarif angkutan peti kemas menjadi mahal dan tidak kompetitif dibandingkan dengan
truk.
Hal itu dipertegas oleh Nasution (2008), bahwa salah satu kelemahan kereta api
dalam pelayanan barang-barang adalah banyaknya handling yang harus
dilakukan.Dengan banyaknya handling menyebabkan meningkatnya waktu
operasional sehingga mengakibatkan ketidak efisiensian moda Kereta Api.Selain
waktu yang bertambah, tingkat keamanan pun akan menurun seiring dengan
perpindahan moda yang dilakukan. Selanjutnya, Sujadi (2010) menuturkan
bahwa dengan kondisi yang demikian, PT KAI perlu mensubsidi setidaknya 20%
dalam setiap perjalannya.
Keberhasilan suatu perusahaan dinilai dari bagaimana perusahaan tersebut
mempertahankan eksistensinya.Mempertahankan eksistensi berarti perusahaan perlu
memiliki nilai yang lebih atau keunggulan kompetitif daripada perusahaan sejenis
ataupun pesaingnya.Keunggulan kompetitif merupakan kemampuan perusahaan
yang mampu memenuhi harapan, keinginan, kebutuhan, income dan kemauan
pengguna jasa.
T u g a s A k h i r 6
Ramdhani Hidayah
Hal tersebutlah yang menjadikan perusahaan harus cermat dalam membangun
daya saing perusahaan.Dalam membangun daya saing perusahaan perlu diperhatikan
bahwa keunggulan bagi perusahaan belum tentu menjadi keunggulan bagi
pengguna jasa.Strategi operasi ditujukkan untuk mencapai suatu keunggulan apabila
dapat memanfaatkan peluang didalam suatu lingkungan dan mengoptimalkan
bidang kekuatannya. Sejalan dengan hal itu, Slack dan Lewis (2002) menjabarkan
bahwa usaha strategi operasi dilakukan dengan mempertemukan permintaan
pelanggan dengan kemampuan sumber daya alam yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut.Dalam buku Operation Strategy, Slack dan Lewis (2002) menjelaskan bahwa
adanya sudut pandang yang berbeda dari pengguna jasa 'market' dan dari penyedia jasa
'resource', sehingga menghasilkan pendekatan yang berbeda pula.
Dalam hal ini strategi operasi berperan untuk merekonsiliasikan apa yang
menjadi permintaan pelanggan dengan kemampuan sumber daya
perusahaan.Perusahaan tentunya perlu memiliki strategi dalam merekonsiliasikan
gap tersebut.Strategi yang ditetapkan oleh perusahaan jasa tentunya berbeda
dengan strategi yang ditetapkan pada perusahaan barang.Pelayanan jasa kualitas
ditentukan secara subjektif, secara langsung pengguna jasa terlibat dalam proses
serta kapasitas yang harus sesuai dengan permintaan.Dalam penyusunan strategi
operasi, perusahaan perlu memprioritaskan kebutuhan pengguna jasa tujuan dari
kinerjanya, namun juga harus disesuaikan dengan strategi perusahaan, strategi bisnis
dan strategi fungsional.Prioritas ini berguna untuk meningkatkan daya saing
perusahaan dalam mempertahankan kepuasan pengguna jasanya. Slack dan Lewis
(2002) berpendapat bahwa dengan menentukan prioritas (performance objective)
berarti bahwa perusahaan berusaha mengedepankan faktor-faktor kompetitifnya
dalam memenangkan persaingan.Perumusan lima faktor kompetitif berdasarkan
Slack and Lewis (2002) pada kasus pemilihan moda angkutan barang pada penelitian
Budi (2008).
2.2.2 Transportasi Kereta Rel
T u g a s A k h i r 7
Ramdhani Hidayah
Transportasi ini lebih dikenal dengan istilah kareta api karena dulunya digerakkan
dengan batu bara yang cerobong asapnya mengeluarkan percikan api.Pengelolaannya
sekarang pada PT. KAI di bawah koordinasi Departemen Perhubungan.
Kelebihannya : efisien dan ekonomis
Kekurangan : padat modal, banyak dipengaruhi oleh regulasi politik, tidak door to
door service
Sebagai angkutan jarak menengah, urban dan sub urban, untuk DIY sedang
diusahakan untuk dijadikan angkutan „komuter‟(1 rangkaian kereta komuter terdiri
dari 1 lokomotif dan 4 gerbong penumpang).
Lebih ramah lingkungan jika digerakkan dengan listrik
Kecepatannya antara 60 km/jam sampai 160 km/jam.Kereta rel cepat mempunyai
kecepatan antara 200 – 400 km/jam.
Perlu dipertimbangkan perlintasan sebidang dengan jalan raya, terkait dengan
frekuensi gangguan yang ditimbulkannya.
Dilihat dari lokomotif sebagai penggeraknya, dapat dibedakan menurut jenisnya :
listrik, diesel, uap.
Listrik :
mahal investasi
polusi rendah
tidak bising
perlu tambahan ekstra clearance
Diesel :
praktis
tidak perlu ekstra clearence
bising
kotor
Uap :
bising
T u g a s A k h i r 8
Ramdhani Hidayah
kotor
tidak dipakai secara komersial
Lokomotif jenis yang banyak dipakai di Indonesia adalah jenis diesel, umur
konstruksinya 15 – 25 tahun dan pemakaian 100.000 – 480.000 km/thn.Bahan
bakarnya 5.000 – 15.000 ltr/km.
Sistem kontrolnya antara lain dengan : jadwal (lalulintas rendah), Automatic Block
System (ABS), sinyal (yang memandu saat memasuki blok) dan yang paling mutakhir
dengan Traffic Control System yaitu pengontrolan pusat, gerakan kereta tertayang
pada layar dan pertemuan dapat diatur effisien.
2.3 Preferensi
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif (individu), yang diukur
dengan utilitas, dari bundel berbagai barang.Konsumen dipersilahkan untuk melakukan
rangking terhadap bundel barang yang mereka berikan pada konsumen(Indarto,
2011).Yang perlu diperhatikan adalah preferensi itu bersifat independen terhadap
pendapatan dan harga.Kemampuan untuk membeli barang-barang tidak menentukan
menyukai atau tidak disukai oleh konsumen.Terkadang seseorang dapat memiliki
preferensi untuk produk A lebih dari produk B, tetapi ternyata sarana keuangannya
hanya cukup untuk membeli produk B (besanko dan Braeutigam, 2008).
Guna memahami preferensi konsumen dalam memilih produk, maka diperlukan
kerangka pikir yang memudahkan penelitian.Ada banyak model yang mengungkap
tentang perilaku konsumen, namun model yang dikemukakan oleh Sandhusen (2000)
cukup menjelaskan respon dari konsumen sebagai pembeli dalam mengambil
keputusan.Walapun penelitian ini membahas hingga pembelian yang dilakukan oleh
konsumen dari Buyer’s Black Box menuju Buyer’s Response(Sandhusen, 2000).
T u g a s A k h i r 9
Ramdhani Hidayah
Model Sandhusen (2000) mencoba menjelaskan bagaimana respon yang diberikan oleh
seorang pembeli saat melakukan proses pembelian.Pada dasarnya model sandhusen
(2000) menjelaskan bahwa keputusan yang diambil seorang konsumen tidak semata
mata merupakan keputusan yang dipengaruhi faktor internal konsumen seperti
karakteristik diri konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen saja.Adanya
faktor eksternal juga mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan.Integrasi
antara faktor eksternal dan faktor internal itu dinamakan sandhusen (2000)
sebagai Buyer’s Black Box.
Faktor eksternal merupakan segala hal yang berasal dari luar diri konsumen yang
mampu mempengaruhi konsumen dalam memberikan respon seperti menentukan
pemilihan terhadap produk.Sandhusen (2000) membagi faktor eksternal menjadi dua,
yaitu Marketing Stimuli dan Environmental Stimuli.Hal ini senada dengan yang
dikemukakan oleh Solomon, bahwa faktor eksternal merupakan pembentuk dari
persepsi, konsep diri dan gaya hidup konsumen.Hal yang membedakan adalah,
Solomon menjabarkan faktor eksternal menjadi Culture, Sub culture, Demograpic,
Social status, Feference group, Family dan Marketing activity.
2.4 TrukTruk
2.4.1 Definisi Truk
Menurut Apple (1990) truk adalah peralatan untuk memindahkan muatan campuran
atau merata sepanjang berbagai jalur dengan permukaan yang sesuai dengan fungsi
utama “memanuver”. Dalam pekerjaan konstruksi terutama yang berhubungan dengan
masalah penggusuran tanah yang relatif besar jarak angkut yang cukup jauh juga
berhubungan dengan pengangkutan alat-alat berat ke lapangan pekerjaan, sering
digunakan alat angkut khusus seperti dump truck, trailer,dumper dan lain-lain.Masing-
masing alat tersebut dibuat untuk spesialisasi pekerjaan, sehingga pemilihan alat
angkut yang tepat adalah sangat bijaksana.
T u g a s A k h i r 10
Ramdhani Hidayah
Menurut Rochmanhadi (1985) dalam pekerjaan konstruksi dikenal tiga macam jenis
truk, yaitu:
1. Side dump truck (penumpahan ke samping)
2. Rear dump truck (penumpahan ke belakang)
3. Rear and side dump truck (penumpahan kebelakang dan kesamping)
Gambar 2.2 Gambar Dump Truck
Syarat yang penting agar truk dapat bekerja secara efektif adalah jalan kerja yang
keras dan rata, tetapi ada kalanya truk didesain agar mempunyai cross country ability
yaitu suatu kemampuan berjalan diluar jalan biasa.
Kapasitas truk yang dipilih harus berimbang dengan alat pemuatannya (loader), jika
perbandingan ini kurang proporsional, maka ada kemungkinan alat pemuat ini banyak
menunggu dan sebaliknya.Perbandingan dilakukan yaitu antara kapasitas truk dan
kapasitas alat pemuat dengan perbandingan 4:5.Perbandingan tersebut juga akan
berpengaruh terhadap waktu pemuatan. Beberapa perhitungan yang harus diperhatikan
dalam memilih ukuran truk.
2.4.2 Truk Kecil
Keuntungan:
1. Lebih lincah dalam beroperasi
T u g a s A k h i r 11
Ramdhani Hidayah
2. Lebih mudah mengoperasikannya
3. Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat
4. Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana
5. Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih mudah
6. Jika salah satu truk dalam satu unit angkutan tidak bekerja, tidak akan berpengaruh
terhadap produksi
7. Pemeliharaan lebih mudah dilaksanakan
Kerugian :
1. Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truk yang beroperasi, terutama waktu
muat
2. Excavator lebih sukar untuk memuatnya, karena kecilnya bak
3. Lebih banyak operator yang dibutuhkan
4. Biaya pemeliharaan lebih besar, karena lebih banyak truk begitu pula tenaga
pemeliharaan.
2.4.3 Truk Besar
Keuntungan:
1. Untuk kapasitas yang sama dengan truk kecil, jumlah unit truk besar lebih sedikit
2. Operator lebih sedikit
3. Cocok untuk angkutan jarak jauh
4. Pemuatan dari loader lebih mudah sehingga waktu lebih singkat.
Kerugian:
1. Jalan kerja harus diperhatikan, karena berat truk dapat membuat kerusakan jalan
relatif lebih cepat
2. Pengoperasian lebih sulit karena ukurannya yang besar
3. Produksi akan sangat berkurang, jika salah satu truk tidak beroperasi (untuk jumlah
yang relatif kecil)
4. Pemeliharaan lebih sulit dilaksanakan.
T u g a s A k h i r 12
Ramdhani Hidayah
Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, kiranya cukup untuk memilih kapasitas
dari dump truck yang benar-benar memenuhi kebutuhan dan efisien.
2.5 BATU BARA
2.5.1 Pengertian Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-
sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hydrogen, dan oksigen.Batubara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk
antrasit.http://id.Wikipedia.org/wiki/batu_bara (2012)
Gambar 2.3 Gambar Batubara
2.5.2 Sifat-Sifat Batubara Berdasarkan Jenisnya
Sifat batubara jenis Antrasi:
1. Warna hitam sangat mengkilat dan kompak.
2. Nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi.
3. Kandungan air sangat sedikit.
4. Kandungan abu sangat sedikit.
T u g a s A k h i r 13
Ramdhani Hidayah
Sifat batubara jenis bitumine/subbitumine:
1. Warna hitam mengkilat, kurang kompak.
2. Nilai kalor tinggi, kandungan karbon relatif tinggi.
3. Kandungan air sedikit.
4. Kandungan abu sedikit.
5. Kandungan sulfur sedikit.
Sifat batubara jenis lignit (brown coal):
1. Warna hitam, sangat rapuh.
2. Nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit.
3. Kandungan air tinggi.
4. Kandungan abu banyak.
5. Kandungan sulfur banyak.
Tabel 2.1 Tabel Hubungan jenis batubara dan pembakaran
(sumber: Batubara & Gambut, Ir. Sukandarrumidi, MSc. Ph.D)
2.6 Management Stockpile
2.6.1 Pengertian Stockpile
Berdasarkan situs tempat belajar bersama blogspot (2009) Stockpile berfungsi sebagai
penyangga antara pengiriman dan proses, sebagai stock strategis yang bersifat jangka
pendek atau jangka panjang.
Proses penyimpanan bisa dilakukan:
1) Didekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal
2) Didekat pelabuhan.
3) Di tempat pengguna batubara.
T u g a s A k h i r 14
Ramdhani Hidayah
Untuk proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena
akan berakibat pada penurunan kualitas batubara.Proses penurunan kualitas batu bara
biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam.
Prinsip dasar pengelolaan stockpile adalah penerapan sistem FIFO (First In First Out),
dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu.Stocking
batubara dalam jangka waktu lama akan beresiko terhadap degradasi dan pemanasan
(self heating).
Disamping itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam management stockpile
adalah sebagai berikut:
Control temperature dan Heating/spontaneous combustion.
Penentuan temperatur batubara di stockpile dilakukan secara periodik, kemudian di
evaluasi trend temperaturnya dari waktu ke waktu.Monitoring temperature juga
dimaksudkan untuk melihat adanya area-area stockpile yang mempunyai potensial
pemanasan (heating).Pemanasan/pembakaran secara spontan adalah merupakan
fenomena alami dan juga disebut pembakaran sendiri (self heating/combustion).Hal ini
disebabkan terjadinya reaksi zat organik dengan oksigen dari udara.Kecepatan reaksi
oksidasi sangat bervariasi antara suatu zat dengan zat lainnya.
Pembakaran akan terjadi apabila:
1) Adanya bahan bakar (fuel)
2) Adanya oksidan (udara/oxygen)
Untuk mencegah terjadinya kebakaran harus meniadakan sedikitnya satu dari
komponen di atas.Batubara sebagai zat organik yang mengandung gas methane,
mudah terbakar karena beroksidasi dengan oxygen dari udara.Spontaneous kebakaran
ini dapat dikendalikan apabila ditangani secara benar.
1) Kendali terhadap kontaminasi dan housekeeping.
2) Kendali aspek kualitas/kuantiti batubara.
3) Kendali aspek lingkungan.
T u g a s A k h i r 15
Ramdhani Hidayah
Pemilihan peralatan yang digunakan untuk proses stockpiling, didasari atas proses
sistem loading un loading. Kebutuhan alat untuk proses loading un loading
disesuaikan terhadap kondisi lingkungan outdoor atau indoor, dan yang paling penting
adalah pertimbangan tingkat efisiensi.
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk stockpiling adalah sebagai berikut:
1. Excavator
Gambar 2.4 Gambar Excavator
2. Wheel Loader
Gambar 2.5 Gambar Wheel Loader
a. Pengujian Sampel
i. Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2006: 154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian
bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik”.Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan
atau ketetapan hasil pengukuran (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009).Kuesioner dikatakan
T u g a s A k h i r 16
Ramdhani Hidayah
reliabel jika dapat memberikan hasil relatif sama (ajeg) pada saat dilakukan pengukuran
kembali pada obyek yang berlainan pada waktu yang berbeda atau memberikan hasil yang
tetap.
Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus cronbach alpha sebagai berikut:
Apabila koefisien Cronbach Alpha (r11) ≥ 0,7 maka dapat dikatakan instrumen tersebut
reliabel (Johnson & Christensen, 2012).Sama halnya dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas
juga dapat dilakukan dengan bantuan software Microsoft Office Excel dan Statistical
Product and Service Solution (SPSS).Namun, memang lebih mudah dan praktis jika
menggunakan software SPSS.
ii. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen digunakan untuk
mengukur konsep yang seharusnya diukur. Menurut Sugiono (2010) untuk menguji
validitas konstruk dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan
dengan skor totalnya.Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ini adalah
Product Moment dari Karl Pearson, sebagai berikut:
Kemudian hasil dari rxy dikonsultasikan dengan harga kritis product moment (r tabel),
apabila hasil yang diperoleh rhitung > rtabel, maka instrumen tersebut valid.Dalam
praktiknya untuk menguji validitas kuesioner sering menggunakan
bantuan software Microsoft Office Excel dan Statistical Product and Service Solution
(SPSS).
T u g a s A k h i r 17
Ramdhani Hidayah
b. Analisis Faktor
i. Definisi Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan
dari beberapa variabelsecara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk
hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit
dari pada variabel yang diteliti.Hal ini berarti, analisis faktor dapat juga menggambarkan
tentang struktur data dari suatu penelitian (Suliyanto, 2005).
Analisis faktor adalah suatu teknik interdependensi (interdependence technique), dimana
tidak ada pembagian variabel menjadi variabel bebas dan variabel tergantung dengan
tujuan utama yaitu mendefinisikan struktur yang terletak di antara varaibel-variabel dalam
analisis.Analisis ini menyediakan alat-alat untuk menganalisis struktur dari hubungan
interen atau korelasi di antara sejumlah besar variabel dengan menerangkan korelasi yang
baik antara variabel, yang diasumsikan untuk merepresentasikan dimensi-dimensi dalam
data (Hair, 2010).Jadi, pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan
beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga
dimungkinkan dari beberapa atribut yang memengaruhi satu komponen variabel dapat
diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit.
ii. Tujuan Analisis Faktor
Pada dasarnya, tujuan analisis faktor adalah:
1. Data Sumarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan
melakukan uji korelasi.
2. Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, maka dilanjutkan dengan proses
membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah
variabel tertentu.
T u g a s A k h i r 18
Ramdhani Hidayah
Tujuan umum dari teknik analisis faktor adalah menemukan suatu cara untuk mereduksi
informasi yang terkandung di dalam sejumlah variabel-variabel original ke dalam set
variabel yang lebih kecil dari dimensi-dimensi gabungan dan baru.Untukmenemukan
tujuan tersebut, ada 4 hal yang mendukung yaitu mengkhususkan unit analisis, mencapai
ringkasan data atau pengurangan data, pemilihan variabel, dan menggunakan hasil analisis
faktor dengan teknik-teknik multivariat yang lain (Hair, 2010).
iii. Fungsi Analisis Faktor
Terdapat 3 fungsi analisis faktor menurut Suliyanto (2005), diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi dari
serangkaian variabel.
2. Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan variabel
tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkorelasi.
3. Mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak untuk
dianalisis multivariat lainnya.
iv. Jumlah Sampel Ideal Dan Jenis Data Untuk Analisis Faktor
Secara umum, jumlah sampel dalam analisis faktor minimal 50 pengamatan.Bahkan
seharusnya ukuran sampel sebanyak 100 atau lebih besar. Biasanya ukuran sampel dalam
analisis ini dianjurkan memiliki paling sedikit 5 kali jumlah variabel yang akan diamati,
karena semakin banyak sampel yang dipilih akan mencapai patokan rasio 10:1, dalam arti
untuk satu variabel ada 10 sampel (Hair, 2010).
Dalam pengertian SPSS, hal ini berarti untuk setiap 1 kolom yang ada, seharusnya terdapat
10 baris data, sehingga jika ada 5 kolom (variabel), minimal seharusnya ada 50 baris data
(sampel).Data dalam analisis faktor minimal adalah interval, sehingga apabila data yang
diperoleh berupa data ordinal, harus ditransformasikan menjadi data interval, misalnya
dengan menggunakan metode successive interval(Suliyanto,2005).
T u g a s A k h i r 19
Ramdhani Hidayah
v. Penentuan Jumlah Faktor
Untuk menentukan banyaknya jumlah faktor yang terbentuk dalam analisis faktor dapat
dilakukan beberapa pendekatan berikut:
1. Penentuan berdasarkan apriori.
Dalam metode penentuan ini, jumlah faktor telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
2. Penentuan berdasarkan eigenvalue.
Untuk menentukan jumlah faktor yang terbentuk dapat didasarkan pada eigenvalue. Jika
suatu variabel memiliki eigenvalue> 1, dianggap sebagaisuatu faktor, sebaliknya jika suatu
variabel hanya memiliki eigenvalue< 1, tidak dimasukkan dalam model.
3. Penentuan berdasarkan scree plot.
Scree plotpada dasarnya merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara faktor
dengan eigenvalue, pada sumbu Y menunjukkan eigenvalue, sedangkan pada sumbu X
menunjukkan jumlah faktor. Untuk dapat menentukan berapa jumlah faktor yang diambil,
ditandai dengan slopeyang sangat tajam antara faktor yang satu dengan faktor berikutnya.
4. Penentuan berdasarkan persentase varian (percentage of variance).
Persentase varian menunjukkan jumlah variasiyang berhubungan pada suatu faktor yang
dinyatakan dalam persentase.Untuk dapat menentukan berapa jumlah faktor yang diambil,
harus memiliki nilai persentase varian > 0,5.Sedangkan apabila menggunakan kriteria
kumulatif persentase varian, besarnya nilai kumulatif persentase varian >60%.Untuk
mengetahui peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dapat ditentukan dari
besarnya loading variabel yang bersangkutan.Loading dengan nilai terbesar berarti
mempunyai peranan utama pada faktor tersebut.Variabel yang memiliki nilai loading< 0,5
dianggap tidak memiliki peranan yang berarti terhadap faktor yang terbentuk sehingga
variabel tersebut dapat diabaikan dalam pembentukan faktor.
vi. Penamaan Faktor Yang Terbentuk
Untuk menamai faktor yang telah dibentuk dalam analisis faktor, dapat dilakukan dengan
cara berikut.
T u g a s A k h i r 20
Ramdhani Hidayah
1.Memberikan nama faktor yang dapat mewakili nama-nama variabel yang membentuk
faktor tersebut.
2.Memberikan nama faktor berdasarkan variabel yang memiliki nilai faktor
loadingtertinggi.Hal ini dilakukan apabila tidak dimungkinkan untuk memberikan nama
faktor yang dapat mewakili semua variabel yang membentuk faktor tersebut.
vii. Uji Ketepatan model Analisis Faktor
Uji ketepatan model digunakan untuk melihat apakah faktor-faktor yang telah terbentuk
berdasarkan analisis faktor benar-benar telah valid.Ada beberapa cara untuk menguji
ketepatan model dari faktor-faktor yang telah terbentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Dengan membagi sampel awal menjadi dua sama besarnya.Apabila ada jumlah sampel
ganjil, maka satu sampel harus dihilangkan atau dimasukkan kepada dua bagian sampel
tersebut.Kemudian sampel yang telah dibagi dua dianalisis satu persatu.Apabila hasil
analisis faktor antara sampel pertama dan sampel kedua tidak banyak perbedaan, faktor
yang terbentuk dinyatakan baik.
2.Dengan melihat nilai perbandingan antara observed correlation dengan reproduced
correlations.Diharapkan perubahan matriks korelasi yang baru tidak jauh berbeda dengan
matriks korelasi asal.Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan atas perubahan yang terjadi,
yaitu dengan menghitung selisih nilai koefisien korelasi dari matriks korelasi asal dengan
koefisien korelasi dari matriks korelasi baru. Jika nilai mutlak dari selisih tersebut
melebihi nilai 0,05, dimasukkan dalam kategori bahwa koefisien korelasi tersebut tidak
sama (berubah).Kemudian dihitung jumlah koefisien yang berbeda dan tergolong
sama.Jumlah relatif dari koefisien yang tergolong sama dijadikan indikator ketepatan
model. Model dikatakan baik apabila koefisien yang tidak berubah atau sama lebih banyak
(> 50%) daripada yang tergolong berubah.Dalam perkembangannya metode ini lebih
banyak digunakan.
viii. Langkah-langkah Analisis Faktor
Menurut Suliyanto (2005), langkah-langkah dalam analisis faktor adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah
b. Membuatmatriks korelasi
Proses analisis faktor didasarkan pada matriks korelasi antara variabel yang satu dengan
variabel-variabel lain, untuk memperoleh analisis faktor yang semua varaibel-variabelnya
T u g a s A k h i r 21
Ramdhani Hidayah
harus berkorelasi.Untuk menguji ketepatan dalam model faktor, uji statistik yang
digunakan adalah Barlettstest Sphericity dan Kiser-Mayer-Olkin(KMO) untuk mengetahui
kecukupan sampelnya.
1. Nilai KMO sebesar 0,9 adalah baik sekali
2. Nilai KMO sebesar 0,8 adalah baik
3. Nilai KMO sebesar 0,7 adalah sedang/agak baik
4. Nilai KMO sebesar 0,6 adalah cukup
5. Nilai KMO sebesar 0,5 adalah kurang
6. Nilai KMO sebesar < 0,5 adalah ditolak
c. Penentuan jumlah faktor.
Penentuan jumlah faktor yang ditentukan untuk mewakili variabel-variabel yang akan
dianalisis didasarkan pada besarnya eigenvalue serta persentase total variannya.Hanya
faktor yang memiliki eigenvalue sama atau lebih besar dari satu yang dipertahankan dalm
model analisis faktor, sedangkan yang lainnya dikeluarkan dari model.
d. Rotasi faktor.
Hasil dari ekstraksi faktor dalam matriks faktor mengidentifikasikan hubungan antar
faktor dan variabel individual, namun dalam faktor-faktor tersebut banyak variabel yang
berkorelasi sehingga sulit diinterpretasikan.Melalui rotasi faktor matriks, faktor matriks
ditransformasikan ke dalam matriks yng lebih sederhana sehingga mudah
diinterpretasikan.Rotasi faktor menggunakan prosedur varimax.
e. Interpretasi faktor.
Interpretasi faktor dilakukan dengan mengklasifikasikan variabel yang mempunyai faktor
loading minimum 0,4sedangkan variabel dengan faktor loadingkurang dari 0,4 dikeluarkan
dari model.
f. Penyeleksiansurrogate variable.
Mencari salah satu variabel dalam setiap faktor sebagai wakil dari masing-
masingfaktor.Pemilihan ini didasarkan pada nilai faktor loading tertinggi.
g. Model Fit (ketepatan model)
Tahap akhir dari ananlisis faktor adalah mengetahui ketepatan dalam memilih teknik
analisis faktor antara principal component analysisdan maximum likelihood dengan melihat
T u g a s A k h i r 22
Ramdhani Hidayah
jumlah residual (perbedaan) antara korelasi yang diamati dengan korelasi yang
diproduksi.Semakin kecil persentase nilai residual (dalam hal ini adalah nilai root mean
square error = RMSE), maka semakin tepat penentuan teknik tersebut.
ix. Asumsi Analisis Faktor
Prinsip utama dalam analisis faktor adalah korelasi, artinya variabel yang memiliki korelasi
erat akan membentuk suatu faktor, sedangkan variabel yang ada dalam suatu faktor akan
memiliki korelasi yang lemah dengan variabel yang terdapat pada faktor yang lain.Karena
prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi dalam analiss faktor berkaitan
erat dengan korelasi berikut:
a. Korelasi atau keterkaitan antarvariabel harus kuat.Hal ini dapat diidentifikasi dari nilai
determinannya yg mendekati nol.Nilai determinan dari matriks korelasi yang elemen-
elemennya menyerupai matriks identitas akan memiliki nilai determinan sebesar
satu.Artinya, jika nilai determinan mendekati satu, maka matriks korelasi menyerupai
matriks identitas, dimana antar item/variabel tidak saling terkait karena matriks identitas
memiliki elemen pada diagonal bernilai satu, sedangkan lainnya bernilai nol.
b.Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya
secara keseluruhan harus kecil.Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Kiser Meyer Olkin
measure of sampling adequency (KMO).KMO merupakan sebuah indeks perbandingan
jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien parsialnya secara keseluruhan.Jika jumlah
kuadrat koefisien korelasi parsial di antara seluruh pasanganvariabelbernilai kecil
dibandingkan dengan jumlah kuadrat koefisienkorelasi, maka akan menghasilkan nilai
KMO yang mendekati satu.Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa analis faktor bukan
merupakan pilihan yang tepat.Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai KMO diangggap
cukup apabila nilai KMO >0,5.
c.Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya
secara keseluruhan harus kecil.Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Measure of
Sampling Adequency (MSA).MSA adalah sebuah indeks perbandingan jarak antara
koefisienkorelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara parsial setiap
item/variabel.Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai MSA dianggap cukup apabila
nilai MSA >0,5. Apabila ada item/variabel yang tidak memiliki nilai MSA >0,5, variabel
tersebut harus dikeluarkan dari analisis faktor secara bertahap satu persatu.Dalam beberapa