125
iv ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010, Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma Terkontrol dengan Tidak Terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Asma merupakan suatu kelainan inflamasi kronik saluran nafas. Gangguan tidur sering dialami pasien asma sebagai konsekuensi dari gejala asma nokturnal yakni terbangun di malam hari akibat sesak napas, batuk, atau mengi. Kualitas tidur pasien dapat diperbaiki dengan mengontrol keluhan penyakit yang timbul. Tidur sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental dan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Pola tidur sangat bervariasi menurut umur. Selain itu, gangguan tidur dapat terjadi akibat kelainan mental, somatik, atau akibat zat. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dengan mengontrol pengaruh variabel perancu riwayat penyakit penyerta dan umur. Penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih dengan teknik fixed exposure sampling. Ukuran sampel adalah 30 pasien asma terkontrol dan 30 pasien asma tidak terkontrol. Lokasi penelitian di poliklinik paru dan instalasi rawat inap Anggrek 2 RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian pada bulan Mei sampai Juni 2010. Masing-masing sampel dilakukan pengukuran kontrol asma dengan Asthma Control Test dan kualitas tidur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Logistik yang diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.00 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol. Pasien asma yang tidak terkontrol memiliki risiko untuk mengalami kualitas tidur buruk tujuh kali lebih besar daripada asma terkontrol (OR= 7,4; CI95% 1,65 s.d. 32,90). Kesimpulan tersebut dibuat setelah mengontrol pengaruh riwayat penyakit penyerta dan umur. Penelitian ini menyimpulkan kontrol asma yang baik dapat mengurangi gejala asma nokturnal dan memperbaiki kualitas tidur pada pasien asma. Disarankan petugas kesehatan perlu memberikan manajamen dan edukasi yang baik dalam pencapaian kontrol asma, penerapan kebiasaan tidur yang baik, evaluasi serta penanganan secara komprehensif terhadap asma, penyakit morbiditas, psikiatri, dan induksi zat yang dapat mengganggu tidur. Kata kunci : Kontrol asma, Kualitas tidur, Gangguan tidur

ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

  • Upload
    lamanh

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

iv

ABSTRAK

Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010, Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma Terkontrol dengan Tidak Terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Asma merupakan suatu kelainan inflamasi kronik saluran nafas. Gangguan

tidur sering dialami pasien asma sebagai konsekuensi dari gejala asma nokturnal yakni terbangun di malam hari akibat sesak napas, batuk, atau mengi. Kualitas tidur pasien dapat diperbaiki dengan mengontrol keluhan penyakit yang timbul. Tidur sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental dan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Pola tidur sangat bervariasi menurut umur. Selain itu, gangguan tidur dapat terjadi akibat kelainan mental, somatik, atau akibat zat. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dengan mengontrol pengaruh variabel perancu riwayat penyakit penyerta dan umur.

Penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan pendekatan cross

sectional. Sampel dipilih dengan teknik fixed exposure sampling. Ukuran sampel adalah 30 pasien asma terkontrol dan 30 pasien asma tidak terkontrol. Lokasi penelitian di poliklinik paru dan instalasi rawat inap Anggrek 2 RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian pada bulan Mei sampai Juni 2010. Masing-masing sampel dilakukan pengukuran kontrol asma dengan Asthma Control Test dan kualitas tidur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Logistik yang diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.00 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kualitas tidur pada pasien

asma terkontrol dengan tidak terkontrol. Pasien asma yang tidak terkontrol memiliki risiko untuk mengalami kualitas tidur buruk tujuh kali lebih besar daripada asma terkontrol (OR= 7,4; CI95% 1,65 s.d. 32,90). Kesimpulan tersebut dibuat setelah mengontrol pengaruh riwayat penyakit penyerta dan umur.

Penelitian ini menyimpulkan kontrol asma yang baik dapat mengurangi gejala

asma nokturnal dan memperbaiki kualitas tidur pada pasien asma. Disarankan petugas kesehatan perlu memberikan manajamen dan edukasi yang baik dalam pencapaian kontrol asma, penerapan kebiasaan tidur yang baik, evaluasi serta penanganan secara komprehensif terhadap asma, penyakit morbiditas, psikiatri, dan induksi zat yang dapat mengganggu tidur.

Kata kunci : Kontrol asma, Kualitas tidur, Gangguan tidur

Page 2: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

v

ABSTRACT

Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010, Difference of Sleep Quality between Controlled and Not Controlled Asthma Patient in RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Asthma is chronic inflammatory disease. Sleep disturbance common among

asthma patient as consequence of nocturnal asthma symptoms such as dyspnea, cough, or wheezing resulted in early morning awakening. Sleep quality may be improved by controlling subjective symptoms related to the disease. Sleep is fundamental for physical and mental health also affects quality of life. Pattern of sleep vary of age. Besides that, sleep disturbance can be secondary to mental disorder, somatic disorders, or substance induced. The aim of this research was to know difference of sleep quality between controlled and not controlled asthma patient, with controlling for confounding factors such as medical history co morbid disease and age.

This study was observational analytic by using cross-sectional design. The

sample was selected by fixed exposure sampling. Samples sizes were 30 controlled asthma patients and 30 not-Controlled asthma patients. Research location was in Pulmonology Clinic and Anggrek 2 Ward RSUD Dr. Moewardi Surakarta. This research was held on May until June 2010. Each sample was measured their asthma control by using Asthma Control Test (ACT) and sleep quality by using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The data was analyzed by using regression logistic model, run on Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.00 for Windows.

The result of this study showed that there is difference of sleep quality

between controlled and not-Controlled Asthma Patient. Patients who were not controlled had seven times higher risk of poor sleep quality than those who were well controlled (OR= 7,4; CI95% 1,65 s.d. 32,90). This conclusion was made after controlling for the effect of co morbid disease and age.

This study concludes well control asthma can reduce nocturnal asthma

symptoms and results in improvement sleep quality on asthma patient. It is suggested that health care providers should give appropriate management and well education in approaching controlled asthma, implementation of good sleep habit, and comprehensive evaluation and management toward asthma, co morbid disease, psychiatric disorder, and substance induced sleep disorder.

Key words: Control asthma, Sleep Quality, Sleep Disturbance

Page 3: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

vi

ABSTRAK

Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma Terkontrol dengan Tidak Terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Astrid Kusuma Wardhani1, Yusup Subagio Sutanto2, Eddy Surjanto2,

Ana Rima Setijadi2, Slamet Riyadi3

Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dengan mengontrol pengaruh variabel perancu riwayat penyakit penyerta dan umur.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih dengan teknik fixed exposure sampling. Ukuran sampel adalah 30 pasien asma terkontrol dan 30 pasien asma tidak terkontrol. Lokasi penelitian di poliklinik paru dan instalasi rawat inap Anggrek 2 RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian pada bulan Mei sampai Juni 2010. Masing-masing sampel dilakukan pengukuran kontrol asma dengan Asthma Control Test dan kualitas tidur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Logistik yang diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.00 for Windows. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol. Pasien asma yang tidak terkontrol memiliki risiko untuk mengalami kualitas tidur buruk tujuh kali lebih besar daripada asma terkontrol (OR= 7,4; CI95% 1,65 s.d. 32,90). Kesimpulan tersebut dibuat setelah mengontrol pengaruh riwayat penyakit penyerta dan umur. Kesimpulan : Penelitian ini menyimpulkan kontrol asma yang baik dapat mengurangi gejala asma nokturnal dan memperbaiki kualitas tidur pada pasien asma. Disarankan petugas kesehatan perlu memberikan manajamen dan edukasi yang baik dalam pencapaian kontrol asma, penerapan kebiasaan tidur yang baik, evaluasi serta penanganan secara komprehensif terhadap asma penyakit morbiditas, psikiatri, dan induksi zat yang dapat mengganggu tidur.

Kata kunci : Kontrol asma, Kualitas tidur, Gangguan tidur

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas, Maret Surakarta

Page 4: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

vii

2Bagian Paru, Rumah Sakit Daerah Dr. Moewardi, Surakarta

3Bagian Ilmu Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRACT

Difference of Sleep Quality between Controlled and Not Controlled Asthma Patient in RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Astrid Kusuma Wardhani1, Yusup Subagio Sutanto2, Eddy Surjanto2,

Ana Rima Setijadi2, Slamet Riyadi3

Objective: This paper presents the difference of sleep quality between controlled and not controlled asthma patient in Dr. Moewardi Surakarta Hospital, with controlling for confounding factors such as medical history co morbid disease and age.

Methods: This study was observational analytic by using cross-sectional design. The sample was selected by fixed exposure sampling. Samples sizes were 30 controlled asthma patients and 30 not-Controlled asthma patients. Research location was in Pulmonology Clinic and Anggrek 2 Ward RSUD Dr. Moewardi Surakarta. This research was held on May until June 2010. Each sample was measured their asthma control by using Asthma Control Test (ACT) and sleep quality by using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The data was analyzed by using regression logistic model, run on Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.00 for Windows.

Results: The result of this study showed that there is difference of sleep quality between controlled and not-Controlled Asthma Patient. Patients who were not controlled had seven times higher risk of poor sleep quality than those who were well controlled (OR= 7,4; CI95% 1,65 s.d. 32,90). This conclusion was made after controlling for the effect of co morbid disease and age.

Conclusion: This study concludes well control asthma can reduce nocturnal asthma symptoms and results in improvement sleep quality on asthma patient. It is suggested that health care providers should give appropriate management and well education in approaching controlled asthma, implementation of good sleep habit, and comprehensive evaluation and management toward co morbid disease, psychiatric disorder, and substance induced sleep disorder.

Page 5: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

viii

Key words: Control asthma, Sleep Quality, Sleep Disturbance

1Student of Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta

2Pulmonology Department, Dr. Moewardi Hospital, Sebelas Maret University, Surakarta

3Biology Department, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Asma

a. Definisi Asma

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (2003) asma

didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat

berbagai sel yang memegang peranan terutama sel mast, eosinofil, dan

limfosit T.

Gambaran awal berupa sesak napas (dyspnea) dan nafas berbunyi

(wheezing) adalah keluhan yang diakibatkan oleh penyempitan (obstruction)

saluran pernapasan merupakan gambaran khas dari asma bronkial (Kabat,

2004). Saat gejala asma muncul lebih buruk dari biasanya disebut dengan

episode asma atau serangan asma (Fadden, 2005).

Page 6: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

ix

b. Patogenesis Asma

Berbagai teori tentang asma umumnya menerangkan tentang kepekaan

yang tinggi dari saluran pernapasan sebagai bentuk respon pertahanan

normal saluran napas. Respon ini dapat mengakibatkan reaksi abnormal

jaringan saluran pernapasan yang mungkin akibat pengaruh imunologik

ataupun gangguan keseimbangan neurohormonal (Kabat, 2004).

Jalur imunologis dimulai masuknya alergen ke dalam tubuh akan

diolah oleh Antigen Presenting Cell (APC) untuk selanjutnya hasil olahan

alergen akan dikomunikasikan kepada sel Th dengan bantuan MHC II yang

kemudian akan memberikan instruksi melalui interleukin atau sitokin agar

sel-sel plasma membentuk Ig E, serta sel radang lain seperti mastosit,

makrofag, sel epitel, eosinofil, neutrofil, trombosit, limfosit untuk

mengeluarkan mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin, leukotrien,

PAF, bradikinin, tromboksan, dll yang memengaruhi organ sasaran sehingga

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding vaskular, edema saluran

napas, infiltrasi sel radang, sekresi mukus, dan fibrosis subepitel sehingga

menimbulkan hipereaktifitas saluran napas (Sundaru dan Sukamto, 2007).

Pengaruh perubahan neurohormonal terjadi akibat aktivitas reseptor

adrenergik, blokade β-adrenergik dan jalur nervus vagus. Pada jaringan paru

terdapat dua tipe reseptor adrenergik yakni α dan β reseptor. Rangsangan β

reseptor mengakibatkan bronkodilatasi dan menurunkan sekresi mukus;

rangsangan α mengakibatkan bronkokonstriksi (Kabat, 2004).

Page 7: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

x

Pada individu normal, tonus saluran napas dalam keseimbangan antara

bronkodilatasi karena rangsangan β-adrenergik dan bronkokonstriksi karena

rangsangan vagal, α reseptor, serta faktor lain. Reflek ini dapat disebabkan

rangsangan antigenik, nonantigenik, seperti perubahan tekanan O2 dan CO2.

Rangsangan vagal mengakibatkan pelepasan kolinergik yang kadarnya lebih

tinggi pada penderita asma (Kabat, 2004).

c. Patofisiologi

Perubahan akibat inflamasi pada penderita asma merupakan dasar

kelainan faal yang terjadi pada pasien asma antara lain:

1) Obstruksi saluran napas

Penyempitan saluran pernapasan akibat inflamasi saluran

pernapasan maupun peningkatan tonus otot polos bronkhioler dan terjadi

ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Penyempitan saluran napas

menyebabkan gejala batuk, rasa berat di dada, mengi dan

hiperesponsivitas bronkus. (Price dan Wilson, 2004).

2) Hiperesponsivitas saluran napas

Mekanisme hiperesponsivitas saluran napas belum jelas. Inflamasi

dinding saluran napas terutama di peribronkial menambah penyempitan

saluran napas selama kontraksi otot polos. (Rahmawati et al., 2003).

3) Hipersekresi mukus

Page 8: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xi

Gambaran makroskopis biopsi pasien asma adalah oklusi bronkus

dan bronkiolus oleh sumbat mukus kental dan lengket (Matra dan Kumar,

2007). Donno et al. (2000) menyatakan hipersekresi mukus mengurangi

gerak silia, menyebabkan inflamasi dan kerusakan fungsi epitel.

4) Eksaserbasi

Eksaserbasi merupakan gambaran umum pada asma. Faktor

penyebab eksaserbasi antara lain rangsangan bronkokonstriksi (inciter)

seperti latihan, udara dingin, dan rangsangan inflamasi (inducer) seperti

pajanan alergen, sensitisasi zat, dan infeksi saluran napas (GINA 2006).

5) Asma nokturnal

Penderita asma nokturnal bergejala khas yakni terbangun antara jam

3 dan 5 pagi dengan batuk, mengi, sesak dan tidak dapat tidur kembali

tanpa bantuan bronkodilator aerosol. Faktor lain seperti ritme sirkadian,

kadar epinefrin, tonus vagus, pendingin, tidur, berkurangnya pembersihan

mukus, refluks gastroesofagus sebagai faktor pencetus (Pelly, 1992).

6) Analisis gas darah

Asma menyebabkan gangguan pertukaran gas. Derajat hipoksemia

berkorelasi dengan penyempitan saluran napas akibat ketidakseimbangan

ventilasi perfusi. (Price dan Wilson, 2004).

d. Faktor Risiko

Page 9: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xii

Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor

pejamu dan faktor lingkungan (PDPI, 2004):

1) Faktor pejamu: Predisposisi genetik, Atopi, Hiperesponsif jalan napas,

Jenis kelamin, Ras/etnik

2) Faktor lingkungan

a) Alergen di dalam dan luar ruangan

b) Polusi udara di luar dan dalam ruangan, Asap rokok, Sulfur dioksida

c) Infeksi pernapasan, Ekpresi emosi berlebih, Perubahan cuaca

d) Makanan, zat aditif, obat-obatan tertentu.

e) Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll)

f) Exercise induced asthma

e. Diagnosis

Surjanto (2001) menyatakan beberapa indikator penegakan diagnosis asma:

1) Mengi (wheezing)

Pada asma ringan, mengi dapat terdengar pada waktu ekspirasi

paksa. Bila penyakit makin berat, mengi terdengar pada waktu inspirasi

dan ekspirasi biasa.

2) Memiliki riwayat sebagai berikut:

a) Mengi berulang

b) Sesak nafas berulang

c) Rasa berat di dada berulang

Page 10: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xiii

d) Batuk yang memburuk pada malam atau dini hari

3) Penyempitan saluran nafas yang reversible dan variasi diurnal

Variasi diurnal diukur dengan peak flow meter. Arus puncak

ekspirasi (APE) yang diukur pagi hari (sebelum inhalasi agonis β2) dan

malam hari (setelah inhalasi agonis β2) menunjukkan perbedaan ≥ 20%.

4) Gejala timbul atau memburuk pada berbagai faktor pencetus

5) Gejala terjadi memburuk malam hari menyebabkan penderita terbangun.

f. Klasifikasi Asma

Klasifikasi menurut derajat asma penting dalam penatalaksanaannya.

Derajat asma ditentukan gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala,

eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi β2 agonis dan uji

faal paru) serta obat pengontrol (jenis, kombinasi, dan frekuensi pemakaian).

Tabel 2.1 Derajat Asma

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

Intermitten Bulanan APE≥80%

- Gejala<1x/minggu. - Tanpa gejala diluar

serangan. - Serangan singkat.

≤ 2 kali sebulan - VEP1≥80% nilai prediksi APE≥80% nilai terbaik.

- Variabilitas APE<20%.

Persisten ringan Mingguan APE>80%

Page 11: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xiv

- Gejala>1x/minggu tetapi<1x/hari.

- Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

>2 kali sebulan - VEP1≥80% nilai prediksi APE≥80% nilai terbaik.

- Variabilitas APE 20-30%.

Persisten sedang Harian APE 60-80%

- Gejala setiap hari. - Serangan mengganggu

aktifitas dan tidur - Membutuhkan

bronkodilator tiap hari.

>2 kali sebulan - VEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik.

- Variabilitas APE>30%.

Persisten berat Kontinyu APE 60≤%

- Gejala terus menerus - Sering kambuh - Aktifitas fisik terbatas

Sering - VEP1≤60% nilai prediksi APE≤60% nilai terbaik

- Variabilitas APE>30%

Sumber : GINA 2006, PDPI 2004

g. Penatalaksanaan Asma

Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan

dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal

tanpa hambatan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol) (Sundaru, 2007).

Pada prinsipnya penatalaksanaan asma klasifikasikan menjadi:

penatalaksanaan asma akut dan jangka panjang:

1) Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)

Serangan akut adalah episode perburukan asma. Penanganan cepat

tepat sesuai derajat serangan. Penilaian berdasar riwayat serangan, gejala,

pemeriksaan fisik dan faal paru.

Page 12: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xv

Pada serangan ringan, obat yang digunakan β2 agonis kerja cepat

yang sebaiknya bentuk inhalasi. Pada keadaan tertentu (seperti ada

riwayat serangan berat) kortikosteroid oral diberikan dalam 3- 5 hari.

Pada serangan sedang diberi β2 agonis kerja cepat dan

kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambah ipratropium bromida

inhalasi, aminofilin IV. Bila perlu diberi oksigen dan cairan IV.

Pada serangan berat pasien dirawat dan diberi oksigen, cairan IV, β2

agonis kerja cepat, ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan

aminofilin IV. Pemberian obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk

inhalasi menggunakan nebuliser. (Depkes RI, 2008).

2) Penatalaksanaan asma jangka panjang

Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan mengontrol asma

dan mencegah serangan. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi:

Edukasi, obat asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran

(Sundaru, 2007).

Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega

diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan

untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang

dan terus menerus. (Sundaru dan Sukamto, 2007).

Page 13: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xvi

Obat yang termasuk pengontrol antara lain: kortikosteroid inhalasi

dan sistemik, sodium kromoglikat, Nedokromil sodium, Metilsantin,

Agonis β2 kerja lama inhalasi dan oral, Leukotrien modifier, Antihistamin

generasi ke-2, dll. Obat yang termasuk pelega antara lain: Agonis beta-2

kerja singkat, kortikosteroid sistemik, antikolinergik, aminofilin,

adrenalin, dll.

Edukasi mencakup kapan pasien berobat, mencari pertolongan,

mengenali gejala serangan asma secara dini, mengetahui obat-obat pelega

dan pengontrol serta cara dan waktu penggunaan, menghindari faktor

pencetus, dan kontrol teratur (Depkes RI, 2008).

Selain edukasi dan obat-obatan diperlukan juga menjaga kebugaran

antara lain dengan melakukan senam asma. Pada dewasa, dengan Senam

Asma Indonesia yang teratur, asma terkontrol dapat terjaga. Dengan

melaksanakan ketiga hal diatas diharapkan tercapai tujuan penanganan

asma, yaitu asma terkontrol (Yayasan Asma Indonesia, 2007).

Tabel 2.2 Tingkat Kontrol Asma

Tingkatan Asma Terkontrol

Karakteristik Terkontrol Terkontrol

Sebagian

Tidak

Terkontrol

Gejala harian Tidak ada (≤ 2 kali perminggu)

> dua kali seminggu

Tiga atau lebih gejala dalam kategori Asma

Page 14: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xvii

Pembatasan aktivitas Tidak ada Sewaktu-waktu dalam seminggu

Terkontrol Sebagian, muncul sewaktu-waktu dalam seminggu Gejala

nokturnal/gangguan tidur Tidak ada Sewaktu- waktu

dalam seminggu

Kebutuhan akan reliever atau terapi rescue

Tidak ada (dua kali atau kurang dalam seminggu)

≥ dua kali seminggu

Fingsi Paru (PEF atau

FEV1

Normal <80% (perkiraan atau dari kondisi terbaik bila diukur)

Eksaserbasi Tidak ada Sekali atau lebih dalam setahun

Sekali dalam seminggu

Sumber : GINA 2006.

Terkontrol Pemeliharaan dan Langkah Kontrol Terendah

Terkontrol Sebagian Tingkat terapi untuk mencapai kontrol

Tidak terkontrol Tingkat sampai terkontrol penuh Eksaserbasi Terapi eksaserbasi

Step 1 Step 2 Step 3 Step 4 Step 5 EDUKASI ASMA, KOTROL LINGKUNGAN

Jika diperlukan 案挠 agonis kerja cepat

Jika diperlukan 案挠 agonis kerja cepat

Obat Pengontrol

Pilih salah satu Pilih salah satu Tambahkan satu atau lebih

Tambahkan satu atau lebih

Inhalasi kortikosteroid

Inhalasi kortikosteroid

Inhalasi kortikosteroid

Glukokortikosteroid oral (dosis

Derajat kontrol Terapi

Menurun

Men

ingk

at

Menurun Meningkat

Page 15: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xviii

dosis rendah dosis rendah +案挠 agonis kerja lama

dosis sedang atau tinggi + 案挠 agonis kerja lama

terendah)

Leukotrien inhibitor

Inhalasi kortikosteroid dosis sedang atau tinggi

Leukotrien inhibitor

Terapi anti Ig E

Inhalasi kortikosteroid dosis rendah + leukotrien inhibitor

Teofilin lepas lambat

Inhalasi kortikosteroid dosis rendah + teofilin lepas lambat

Gambar 2.1 Penatalaksanaan asma berdasarkan kontrol berdasarkan kontrol untuk

anak usia > 5 tahun, remaja dan dewasa

Sumber: GINA (2006), Surjanto (2008)

2. Asthma Control Test

Tujuan utama pengobatan asma adalah mencapai kontrol yang adekuat.

Penatalaksanaan asma berdasarkan kontrol meliputi prinsip penatalaksanaan

penyakit kronik termasuk penilaian periodik, tujuan dan terapi perorangan

(Surjanto, 2008).

Sebagai penyakit multidimensi, persamaan persepsi kontrol asma belum

ada sehingga tidak heran bila sebagian besar asma tidak terkontrol. Para peneliti

mencari alat ukur yang mewakili kontrol asma secara keseluruhan sehingga

sasaran pengobatan lebih jelas (Sundaru, 2007).

Page 16: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xix

Saat ini diperkirakan ada sekitar 5 alat ukur berupa kuesioner dengan atau

tanpa pemeriksaan fungsi paru. Salah satu yang terkenal adalah: Asthma

Control Test (ACT). ACT diperkenalkan oleh Nathan et al. (2004) yang

bertujuan memudahkan dokter dan pasien dalam mengevaluasi penderita asma

yang berusia lebih dari 12 tahun dan menetapkan terapi pemeliharaannya.

Kuessioner ini terdiri dari lima pertanyaan tentang gangguan aktivitas karena

gejala asma, penggunaan obat pelega napas, penilaian pasien tentang seberapa

terkontrol penyakit mereka. Kuessioner ini telah divalidasi sehingga dapat

dipakai secara luas untuk menilai dan memperbaiki kondisi asma seseorang

(Nathan et al., 2004; Yunus 2005).

Kuesioner ACT ini telah di uji coba di poliklinik alergi-imunologi klinik,

Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM dengan hasil keandalan internal 83%,

keandalan interklas 92%, kesahihan dengan fungsi paru 24% dan kesahihan

dengan penilaian klinis 74% sehingga dapat disimpulkan ACT ini dapat dipakai

di masyarakat Indonesia (Sundaru, 2007).

Kuesioner ini untuk mengetahui seberapa sering gejala asma terjadi

dalam 4 minggu terakhir. Tiap jawaban dinilai mulai dari 1 sampai 5. Total

nilai terendah ACT adalah 5 sedangkan maksimal 25. Interpretasi hasilnya

adalah jika jumlah nilai ≤ 19, maka asma tersebut tidak terkontrol sedangkan

bila nilai ≥ 20, maka asma tersebut telah terkontrol (GINA, 2006).

Page 17: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xx

3. Tidur

a. Fisiologi Tidur

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar di mana orang

tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau

dengan rangsangan lainnya (Guyton dan Hall, 1997). Orang dewasa

membutuhkan waktu sekitar tujuh setengah jam tiap malam. (Kaplan dan

Sadock, 2000).

Pada orang dewasa, tahap tidur dibagi menjadi tidur REM dan tidur

non-REM (stadium 1 sampai 4). Dua taraf ini saling bergantian dalam siklus

yang bertahan antara 70 sampai 120 menit. Secara umum, 4 sampai 6 siklus

NREM-REM terjadi tiap malam. (Guyton dan Hall, 1997). Tahapan tidur

normal yakni:

Tahap 0 adalah periode kesadaran penuh dengan mata tertutup, yang

terjadi sesaat sebelum tidur. Tonus otot cenderung meningkat, aktivitas alpha

meningkat dengan peningkatan rasa kantuk (Kaplan dan Sadock, 2000).

Tahap 1 disebut tahap permulaan tidur karena menunjukkan transisi

singkat dari periode sadar menuju tidur. Didapat amplitudo rendah, aktivitas

beta dan theta lebih lambat (4-7 siklus per detik). Tahap 1 merupakan 5%

dari total periode waktu tidur (Kaplan dan Sadock 2000).

Tahap 2 didominasi aktivitas theta dan dicirikan dengan sleep spindles

adalah ritme gelombang Komplek K berbentuk tajam, negatif, gelombang

Page 18: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxi

EEG tegangan tinggi, diikuti oleh yang lebih lambat. Tahap 2 merupakan 45-

55% dari periode total tidur (Kaplan dan Sadock, 2000).

Tahap 3 dicirikan 20-50% aktivitas gelombang delta tegangan tinggi

frekuensi 1-2 siklus per detik. Seperti tahap 2, tonus otot meningkat, tetapi

tidak ada gerakan mata (Kaplan dan Sadock, 2000).

Tahap 4 terjadi saat gelombang delta menyusun > 50% rekaman EEG.

Tahap 3 dan 4 sering sulit dibedakan dan secara umum disebut slow-wave

sleep dan merupakan 15-20% waktu tidur (Kaplan dan Sadock, 2000).

Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM

tingkat I, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, peningkatan

aktivitas otot involunter, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur, gerakan

otot tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata cepat) dan

lebih sulit dibangunkan. Tahap ini merupakan 20-25% dari waktu tidur total

dan sering dikenal pula dengan tidur desynchronized (Stradling, 1995).

Urutan tahap tidur selama siklus tidur awal adalah: tahap NREM 1, 2,

3, 4, 3, dan 2; kemudian tahap REM. Pada dewasa muda, tidur REM

merupakan 25% waktu tidur total. Pada dewasa muda, dari bangun sampai

tahap NREM memerlukan waktu kira-kira 90 menit sebelum periode REM

pertama yang disebut sebagai REM latency. (Kaplan dan Sadock, 2000).

Siklus tidur (antara waktu REM dan REM berikutnya) lebih pendek

pada bayi daripada dewasa. Periode REM muncul setiap 50-60 menit selama

Page 19: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxii

waktu tidur bayi dan secara bertahap meningkat sampai dewasa dengan

panjang siklus 70-100 menit selama masa dewasa. (Saisan et al., 2008).

Saklar untuk tidur adalah nucleus preoptic ventrolateral (VLPO) di

hipotalamus anterior. Area ini akan aktif saat tidur dan menggunakan

neurotransmitter inhibisi GABA dan galanin untuk memulai tidur dengan

menghambat daerah rangsangan otak. Nukleus VLPO menghambat daerah

bangun. Neuron hypocretin di hipotalamus lateral membantu menstabilkan

saklar ini. Jatuh tertidur adalah hasil dari pemutusan fungsional antara

batang otak dan thalamus rostral dengan korteks otak (Pinzon, 2010).

b. Perubahan kardiovaskular dan respirasi selama tidur

Selama tidur NREM, denyut jantung dan tekanan darah turun sekitar

10%. Dalam tidur NREM, ada pengurangan aliran simpatis dan dominasi

dari parasimpatis berdasar percobaan Somers (1993) yang merekam aktivitas

nervus peroneus orang sehat ketika bangun dan pada berbagai stadium tidur.

Selama fase tidur REM, juga ada aktivitas fasik yang terjadi dalam

letupan. Aktivitas letupan fasik dapat menuntun pada kedua periode

peningkatan dan periode penurunan denyut jantung (Pack, 2008).

Selama tidur NREM, ventilasi tidur menurun. Secara umum, ada

penurunan dalam volume tidal ketika perubahan laju respirasi lebih

bervariasi (Krieger et al., 1990). Ventilasi selama tidur REM secara

konsisten lebih sedikit daripada saat keadaan terjaga. Ada perubahan dalam

Page 20: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxiii

ventilasi berkaitan dengan kejadian fasik tidur REM. Baik percepatan

maupun perlambatan laju respirasi keduanya ditemukan penurunan ventilasi.

Aktivitas otot interkosta dan muskulus respiratori aksesorius berkurang

bersamaan inhibisi general tonus otot skelet selama tidur REM. Resistensi

saluran napas atas meningkat progresif dari stadium 1 ke stadium 2, 3, dan 4

fase tidur NREM. (Bradley dan Phillipson, 2005). Respon ventilasi terhadap

hipoksia dan karbon dioksida menurun dalam fase tidur NREM dibanding

keadaan terjaga. Penurunan lebih lanjut pada fase REM. (Pack, 2008).

Setelah stadium slow wave sleep terlewati, input respirasi mekanik

berkurang dan pernapasan lebih diatur oleh sistem kontrol metabolik.

Kontrol respirasi lebih stabil. Volume ventilasi per menit berkurang 1- 2 L

per menit, PCO2 arteri meningkat 2-8 mmHg, dan PaO2 arteri menurun 5-10

mmHg dibanding keadaan terjaga (Bradley dan Phillipson, 2005).

Keadaan terbangun menghasilkan peningkatan denyut nadi, tekanan

darah dan ventilasi. Stimulus respirasi seperti oklusi saluran napas,

peningkatan resistensi saluran napas, hipoksia, dan hiperkapnia dapat

menuntun terbangun dari tidur. Stimulus respirasi yang utama untuk

membangunkan adalah derajat usaha pernapasan (Pack, 2008).

c. Kuantitas dan kualitas Tidur

Kualitas tidur menunjukkan kemampuan individu untuk tetap tertidur

dan mendapatkan jumlah tidur REM dan NREM yang tepat. Kuantitas tidur

Page 21: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxiv

adalah total waktu individu tidur (George dan Kryger, 2008). Kualitas dan

kuantitas tidur dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:

1) Pengaruh umur

Pola tidur-bangun berubah sesuai bertambahnya umur. Pada masa

neonatus, lama tidur sekitar 18 jam dan sekitar 50% adalah tidur REM..

Usia satu tahun lama tidur sekitar 13 jam dan 30% adalah tidur REM.

Waktu tidur menurun tajam setelah itu. Dewasa muda membutuhkan

waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75% dan REM 25%. (Amin, 2007).

2) Rutinitas harian dan Motivasi tidur

Rutinitas yang variatif memengaruhi tidur. Pekerja shift malam

dapat mengalami kesulitan tidur. Berdasarkan siklus sirkadian, tubuh

mempersiapkan untuk tidur di malam hari dengan menurunkan suhu

tubuh dan melepaskan hormon melatonin. Hasrat untuk tetap terjaga dan

siaga membantu mengatasi rasa kantuk dan tidur. (Neubauer, 1999).

3) Aktivitas fisik dan latihan

Aktivitas meningkatkan kelelahan dan mempromosikan relaksasi

tidur. Hal ini terlihat bahwa aktivitas fisik meningkatkan tidur fase REM

dan NREM (Division of Sleep Medicine Harvard University, 2007).

4) Kebiasaan konsumsi

Minuman beralkohol dalam takaran sedang, terlihat menginduksi

tidur. Namun, dalam jumlah besar membatasi tidur REM dan delta. Efek

ini menerangkan fenomena hangover setelah minum alkohol berlebihan.

Page 22: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxv

Kafein merupakan stimulator sistem saraf pusat. Untuk sebagian

besar orang, minuman berkafein mengganggu kemampuan untuk tidur.

Sebagai contoh, minuman kafein, kopi, teh, minuman kola, dan coklat.

Nikotin menstimulasi tubuh dan perokok sering mendapati kesulitan

jatuh tidur. Perokok biasanya mudah terbangun dan tidur singkat.

(Division of Sleep Medicine Harvard University, 2007).

5) Faktor lingkungan dan budaya

Sebagian besar orang tidur terbaik saat berada dalam lingkungan

rumah biasanya. Tidur di lingkungan baru dapat memengaruhi tidur REM

maupun NREM. (Kaplan dan Sadock, 2000). Budaya, keyakinan, dan

kebiasaan individu dapat memengaruhi tidur. (Saisan et al., 2008).

6) Stres psikologis dan Gangguan mental

Situasi hidup dapat menyebabkan stress psikologis. Seseorang yang

mengalami stress mungkin kesulitan mendapatkan jumlah tidur yang

cukup sesuai kebutuhan dan jumlah fase tidur REM menurun cenderung

meningkatkan ansietas dan stress (Saisan et al., 2008).

7) Penyakit

Keadaan medis berefek pada struktur dan distribusi tidur. Kondisi

seperti penyakit gagal jantung, hipertensi, osteoarthtritis, fibromyalgia,

kejang nokturnal, stroke, parkinson, penyakit refluks gastroesofagus dll

(Kaplan dan Sadock, 2000). Gangguan ini dapat membatasi kedalaman

tidur maupun episode singkat terbangun (Saisan et al., 2008).

Page 23: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxvi

d. Gangguan Tidur

1) Macam

Klasifikasi gangguan tidur yakni International Classification

Disorder (ICSD) dan DSM IV. DSM-IV mengandung total 12 penyakit.

Klasifikasi lengkap gangguan tidur DSM-IV pada lampiran 8. Ada empat

golongan utama gangguan tidur menurut penyebab (Durand, 2007):

a) Gangguan tidur primer, meliputi disomnia dan parasomnia

b) Gangguan tidur karena kelainan mental

c) Gangguan tidur karena kondisi medis umum

d) Subtansi penginduksi gangguan tidur.

International Classification of Disease membuat klasifikasi

gangguan tidur karena hipoventilasi sebagai berikut: Gangguan tidur

terkait hipoventilasi alveolar nonobstruktif idiopatik; Congenital Central

Alveolar Hypoventilation Syndrome; Gangguan tidur terkait hipoventilasi

karena patologi jaringan parenkim paru atau vascular; Gangguan tidur

terkait hipoventilasi karena obstruksi saluran napas bawah; Gangguan

tidur terkait hipoventilasi karena kelainan dinding dada dan

neuromuscular (Casey et al., 2007)

e. Penatalaksanaan

Terapi insomnia idealnya bertujuan memperbaiki kualitas dan

kuantitas tidur dan kembali normalnya fungsi fisiologis tubuh pada jam

Page 24: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxvii

produktif, mengembalikan kemampuan konsentrasi, dan mengurangi

keluhan saat bangun tidur. Terapi yang dipilih harus yang memberikan efek

samping minimal (Dwiprahasto, 2010).

Penanganan gangguan tidur dilakukan dari berbagai segi yakni medis,

lingkungan, dan psikologis. Langkah pertama untuk mengatasi insomnia

sekunder terhadap gangguan medik atau psikiatrik adalah mengoptimalkan

terapi terhadap penyakit yang mendasarinya (Amin, 2007).

1) Terapi non-Farmakologi

Sebagian besar ahli dan guidelines merekomendasikan terapi

insomnia diawali terapi nonfarmakologi (Morin, 2006; Leopando et al.,

2003; Smith et al., 2002).

a) Cognitive behavior therapy

Membantu mengubah keyakinan dan kebiasaan yang keliru tentang

tidur (misal harapan yang tidak realistis dan miskonsepsi), teknik

pelatihan (memahami tujuan hidup, menghadapi masalah, planning

coping respons, reappraisal dan pergeseran perhatian).

b) Exercise intensitas sedang (sebaiknya tidak dilakukan sesaat sebelum

tidur).

Page 25: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxviii

c) Terapi Relaksasi dengan melakukan penekanan dan relaksasi pada

kelompok otot yang berbeda, biofeedback, visual dan auditory

feedback untuk menurunkan rangsang somatik, meditasi, dan hinopsis.

d) Sleep Restriction (Paradoxical intention therapy)

Menggunakan pendekatan paradoksikal yaitu pasien memanfaatkan

waktu di tempat tidur yang terbatas (dikaitkan dengan lamanya waktu

tidur). Waktu di tempat tidur selanjutnya ditingkatkan dengan atau

dikurangi secara progresif, tergantung pada perbaikan atau perburukan

kualitas dan lamanya tidur.

e) Terapi pengendalian rangsang dengan menghindari sinar lampu terang

suara gaduh, dan suhu ekstrim, makan besar, kafein, rokok dan alkohol

di malam hari

f) Temporal Control Measure dengan menerapkan waktu bangun yang

konsisten, meminimalkan tidur / istirahat siang.

Durand (1988) dan Regestein (1990) menyarankan beberapa

penerapan kebiasaan tidur yang baik antara lain:

a) Menetapkan rutinitas dan waktu bangun regular yang sama setiap hari

b) Batasi atau hentikan zat yang bekerja di SSP (kafein, nikotin, alcohol,

stimulan)

Page 26: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxix

c) Naik ke tempat tidur hanya setelah merasa mengantuk dan bangkit dari

tempat tidur bila tidak dapat tidur dalam 15 menit dan minum susu

sebelum tidur

d) Hindari tidur sekejap siang hari (kecuali menyebabkan tidur malam

lebih baik)

e) Dapatkan kebugaran fisik dengan rajin olahraga pagi secara bertahap

f) Batasi aktivitas di kasur pada aktivitas membantu induksi tidur, hindari

stimulasi malam seperti aktivitas berat, ganti televisi dengan radio,

bacaaan santai

g) Kurangi suara keras dan cahaya di tempat tidur

h) Makan pada waktu yang teratur setiap hari dengan diet berimbang dan

membatasi lemak ; hindari makan besar dalam jumlah besar sebelum

tidur

i) Hindari perubahan suhu udara ekstem di kamar misal terlalu panas

atau dingin

j) Lakukan relaksasi malam seperti relaksasi otot progresif atau meditasi

2) Terapi Farmakologi

Jika efek yang diharapkan adalah efek pengurangan gejala segera,

maka pilihan pertama pada golongan hipnotik, terutama jika insomnia

menimbulkan gangguan serius atau gejala tetap terjadi setelah diterapi

terhadap penyakit yang mendasari (Dwiprahasto, 2010). Berikut terapi

farmakologi untuk insomnia (Leopando et al., 2003; Cauffield, 2007).

Page 27: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxx

a) Obat Hipnotik Golongan Benzodiazepin

Benzodiazepin beraksi sebagai antagonis reseptor GABA dengan

menurunkan latensi onset tidur dan ketahanan bangun setelah onset

tidur. Benzodiazepin bermanfaat sebagai terapi jangka pendek

insomnia. Penggunaan lebih dari 4 minggu meningkatkan risiko

ketergantungan (kebutuhan kronis dan bersifat kompulsif serta

fenomena putus obat). Benzodiazepin dapat menyebabkan depresi

pernapasan, terutama pada pasien dengan penyakit pulmoner.

b) Obat Hipnotik Golongan Non Benzodiazepin

Obat golongan non benzodiazepin berdampak minimal pada

tahapan tidur dan tidak terjadi fenomena REM sleep rebound seperti

benzodiazepin. Obat golongan ini untuk terapi insomnia antara lain:

zolpidem, zaleplon, dan eszopiclon.

c) Barbiturat, Opiat, dan Antidepresan

Fungsi barbiturat sebagai antagonis reseptor GABA menurunkan

latensi onset tidur dan menekan tidur REM. Opiat memfragmentasi

tidur dan menurunkan REM serta tidur stadium 2. Efek analgesia dan

sedasi opiat mengatasi insomnia akibat nyeri. Antidepresan seperti

amitriptilin, doksepin, tradozone, dan mirtazapin berefek sedasi

dengan memblok asetilkolin, norepinefrin, dan serotonin. Antidepresan

efektif untuk terapi pasien insomnia dengan dasar depresi. Ketiga jenis

obat ini efektif untuk terapi jangka pendek insomnia (maksimal 2

Page 28: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxi

minggu). Penggunaan waktu lebih lama meningkatkan toleransi,

ketergantungan fisik dan psikologis serta efek samping agitasi,

kebingungan, mimpi buruk, halusinasi, letargi, dan hangover.

d) Agonis Reseptor Melatonin

Ramelteon bekerja sebagai agonis reseptor melatonin

diindikasikan perawatan insomnia yang dikaraktertistikkan oleh

kesulitan jatuh tertidur.

3) Pemberian Suplemen dan Obat Herbal

Beberapa jenis bahan obat alam dan suplemen (seperti lavender,

melatonin, akar valerian, St.John’s wort, niasin, glutamine, dan I-

tryptophan dilaporkan membantu gejala insomnia (Buscemi et al., 2004).

4. Hubungan Asma dengan Tidur

Majde dan Kruger (2005) menyatakan sampai sekarang masih belum jelas

apakah mengalami gejala asma akan mengganggu tidur atau sebaliknya kualitas

tidur yang buruk berefek pada gejala asma. Janson et al. (1990) dan Bhagat et

al. (1997) dalam Hanson dan Chen (2008) melaporkan individu asma

mengalami tidur buruk dibandingkan normal. Akan tetapi, Chung et al. (2006)

menunjukkan hubungan tidur yang buruk dengan peningkatan gejala asma.

Studi Keimpema et al. (1995) menunjukan individu dengan penyakit paru

obstruksi kronis maupun asma sering mengeluhkan keluhan kesulitan induksi

dan mempertahankan tidur, terbangun di pagi hari, kelelahan dan rasa kantuk

Page 29: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxii

berlebih di siang hari. Ada pengurangan yang signifikan dalam efisiensi tidur

pada pasien asma dibanding individu normal (Martin dan Schlegel, 1998).

Gangguan respirasi selama tidur NREM mengganggu periode siklus

normal REM sepanjang malam, mencegah progesivitas dan mengurangi total

jumlah tidur REM. Padahal, ketika seseorang kekurangan tidur REM, maka

akan merasakan tidur kurang nyenyak dan menimbulkan rasa kantuk berlebih

(Punjabi et al., 2002). Studi Punjabi (2002) terhadap pasien gangguan tidur

karena masalah pernapasan menunjukkan index apnea, hipopnea, derajat

pemutusan tidur, dan derajat hipoksemia nokturnal berhubungan dengan

peningkatan rasa kantuk di siang hari yang diukur dengan Multiple Sleep

Latency Test secara independent.

Selain itu, asma sering memburuk pada malam hari atau dikenal dengan

asma nokturnal. Turner-Warwick (1988) melakukan studi terhadap 7792 pasien

asma, dilaporkan 74% terbangun dengan gejala asma paling sedikit sekali

seminggu, 64% melaporkan gejala asma terjadi paling sedikit tiga malam per

minggu, dan 40% dilaporkan mengalami gejala asma tiap malam serta 53%

kematian asma terjadi antara tengah malam sampai jam 8 pagi. Pasien asma

nokturnal digolongkan sebagai asma tidak terkontrol dan intensitas pengobatan

disesuaikan dengan panduan yang dipublikasikan.

Pada asma, resistensi saluran pernapasan bawah meningkat secara

progresif sepanjang malam dengan peningkatan lebih besar selama tidur. Hasil

ini didukung dengan observasi bahwa onset serangan asma lebih sedikit pada

Page 30: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxiii

bagian pertama tidur. Fungsi paru dan responsivitas saluran napas bervariasi

sesuai ritme sirkadian, dengan titik terendah dalam fungsi paru terjadi kira-kira

jam 4 pagi. Jumlah sel inflamasi dan level mediator inflamasi pada paru terlihat

meningkat selama malam hari. Pada asma, peran relatif sirkadian dan sistem

tidur menjadi subjek kontroversi (Martin dan Schlegel, 1998).

Gejala asma nokturnal seperti batuk dispneu dapat mengganggu tidur.

Pasien asma lebih sering mengalami rasa kantuk di siang hari (daytime

sleepiness) dan mengeluh sulit jatuh tertidur atau sering terbangun lebih awal

daripada subjek tanpa asma (Janson et al., 1996). Polisomnografi pada pasien

asma nokturnal menunjukkan penurunan efisiensi tidur (waktu lama tidur

dibanding waktu berada di kasur) dan meningkatkan frekuensi terbangun.

Pada beberapa pasien asma, variasi sirkadian dari fisiologi saluran napas

memberikan peningkatan tercetusnya sleep disordered breathing antara tengah

malam sampai jam 8 pagi. Proses yang mendasarinya diperkirakan berasal dari

pengaruh proses inflamasi (Bender dan Leung, 2005).

Perubahan sitokin akibat asma berkontribusi pada perubahan tidur dengan

mempengaruhi neurokimiawi otak yang meregulasi tidur. Majde dan Kruger

(2005) menyatakan beberapa termasuk IL-4, IL-6, IL-1, dan TNF-α. Sitokin IL-

4 dan IL-1 meningkat pada pasien alergi yang berhubungan dengan

peningkatan masa latensi untuk tidur REM dan merendahkan keseluruhan

kualitas tidur. Studi Fang et al. (1997) juga menunjukkan IL-1 dan TNF-α

meningkatkan intensitas dan durasi tidur NREM serta menahan tidur REM.

Page 31: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxiv

Teofilin secara umum dianggap sebagai pengobatan asma nokturnal yang

efektif, terutama jika jadwal dosis pemberian dibangun untuk mencapai level

puncak yang pada malam hari ketika pembatasan saluran napas terbesar (Barnes

et al., 1982). Akan tetapi, teofilin termasuk golongan metilxantin yang

memiliki efek seperti kafein yakni mengganggu tidur.

Hasil penelitian Hanson dan Chen (2008) menunjukkan bahwa kualitas

tidur yang buruk memprediksikan gejala asma yang lebih parah keesokan

harinya, nilai prediksi peak expiratory force (PEF) lebih rendah dan kadar

keluaran kortisol harian yang lebih rendah.

5. Pittsburgh Sleep Quality Index

Buysse et al. mendesain suatu pengukuran kualitas tidur yang dikenal

sebagai Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI didesain untuk

menyediakan pengukuran kualitas tidur yang reliabel, valid, dan terstandardisasi.

Tidak perlu pelatihan untuk penggunaan kuesioner tidur ini. Revisi terakhir pada

tahun 2005 pada sistem penilaian PSQI (Rush et al., 2000).

Tujuan PSQI adalah mengukur kualitas tidur selama sebulan terakhir dan

mengklasifikasikan sebagai kualitas tidur yang baik atau buruk. Beberapa

dimensi yang tercakup dalam skoring PSQI adalah kualitas tidur subjektif, masa

laten tidur, durasi tidur, kebiasaan efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan

obat-obat tidur, dan disfungsi di siang hari (Buysse, 1989).

Page 32: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxv

PSQI terdiri 19 pertanyaan. Pertanyaan untuk diri sendiri terdiri 15

pertanyaan pilihan ganda yang menanyakan tentang frekuensi gangguan tidur dan

kualitas tidur subjektif serta 4 pertanyaan uraian yang menanyakan tentang jam

tidur, jam bangun, masa laten tidur, dan durasi tidur. Lima pertanyaan untuk

pasangan tidur berupa soal pilihan ganda yang menilai gangguan tidur.

Pertanyaan untuk diri sendiri saja yang dihitung dalam skor (Buysse, 1989).

Setiap komponen soal mempunyai rentang nilai antara 0 (jika tidak ada

kesulitan) sampai 3 (nilai maksimum untuk kesulitan yang berat). Nilai-nilai tiap

komponen dijumlahkan menghasilkan nilai total yang berkisar antara 0-21

(Buysse, 1989). Total nilai PSQI >5 menunjukkan kualitas tidur buruk yang

signifikan dengan sensitivitas diagnostic 89.6% dan spesifitas 86.55 (kappa =

0.75, p kurang dari 0.001) (Backhaus et al., 2002).

B. Kerangka Pemikiran

Obat Pelega

· Ketidakcocokan V/Q

· Sitokin IL-1,IL-4, IL-6, TNF-α

· Hipoksia/ Hiperkapnia

· Efek Medikasi: bronkodilator, kortikosteroid, teofilin

ASMA

Kontrol Asma

Asma Nokturnal

Tidur yang terputus dan

kurang menyegarkan

Terbangun Malam Hari

Efek Tidur

· Posisi telentang · Irama Circadian · ↑resistensi

bronkus · ↓kerja mukosiliar · ↓respon

pernapasan

Page 33: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxvi

Keterangan :

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah: “Ada perbedaan kualitas tidur pada pasien asma

terkontrol dengan tidak terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

BAB III

METODE PENELITIAN

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

: Memengaruhi

Page 34: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxvii

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional, yaitu variabel bebas (faktor risiko) dan variabel

tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama. (Taufiqurrahman,

2004).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta

pada bulan April sampai Juni 2010

4. Subjek Penelitian

a. Populasi Penelitian

Semua pasien asma yang memeriksakan diri di Poliklinik Paru maupun

yang sedang dirawat inap di Bangsal Anggrek 2 RSUD Dr.Moewardi pada

bulan April sampai Juni 2010.

b. Sampel Penelitian

Setiap pasien asma yang memeriksakan diri di Poliklinik Paru maupun

yang sedang dirawat inap di Bangsal Anggrek 2 RSUD Dr.Moewardi pada

bulan April sampai Juni 2010 yang masuk dalam kriteria inklusi dan tidak

memenuhi kriteria ekslusi.

c. Kriteria Subyek Penelitian

a. Kriteria Inklusi:

Page 35: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxviii

1) Pasien berumur 18 tahun ke atas.

2) Pernah didiagnosis menderita asma oleh dokter ahli paru dalam berbagai

derajat berat asma di RSDM Dr. Muwardi Surakarta

3) Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent.

b. Kriteria Eksklusi:

1) Menderita penyakit lain dengan diagnosis banding asma

2) Pasien yang buta huruf dan tidak bisa membaca

5. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling yakni

purposive sampling dimana setiap yang memenuhi kriteria di atas dimasukkan

dalam penelitian sampai kurun waktu yang ditetapkan (Murti, 2006).

Jenis purposive sampling yang akan digunakan adalah fixed-exposure

sampling. Fixed exposure sampling merupakan skema pencuplikan yang dimulai

dengan memilih sampel berdasarkan status paparan subjek yang sudah fixed.

(Murti, 2006).

Besarnya sampel ditetapkan dengan rumus uji beda proporsi:

Page 36: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xxxix

柜囊鰸 柜挠纵Ἀd税2官冠十Ἀ案税官囊冠囊十官挠冠挠邹挠纵官囊石官挠邹挠

(Dahlan, 2008)

Keterangan:

α,β : Tingkat kemakmuran (α = 0,05 dan β = 0,2)

maka nilai Zα dan Zβ adalah 1,96 dan 0.842

P1 : Proporsi efek standar dari pustaka

P2 : Proporsi yang diteliti (clinical judgement)

P : ½ (P1+P2)

Q : 1-P

Dari hasil perhitungan rumus, besar sampel yang didapatkan adalah 89

sampel untuk tiap kelompok. Namun, karena keterbatasan waktu, maka

penelitian ini hanya akan diambil 60 sampel yang terdiri dari 30 sampel

kelompok yang diteliti dan 30 sampel kelompok kontrol. Hal ini telah sesuai

dengan “Role of Thumb” atau patokan dasar umum, setiap penelitian yang

datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan

sampel minimal 30 subyek penelitian (Murti, 2006).

6. Rancangan Penelitian

Page 37: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xl

Keterangan:

ACT : Asthma Control Test

PSQI : Pittsburgh Sleep Quality

7. Identifikasi Variabel Penelitian

Penderita Asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Asma Terkontrol Asma tidak terkontrol

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Mengisi kuissioner ACT

Mengisi kuisioner PSQI Mengisi kuisioner PSQI

Kualitas tidur baik

Kualitas tidur buruk

Kualitas tidur baik

Kualitas tidur buruk

Tabel 2x2

Analisis bivariat Uji Chi Square dan

Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda

Page 38: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xli

1. Variabel bebas : Kontrol asma menurut kriteria ACT

2. Variabel tergantung : Kualitas tidur menurut kriteria PSQI

3. Variabel perancu : Umur, penyakit dengan diagnosis banding asma,

gangguan medis lain yang dapat menyebabkan gangguan tidur, gangguan

mental yang dapat menyebabkan gangguan tidur, gangguan tidur akibat zat,

subjektivitas responden dalam mengisi kuesioner.

8. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kontrol Asma menurut kriteria Asthma Control Test (ACT)

a. Definisi: Yang termasuk dalam kategori asma terkontrol adalah pasien dengan skor

ACT ≥ 20, sedangkan kategori asma tidak terkontrol adalah pasien dengan skor

ACT≤ 19 (GINA, 2006).

b. Sumber data: Data primer pasien

c. Alat ukur: Kuesioner ACT

d. Skala pengukuran: Nominal dikotomik, mengkategorikan menjadi asma

terkontrol dan tidak terkontrol.

2. Kualitas tidur menurut kriteria Pittsburgh Sleep Quality (PSQI)

a. Definisi: Kualitas tidur dinilai baik jika total nilai (global score) ≤ 5 sedangkan

kualitas tidur dinilai buruk jika total nilai (global score) > 5 (Backhaus et al., 2002).

b. Sumber data: Data primer pasien

c. Alat ukur : Kuesioner PSQI

d. Skala pengukuran: Nominal dikotomik, mengkategorikan menjadi kualitas

tidur baik dan buruk.

Page 39: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xlii

3. Jenis kelamin

a. Definisi: Jenis kelamin sampel dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.

b. Alat ukur: Wawancara

c. Skala pengukuran: Nominal

4. Umur

a. Definisi: Umur sampel adalah selisih hari kelahiran dengan ulang tahun terakhir

saat penelitian berlangsung (Mulyono et al., 2003).

b. Alat ukur: Wawancara

c. Skala pengukuran: Rasio

5. Ras

a. Definisi: Ras sampel penelitian adalah adalah WNI keturunan asli Indonesia.

b. Alat ukur: Wawancara

c. Skala pengukuran: Nominal

6. Penyakit dengan diagnosis banding asma:

a. Definisi

1) Gagal jantung adalah sindroma klinis ditandai oleh sesak napas dan fatigue

(saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan kelainan struktur atau fungsi

jantung (Panggabean, 2006).

2) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit ditandai adanya

hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran

udara bersifat progresif disertai respon inflamasi abnormal paru terhadap

partikel atau gas beracun (Hood, 2004).

Page 40: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xliii

3) Emboli paru merupakan kejadian obstruksi sebagian atau total sirkulasi arteri

pulmonalis atau cabang-cabang akibat tersangkutnya emboli trombus atau

emboli yang lain (Rahmatullah, 2006).

b. Alat ukur: Wawancara dan rekam medis

c. Skala pengukuran: Nominal

7. Gangguan medis lain yang dapat menimbulkan gangguan tidur

a. Definisi: gangguan tidur yang terjadi karena akibat dari gangguan medis umum

seperti gagal jantung, hipertensi, diabetes melitus, osteoarthritis, gagal ginjal,

kejang nokturnal, nyeri kepala (cephalgia), refluks gastroesofagus, parkinson,

stroke (Welsh, 2003).

b. Alat ukur: Wawancara dan rekam medis

c. Skala Pengukuran: Nominal

8. Gangguan mental yang dapat mengganggu tidur

a. Definisi: Gangguan tidur berupa insomnia pada gangguan depresif berat,

dementia, gangguan kecemasan umum, gangguan Bipolar II dan episode manik

ataupun hipersomnia pada gangguan mood, gangguan bipolar I fase terdepresi

(Frances et al., 1995).

b. Alat ukur : Wawancara dan rekam medis

c. Skala pengukuran: Nominal

9. Gangguan tidur akibat zat

Page 41: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xliv

a. Definisi: Gangguan tidur yang berkembang dalam satu bulan akibat intoksikasi

atau putus zat. Subtansi zat yang dapat menyebabkan gangguan tidur antara lain:

narkoba, obat penghambat beta, kafein, alkohol, obat hipnotik-sedatif,

kemoterapi (Kaplan dan Sadock, 2000).

b. Alat ukur: Wawancara dan rekam medis

c. Skala Pengukuran: Nominal

9. Alat dan Bahan Penelitian

1. Informed Consent

2. Kuesioner ACT, Kuesioner PSQI, Kuesioner riwayat penyakit dan riwayat konsumsi zat

10. Cara Kerja

1. Melakukan wawancara dengan pasien yang telah didiagnosis asma meliputi:

a. Wawancara tentang data diri pasien (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaaan, dan alamat).

b. Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur, serta manfaat penelitian kepada pasien

dan mendapat persetujuan keikutsertaan dalam penelitian dengan

penandatanganan informed consent.

c. Pengisian kuesioner Asthma Control Test (ACT)

d. Pengisian kuesioner Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

e. Pengisian kuesioner penyakit penyerta dan riwayat konsumsi zat

2. Cara mengisi kuesioner ACT dan PSQI

a. Memberikan penjelasan secukupnya pada pasien

Page 42: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xlv

b. Mendampingi pasien pada waktu pengisian kuesioner

c. Mempersilakan pasien bertanya bila menemui kesulitan

d. Jika pasien tidak dapat mengisi sendiri, maka peneliti dapat melakukan

wawancara terhadap pasien untuk pengisian kuesioner

3. Menghitung skor total ACT dan mengelompokanya dengan cara:

a. Setiap soal dalam kuesioner masing-masing pilihan jawabannya mempunyai skor

1-5.

b. Skor tiap soal tergantung jawaban pasien

c. Skor tiap soal dijumlah dan didapatkan skor total yang kemudian dikelompokkan

menjadi asma terkontrol jika skor total ≥ 20 dan asma tidak terkontrol jika skor

ACT ≤19 (GINA, 2006).

4. Menghitung skor total PSQI

a. Setiap soal kuesioner PSQI mempunyai sistem skoring tersendiri

b. Skor tiap soal tergantung jawaban pasien

c. Skor tiap soal dijumlah dan didapat skor total yang kemudian dikelompokkan

menjadi kualitas tidur baik jika skor total ≤ 5 sedangkan kualitas tidur buruk jika

skor total > 5 (Buysse, 1989).

5. Menilai perbedaaan kualitas tidur menurut PSQI pada pasien asma terkontrol dan

tidak terkontrol menurut ACT.

11. Teknik Analisis Data

Page 43: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xlvi

Karakteristik data sampel berskala kategorikal dideskripsikan dalam

frekuensi dan persen. Karakteristik data sampel berskala kontinu dideskripsikan

dalam frekuensi, mean, dan deviasi standar.

Data penelitian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Package for

Social Sciences) 17.0 for Windows. Analisa data statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah diawali dengan analisa bivariat uji chi square selanjutnya

dianalisis bersama dengan analisis regresi logistik ganda guna mencari Odds

Ratio, Confidence Interval 95% dan nilai p.

Pertama, variabel bebas dan perancu akan dianalisis masing-masing secara

bivariat terhadap variabel tergantung dengan menggunakan uji chi square untuk

mengetahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel secara statistik

bermakna ataukah peran peluang terlalu besar hingga keterkaitan yang teramati

tidak bermakna. Data diolah dengan menggunakan metode statistik uji Chi-square

(X2) dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Hubungan antara kedua variabel bermakna

bila faktor peluang atau nilai p kurang dari 5% (p<0,05).

Analisis regresi logistik ganda digunakan untuk menganalisis pengaruh

variabel perancu yang tidak direstriksi dalam kriteria sampel. Teknik ini

digunakan bila variabel tergantungnya berskala nominal (Sastroasmoro, 2006).

Variabel yang akan dimasukkan dalam analisis regresi logistik adalah variabel

Page 44: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xlvii

yang pada analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna dan

mempunyai nilai p<0,25 (Dahlan, 2009).

Penghitungan odds ratio dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat

hubungan kualitas tidur dengan kontrol asma. Dalam model regresi logistik, rumus

OR = exp (β). Interpretasi OR disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Interpretasi OR (rule of thumbs)

OR Interpretasi

1 Tidak ada hubungan

>1 hingga < 1,5 Terdapat hubungan lemah

≥1,5 hingga < 3 Terdapat hubungan sedang

≥3 hingga <10 Terdapat hubungan kuat

≥10 Terdapat hubungan sangat kuat

Perbedaan kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol

dianalisis dengan model analisis regresi logistik dengan sekaligus mengontrol

pengaruh variabel perancu umur, riwayat penyakit penyerta dengan persamaan

sebagai berikut: (Murti, 2006).

Ln 贵1石贵鰸 d十案囊贯囊十案挠贯挠十案脑贯脑

Dimana:

p = probabilitas pasien asma untuk mengalami kualitas tidur buruk

1-p = probabilitas pasien asma untuk mengalami kualitas tidur baik 贯囊 = kontrol asma pasien (0: asma terkontrol, 1: asma tidak terkontrol) 贯挠 = umur pasien asma (0: <48 tahun; 1: ≥48 tahun)

Page 45: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xlviii

贯脑 = keberadaan riwayat penyakit penyerta (0: tidak ada, 1: ada)

Keberadaan kerancuan (confounding factor) taksiran OR perbedaan kualitas

tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol oleh variabel perancu

umur dan riwayat penyakit penyerta ditemukan dengan cara membandingkan hasil

estimasi OR yang mengontrol faktor perancu (adjusted estimate) dari analisis

regresi logistik ganda dengan hasil estimasi OR yang tidak mengontrol faktor

perancu tersebut (crude estimate) dari hasil analisis bivariat.

Apabila terdapat perbedaan antara OR taksiran kasar (crude estimate) dan

OR taksiran yang mengontrol kerancuan (adjusted estimate) sebesar10-20% atau

lebih, maka taksiran kasar tersebut dikatakan telah mengalami bias. Jika taksiran

kasar OR mengandung bias, maka taksiran OR yang digunakan adalah taksiran

yang mengendalikan pengaruh faktor perancu.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma

Terkontrol dengan Tidak Terkontrol telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Juni 2010 di Poliklinik Paru dan Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Sampel sejumlah 60 terdiri dari 30 sampel pasien asma

terkontrol dan 30 sampel pasien asma tidak terkontrol. Berikut disampaikan hasil

penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Page 46: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi Sampel

No Jenis Kelamin

1. Perempuan

2. Laki-laki

Jumlah

Gambar 4.1

Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 menunjukkan

yang memeriksakan diri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

kelamin wanita yakni berjumlah 33 orang (55%).

Tabel

No Kelompok Umur

1 <20 tahun 2 21-30 tahun 3 31-40 tahun 4 41-50 tahun 5 51-60 tahun 6 61-70 tahun 7 >71 tahun Jumlah

xlix

Karakteristik Sampel Penelitian

Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

33 55

27 45

60 100

Gambar 4.1 Persentase Sampel Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 menunjukkan selama penelitian, penderita asma

yang memeriksakan diri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta paling banyak

berjumlah 33 orang (55%).

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Kelompok Umur Frekuensi %

2 3,3 2 3,3 9 15 23 38,3 13 21,7 8 13,3

3 5 60 100

55%45% Perempuan

Laki

selama penelitian, penderita asma

paling banyak berjenis

Perempuan

Laki-Laki

Page 47: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 didapatkan penderita asma pada kelompok

umur 41-50 menempati persentase te

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan

1. SD sederajat

2. SLTP sederajat

3. SLTA sederajat

4. D3/S1 sederajat

Jumlah

22%

13%

Gambar 4.2

38%

22%

Gambar 4.3 Persentase Sampel Menurut Tingkat Pendidikan

l

Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 didapatkan penderita asma pada kelompok

50 menempati persentase terbanyak yaitu 23 orang (38,3%).

Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah %

SD sederajat 15 25

SLTP sederajat 9 15

SLTA sederajat 23 38,3

D3/S1 sederajat 13 21,7

Jumlah 60 100

3% 3%15%

39%

13% 5%

Gambar 4.2 Persentase Sampel Menurut Kelompok Umur

<20 tahun21-31-41-51-61->71

25%

15%38%

22%

Persentase Sampel Menurut Tingkat Pendidikan

SD sederajatSLTP sederajatSLTA sederajatD3/S1 sederajat

Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 didapatkan penderita asma pada kelompok

Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

<20 tahun-30 tahun-40 tahun-50 tahun-60 tahun-70 tahun

>71

D3/S1 sederajat

Page 48: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

Dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.3

terbanyak adalah SLTA sebanyak 23 orang (38,3%), sedangkan tingkat pendidikan

paling sedikit adalah SLTP sebanya

Tabel 4.

No. Pekerjaan

1 PNS

2 Swasta

3 Pedagang/Wiraswasta

4 Pelajar/ Mahasiswa

5 Ibu Rumah tangga

6 Pensiunan

Jumlah

Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.4

terbanyak adalah swasta 24 orang (40%), sedangkan persentase pekerjaan sampel

terkecil adalah Pelajar / M

B. Analisis Bivariat Uji

Data dalam penelitian ini dianalisa dengan uji

dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel s

5%

25%

Gambar 4.4

li

dan Gambar 4.3 didapatkan tingkat pendidikan sampel yang

terbanyak adalah SLTA sebanyak 23 orang (38,3%), sedangkan tingkat pendidikan

paling sedikit adalah SLTP sebanyak 9 orang (15%).

4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan

Jumlah

7 11,

24 40

Pedagang/Wiraswasta 6 10

Pelajar/ Mahasiswa 3

Ibu Rumah tangga 15 25

5 8,

60 100

dan Gambar 4.4 didapatkan persentase pekerjaan sampel

terbanyak adalah swasta 24 orang (40%), sedangkan persentase pekerjaan sampel

terkecil adalah Pelajar / Mahasiswa sebanyak 5 orang (8,3%).

Bivariat Uji Tabulasi Silang atau Chi Square

Data dalam penelitian ini dianalisa dengan uji chi square, dengan uji itu

dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel s

12%

40%10%

8%

Gambar 4.4 Persentase Sampel Menurut Pekerjaan

PNSSwastaPedagang/WiraswastaPelajar/ MahasiswaIbu Rumah TanggaPensiunan

tingkat pendidikan sampel yang

terbanyak adalah SLTA sebanyak 23 orang (38,3%), sedangkan tingkat pendidikan

%

11,7

40

10

5

25

8,3

100

persentase pekerjaan sampel

terbanyak adalah swasta 24 orang (40%), sedangkan persentase pekerjaan sampel

dengan uji itu

dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel secara

Pedagang/WiraswastaPelajar/ MahasiswaIbu Rumah Tangga

Page 49: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lii

statistik bermakna. Penelitian ini mengamati hubungan antara variabel

tergantung kualitas tidur dengan variabel bebas kontrol asma dan variabel

perancu riwayat penyakit penyerta, umur, riwayat konsumsi zat. Adanya

variabel perancu berpengaruh terhadap hasil analisis data yang didapat. Untuk

mengendalikannya, dilakukan analisis regresi logistik. Setelah hasil uji chi

square didapat, maka dapat dilihat nilai signifikansinya. Hubungan signifikan

jika p<0,05. Selain itu, jika p<0,25, maka variabel tersebut memenuhi syarat

analisis regresi logistik.

Tabel 4.5 Analisis Bivariat tentang Kualitas Tidur antara Pasien Asma Terkontrol dengan Tidak Terkontrol

Variabel

Kualitas Tidur Total

Crude OR

X2 p Baik n(%)

Buruk n(%)

Asma Terkontrol 17(56,7) 13(43,3) 30(100) - - -

Asma Tidak Terkontrol 7(23,3) 23(76,7) 30(100) 4,3 6,94 0,008

Page 50: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

liii

Dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 didapatkan kelompok asma terkontrol

sampel dengan kualitas tidur baik sebanyak 17 orang (56,7%) dan kualitas tidur

buruk sebanyak 13 orang (43,3%). Pada kelompok asma tidak terkontrol, sampel

dengan kualitas tidur baik sebanyak 7 orang (23,3%) dan kualitas tidur buruk

sebanyak 23 orang (76,7%). Analisis bivariat terhadap hubungaan antara tingkat

kontrol asma dengan kualitas tidur menunjukkan hubungan yang signifikan

(p<0,05) dan memenuhi syarat analisis regresi logistik (p< 0,25) sehingga variabel

kontrol asma dapat dianalisis regresi logistik. Pasien asma tidak terkontrol

memiliki risiko untuk mengalami kualitas tidur buruk empat kali lebih besar

daripada asma terkontrol (OR=4,3; CI95% 1,3 s.d. 14,7), tetapi hasil ini belum

mengontrol pengaruh dari variabel perancu.

0102030405060708090

Asma Terkontrol Asma Tidak Terkontrol

Per

sent

ase

Kua

litas

Tid

ur B

uruk

(%

)

Keadaan Kontrol Asma

Gambar 4.5 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Kontrol Asma

Page 51: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

liv

Tabel 4.6 Analisis Bivariat tentang Kualitas Tidur antara Pasien yang disertai dengan riwayat penyakit penyerta dan tidak

Variabel

Kualitas Tidur

Total Crude

OR X2 p

Baik n(%)

Buruk n(%)

Tanpa penyakit penyerta 21(63,6) 12(36,4) 33(100) - - - Ada penyakit penyerta 3(11,1) 24(88,9) 27(100) 14 17,07 <0,001

Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 didapatkan pada kelompok tanpa riwayat

penyakit penyerta, sampel dengan kualitas tidur baik sebanyak 21 orang (63,6%)

dan kualitas tidur buruk sebanyak 12 orang (36,4%). Pada kelompok adanya

riwayat penyakit penyerta, sampel dengan kualitas tidur baik sebanyak 3 orang

(11,1%) dan kualitas tidur buruk sebanyak 24 orang (88,9%). Analisis bivariat

terhadap hubungan antara riwayat penyakit penyerta dengan kualitas tidur

0102030405060708090

100

Tanpa Penyakit Penyerta Ada Penyakit PenyertaPer

sent

ase

Kua

litas

Tid

ur B

uruk

Keberadaan Riwayat Penyakit Penyerta

Gambar 4.6 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Keberadaan Riwayat Penyakit Penyerta

Page 52: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lv

menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,001) dan memenuhi syarat analisis

regresi logistik (p<0,25) sehingga variabel perancu riwayat penyakit penyerta

dapat dianalisis regresi logistik. Pasien asma dengan riwayat penyakit penyerta

berisiko mengalami kualitas tidur buruk empat belas kali lebih besar daripada

tanpa riwayat penyakit penyerta (OR=14; CI95% 3,5 s.d. 56,4), tetapi hasil ini

belum mengontrol pengaruh dari variabel lain.

Tabel 4.7 Tabel Uji normalitas data umur (numerik) menurut kontrol asma

Kontrol asma berdasarkan skor ACT

Kolmogorov-Smirnov

Sig

Umur Terkontrol 0.200 Tidak Terkontrol 0.197

Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji normalitas terhadap distribusi data umur

secara analitik. Uji Kolmogorov Smirnov digunakan karena sampel berjumlah

>50. Dari tabel didapatkan nilai sig untuk asma terkontrol= 0,200 sedangkan untuk

asma tidak terkontrol nilai sig= 0,197; maka dapat diambil kesimpulan bahwa

distribusi umur terhadap kontrol asma normal karena nilai sig>0,005. Distribusi

data umur terhadap variabel kontrol asma normal, sehingga dapat dilakukan

analisis data pengaruh variabel umur terhadap kualitas tidur.

Tabel 4.8 Karakteristik data umur

Variabel n Mean Median SD

Umur 60 48,9 48,5 100

Page 53: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lvi

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa mean dan median dari umur keduanya

berada pada umur 48 tahun sehingga dalam pengkategorian umur selanjutnya

dalam dua kategori yakni < 48 tahun dan ≥48 tahun

Tabel 4.9 Analisis Bivariat tentang Kualitas Tidur antara Pasien yang berumur <48 tahun dan ≥48 tahun

Variabel

Kualitas Tidur Total

Crude

OR X2 p

Baik n(%)

Buruk n(%)

<48 tahun 18(60) 12(40) 30(100) - - - ≥ 48 tahun 6(20) 24(80) 30(100) 6 10 0,002

Dari Tabel 4.9 dan Gambar 4.7 didapatkan pada kelompok umur < 48

tahun, sampel dengan kualitas tidur buruk sebanyak 12 orang (40%). Sedangkan

kelompok umur ≥48 tahun, sampel dengan kualitas tidur buruk sebanyak 24 orang

(80%). Analisis bivariat terhadap hubungan antara umur dengan kualitas tidur

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

<48 tahun ≥ 48 tahunPer

sent

ase

Kua

litas

Tid

ur B

uruk

Umur

Gambar 4.7 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Umur

Page 54: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lvii

menunjukkan hubungan signifikan (p<0,05) dan memenuhi syarat analisis regresi

logistik (p< 0,25) sehingga variabel umur dapat dianalisis regresi logistik. Pasien

asma berumur ≥48 tahun berisiko mengalami kualitas tidur buruk enam kali lebih

besar daripada umur <48 tahun (OR=6; CI95% 1,9 s.d. 19), tetapi hasil ini belum

mengontrol pengaruh variabel lain.

Tabel 4.10 Analisis Bivariat tentang Kualitas Tidur antara Pasien yang disertai dengan riwayat konsumsi zat tertentu dan tidak

Variabel

Kualitas Tidur

Total Crude

OR X2 p

Baik n(%)

Buruk n(%)

Tanpa riwayat konsumsi zat 19(40,4) 28(59,6) 47(100) - - - Ada riwayat konsumsi zat 5(38,5) 8(61,5) 13(100) 1,1 0,02 0,898

Dari Tabel 4.10 didapatkan pada kelompok tanpa riwayat konsumsi zat ,

sampel dengan kualitas tidur baik sebanyak 19 orang (40,4%) dan kualitas tidur

buruk sebanyak 28 orang (59,6%). Pada kelompok ada riwayat konsumsi obat,

sampel dengan kualitas tidur baik sebanyak 5 orang (38,5%) dan kualitas tidur

buruk sebanyak 8 orang (61,5%). Analisis bivariat terhadap hubungan antara

riwayat konsumsi zat dengan kualitas tidur menunjukkan hubungan yang tidak

signifikan (p>0,05) dan tidak memenuhi syarat analisis regresi logistik (p>0.25).

Page 55: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lviii

C. ANALISIS REGRESI LOGISTIK GANDA

Berdasarkan analisis bivariat, variabel yang berpengaruh secara signifikan

terhadap kualitas tidur adalah kontrol asma, riwayat penyakit penyerta, dan

umur. Ketiga variabel ini akan dilakukan analisis regresi logistik.

Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Analisis Bivariat tentang Perbedaan Kualitas Tidur antara Pasien Asma Terkontrol dengan Tidak Terkontrol

Variabel

Model 1 (Analisis Multivariat Regresi Logistik)

Model 2 (Analisis Bivariat)

Adjusted OR

p

CI 95% Crude

OR p

CI 95%

Batas bawah

Batas atas

Batas bawah

Batas atas

Kontrol Asma

Terkontrol

Tidak Terkontrol

1,0

7,4

-

0,009

-

1,7

-

32,9

-

4,3

-

0,008

1,3

14,7

Riwayat Penyakit

Penyerta

Tidak Ada

Ada

1,0

15,8

-

0,002

-

2,8

-

89,9

-

14

-

<0,001

3,5

56,4

Umur

<48 tahun

≥48 tahun

1,0

2,1

-

0,309

-

0,5

-

9,3

-

6

-

0,002

1,9

19

N observasi 60

-2 log likelihood 51,9

Nagelkerke R2 51,7

Interpretasi dari Tabel 4.11: Pasien asma yang tidak terkontrol memiliki

risiko untuk mengalami kualitas tidur buruk tujuh kali lebih besar daripada asma

terkontrol (OR= 7,4; CI95% 1,7 s.d. 32,9). Hubungan tersebut secara statistik

Page 56: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lix

signifikan dan menunjukkan hubungan yang kuat serta telah mengontrol pengaruh

dari riwayat penyakit penyerta dan umur.

Pasien asma yang disertai riwayat penyakit penyerta berisiko untuk

mengalami kualitas tidur buruk enam belas kali lebih besar daripada pasien asma

tanpa riwayat penyakit penyerta (OR=15,8; CI95% 2,8 s.d. 89,9). Pasien asma

berumur ≥ 48 tahun berisiko mengalami kualitas tidur buruk dua kali lebih besar

daripada umur <48 tahun (OR=2,1; CI95% 0,5 s.d. 9,3).

Bias pada variabel kontrol asma 鰸 关.퍠,0le 石关.⛸lr0魄bel关.퍠,0le 时1ee%

鰸 4ニ3石7ニ44ニ3 时1ee% 鰸 石72ニ1%

OR taksiran yang mengontrol kerancuan (OR adjusted) berbeda sebesar

72% dari OR taksiran kasar. Karena perbedaan crude OR dengan adjusted OR

>10% maka OR tanpa mengontrol faktor perancu (Crude OR) telah mengalami

bias negatif (mendekati OR = 1). Jika tidak mengontrol pengaruh penyakit

penyerta dan umur, maka taksiran OR tentang perbedaan kualitas tidur pada pasien

asma terkontrol dengan tidak terkontrol akan mengalami bias yang lebih kecil dari

sesungguhnya. Taksiran OR yang digunakan adalah OR yang memperhitungkan

pengaruh faktor perancu dengan model analisis regresi logistik.

Hasil analisis di atas memperlihatkan nilai -2 log likelihood sebesar 51,9

artinya perbedaan antara data sampel yang teramati dengan model analisis regresi

Page 57: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lx

yang diprediksi tidak terlalu besar (hampir sama karena mendekati nol dan

nilainya berada pada kisaran antara 0 sampai 100).

Dengan model regresi logistik ganda, variabel tingkat kontrol asma, umur,

dan riwayat penyakit penyerta mampu menjelaskan kualitas tidur pasien asma 52%

(Nagelkerke R2 51,7%).

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul “Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma

Terkontrol dengan Tidak Terkontrol” dilakukan sejak bulan Mei sampai dengan Juni

2010 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan didapatkan 60 sampel yang terdiri dari

30 pasian asma terkontrol dan 30 pasien asma tidak terkontrol.

Distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin (Tabel 4.1) didapatkan

bahwa penderita asma yang terbanyak adalah wanita, berjumlah 33 orang (55%)

dibandingkan dengan laki-laki yang berjumlah 27 orang (45%). Hasil ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya bahwa pada orang dewasa dengan asma kebanyakan

penderitanya adalah wanita (Sundaru dan Sukamto, 2007). Hal ini dikarenakan jenis

kelamin merupakan faktor predisposisi asma. Perempuan lebih rentan terhadap stress

dan mengalami masalah hormonal (menstruasi, premenstruasi, kehamilan) yang

menjadi faktor pencetus asma (Surjanto, 2001).

Page 58: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxi

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, penderita

asma paling banyak didapatkan pada kelompok umur 41-50 tahun, berjumlah 23

orang (38,3%). Penelitian epidemiologi yang dilakukan Center for Disease Control

(CDC) tahun 1998 di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa penderita asma

dewasa paling sering ditemukan pada usia 45 – 47 tahun.

Pada penelitian ini, persentase tingkat pendidikan (Tabel 4.3) tertinggi pada

tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 23 orang

(38,3%). Prevalensi tingkat pendidikan sedikit berbeda dengan hasil penelitian

Sastrawan et al. (2008), dalam penelitianya, didapatkan distribusi sampel pada

tingkat pendidikan SLTA sebesar 36,1%. Hal ini disebabkan perbedaan pengambilan

lokasi penelitian dimana penelitian Sastrawan mengambil sampel pada populasi

umum di Desa Tenganan sedangkan penelitian ini dilakukan hanya di RSUD Dr

Moewardi Surakarta sehingga didapatkan prevalensi tingkat pendidikan yang

berbeda.

Faktor pekerjaan merupakan salah satu faktor risiko pencetus asma (Karjadi,

2003). Prevalensi di masyarakat umum tidak diketahui pasti, tetapi di Amerika

Serikat ± 15% populasi penderita asma bronkial mempunyai hubungan dengan faktor

lingkungan kerjanya (Yeung dan Malo, 1995). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa persentase pekerjaan sampel terbanyak adalah swasta 40% atau 24 orang

(Tabel 4.4). Pekerjaan yang dikategorikan swasta sebagian besar adalah buruh

Page 59: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxii

bangunan dan pabrik yang lingkungan kerjanya banyak terdapat agen polutan

pencetus asma seperti gas, debu, kabut, uap, bahan kimia, dan iritan.

Hubungan asma dengan tidur telah diidentifikasi dalam beberapa penelitian.

Pasien asma lebih sering mengalami kesulitan memulai tidur, mempertahankan tidur,

mengalami rasa kantuk di siang hari (daytime sleepiness), terbangun terlalu pagi

(early morning awakening), mengeluhkan tidur kurang menyegarkan, dan penurunan

efisiensi tidur yang signifikan dibandingkan subjek normal (Fitzpatrick et al., 1991;

Janson et al., 1996; Martin dan Schlegel, 1998). Polisomnografi pasien asma

nokturnal menunjukkan penurunan efisiensi tidur (waktu lama tidur dibanding waktu

di kasur) dan peningkatan frekuensi terbangun (Casey et al., 2007).

Asma sering memburuk pada malam hari atau dikenal dengan asma nokturnal.

Gejala asma nokturnal seperti batuk, dispneu dapat mengganggu tidur. Turner-

Warwick (1988) melaporkan hasil studinya bahwa 64% pasien asma mengalami

serangan minimal tiga malam per minggu, 40% pasien asma mengalami serangan tiap

malam serta 53% kematian asma terjadi antara tengah malam sampai jam 8 pagi.

Pada asma, resistensi saluran pernapasan bawah meningkat secara progresif

sepanjang malam dengan peningkatan lebih besar selama tidur. Fungsi paru dan

responsivitas saluran napas bervariasi sesuai ritme sirkadian, dengan titik terendah

dalam fungsi paru terjadi kira-kira jam 4 pagi (Rusli, 1992). Jumlah sel inflamasi dan

level mediator inflamasi pada paru pun terlihat meningkat selama malam hari. Pada

beberapa pasien asma, variasi sirkadian dari fisiologi saluran napas memberikan

Page 60: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxiii

peningkatan tercetusnya sleep disordered breathing antara tengah malam sampai jam

8 pagi (Martin dan Schlegel, 1998).

Perubahan sitokin akibat asma berkontribusi pada perubahan tidur dengan

memengaruhi neurokimiawi otak yang meregulasi tidur. Majde dan Kruger (2005)

menyatakan mediator inflamasi yang memperantarai gangguan tidur pada pasien

hipersensitivitas yakni IL-4, IL-1, dan TNF-α. Sitokin IL-4 dan IL-1 meningkat pada

pasien alergi dan berhubungan peningkatan masa latensi tidur REM dan merendahkan

keseluruhan kualitas tidur. Studi Fang et al. (1997) menunjukan IL-1 dan TNF-α

meningkatkan intensitas dan durasi tidur NREM serta menahan tidur REM.

Barnes et al. (1982) dalam Casey et al. (2007) menyatakan teofilin secara

umum dianggap sebagai pengobatan asma nokturnal yang efektif, terutama jika

jadwal dosis pemberian dibangun guna mencapai level puncak pada malam hari

ketika pembatasan saluran napas terbesar. Namun, teofilin sendiri termasuk golongan

metilxantin yang memiliki efek samping seperti kafein yakni mengganggu tidur.

Pasien yang mengalami gangguan tidur sekunder akibat penyakit somatik dapat

memperbaiki kualitas tidurnya dengan mengontrol keluhan penyakit yang timbul

(Parish, 2009). Penderita asma yang mampu mengontrol keadaan asmanya dapat

mengurangi gejala asma nokturnal berupa sesak napas, batuk atau wheezing di malam

hari sehingga diharapkan dapat memperbaiki kualitas tidurnya.

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kualitas tidur pada pasien asma

terkontrol dengan tidak terkontrol. Tabel 4.5 menggambarkan distribusi subjek

penelitian berdasarkan kualitas tidur. Pada kelompok asma terkontrol, sampel dengan

Page 61: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxiv

kualitas tidur baik berjumlah 17 orang (56,7%) dan kualitas tidur buruk sebanyak 13

orang (43,3%). Pada kelompok asma tidak terkontrol, sampel dengan kualitas tidur

baik sebanyak 7 orang (23,3%) dan kualitas tidur buruk sebanyak 23 orang (76,7%).

Pada penelitian ini, pasien asma yang tidak terkontrol memiliki risiko untuk

mengalami kualitas tidur buruk tujuh kali lebih besar daripada asma terkontrol

(OR=7,4; CI95% 1,7 s.d. 32,9). Hubungan tersebut secara statistik signifikan dan

menunjukkan hubungan yang kuat serta telah mengontrol pengaruh dari riwayat

penyakit penyerta dan umur.

Pengaruh kontrol asma terhadap tidur pernah dilakukan dalam beberapa

penelitian. Hasil penelitian ini juga relevant dengan penelitian yang sebelumnya telah

dilakukan. Penelitian Mastronarde et al. (2008) menyimpulkan gangguan tidur sering

terjadi pada pasien asma dan berhubungan dengan kontrol asma dan kualitas hidup.

Para klinisi yang merawat pasien perlu melengkapi riwayat tidur terutama pada asma

tidak terkontrol. Dosis rendah teofilin tidak menimbulkan gangguan tidur.

Braido et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Sleep disturbances and

asthma control: a real life study” menyatakan kontrol asma berhubungan dengan

keberadaan gangguan tidur. Pasien dengan kontrol asma yang baik melaporkan

gangguan tidur lebih ringan dan jarang dibandingkan subjek yang tidak terkontrol.

Walau demikian masih terdapat sekitar 11-20% dari kelompok pasien asma terkontrol

baik yang mempunyai keluhan gangguan tidur dan kualitas hidup yang menurun.

Oleh karena itu, kasus asma dengan gangguan tidur perlu investigasi lebih lanjut

apakah gangguan tidur tersebut akibat asma atau penyakit penyerta lainnya.

Page 62: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxv

Investigasi lebih lanjut mengenai riwayat penyakit penyerta, umur telah

dilakukan dan dianalisis bersama variabel kontrol asma. Hal inilah yang menjadi

kelebihan dalam penelitian ini yakni penggunaan analisis regresi logistik ganda

sebagai teknik analisis data untuk mengontrol variabel perancu secara statistik. Model

analisis regresi logistik dapat mencegah terjadinya bias dalam penelitian. Bias dalam

penelitian ini sebesar -72,1%. Karena terdapat perbedaan antara OR sebesar > 10%

yakni -72%, maka OR tanpa mengontrol faktor perancu telah mengalami bias negatif

(mendekati OR = 1). Jadi, jika tidak mengontrol pengaruh riwayat penyakit penyerta

dan umur, maka taksiran OR tentang perbedaan kualitas tidur pada pasien asma

terkontrol dengan tidak terkontrol akan mengalami bias yang lebih kecil dari

sesungguhnya (underestimate). Dengan demikian, taksiran OR yang digunakan

adalah OR yang dihitung dengan model analisis regresi logistik yang

memperhitungkan pengaruh faktor perancu.

Log likelihood menunjukkan perbedaan antara model analisis regresi yang

digunakan dan data sampel. Makin kecil nilai log likelihood, maka model yang

digunakan makin baik yakni berkisar antara nilai 0 s.d. 100. Dengan demikian,

model analisis regresi yang dipilih cukup mendekati data sampel penelitian karena

nilai -2 log likelihood mendekati nol dan masih berada di kisaran nol sampai seratus

yakni sebesar 51,9.

Dengan model regresi logistik ganda, variabel tingkat kontrol asma, umur, dan

riwayat penyakit penyerta mampu menjelaskan kualitas tidur pasien asma 52%

(Nagelkerke R2 51,7%).

Page 63: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxvi

Beberapa faktor risiko insomnia yang dilaporkan dalam State-of-the-Science

Conference pada bulan Juni 2005 antara lain umur, gender, penyakit morbiditas,

kelainan psikiatri, dan bekerja pada malam hari. Faktor risiko ini perlu dikenali

karena berpengaruh secara tidak langsung sebagai penyebab insomnia.

Umur merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Pola

tidur-bangun berubah sesuai dengan bertambahnya umur. Pada penelitian ini

mengambil batas umur 18 tahun ke atas. Berdasarkan analisis bivariat antara

pengaruh umur dengan kualitas tidur pada Tabel 4.9, kelompok umur < 48 tahun,

sampel dengan kualitas tidur buruk sebanyak 12 orang (40%), sedangkan pada

kelompok umur ≥48 tahun, kualitas tidur buruk sebanyak 24 orang (80%). Umur

berpengaruh cukup signifikan (p=0,002) terhadap kualitas tidur sehingga dapat

menjadi faktor perancu dalam penelitian ini yang hasilnya akan dianalisis secara

regresi logistik bersama variabel bebas dan perancu lainnya.

Pada penelitian di laboratorium tidur, orang usia dewasa tua dan usia lanjut

mengalami peningkatan frekuensi terbangun di malam hari, waktu tidur yang dalam

(delta sleep) lebih pendek, sedangkan tidur stadium 1 dan 2 lebih lama. Hasil uji

dengan alat polisomnografik didapatkan penurunan yang bermakna dalam slow wave

sleep dan rapid eye movement (REM) (Danesi, 2003).

Hasil survey pada masyarakat lanjut usia di Amerika didapatkan orang usia

lanjut membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat

tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya. Orang

usia lanjut juga lebih sering terbangun di tengah malam akibat perubahan fisis karena

Page 64: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxvii

usia dan penyakit yang dideritanya sehingga kualitas tidur menurun secara nyata.

Selain itu, mereka membutuhkan waktu lebih banyak untuk tidur pada siang hari

karena sangat mengantuk (Hudson dan Alessi, 2008).

Orang usia lanjut mengalami perubahan fisiologis dalam pengaturan tidur. Pada

usia lanjut terjadi perubahan pada irama sirkadian tidur normal yaitu menjadi kurang

sensitif dengan perubahan gelap terang. Dalam irama sirkadian normal terdapat

peranan pengeluaran hormon dan perubahan temperatur badan selama siklus 24 jam.

Ekskresi kortisol dan Growth Hormone serta perubahan suhu tubuh berfluktuasi dan

kurang menonjol. Melatonin, hormon yang diekskresikan pada malam hari dan

berhubungan tidur menurun dengan meningkatnya umur (Rahayu, 2007).

Penyebab peningkatan risiko gangguan tidur pada usia tua dapat disebabkan

penurunan fisiologis fungsi pengontrol tidur dan yang terpenting adalah keberadaaan

penyakit penyerta yang meningkatkan prevalesi insomnia secara signifikan di usia tua

(Roth, 2007). Penyakit kronik merupakan risiko terjadinya insomnia. Katz dan

McHorney (1998) menyatakan sekitar 75-90 % penderita insomnia memiliki faktor

risiko penyakit morbiditas seperti kondisi yang menyebabkan hipoksemia, dispneu,

penyakit refluks gastroesofagus, nyeri, dan penyakit neurodegeneratif.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 4.6 didapatkan

pada kelompok dengan riwayat penyerta, sampel dengan kualitas tidur buruk

sebanyak 24 orang (88,9%) dibandingkan dengan kelompok tanpa riwayat penyakit

penyerta, sampel dengan kualitas tidur buruk hanya 12 orang (36,4%). Analisis

bivariat terhadap hubungaan antara riwayat penyakit penyerta dengan kualitas tidur

Page 65: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxviii

menunjukkan hubungan yang sangat signifikan dengan p<0,001. Setelah dianalisis

bersama variabel kontrol asma dan umur dengan analisis regresi logistik, variabel

riwayat penyakit penyerta mempunyai pengaruh yang kuat. Berdasarkan Tabel 4.11,

pasien asma dengan riwayat penyakit penyerta memiliki risiko untuk mengalami

kualitas tidur buruk 16 kali lebih besar daripada tanpa adanya riwayat penyakit

penyerta (OR=15,8; CI95% 2,8 s.d. 89,9).

Riwayat penyakit penyerta merupakan variabel perancu yang paling kuat

pengaruhnya. Variabel umur yang sebelumnya dalam analisis bivariat menunjukkan

hubungan signifikan (p=0,002), setelah dianalisis bersama faktor perancu lainnya

dalam analisis regresi logistik menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p=0,3).

Selain itu terjadi penurunan OR variabel umur dari 4 menjadi 2,1, sehingga umur ≥48

tahun memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami kualitas tidur buruk

dibandingkan umur <48 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut banyak disertai

riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit nyeri sendi

(osteoarthritis, rheumatoid arthritis) sehingga pengaruh variabel perancu riwayat

penyakit penyerta lebih kuat daripada umur. Hollbrook et al. (2000) juga mereview

dalam beberapa penelitian terbaru bahwa gangguan tidur insomnia berkorelasi lebih

rendah dengan umur dibandingkan dengan beberapa kondisi penyakit morbiditas

seperti nyeri, nokturia, dispnea, kejang malam, dan kondisi psikopatologis.

Ketika timbul keluhan gangguan tidur yang dominan, gangguan tidur karena zat

dapat menjadi salah satu diagnosis banding. Sebagian besar zat yang terkait adalah

Page 66: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxix

penyalahgunaan alkohol, obat hipnotik-sedatif, dan stimulant. Pengaruh riwayat

konsumsi zat terhadap kualitas tidur pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Kelompok tanpa riwayat konsumsi zat, sampel dengan kualitas tidur buruk sebanyak

28 orang (59,6%). Pada kelompok ada riwayat konsumsi zat, kualitas tidur buruk

sebanyak 8 orang (61,5%).

Berdasarkan analisis bivariat terhadap hubungan antara riwayat konsumsi zat

dengan kualitas tidur didapatkan hubungan yang tidak signifikan (p>0,05). Hal ini

kemungkinan disebabkan beberapa hal. Kira-kira hanya 4% pengunjung pusat klinik

gangguan tidur terdiagnosis gangguan tidur akibat zat sehingga jarang ditemukan di

masyarakat (Buysse, 1994). Selain itu, dalam penelitian ini hanya ditanyakan riwayat

narkoba, obat antihipertensi, obat anticemas (benzodiazepin, barbiturat) alkohol,

rokok, kemoterapi, dan kafein. Dari data yang didapat obat antihipertensi paling

sering dikonsumsi dan sisanya pengonsumsi kafein. Tidak ditemukan pengguna

narkoba, obat anticemas, rokok, dan kemoterapi.

Gangguan psikiatri merupakan morbiditas paling umum ditemukan dalam

insomnia. Dalam studi populasi National Institute of Mental Health Epidemiologic

Catchment Area Study dengan kuisioner yang didasarkan DSM-III dari 7954

responden yang mengeluhkan insonmnia ada sekitar 40,4% yang memiliki kelainan

psikiatri yang umumnya berupa depresi dan kecemasan (Hollbrook et al., 2000).

Page 67: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxx

Pada penelitian ini, tidak berhasil menjaring pasien dengan ganguan psikiatri.

Hal ini disebabkan oleh seringnya gangguan psikiatri pada pasien asma tidak

terdiagnosis sehingga dengan melihat data rekam medis dan menanyakan ada

tidaknya masalah kejiwaan tidak cukup untuk menjaring data.

Keberadaan riwayat psikiatri dalam pasien asma pernah diteliti sebelumnya.

Dalam penelitiannya Heaney et al. (2005) menyimpulkan pada pasien asma terdapat

angka prevalensi yang tinggi dari gangguan psikiatri yang tidak terdiagnosa dengan

depresi yang paling sering ditemukan. Dalam penelitian Heaney ini, dilakukan

wawancara langsung dengan seorang dokter ahli jiwa dan menggunakan kuesioner

skrining Hospital Anxiety Depression Scale. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya

disarankan menggunakan kuisioner yang lebih sensitif untuk mendiagnosis gangguan

psikiatri, tetapi juga perlu memperhitungkan waktu yang dibutuhkan mewawancarai

pasien. Hal inilah juga yang menjadi faktor kesulitan dalam penelitian kali ini adalah

waktu pasien untuk diwawancarai yang cukup terbatas.

Proses pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung, pengisian

kuisioner ACT dan PSQI, dan melihat data rekam medis pasien. Kelemahan dari

penelitian ini adalah faktor subyektivitas pasien dalam memberikan jawaban yang

merupakan variabel luar yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti.

Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kualitas tidur pada pasien asma

terkontrol dengan tidak terkontrol dimana pasien asma tidak terkontrol memiliki

risiko tujuh kali lebih besar mengalami kualitas tidur buruk daripada asma terkontrol.

Page 68: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxi

Hubungan antara tidur dengan asma merupakan hubungan yang saling timbal balik.

Hanson dan Chen (2008) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa kualitas tidur

buruk mungkin menjadi faktor risiko untuk gejala asma lebih berat, fungsi paru lebih

buruk, dan kadar kortisol lebih rendah. Para klinisi harus menyadari efek dari tidur

dan menyadari penggabungan tidur rutin yang baik sebagai rencana manajemen asma.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Penelitian berjudul “Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma

Terkontrol dengan Tidak Terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta ini

membuat simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaaan kualitas tidur antara pasien asma terkontrol dengan

tidak terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pasien asma yang tidak

terkontrol berisiko mengalami kualitas tidur buruk tujuh kali lebih besar

daripada pasien asma terkontrol (OR= 7,4; CI95% 1,7 s.d. 32,9).

2. Pada penelitian ini, terdapat perbedaan yang cukup besar antara taksiran

OR hasil analisis kasar dan analisis yang mengendalikan faktor perancu

yaitu sebesar -72% sehingga jika tidak mengontrol pengaruh riwayat

penyakit dan umur, maka taksiran OR tentang perbedaan kualitas tidur

Page 69: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxii

pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol akan mengalami bias

lebih kecil dari sesungguhnya (underestimate).

3. Pengaruh variabel perancu riwayat penyerta lebih kuat daripada variabel

umur dimana pasien asma dengan riwayat penyakit penyerta memiliki

risiko 16 kali lebih besar mengalami kualitas tidur buruk daripada tanpa

riwayat. Sedangkan untuk pasien asma yang berumur ≥ 48 tahun hanya

memiliki risiko dua kali lebih besar daripada <48 tahun.

B. SARAN

1. Edukasi terhadap pasien asma mengenai asma, perbedaan obat reliever

dan controller, efek samping obat, penggunaan obat inhaler, pencegahan

timbul serangan, tanda serangan asma memburuk dan yang harus

dilakukan, monitor kontrol asma perlu ditingkatkan dalam masyarakat.

2. Penerapan penatalaksanaan asma berdasaan kontrol asma pasien sesuai

prosedur yang dikeluarkan Global Initiative for Asthma (GINA) dan

keadaan kontrol asma sebaiknya selalu dimonitor oleh petugas kesehatan.

3. Sebaiknya perlu evaluasi lebih mendalam pada pasien asma terutama

mengenai riwayat tidur, identifikasi riwayat penyakit morbiditas, riwayat

psikiatri, dan konsumsi zat atau obat sehingga dapat dilakukan

penanganan terhadap penyebab gangguan tidur lainnya.

4. Dalam peningkatan kualitas tidur pada pasien asma, selain dengan

peningkatan terhadap kontrol gejala asma juga dapat dilakukan dengan

terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis

Page 70: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxiii

merupakan langkah yang diutamakan meliputi penerapan perilaku tidur

yang baik, terapi relaksasi, dan cognitive behavioral therapy.

5. Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas tidur pada pasien

asma dengan jumlah sampel yang representatif, populasi yang lebih luas,

dan lebih mengontrol variabel perancu. Selain itu, penelitian mengenai

manajemen peningkatan kualitas tidur pasien asma perlu ditingkatkan.

6. DAFTAR PUSTAKA

7. 8. Amir N. 2007. Gangguan Tidur pada Lansia Diagnosis dan

Penatalaksanaanya. CDK 157: 196-206. 9. 10. Apter A.J., Weiss S.T. 2008. Asthma: Epidemiology. In: Fishman A.P et

al. (eds). Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders 4th ed. Vol 1 &2.. USA: Mc Graw-Hill Company Inc.

11. 12. Arief T.Q.M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu

Kesehatan. Klaten: Community of Self Help Group Team. 13. 14. Backhaus, J., Junghanns, K., Broocks, A., Riemann D., Hohagen, F. 2002.

Test-retest reliability and validity of the Pittsburgh Sleep Quality Index in primary insomnia. Journal of Psychosomatic Research, 53, 737– 40.

15. 16. Basner R.C. 2008. Asthma and OSA.

http://www.sleepapnea.org/resources/pubs/asthma-osa.html. (4 November 2009).

17. 18. Bender B.G., Leung D.Y.M. 2005. Sleep disorder in patients with asthma,

atopic dermatitis, and allergic rhinitis. J Allergy Clin Immunol. 116: 1200-1.

19. 20. Berry RB, Harding SM. 2004Sleep and medical disorders. Med Clin North

Am. 88: 679-703, ix. 21. 22. Braido F., Baiardini I., Ghiglione V., Fassio O., Bordo A., Cauglia S et al.

2009. Sleep disturbances and asthma control: a real life study. Asian Pac J Allergy Immunol. 27(1):27-33.

Page 71: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxiv

23. 24. Bradley T.D., Phillipson E.A. 2005. Sleep Disorder. In: Murray J.F.,

Nadel A., Manson R.J., Broaddus V.C (eds). Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine 4th ed. Philladelpia: Elsevier Saunders Inc.

25. 26. Buscemi N., Vandermeer B, Pandya R, Hooton N, Tjosvold L, Hartling L,

et al. 2004. Melatonin for Treatment of Sleep Disorders. Evid Rep Technol Assess (Summ). 108:1-7.

27. 28. Busse W.W., Parry D.E. 1998. The biology of asthma. In: Fishman AP,

Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Fishman’s pulmo nary diseases and disorders 3rd ed. New York: McGraw-Hill, pp. 721-33.

29. 30. Buysse, D.J., Reynolds III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., Kupfer, D.J.

(1989). The Pittsburgh Sleep Quality Index: A new instrument for psychiatric practice and research. Journal of Psychiatric Research. 28(2): 193-213.

31. 32. Casey K. R., Cantillo K. O., Brown L. K. 2007. Sleep related

hypoventilation/ hypoxemic syndromes. Chest. 131: 1936-48. 33. 34. Cauffield J.S. 2007. Supplement used to treat sleep disorder U.S.

Pharmacist. http://www.uspharmacist.com/oldformat.asp?url=newlook/files/Comp/sleep.htm&article_id=729. (1 Juli 2010).

35. 36. Centers for Disease Control. 1998. Epidemiology Asthma.

http://www.merckmedicus.com/pp/us/hcp/diseasemodules/asthma/epidemiology.jsp?p=asthma-epi (9 Juli 2010).

37. 38. Chervin R. D, Malhotra R. K, Burns J. W. 2008. Respiratory Cycle-

Related EEG Changes during Sleep Reflect Esophageal Pressure. Sleep. 31: 1713-20.

39. 40. Dahlan M.S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan kesehatan: Deskriptif,

Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika.

41. 42. Dahlan M.S 2008. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian

Bidang Kedokteran dan Kesehatan Berdasar Prinsip IKVE 1741. Jakarta: Sagung Seto.

Page 72: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxv

43. 44. Danesi M.A. 2003. Neuroscience of Sleep.

http://www.unilorin.edu.ng/publiclectures/Neuroscience%20of%20Sleep.ppt (11 April 2010).

45. 46. Depkes RI. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. 2008. Jakarta: Depkes

RI 47. 48. Desager K. N, Nelen V, Weyler J.J.J, Backer W. A. 2004. Sleep

disturbance and daytime symptoms in wheezing school aged children. J Sleep Res. 14: 77-82.

49. 50. Division of Sleep Medicine Harvard Medical School. 2007. External

Factors that Influence Sleep. http://healthysleep.med.harvard.edu/healthy/science/how/external-factors. (30 Januari 2010).

51. 52. Donno M. D, Bittesnich D, Chetta A, Olivieri D, Lopez V. MT. 2000. The

effect of inflammation on mucociliary clearance in asthma. Chest. 118: 1142-9.

53. 54. Durand M.V., Barlow D.H. 2007. Gangguan tidur: Disomnia-Disomnia

Utama. Dalam: Intisari Psikologi Abnormal Ed. 1, diterjemahkan Prayitno H dkk. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, pp: 36-55.

55. 56. Dwiprahasto I. 2010. Terapi Insomnia: Pertimbangan Manfaat-Risiko.

Dalam Kumpulan Makalah Seminar Penatalaksanaan Gangguan Tidur dalam Praktek Sehari-hari. Yogyakarta: RS Bethesda Press.

57. 58. Fadden J.E.R. 2005. Disorder of Respiratory System: Asthma. In: Fauci,

Braunwald, Isselbacher, Wilson, Martin, Kasper et al (eds). Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA: Mc Graw Hill Company Inc, pp: 1508-16.

59. 60. Fitzpatrick M.F., Engleman H., Whyte K.F., Deary I.J., Shapiro C.M.,

Douglas N.J. 1991. Morbidity in Nocturnal Asthma: Sleep Quality and Daytime Cognitive Performance. Thorax. 46: 569-73.

61. 62. Frances A., First M.B., Pincus H.A. 1995. Sleep Disorder. In: DSM-IV

Guidebook 1st ed. Washington DC: American Psychiatric Press Inc, pp. 331-41.

63.

Page 73: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxvi

64. Global Initiative for Asthma. 2006. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. National Institute of Health. National Heart Lung and Blood Institute. www.ginasthma.com (Revised 2006).

65. 66. George C.P., Kryger M.H. 2008. Differential Diagnosis and Evaluation of

Sleepiness. In: Fishman A.P et al. (eds). Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders 4th ed. Vol 1 &2. USA: Mc Graw-Hill Company Inc, pp: 1727-35.

67. 68. Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Aktivitas Otak- Tidur; Gelombang Otak;

Epilepsi; Psikosis. In : Setiawan E. (eds). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, pp.945-51.

69. 70. Hanson M. D, Chen E. 2008. Brief Report: The temporal Relationships

Between Sleep, Cortisol, and Lung Functioning in Young with Asthma. Journal of Pediatric Psychology. 33: 312-16.

71. 72. Heaney L.G., Conway E., Kelly C., Gamble J. 2005. Prevalence of

psychiatric morbidity in a difficult asthma population: Relationship to asthma outcome. Respir Med. 99(9):1152-9.

73. 74. Hood A., Mangunnegoro H. 1993. Nilai Normal Faal Paru Orang

Indonesia pada Usia Sekolah dan Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American Thoracic Society. Surabaya: Airlangga University Press, pp 122-3.

75. 76. Holbrook A.M., Crowther R., Lotter A., Cheng C., King D. 2000. The

diagnosis and management of insomnia in clinical practice: a practical evidence-based approach. CMAJ. 162(2): 216–20.

77. 78. Hudson A.K., Alessi C.A. 2008. Sleep Quality of Life in Older People. In

Verster et al (eds). Sleep and Quality of Life in Clinical Medicine. Totowa : Humana Press.

79. 80. Janson C., De Backer W., Gislason T et al. 1996. Increased prevalence of

sleep disturbances and daytime sleepiness in subjects with bronchial asthma: a population study of young adults in three European countries. Eur Respir J. 9: 2132–38.

81. 82. Kabat. 2004. Asma Bronkial. Dalam: Hood Alsagaff. (eds). Buku Ajar

Ilmu Penyakit Paru, pp: 41-54. 83.

Page 74: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxvii

84. Kaplan H.I., Sadock B.J. 2000 Basic Science of Sleep. In: Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Philadelphia: USA.

85. 86. Karjadi T.H. 2003. Asma Akibat Kerja. CDK. 141: 23-6. 87. 88. Katz D.A., McHorney C.A. 1998. Clinical correlates of insomnia in

patients with chronic illness. Arch Intern Med. 158: 1099-107. 89. 90. Kirana S. 2008. Perbedaan Kontrol Asma Sesuai Kriteria Asthma Control

Test dengan The National Asthma Education and Prevention Program pada Penderita Asma. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi.

91. 92. Krieger J., Maglasiu N., Sforza E., et al. 1990. Breathing during sleep in

normal middle-aged subjects. Sleep. 13:143. 93. 94. Leopando Z.E., Dela C.A., Limoso D.D. Marcos J.E., Alba M.E. 2003.

Clinical Practice guidelines on the diagnosis and management of insomnia in family practice: part 2. Asia Pacific Fam Med. 2: 45-50.

95. 96. Martin R. J., Schlegel, S. B. 1998. Chronobiology of Asthma. Am J Repir

Crit Care Med. 158: 1002-7. 97. 98. Mastronarde J.G., Wise R.A., Shade D.M., Olopade C.O., Scharf S.M.

2008. Sleep quality in asthma: results of a large prospective clinical trial. J Asthma. 45(3):183-9.

99. 100. Morin AK. 2006. Strategies for treating chronic insomnia. Am J

Manag Care. 12 (8 suppl): S230-45. 101. 102. Murti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 67, 111-3.

103. 104. Nathan R.A., Sorkness C.A., Kosinski M., Schatz M., Li J.T, Marcus

P et al. 2004. Development of the asthma control test: a survey for assessing asthma control. J Allergy Clin Immunol. 113(1): 59-65.

105. 106. National Heart Lung and Blood Initiative (NHLBI). 2003. Global

Initiative for Asthma. 107.

Page 75: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxviii

108. National Institutes of Health State of the Science Conference Statement on Manifestations and Management of Chronic Insomnia in Adults, June 13-15, 2005. Sleep. 28:1049-57.

109. 110. Neubauer D.N. 1999. Sleep Problems in Elderly.

http://www.aafp.org/afp/990501ap/2551.html (15 Maret 2010). 111. 112. Pack A.I. 2008. Changes in Cardiorespiratory Systems During Sleep.

In: In: Fishman A.P et al. (eds). Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders 4th ed. Vol 1 &2. USA: Mc Graw-Hill Company Inc, pp. 1689-95.

113. 114. Panggabean M.M. 2006. Gagal Jantung. Dalam Sudoyo A. W. et al.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta: EGC, p.1503-4. 115. 116. Parish J.M. 2009. Sleep-Related Problems in Common Medical

Conditions. Chest. 135: 563-572. 117. 118. Patel N.P., Schwab R.J, 2008. Sleep Apnea Syndromes. In: Fishman

A.P et al. (eds). Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders 4th ed. Vol 1 &2. USA: Mc Graw-Hill Company Inc, pp 1697-1725.

119. 120. Pelly R. 1992. Asma Nokturnal. CDK. 80: 109-11. 121. 122. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. Asma: Pedoman Diagnosis

dan Penatalaksanaan di Indonesia. Balai Penerbit FK UI: Jakarta. 123. 124. Pinzon R. 2010. Tinjauan Neurobiologi Tidur. Dalam Kumpulan

Makalah Seminar Penatalaksanaan Gangguan Tidur dalam Praktek Sehari-hari. Yogyakarta: RS Bethesda Press.

125. 126. Price S.A., Wilson L.M. 2004. Gangguan Sistem Pernapasan. In:

Hartanto H., Susi N. Wulansari P., Mahanani D.A. (eds). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed. 6 Vol.2. Jakarta: EGC, pp: 736-840.

127. 128. Punjabi N. M., Roche K. B., Marx J. J., Neubauer D.N. Smith P. L.

Schwartz A.R. 2002. The Association Between Daytime Sleepiness and Sleep-Disorderd Breathing in NREM and REM sleep. Sleep. 25: 307-14.

129. 130. Rahayu R.A. 2007. Gangguan Tidur pada Usia Lanjut. Dalam:

Sudoyo A. W. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC, pp. 1350-56.

Page 76: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxix

131. 132. Rush J et al. 2000. Handbook of Psychiatric Measure Washington DC:

APA. 133. 134. Rahmatullah P. 2006. Tromboemboli Paru. Dalam: Sudoyo A.W et al

(eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC, p. 1040. 135. 136. Rahmawati I., Yunus F., Wiyono W.H. 2003. Patogenesis dan

Patofisiologi Asma. CDK. 141: 5-11. 137. 138. Roth T. 2007. Insomnia: Definition, Prevalence, Etiology, and

Consequences. J Clin Sleep Med. 3(5 Suppl): S7–S10. 139. 140. Saisan J., Benedictis T., Barston S., and Segal R. 2008.

Understanding Sleep, Deep Sleep, REM Sleep, Cycles, Stages, and Needs. http://www.helpguide.org/life/sleeping.htm (31 Januari 2010).

141. 142. Sastrawan I.G.P., Suryana K., Rai I.B.N. 2008. Prevalensi Asma

Bronkial Atopi di pada Pelajar Desa Tenganan. J Peny Dalam. 9: 47-53. 143. 144. Sastroasmoro S., Ismael S. 2006. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Klinis Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 145. 146. Setiawati A., Gan S. 2007. Penghambat Adrenergik. Dalam: Gunawan

S.G. (eds). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru, pp: 117-18. 147. 148. Smith MT, Perlis ML, Park A, Smith MS, Pennington J, Giles DE, et

al. 2002. Comparative meta-analysis of pharmacotherapy and behavior therapy for persistent insomnia. Am J Psychiatry. 159: 5-11.

149. 150. Stores G, Ellis A. J, Wiggs L, Crawford C, Thomson A. 1998. Sleep

and psychological disturbance in nocturnal asthma. Arch Dis Child. 78: 413-19.

151. Stradling J.R. 1995. Control of Breathing. In: Brewis R.A.L, Corrin B., Geddes D.M. Gibson G.J. (eds). Respiratory Medicine Vol.1 2nd Ed. London: W.B. Saunders company Ltd, pp.176-177.

152. 153. Sundaru H. 2007. Kontrol asma sebagai tujuan pengobatan asma

masa kini. http://staff.ui.ac.id/internal/140053451/publikasi/PidatopengukuhanProfHeruRingkasan.pdf (5 Februari 2010).

154.

Page 77: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxx

155. Sundaru H., Sukamto. 2007. Asma Bronkial. Dalam: Sudoyo A.W. Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, pp. 245-50.

156. 157. Surjanto E. 2001. Diagnosis dan Klasifikasi Asma. Dalam: Kumpulan

Naskah Temu Ilmiah Respirologi 2001. Perpustakaan Laboratorium/ SMF Paru FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pp 11-81.

158. 159. Surjanto E. 2008. Derajat Asma dan Kontrol Asma. J Respir Indo.28:

88-95 160. 161. Utami A.M. 2009. Hubungan Pemakaian Kortikosteroid Inhalasi

dengan Pencapaian Kontrol Asma pada Pasien Asma Persisten Ringan dan Sedang. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi.

162. 163. Welsh C.H. 2003. Evaluation of Sleepiness and Sleep Disorder other

than Sleep Apnea, Narcolepsy, Restless Legg Syndrome, Periodic Limb Movements. In: Hanley M.E., Welsh C.H. (eds). Current Diagnosis and Treatment in Pulmonary Medicine. USA: Mc Graw Hill Company, pp. 301-12.

164. 165. Welsh C.H. 2003. Medical Conditions that Often Cause Daytime

Sleepiness. In: Hanley M.E., Welsh C.H. (eds). Current Diagnosis and Treatment in Pulmonary Medicine. USA: Mc Graw Hill Company, pp. 313-24.

166. 167. Yayasan Asma Indonesia. 2007. Senam Asma: Olahraga Pilihan

Penderita Asma. http://www.infoasma.org/senam.html (5 Februari 2010). 168. 169. Yeung C.M., Malo J.L. 1995. Occupational Asthma. N Engl J Med.

333: 107-12. 170. 171. Yunus F. 2005. The Asthma Control Test, A New Tool to Improve The

Quality Ashma Management. In (Eddy S., Suradi., Reviono, Rima A., Widiyati, eds) Proceeding Book: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Surakarta, p. 361.

172. 173.

174. Lampiran 1. Lembar Penjelasan

175. LEMBAR PENJELASAN

Page 78: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxi

176. Kami mengharapkan Saudara untuk berperan serta dalam penelitian

yang berjudul “Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma Terkontrol

dan Tidak Terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dilakukan

oleh Astrid Kusuma Wardhani.

177. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara

kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dan tidak terkontrol di RSUD

Dr. Mewardi Surakarta, dengan menggunakan kuesioner Asthma Control

Test dan Pittsburgh Quality Sleep Index.

178. Bacalah lembaran ini sebelum anda memutuskan apakah anda akan

berperan serta atau tidak. Bila anda memutuskan untuk berperan serta,

maka jangan ragu-ragu untuk bertanya bila ada hal yang belum anda

mengerti.

179. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan ditulis dalam

laporan skripsi peneliti dengan menyebutkan identitas Saudara.

180. Apabila Saudara telah memahami dan memutuskan untuk mengikuti

penelitian ini, dimohon kesediaanya untuk mengisi formulir persetujuan

dan menandatanganinya.

181. Demikian penjelasan kami, atas perhatian dan kesediaan Saudara

mengikuti penelitian ini kami ucapkan terima kasih.

182.

183.

184.

185. Lampiran 2. Formulir Persetujuan

186. FORMULIR PERSETUJUAN

187. Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

188. Nama :

189. Umur : tahun

190. Jenis kelamin :

191. Pendidikan :

Dosen Pembimbing

Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P

19570315 198312 1 002

Dr. Eddy Surjanto,dr., Sp.P(K)

140 071 304

Hormat kami,

Peneliti,

Astrid Kusuma Wardhani

G0007005

Page 79: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxii

192. Pekerjaan :

193. Alamat :

194. Nomor rekam medis :

195. Menyatakan telah mendapatkan informasi mengenai tujuan, manfaat,

dan tata cara penelitian yang akan dilakukan.

196. Setelah mendapat keterangan secukupnya tentang penelitian yang

berjudul “Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma Terkontrol dengan

Tidak terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta” yang dilakukan oleh

Astrid Kusuma Wardhani, maka dengan ini saya menyatakan bersedia

untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut.

197. Surakarta, 2010

198.

199.

200.

Lampiran 3. Kuisioner ACT

KUESIONER ASTHMA CONTROL TEST

Silanglah huruf pada salah satu jawaban yang anda pilih, sesuai dengan keadaan asma yang anda rasakan. Hanya diperbolehkan memberi satu jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Jawaban ganda dalam satu pertanyaan/ tidak menjawab lengkap kelima pertanyaan, maka dianggap tidak sah.

1. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering penyakit asma mengganggu anda untuk melakukan pekerjaan sehari-hari di kantor atau di rumah? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu

2. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak napas? a. Tidak pernah

Yang Menyetujui,

(…………………………………)

Yang memberikan penjelasan

Astrid Kusuma Wardhani

Page 80: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxiii

b. 1-2 kali seminggu c. 3-6 kali seminggu d. Sekali sehari e. Lebih dari 1 kali sehari

3. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering gejala asma (mengi, batuk-batuk, sesak napas, nyeri dada, atau rasa tertekan di dada) menyebabkan anda terbangun di malam hari atau lebih awal dari biasanya? a. Tidak pernah b. 1-2 kali sebulan c. Sekali seminggu d. 2-3 kali seminggu e. 4 kali atau lebih dalam seminggu

4. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering anda menggunakan obat semprot atau obat oral (tablet/ sirup) untuk melegakan pernapasan? a. Tidak pernah b. 1 kali seminggu atau kurang c. 2-3 kali seminggu d. 1-2 kali sehari e. 3 kali atau lebih sehari

(lanjutan)

5. Bagaimana anda sendiri menilai tingkat control asma anda dalam 4 minggu terakhir? a. Terkontrol sepenuhnya b. Terkontrol dengan baik c. Cukup terkontrol d. Kurang terkontrol e. Tidak terkontrol sama sekali

Terima kasih atas kesediaan anda mengisi kuesioner ini.

Page 81: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxiv

Lampiran 4. Kuisioner PSQI

Nama :

Tanggal :

Jam :

INDEKS KUALITAS TIDUR PITTSBURGH

Instruksi : Pertanyaan di bawah ini berkaitan dengan kebiasaan tidur selama sebulan terakhir. Jawaban Anda mengindikasi jawaban paling akurat untuk sebagian besar keadaan di siang dan malam selama sebulan terakhir. Jawablah semua pertanyaan :

1. Selama sebulan terakhir, jam berapa biasanya anda pergi tidur? JAM TIDUR:

2. Selama sebulan terakhir, berapa menit biasanya waktu yang anda butuhkan

untuk dapat jatuh tertidur sejak berbaring di tempat tidur? JUMLAH MENIT YANG DIBUTUHKAN UNTUK TERTIDUR:

3. Selama sebulan terakhir, jam berapa anda biasanya terbangun di pagi hari? JAM BANGUN:

4. Selama sebulan terakhir, berapa jam anda tidur di malam hari? (Ini mungkin berbeda dengan jumlah jam yang anda habiskan di kasur)

LAMA TIDUR TIAP MALAM:

Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, Beri tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai:

5. Selama sebulan terakhir, seberapa sering tidur anda terganggu karena: a) Tidak dapat tertidur dalam 30 menit

Page 82: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxv

Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

b) Terbangun di tengah malam atau dini hari Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

c) Harus bangun untuk ke kamar mandi Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

d) Tidak dapat bernapas dengan nyaman Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

e) Batuk atau mendengkur dengan keras Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

f) Merasa kedinginan Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

g) Merasa kepanasan Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( )

Page 83: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxvi

Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

h) Bermimpi buruk Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

i) Merasa nyeri Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

j) Alasan lain ; Mohon jelaskan:

Seberapa sering anda mengalami gangguan tidur sebulan terakhir karena alasan ini: Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

6. Selama sebulan terakhir, bagaimana anda menilai kualitas tidur anda secara

keseluruhan: Ø Sangat baik ( ) Ø Agak baik ( ) Ø Agak buruk ( ) Ø Sangat buruk ( )

7. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda telah mengonsumsi obat untuk

membantu tidur (diresepkan dokter maupun beli sendiri di toko) Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

8. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mengalami masalah untuk tetap

terjaga ketika menyetir, makan, atau ikut aktivitas sosial

Page 84: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxvii

Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

9. Selama sebulan terakhir, seberapa banyak masalah yang anda hadapi untuk tetap antusias menyelesaikannya?

Ø Tidak ada masalah sama sekali ( ) Ø Hanya masalah yang sangat kecil ( ) Ø Masalah yang agak berat ( ) Ø Masalah yang sangat besar ( )

10. Apakah anda mempunyai pasangan atau teman sekamar?

Ø Tidak ada pasangan atau teman sekamar ( ) Ø Pasangan atau teman sekamar di ruangan lain ( ) Ø Pasangan dalam ruangan sama, tetapi tidak di kasur yang sama ( ) Ø Pasangan di kasur yang sama ( ) Jika Anda punya teman sekamar atau pasangan, tanyakan padanya, seberapa sering dalam sebulan terakhir, anda mengalami keluhan berikut: a. Mendengkur dengan keras Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

b. Jeda panjang berhenti napas ketika tertidur Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

c. Kaki menyentak ketika Anda tertidur Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

Page 85: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxviii

d. Episode disorientasi atau kebingungan selama tidur Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

e. Kegelisahan lain ketika Anda tidur; mohon jelaskan: Ø Tidak sama sekali ( ) Ø Kurang dari sekali dalam seminggu ( ) Ø Sekali atau dua kali dalam seminggu ( ) Ø Tiga kali atau lebih dalam seminggu ( )

Terima Kasih atas kesediaan anda mengisi kuesioner ini

Diterjemahkan dari: Buysse DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ: Psychiatric Research, 28:193-213, 1989

Lampiran 5. Kuisioner Riwayat Penyakit dan Konsumsi Zat

Kuesioner Riwayat Penyakit dan Konsumsi Zat

1. Apakah anda memiliki riwayat penyakit atau pernah didiagnosis dokter dengan penyakit di bawah ini. Jika Ya, Lingkari yang dipilih: a. PPOK b. Gagal jantung kongestif c. Emboli Paru d. Penyakit nyeri sendi (Osteoarthritis, Rheumatoid arthritis) e. Serangan Stroke f. Hipertensi g. Diabetes melitus (Penyakit Gula) h. Penyakit refluks gastroesofagus (rasa terbakar di dada) i. Serangan kejang di malam hari j. Cephalgia, Fibromyalgia k. Parkinson

Page 86: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

lxxxix

2. Apakah anda pernah didiagnosis memiliki tumor: Tumor apa? Dimana

3. Apakah anda sedang mengonsumsi salah satu obat atau zat berikut ini dalam sebulan ini: Jika Ya, lingkari yang dipilih: a. Narkoba (amfetamin, kokain) b. Obat anticemas (benzodiazepine, barbiturate) c. Obat hipertensi (diuretik, obat penghambat beta) d. Alkohol e. Rokok f. Kopi atau kafein g. Kemoterapi

Seberapa sering anda mengonsumsi obat-obatan tersebut?

Lampiran 6. Daftar Subjek Penelitian

Daftar Pasien Asma Tidak Terkontrol

No No. RM Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan Skor ACT

Kriteria Asma Skor PSQI

1. 607482 CMK L 47 SMA Swasta 8 Tidak Terkontrol 8

2. 887175 SW L 42 SD Swasta 12 Tidak Terkontrol 5

3. 435117 MD L 57 S1 PNS Guru 13 Tidak Terkontrol 10

4. 989917 TM L 48 SD Swasta 12 Tidak Terkontrol 10

5. 748193 SKI L 58 SMP Pensiunan 10 Tidak Terkontrol 7

6. 719450 SRN L 57 SMA Pensiunan 9 Tidak Terkontrol 11

Page 87: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xc

7. 350164 SGY L 58 DIII Guru 9 Tidak Terkontrol 15

8. 905314 SRN P 39 SD Ibu Rmh tgg 14 Tidak Terkontrol 7

9. 988337 WRM P 61 SMP Ibu Rmh tgg 10 Tidak Terkontrol 9

10. 740562 DP L 42 SMA Swasta 12 Tidak Terkontrol 5

11. 913004 STH P 82 SMA Pensiunan 9 Tidak Terkontrol 12

12. 843484 SRD L 78 SMP Swasta 13 Tidak Terkontrol 10

13. 157584 SPTH P 61 S1 Wiraswasta 5 Tidak Terkontrol 14

14. 975343 SMD L 38 SD Swasta 10 Tidak Terkontrol 5

15. 559454 SGO L 48 SMA Swasta 10 Tidak Terkontrol 4

16. 896808 SHT P 54 SD Ibu rmh tgg 12 Tidak Terkontrol 9

17. 01013737 KRT P 27 SMP Pedagang 15 Tidak Terkontrol 4

18. 685747 SW P 54 SD Swasta 10 Tidak Terkontrol 12

19. 492877 MJM P 50 SD Ibu rmh tgg 8 Tidak Terkontrol 9

20. 860217 WTI P 56 SD Ibu rmh tgg 7 Tidak Terkontrol 15

21. 763973 AW P 60 SMP Pedagang 10 Tidak Terkontrol 10

22. 632575 SYT P 42 SD Ibu rmh tgg 10 Tidak terkontrol 7

23. 952627 RFR P 19 SMK Pelajar 13 Tidak Terkontrol 5

24. 989520 SM P 54 SPG Ibu rmh tgg 16 Tidak Terkontrol 11

25. 921755 SWT P 47 SMA Ibu rmh tgg 15 Tidak Terkontrol 8

26. 959251 LSI P 31 SMP Swasta 14 Tidak Terkontrol 12

27. 01006677 TNI P 50 SD Swasta 13 Tidak Terkontrol 7

28. 652835 SS P 49 SMA Ibu rmh tgg 10 Tidak Terkontrol 5

Page 88: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xci

29. 760200 SW L 41 SMA Swasta 14 Tidak Terkontrol 8

30. 01009459 SSM L 50 SMA Wiraswasta 15 Tidak Terkontrol 11

Daftar Pasien Asma Terkontrol

No No. RM Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan Skor ACT

Kriteria Asma Skor PSQI

1. 294517 STN P 62 SMP Ibu rmh tgg 20 Terkontrol 7

2. 308966 EE P 59 SMA Ibu rmh tgg 20 Terkontrol 5

3. 260938 MNT P 65 SMA Ibu rmh tgg 23 Terkontrol 13

4 932948 TGN L 51 SMP Swasta 21 Terkontrol 7

5. 826748 SAY L 38 S1 Swasta 20 Terkontrol 6

6. 941000 SA L 74 S1 Pensiunan 20 Terkontrol 5

7. 846746 NTY P 42 SD Swasta 20 Terkontrol 7

8. 845980 DM L 42 S1 CPNS Guru 20 Terkontrol 5

9. 910503 HTJ L 45 SMA Swasta 21 Terkontrol 5

10. 457800 SLD L 48 S1 PNS 21 Terkontrol 2

11. 617573 ME P 31 DIII PNS 20 Terkontrol 5

12. 01007309 HS L 44 SMA Swasta 20 Terkontrol 5

13. 681318 SSI P 43 SD Swasta 22 Terkontrol 4

14. 01007805 SH. L 68 SD Swasta 20 Terkontrol 6

15. 615150 SM P 54 SD Wiraswasta 23 Terkontrol 3

Page 89: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xcii

16. 916687 AS L 19 SMP Pelajar 22 Terkontrol 5

17. 577397 RL P 66 SLTA Ibu Rmh tgg 23 Terkontrol 8

18. 263189 SWH P 49 S1 Guru 22 Terkontrol 5

19. 926127 KE P 64 SMP Ibu Rmh tgg 20 Terkontrol 14

20. 674681 RH P 21 SMA Mahasiswa 20 Terkontrol 4

21. 688130 PA L 66 S1 Pensiunan 22 Terkontrol 6

22. 777177 MJT P 36 SMA Swasta 20 Terkontrol 10

23. 996877 STN L 50 SMA Swasta 20 Terkontrol 3

24. 737109 AH L 57 DIII Designer 20 Terkontrol 12

25. 741102 AT P 39 DIII Ibu Rmh tgg 20 Terkontrol 4

26. 922541 SGN L 47 S1 PNS Guru 20 Terkontrol 5

27. 616037 RR P 46 SMA Swasta 21 Terkontrol 10

28. 559454 SGT L 48 SMA Swasta 22 Terkontrol 7

29. 865129 STI P 32 SD Wiraswasta 21 Terkontrol 6

30. 605151 US P 31 S1 PNS 21 Terkontrol 4

Keterangan:

JK : Jenis Kelamin

HP : Hipertensi

DM : Diabetes Melitus

CP : Cephalgia

OA : Osteoarthritis

RA : Rheumatoid Arthritis

Page 90: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xciii

OAH : Obat Anti Hipertensi

C : Cafein

Ggl gnj: Gagal Ginjal

Lampiran 7. Perhitungan Data SPSS 1. Crosstabs Uji Tabulasi Silang variabel kontrol asma dengan kualitas tidur

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat kontrol asma berdasarkan skor ACT * Kualitas tidur

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Tingkat kontrol asma berdasarkan skor ACT * Kualitas tidur Crosstabulation

Kualitas tidur

Total Baik Buruk

Tingkat kontrol asma berdasarkan skor ACT

Terkontrol Count 17 13 30

% within Tingkat kontrol asma berdasarkan skor ACT

56.7% 43.3% 100.0%

Tidak Terkontrol Count 7 23 30

% within Tingkat kontrol asma berdasarkan skor ACT

23.3% 76.7% 100.0%

Total Count 24 36 60

% within Tingkat kontrol asma berdasarkan skor ACT

40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.944a 1 .008

Continuity Correctionb 5.625 1 .018

Likelihood Ratio 7.111 1 .008

Fisher's Exact Test .017 .008

Linear-by-Linear Association 6.829 1 .009

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 91: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xciv

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Tingkat kontrol

asma berdasarkan skor ACT

(Terkontrol / Tidak Terkontrol)

4.297 1.413 13.068

For cohort Kualitas tidur = Baik 2.429 1.182 4.990

For cohort Kualitas tidur =

Buruk

.565 .359 .890

N of Valid Cases 60

2. Analisis Regresi Logistik Simple antara Kontrol Asma dengan Kualitas Tidur Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 60 100.0

.0 Missing Cases 0

Total 60 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 60 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Baik 0

1 Buruk

Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Kualitas tidur Percentage

Correct Baik Buruk

Page 92: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xcv

Step 0 Kualitas tidur Baik 0 24 .0

Buruk 0 36 100.0

Overall Percentage 60.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .405 .264 2.367 1 .124 1.500

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Kriteria_asma 6.944 1 .008

.008 Overall Statistics 6.944 1

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 7.111 1 .008

Block 7.111 1 .008

Model 7.111 1 .008

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 73.650a .112 .151

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Page 93: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xcvi

Observed

Predicted

Kualitas tidur Percentage

Correct Baik Buruk

Step 1 Kualitas tidur Baik 17 7 70.8

Buruk 13 23 63.9

Overall Percentage 66.7

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower

Step 1a Kriteria_asma

Constant

1.458 .568 6.599 1 .010 4.297 1.413

-.268 .368 .530 1 .467 .765

a. Variable(s) entered on step 1: Kriteria_asma.

3. Uji Normalitas Umur terhadap variabel kontrol asma berdasarkan skor ACT Explore

Case Processing Summary

Tingkat kontrol asma berdasarkan skor ACT

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Page 94: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xcvii

Umur Responden Terkontrol 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

100.0%Tidak Terkontrol 30 100.0% 0 .0% 30

Descriptives

Tingkat kontrol asma berdasarkan skor ACT Statistic Std. Error

Umur Responden Terkontrol Mean 47.80 2.533

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 42.62

Upper Bound 52.98

5% Trimmed Mean 48.02

Median 46.50

Variance 192.441

Std. Deviation 13.872

Minimum 19

Maximum 74

Range 55

Interquartile Range 21

Skewness -.104 .427

Kurtosis -.426 .833

Tidak Terkontrol Mean 50.00 2.367

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 45.16

Upper Bound 54.84

5% Trimmed Mean 49.87

Median 50.00

Variance 168.138

Std. Deviation 12.967

Minimum 19

Maximum 82

Range 63

Interquartile Range 15

Skewness .107 .427

Kurtosis 1.323 .833

Page 95: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xcviii

Tests of Normality

Tingkat kontrol asma berdasarkan

skor ACT

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Umur Responden Terkontrol .080 30 .200* .976 30 .727

.286 Tidak Terkontrol .131 30 .197 .959 30

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Umur Responden Histograms

Page 96: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

xcix

Stem-and-Leaf Plots

Umur Responden Stem-and-Leaf Plot for

Page 97: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

c

Kriteria_asma= Terkontrol Frequency Stem & Leaf 1.00 1 . 9 1.00 2 . 1 6.00 3 . 112689 10.00 4 . 2234556789 5.00 5 . 01479 6.00 6 . 245668 1.00 7 . 4 Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s) Umur Responden Stem-and-Leaf Plot for Kriteria_asma= Tidak Terkontrol Frequency Stem & Leaf 1.00 Extremes (=<19) 1.00 2 . 7 3.00 3 . 189 9.00 4 . 122277889 11.00 5 . 00044467788 3.00 6 . 011 1.00 7 . 8 1.00 Extremes (>=82) Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)

Normal Q-Q Plots

Page 98: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

ci

Detrended Normal Q-Q Plots

Page 99: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cii

Page 100: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

ciii

4. Uji Karakteristik Data Variabel Umur Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur Responden 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Responden Mean 48.90 1.725

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 45.45

Upper Bound 52.35

5% Trimmed Mean 48.91

Median 48.50

Variance 178.464

Std. Deviation 13.359

Minimum 19

Page 101: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

civ

Maximum 82

Range 63

Interquartile Range 16

Skewness -.026 .309

Kurtosis .249 .608

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Umur Responden .069 60 .200* .987 60 .789

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Umur Responden

Umur Responden Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 2.00 1 . 99

Page 102: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cv

2.00 2 . 17 9.00 3 . 111268899 19.00 4 . 1222223455677788899 16.00 5 . 0000144446777889 9.00 6 . 011245668 2.00 7 . 48 1.00 Extremes (>=82) Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)

Page 103: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cvi

Frequencies Statistics

Umur dikotomi

N Valid 60

Missing 0

Umur dikotomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <48tahun 30 50.0 50.0 50.0

>=48tahun 30 50.0 50.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

5. Analisis Regresi Logistik Simple Umur terhadap Kualitas Tidur Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 60 100.0

Missing Cases 0 .0

Page 104: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cvii

Total 60 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 60 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable

Encoding

Original

Value Internal Value

Baik 0

Buruk 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Kualitas tidur Percentage

Correct Baik Buruk

Step 0 Kualitas tidur Baik 0 24 .0

Buruk 0 36 100.0

Overall Percentage 60.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .405 .264 2.367 1 .124 1.500

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Umurdik 10.000 1 .002

Overall Statistics 10.000 1 .002

Page 105: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cviii

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 10.357 1 .001

Block 10.357 1 .001

Model 10.357 1 .001

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 70.405a .159 .214

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Kualitas tidur Percentage

Correct Baik Buruk

Step 1 Kualitas tidur Baik 18 6 75.0

Buruk 12 24 66.7

Overall Percentage 70.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Umurdik 1.792 .589 9.246 1 .002 6.000 1.890 19.043

Constant -.405 .373 1.184 1 .277 .667

a. Variable(s) entered on step 1: Umurdik.

Page 106: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cix

6. Uji Chi Square terhadap Riwayat Penyakit Penyerta dengan Kualitas Tidur Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat penyakit selain asma

yang menggangu tidur * Kualitas

tidur

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Riwayat penyakit selain asma yang menggangu tidur * Kualitas tidur Crosstabulation

Kualitas tidur

Total Baik Buruk

Riwayat penyakit selain asma

yang menggangu tidur

Tidak

Ada

Count 21 12 33

% within Riwayat penyakit

selain asma yang

menggangu tidur

63.6% 36.4% 100.0%

Ada Count 3 24 27

% within Riwayat penyakit

selain asma yang

menggangu tidur

11.1% 88.9% 100.0%

Total Count 24 36 60

Page 107: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cx

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

% within Riwayat penyakit

selain asma yang

menggangu tidur

40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 17.071a 1 .000

Continuity Correctionb 14.952 1 .000

Likelihood Ratio 18.663 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 16.786 1 .000

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.80.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Riwayat penyakit

selain asma yang menggangu

tidur (0 / Ada)

14.000 3.473 56.440

For cohort Kualitas tidur = Baik 5.727 1.911 17.164

For cohort Kualitas tidur = Buruk .409 .256 .655

N of Valid Cases 60

Page 108: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxi

7. Uji Analisis Regresi Logistik Ganda terhadap Kontrol Asma, Riwayat

Penyakit Penyerta , Umur dengan Kualitas Tidur Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 60 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 60 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 60 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable

Encoding

Original

Value Internal Value

Baik 0

Buruk 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Kualitas tidur Percentage

Correct Baik Buruk

Step 0 Kualitas tidur Baik 0 24 .0

Buruk 0 36 100.0

Overall Percentage 60.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Page 109: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxii

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Kualitas tidur Percentage

Correct Baik Buruk

Step 0 Kualitas tidur Baik 0 24 .0

Buruk 0 36 100.0

Overall Percentage 60.0

a. Constant is included in the model.

Step 0 Constant .405 .264 2.367 1 .124 1.500

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Kriteria_asma 6.944 1 .008

Umurdik 10.000 1 .002

Riwayat_penyakit 17.071 1 .000

Overall Statistics 24.173 3 .000

Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 28.907 3 .000

Block 28.907 3 .000

Model 28.907 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 51.854a .382 .517

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed Predicted

Page 110: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxiii

Kualitas tidur Percentage

Correct Baik Buruk

Step 1 Kualitas tidur Baik 15 9 62.5

Buruk 2 34 94.4

Overall Percentage 81.7

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower

Step 1a Kriteria_asma 1.996 .764 6.829 1 .009 7.362 1.647

Umurdik .763 .750 1.035 1 .309 2.144 .493

Riwayat_penyakit 2.757 .889 9.619 1 .002 15.752 2.759

Constant -1.901 .670 8.057 1 .005 .149

a. Variable(s) entered on step 1: Kriteria_asma, Umurdik, Riwayat_penyakit.

Lampiran 8. Gangguan Tidur dalam DSM IV-TR

Gangguan tidur Deskripsi

a. Disomnia (Gangguan dalam jumlah, waktu, dan kualitas tidur), meliputi: Insomnia primer Kesulitan untuk masuk tidur dan mempertahankan tidur atau tidur

yang tidak restoratif (orang tidak merasa telah cukup beristirahat setelah tidur dalam jumlah normal

Hipersomnia primer Keluhan mengantuk eksesif yang tampak dalam bentuk episode-episode tidur yang terlalu lama atau episode-episode tidur di siang

Page 111: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxiv

bolong

Narkolepsi Serangan refreshing sleep (tidur yang membuat badan segar ketika bangun) yang bersifat tiba-tiba yang tidak dapat ditentang yang terjadi setiap hari dan disertai dengan episode-episode hilangnya muscle tone (kekencangan otot) yang berlangsung dalam waktu singkat.

Tidur yang terkait dengan pernapasan

Disrupsi tidur yang mengakibatkan kantuk yang eksesif atau insomnia yang disebabkan oleh kesulitan bernapas yang terkait dengan tidur

Circadian Rhythm Sleep Disorder or Sleep Wake Schedule Disorder Gangguan tidur ritme sirkadian

Disrupsi tidur yang menetap atau berulang kali terjadi, yang mengakibatkan kantuk yang eksesif atau insomnia, yang disebabkan oleh adanya mismatch antara jadwal tidur dan terjaga karena dipaksa oleh lingkungan dan pola tidur terjaga sirkadiannya.

b. Parasomnia (Gangguan dalam transisi antara tahap terjaga penuh dan tidur yang mengganggu proses tidur), meliputi:

Nightmare disorder/ Dream Anxiety Disorder (Gangguan kecemasan mimpi

Terbangun berulang kali dengan ingatan yang terperinci tentang mimpi panjang yang sangat menakutkan biasanya melibatkan ancaman terhadap nyawa, keamanan, atau self-esteem. Saat-saat terbangun itu pada umumnya terjadi selama paruh kedua dalam periode tidur

Sleep Terror Disorder (Gangguan terror tidur)

Episode-episode bangun mendadak yang berulang kali terjadi, biasanya terjadi selama sepertiga pertama

Sleepwalking disorder (berjalan saat tidur)

Episode berulang bangkit dari kasur pada saat masih tidur lalu berjalan-jalan, biasanya terjadi selama sepertiga pertama episode tidur utama

c. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan mental lain. Gangguan tidur berupa insomnia pada gangguan depresif berat, gangguan kecemasan umum, gangguan Bipolar II dan episode manik ataupun tipe hipersomnia pada gangguan mood, gangguan bipolar I fase terdepresi.

d. Gangguan tidur karena kondisi medis umum adalah gangguan tidur yang terjadi karena akibat fisiologis dari kondisi medis umum didukung riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium

Tipe Insomnia Jika gangguan tidur yang menonjol adalah insomnia

Tipe Hipersomnia Jika gangguan tidur yang menonjol adalah hipersomnia

Page 112: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxv

Tipe Parasomnia Jika gangguan tidur yang menonjol adalah parasomnia

Tipe campuran Jika ditemukan lebih dari satu gangguan tidur dan tidak ada yang lebih menonjol

e. Gangguan tidur akibat zat adalah gangguan tidur yang berkembang selama atau dalam satu bulan intoksikasi atau putus zat. Beberapa subtansi zat yang dapat menyebabkan gangguan tidur antara lain: amfetamin, kokain, kafein, opioid, sedatif, hipnotik, atau ansiolitik, obat adrenergik, obat penghambat beta, antimetabolit, dll

Sumber: Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorder, 4th edition-text revised © 2000 dalam Psikologi abnormal

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma Terkontrol

dengan Tidak Terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Selasa, Tanggal 24 Agustus 2010

Pembimbing Utama

Nama : Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P

NIP : 19570315 198312 1 002 ( ………………………… )

Pembimbing Pendamping

Nama : Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P(K)

NIP : 140 071 304 ( ………………………… )

Penguji Utama

Nama : Ana Rima Setijadi, dr., Sp.P

NIP : 19620502 198901 2 001 ( ………………………… )

Anggota Penguji

Nama : Slamet Riyadi, dr., M.Kes

Page 113: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxvi

NIP : 19600418 199203 1 001 ( ………………………….)

Surakarta,

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat, hidayah serta ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma Terkontrol dengan Tidak Terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta“.

Dalam penelitian ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyeleseikannya. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes selaku ketua tim skripsi FK UNS.

Ketua Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes

NIP : 19660702 199802 2 001

Dekan FK UNS

Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS.

NIP : 19481107 197310 1 003

Surakarta, 24 Agustus 2010

Astrid Kusuma Wardhani

G0007005

Page 114: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxvii

3. Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P sebagai pembimbing utama yang telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.

4. Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P(K) sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.

5. Ana Rima Setijadi, dr., Sp.P sebagai penguji utama yang telah berkenan menguji dan memberikan bimbingan, pengarahan, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi.

6. Slamet Riyadi dr., M.Kes sebagai anggota penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan bimbingan, pengarahan, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi.

7. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD sebagai penasehat dalam penyusunan statistika dan metodologi penelitian.

8. Para staf Poliklinik Paru dan Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang ikut membantu dalam penelitian.

9. Pak Nardi dan Bu Enny yang turut membantu dalam pembuatan skripsi. 10. Papa, Mama, Mbak Sari, Mas Aih, Mas Tyo, Mas Haris, Mbak Shanti yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, dan saran baik material maupun spiritual. 11. Trio phlegmatis, rekan parasitologi, skripsi paru gelombang 1 KBK angkatan

2007, 2008 dan 2009, AMSA semua terima kasih atas doa dan bantuannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu- persatu yang telah membantu

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat sepenuhnya.

DAFTAR ISI

PENGESAHAN………….………………………………………………….. ii

PERNYATAAN………….………………………………………………….. iii

ABSTRAK………….……………………………………………………. …. iv

ABSTRACT………….………………………………………………………. v

PRAKATA………….………………………………………………………... vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… x

Surakarta, 24 Agustus 2010

Astrid Kusuma Wardhani

Page 115: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxviii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xi

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1

B. Perumusan Masalah………………………………………………… 4

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 4

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 4

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………… 5

A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 5

1. Asma……………………………………………………………. 5

a. Definisi ……………………………………………………… 5

b. Patogenesis………………………………………………….. 5

c. Patofisiologi…………………………………………………. 7

d. Faktor risiko ……………………………………………….. 8

e. Diagnosis……………………………………………….......... 9

f. Klasifikasi…………………………………………................ 10

g. Penatalaksanaan……………………………………………... 11

2. Asthma Control Test……………………………………………. 15

3. Tidur……………………………………………………………. 16

a. Fisiologi Tidur……………………………………………….. 16

b. Perubahan Kardiovaskular dan Respirasi selama Tidur……. 18

c. Kuantitas dan Kualitas Tidur……………………………….. 20

d. Gangguan Tidur…………………………………………….. 22

e. Penatalaksanaan……………………………………………. 23

4. Hubungan Asma dengan Tidur………………………………... 27

5. Pittsburgh Sleep Quality Index……………………………....... 30

6. Kerangka Pemikiran…………………………………………… 32

7. Hipotesis……………………………………………………..... 33

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………… 34

A. Jenis Penelitian…………………………………………………….. 34

Page 116: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxix

B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………. 34

C. Subyek Penelitian………………………………………………….. 34

1. Populasi Penelitian…………………………………………........ 34

2. Sampel Penelitian……………………………………….............. 34

3. Kriteria Subyek Penelitian………………………………………. 35

D. Teknik Sampling……………………………………………............ 35

E. Rancangan Penelitian………………………………………………. 37

F. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………………. 38

G. Definsi Operasional Variabel………………………………............ 38

H. Alat dan bahan…………………………………………………….. 41

I. Cara Kerja………………………………………………………….. 41

J. Teknik Analisis Data……………………………………………… 43

BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………… 46

BAB V PEMBAHASAN……………………………………………………. 58

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….. 69

A. Simpulan…………………………………………………........... 69

B. Saran……………………………………………………………. 70

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….... 71

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat Asma………………………………………………………... 10

Tabel 2.2 Tingkat Kontrol Asma………………………….…………………… 13

Tabel 3.1 Interpretasi OR……………………….……………………………… 44

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin…...…………………. 46

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur………………………………. 47

Page 117: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxx

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….……….. 47

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan………………………….. 48

Tabel 4.5 Analisis Bivariat Kualitas Tidur dengan Kontrol Asma...………….. 49

Tabel 4.6 Analisis Bivariat Kualitas Tidur dengan Riwayat Penyakit Penyerta.. 51

Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Umur Menurut Kontrol Asma...………………. 52

Tabel 4.8 Karakteristik Data Umur...…………………………………………... 52

Tabel 4.9 Analisis Bivariat Kualitas Tidur dengan Umur……………………... 53

Tabel 4.10 Analisis Bivariat Kualitas Tidur dengan Riwayat Konsumsi Zat…... 54

Tabel 4.11 Analisis Regresi Logistik Ganda dan Analisis Bivariat…………….. 55

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penatalaksanaan Asma Berdasarkan Kontrol……………………. 14

Gambar 4.1 Persentase Sampel Menurut Jenis Kelamin……….……………... 46

Gambar 4.2 Persentase Sampel Menurut Kelompok Umur………………….... 47

Gambar 4.3 Persentase Sampel Menurut Tingkat Pendidikan……………….... 48

Gambar 4.4 Persentase Sampel Menurut Pekerjaan…………. ……………….. 48

Page 118: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxxi

Gambar 4.5 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Kontrol Asma………... 50

Gambar 4.6 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Penyakit Penyerta……. 51

Gambar 4.7 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Umur…………………. 53

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan

Lampiran 2. Formulir Persetujuan

Lampiran 3. Kuisioner ACT

Lampiran 4. Kuisioner PSQI

Lampiran 5. Kuisioner Riwayat Penyakit dan Konsumsi Zat

Page 119: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxxii

Lampiran 6. Daftar Subjek Penelitian

Lampiran 7. Perhitungan Data SPSS

Lampiran 8. Gangguan Tidur dalam DSM IV-TR

Lampiran 9. Surat Kelaikan Etik

Lampiran 10. Surat Pengantar Penelitian ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran 12. Surat Keterangan Selesai Penelitian

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat, hidayah serta ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Perbedaan Kualitas Tidur pada Pasien Asma Terkontrol dengan Tidak Terkontrol di RSUD Dr. Moewardi Surakarta“.

Dalam penelitian ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyeleseikannya. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

13. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

14. Muthmainah, dr., M.Kes selaku ketua tim skripsi FK UNS. 15. Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P sebagai pembimbing utama yang telah

memberikan waktu, pengarahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi. 16. Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P(K) sebagai pembimbing pendamping yang telah

memberikan waktu, pengarahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi. 17. Ana Rima Setijadi, dr., Sp.P sebagai penguji utama yang telah berkenan menguji

dan memberikan bimbingan, pengarahan, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi.

18. Slamet Riyadi dr., M.Kes sebagai anggota penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan bimbingan, pengarahan, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi.

19. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD sebagai penasehat dalam penyusunan statistika dan metodologi penelitian.

20. Para staf Poliklinik Paru dan Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang ikut membantu dalam penelitian.

21. Pak Nardi dan Bu Enny yang turut membantu dalam pembuatan skripsi.

Page 120: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxxiii

22. Papa, Mama, Mbak Sari, Mas Aih, Mas Tyo, Mas Haris, Mbak Shanti yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan saran baik material maupun spiritual.

23. Trio phlegmatis, rekan parasitologi, skripsi paru gelombang 1 KBK angkatan 2007, 2008 dan 2009, AMSA semua terima kasih atas doa dan bantuannya.

24. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu- persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat sepenuhnya.

DAFTAR ISI

PENGESAHAN………….………………………………………………….. ii

PERNYATAAN………….………………………………………………….. iii

ABSTRAK………….……………………………………………………. …. iv

ABSTRACT………….………………………………………………………. v

PRAKATA………….………………………………………………………... vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… x

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xi

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………… 1

E. Latar Belakang…………………………………………………….. 1

F. Perumusan Masalah………………………………………………… 4

G. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 4

H. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 4

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………… 5

B. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 5

8. Asma……………………………………………………………. 5

a. Definisi ……………………………………………………… 5

Surakarta, 24 Agustus 2010

Astrid Kusuma Wardhani

Page 121: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxxiv

b. Patogenesis………………………………………………….. 5

c. Patofisiologi…………………………………………………. 7

d. Faktor risiko ……………………………………………….. 8

e. Diagnosis……………………………………………….......... 9

f. Klasifikasi…………………………………………................ 10

g. Penatalaksanaan……………………………………………... 11

9. Asthma Control Test……………………………………………. 15

10. Tidur…

…………………………………………………………. 16

f. Fisiologi Tidur……………………………………………….. 16

g. Perubahan Kardiovaskular dan Respirasi selama Tidur……. 18

h. Kuantitas dan Kualitas Tidur……………………………….. 20

i. Gangguan Tidur…………………………………………….. 22

j. Penatalaksanaan……………………………………………. 23

11. Hubunga

n Asma dengan Tidur………………………………... 27

12. Pittsburg

h Sleep Quality Index……………………………....... 30

13. Kerangk

a Pemikiran…………………………………………… 32

14. Hipotesi

s……………………………………………………..... 33

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………… 34

K. Jenis Penelitian…………………………………………………….. 34

L. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………. 34

M. Subyek Penelitian………………………………………………….. 34

4. Populasi Penelitian…………………………………………........ 34

5. Sampel Penelitian……………………………………….............. 34

6. Kriteria Subyek Penelitian………………………………………. 35

Page 122: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxxv

N. Teknik Sampling……………………………………………............ 35

O. Rancangan Penelitian………………………………………………. 37

P. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………………. 38

Q. Definsi Operasional Variabel………………………………............ 38

R. Alat dan bahan…………………………………………………….. 41

S. Cara Kerja………………………………………………………….. 41

T. Teknik Analisis Data……………………………………………… 43

BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………… 46

BAB V PEMBAHASAN……………………………………………………. 58

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….. 69

C. Simpulan…………………………………………………........... 69

D. Saran……………………………………………………………. 70

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….... 71

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat Asma………………………………………………………... 10

Tabel 2.2 Tingkat Kontrol Asma………………………….…………………… 13

Tabel 3.1 Interpretasi OR……………………….……………………………… 44

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin…...…………………. 46

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur………………………………. 47

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….……….. 47

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan………………………….. 48

Tabel 4.5 Analisis Bivariat Kualitas Tidur dengan Kontrol Asma...………….. 49

Tabel 4.6 Analisis Bivariat Kualitas Tidur dengan Riwayat Penyakit Penyerta.. 51

Page 123: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxxvi

Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Umur Menurut Kontrol Asma...………………. 52

Tabel 4.8 Karakteristik Data Umur...…………………………………………... 52

Tabel 4.9 Analisis Bivariat Kualitas Tidur dengan Umur……………………... 53

Tabel 4.10 Analisis Bivariat Kualitas Tidur dengan Riwayat Konsumsi Zat…... 54

Tabel 4.11 Analisis Regresi Logistik Ganda dan Analisis Bivariat…………….. 55

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penatalaksanaan Asma Berdasarkan Kontrol……………………. 14

Gambar 4.1 Persentase Sampel Menurut Jenis Kelamin……….……………... 46

Gambar 4.2 Persentase Sampel Menurut Kelompok Umur………………….... 47

Gambar 4.3 Persentase Sampel Menurut Tingkat Pendidikan……………….... 48

Gambar 4.4 Persentase Sampel Menurut Pekerjaan…………. ……………….. 48

Gambar 4.5 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Kontrol Asma………... 50

Gambar 4.6 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Penyakit Penyerta……. 51

Gambar 4.7 Persentase Kualitas Tidur Buruk Menurut Umur…………………. 53

Page 124: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxxvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan

Lampiran 2. Formulir Persetujuan

Lampiran 3. Kuisioner ACT

Lampiran 4. Kuisioner PSQI

Lampiran 5. Kuisioner Riwayat Penyakit dan Konsumsi Zat

Lampiran 6. Daftar Subjek Penelitian

Lampiran 7. Perhitungan Data SPSS

Lampiran 8. Gangguan Tidur dalam DSM IV-TR

Lampiran 9. Surat Kelaikan Etik

Page 125: ABSTRAK Astrid Kusuma Wardhani, G0007005, 2010,/Perbedan... · didefinisikan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang terdapat berbagai sel yang memegang peranan terutama sel

cxxviii

Lampiran 10. Surat Pengantar Penelitian ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran 12. Surat Keterangan Selesai Penelitian